BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter Kerja Keras - PENINGKATKAN SIKAP KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP DARATAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK,

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Pendidikan Karakter Kerja Keras

  Dalam Kemendiknas ( 2010: 2 ), berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

  a. Pendidikan Karakter Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,

  9

  10

  bersikap, dan bertindak (Kemendiknas, 2010: 4). Menurut Philips dalam Mu'in (2011 : 160), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada satu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.

  Pendidikan karakter dapat dikatakan sebagai pendidikan yang berdasarkan atas nilai-nilai pancasila. Pengembangan nilai-nilai tersebut berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

  Menurut Sulistyowati (2012:5) pembangunan karakter bangsa memiliki urgensi yang sangat luas dan bersifat multidimensional.

  Beberapa alasan pentingnya pendidikan karakter untuk dilaksankan, di antaranya: 1) Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara. Hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter berperan sebagai kemudi dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing.

  2) Karakter tidak datang sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat.

  Pendidikan budaya dan karakter bangsa memiliki tiga pengertian, yaitu pengertian secara umum, pengertian secara progamatik dan secara teknis. (pendidikan karakter, puskur 2010 da lam Sulistyowati 2012 : 22- 23) pengertian secara umum merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri siswa, sehingga mereka

  11

  memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, produktif dan kreatif. Secara progamatik diartikan sebagai usaha bersama semua guru dan pimpinan sekolah, melalui mata pelajaran dan budaya sekolah dalam membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada siswa melalui proses aktif siswa dalam proses pembelajaran. Secara teknis memiliki makna sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai- nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan siswa secara aktif di bawah bimbingan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan dalam kehidupannya di kelas, sekolah dan masyarakat. Dari pengertian di tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidian karakter adalah pengembangan dan penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa agar seluruh warga negara memiliki sifat budi pekerti yang luhur berdasarkan nilai-nilai pancasila.

  b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter Dalam Kemendiknas (2010: 8) pendidikan budaya dan karakter bangsa mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut:

  1) Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsaadalah:

  a) pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;

  12

  b) perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan

  c) penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. 2) Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa adalah:

  a) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

  b) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

  c) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; d) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan e) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

  13

  c. Sumber Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Kemendiknas ( 2010: 8-9 ) menjelaskan pula sumber dari nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini: 1) Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. 2) Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip- prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.

  Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

  14

  3) Budaya:sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. 4) Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

  d. Kerja Keras Salah satu karakter bangsa yang ingin dikembangkan adalah kerja keras. Manusia dalam menjalani kehidupan ini tidak melulu menemukan jalan yang lurus sehingga mudah melewatinya, tetapi terkadang kita juga akan menemui jalan yang berkelok, berbatu, dan terjal sehingga untuk mencapai tujuan kita harus berusaha dengan keras agar dapat melewati jalan tersebut. Hal tersebut menggambarkan bahwa hidup di dunia ini manusia tidak hanya memperoleh kegembiraan tetapi akan ada penderitaan, hambatan, rintangan yang harus dihadapi untuk mencapai

  15

  kebahagian. Hambatan dan rintangan tersebut akan dapat terlewati hanya dengan usaha pantang menyerah dan terus bekerja keras. Maka dari hal itu sikap kerja keras perlu ditanamkan sejak dini agar siap dan dapat menerapkannya dalam kehidupan yang dijalaninya.

  Menurut Oetomo (2012: 24) kerja keras adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, tekun, disiplin dan rajin. Dengan kerja keras pasti menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Setiap saat harus belajar secara tekun dan rajin untuk mendapatkan nilai yang lebih bagus.

  Menurut Mustari (2011: 52), pantang menyerah adalah salah satu tanda dari kerja keras, yaitu usaha menyelesaikan kegiatan atau tugas secara optimal. Kerja keras ini dapat ditandakan dengan: 1) Menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang ditargetkan.

  2) Menggunakan segala kemampuan/daya untuk mencapai sasaran. 3) Berusaha mencari berbagai alternatif pemecahan ketika menemui hambatan.

  Kerja keras perlu dilakukan tidak hanya dalam usaha pekerjaan melainkan juga pada usaha belajar. Kerja keras dalam usaha belajar akan membawa dirinya pada suatu hasil yang memuaskan. Kerja keras perlu diterapkan dalam belajar agar para siswa tidak mudah menyerah setiap saat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerja keras adalah suatu usaha tidak mudah menyerah dalam melakukan segala kegiatan untuk mencapai tujuan yang maksimal. e. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Nilai Kerja Keras Semua mata pelajaran mempunyai indikator keberhasilan mata pelajaran yang menggambarkan sesuatu yang harus dicapai peserta didik setelah belajar, begitu juga dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter nilai kerja keras dalam belajar mempunyai indikator keberhasilan yang harus dikuasai peserta didik. Kemendiknas memberikan indikator keberhasilan nilai kerja keras untuk sekolah dasar dalam tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Keterkaitan Nilai dan Indikator untuk Sekolah Dasar

  Nilai

  Indikator 1-3 4-6

  Kerja keras:

  Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

  Mengerjakan semua tugas kelas dengan sungguh-sungguh.

  Mengerjakaan tugas dengan teliti dan rapi. Mencari informasi dari sumber di luar buku pelajaran.

  Mencari informasi dari sumber-sumber di luar sekolah. Menyelesaikan PR pada waktunya.

  Mengerjakan tugas- tugas dari guru pada waktunya. Menggunakan sebagian besar waktu di kelas untuk belajar.

  Fokus pada tugas- tugas yang diberikan guru di kelas. Mencatat dengan sungguh-sungguh sesuatu yang ditugaskan guru.

  Mencatat dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dibaca, diamati, dan didengar untuk kegiatan kelas.

  Sumber: Kemendiknas (2010: 32) 16

2. Prestasi Belajar

  1) Pengertian Belajar Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dalam Sanjaya (2011: 112) belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

  Dalam Sagala (2010:14) ada beberapa ahli pendidikan dan psikologi yang mengemukakan pandangannya mengenani pengertian dan makna belajar, yaitu:

  1) Belajar Menurut Pandangan Skinner Belajar menurut pandangan Skinner adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif.

  Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Jadi belajar adalah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons.

  2) Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan 17

  18

  hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar juga terjadi bila suatu stimulus bersama dengan ingatan mempengaruhi siswa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum siswa mengalami situasi itu ke waktu setelah siswa mengalami situasi itu tadi.

  3) Belajar Menurut Pandangan Piaget Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar pada anak-anak adalah anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya. Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.

  Berdasarkan pada berbagai pandangan mengenai belajar dari sejumlah ahli tersebut, maka dapat ditemukan suatu kesamaan tentang pengertian dan makna belajar yaitu “suatu proses perubahan perilaku seseorang berdasarkan latihan atau pengalaman”.

  Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar menurut Slameto (2010:3) yaitu :

  1) Perubahan terjadi secara sadar 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

  4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

  19

  2) Pengertian Prestasi Belajar Ada beberapa pendapat pengertian prestasi dari para ahli (Hamdani,

  2011: 137): 1) WJS. Purwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan).

  2) Qohar dalam Jamarah mengatakan bahwa prestasi sebagai hasil yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan. 3) Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

  4) Menurut Winkel dalam Hamdani (2011:137) prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang dicapai seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

  5) Menurut Arif Gunarso dalam Hamdani (2011:137) prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Menurut Hamdani (2011:137) prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen yang relevan, jadi, prestasi belajar

  21

  adalah hasil pengukuran dari hasil usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar siswa dapat diketahui diketahui setalah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

  Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil maksimal yang diperoleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajarnya. Prestasi belajar diketahui setelah diadakan evaluasi yang mencakup materi yg telah dipelajari. Hasil dari prestasi belajar biasanya ditunjukkan dengan simbol, huruf, atau dengan kalimat-kalimat yang menunjukkan keberhasilan belajar siswa.

  3) Faktor Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut

  Hamdani (2011:139) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern): 1) Faktor intern

  Faktor intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Macam-macam dari faktor intern antara lain sebagai berikut: a) Kecerdasan (Intelegensi)

  Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

  Tingkat intelegensi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar

  22

  siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang siswa, semakin tinggi pula peluang untuk meraih prestasi yang tinggi.

  b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis Kondisi jasmaniah atau fisiologi pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

  c) Sikap Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh.Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama sisa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakkannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar.

  d) Minat Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memerhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini berkaitan dengan perasaan, terutama perasaan senang. Jika seorang siswa mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu, akan terus menerus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkan tercapai.

  e) Bakat Bakat adalah kemampuan potensional yang dimiliki sesorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap

  23

  orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

  f) Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapa tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya.

  2) Faktor Ekstern Faktor ekstern terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Contoh lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, teman-teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar.. Adapun yang termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah, tempat tinggal, dan waktu belajar. Pengaruh lingkungan pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (2010:60), faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah: a) Keadaan keluarga

  Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Oleh karena itu, orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga yang kemudian berlanjut ke pendidikan sekolah.

  24

  b) Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat.

  c) Keadaan masyarakat Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak.

  Berdasarkan pada uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor-faktor dari dalam ialah kecerdasan, faktor jasmaniah, sikap, minat, bakat, motivasi. Sedangkan yang termasuk faktor-faktor dari luar yaitu keadaan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

3. Pembelajaran Kooperatif

  a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

  Coopertive learning

  berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu dengan cara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperatif adalah sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur.

  Menurut Djamarah (2010: 357) strategi pembelajaran kooperatif adalah

  25

  stategi pembelajaran yang di dalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama di dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar. Menurut Lie (2008:18) dalam metode pembelajaran cooperative learningbukan sekedar kerja kelompoknya, melainkan pada penstrukturannya.

  Dalam Slavin (2010:10) penelitian mengenai pembelajaran kooperatif telah mengindikasikan bahwa penghargaan tim dan tanggung jawab individual sangat penting untuk meningkatkan prestasi kemampuan dasar. Pada akhir-akhir ini pembelajaran kooperatif banyak dikembangkan dan dianjurkan untuk digunakan dalam pembelajaran. Slavin dalam Sanjaya (2011: 242) mengemukakan dua alasan yaitu: pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap kurang menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.

  Kedua

  , pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang membentuk siswa menjadi kelompok-kelompok kecil heterogen untuk bekerja sama dalam belajar memecahkan suatu masalah dengan pemberian penghargaan untuk lebih memotivasi siswa belajar. Semua anggota dalam kelompok

  26

  kecil tersebut dituntut untuk saling membantu untuk memahami materi belajar sehingga tujuan belajar yang dapat tercapai.

  b. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif Dalam bukunya Lie (2008:31) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal terdapat lima unsur model pembelajaran kooperatif

  (gotong royong) yang harus diterapkan: 1) Saling ketergantungan positif

  Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas agar setiap anggota kelompok dapat menyelesaikan tugasnya sendiri masing-masing. 2) Tanggung jawab perseorangan

  Dalam pembelajaran kooperatif, tugas yang diberikan pada setiap anggota kelompok berbeda-beda. Sehingga setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. 3) Tatap muka

  Setiap kelompok yang mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, sosial-ekonomi yang berbeda-beda harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. 4) Komunikasi antar anggota

  Untuk keberhasilan suatu kelompok, diperlukan adanya saling mendengarkan pendapat teman sendiri.

  27

  5) Evaluasi proses kelompok Adanya evaluasi disetiap akhir pertemuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. Guru harus dapat menggunakan macam-macam evaluasi sesuai dengan materinya. Menurut uraian diatas ada lima unsur pokok pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil belajar yang maksimal yaitu saling ketergantungan, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Pada kelima unsur diatas mengandung arti bahwa dalam pembelajaran koopertif diperlukan kerja sama dari masing-masing anggota kelompok untuk dapat menyelesaikan tugas agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

  c. Keterampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran koperatif Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya mempelajari suatu materi pelajaran tetapi siswa juga akan memperoleh keterampilan- keterampilan khusus yaitu keterampilan kooperatif. Keterampilan tersebut menurut Ibrahim (2000) dalam Djamarah (2010: 360-361) 1) Keterampilan-keterampilan Sosial

  Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif dengan orang lain.

  28

  2) Keterampilan Berbagi Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Siswa yang mendominasi sering melakukan secara sadar dan tidak tahu akibatnya untuk siswa lain. 3) Keterampilan Berperan Serta

  Terkadang sejumlahh siswa mendominasi kegiatan kelompok, siswa lainnya tidak mau ikut berperan serta terkadang karena malu. Siswa tersebut adalah siswa yng mengalami kesulitan berperan serta dalam kelompok.

  4) Keterampilan-keterampilan Komunikasi Pembelajaran kooperatif tidak efektif apabila terdapat miskomunikasi.

  Empat keterampilan komunikasi yang perlu diajarkan kepada siswa yaitu: mengulang dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan mengecek lisan. 5) Keterampilan-keterampilan Kelompok

  Sebelum siswa dapat belajar secara efektif di dalam kelompok pembelajaran kooperatif, mereka harus belajar tentang memahami satu sama lain dan satu sama lain menghormati perbedaan mereka.

  d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing karena tidak ada satu strategi pun yang paling baik diantara strategi pembelajaran lainnya.

  29

  1) Keunggulan dari strategi pembelajaran kooperatif dalam Djamarah (2010: 366) adalah:

  a) Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yng menyenangkan.

  b) Optimalisasi partisispasi siswa

  c) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

  d) Adanya struktur yang jelas da memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur e) Meningkatkan penerimaan

  f) Meningkatkan hubungan positif

  g) Motivasi intrinsik makin besar

  h) Percaya diri yang tinggi i) Prilaku dalam tugas lebih j) Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah k) Siswa bertanggung jawab dengan belajarnya l) Siswa mengartikan “apa yang guru bicarakan” kepada ‘apa yang dikatakan siswa” untuk peer mereka m) Siswa meningkat dalam “kolaborasi kognitif”. Mereka mengorganisasi pikirnya untuk dijelaskan ide pada teman-teman sekelas mereka.

  30

  2) Kelemahan strategi pembelajaran kooperatif dalam Djamarah (2010: 366) adalah:

  a) Siswa yang pandai dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah b) Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memilii pemahaman yang memadai c) Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think, Pair, and Square

  a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Think, Pair and Square Model think, pair, and square adalah salah satu model pembelajaran yang dikembangankan dari model diskusi kelas. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dan merupakan modifiasi dari think,

  pair

  , and share yang dikembangkan oleh Frank Lyman. Teknik ini memberi kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik think,

  pair, and square

  ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

  Menurut Trianto (2011: 81) TPS atau pola berpikir berpasangan merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

  Langkah-langkah dari model kooperatif tipe TPS adalah sebagai berikut: 1) Langkah 1 : berpikir (think)

  Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bgian berpikir. 2) Langkah 2: berpasangan (pairing)

  Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. 3) Langkah 3: berbagi (share)

  Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi keseluruh kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari satu pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaopor. (Trianto, 2011: 81-82) Dalam think, pair, and square awalnya guru membagi siswa dalam kelompok setiap kelompok terdiri dari 3-4 anak, langkah berikutnya sama seperti think, pair, share dan sebelum berbagi keseluruh kelas mereka kembali ke kelompok awal. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah think, pair, square dijelaskan oleh Djamarah (2010: 404) sebagai berikut: Langkah-langkah model pembelajaran think, pair, and square:

  1) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.

  2) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. 3) Siswa berpasangan degan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi degan pasangannya.

  4) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

5. Mata Pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) SD Berdasarkan KTSP

  Dalam Mulyasa (2009: 8), KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang dikembangka sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/ daerah, karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.

  Mulyasa (2009: 12) menjelaskan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembagkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36:

  • Pengembangan kurikulum dilakukan dengn mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
  • Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
  • Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengan dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyususnan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.

  Dalam Mulyasa (2009: 110) dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

  a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) Pengetahuan alam artinya pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya, sedangkan pengetahuan itu artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Ilmu pengetahuan alam disebut juga dengan ilmu alamiah, dalam bahasa inggris disebut natural science dalam bahasa Indonesia lazim digunakan istilah Sains. Ilmu alamiah IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. (Jasin, 2002: 1).

  Fowler mendefinisikan bahwa IPA merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes di dalam bukunya “science in Education” nyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khsusus. (Aly, 2010: 18). Kemudian Aly (2010: 18) meyimpulkan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/ disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan bservasi eksperimentasi, penyimpulan, penyususnan teri, ekserimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu yang sistematis mengenai alam smesta beserta isinya.

  Dalam Jasin (2002: 36-37) Ilmu pengetahuan alam atau ilmu alamiah yang membahas tentang alam dengan segala isinya dibagi menjadi beberapa bidang yaitu:

  1) fisika (physics), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda tidak hidup atau mati dari aspek wujud dengan perubahan-perubahan yang bersifat sementara. 2) Kimia (chemistry), suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari benda hidup dan tidak hidup dari aspek susunan materi dan perubahn- perubahan yang bersifat tetap. 3) Biologi (biological science), ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-gejalanya. b. Tujuan Kurikulum Pembelajaran IPA SD Berdasarkan KTSP Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006 mata

  pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

  2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

  5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

  6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

  c. Pokok Bahasan Materi Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) Dalam penelitian kali ini akan difokuskan pada materi IPA kelas IV semester 2 de ngan materi Perubahan Lingkungan Fisik dan Pengaruhnya terhadap Daratan, dalam buku BSE ( Rositawaty dan Muharam, 2008: 157-163) materi tersebut adalah sebagai berikut: Beberapa perubahan lingkungan menyebabkan kerusakan pada bumi.

  Hal tersebut terjadi karena perubahan lingkungan yang tidak seimbang. Berikut ini adalah beberapa akibat yang disebabkan oleh perubahan lingkungan tidak seimbang serta pencegahannya.

  1. Erosi Erosi adalah pengikisan yang terjadi pada tanah. Pengikisan tanah dapat disebabkan oleh air dan angin. Erosi pada tanah dapat disebabkan olehperubahan lingkungan yang tidak seimbang. Contohnya adalah erosi yang terjadi di kawasan hutan gundul. Di kawasan hutan gundul, erosi sangat mudah terjadi.

  Pada saat hutan masih dipenuhi tumbuhan, kemungkinan erosi tanah terjadi sangat kecil. Jika suatu daerah dipenuhi tumbuhan, air hujan tidak langsung jatuh ke tanah. Air hujan tertahan terlebih dahulu oleh daun-daun tumbuhan sehingga jatuhnya air ke atas tanah tidak terlalu cepat.

  Selain itu, akar tumbuhan akan lebih mengikat dan menahan tanah dengan baik. Oleh karena itu, penyerapan air pun dapat berlangsung dengan baik. Selain itu, tumbuhan dapat memperlambat kecepatan angin yang berhembus. Hal tersebut sangat bermanfaat karena pengikisan permukaan tanah oleh angin menjadi berkurang.

  Sementara itu, jika hutan gundul, tidak ada daun-daun tumbuhan yang menahan jatuhnya air ke atas tanah dan menahan hembusan angin. Air hujan jatuh langsung ke atas tanah dan membawa butiran tanah bersama aliran air. Selain itu, angin dapat mengikis permukaan tanah. Dampak lebih lanjut dari erosi adalah tanah menjadi tandus dan tidak subur. Hal tersebut terjadi karena lapisan tanah yang subur ikut terkikis air. Dari uraian tersebut, dapatkah kamu menyebutkan cara pencegahannya? Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah erosi adalah melakukan reboisasi dan penghijauan. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan mencegah penebangan secara liar dan berlebih. Reboisasi adalah menanami kembali hutan-hutan gundul dengan tumbuhan yang sesuai.

  Penghijauan adalah menanami daerah-daerah kosong dan tidak termanfaatkan. Dengan cara tersebut, kamu dapat mencegah dan mengurangi erosi tanah.

  2. Abrasi Abrasi adalah pengikisan daratan oleh air laut. Hal tersebut terjadi akibat kuatnya ombak yang menghantam daratan. Jika hal itu terus terjadi, apakah daratan akan habis? Hal tersebut mungkin saja terjadi namun dalam jangka waktu yang lama. Abrasi dapat menyebabkan berkurangnya luas daratan. Deburan ombak yang terus menerus menghantam pesisir pantai menyebabkan daratan terus terkikis. Abrasi akan terjadi dengan cepat jika tidak ada penahan ombak.

  Penahan ombak alami adalah hutan bakau dan hutan pantai. Namun, akibat pertambahan penduduk yang cepat dan kebutuhan tempat tinggal yang bertambah, hutan-hutan di daerah pantai telah habis. Selain itu, lingkungan di sekitar pesisir pantai pun berubah. Hal ini dapat mempercepat proses abrasi yang terjadi di daerah pantai.

  Agar abrasi tidak terus terjadi, yang harus kita lakukan adalah mencari pencegahannya. Bagaimana cara mencegahnya? Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah abrasi, yaitu:

  • Mengembalikan keadaan lingkungan pantai pada keadaan semula seperti adanya hutan bakau dan hutan pantai.
  • Mengembalikankeadaan lingkungan pantai dapat dengan cara reboisasi dan penghijauan.
  • Jika daerah pantai tersebut merupakan pusat kehidupan manusia maka harus dibuat daerah penahan dan pemecah ombak, seperti batu-batu besar, dinding, atau beton.

  3. Banjir Apakah kamu pernah mendengar berita tentang bencana banjir?

  Mungkin kamu pernah mendengarnya. Dewasa ini beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta dan Bandung sering terkena banjir. Mengapa hal tersebut terjadi? Banjir adalah meluapnya air akibat sungai dan danau tidak dapat menampung air.

  Banjir merupakan salah satu dampak dari perbuatan manusia yang tidak menyayangi lingkungannya. Beberapa perbuatan yang dapat menyebabkan banjir adalah sebagai berikut.

  • Membuang sampah ke sungai yang menyebabkan aliran air menjadi tersumbat.
  • Membuat bangunan dari tembok tanpa menyediakan peresapan air.
  • Penebangan pohon yang tidak terkendali.

  Perbuatan manusia tersebut sangat berdampak besar terhadap perubahan lingkungan. Banjir merupakan salah satu dampaknya. Banjir dapat merusak dan mengubah lingkungan dengan cepat. Menurutmu, apa yang dapat kamu lakukanuntuk mencegah banjir? Hal-hal yang dapat kamu lakukan untuk mencegah banjir antara lain: • Membuang sampah pada tempat yang benar dan telah disediakan.

  • Menyediakan lahan kosong untuk ditanami tanaman. Tanah tersebut berfungsi sebagai daerah peresapan air.
  • Tidak menebang pohon secara besar-besaran dan tanpa kontrol agar tempat peresapan dan cadangan air tetap terjaga.

  4. Longsor Longsor adalah meluncurnya tanah akibat tanah tersebut tidak dapat lagi menampung air dalam tanah. Biasanya longsor terjadi pada tanah yang miring atau tebing yang curam. Apakah faktor yang menyebabkan tanah menjadi longsor?Tanah miring dan tidak terdapat tanaman sangat rentan terhadap longsor. Mengapa demikian? Hal itu terjadi karena tidak ada akar tumbuhan yang dapat menahan tanah tersebut.

  Akar-akar tumbuhan yang menjalar di dalam tanah akan saling mengikat dan mengait sehingga permukaan tanah pun akan cukup kuat.

  Selain itu, air yang ada di dalam tanah terus diserapoleh tumbuhan sehingga kandungan air dalamtanah tidak berlebih. Untuk membuktikannya, lakukan kegiatan berikut.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmi Azizah (2011) yang berjudul “ Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA mengenai Sifat-Sifat Cahaya pada Cermin Datar, Cermin Cekung dan Cermin Cembung melalui pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Square di Kelas V SD Negeri 2 Sidarata”, bahwa berdasarkan hasil siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe think pair square ini dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

  Pada uraian tersebut, kamu dapat mengetahui mengapa longsor dapat terjadi. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab longsor, kamu dapat menyebutkan cara pencegahannya. Bagaimana cara pencegahannya? Pencegahan longsor dapat dilakukan sebagai berikut.

  • Jangan membiarkan tanah yang miring menjadi gundul atau tidak ada tumbuhannya.
  • Lakukanlah reboisasi dan penghijauan.
  • Jika tanah miring dijadikan lahan pertanian, buatlah sengkedan (terasering). Sistem tersebut dapat mencegah terjadinya longsor.
  • Jangan membuat tempat tinggal di daerah rawan longsor, seperti di kaki bukit, kaki tebing, atas bukit, dan atas tebing.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Dari siklus I dan siklus II motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yaitu pada kategori A (sangat baik) dengan rata-rata skor 3,6. Kemudian pada prestasi belajar mengalami peningkatan dari silus I ke siklus II sebesar 32,3 %.

  Ketuntasan belajar mengalami peningkatan yaitu sebesar 88%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Rakhmi Azizah yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.

  Merujuk pada hasil penelitian di atas, peneliti melihat bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think, pair, and squarecukup efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas, sehingga peneliti dala PTK ini menerapkan model pembelajaran yang sama namun untuk meningkatkan variabel sikap kerja keras dan prestasi belajar.

C. Kerangka Berpikir Pembelajaran IPA akan membawa siswa lebih mengenal alam sekitarnya.

  Agar siswa lebih mengenal alam maka materi Perubahan Lingkungan Fisik dan Pengaruhnya terhadap Daratan adalah salah satu materi yang harus dikuasi oleh siswa. Tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan maka guru perlu menyajikan materi tersebut dengan menarik dan menyenangkan. Guru dapat meyajikannya dengan model pembelajaran think, pair, square. Model pembelajaran ini akan membuat siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

  Model pembelajaran ini menuntut siswa aktif berpartisipasi dan juga berfikir mandiri untuk menemukan sebuah jawaban, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Siswa bebas mengeluarkan ide dan pendapat mereka serta mengkomunikasikan hal tersebut kepada teman-temannya. Dengan bekerja secara kelompok selain akan memperoleh hasil pemikiran-pemikiran lain dari masing-masing anggota kelompok maka akan membuat kondisi belajar menjadi menyenangkan sehingga selain prestasi belajarnya meningkat tetapi juga dapat meningkatkan sosial mereka. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat kerangka pikir penelitian sebagai berikut:

  Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dikemukakan rumusan hipotesis tindakan dalam penelitiaan ini adalah sebagai berikut:

  1. Melalui model pembelajaran kooperatif tipethink, pair, and square dapat meningkatkan sikap kerja keras belajar siswa pada materi Perubahan Lingkungan Fisik dan Pengaruhnya terhadap Daratan di kelas IV SD Negeri 2 Lamuk.

  

  Kurangnya kerja keras siswa dalam belajar sehingga siswa tidak belajar sunguh-sungguh

  

  Prestasi dibawah KKM yang telah ditentukan

  Pembelajaran Kooperatif Tipe

  Think, Pair and Square

  Kerja keras dan Prestasi Belajar Siswa Meningkat

  masalah tindakan hasil Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

  2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe think, pair, and square dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi PerubahanLingkungan Fisik dan Pengaruhnya terhadap Daratan di kelas IV SD Negeri 2 Lamuk.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CAHAYA DAN SIFATSIFATNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA KELAS 5 SDN SISIR 6 BATU

2 19 20

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KLIPING PADA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK DARATAN SISWA KELAS IV SDN TUNGGULWULUNG 2 MALANG

0 6 21

PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TERPADU KELAS 1 SD NEGERI 2 SUKOHARJO II SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

0 8 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN

1 7 60

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

0 0 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori Konsep 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif - IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 41

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONNECTING-ORGANIZING-REFLECTING-EXTENDING (CORE) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN DI SMPN 5

0 0 39

PENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW

0 0 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Media Pembelajaran - BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 28 23

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA DAN PENGARUHNYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KALIGAWE KECAMATAN GAYAMSARI KOTA SEMARANG - Test Repository

0 0 175