Untitled Document
Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual
Dan Konvensional Dalam Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV SD Negeri 125540
Pematangsiantar Tahun Ajaran 2012/2013.
( The Difference of The Students’ achievement by using Contextual Learning and
Conventional Approach in Social Studies For Class IV SD Negeri 125540
Pematangsiantar in The Study Year 2012/2013).
Oleh:
Lisbet Novianti Sihombing
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan: (1) hasil belajar IPS siswa yang diajar
dengan menggunakan pendekatan kontekstual, (2) hasil belajar IPS siswa yang diajar
dengan menggunakan pendekatan konvensional, (3) perbedaan hasil belajar IPS siswa
yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan konvensional. Subjek
penelitian berjumlah 80 orang siswa yang terdiri dari 2 kelas. Metode penelitian yang
digunakan adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 1x2. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar adalah tes berbentuk pilihan ganda
sebanyak 30 soal dengan reliabilitas 0,73. Sebelum data dianalisis terlebih dahulu diuji
normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas menggunakan uji Liliofers sedangkan
uji homogenitas digunakan uji Bartlet. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan ANAVA satu jalur dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan: (1)
skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan
kontekstual adalah 18,85; (2) skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan
menggunakan pendekatan konvensional adalah 13,025; (3) skor rata-rata hasil belajar
IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi
dibandingkan dengan skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan
menggunakan pendekatan konvensional (18,85 > 13,025).
ABSTRACT
The objectives of the research were to find out: (1) the students’ achievement in so cial
studies by using contextual approach, (2) the students’ achievement in social studies by
using conventional approach, (3) the difference of students’ achievement in social
studies by using contextual and conventional approach. The research was held in class
IV SD Negeri 125540 Pematangsiantar on the second semester in 2012. The subject of
research is 80 students with 2 classes. The method of the research was quasyexperimental with factorial design 1x2. The sample was taken with cluster random
sampling. The instrument in collecting achievement learning data was a multifle choice
test that consisted of 30 items with reliability tes 0,73. Before analyzing data at first to
analyze normality and homogeneity data. Normality test used Liliofes test, and then
homogenity test used Bartlet test. The data was analyzed by ANAVA one way with α =
0,05. The result showed: (1) the average score of students’ achievement in social studies
by using contectual approach is 18,85; (2) the average score of students’ achievement in
social studies by using conventional approach is 13,025; (3) he average score of
students’ achievement in social studies by using contectual approach is higher than the
average score of students’ achievement in social studies by using conventional approach
(18,85 > 13,025).
I. PENDAHULUAN
Tugas-tugas sekolah sering lemah dalam konteks (tidak otentik), sehingga tidak
bermakna bagi kebanyakan siswa karena siswa tidak dapat menghubungkan tugas-tugas
dengan yang telah mereka ketahui. Guru dapat membantu siswa untuk belajar
memecahkan masalah dengan memberi tugas-tugas yang memiliki konteks kehidupan
nyata dan kaya dengan kandungan akademik serta keterampilan yang terdapat dalam
konteks kehidupan nyata. Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, siswa harus
mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi kemungkinan pemecahan, memilih suatu
pemecahan, melaksanakan pemecahan atas masalah dan menganalisis serta melaporkan
penemuan-penemuan mereka. Dengan begitu siswa akan belajar menerapkan
keterampilan akademik seperti pengumpulan informasi , menghitung, menulis dan
berbicara di dalam konteks kehidupan nyata.
Namun demikian pengajaran yang selama ini dilakukan oleh guru cenderung
menggunakan metode konvensional juga tidak dapat ditinggalkan begitu saja.
Melainkan disesuaikan penggunaannya sehingga dapat tepat sarana dengan kebutuhan
yang akan dicapai.
Penggunaan metode konvensional sebenarnya mengandung keuntungankeuntungan tertentu yang dapat diambil, dengan kata lain tidak semuanya penuh dengan
kelemahan. Salah satunya adalah praktis dan mudah dilaksanakan, sehingga metode ini
selalu menjadi alternatif yang digunakan oleh guru dalam pengajaran.
2
Berkenaan dengan keuntungan-keuntungan dari model pembelajaran di atas
penulis tertarik melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS ,
dengan judul penelitian yaitu: “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan
Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional dalam mata pelajaran IPS di Kelas IV SD
Negeri 125540 Pematangsiantar T.A 2012/2013”.
Tujuan penelitian adalah untuk: Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa
yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional dalam
pelajara IPS di kelas IV SD Negeri 125540 Pemtangsiantar T.A 2012/2013.
II. Metode Penelitian
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri 125540 Pematangsiantar, yang akan
dilaksanakan di kelas IV (Empat) Tahun Pelajaran 2012 terhitung mulai bulan Juli 2012
sampai Desember 2013
B. Subjek dan Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV (Empat) SD Negeri
125540 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2012/2013. Adapun jumlah populasi 80 orang
yang tediri dari 2 kelas. Penelitian menggunakan sampel total, yaitu semua kelas IV SD
Negeri 125540 Pematangsiantar. Sampel total dipilih karena jumlah siswa di sekolah
1
tersebut cukup untuk dilakukan penelitian. Jadi penelitian ini menjadikan Kelas i v
2
sebagai kelompok eksperimen dan kelas i v sebagai kelas kontrol.
3
C. Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, kedua kelompok siswa yang
subyek penelitian diberi pengajaran dengan pembelajaran yang berbeda oleh peneliti.
Agar kegiatan pembelajaran efektif maka sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan,
terlebih dahulu disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).Pembelajaran
kontekstual dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dengan waktu masing-masing 2 x 35
menit dan pembelajaran konvensional sebanyak 6 kali pertemuan dengan masingmasing waktu 2 x 35 menit.
D. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah tes. Tes
yang digunakan adalah tes tulisan berbentuk objektif tes berupa pilihan berganda
sebanyak 30 butir soal. Masing-masing soal mempunyai empat alternatif jawaban.
Untuk soal yang dihawab dengan benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah
diberi skor 0 sehingga skor maksimum adalah 30. Waktu yang diberikan untuk
menyelesaikan soal 60 menit.
E. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data dilakukan secara kuantitatif berdasarkan tes hasil belajar
IPS.
III. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang disajikan meliputi: Hasil belajar IPS di kelas eksperimen
dan kelas kontrol
4
1. Hasil Belajar IPS Kelas Kontekstual
Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual diperoleh
skor tertinggi 25 dan terendah 9, dengan skor rata-rata 18,85. Jumlah siswa yang
memperoleh kategori penilaian “sangat tinggi” adalah 16 orang siswa dari 40 orang
siswa yang mengikuti tes; untuk kategori penilaian “tinggi” adalah 15 orang siswa;
kategori penilaian “cukup” adalah 7 orang siswa; kategori penilaian “rendah” adalah 2
orang siswa dan tidak ada siswa yang memperoleh kategori penilaian “sangat rendah”.
Dengan menggunakan teknik Sturges diperoleh rentang 16, banyak kelas interval 6, dan
panjang kelas 3. Daftar distribusi frekuensi mengenai hasil belajar IPS siswa yang
menggunakan pembelajaran kontekstual dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan
Pembelajaran Kontekstual
No.
Kelas Interval
Fi
Xi
xi^2
Fixi
fixi^2
1
9 – 11
3
10
100
30
300
2
12 – 14
6
13
169
78
1014
3
15 – 17
5
16
256
80
1280
4
18 – 20
10
19
361
190
3610
5
21 – 23
8
22
484
176
3872
6
24 – 26
8
25
625
200
5000
40
105
1995
754
15076
Jumlah
Rata-Rata
18.850
Median
19.300
Modus
19.643
Simpangan Baku (S)
4.704
Varians (S^2)
22.131
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh 14 orang siswa (35%) berada di bawah skor
rata-rata dan 16 orang siswa (40%) berada di atas skor rata-rata hasil belajar IPS siswa.
5
Distribusi nilai IPS siswa di atas dapat digambarkan histogram sebagai data diagram
statistik seperti berikut:
12
10
8
6
4
2
0
8.5 - 11.5
11.5 -14.5
14.5 - 17.5
17.5 - 20.5
20.5 - 23.5
23.5 - 26.5
Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan
Pembelajaran Kontekstual
2. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional
Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
diperoleh skor tertinggi 21 dan terendah 7, dengan skor rata-rata 13,025. Jumlah siswa
yang memperoleh kategori penilaian “sangat tinggi” adalah 1 orang siswa dari 40 orang
siswa yang mengikuti tes; untuk kategori penilaian “tinggi” adalah 11 orang siswa;
kategori penilaian “cukup” adalah 15 orang siswa; kategori penilaian “rendah” adalah
13 orang siswa dan tidak ada siswa yang memperoleh kategori penilaian “sangat
rendah”.
Dengan menggunakan teknik Sturges diperoleh rentang 14, banyak kelas
interval 5, dan panjang kelas 3. Daftar distribusi frekuensi mengenai hasil belajar IPS
siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada table berikut
ini:
6
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan
Pembelajaran Konvensional
No.
Kelas Interval
fi
Xi
xi^2
fixi
fixi^2
1
7–9
9
8
64
72
576
2
10 – 12
13
11
121
143
1573
3
13 – 15
6
14
196
84
1176
4
16 – 18
6
17
289
102
1734
5
19 – 21
6
20
400
120
2400
40
70
1070
521
7459
Jumlah
Rata-Rata
13.025
Median
12.038
Modus
10.591
Simpangan Baku (S)
4.154
Varians (S^2)
17.256
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh 22 orang siswa (55%) berada di bawah skor
rata-rata dan 12 orang siswa (30%) berada di atas skor rata-rata hasil belajar IPS siswa.
Distribusi nilai IPS siswa di atas dapat digambarkan histogram sebagai data diagram
statistik seperti berikut:
14
12
10
8
13
6
9
4
6
6
6
12.5 - 15.5
15.5 - 18.5
18.5 - 21.5
2
0
6.5 - 9.5
Gambar 2
9.5 - 12.5
Histogram
Hasil
Belajar
IPS
Siswa
yang
Menggunakan
Pembelajaran Konvensional
7
1.
Pengujian normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui sampel yang digunakan apakah
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada
kedua kelompok sampel. Rangkuman hasil uji normalitas untuk kedua sampel
ditunjukkan pada table berikut ini:
Tabel 3 Hasil Pengujian Normalitas Data (Uji Liliefors)
No.
1
2
Kelompok Sampel
Hasil belajar IPS siswa yang
Menggunakan
Pembelajaran
Kontekstual
Hasil belajar IPS siswa yang
Menggunakan
Pembelajaran
Konvensional
N
Lohitung
Lotabel
Ket
40
0,0951
0,140
Normal
40
0 ,1373
0,140
Normal
Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar IPS siswa yang menggunakan
pembelajaran kontekstual diperolah harga Lohitung sebesar 0,0951. Harga Lotabel pada
taraf signifikan 5% dengan N = 40 sebesar 0,140. Dengan membandingkan harga Lohitung
dan Lotabel ternyata harga Lohitung < Lotabel (0,0951 < 0,140). Demikian pula dengan hasil
belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
dapat disimpulkan bahwa nilai Lotabel > Lohitung. Kedua sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui varians populasi bersifat
homogen
atau
tidak.
Perhitungan
pengujian
homogenitas
dilakukan
dengan
menggunakan uji F. Bila Fhitung < Ftabel, maka varians populasi bersifat homogen.
Hasil perhitungan homogenitas (Uji F) untuk kedua data dapat dilihat dari tabel
dibawah ini:
8
Tabel 4 Hasil Perhitungan Homogenitas (Uji F) untuk Kedua Data
No.
Sampel
Varians
1
Pembelajaran Kontekstual
22,131
2
Pembelajaran Konvensional
Fhitung
Ftabel
Keterangan
1,283
1,71
Homogen
17,256
Pada tabel di atas terlihat bahwa pengujian homogenitas kedua data dengan
menggunakan uji F diperoleh Fhitung < Ftabel. Hal ini berarti bahwa hasil belajar IPS
siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan konvesional adalah data
homogen.
3. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah kelompok siswa yang
diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual akan memperoleh hasil
belajar IPS lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional.
Untuk menguji hipotesis penelitian di atas digunakan analisis varians. Berikut
adalah desain penelitian Anava:
Tabel 5 Tabulasi Jumlah Desain Penelitian Anava
Metode Pembelajaran
Kontekstual
Konvensional
∑f1x1
= 754
∑f2x2
= 521
∑f1x1^2
= 15076 ∑f2x2^2
= 7459
X1rata-rata
= 18.85 X2rata-rata
= 13.025
Varian
Varian
17.256
(S1^2)
22.131 (S2^2)
=
Simp. Baku
Simp. Baku
4.704
4.154
(S1)
(S2)
=
n1
= 40
n2
= 40
Total
∑fx
∑fx^2
Xrata-rata
= 1275
= 22535
31.875
Varian (S^2)
Simp. Baku
(S)
n
= 39.387
8.858
=
= 80
9
Jk total
Jk antar kelompok
Jk dalam kelompok
Mk antar kelompok
MK dalam kelompok
Fh = MK antar : MK dalam
F table
Thitung
t-tabel
2214.688
678.612
1536.075
678.612
19.693
34.459
3.970
5.870
2.640
Berdasarkan perhitungan data, dapat diketahui bahwa hasil belajar IPS siswa
yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memiliki skor rata-rata (
X ) = 18,85, sedangkan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata ( X ) = 13,025. Hasil analisis varians
kedua metode pembelajaran menunjukkan harga Fhitung = 34,459 > Ftabel = 3,970;
sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok siswa yang
diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memperoleh hasil belajar IPS
lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah kedua metode pembelajaran di atas
memiliki perbedaan hasil belajar yang signifikan, dilakukan pengujian hipotesis
menggunakan t-test. Hasilperhitungan di atas diperoleh t-hitung 5,870 > t-tabel (2,67).
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional yang
sangat signifikan.
5.Pembahasan
a. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual
Hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual memilki skor
rata-rata sebesar 18,85, dengan kategori penilaian “tinggi”. Terdapat 35% atau 14 dari
10
40 orang siswa yang mengikuti tes berada di bawah skor rata-rata dan 40% atau 16 dari
40 orang siswa yang mengikuti tes berada di atas skor rata-rata. Jumlah siswa yang
memiliki kategori penilaian rendah dan sangat rendah hanya 2 orang siswa.
Adapun penyebab kedua orang siswa tersebut adalah sulitnya peserta didik
menghapal materi “ekonomi” sehingga siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar.
Dalam hal ini siswa
belum dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks
kehidupan sehari-hari. Banyaknya istilah-istilah pada materi ekonomi menyebabkan
peserta didik sulit mengingatnya.
Pada kelompok pembelajaran kontekstual, siswa diajar untuk mengaitkan materi
dengan situasi dunia nyata. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan sehingga siswa aktif
dalam proses pembelajaran. Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk dapat
menyelesaikan suatu permasalahan hingga menarik kesimpulan sehingga siswa dapat
menemukan sendiri konsep-konsep bahan pembelajaran.
Siswa juga dapat lebih termotivasi untuk saling bertanya dari individu kesatu
individu yang lain yang terjadi saat proses diskusi. Adanya kerjasama antar siswa untuk
menyelesaikan suatu permasalahan adalah salah satu langkah-langkah pembelajaran
kontekstual.
Bila ditinjau dari segi persentase, jumlah siswa yang memiliki skor di atas skor
rata-rata lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang memiliki skor di bawah
skor rata-rata. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Johnson (2002), yang
menyatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan menolong peserta didik melihat makna didalam materi akademik yang mereka
11
pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
kehidupan sehari-hari.
Pembuktian hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Nurhadi bahwa
pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga
mendorong sisiwa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan
siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
baru ketika ia belajar.
b. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional
Hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional memilki
skor rata-rata sebesar 13,025 dengan kategori penilaian “cukup”. Terdapat 55% atau 22
dari 40 orang siswa yang mengikuti tes berada di bawah skor rata-rata dan 30% atau 12
dari 40 orang siswa yang mengikuti tes berada di atas skor rata-rata. Jumlah siswa yang
memiliki kategori penilaian rendah dan sangat rendah hanya 13 orang siswa.
Pada kelompok pembelajaran konvensional siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa hanya mnerima materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Siswa tidak berkesempatan menemukan sendiri konsep-konsep bahan pembelajaran.
Siswa akan mengemukakan pendapat atau jawaban hanya pada saat guru memberikan
pertanyaan kepada siswa. Kesempatan bertukar pikiran dengan siswa lain sangat
terbatas, hanya dengan teman sebangku atau teman yang duduk berdekatan dengannya.
Oleh karena itu informasi yang diterima siswa kurang.
12
Kelompok pembelajaran konvensional siswa lebih banyak menghapal apa yang
diberikan oleh guru, seperti yang dialami ketigabelas orang siswa yang memiliki nilai
rendah dan sangat rendah. Sulitnya peserta didik menghapal materi “ekonomi” sehingga
siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar. Dalam hal ini siswa belum dapat
mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari. Banyaknya
istilah-istilah pada materi ekonomi menyebabkan peserta didik sulit mengingatnya.
c.
Perbedaan
Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran
Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional
Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih
tinggi daripada pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini telah membuktikan
secara signifikan bahwa terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap hasil
belajar IPS siswa SD Negeri 125540 Pematang Siantar. Hasil belajar ini terlihat dari
rata-rata perolehan skor dan hasil pengujian hipotesis dan uji lanjutnya. Rata-rata hasil
belajar IPS siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari
hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat
dilihat dari skor rata-rata pembelajaran kontekstual yaitu 18,85; dan skor rata-rata
pembelajaran konvensional yaitu 13,025.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Vandaliza, M. (2009) yang menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual memberikan
pengaruh lebih tinggi dibanding dengan pendekatan konvensional. Selajan pula teori
yang dikemukakan Johnson (2002), yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual
adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong peserta didik melihat makna
13
didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjeksubjek akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dari analisis terhadap hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan
kontekstual terlihat masih terdapat 35% atau 14 orang siswa dari 40 orang siswa berada
di bawah skor rata-rata. Adapun penyebabnya adalah sulitnya peserta didik menghapal
materi “ekonomi” sehingga mereka tidak dapat menjawab soal dengan benar. Dalam hal
ini siswa tidak dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks kehidupan seharihari.
Sedangkan hasil analisis terhadap tes hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan
metode konvensioanal terdapat 55% atau 22 orang dari 40 orang siswa berada di bawah
skor rata-rata. Kesulitan siswa disini hampir sama dengan kesulitan siswa yang
diajarkan dengan pendekatan kontekstual yaitu menghapal materi ekonomi, terutama
dalam hal istilah-istilah ekonomi yang masih sulit dipahami siswa.
Ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan CTL seperti dijelaskan oleh Wina Sanjaya (2005:110), sebagai berikut:
1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activtinging knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama
lain.
2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan
cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan,
kemudian memperhatikan detailnya.
14
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan
cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan
berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam
kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan atau
penyempurnaan strategi.
Dengan menerapkan kelima karakteristik pembelajaran kontekstual di atas,
adalah suatu hal yang wajar bahwa pembelajaran kontekstual memiliki hasil belajar
yang lebih baik dari pembelajaran konvensional.
6. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
Dari uraian hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.
Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual memiliki skor rata-rata 18,85 (tinggi). Terdapat 14 orang siswa (35%)
berada di bawah skor rata-rata dan 16 orang siswa (40%) berada di atas skor ratarata hasil belajar IPS siswa.
2.
Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran
konvensional memiliki skor rata-rata 13.025 (cukup). Terdapat 22 orang siswa
15
(55%) berada di bawah skor rata-rata dan 12 orang siswa (30%) berada di atas skor
rata-rata hasil belajar IPS siswa.
3.
Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual memiliki skor rata-rata lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa
yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil
belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual
sangat signifikan bila dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
B. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, dapat disarankan bahwa:
1. Guru
a. Dapat mempergunakan strategi pembelajaran kontekstual secara baik.
b. Dapat mempergunakan strategi pembelajaran konvensional secara baik.
2. Siswa
a. Dapat terlibat dalam pembelajaran kontekstual secara baik
b. Dapat terlibat dalam pembelajaran konvensional secara baik
3. Peneliti lain
Peneliti lain dapat menerapkan pembelajaran kontekstual dengan lebih baik agar
diperoleh hasil belajar yang baik dalam pembelajaran IPS.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, Supriono Widodo. (2003), Psikologi Belajar , PT.Rineka Cipta. Jakarta
Ausubel (1963). The Physycology of Meaningful Verbal Learning. New York Grune
and Station
Arikunto, Suharsimi (2002), Dasar- Dasar Evakuasi Pendidikan, Bumi Aksara. Jakarta
16
Ahmadi, A dan Supriono, W. (1991). Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta
Ary, Jacobs and Rezavieh. (1982). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan.
Penerjemah Furchan, A. Usaha Nasional. Surabaya.
Bloom, B.S (1982). All Our Children Learning. McGrew Hill Book. New York
Dick and Carey. L. (1996). The Systematic Design of Instruction. Fifth edition.
Addision-Wesley Educational Publisher Inc .
Depdiknas Dirjen Dikti (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Dasar dan
Menengah), Lanjutan Pertama. (2003).
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar, Rineka
Cipta. Jakarta
Gagne. (1970).The Conditioning of Leranin Holt Rinehart and Wiston. New York
Gagne, Robert.M and Briggs, Leslie. (1979). Principles of Instructional Design. Holt
Rinehart & Winston. New York.
Nasution, S. (2003). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bina
Aksara. Jakarta
Purwanto Ngalim. (1995). Psikologi Pendidikan Remaja , Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Romizowski. (1981). Instructional design System, Decision Making In Course Planning
And Curriculum Design. London. Kogan
Rosyidah. (2005). Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual.
Sanjaya,Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta. Kencana
Suriasumantri, Yuyun. (2005). Filsafat Ilmu Sebagai Pengantar Populer.Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta
Simbolon, H. (2002). Statistik Dasar . FKIP UHN.Pematangsiantar.
Slameto, (2003). Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhin. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana, (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo.
Bandung
-------------- (1992). Metode Statistika Edisi Ke-lima. Tarsito. Bandung
Suryosubroto, (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah . Rineka Cipta. Jakarta
17
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Gramedia. Jakarta
Vandaliza,M. (2009). Pengaruh Pendekatan Kontekstual dan Motivasi Belajar Terhadap
Hasil Belajar Kimia Dharmawangsa Medan. Tesis. PPS Unimed
18
Dan Konvensional Dalam Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV SD Negeri 125540
Pematangsiantar Tahun Ajaran 2012/2013.
( The Difference of The Students’ achievement by using Contextual Learning and
Conventional Approach in Social Studies For Class IV SD Negeri 125540
Pematangsiantar in The Study Year 2012/2013).
Oleh:
Lisbet Novianti Sihombing
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan: (1) hasil belajar IPS siswa yang diajar
dengan menggunakan pendekatan kontekstual, (2) hasil belajar IPS siswa yang diajar
dengan menggunakan pendekatan konvensional, (3) perbedaan hasil belajar IPS siswa
yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan konvensional. Subjek
penelitian berjumlah 80 orang siswa yang terdiri dari 2 kelas. Metode penelitian yang
digunakan adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 1x2. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar adalah tes berbentuk pilihan ganda
sebanyak 30 soal dengan reliabilitas 0,73. Sebelum data dianalisis terlebih dahulu diuji
normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas menggunakan uji Liliofers sedangkan
uji homogenitas digunakan uji Bartlet. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan ANAVA satu jalur dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan: (1)
skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan
kontekstual adalah 18,85; (2) skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan
menggunakan pendekatan konvensional adalah 13,025; (3) skor rata-rata hasil belajar
IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi
dibandingkan dengan skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan
menggunakan pendekatan konvensional (18,85 > 13,025).
ABSTRACT
The objectives of the research were to find out: (1) the students’ achievement in so cial
studies by using contextual approach, (2) the students’ achievement in social studies by
using conventional approach, (3) the difference of students’ achievement in social
studies by using contextual and conventional approach. The research was held in class
IV SD Negeri 125540 Pematangsiantar on the second semester in 2012. The subject of
research is 80 students with 2 classes. The method of the research was quasyexperimental with factorial design 1x2. The sample was taken with cluster random
sampling. The instrument in collecting achievement learning data was a multifle choice
test that consisted of 30 items with reliability tes 0,73. Before analyzing data at first to
analyze normality and homogeneity data. Normality test used Liliofes test, and then
homogenity test used Bartlet test. The data was analyzed by ANAVA one way with α =
0,05. The result showed: (1) the average score of students’ achievement in social studies
by using contectual approach is 18,85; (2) the average score of students’ achievement in
social studies by using conventional approach is 13,025; (3) he average score of
students’ achievement in social studies by using contectual approach is higher than the
average score of students’ achievement in social studies by using conventional approach
(18,85 > 13,025).
I. PENDAHULUAN
Tugas-tugas sekolah sering lemah dalam konteks (tidak otentik), sehingga tidak
bermakna bagi kebanyakan siswa karena siswa tidak dapat menghubungkan tugas-tugas
dengan yang telah mereka ketahui. Guru dapat membantu siswa untuk belajar
memecahkan masalah dengan memberi tugas-tugas yang memiliki konteks kehidupan
nyata dan kaya dengan kandungan akademik serta keterampilan yang terdapat dalam
konteks kehidupan nyata. Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, siswa harus
mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi kemungkinan pemecahan, memilih suatu
pemecahan, melaksanakan pemecahan atas masalah dan menganalisis serta melaporkan
penemuan-penemuan mereka. Dengan begitu siswa akan belajar menerapkan
keterampilan akademik seperti pengumpulan informasi , menghitung, menulis dan
berbicara di dalam konteks kehidupan nyata.
Namun demikian pengajaran yang selama ini dilakukan oleh guru cenderung
menggunakan metode konvensional juga tidak dapat ditinggalkan begitu saja.
Melainkan disesuaikan penggunaannya sehingga dapat tepat sarana dengan kebutuhan
yang akan dicapai.
Penggunaan metode konvensional sebenarnya mengandung keuntungankeuntungan tertentu yang dapat diambil, dengan kata lain tidak semuanya penuh dengan
kelemahan. Salah satunya adalah praktis dan mudah dilaksanakan, sehingga metode ini
selalu menjadi alternatif yang digunakan oleh guru dalam pengajaran.
2
Berkenaan dengan keuntungan-keuntungan dari model pembelajaran di atas
penulis tertarik melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS ,
dengan judul penelitian yaitu: “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan
Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional dalam mata pelajaran IPS di Kelas IV SD
Negeri 125540 Pematangsiantar T.A 2012/2013”.
Tujuan penelitian adalah untuk: Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa
yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional dalam
pelajara IPS di kelas IV SD Negeri 125540 Pemtangsiantar T.A 2012/2013.
II. Metode Penelitian
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri 125540 Pematangsiantar, yang akan
dilaksanakan di kelas IV (Empat) Tahun Pelajaran 2012 terhitung mulai bulan Juli 2012
sampai Desember 2013
B. Subjek dan Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV (Empat) SD Negeri
125540 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2012/2013. Adapun jumlah populasi 80 orang
yang tediri dari 2 kelas. Penelitian menggunakan sampel total, yaitu semua kelas IV SD
Negeri 125540 Pematangsiantar. Sampel total dipilih karena jumlah siswa di sekolah
1
tersebut cukup untuk dilakukan penelitian. Jadi penelitian ini menjadikan Kelas i v
2
sebagai kelompok eksperimen dan kelas i v sebagai kelas kontrol.
3
C. Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, kedua kelompok siswa yang
subyek penelitian diberi pengajaran dengan pembelajaran yang berbeda oleh peneliti.
Agar kegiatan pembelajaran efektif maka sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan,
terlebih dahulu disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).Pembelajaran
kontekstual dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dengan waktu masing-masing 2 x 35
menit dan pembelajaran konvensional sebanyak 6 kali pertemuan dengan masingmasing waktu 2 x 35 menit.
D. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah tes. Tes
yang digunakan adalah tes tulisan berbentuk objektif tes berupa pilihan berganda
sebanyak 30 butir soal. Masing-masing soal mempunyai empat alternatif jawaban.
Untuk soal yang dihawab dengan benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah
diberi skor 0 sehingga skor maksimum adalah 30. Waktu yang diberikan untuk
menyelesaikan soal 60 menit.
E. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data dilakukan secara kuantitatif berdasarkan tes hasil belajar
IPS.
III. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang disajikan meliputi: Hasil belajar IPS di kelas eksperimen
dan kelas kontrol
4
1. Hasil Belajar IPS Kelas Kontekstual
Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual diperoleh
skor tertinggi 25 dan terendah 9, dengan skor rata-rata 18,85. Jumlah siswa yang
memperoleh kategori penilaian “sangat tinggi” adalah 16 orang siswa dari 40 orang
siswa yang mengikuti tes; untuk kategori penilaian “tinggi” adalah 15 orang siswa;
kategori penilaian “cukup” adalah 7 orang siswa; kategori penilaian “rendah” adalah 2
orang siswa dan tidak ada siswa yang memperoleh kategori penilaian “sangat rendah”.
Dengan menggunakan teknik Sturges diperoleh rentang 16, banyak kelas interval 6, dan
panjang kelas 3. Daftar distribusi frekuensi mengenai hasil belajar IPS siswa yang
menggunakan pembelajaran kontekstual dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan
Pembelajaran Kontekstual
No.
Kelas Interval
Fi
Xi
xi^2
Fixi
fixi^2
1
9 – 11
3
10
100
30
300
2
12 – 14
6
13
169
78
1014
3
15 – 17
5
16
256
80
1280
4
18 – 20
10
19
361
190
3610
5
21 – 23
8
22
484
176
3872
6
24 – 26
8
25
625
200
5000
40
105
1995
754
15076
Jumlah
Rata-Rata
18.850
Median
19.300
Modus
19.643
Simpangan Baku (S)
4.704
Varians (S^2)
22.131
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh 14 orang siswa (35%) berada di bawah skor
rata-rata dan 16 orang siswa (40%) berada di atas skor rata-rata hasil belajar IPS siswa.
5
Distribusi nilai IPS siswa di atas dapat digambarkan histogram sebagai data diagram
statistik seperti berikut:
12
10
8
6
4
2
0
8.5 - 11.5
11.5 -14.5
14.5 - 17.5
17.5 - 20.5
20.5 - 23.5
23.5 - 26.5
Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan
Pembelajaran Kontekstual
2. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional
Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
diperoleh skor tertinggi 21 dan terendah 7, dengan skor rata-rata 13,025. Jumlah siswa
yang memperoleh kategori penilaian “sangat tinggi” adalah 1 orang siswa dari 40 orang
siswa yang mengikuti tes; untuk kategori penilaian “tinggi” adalah 11 orang siswa;
kategori penilaian “cukup” adalah 15 orang siswa; kategori penilaian “rendah” adalah
13 orang siswa dan tidak ada siswa yang memperoleh kategori penilaian “sangat
rendah”.
Dengan menggunakan teknik Sturges diperoleh rentang 14, banyak kelas
interval 5, dan panjang kelas 3. Daftar distribusi frekuensi mengenai hasil belajar IPS
siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada table berikut
ini:
6
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan
Pembelajaran Konvensional
No.
Kelas Interval
fi
Xi
xi^2
fixi
fixi^2
1
7–9
9
8
64
72
576
2
10 – 12
13
11
121
143
1573
3
13 – 15
6
14
196
84
1176
4
16 – 18
6
17
289
102
1734
5
19 – 21
6
20
400
120
2400
40
70
1070
521
7459
Jumlah
Rata-Rata
13.025
Median
12.038
Modus
10.591
Simpangan Baku (S)
4.154
Varians (S^2)
17.256
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh 22 orang siswa (55%) berada di bawah skor
rata-rata dan 12 orang siswa (30%) berada di atas skor rata-rata hasil belajar IPS siswa.
Distribusi nilai IPS siswa di atas dapat digambarkan histogram sebagai data diagram
statistik seperti berikut:
14
12
10
8
13
6
9
4
6
6
6
12.5 - 15.5
15.5 - 18.5
18.5 - 21.5
2
0
6.5 - 9.5
Gambar 2
9.5 - 12.5
Histogram
Hasil
Belajar
IPS
Siswa
yang
Menggunakan
Pembelajaran Konvensional
7
1.
Pengujian normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui sampel yang digunakan apakah
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada
kedua kelompok sampel. Rangkuman hasil uji normalitas untuk kedua sampel
ditunjukkan pada table berikut ini:
Tabel 3 Hasil Pengujian Normalitas Data (Uji Liliefors)
No.
1
2
Kelompok Sampel
Hasil belajar IPS siswa yang
Menggunakan
Pembelajaran
Kontekstual
Hasil belajar IPS siswa yang
Menggunakan
Pembelajaran
Konvensional
N
Lohitung
Lotabel
Ket
40
0,0951
0,140
Normal
40
0 ,1373
0,140
Normal
Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar IPS siswa yang menggunakan
pembelajaran kontekstual diperolah harga Lohitung sebesar 0,0951. Harga Lotabel pada
taraf signifikan 5% dengan N = 40 sebesar 0,140. Dengan membandingkan harga Lohitung
dan Lotabel ternyata harga Lohitung < Lotabel (0,0951 < 0,140). Demikian pula dengan hasil
belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
dapat disimpulkan bahwa nilai Lotabel > Lohitung. Kedua sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui varians populasi bersifat
homogen
atau
tidak.
Perhitungan
pengujian
homogenitas
dilakukan
dengan
menggunakan uji F. Bila Fhitung < Ftabel, maka varians populasi bersifat homogen.
Hasil perhitungan homogenitas (Uji F) untuk kedua data dapat dilihat dari tabel
dibawah ini:
8
Tabel 4 Hasil Perhitungan Homogenitas (Uji F) untuk Kedua Data
No.
Sampel
Varians
1
Pembelajaran Kontekstual
22,131
2
Pembelajaran Konvensional
Fhitung
Ftabel
Keterangan
1,283
1,71
Homogen
17,256
Pada tabel di atas terlihat bahwa pengujian homogenitas kedua data dengan
menggunakan uji F diperoleh Fhitung < Ftabel. Hal ini berarti bahwa hasil belajar IPS
siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan konvesional adalah data
homogen.
3. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah kelompok siswa yang
diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual akan memperoleh hasil
belajar IPS lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional.
Untuk menguji hipotesis penelitian di atas digunakan analisis varians. Berikut
adalah desain penelitian Anava:
Tabel 5 Tabulasi Jumlah Desain Penelitian Anava
Metode Pembelajaran
Kontekstual
Konvensional
∑f1x1
= 754
∑f2x2
= 521
∑f1x1^2
= 15076 ∑f2x2^2
= 7459
X1rata-rata
= 18.85 X2rata-rata
= 13.025
Varian
Varian
17.256
(S1^2)
22.131 (S2^2)
=
Simp. Baku
Simp. Baku
4.704
4.154
(S1)
(S2)
=
n1
= 40
n2
= 40
Total
∑fx
∑fx^2
Xrata-rata
= 1275
= 22535
31.875
Varian (S^2)
Simp. Baku
(S)
n
= 39.387
8.858
=
= 80
9
Jk total
Jk antar kelompok
Jk dalam kelompok
Mk antar kelompok
MK dalam kelompok
Fh = MK antar : MK dalam
F table
Thitung
t-tabel
2214.688
678.612
1536.075
678.612
19.693
34.459
3.970
5.870
2.640
Berdasarkan perhitungan data, dapat diketahui bahwa hasil belajar IPS siswa
yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memiliki skor rata-rata (
X ) = 18,85, sedangkan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata ( X ) = 13,025. Hasil analisis varians
kedua metode pembelajaran menunjukkan harga Fhitung = 34,459 > Ftabel = 3,970;
sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok siswa yang
diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memperoleh hasil belajar IPS
lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah kedua metode pembelajaran di atas
memiliki perbedaan hasil belajar yang signifikan, dilakukan pengujian hipotesis
menggunakan t-test. Hasilperhitungan di atas diperoleh t-hitung 5,870 > t-tabel (2,67).
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional yang
sangat signifikan.
5.Pembahasan
a. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual
Hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual memilki skor
rata-rata sebesar 18,85, dengan kategori penilaian “tinggi”. Terdapat 35% atau 14 dari
10
40 orang siswa yang mengikuti tes berada di bawah skor rata-rata dan 40% atau 16 dari
40 orang siswa yang mengikuti tes berada di atas skor rata-rata. Jumlah siswa yang
memiliki kategori penilaian rendah dan sangat rendah hanya 2 orang siswa.
Adapun penyebab kedua orang siswa tersebut adalah sulitnya peserta didik
menghapal materi “ekonomi” sehingga siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar.
Dalam hal ini siswa
belum dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks
kehidupan sehari-hari. Banyaknya istilah-istilah pada materi ekonomi menyebabkan
peserta didik sulit mengingatnya.
Pada kelompok pembelajaran kontekstual, siswa diajar untuk mengaitkan materi
dengan situasi dunia nyata. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan sehingga siswa aktif
dalam proses pembelajaran. Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk dapat
menyelesaikan suatu permasalahan hingga menarik kesimpulan sehingga siswa dapat
menemukan sendiri konsep-konsep bahan pembelajaran.
Siswa juga dapat lebih termotivasi untuk saling bertanya dari individu kesatu
individu yang lain yang terjadi saat proses diskusi. Adanya kerjasama antar siswa untuk
menyelesaikan suatu permasalahan adalah salah satu langkah-langkah pembelajaran
kontekstual.
Bila ditinjau dari segi persentase, jumlah siswa yang memiliki skor di atas skor
rata-rata lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang memiliki skor di bawah
skor rata-rata. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Johnson (2002), yang
menyatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan menolong peserta didik melihat makna didalam materi akademik yang mereka
11
pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
kehidupan sehari-hari.
Pembuktian hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Nurhadi bahwa
pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga
mendorong sisiwa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan
siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
baru ketika ia belajar.
b. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional
Hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional memilki
skor rata-rata sebesar 13,025 dengan kategori penilaian “cukup”. Terdapat 55% atau 22
dari 40 orang siswa yang mengikuti tes berada di bawah skor rata-rata dan 30% atau 12
dari 40 orang siswa yang mengikuti tes berada di atas skor rata-rata. Jumlah siswa yang
memiliki kategori penilaian rendah dan sangat rendah hanya 13 orang siswa.
Pada kelompok pembelajaran konvensional siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa hanya mnerima materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Siswa tidak berkesempatan menemukan sendiri konsep-konsep bahan pembelajaran.
Siswa akan mengemukakan pendapat atau jawaban hanya pada saat guru memberikan
pertanyaan kepada siswa. Kesempatan bertukar pikiran dengan siswa lain sangat
terbatas, hanya dengan teman sebangku atau teman yang duduk berdekatan dengannya.
Oleh karena itu informasi yang diterima siswa kurang.
12
Kelompok pembelajaran konvensional siswa lebih banyak menghapal apa yang
diberikan oleh guru, seperti yang dialami ketigabelas orang siswa yang memiliki nilai
rendah dan sangat rendah. Sulitnya peserta didik menghapal materi “ekonomi” sehingga
siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar. Dalam hal ini siswa belum dapat
mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari. Banyaknya
istilah-istilah pada materi ekonomi menyebabkan peserta didik sulit mengingatnya.
c.
Perbedaan
Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran
Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional
Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih
tinggi daripada pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini telah membuktikan
secara signifikan bahwa terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap hasil
belajar IPS siswa SD Negeri 125540 Pematang Siantar. Hasil belajar ini terlihat dari
rata-rata perolehan skor dan hasil pengujian hipotesis dan uji lanjutnya. Rata-rata hasil
belajar IPS siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari
hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat
dilihat dari skor rata-rata pembelajaran kontekstual yaitu 18,85; dan skor rata-rata
pembelajaran konvensional yaitu 13,025.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Vandaliza, M. (2009) yang menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual memberikan
pengaruh lebih tinggi dibanding dengan pendekatan konvensional. Selajan pula teori
yang dikemukakan Johnson (2002), yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual
adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong peserta didik melihat makna
13
didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjeksubjek akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dari analisis terhadap hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan
kontekstual terlihat masih terdapat 35% atau 14 orang siswa dari 40 orang siswa berada
di bawah skor rata-rata. Adapun penyebabnya adalah sulitnya peserta didik menghapal
materi “ekonomi” sehingga mereka tidak dapat menjawab soal dengan benar. Dalam hal
ini siswa tidak dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks kehidupan seharihari.
Sedangkan hasil analisis terhadap tes hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan
metode konvensioanal terdapat 55% atau 22 orang dari 40 orang siswa berada di bawah
skor rata-rata. Kesulitan siswa disini hampir sama dengan kesulitan siswa yang
diajarkan dengan pendekatan kontekstual yaitu menghapal materi ekonomi, terutama
dalam hal istilah-istilah ekonomi yang masih sulit dipahami siswa.
Ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan CTL seperti dijelaskan oleh Wina Sanjaya (2005:110), sebagai berikut:
1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activtinging knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari
pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama
lain.
2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah
pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan
cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan,
kemudian memperhatikan detailnya.
14
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan
cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan
berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam
kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan atau
penyempurnaan strategi.
Dengan menerapkan kelima karakteristik pembelajaran kontekstual di atas,
adalah suatu hal yang wajar bahwa pembelajaran kontekstual memiliki hasil belajar
yang lebih baik dari pembelajaran konvensional.
6. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
Dari uraian hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.
Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual memiliki skor rata-rata 18,85 (tinggi). Terdapat 14 orang siswa (35%)
berada di bawah skor rata-rata dan 16 orang siswa (40%) berada di atas skor ratarata hasil belajar IPS siswa.
2.
Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran
konvensional memiliki skor rata-rata 13.025 (cukup). Terdapat 22 orang siswa
15
(55%) berada di bawah skor rata-rata dan 12 orang siswa (30%) berada di atas skor
rata-rata hasil belajar IPS siswa.
3.
Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual memiliki skor rata-rata lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa
yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil
belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual
sangat signifikan bila dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
B. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, dapat disarankan bahwa:
1. Guru
a. Dapat mempergunakan strategi pembelajaran kontekstual secara baik.
b. Dapat mempergunakan strategi pembelajaran konvensional secara baik.
2. Siswa
a. Dapat terlibat dalam pembelajaran kontekstual secara baik
b. Dapat terlibat dalam pembelajaran konvensional secara baik
3. Peneliti lain
Peneliti lain dapat menerapkan pembelajaran kontekstual dengan lebih baik agar
diperoleh hasil belajar yang baik dalam pembelajaran IPS.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, Supriono Widodo. (2003), Psikologi Belajar , PT.Rineka Cipta. Jakarta
Ausubel (1963). The Physycology of Meaningful Verbal Learning. New York Grune
and Station
Arikunto, Suharsimi (2002), Dasar- Dasar Evakuasi Pendidikan, Bumi Aksara. Jakarta
16
Ahmadi, A dan Supriono, W. (1991). Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta
Ary, Jacobs and Rezavieh. (1982). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan.
Penerjemah Furchan, A. Usaha Nasional. Surabaya.
Bloom, B.S (1982). All Our Children Learning. McGrew Hill Book. New York
Dick and Carey. L. (1996). The Systematic Design of Instruction. Fifth edition.
Addision-Wesley Educational Publisher Inc .
Depdiknas Dirjen Dikti (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Dasar dan
Menengah), Lanjutan Pertama. (2003).
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar, Rineka
Cipta. Jakarta
Gagne. (1970).The Conditioning of Leranin Holt Rinehart and Wiston. New York
Gagne, Robert.M and Briggs, Leslie. (1979). Principles of Instructional Design. Holt
Rinehart & Winston. New York.
Nasution, S. (2003). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bina
Aksara. Jakarta
Purwanto Ngalim. (1995). Psikologi Pendidikan Remaja , Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Romizowski. (1981). Instructional design System, Decision Making In Course Planning
And Curriculum Design. London. Kogan
Rosyidah. (2005). Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual.
Sanjaya,Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta. Kencana
Suriasumantri, Yuyun. (2005). Filsafat Ilmu Sebagai Pengantar Populer.Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta
Simbolon, H. (2002). Statistik Dasar . FKIP UHN.Pematangsiantar.
Slameto, (2003). Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhin. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana, (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo.
Bandung
-------------- (1992). Metode Statistika Edisi Ke-lima. Tarsito. Bandung
Suryosubroto, (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah . Rineka Cipta. Jakarta
17
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Gramedia. Jakarta
Vandaliza,M. (2009). Pengaruh Pendekatan Kontekstual dan Motivasi Belajar Terhadap
Hasil Belajar Kimia Dharmawangsa Medan. Tesis. PPS Unimed
18