DAFTAR ISI - DOCRPIJM 335448bbb7 BAB VIIBAB 7

  DAFTAR ISI

  DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

  BAB 7

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 7.1 Peta Kondisi Eksisting Permukiman dan Infrastruktur (Permukiman/

  

Gambar 7.2 Peta Kondisi Eksisting Permukiman dan Infrastruktur (Penyediaan Air

  

Gambar 7.3 Peta Kondisi Eksisting Permukiman dan Infrastruktur (Pengelolaan Air

  

Gambar 7.5 Peta Kondisi Eksisting Permukiman dan Infrastruktur (Drainase Lingkungan)23Gambar 7.6 Peta Kondisi Eksisting Permukiman dan Infrastruktur (Jalan Lingkungan) ... 23

  DAFTAR TABEL

Tabel 7.1 Data Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh Kabupaten Bolaang Mongondow............ 4Tabel 7.2 Kondisi Permasalahan Pengembangan Kawasan Permukiman ................................. 5Tabel 7.3 Kondisi Eksisting pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan ... 18Tabel 7.4 Potensi dan Masalah ........................................................................................................................ 24Tabel 7.5 MATRIKS Kebutuhan Program Sektor Bangkim BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017 S/D 2021 ........................................................................................................................................................ 30Tabel 7.6 Rumusan Penentuan Tujuan dan Indikasi Lokasi Pengembangan ........................... 32Tabel 7.7 Rencana Pengembangan Jangka Menengah Air Limbah Domestik Kabupaten

  

Tabel 7.8 Prioritas Kegiatan Air Limbah Domestik ............................................................................... 40Tabel 7.9 Rencana Jangka Menengah Program Persampahan ......................................................... 45Tabel 7.10 Prioritas Kegiatan persampahan ............................................................................................ 47Tabel 7.11 Permasalahan Mendesak Drainase ........................................................................................ 49Tabel 7.12 Sasaran Rencana Pengembangan Jangka Menengah Drainase ................................ 49Tabel 7.13 Prioritas Kegiatan persampahan ............................................................................................ 50Tabel 7.14 MATRIKS Kebutuhan Program Sektor PBL BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017 S/D 2021 ........................................................................................................................................................ 61Tabel 7.15 Data pelayanan air minum, baik perpipaan maupun non perpipaan ................... 69Tabel 7.16 MATRIKS Kebutuhan Program Sektor SPAM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017 S/D 2021 ........................................................................................................................................................ 71

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Pembangunan infrastruktur merupakan aktivitas penyediaan sarana

  prasarana dasar yang meliputi penyediaan sarana prasarana transportasi, air bersih, energi listrik, telekomunikasi, drainase dan persampahan di suatu wilayah. Ketersediaan infrstruktur dalam suatu wilayah merupakan hal yang mutlak harus dipersiapkan, karena kemajuan pembangunan suatu wilayah sangat ditentukan oleh faktor ini. Untuk itu pembangunan infrastruktur sangat membutuhkan perhatian kita semua bila kita ingin mewujudkan harapan- harapan yang tercantum dalam visi misi pada bab sebelumnya.

  Sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa Pembangunan Daerah tidak dapat dilakukan oleh pemerintah saja tetapi harus dilakukan oleh semua pihak. Artinya, selain pemerintah juga oleh masyarakat dan pihak swasta atau dunia usaha. Selama ini penyediaan infrastruktur utama (social overhead capital) sebagai penggalangan investasi (induce investment) dilakukan oleh pemerintah pusat, Provinsi maupun daerah. Sehubungan dengan hal ini, pihak pemerintah tidak akan bertindak sebagai pelaku monopoli dalam penyediaan, dan mengelola infrastruktur di masa mendatang, tetapi sebagian penyediaan prasarana dan sarana dimaksud akan dialihkan kepada sektor swasta yang memiliki manajemen, teknologi, dan finansial untuk membangun dan mengelola fasilitas-fasilitas dasar dan penunjang tersebut.

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Umumnya perkembangan kawasan permukiman yang berlangsung selama ini memperlihatkan semakin perlunya pembangunan permukiman yang lebih berbasis wilayah bukan sektor. Sifat dikotomis yang menimbulkan pertentangan antara yang baru dengan yang lama, lokal dan pendatang, antara satu sektor kegiatan dengan sektor kegiatan lainnya, modern dengan tradisional, kota dengan desa dan seterusnya, harus dihilangkan sehingga laju ketimpangan yang menumbuhkan konflik dapat diperlambat bahkan dihentikan. Perlunya pengalihan orientasi dari membangun rumah ke membangun permukiman. Ke depan upaya pengelolaan pembangunan permukiman harus memungkinkan berkembangnya terjaga dalam kerangka pembangunan permukiman yang lebih menyeluruh. Kelangkaan prasarana dasar dan ketidakmampuan memelihara serta memperbaiki permukiman merupakan masalah utama dari perumahan dan permukiman yang ada. Masalah tersebut justru menjadi lebih besar dengan adanya pembangunan baru yang cenderung dibangun untuk kepentingan pembangunnya sendiri, dibandingkan sebagai bagian membangun permukiman secara menyeluruh bagi kepentingan publik yang luas.

  Dalam pelaksanaan Pembangunan perumahan (housing) dan permukiman (human settlement) merupakan kegiatan yang bersifat multi sektoral. Rumah yang merupakan bagian dari suatu permukiman dan perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer/dasar bagi kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan akan rumah merupakan suatu ukuran bagi tercapainya kesejahteraan. Rumah tersebut tidak hanya sekedar “ada” tetapi juga harus memenuhi standar kelayakan.

  Penyediaan rumah adalah tanggung jawab kita bersama. Baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri. Pemerintah dan swasta menyediakan rumah bagi masyarakat yang kemudian berkembang menjadi perumahan, sedangkan masyarakat dengan pertumbuhan alaminya memenuhi kebutuhan rumahnya yang kemudian berkembang menjadi permukiman. Walaupun berbeda, namun keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat. Pertumbuhan dan perkembangan perumahan dan permukiman dapat menjadi pemicu dan pemacu perkembangan suatu wilayah secara ekonomi, sosial dan kemasyarakatan. Tentu saja tidak secara otomatis begitu saja, tetapi perkembangan tersebut membutuhkan penyediaan infrastruktur yang mendukungnya. Pembangunan perumahan dan permukiman pada dasarnya dibangun atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak, yang merupakan beban dan tanggung jawab masyarakat sendiri.

  b. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah yang layak dan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan berkehidupan dan berpenghidupan di lingkungan perumahan dan permukiman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman, c. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dsb.

  d. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

  e. Dalam penyusunan RPIJM hams memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Permukiman.

  f. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dalam Pengembangan Permukiman.

  g. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang- kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik h. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia. i. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi dalam Pengembangan Perkotaan pada kota bersangkutan. j. Sebagai suatu prasarana yang tidak saja penting bagi peningkatan kesehatan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan. k. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta. l. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman m. Investasi Prasarana Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya. n. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan sarana dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, peru dilakukan identifikasi lebih lanjut. o. Safeguard Sosial dan Lingkungan. p. Perhitung an dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk

  Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial dan budaya yang kondusif di perkotaan. Pengembangan permukiman juga hendaknya mempertimbangkan aspek- aspek sosial budaya setempat agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya, meliputi desain, pola dan struktur, serta bahan material yang digunakan.

7.1.1 Kondisi Eksisting Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan

  Kajian berikut akan mendeskripsikan secara umum kondisi eksisting pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Kajian eksisting ini akan terdiri dari beberapa bagian utama yaitu :

7.1.1.1 Data Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh

Tabel 7.1 Data Kondisi Eksisting Kawasan Kumuh Kabupaten Bolaang Mongondow DELINIASI LUAS LUAS DESA / DESA/KELURAHAN KAWASAN KELURAHAN LUAS DESA / DALAM KAWASAN PERMUKIMAN DELINIASI NO KELURAHAN PERMUKIMAN (Ha) DELINIASI PERKOTAAN ADMINISTRASI PERKOTAAN PERKOTAAN

  132

  1 DESA LOLAK 1800 663

  2 DESA MOTABANG 600 222 129

  3 DESA MONGKOINIT 800 1257 205

  4 DESA LABUAN UKI 560 743

  30

  5 DESA PINOGALUMAN 596 553

  72

  6 DESA LALOW * 3756 1177

  83

  7 DESA BATURAPA DUA 398 307

  63

  1. Kondisi eksisting permukiman perdesaan, permukiman nelayan, rawan DESA LOLAK

  8 80 384 174

  TOMBOLANGO 9 bencana, perbatasan, dan pulau kecil DESA LOLAK 2 950 119

  25

  10 DESA TUYAT 112 1048

  14

  2. Potensi dan tantangan pengembangan kawasan permukiman TOTAL 9652 6474 928

  Besaran masalah yang dihadapi atau tantangan yang harus diselesaikan melalui PSD Permukiman, dengan membandingkan antara

Tabel 7.2 Kondisi Permasalahan Pengembangan Kawasan Permukiman No.

  Kondisi Sistem Yang Ada

  Target Nasional

  RPJMD Besaran

  Permasalaha Keterangan

  1. Teknis

  Pemenuhan kebutuhan hunian bagi masyarakat melalui terciptanya pasar primer yang sehat, efisien, akuntabel, tidak diskriminatif, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang

  • Belum tersedianya masterplan dan rencana teknis pembangunan prasarana dan sarana dasar RSH
  • Prasarana dan sarana perumahan yang ada masih terbatas baik jumlah maupun kualitasnya
  • Kelembagaan Terbentuk dan optimalnya
No.

  market friendly,

  efisien, dan akuntabel terpenuhinya kebutuhan hunian bagi masyarakat melalui terciptanya pasar primer yang sehat, efisien, akuntabel, tidak diskriminatif, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang didukung oleh sistim pembiayaan perumahan jangka panjang yang

  market friendly,

  efisien, dan akuntabel Terbatas

  (belum memenuhi parameter teknis wilayah)

  2. Kelembagaan

  Terbentuk dan Belum Mantap

  (belum

  Kondisi Sistem Yang Ada

  Target Nasional

  RPJMD Besar an

  Permasalah Keterangan pembangunan perumahan dan permukiman belum terbentuk/be rfungsi optimal penyelenggar aan pembangunan perumahan dan permukiman penyelenggar aan pembangunan perumahan dan permukiman teknis wilayah

  3. Keuangan

  Terbentuknya pola subsidi yang tepat sasaran dan tidak mendistorsi pasar, akuntabel, dan mempunyai kepastian dalam hal tetersediaan setiap tahun

  Terbentuknya pola subsidi yang tepat sasaran dan tidak mendistorsi pasar, akuntabel, dan mempunyai kepastian dalam hal tetersediaan setiap tahun

  • 4. Promosi - Perbaikan dan pembangunan rumah berbasis keswadayaan masyarakat belum terbangun
  • Pembiayaan pembangunan perumahan terbatas

  Terbentuknya pola pembiayaan untuk perbaikan dan pembangunan rumah baru yang berbasis keswadayaan masyarakat

  Terbentuknya pola pembiayaan untuk perbaikan dan pembangunan rumah baru yang berbasis keswadayaan masyarakat

  Terbatas (belum memenuhi parameter teknis)

3. Potensi dan tantangan pengembangan kawasan permukiman

  Tantangan yang dihadapi adalah :

  a. Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana perumahan oleh pemerintah untuk kawasan rumah sederhana sehat bagi masyarakat berpendapatan rendah.

  b. Rendahnya daya beli masyarakat untuk memperoleh perumahan. Alternatif pemecahan masalah dan rekomendasi:

  I. Alternatif Pemecahan melalui Arah Kebijakan

  a. Mengutamakan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan rumah sederhana dan rumah sederhana sehat, penyediaan hunian bagi masyarakat berpendapatan rendah.

  b. Memfasilitasi dan memberdayakan masyarakat berpendapatan rendah.

  c. Menciptakan kepastian hukum dalam permukiman.

  d. Meningkatan kualitas prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan dan pesisir.

  II. Rekomendasi melalui Program-Program Pembangunan

  a. Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman dan terjangkau dengan memfokuskan pada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Kegiatan : 1) Penyediaan prasarana dan sarana dasar kawasan rumah sederhana dan rumah sederhana sehat. 2) Pengembangan pola subsidi yang tepat sasaran, efisien dan efektif sebagai pengganti subsidi. 3) Peningkatan akses masyarakat pada kredit mikro untuk pembangunan dan perbaikan rumah yang berbasis swadaya masyarakat. 4) Memfasilitasi pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) dan rumah susun sederhana milik.

  b. Penanggulangan dan rehabilitasi perumahan akibat bencana alam/ kerusuhan sosial. Kegiatan : 1) Fasilitasi dan simulasi pembangunan dan rehabilitasi rumah akibat bencana alam dan kerusuhan sosial. 2) Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan yang tanggap terhadap bencana

  Kegiatan : 1) Perbaikan lingkungan permukiman kumuh. 2) Lantainisasi Perumahan Keluarga Prasejahtera. 3) Pembangunan Sarana MCK

4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

A. Program pengembangan permukiman perkotaan

  1. Program kerangka dasar pengembangan kawasan perumahan RSH/PNS/TNI/Polri Target:

  • - Perumahan yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan

    rendah, khususnya PNS/TNI/Polri.
  • - Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah.
  • - Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS
  • - Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, Pekerja

  masyarakat berpenghasilan rendah

  • - Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat segera

  mendorong perkembangan wilayah

  • - Sudah mendatangani MOU antara Pemerintah Daerah dengan

    Bapertarum.

  Penanganan:

  • - Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman barn

  (Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS, TNI dan POLRI.

  • - Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan

  kawasan bare

  Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping .

  • - Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali

  Permasalahan yang dihadapi

  Permasalahan pembangunan permukiman saat ini adalah:

  1. Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana dasar RSH/perumahan serta operasi dan pemeliharaannya

  4. Pola subsidi yang ada cenderung dimanfaatkan oleh yang bukan menjadi sasaran

  5. Kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman belum terbentuk atau belum berfungsi secara optimal.

  Sistem PSD RSH yang diusulkan

  Usulan dan prioritas program pembangunan PSD RSH sesuai dengan prioritas program meliputi: a) Pembangunan/rehabilitasi jalan akses yang menghubungkan antar kawasan/lingkungan RSH b) Pembangunan/rehabilitasi jalan lingkungan perumahan dan atau jalan setapak yang menghubungkan antar rumah-rumah c) Pembangunan/rehabilitasi jaringan drainase primer/sekunder kawasan RSH d) Pembangunan/rehabilitasi saluran air hujan lingkungan

  e) Pembangunan/rehabilitasi sistem penyediaan air minum

  f) Pembangunan jaringan-jaringan air minum perpipaan (jaringan distribusi ke rumah-rumah) g) Pembangunan sistem pengelolaan air limbah IPAL/IPLT h) Penyediaan TPS (Container Sampah). i) Penyediaan prasarana dan sarana pengangkutan sampah.

2. Penataan dan peremajaan kawasan

  Target:

  • - Lingkungan permukiman perkotaan yang tidak teratur sehingga menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan.
  • - Lingkungan permukiman sebagai trip distributions (distribusi pergerakan) tidak accessible terhadap infrastruktur perkotaa.
  • - Pengembang an kawasan per mukiman yang tidak terkendali sehingga berdampak pada lingkungan perkotaan.
  • - Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.

  Penanganan:

  • - Pengembangan Program dan Kebijakan Pengendalian Kota Besar dan Metropolitan.
  • - Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Perkotaan.

  Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping .

  • - Daftar lokasi disahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali

3. Pembangunan rumah susun sederhana sewa

  Target: -Untuk Rusunawa yang diperuntukan bagi masyarakat berpendapatan rendah.

a) Sebagai salah satu solusi penanganan kawasan kumuh perkotaan (peremajaan kawasan permukiman perkotaan/urban renewal).

  b) Tidak bisa diharapkan sebagai sumber pendapatan daerah.

  c) Hanya dibangun pada lokasi yang memenuhi syarat administratif, fisik, ekologik, dan tidak berdampak sosial yang negatif.

  • Untuk Rusunawa yang diperuntukkan bagi buruh

  a) Diusulkan apabila sudah menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah setempat.

  b) Bukan merupakan bantuan bagi salah satu perusahaan/pabrik. Dibangun di atas tanah Pemerintah Daerah.

  c) Dengan persyaratan-persyaratan yang disepakati bersama.

  Penanganan:

  a) Penetapan Pedoman Perencanaan, Pengembangan, Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan.

  b) Penetapan Pedoman tent ang Standar Pelayanan Minimal oleh pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Rusunawa.

  c) Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan Rusunawa.

  Kontribusi Pemerintah Daerah:

  • - Menyusun renstra pembangunan permukiman termasuk pembangunan Rusunawa.
  • - Menyiapkan rencana pembangunan Rusunawa (dalam kawasan sesuai RUTR berkelanjutan dan mandiri).
  • - Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD dalam penunjangan Rusunawa.
  • - Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan Rusunawa pasca konstruksi.

4. Peningkatan kualitas permukiman

  Target: - Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan perkotaan yang tinggi.

  • - Kabupaten/Kota yang memiliki komitmen untuk melaksanakan

  program penanggulangan kemiskinan dan membentuk lembaga permukiman serta melaksanakan proses secara partisipatif.

  • - Kabupaten/Kota yang mengalokasikan dana pendamping NUSSP pada setiap

  tahun pelaksanaan yang dinyatakan dalam konfirmasi dengan surat resmi oleh Walikota/Bupati dan disetujui oleh DPRD, sesuai dengan Naskah Perjanjian Hibah dengan Departemen Keuangan menurut kapasitas fiskal yang dimiliki.

  Penanganan:

  • - Penyiapan Rencana Penataan Lingkungan/RP4D dalam bidang Perumahan dan Permukiman.
  • - Fasilitasi Kredit Mikro Perumahan kepada KBR.
  • - Pembangunan Infrastruktur Permukiman bagi KBR.
  • - Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat melalui kegiatan Pelatihan dan Pendampingan.

  Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping.

  • - Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali.

B. Program pengembangan permukiman perdesaan

1. Pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa

  Target:

  • - Lokasi sasaran adalah Kelurahan/Desa dengan jumlah penduduk miskin

  lebih dari 35%

  • - Kawasan-kawasan di perdesaan yang potensial berkembang, dan punya nilai

  lebih dari kawasan lainnya

  • - Mempunyai Desa Pusat dan desa-desa hinterland yang punya kaitan erat

  terutama di bidang ekonomi, (hinterland sebagai pemasok, desa pusat sebagai pengumpul atau pusat pelayanan )

  • - Kecamatan urban/perkotaan yang jumlah kelurahan lebih besar dan Desa sesuai data PODES/BPS.
  • - Kondisi fisik lingkungan yang memungkinkan; tidak rawan bencana,

  strategis - Kondisi sosial dan budaya masyarakat yang kondusif.

  • - Sesuai dengan RUTR dan Renstra Kabupaten.

  Penanganan:

  • Bantuan Teknis berupa : - Identifikasi lokasi KTP2D (DPP beserta desa-desa hinterlandn
  • - Perkuatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal untuk dapat menyusun

  perencanaan pengembangan kawasan perdesaan secara mandiri

  • - Penyusunan PJM yang berbasis pada pengembangan potensi ekonomi lokal, bertumpu pada kebutuhan nyata dengan melibatkan masyara
  • Bantuan Fisik berupa bantuan prasarana kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM. Diutamakan pada akses dan DPP ke desa-desa hinterland, dan akses pada kawasan lain.
  • Peningkatan prasarana desa pusat pertumbuhan diarahkan pada Penyediaan PSD Perdesaan yang dapat menstimulasi "Kegiatan Ekonomi Perdesaan".

  Kontribusi Pemerintah Daerah

  • Mencantumkan rencana penanganan KTP2D pada R enstrada - Menyediakan dana pendamp
  • - Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali.

2. Pengembangan kawasan agropolitan

  Target:

  • - Kawasan pertanian yang terdiri dan kota Pertanian, desa-desa sentra produksi

  pertanian dan desa penyangga yang ada di sekitarnya, yang memiliki fasilitas untuk berkembangnya pertanian industri.

  Penanganan: - Pembangunan prasarana sarana untuk mendukung kawasan agropolitan. Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping.

  • - Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali.

3. Pengembangan kawasan eks transmigrasi

  Target:

  • - Lokasi sasaran pada kawasan eks Transmigrai dalam upaya

  mengembangkan Kota Terpadu Mandiri (KTM) dan meningkatkan prasarana di kawasan transmigrasi yang telah berumur di atas 5 th (UPT Bina).

  Penanganan:

  • - Bantuan teknis berupa identifikasi kawasan eks transmigrasi dan identifikasi

  kebutuhan prasarana dan sarana dasar permukiman di kawasan eks transmigrasi.

  • - Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar

  permukiman, dilaksanakan dalam rangka mendukung program Departemen Transmigrasi

  Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping.

  • - Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati.
  • - Review minimal setahun sekali.

  4. Penanganan infrastruktur desa terpencil, desa tertinggal dan pulau- pulau kecil Target:

  • - Kawasan yang secara fisik terisolasi, kesulitan dalam akses menuju kawasan lainnya.
  • - Sebagian besar penduduknya adalah tertinggal baik dalam hal sosial budaya maupun ekonomi.
  • - Kondisi pelayanan kepada masyarakat masih sangat terbatas (belum banyak

  tersentuh oleh program pemerintah/non pemerintah)

  Penanganan:

  • Bantuan Teknis beru
  • - Pedoman Pengembangan prasarana di Pulau Kecil dan Terpencil - Identifikasi lokasi kawasan tertinggal dan pulau-pulau kecil yang ada dalam pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
  • - Penyusunan PJM berbasis pada upaya penanggulangan kemiskinan dan

  meningkatkan kwalitas hidup dan penghidupan masyarakat yang tinggal didalamnya, bertumpu pada kebutuhan riil dengan melibatkan masyarakat

  • Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dan sarana dalam rangka

  Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping .

  • - Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali

  5. Pengembangan kawasan perbatasan Target:

  • - Kawasan yang berbatasan dengan Negara lain (kepulauan dan daratan)

  sesuai Jakstra Pengembangan Kawasan Perbatasan

  • - Rawan isu hankamnas, ekonomi, politik, sosial dan budaya

  Penanganan:

  • Bantuan Teknis beru>- Pedoman Pengembangan prasarana Kawasan Perbatasan - Identifikasi lokasi-lokasi pada kawasan perbatasan dengan negara lain serta pulau terluar.
  • - Penyusunan PJM yang berbasis pada kebutuhan nyata sesuai dengan kriteria kawasan perbatasan dan pulau terl
  • Bantuan fisik berupa bantuan prasarana dalam rangka pengembangan kawasan sesuai dengan apa yang tertera dalam matriks program pada PJM.

  Kontribusi Pemerintah Daerah: - Menyediakan dana pendamping .

  • - Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati - Review minimal setahun sekali

  6. Penyediaan prasarana dan sarana dalam rangka pasca bencana Target:

  • - Lokasi pada daerah bencana yang mengalami kerusakan prasarana dan sarana dasar permukimannya.
  • - Sudah ada laporan dan Pemerintah Daerah atau media massa

  mengenai kejadian bencana, jenis kerusakan prasarana dan sarana dasar permukiman serta jumlah korban yang ditimbulkan

  Penanganan:

  • - Mengembalikan kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman untuk bisa

  memberikan fungsi pelayanannya seperti sebelum terjadi bencana

  • - Bantuan fisik berupa penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman untuk mengembalikan kondisi yang rusak akibat bencana.
  • - Review minimal setahun sekali

A. Aspek Pembangunan Perumahan /Permukiman

  Secara umum perumahan /permukiman yang tersebar di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow berada di kawasan pesisir dan bukan pesisir/pusat kota. Kondisi perumahan/hunian di kawasan pesisir umumnya (+80%) masih berupa rumah darurat / rumah belum layak huni. Hal tersebut dapat dilihat dari material atap rumbia, dinding tripleks/papan/bambu serta lantai yang masih tanah. Pola permukiman di daerah pesisir bertumbuh secara alamiah tanpa perencanaan sehingga kurang teratur dengan kisaran 75% tidak beraturan. Tingkat kepadatan rumah/hunian di saerah pesisir sudah cukup tinggi dengan kisaran lebih besar 80 unit/ha. Kawasan permukiman di wilayah perkotaan umumnya berkembang pada jalur jalan utama / jalan trans Sulawesi maupun jalan utama permukiman. Secara umum nampak bahwa kawasan permukiman dikawasan perkotaan terstruktur dalam bentuk pola permukiman dengan angka kepadatan sedang sampai tinggi. Pada kawasan pusat kota kepadatan berkisar 80 unit/ha, sedangkan pada kawasan pinggiran kota kepadatan + 50 unit/ha.

  B. Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum dan Kualitas Pelayanannya

  Air minum sebagai salah satu kebutuhan pokok penduduk yang berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan. Penyediaan / pemenuhan kebutuhan air minum di wilayah Kabupaten Bolaaang Mongondow sebagian besar belum terlayani PDAM. Pelayanan air minum dengan sistem perpipaan umumnya hanya terbatas pada kawasan perkotaan dengan tingkat pelayanan masih berada < 50%, sebagian besar masih di lakukan oleh masyarakat melalui air tanah / sumur. Pada kawasan pesisir pantai, kualitas air yang berasal dari sumur kurang baik karena mengandung garam. Berdasarkan pengamatan di kawasan permukiman sebagian besar belum terlihat adanya bak / hydrant penampungan air, masyarakat sangat tergantung dengan keberadaan sumur.

  C. Kondisi Sistem Pengelolaan Air Limbah dan Kualitas Pelayanannya

  Kecamatan Lolak termasuk didalamnya kawasan perkotaan Lolak belum memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Kondisi Sistem Pengelolaan Air Limbah di sehingga mencemari sungai. Tingkat penyediaan/ kepemilikkan MCK di kawasan perkotaan Lolak baru berkisar 60%, sedangkan pada kawasan pesisir penyediaan MCK masih di bawah 50%.

  D. Kondisi Sistem Pengelolaan Persampahan dan Kualitas Pelayanannya

  Kabupaten Bolaang sampai saat ini belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow telah membuat kajian tentang lokasi TPA dimana ada 3 lokasi yang menjadi usulan penetapan untuk lokasi TPA sekaligus telah menyiapkan dana untuk pengadaan lahan tersebut. Kendala yang dihadapi yaitu masyarakat yang akan dilewati jalur lokasi TPA belum bersedia apabila di wilayah mereka dijadikan lokasi TPA.

  Kondisi Pengelolaan Persampahan untuk kawasan permukiman pada umumnya masih di tangani oleh masyarakat dengan cara ditimbun, dibakar dan masih ada juga masyarakat yang membuang ke selokan dan sungai. Sedangkan pada pusat kegiatan ekonomi (pasar/pertokoan) sudah ada penanganan sampah (+ 80%) yang dilakukan oleh pihak swasta. Sampah dari pasar diangkut oleh kendaraan dan selanjutnya di buang di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) secara open dumping / tanpa pengolahan lebih lanjut.

  E. Kondisi Sistem Drainase dan Kualitas Pelayanannya

  Berdasarkan letaknya, wilayah permukiman di Kabupaten Bolaang Mongondow pada umumnya memiliki topografi yang relatif datar baik yang berada di pusat kota dan sekitarnya maupun di daerah pesisir pantai. Kondisi ini membuat arah aliran drainase cukup sulit karena perlu kajian lebih lanjut untuk penentuan system drainase kawasan. Kondisi drainase di permukiman di kawasan pesisir sering terjadi genangan frekuensi 1-3 x setahun akibat pasang air laut, sedangkan pada kawasan Permukiman Agropolitan (Dumoga) merupakan kawasan rawan banjir frekuensi 1- 3 x setahun. Lokasi permukiman di pusat kota juga sering terjadi genangan akibat buruknya drainase sesuai yang dipersyaratkan tinggi mencapai 30 cm, lamanya lebih dari satu jam dan frekuensi sering terjadi ketika cuaca hujan . Pelayanan Jaringan Drainase berkisar pada angka <60 % diaspal hotmix. Dengan klasifikasi sebagai jalan negara perbaikan jalan trans Sulawesi ini selalu mendapat perbaikan secara rutin. Sedangkan kondisi Jalan Lingkungan yang ada di kawasan perkotaan secara umum sudah baik dimana 80% - 90% sudah diaspal maupun perkerasan. Beberapa kawasan yang belum diaspal (10% - 20%) berada pada daerah pinggiran kota namun kondisi jalan yang sudah layak untuk dilewati kendaraan karena sudah ada perkerasan. seperti tanaman belum tertata sesuai dengan fungsinya sehingga kesan ruang terbuka yang terjadi negatif dan mengakibatkan penurunan kualitas estetika keseluruhan. Keberadaan ruang terbuka hijau pasif karena tidak terlihat kegiatan manusia sebagai pemakai.

  Dalam kaitannya dengan sempadan bangunan baik dari sungai maupun laut sebagian besar sudah melewati sempadan yang diatur berdasarkan undang- undang penataan ruang dikawasan. Kondisi ini berdampak pada masalah keselamatan bangunan baik yang diakibatkan terjangan ombak dari laut maupun luapan air sungai pada musim hujan.

  Mongondow

Tabel 7.3 Kondisi Eksisting pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan

  18

  Mongondow

  19

  Mongondow

  20

Gambar 7.1 Peta Kondisi Eksisting Permukiman dan Infrastruktur (Permukiman/ Perumahan)Gambar 7.3 Peta Kondisi Eksisting Permukiman dan Infrastruktur (Pengelolaan Air Limbah)Gambar 7.4 Peta Kondisi Eksisting Permukiman dan InfrastrukturGambar 7.5 Peta Kondisi Eksisting Permukiman dan Infrastruktur (Drainase

  

Lingkungan)

  Mongondow

3.Potensi Dan Tantangan Pengembangan Kawasan Permukiman

  

Potensi, Permasalahan, Tantangan dan Hambatan akan diuraikan secara Internal dan Eksternal melalui kajian SWOT, yang diuraika n berdasarkan

deliniasi lokasi kawasan perencanaan RP2KP Kabupaten Bolaang Mong ondow tahun 2014.

Tabel 7.4 Potensi dan Masalah

  24

  Mongondow

  25

  Mongondow

  26

  Mongondow

2. Pemetaan Dan Evaluasi Program-Program Pembangunan Kawasan Permukiman

  27

  Mongondow

  28

  Mongondow

  29

7.1.2 Usulan Kebutuhan Program

  9

  17

  16

  15

  14

  13

  12

  11

  10

  8

Tabel 7.5 MATRIKS Kebutuhan Program Sektor Bangkim BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017 S/D 2021 Kode KEGIATAN/OUTPUT/SUB OUTPUT/NAMA PAKET KAB/KOTA DESA/KEC

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  VOL SAT PEMANF AAT (Jiwa/Ha) SUMBER PENDANAAN x Rp. 1.000,- TAHUN ATRI BUT REDINES CRITERIA Rp. MURNI APBD PROV. APBD KAB / KOTA SWA STA Masy DAK Lahan DED SCO RE

  18 2412 Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Permukiman - - - - - 38.930.000 3.650.000 - - 2412.001 Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman - - - - - 500.000

  • - - - - - 2412.001. 001 Peraturan Pengembangan Kawasan Permukiman - - - - - 500.000
  • - - - - 2412.001.

  MONGONDOW LOLAK / LOLAK

  1 Ha 2.000.000 2017 2013 2016 2412.003. 001.4.1 Peningkatan Infrastruktur Kawasan

  POIGAR 1 kws 3.500.000 2017 2016 2016

  Permukiman Desa Poigar Kecamtan Poigar BOLAANG MONGONDOW TIBERIAS /

  POIGAR 1 kws 3.500.000 2017 2016 2016 2412.003. 001.6.1 Penanganan Infrastruktur Kawasan

  Permukiman Desa Mariri Kecamtan Poigar BOLAANG MONGONDOW MARIRI I /

  1 Ha 1.200.000 2017 2016 2016 2412.003. 001.5.1 Penanganan Infrastruktur Kawasan

  NANASI / POIGAR

  Permukiman Kumuh Kel. Nanasi Kec. Poigar Kab. Bolaang Mongondow BOLAANG MONGONDOW

  MONGONDOW MAELANG / SANGTOMB OLANG

  1 NSP K 500.000 2018 Umu m

  001.3.1 Peningkatan Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh Kec.Sang Tombolang BOLAANG

  4 Ha 2.000.000 2018 Umu m 2412.003.

  IT / LOLAK

  Bangunan Pelengkap Pemukiman Kumuh Kec.Lolak BOLAANG MONGONDOW MONGKOIN

  1 Ha 17.000.000 2020 2013 2019 2412.003. 001.2.1 Peningkatan Jalan Lingkungan Beserta

  IT / LOLAK

  001.1.1 Peningkatan Kawasan Pemukiman Kota Lolak BOLAANG MONGONDOW MONGKOIN

  2412.003 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan - - - - - 27.200.000 2.000.000 - - - - - 2412.003. 001 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh - - - - - 27.200.000 2.000.000 - - - - 2412.003.

  001.1.1 Penyusunan RP2KPKP Kabupaten Bolaang Mongondow BOLAANG

30 Mongondow

  • - - - - - 11.230.000 1.650.000 - - - - - 2412.004. 001 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial - - - - - 11.230.000 1.650.000 - - - - 2412.004.

  1 kws 1.000.000 2018 Agropo litan 2412.004.

  38.930.000 3.650.000

  Rata2 Score RC 0,0 TOTAL

  1.650.000 Rata2 Score RC 0,0 Sub Total Tahun Anggaran 2020 17.000.000 Rata2 Score RC 0,0 Sub Total Tahun Anggaran 2021

  Sub Total Tahun Anggaran 2017 10.580.000 2.000.000 Rata2 Score RC 0,0 Sub Total Tahun Anggaran 2018 11.350.000 Rata2 Score RC 0,0 Sub Total Tahun Anggaran 2019

  IBOLIAN / DUMOGA TENGAH 1 kws 1.200.000 2018 Umum

  Desa Ibolian Kec. Dumoga Barat Kab. Bolaang Mongondow BOLAANG MONGONDOW

  TIMUR 1 kws 1.230.000 2017 2016 2016 2412.004. 001.12.1 Pembangunan Jalan Usaha Tani beserta Bagunan Pelengkapnya

  Timur Desa Tonom BOLAANG MONGONDOW TONOM / DUMOGA

  Agropo litan 2412.004. 001.11.1 Pembangunan Kawsan Permukiman Agropolitan Kec. Dumoga

  MONGONDOW TONOM / DUMOGA TIMUR 1 kws 1.000.000 2018

  001.10.1 Pembangunan Kawasan Permukiman Agropolitan Desa Toruakat Kec. Dumoga Timur Kab. Bolaang Mongondow BOLAANG

  MONGONDOW POIGAR / POIGAR 1 kws 1.150.000 2017 2016 2015 2412.004.

  001.9.1 Pembangunan Infrastruktur Kawasan Perdesaan Agropolitan Desa Poigar I Kec. Poigar Kab. Bolaang Mongondow BOLAANG

  Lolak Kab. Bolaang Mongondow BOLAANG MONGONDOW LALOW / LOLAK

  V Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

  001.8.1 Pembangunan Kawasan Permukiman Agropolitan Desa Lalow Kec.

  BOLAANG MONGONDOW LALOW / LOLAK 1 kws 2.000.000 2018 Umum 2412.004.

  TANDU / LOLAK 1 kws 875.000 2018 2013 2412.004. 001.7.1 Pembangunan Drainase Desa Lolaw Kec. Lolak

  001.6.1 Pembangunan Drainase Desa TanduKec. Lolak BOLAANG MONGONDOW

  MAELANG / SANGTOMBOLANG 1 kws 1.000.000 2018 Umum 2412.004.

  001.5.1 Pembangunan Drainase Desa Maelang Kec. Sangtombolang BOLAANG MONGONDOW

  INOBONTO / BOLAANG 1 kws 900.000 2018 2013 2017 2412.004.

  001.4.1 Pembangunan Drainase Desa Inobonto Kec. Bolaang BOLAANG MONGONDOW

  BABO / SANGTOMBOLANG 1 kws 875.000 2018 2013 2017 2412.004.

  001.3.1 Pembangunan Drainase Desa Babo Kec. Sangtombolang BOLAANG MONGONDOW

  BANGOMOLUNOW / BOLAANG 1 kws 775.000 2019 2013 2018 2412.004.

  001.2.1 Pembangunan Drainase Desa Bagomolunow Kec. Bolaang BOLAANG MONGONDOW

  LANGAGON II / BOLAANG 1 kws 875.000 2019 2013 2018 2412.004.

  001.1.1 Pembangunan Drainase Desa Langagon II Kec. Bolaang BOLAANG MONGONDOW

31 Mongondow

7.1.3 Sasaran Program Pengembangan Kawasan Permukiman

  Selanjutnya sebelum merumuskan kebijakan pengembangan permukiman perkotaan dan sasaran program yang sesuai dengan kebutuhan penanganan perlu ditetapkan arah atau tujuan pembangunan berdasrkan aspek/sektor yang berkaitan. Berikut ini adalah rumusan penentuan tujuan dan indikasi lokasi pengembangan serta kebutuhan penanganannya. Perumusan berdasarkan tiap-tiap sector tersebut dirumuskan satu persatu dan akan menjadi output dalam penentuan/pengambilan keputusan untuk menentukan tujuan utama dalam pembangunan permukiman di Kabupaten Bolaang Mongondow.

  Adapun rumusan tujuan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7.6 Rumusan Penentuan Tujuan dan Indikasi Lokasi Pengembangan

  Dari penentuan tujuan berdasarkan kebutuhan pengembangan berikut ini ditentukan kebijakan untuk setiap sektor yang berkaitan.

7.2 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP)

7.2.1 Air Limbah

1. Kondisi Eksisting Air Limbah

  Program dan kegiatan di bidang pengelolaan air limbah bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur, dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Bebahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera, dll.

  Kajian berikut akan mendeskripsikan secara umum kondisi eksisting pembangunan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP). Kajian eksisting ini akan terdiri dari beberapa bagian utama yaitu :  Aspek Pengembangan Sarana dan Prasarana :

  53.2% 8.9% 1.4% 27.4%

  1.3% 5.8% 2.8% 3.1% 1.1%

  Jamban pribadi MCK/WC Umum Ke WC helikopter Ke sungai/pantai/laut Ke kebun/pekarangan Ke selokan/parit/got Ke lubang galian Lainnya, Tidak tahu Keterangan : Jumlah Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow

  • Tahun 2014 = 220.544 Jiwa atau 55.136 KK
  • = 53.2% (29.332 KK)

  Jumlah Penduduk Perkotaan Tahun 2014 = 22.523 Jiwa / 5630 KK

  Akses Jamban Pribadi

  = 8.9 % (4.907 KK) Akses MCK WC Gantung (Cubluk)

  • = 1.4 % (771 KK)

  Tidak Ada Akses - = 36.5 % (20.124 KK)

   Pengumpulan dan Penampungan/Pengolahan Awal :

  100% 90% 80% 100% 70% 90% 60%

  77.5

  83.4

  85.9

  84.8

  86.9 80% 50% tidak aman

  70% 40% 77.5 60%

  83.4

  85.9

  84.8 Suspek aman

  86.9 30% 50% 20% 40%

  22.5 10%

  16.6

  14.1

  15.2