Implementasi Fiqih shalat muyassar dalam Penanaman Ideologi Santri di Pesantren Tahfidzul Al- Quran Tahun 2017 - Test Repository

  IMPLEMENTASI FIQIH SHALAT MUYASSAR DALAM PENANAMAN IDEOLOGI SANTRI DI PESANTREN TAHFIZUL QUR’AN AS SURKATI SALATIGA

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

MUHAMAD DIDIK NUGROHO

  

NIM 111 12 061

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  

INSTUTUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

MOTTO

“YAKIN USAHA SAMPAI”

  

PESEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 

  Keluargaku tercinta, yang tanpanya penulis bukanlah apa-apa, Ayahanda Romdhoni, Ibunda Suprihati yang doa restunya selalu menyertai disetiap derap langkah perjuangan, sadara yang selalu mendukung dan memotivasi setiap aktivitas mas Musthofa dan mas Arifin. 

  Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Salatiga, Senior-senior, Ulama-ulama, Guru-guru HMI

  “Kanda Yunda” yang tidak lelah-lelahnya menuntun, mengajarkan, memotivasi untuk belajar berorganisasi memperkaya pengalaman dari yang awalnya ragu-ragu untuk bermimpi menjadi berani berimpi. Teman-teman yang lebih dari saudara Dody Usman Tomagola, Retna Suanti, Dona Muhamad Syukur, Novia Fajar Masyithoh, Ifah Ulfi Hardiyanti, Irma, Oktav, Fera, Karimah, Huda, Indra, Siong, Ikhwan, Uceng, MK Ridwan, Hikmah, Fajri, Shokif, Uye, Aisyah, Rois, Nyosss yang semuanya menemani berjuang di pengurus HMI Cabang Salatiga Periode 2016-2017 dan adinda- adinda kader HMI di lingkup HMI Cabang Salatiga. Teman-teman seperjuangan Racana Kusuma Dilaga Woro Srikadi kak muhaimin dan kakak- kakak lainnya seangkatan PLCPP, Abang-abang Jurnalis LPM Dinamika yang penuh dengan dinamika. dan teman-teman bercanda dilapangan kecil penuh makna Keluarga Besar “Makibao FC”.

KATA PENGANTAR

  Atas segala rahmat Allah SWT yang tercurahkan kepada seluruh mahluk yang telah ia ciptakan, sepantasnya kita untuk lebih banyak bersyukur, serta selalu mengingat akan kuasa Allah yang begitu luas akan segala sesuatu, yang atas ridhanya, penulis telah dimudahkan segala urusannya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Implementasi Fiqih Muyassar Dalam Penanaman Ideologi Santri Pesantren Tahfizul Quran As Asurkati Salatiga. Selain sebagai tugas wajib untuk memperoleh gelar sarjana, skripsi ini dibuat dengan tujuan dapat menjadi ideologi untuk menanamkan ketaqwaan pada santri dalam beribadah khususnya sholat baik wajib maupun sunnah dengan pedoman fiqih muyassar.

  Rasa hormat penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu dalam pembuatan skripsi ini. Terima kasih sebesar- besarnya kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Dr. Mittahudin. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.

  5. Bapak Rasimin, S.PdI, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu menjadi teman menyenangkan ketika membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah membantu penulis sebaik-baiknya kebaikan, yaitu surga atas mereka.

  

ABSTRAK

  Nugroho, Muhamad Didik. 2017.Implementasi Fiqih shalat muyassar dalam

  Penanaman Ideologi Santri di Pesantren Tahfidzul Al- Quran Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

  Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd. Kata Kunci: Fiqih shalat muyassar, Ideologi, dan Santri

  Penelitian ini berusaha untuk mendiskripsikan implementasi fiqih shalat muyassar dalam penanaman ideology sntri di salah satu pesantren dikota Salatiga. Dalam penelitian ini peneliti meneliti di Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana implementasi fiqih shalat muyassar dalam penanaman ideology santri di Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga. (2) Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplemntasikan fiqih shalat muyassar dalam penanaman ideology santri di Pesantren Tahfizul Quran As surkati Salatiga.

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian diskriptif. Lokasi penelitian ini berada di yayasan pendidikan Islam (YPI) Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

  Temuan penelitian ini menunjukan bahwa Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga dalam penanaman ideologi santri menggunakan fiqih shalat muyassar. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa: Penanaman ideologi fiqih shalat muyassar kepada santri berimplikasi pada baiknya tingkat ketaqwaan dan keimannya yang kuat, pengaruh terhadap tingkat kedisplinan, ketertipan, dan kekhusu’an santri dalam beribadah baik wajib maupun sunnah. Adapun faktor pendukung dalam mengimplementasikan fiqih shalat muyassar dalam penanaman ideology santri di Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga yaitu ustad yang berkompeten dibidangnya dan juga didukung dengan adanya jadwal yang terstrukur dari pagi sampai malam, sedangkan faktor penghambat dalam mengimplementasikan fiqih shalat muyassar dalam penanaman ideologi santri di Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga berasal dari internal dan eksternal santri.

  DAFTAR ISI LEMBAR BERLOGO ............................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii PENEGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... iii MOTO DAN PERSEMBAHAN............................................................................ iv PERNYATAAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii ABSTRAK ............................................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

  BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6 D. Manfaat Penilitian ......................................................................................... 7 E. Penagasan Istilah ........................................................................................... 7 F. Metode Penelitian.......................................................................................... 8

  1. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 8

  2. Kehadiran Pneliti ....................................................................................... 9

  3. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 10

  4. Sumber Data ............................................................................................ 10

  5. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 11

  6. Analisi data .............................................................................................. 13

  7. Pengecekan Keabsahan data .................................................................... 13

  8. Tahap-tahap Penelitian ............................................................................ 14

  G. Sistematika Penulisan.................................................................................. 15

  BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................ 17 A. Ideologi Pendidikan Pesantren .................................................................... 18

  1. Pengertian Ideologi Pendidikan Pesantren .............................................. 18

  2. Visi/ tujuan Pendidikan ........................................................................... 23

  3. Sistem Pendidikan di Pesantren............................................................... 26

  4. Sistem Pendidikan di Pesantre................................................................. 23

  B. Kurikulum Pendidikan di Pesantren............................................................ 30

  C. Tujuan dan Kurikulum Madrasah Aliyah ................................................... 32

  1. Tujuan Madrasah Aliyah ......................................................................... 32

  2. Karakteristik Madrasah Aliyah................................................................ 32

  3. Aspek Struktur Kurikulum Pendidikan Madrasah Aliyah....................... 32

  4. Aspek Tuntutan Pendidikan Madrasah Aliyah ........................................ 33

  5. Materi Pengajaran .................................................................................... 33

  D. Integrasi Kurikulum : Pesantren dan Madrasah Aliyah .............................. 34

  E. Fiqih Muyassar ............................................................................................ 39

  1. Fiqih Ibadah Shalat .................................................................................. 38

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN DATA ........................................... 51 A. Gambaran Umum Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga .............. 51

  1. Sejarah Singkat Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga .............. 51

  2. Visi Pesantren .......................................................................................... 52

  3. Misi Pesantren ......................................................................................... 52

  4. Tujuan Pesantren ..................................................................................... 53

  B. Temuan Penlitian ........................................................................................ 53

  1. Implementasi Fiqih Muyassar di Pesantren Tahfizul Quran As Surkati . 53

  2. Metode Pengajaran di Pesantren Tahfidzul Quran As Surkati ................ 66

  BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 68 A. Analisis Tentang Implementasi Fiqih Muyassar di Pesantren Tahfidzul Al Quran Salatiga .................................................................................................... 68

  1. Konsep Pendidikan .................................................................................. 68

  2. Kurikulum dan Kitab yang dipelajari ...................................................... 68

  3. Metode yang dipakai ............................................................................... 70

  B. Analisis Tentang Penanaman Ideologi Fiqih Muyassar Terhadap Santri di Pesantren Tahfidzul Al Quran As Surkati Salatiga ............................................ 71

  1. Pelaksanaan Rukun Islam dengan disiplin utamanya shalat. .................. 71

  2. Orientasi Ibadah Santri Pada Ibadah Sosial............................................. 71

  3. Kekhusukan Ibadah Santri ....................................................................... 72

  4. Amalan-amalan santri .............................................................................. 73

  B. Analisis Tentang Hambatan dan Pendukung dalam Penanaman Ideologi Fiqih Muyassar di Pesantren Tahfidzul Al Quran As Asurkati Salatiga ............ 73

  1. Faktor Penghambat. ................................................................................. 73

  2. Faktor Pendukung .................................................................................... 73

  BAB V PENUTUP ................................................................................................. 75 A. Kesimpulan ................................................................................................. 75

  1. Implementasi Fiqih Muyassar dalam Penanaman Ideologi Santri di Pesantren Tahfizul Al Quran Salatiga. ........................................................... 75

  2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengimplementasikan Fiqih Muyassar dalam Penanaman Ideologi Santri. ................................................. 76

  B. Saran ............................................................................................................ 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

  kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.Dalam perkembangannya, Istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yangt diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa (Hasbullah, 2013:1).

  Pendidikan Islam menurut D Marimba merupakan pendidikan yang berusaha dalam membimbing jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab dengan nilai-nilai Islam (Lestari, 2010:77). Hal ini yang membuat pendidikan agama Islam sangat penting dalam kehidupan karena menjadi ujung tombak pembangunan peradaban manusia artinya manusia yang mampu meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran

  • – ajaran Islam. Adanya pendidikan agama Islam akan berimplikasi pada kehidupan amaliyah manusia di dunia.

  Pendidikan Islam terus mengalami perkembangan dan tidak terlepas juga dengan problematika pemikiran dan problematika sosial diantaranya perkembangannya paham keagamaaan yang monolitikdan intoleran yang dibangun dari pemikiran dan ideologi tertentu.Dari konteks ini terlihat bahwa dunia pendidikan Islam beserta institusi-institusi yang ada didalamnya tidak berkembang dan dibangun di dalam wilayah yang netral.Karena selalu terbangun konstruksi sosial, mediasi budaya, intervensi politik, dan basis ideologi tertentu.

  Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang secara historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (Dhofier, 1994: 75).Pesantren merupakan hasil usaha mandiri ulama atau kiai yang dibantu santri dan masyarakat, sehingga memiliki berbagai bentuk.Selama ini belum pernah terjadi penyeragamaan pesantren dalam skala nasional.Setiap pesantren menciptakan budaya atau memiliki ciri khas sendiri-sendiri hal itu dipengaruhi oleh perbedaan selera kiai atau keadaan sosial budaya maupun geografis disekelilinya.

  Dalam UU Sisdiknas keberadaan pesantren merupakan sistem pendidikan keagamaan Islam dengan pengertian pesantren sebagai pendidikan berbasis tafaqquh fiddin, sebagai pusat pendidikan umat Islam, dan penempatan pesantren sebagai pranata sosial dalam sistem pendidikan nasional. Pemahaman terhadap visi baru pesantren yang dikemas dalam UU Sisdiknas 2003 sangat penting bagi semua pihak, baik kalangan pesantren, maupun departemen agama sebagai modal dasar bagi pembangunan keagamaan di masa reformasi (Musa, 2003: 21).

  Dalam lembaga pendidikan Islam pesantren, tipe dan sistem pembelajaran yang menjadi ciri khas utamanya.Seiring perkembangan sistem sosial, pesantren secara bertahap melakukan proses adaptasi melakukan inovasi melalui pembaharuan-pembaharuan karena tuntutan dan tekanan sistem di luar pesantren. Perkembangan pesantren yang terus melahirkan inovasi-inovasi baru dapat dilihat pada integrasi antara kurikulum pesantren dan kurikulum Madrasa Aliyahyang digabungkan menjadi suatu bagian dalam proses pembelajaran.

  Pesantren Tahfizul Al-Quran As-Surkati Kota Salatiga merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang menerapkan integrasi sistem kurikulum, yakni perpaduan antara kurikulum pasantren dan kurikulum Madrasa Aliyah.

  Proses integrasi yang dilakukan oleh Pesantren Tahfizul Quran As- Surkati didasari atas upaya untuk menjawab visi-misi lembaga pendidikan Pesantren Tahfizul Al-Quran As-Surkati, dimana dalam penggambaran visi- misi tersebut, sangat membutuhkan integrasi sistem kurikulum untuk mencapai tujuan yang termaktub dalam visi-misi lembaga pendidikan islam Pesantren Tahfizul Al-Quran As-Surkati. Adapun Visi-Misi Tahfizul Quran As Surkati Kota Salatiga sebagai berikut:

  “Terbentuknya pribadi yang tidak hanya unggul dalam bidang T ahfizhul Qur’an akan tetapi juga mempunyai wawasan ilmu syari dan umum yang luas sehingga mampu menjadi generasi Islam yang compatible di masa yang akan datang”. (Hasil Wawancara dengan Ustad Abda’ Lail Isra’ pada tanggal 10 Maret 2017).

  Berangkat dari gambaran visi-misi Pesantren Tahfizul Al-Quran As- Surkati Salatiga, maka dapat dilihat terdapat sebuah upaya yang ingin diwujudkan oleh lembaga pendidikan Islam Pesantren Tahfizul Al-Quran As- Surkati Salatiga, yakni para santri yang belajar di lembaga tersebut, tidak hanya dibekali dengan kecakapan dalam bidang agama Islam semata, melainkan para santri juga memiliki kecakapan terhadap ilmu-ilmu umum.

  Hal ini bisa dilihat dari kurikulum yang diajarkan, sistem pembelajaran yang telah diperbarui, sehingga menyerap ilmu- ilmu yang bersifat “umum”, juga telah dikembangkan pula paradigma ilmu yang bersifat komparatif antar berbagai disiplin atau berbagai pendapat (salah satunya madhab), terbukanya pada dengan perkembangan teknologi dan media informasi

  Pada presepsi inilah lembaga pendidikan Islam Pesantren Tahfizul Al-Quran As-Surkati memutuskan menggunakan integrasi system kurikulum yang diyakini sebagai langkah tepat dalam menjawab visi-misi lembaga Pesantren Tahfizul Al-Quran As-Surkati Kota Salatiga.

  Salah satu bentuk integrasi system kurikulum yang dilakukan oleh lembaga pendidikan islam Pesantren Tahfizul Al-Quran As-Surkati adalah dimasukkanya mata pelajaran ilmu fiqih muyassar kedalam kurikulum madrasah aliyah, dimana fiqih muyasar merupakan pegangan para santri dalam proses pembelajaran tentang ilmu fiqih secara umum.

  Sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengandung makna keaslian Indonesia (irgenous) posisi Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam merupakan sub sistem pendidikan nasional. Karena itu, pendidikan islammemiliki dasar yang cukup kuat, baik secara ideal, konstitusional maupun teologis.Landasan ideologis ini menjadi penting bagi pesantren.

  Ideologi pendidikan pesantren adalah falsafah negara pancasila, yakni sila pertama yang berbunyi ketuhanan yang Maha Esa. Hal ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia percaya kepada Tuhan yang Maha Esa atau tegasnya harus beragama (Muthohar, 2007:14).

  Sesuai dengan penjelasan diatas peneliti terarik karena terdapat Pondok Pesantren sekaligus Madrasah Aliyah di Kota Salatiga yang sangat berkembang dengan bercorak fiqh yang berbeda ditengah-tengah mayoritas Pondok Pesantren di Kota Salatiga menggunakan fiqh Safi’iyah. Konsep ideologi pendidikan yang diterapkan di Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Kota Salatiga dan implementasinya dalam fiqih Muyassar tentang ibadah Sholat merupakan hal yang menarik untuk dijadikan objek penelitian. Dari latar belakang diatas peneliti me ngambil judul “IMPLEMENTASI FIQIH

  SHALAT MUYASSAR DALAM PENANAMAN IDEOLOGI SANTRI PESANTREN TAHFIZUL AL-QURAN AS- SURKATI SALATIGA”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagimanakah implementasi fiqih shalat muyassar dalam penanaman ideologi santri di Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga? 2. faktor pendukung dan penghambat dalam

  Bagaimanakah mengimplementasikan fiqih muyassar dalam penanaman ideologi santri di Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui : 1. Menjelaskan implementasi fiqih muyassar dalam penanaman ideologi santri di PesantrenTahfizul Quran As Surkati Salatiga.

  2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan fiqih muyassar dalam penanaman ideologi santri di Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga.

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Secara Teoretis a.

  Memberikan kejelasan secara teoritis tentang Ideologi Pendidikan Fiqh Muyassar di Pesantren.

  b.

  Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan dalam dunia pendidikan untuk hal Ideologi Pendidikan Fiqh Muyassar di Pesantren.

  c.

  Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi Fakultas Tarbiyah Pendidikan Agama Islam di IAIN Salatiga.

2. Secara Praktis a.

  Untuk menambah wawasan bagi peneliti mengenai Ideologi Pendidikan Fiqh Muyassar di Pesantren.

  b.

  Untuk memberikan saran dan rekomendasi hasil penelitian bagi Yayasan Pendidikan Islam (YPI) tentang Ideologi Pendidikan Fiqih Muyassar di Pesantren Tahfizul Al-Quran As-Surkati Salatiga.

E. Penegasan Istilah 1.

  Ideologi Ideologi menurut kamus adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup; paham, teori dan tujuan yang merupakan satu program (O’niel, 2002:417).

  Menurut William F. O’neill dan juga yang dikutip dalam buku Prof. Abu Achmadi dalam buku ideologi pendidikan Islam “Ideologi adalah sistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup, ideologi sifatnya mengarah pada aksi dan dalam pendidikan ideologi bermakna konsep cita-cita dan nilai-nilai yang secara eksplisit dirumuskan, dipercaya dan diperuangkan (Achmadi, 2005:9).

  2. Pendidikan Pendidikan adalah suatu bimbingan ataup pimpinan secara sadar oleh guru terhadap perkembangan jasmani dan ruhani murid menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Rusn, 2009:54).

  3. Pesantren Pesantren adalah suatu pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen (Qomar, 2002:2).

F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan danJenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan menyajikan gambaran tentang peran bakat diri dalam peningkatan indeks prestasi mahasiswa disertai faktor pendorong dan penghambat serta solusi permasalahan tersebut.

  Menurut Moleong (2011:6) penelitian kulitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam buku berjudul Melejitkan Kemahiran Menulis

  (Maslikhah, 2013: 67) juga disebutkan

  Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa

  bahwa penelitian berjenis kualitatif biasanya memuat tentang jenis pendekatan penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, validitas data, dan teknik analisis data.

  Penelitian ini adalah field research yang bermaksud untuk mengetahui data responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengetahui situasi atau keadaan sebenarnya tentang bagaimana Konsep dan Implementsi ideologi pendidikan fiqh

  muyassar di pondok pesantren.

  2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pencari informasi dan pengamat, dimana peneliti mencari informasi kepada ketua yayasan tentang bagaimana konsep dan impelemntasinya ideologinya pendidikan fiqh muyassar di pesantren.Sehingga peneliti harus berusaha untuk menggali atau mencari informasi yang berkaitan denganKonsep dan Implementasi Fiqih Musayyar di Pondok Pesantren As-Surkati Salatiga tersebut.

  3. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian ini berada di Yayasan Pendidikan Islam (YPI)

  Pondok Pesantren As-Surkati Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.Penelitian dilaksanakan sejak penyusunan proposal yaitu dari Oktober 2016 sampai penulisan laporan penelitian ini selesai.

  4. Sumber Data a.

  Data Primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Kami menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentangbagaimana konsep dan implementasi pendidikan fiqih muyassar yang dilakukan oleh ustad kepada santri-santri Pesantren As-Surkati Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan ustad, kepala yayasan, serta narasumber terkait lain. b.

  Data Sekunder Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan.

5. Metode Pengumpulan Data a.

  Observasi Metode ini digunakan peneliti dengan mengamati langsung di lapangan untuk mengetahuikonsep ideologi pendidikan fiqih muyassar yang diterapkan di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Pesantren As- Surkati Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Observasi ini digunakan untuk mencari data-data yang diperlukan serta mengetahui langsung keadaan yang terjadi di lapangan.

  b.

  Wawancara Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011: 186). Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Sugiyono (2013: 138) mengungkapkan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview atau wawancara adalah sebagai berikut: 1)

  Bahwa informan adalah yang paling tahu tentang dirinya sendiri,

  2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh informan kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan

  3) Bahwa interpretasi informan tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

  Adapun jenis interview yang digunakan peneliti dalam meneliti ustad, kepala yayasan, dan narasumber terkait di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Pesantren As-Surkati Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga adalah model wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2013: 140), dan dalam hal ini adalah masalah tentang bagaimana konsep dan implementasi ideologi pendidikan fiqih muyassar yang diterapkan pada santri di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Pesantren As-Surkati Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

  Sedangkan narasumber dalam penelitian ini adalah dengan kepala yayasan, ustad dan narasumber terkait dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

  c.

  Dokumentasi Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel, baik itu berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 30). Metode ini digunakan untuk mendapatkan bukti data berupa foto ketua yayasan dan ustad.

6. AnalisisData

  Menurut Moleong (2008:280) analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

  Pada tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul yang terdiri dari hasil wawancara dan dokumentasi. Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya.

  Menurut Miles dan Huberman yang dikutip Sugiono (2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, dengan penjabaran sebagai beriku:.

  a.

  Mereduksi atau merangkum data, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.

  b.

  Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya secara naratif.

  c.

  Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum pernah ada.

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Menurut Moleong (2008: 324) ada empat kriteria yang digunakan yaitu:kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

  Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008: 330). Pada teknik ini peneliti melakukan triangulasi dengan teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan triangulasi dengan sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antar narasumber terkait serta membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen.

8. Tahap-Tahap Penelitian

  Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut: a.

  Tahap sebelum ke lapangan Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.

  b.

  Tahap Pekerjaan Lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan konsep ideologi pendidikan fiqih muyassar di Yayasan

  Pendidikan Islam (YPI) Pesantren As-Surkati Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.Data ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

  c.

  Tahap Penulisan Laporan Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.

G. SistematikaPembahasan

  Sistematika di sini adalah gambaran umum tentang skripsi ini.Skripsi ini terbagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal berisikan sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar table, daftar lampiran; adapun bagian inti berisi pendahuluan sampai dengan penutup; dan bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, riwayat hidup peneliti.

  Adapun sistematik bagian isi adalah sebagai berikut:

  Bab I Pendahuluan: Bab ini berisi tetang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kajian Teori, Metode Penelitian (Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, dan Tahap-tahap Penelitian), dan Sitematika Penulisan. Bab II Kajian Teori: Bab ini berisi tentang landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang memuat pengertian ideologi, pengertian pendidikan, pengertian pesantren tentang fiqih muyassar, kurikulum pesantren, tujuan dan kurikulum madrasah aliyah, inegrasi kurikulum pesantren dan madrasah aliyah, Fiqih Muyassar.

  Bab III Paparan data dan Temuan data: Bab ini berisitentang paparan data dan temuan peneliti menjelaskan tentang sejarah singkat Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga, visi, misi dan tujuan Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga, kurikulum pembelajaran Pesantren Tahfizul Quran As Surkati Salatiga, Materi secara umum fiqih muyassar tentang ibadah sholat, Metode pembelajaran di Pesantren Tahfizul AL-Quran As-Surkati Salatiga

  Bab IV Pembahasan: Bab ini berisi tantang pembahasan hasil penelitian di lapangan yang dipaparkan. Pembahasan dilakukan untuk menjawab masalah penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu.

  Bab V Penutup: Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka.

BAB II KAJIAN TEORI A. Ideologi Pendidikan Pesantren 1. Pengertian Ideologi Pendidikan Pesantren Istilah ideologi berasal dari kata

  “idea” dan “logos”. Kata “idea”

  berarti asal raut muka dan perawatan. Dalam filsafat plato (427-347 SM),

  idea diartikan sebagai suatu konsep, suatu terapan (persep) dan kenyataan yang lebih mendalam daripada kesan yang tampak. Filosof Jerman, G.W.F.

  Hegel (1770-1833) mengartikan bahwa idea adalah makna dan pencitaan segala benda yang berkembang menurut logika murni melalui tiga tahap: obyektif, subyektif dan mutlak. Sedangkan kata “logos’ berarti ilmu pengetahuan (Shadily, 1983: 1366).

  Menurut William F. O’neill yang dikutip dalam buku Prof. Abu Achmadi dalam buku Ideologi Pendidikan Islam

  “Ideologi adalah sistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup, ideologi sifatnya mengarah pada aksi dan dalam pendidikan ideologi bermakna konsep cita-cita dan nilai-nilai yang secara eksplisit dirumuskan, dipercaya dan diperuangkan (Achmadi, 2005: 9).

  Pendidikan berasal dari k ata “didik” kemudian mendapat imbuhan “pe-an”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan berarti proses pengubahan sikap tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam UU sisdiknas Tahun 2003 yang dimaksud pendidikan ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Namun dalam perkembangannya, istilah pendidikan natau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh oreang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan yang diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Sudirman, 1992: 4).

  Sedangkan Pesantren berasal dari kata santri dan imbuhan “pe” di depan dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal atau asrama santri

  (Zamakhsyari, 1984: 18). Sedangkan menurut istilah para ahli, pesantren adalah: sebuah asrama Islam tradisional di mana para santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang atau guru, yang dikenal dengan kyai.

  Menurut Manfred Ziemek, yang dikutip oleh Wahjoetomo (1997: 70) menyebutkan bahwa kata pondok berasal dari funduq (Arab) yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata

  

sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata

pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.

  Sedangkan menurut Geertz, dalam bukunya Wahjoetomo (1997: 70), menjelaskan bahwa pengertian pesantren diturunkan dari bahasa India sastri yang berarti ilmuwan Hindu yang pandai menulis, maksudnya pesantren adalah tempat bagi orang-orang yang pandai membaca dan menulis. Geertz menganggap bahwa pesantren dimodifikasi dari pura Hindu.

  Kesimpulan dari paparan diatas menunjukan bahwa yang dimaksudkan dengan ideologi pendidikan pesantren dalam penelitian ini adalah nilai-nilai yang ditransformasikan oleh ustad kepada santrinya, dalam hal ini penulis membatasi kajian pada hukum-hukum Islam (fiqih) utamanya yang menyangkut hukum-hukum ibadah.

  Pesantren dapat diteropong dari berbagai perspektif; dari segi rangkaian kurikulum, tingkat kemajuan dan kemodernan, keterbukaan terhadap perubahan, dan dari sudut vsistem pendidikannya. Dari segi kurikulumnya Arifin menggolongkannya menjadi pesantren modern, pesantren tabassus (tabassus ilmu alat, ilmu Fiqhlusbhul fiqh, ilmu tafsir

  hadist, ilmu tasawuf thariqat, dan qiro’at al Quran) dan pesantren

  campuran (Mahfud, 1994: 299).

  Dhofier memandang dari perspektif keterbukaan terhadap perubahan- perubahan yang terjadi, kemudian membagi pesantren menjadi dua kategori yaitu pesantren salafi dan khalafi. Pesantren salafi tetap mengajarkan kitab- kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya. Penerapan system madrasah untuk memudahkan system sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum.

  Sedangkan pesantren khalafi telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkan atau membuka tipe-tipe sekolah umum di dalam lingkungan pesantren (Dhofier, 1984: 41).

  Noeng Muhadjir yang dikutip dalam buku modernisasi pesantren menegaskan bahwa istilah penemuan dapat diterjemahkan menjadi

  

discovery, invention, ataupun innovation. Discovery biasa diartikan sebagai

  penemuan yang sudah ada, tetapi belum dikenal oleh satuan masyarakat, seperti Columbus sebagai warga masyarakat Eropa menemukan benua Amerika. Invension biasa diartikan sebagai penemuan sesuatu yang sama sekali baru bagi warga masyarakat mana pun, seperti Edison menemukan listrik. Adapun innovation biasanya berkaitan erat dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah. Yang disebut terakhir ini misalnya, tampak ketika konvensional atau tradisional mulai dirasakan kurang sesuai dengan konteks t ertentu maka suatu pemecahan “baru” untuk suatu penemuan (dalam lingkup term innovation ) sejatinya tidaklah berlaku disetiap sistem sosial tertentu dan dalam kurun waktu tertentu (Halim, 2013: 48).

  Inovasi ditinjau dari substansinya, dapat dibedakan menjadi tiga, yaitun inovasi dalam wujud wawasan, konsep teori baru, inovasi berupa produk teknologi baru, dan inovasi berupa struktur serta fungsi baru. Dalam hal ini penemuan teknologi komputer mendorong berkembangnya konsep penelitian yang lebih luas dan turut mengubah fungsi para peneliti. Perubahan struktur politik di Indonesia mendorong berkembangnya wawasan tentang demokrasi berbagai bidang. Oleh karena itu, pada suatu masyarakat inovasi yang muncul bisa berupa wawasan, namun pada masyarakat yang lain mungkin berupa teknologi, dan pada masyarakat yang lain inovasi yang muncul lebih berupa restrukturalisai dan refungsionalisasi (Halim, 2013: 49).

  Dengan demikian, hal penting yang dapat dipahami dalam paparan di atas adalah bahwa ketika inovasi diperkenalkan untuk pertama kalinya dipesantren, pada umumnya orang cenderung akan lebih memperhatikan hal-hal yang dianggapnya mampu membantu proses penyebaran atau pelaksanaanya. Oleh karenanya, inovasi tersebut perlu dimodifikasi sehingga dapat lebih mudah diterima masyarakat.

  Fikih dan hukum Islam adalah salah satu disiplin ilmu paling penting yang dibutuhkan setiap Muslim, di dalamnya terurai tatacara beribadah yang benar kepada Allah. Kitab-kitab fiqih yang diajarkan di pesantren di Indonesia salah satunya fiqih muyassar. Para santri memulai pelajarannya dengan rukun Islam yang lima dan peraturan ibadah dengan teks-teks panduan fikih yang memiliki khazanah ilmiah lengkap yang memenuhi kebutuhan untuk beribadah sesuai Syari’at Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi. Semua poin fikih dan hukum dalam fiqih muyassar, tegak di atas dalil dari al-Qur`an dan as-Sunnah, bahkan semua hadits dan riwayat ditakhrij serta dikukuhkan dengan hukum-hukum Syaikh al-Albani (Al Faqihi, 2016: viii).

2. Visi / Tujuan Pendidikan Pesantren

  Tujuan pendidikan merupakan bagian terpadu dari faktor-faktor pendidikan. Tujuan termasuk kunci keberhasilan pendidikan, disamping faktor-faktor lain yang terkait: pendidik, peserta didik, media pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Keberadaan empat faktor tersebut tidak ada artinya ketika tidak diarahkan oleh suatu tujuan. Kemudian juga tujuan menempati posisi yang amat penting dalam proses pendidikan sehingga materi, metode dan media pengajaran selalu disesuaikan dengan tujuan. Karena tujuan yang tidak jelas dapat mengaburkan seluruh aspek tersebut.

  Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat. Sebagaimana yang ada pada pribadi Nabi Muhammad yaitu kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti Sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas, dan teguh dalam kepribadian, dalam menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat ditengah-tengah masyarakat (

  ’Izza al-Islam wa al-Muslimin)

  dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia (Mastuhu, 1994: 55).

  Dhoifier (1985: 113) menggambarkan bahwa dalam 30 tahun pertama, tujuan pendidikan Tebuireng ialah untuk mendidik calon ulama.

  Sekarang ini, tujuannya sudah diperluas, yaitu mendidik para santri agar kelak mengembangkan dirinya menjadi “ulama intelektual” (ulama yang yang menguasai pengetahuan umum) dan “intelektual ulama” ( sarjana dalam bidang pengetahuan umum yang juga mengetahui pengetahuan Islam).

  Pergeseran tujuan tersebut hanya menyentuh permukaanya, sedangkan esensi dan substansinya tidak berubah. Ulama yang dipahami hanya menguasai ilmu-ilmu pengetahuan seperti tafsir, hadist, fiqh, tasawuf, akhlak, dan sejarah Islam saja mulai digugat. KH A. Wahid Hasyim seorang putra pendiri Tebuireng dan pernah mengasuh pesantren yang paling terkenal diIndonesia terutama abad ke-20 bahkan pernah mengusulkan perubahan tujuan pendidikan secara mendasar, agar mayoritas santri yang belajar dilembaga-lembaga pesantren tidak bertujuan menjadi ulama (Dhoifier, 1985: 105). Namun usulan revolusioner tersebut tidak disetujui ayahnya, Hadratus Syaikh.