Pengaruh Kecerdasan Majemuk terhadap Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro Tahun 2016 - Test Repository

  

PENGARUH KECERDASAN MAJEMUK TERHADAP

KEMAMPUAN MENGHAFAL AL- QUR’AN

  

SANTRI TAHFIDZ

PONDOK PESANTREN EDI MANCORO

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Oleh :

WAHYU RAHMA ZULAEHA

111-12-085

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

  

MOTTO

:ملسَ ًيلع الله لص الله لُسر لاق :لاق ًىع الله يضر نامثع هع

ْمُكُزْيَخ ْهَم

  َمَّلَعَت َنٰأ ْزُقْلا ًَُمَّلَع ََ

)يراخبلا ياَر(

  Dari, Utsman r.a berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya.”

  (HR. Bukhari)

  

PERSEMBAHAN

  Karya tulis ini, kupersembahkan untuk: 1.

  Teruntuk langkah-langkah yang menuntunku di jalan penuh perjuangan

  dan kerja keras 2.

  Ayah dan Ibu, sepasang malaikat penjaga di bumi-Nya 3. Kakakku, Andri Yunianto.

  4. Keponakanku, Artanti Intan Sajid, Muhammad Faqih Mujtaba Althaf, Muhammad Zubair Ath-thufail yang membuat hari-hariku berisik.

  5. Seluruh keluarga besar, skripsi ini adalah bukti bahwa genggaman kita yang dieratkan selalu menguatkan.

  6. Para Kiai dan Guruku, ilmu yang beliau semua beri tak akan mampu kubalas dengan materi apapun.

  7. Sahabat-sahabatku, Umi Latifah, Dwi Putri, Kummilaila, Sita Fajriatul, kerja keras kita akan segera dimulai di babak awal (lagi).

  8. Yaa Bismillaah, keluarga kedua yang peluk hangatnya selalu mampu kurasa, 9.

  Santri Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro, yang tak henti bersama- sama mengokohkan azzam.

  10. Teman-teman Alumni Madin RUQ, tempatku singgah kala imanku futur.

  11. Dan untuk semuanya, terimakasih.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah di Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang berkenan mengoreksi dan mengarahkan judul skripsi di tengah padatnya tugas.

  3. Bapak H. Agus Ahmad Su‟aidi, M.A., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan serta ide cemerlangnya dalam penyelesaian skripsi ini.

  4. Bapak H. Moh. Ali Zamroni, M.A., selaku dosen pembimbing akademik, beserta bapak dan ibu dosen yang telah berkenan membimbing penulis selama masa studi.

  5. Orangtuaku tercinta, yang selalu memberikan inspirasi, motivasi, aspirasi dan gemblengan bagi penulis.

  6. Semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullah khair al-

  jaza’.

  Kepada mereka semua, penulis tidak dapat memberikan balasan apapun. Hanya untaian kata terima kasih yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka serta membalas semua amal baik yang telah diberikan kepada penulis.

  Akhirnya, dari karya tulis ini penulis berharap kemanfaatan bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

  

ABSTRAK

  Zulaeha, Wahyu Rahma, 2016, Pengaruh Kecerdasan Majemuk terhadap Kemampuan Menghafal Al- Qur‟an Santri Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro Tahun 2016. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: H. Agus Ahmad Su‟aidi, M.A.

  Kata Kunci: Kecerdasan Majemuk, Kemampuan Menghafal Al- Qur‟an.

  Kecerdasan menjadi faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menghafal Al- Qur‟an. Dalam penelitian ini, dikemukakan lebih lanjut mengenai kecerdasan yang lebih kompleks yaitu kecerdasan majemuk dan pengaruhnya terhadap kemampuan menghafal Al-

  Qur‟an. Kecerdasan majemuk (multiple

  

intelligences ) merupakan gabungan dari delapan kecerdasan di dalam diri

  individu. Teori ini ditemukan oleh Howard Gardner. Kedelapan jenis kecerdasan tersebut ialah: kecerdasan spasial, kecerdasan linguistik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan kinestetik tubuh, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan logika-matematik.

  Rumusan masalah dalam penelitian ini: 1) Bagaimana kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro? 2) Bagaimana kemampuan menghafal Al-

  Qur‟an santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro? 3) Apakah kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro berpengaruh terhadap kemampuan menghafal Al- Qur‟an?

  Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesanren Edi Mancoro, dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen angket tertutup untuk mengumpulkan data X dan Y. Subjek penelitian yaitu keseluruh santri tahfidz di Pondok Pesantren Edi Mancoro yang berjumlah 24 orang. Data yang terkumpul, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik product moment. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap kemampuan menghafal Al-

  Qur‟an santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro Tahun 2016. Hal ini terbukti dari hasil r hitung yang lebih besar dari pada r tabel. r hitung yaitu 0,621 yang mana dengan N 24 diperoleh nilai r tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0,404 dan r tabel pada taraf signifikan 1% sebesar 0,515 sehingga hipotesis dapat diterima kebenarannya.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL....................................................................................... i HALAMAN BERLOGO................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................... v MOTTO........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN........................................................................................... vii KATA PENGANTAR.................................................................................... viii ABSTRAK...................................................................................................... ix DAFTAR ISI................................................................................................... x DAFTAR TABEL........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang....................................................................................

  B.

  3 Rumusan Masalah...............................................................................

  C.

  4 Tujuan Penelitian................................................................................

  D.

  4 Hipotesis Penelitian............................................................................

  E.

  5 Manfaat Penelitian.............................................................................

  F.

  6 Definisi Operasional...........................................................................

  G.

  8 Metode Penelitian...............................................................................

  H.

  15 Sistematika Penulisan Skripsi.............................................................

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

  16 Kecerdasan Majemuk..........................................................................

  1.

  16 Pengertian Kecerdasan Majemuk.................................................

  2.

  17 Macam-macam Kecerdasan Majemuk dan Karakteristiknya......

  3.

  22 Cara atau Gaya Belajar Berbasis Kecerdasan Majemuk..............

  4.

  24 Cara Meningkatkan Kecerdasan Majemuk..................................

  B.

  25 Menghafal Al-Qur‟an..........................................................................

  2.

  26 Manfaat Menghafal Al-Qur‟an.....................................................

  3.

  27 Metode Menghafal Al-Qur‟an.......................................................

  4.

  30 Faktor Pendukung dalam Menghafal Al-Qur‟an...........................

  5.

  32 Faktor Penghambat dalam Menghafal Al-Qur‟an.........................

  C.

  33 Kecerdasan Majemuk dan Pengaruhnya dalam Menghafal................

  BAB III PAPARAN HASIL PENELITIAN A.

  36 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................

  1.

  36 Letak Geografis Pondok Pesantren Edi Mancoro.........................

  2.

  37 Sejarah Pondok Pesantren Edi Mancoro.......................................

  3.

  40 Profil Pondok Pesantren Edi Mancoro..........................................

  4. Visi, Misi, Tujuan, dan Garis Perjuangan Pondok Pesantren Edi Mancoro........................................................................................

  43 5.

  44 Unsur-unsur Pesantren..................................................................

  6.

  45 Madrasah Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro......................

  B.

  48 Penyajian Data....................................................................................

  1.

  48 Data Responden............................................................................

  2.

  49 Data Jawaban Angket tentang Kecerdasan Majemuk...................

  3. Data Jawaban Angket tentang Kemampuan Menghafal Al-

  51 Qur‟an...........................................................................................

  BAB IV ANALISIS DATA A.

  53 Analisis Pendahuluan..........................................................................

  1.

  53 Analisis Data Kecerdasan Majemuk.............................................

  2.

  57 Analisis Data Kemampuan Menghafal Al-Qur‟an........................

  B.

  61 Analisis Lanjutan................................................................................

  C.

  64 Uji Hipotesis........................................................................................

  BAB V PENUTUP A.

  65 Kesimpulan...................................................................................

  B.

  66 Saran............................................................................................. LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1: Jadwal Setoran Santri Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro Tabel 2: Daftar Responden Santri Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro Tabel 3: Hasil Angket tentang Kecerdasan Majemuk Tabel 4: Hasil Angket tentang Kemampuan Menghafal Al-

  Qur‟an Tabel 5: Nominasi Kecerdasan Majemuk Tabel 6: Distribusi Frekuensi Kecerdasan Majemuk Tabel 7: Nominasi Kemampuan Menghafal Al-

  Qur‟an Tabel 8: Distribusi Frekuensi Kemampuan Menghafal Al-

  Qur‟an Tabel9: Koefisien Korelasi Kecerdasan Majemuk dengan Kemampuan Menghafal

  Al- Qur‟an Santri Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro

  Tabel 10: Tabel Product Moment

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Lembar Konsultasi Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 6 Ringkasan Skripsi dalam Bentuk Power Point Lampiran 7 Pedoman Wawancara Lampiran 8 Angket Kecerdasan Majemuk Lampiran 9 Angket Kemampuan Menghafal Al-

  Qur‟an Lampiran 10 Distribusi Nilai r tabel Signifikansi 5% dan 1% Lampiran 11 Biodata Pengasuh Santri Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro Lampiran 12 Biodata Responden Lampiran 13 Foto-foto Penelitian Lampiran 14 Lembar SKK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Al- Qur‟an merupakan kitab suci umat Islam yang sempurna. Di dalamnya

  terdapat perintah, larangan, peringatan, ancaman, kabar gembira, petunjuk, kisah penuh hikmah, dan lain-lain. Tidak mengherankan jika Al- Qur‟an menjadi sumber dan rujukan dalam mendalami berbagai macam ilmu. Di samping itu, telah disebutkan bahwa Al-

  Qur‟an memiliki kelebihan dibandingkan kitab suci sebelumnya yaitu Allah sendirilah yang akan menjaga kemurnian Al- Qur‟an. Hal ini telah Allah firmankan dalam Q.S Al-Hijr ayat 9 berbunyi:

  َنُُظِفاَحَل ًَُل اَّوِإ ََ َزْكِّذلا اَىْلَّزَو ُهْحَو اَّوِإ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

  Bukti konkrit dari ayat di atas yaitu banyaknya para penghafal Al- Qur‟an di dunia ini. Di Indonesia sendiri pun, belakangan ini masyarakat dibuat takjub dengan keberadaan salah satu hafidz cilik bernama Musa La Ode Abu Hanafi yang berusia tujuh tahun dan prestasi di bidang tahfidz-nya mendunia. Dikutip dari media online JawaPos.com (edisi 18 April 2016), Musa telah memulai menghafal Al- Qur‟an sejak usia dua tahun. Ini menjadi bukti nyata tentang ayat- Nya dalam Q.S Al-Qamar: 17:

  زِكَّدُم ْهِم ْلٍََف ِزْكِّذلِل َنآ ْزُقْلا اَو ْزَّسَي ْدَقَل ََ Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka Tentu, melihat dari realita para penghafal Al- Qur‟an yang ada, kemudahan yang dimaksud di sini tidak hanya mencakup kemudahan dalam mengambil

  ibrah /pelajaran dalam Al-

  Qur‟an saja, namun juga mencakup kemudahan dalam membaca, memahami, menadaburi, bahkan menghafalkan ayat-ayat suci tersebut (Al-Kahil, 2011:13).

  Hakikatnya, menghafal Al- Qur‟an tidak hanya diperbolehkan bagi orang- orang yang memahami bahasa arab, mengerti kaidah nahwu-shorof ataupun harus mengetahui makna dari ayat-ayat yang dihafalkannya. Semua itu memang afdhol atau diutamakan, namun tidak lantas menjadi syarat mutlak. Sebab, erat kaitannya dengan Musa, bahkan di usianya yang teramat dini yaitu dua tahun, orang tua Musa sudah mampu membimbing Musa untuk menghafal Al-

  Qur‟an. Dalam proses membimbing Musa untuk menghafal Al- Qur‟an, orang tuanya tidak serta merta memaksa Musa menghafal ayat per ayat. Di samping menerapkan kedisiplinan demi membentuk kebiasaan, kedua orang tua Musa memanfaatkan kaset murattal. Metode ini memanfaatkan pendengaran, sehingga Musa pada akhirnya lebih mudah menghafal setelah berulang kali mendengarkan ayat-ayat Al-Quran dari qori‟ pilihan orang tuanya. Selain dengan kaset murattal, ayah Musa seringkali menerapkan metode talqin di waktu-waktu yang telah ditentukan (JawaPos.com diunduh pada 16 Mei 2016).

  Fakta ini menggambarkan bahwa menghafal Al- Qur‟an membutuhkan cara- cara khusus yang pastinya berbeda antara satu orang dengan lainnya. Jika saja berbeda-beda, sehingga kecenderungan untuk menangkap informasi tergantung pada kecerdasan dominan apa yang melekat dalam pribadi tersebut.

  Howard Gardner mengelompokkan bahwa setiap anak memiliki berbagai kecerdasan dalam dirinya yang disebut dengan kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk terdiri dari berbagai macam kecerdasan yang tersimpan dalam diri manusia. Kecerdasan itu adalah: kecerdasan spasial, linguistik, interpersonal, logika-matematika, musikal, naturalistik, intrapersonal, dan kinestetik (Haviva, 2013:59). Kecerdasan dominan yang ada dalam diri setiap orang kemungkinan besar berbeda. Itulah mengapa diperlukan variasi rangsangan kecerdasan agar setiap orang memiliki kemampuan menganalisa kecerdasan majemuknya sehingga ia mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki.

  Berawal dari pertanyaan yang berjejal di pikiran penulis mengenai keterkaitan kecerdasan majemuk dan menghafal Al- Qur‟an, penulis ingin menganalisa lebih jauh melalui penelitian dengan judul, ”PENGARUH KECERDASAN

  MAJEMUK TERHADAP KEMAMPUAN MENGHAFAL AL- QUR’AN SANTRI TAHFIDZ PONDOK PESANTREN EDI MANCORO TAHUN 2016.B.

   Rumusan masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kami merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana tingkat kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh santri tahfidz

2. Bagaimana tingkat kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri tahfidz Pondok

  Pesantren Edi Mancoro? 3. Apakah kecerdasan majemuk berpengaruh terhadap tingkat kemampuan menghafal Al-

  Qur‟an santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro? C.

   Tujuan penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Untuk mengetahui tingkat kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro.

2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan menghafal Al-Qur‟an santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro.

  3. Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan majemuk terhadap tingkat kemampuan menghafal Al- Qur‟an santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro .

D. Hipotesis penelitian

  Hipotesis merupakan pernyataan logis yang menjadi dasar untuk menarik suatu kesimpulan sementara, atau proses berfikir deduksi mengenai hubungan antar variabel yang diteliti (Almanshur, 2009:84). Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, apa yang dikutip oleh Rosady Ruslan dari penuturan Soeratno mengemukakan tentang hipotesis yang berasal dari kata hypo yang berarti kurang hipotesis ialah pendapat atau kesimpulan yang sifatnya sementara (Ruslan, 2010:171). Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa sebuah hipotesis belum mencapai sebuah nilai faktual karena belum diuji kebenarannya.

  Dari pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan mengenai hipotesis dari skripsi ini. Hipotesis awal dari penelitian ini adalah: ada pengaruh positif antara kecerdasan majemuk terhadap kemampuan menghafal Al-

  Qur‟an santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro tahun 2016.

E. Manfaat penelitian

  Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan dapat memberi manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain:

  1. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan pemikiran terhadap wacana pendidikan Islam khususnya di bidang hafalan Al-

  Qur‟an .

  2. Manfaat praktis a.

  Bagi penghafal Al-Qur‟an: agar tercipta generasi qur‟ani yang tidak hanya memanfaatkan kecerdasan spiritual dalam proses menghafal, tapi juga mampu mengaplikasikan kecerdasan majemuk yang ada dalam dirinya.

  b.

  Bagi pengasuh santri tahfidz: agar para musyrif mampu menggali potensi dari masing-masing santri, sehingga santri- santri tahfidzul Qur‟an c.

  Bagi orang tua: diharapkan orang tua ikut andil dalam menumbuhkembangkan kecerdasan majemuk sejak anak berusia dini.

F. Definisi operasional

  Untuk menghindari kemungkinan terjadinya perbedaan penafsiran dengan maksud utama penulis, diperlukan adanya penjelasan dari judul penelitian.

  Adapun penjelasannya mencakup istilah pokok maupun kata yang menjadi variabel dalam penelitian.

1. Kecerdasan majemuk

  Inteligensi atau kecerdasan merupakan kemampuan berurusan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, serta kemampuan mengatasi situasi-situasi baru (Gulo, 2000:233). Sumber lain memaparkan bahwa intelligence (Inggris) atau intelligere (Latin) yang terdiri dari kata

  intus dan legere memiliki makna membaca atau memahami sesuatu secara

  mendalam dengan rasional. Inteligensi juga diartikan sebagai kemampuan intelektual secara esensial mencakup kemampuan dalam membentuk pengertian, pertimbangan, dan rasionalitas (Thantawy, 2005:41). Sementara itu, Departemen Pendidikan Nasional (2007:209) menjelaskan pengertian kecerdasan dalam makna yang lebih singkat yaitu kesempurnaan perkembangan akal budi.

  Makna dari kata majemuk adalah terdiri atas beberapa bagian yang

  Wijanarko (2010:9) menyimpulkan bahwa kecerdasan majemuk adalah beberapa aspek kecerdasan atau kepandaian yang ada dalam diri seseorang dan mampu membangun level kecerdasan orang tersebut sekaligus membuat kepribadiannya menjadi unik.

  Untuk mengukur kecerdasan majemuk, penulis menggunakan beberapa indikator sebagai berikut: a.

  Memiliki beberapa aspek kecerdasan yang pada akhirnya membangun level kecerdasan pemiliknya (Wijanarko, 2010:9).

  b.

  (Wijanarko, 2010:9). Berkepribadian unik dan berbeda dari orang lain c.

  Tidak hanya mempunyai kapasitas dalam bidang kognitif, namun juga kapasitas kemampuan sistem neurologis, biologis, sensorik, dan psikologis (Prasetyo, 2009:42).

2. Kemampuan menghafal Al-Qur‟an

  Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang memiliki arti kuasa, bisa, sanggup melakukan sesuatu. Kata kemampuan sendiri didefinisikan sebagai suatu kesanggupan dan kecakapan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:707).

  Menghafal merupakan usaha meresapkan sesuatu ke dalam pikiran agar selalu ingat (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:381). Sependapat dengan hal tersebut, Syamsurizal (t.th:526) menguraikan bahwa makna dari menghafal ialah belajar mengingat-ingat dengan baik. sebagai kitab suci umat Islam berisi firman-firman Allah dan diwahyukan dalam Bahasa Arab kepada Nabi Muhammad.

  Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kemampuan menghafal Al- Qur‟an yaitu kapasitas seseorang dalam berupaya menyimpan memori tentang ayat-ayat Al-

  Qur‟an dan mengulang-ulangnya demi memperoleh ingatan yang kuat.

  Untuk memperoleh ukuran mengenai kemampuan menghafal Al- Qur‟an santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro, dalam penelitian ini penulis memanfaatkan beberapa indikator yang sebelumnya telah dikonsultasikan dengan pengasuh tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro yaitu Ustadzah Rosyidah sebagai berikut: a.

  Rutin menambah hafalan Al-Qur‟an setiap hari.

  b.

  Menyetorkan hafalan ke pengasuh tahfidz secara intens.

  c.

  Memiliki target hafalan sebagai jalan untuk memotivasi diri sendiri.

  d.

  Rutin memuraja’ah hafalan setiap hari, baik di depan pengasuh tahfidz ataupun secara pribadi.

G. Metode penelitian 1.

  Pendekatan dan rancangan penelitian a.

  Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis product moment dan persamaan regresi linier sederhana untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel.

  b.

  Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang akan ditempuh oleh penulis yaitu dengan mengumpulkan data melalui angket atau kuisioner sebagai sumber data utama. Selanjutnya, data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis untuk dapat mengetahui informasi ilmiah melalui angka-angka tersebut.

  Sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya pengaruh kecerdasan majemuk terhadap kemampuan menghafal Al- Qur‟an.

  2. Lokasi dan waktu penelitian a.

  Lokasi penelitian Lokasi penelitian berada di Pondok Pesantren Edi Mancoro yang beralamat di Dsn. Bandungan, RT 02 RW 01, Ds. Gedangan, Kec.

  Tuntang, Kab. Semarang, Jawa Tengah.

  b.

  Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan sejak penyusunan proposal yaitu dari Mei 2016 dan ditargetkan selesai Insya Allah pada bulan Juli 2016.

  3. Populasi dan sampel a.

  Populasi Populasi menurut Sugiyono (dalam Ruslan, 2010:133) adalah keseluruhan obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan

  Berdasarkan pendapat tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro berjumlah 24 orang yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.

  b.

  Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam menentukan sampel, sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto

  (1998:117), bahwa apabila jumlah subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

  Berbeda jika jumlah subyeknya besar, maka dapat diambil 10-15% atau 20-25%.

  Mengingat jumlah santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro kurang dari 100, maka berdasakan teori Arikunto, sampel penelitian ini yaitu keseluruhan populasi atau disebut total sampling.

4. Metode pengumpulan data

  Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah: a.

  Kuesioner/angket Angket sering juga disebut kuesioner, yaitu suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau dalam suatu bidang (Koentjaraningrat, 1994:173). Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 2010:1999).

  Pengumpulan angket/kuesioner merupakan hal yang pokok untuk mengumpulkan data. Hasil kuesioner tersebut dirumuskan dalam angka, tabel-tabel, analisis statistik, dan uraian serta kesimpulan dari hasil penelitian. Pengumpulan angket/kuesioner dalam penelitian ini sendiri bertujuan untuk mendapatkan data tentang kecerdasan majemuk dan pencapaian hafalan santri.

  b.

  Wawancara/interview

  Interview adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk

  memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 1993:145). Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, penulis mengambil teknik

  interview bebas terpimpin. Interview bebas terpimpin adalah teknik interview di mana interviewer membawa kerangka pertanyaan (frame work of question ) untuk disajikan, tetapi bagaimana pertanyaan-

  pertanyaan itu diajukan dan irama interview diserahkan kebijaksanaan interviewer (Hadi, 1989:207).

  Di sini, wawancara digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan keadaan santri tahfidz dan Pondok Pesantren Edi Mancoro. Adapun narasumber dari wawancara ini yaitu pengasuh santri tahfidz dan pengurus Pondok Pesantren Edi Mancoro. c.

  Observasi Metode ini merupakan metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1982:136).

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode observasi langsung yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi penelitian yaitu di Pondok Pesantren Edi Mancoro serta proses santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro dalam menghafal Al-

  Qur‟an.

  d.

  Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 1993:149). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data santri serta profil lokasi penelitian. Adapun langkah yang ditempuh oleh penulis yaitu dengan menghubungi pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro untuk memperoleh arsip, lalu memilah arsip- arsip terkait secara kolektif, selanjutnya menyajikan apa yang ada dalam arsip tersebut dalam bentuk narasi.

5. Instrumen penelitian

  Menurut Arikunto (1998:135), instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar angket yang digunakan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan majemuk terhadap kemampuan menghafal

  Adapun instrumen penelitian (angket) yang peneliti buat, mengacu pada variabel-variabel di bawah ini: Variabel pengaruh (x): variabel pengaruh dalam penelitian ini adalah pengaruh kecerdasan majemuk santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro.

  Variabel terhadap (y): variabel terhadap dalam penelitian ini adalah kemampuan menghafal Al- Qur‟an santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro.

6. Analisis data

  Dalam mengolah data, penulis menggunakan analisa data kuantitatif, yaitu dengan menganalisa data sehingga mengandung makna atau dapat diambil suatu kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang dilakukan.

  Dalam menganalisis data, penulis menempuh dua tahap yaitu: a. Analisis pendahuluan

  Dalam menganalisa data pokok penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis prosentase dengan rumus:

  P = x 100%

  Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi jawaban N = Jumlah responden b. Analisis lanjutan

  Analisis selanjutnya yang penulis lakukan antara variabel x dan regresi linier sederhana. Analisis ini digunakan untuk mengetahui angka pengaruh variabel x terhadap variabel y dengan rumus , di mana:

  Y = variabel dependen atau nilai yang diprediksikan x = variabel independen

  ( )( ) ( )( )

  = konstanta, dapat dicari dengan rumus

  ( ) ( ) ( )( ) b = koefisien regresi, dapat dicari dengan rumus

  ( )

  Selanjutnya, analisis akhir dari penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment yang ditemukan oleh Karel Pearson. Rumus ini dapat digunakan apabila data kedua variabel berupa data kuantitas (Hadjar, 2014:139). Dalam penelitian ini, kedua data yang dimaksud ialah data dengan variabel x dan variabel y, di mana variabel x adalah kecerdasan majemuk sedangkan variabel y yaitu kemampuan menghafal Al-

  Qur‟an santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro. Penggabungan antara variabel x dan variabel y digunakan rumus product moment sebagai berikut:

  ( )( ) √* ( ) +* ( ) +

  Keterangan: rxy = koefisien korelasi ∑x = jumlah skor total variabel x ∑y = jumlah skor total variabel y

  ∑y² = jumlah kuadrat y N = jumlah sampel / obyek yang diteliti H.

   Sistematika penulisan skripsi

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut:

  Bab I, pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, instrumen penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II, penulis menjabarkan kerangka teori tentang pengertian kecerdasan majemuk, macam-macam kecerdasan majemuk dan karakteristiknya, cara atau gaya belajar berbasis kecerdasan majemuk, cara meningkatkan kecerdasan majemuk, pengertian kemampuan menghafal Al-

  Qur‟an, manfaat menghafal Al- Qur‟an, metode menghafal Al-Qur‟an, serta faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal Al-Q ur‟an.

  Bab III, hasil penelitian yang membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian serta penyajian data. Bab IV, analisis data tentang kecerdasan majemuk dan kemampuan menghafal Al- Qur‟an, sekaligus pengaruh antar kedua variabel dengan subyek penelitian santri tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro. Selanjutnya adalah pengujian hipotesis.

BAB II KERANGKA TEORI A. Kecerdasan majemuk 1. Pengertian kecerdasan majemuk Menurut Gardner (dalam Hernowo, 2005:65-69), kemajemukan inteligensi merupakan kumpulan kepingan kemampuan yang ada di beragam otak. Semua kepingan ini saling berhubungan, tetapi juga bekerja sendiri-sendiri. Yang terpenting, inteligensi tidak statis atau ditentukan sejak lahir. Seperti

  otot, inteligensi dapat berkembang sepanjang hidup asal terus dibina dan ditingkatkan.

  Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa kecerdasan majemuk adalah macam kecerdasan lebih dari satu yang dimiliki setiap individu di mana setiap individu memiliki kedelapan jenis kecerdasan dengan kadar yang berbeda, artinya tergantung jenis kecerdasan mana yang dominan (Gardner dalam Manurung, 2013:50).

  Mushollin (2009:230) dalam jurnal yang ia tulis menyebutkan sebuah definisi dari Howard Gardner tentang kecerdasan majemuk, yaitu suatu kesinambungan kecerdasan yang dapat dikembangkan seumur hidup. Dalam jurnal tersebut juga dijelaskan mengenai pandangan Gardner tentang teori- teori dasar kecerdasan yang berbunyi: setiap manusia dibekali kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai sepanjang hidupnya, kecerdasan-kecerdasan ini umumnya bekerja bersama dengan cara yang kompleks dan saling terkait, serta yang terakhir, banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.

2. Macam-macam kecerdasan majemuk dan karakteristiknya

  Kecerdasan majemuk ditemukan oleh Howard Gardner, seorang ahli saraf dan psikolog terkemuka dari sekolah kedokteran Boston dan juga sekolah pendidikan Hardvard. Dari proyek penelitian Gardner di sebuah kelompok riset, ia menemukan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences).

  Pada awalnya, kecerdasan ini hanya terdiri dari 7 jenis kecerdasan. Sampai kemudian, penelitian terus dilanjutkan dan ditemukan kecerdasan lain. Hasil temuan tersebut pertama kali dipublikasikan pada 1983 dalam bentuk buku berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (Suyadi, 2014:126). Adapun kedelapan jenis kecerdasan yang dimaksud adalah: a.

  Kecerdasan spasial Kecerdasan spasial ialah suatu kecerdasan dalam melihat, mempersepsikan dan mentransformasikan suatu obyek dengan detail.

  Biasanya, kecerdasan ini diperlihatkan melalui kecenderungan melakukan: apresiasi seni, desain, denah, pandai navigasi dan arah, dekorasi, membuat dan membaca chart dan peta, koordinasi warna, memindahkan bentuk dalam angan-angan, membuat desain tiga dimensi, atau membuat sketsa, serta berpikir dalam gambar atau bentuk (Haviva, 2013:61).

  Pemilik kecerdasan ini adalah mereka: para arsitek, fotografer, seniman, pilot, pemahat patung, dan para penemu teknologi.

  b.

  Kecerdasan linguistik Kecerdasan linguistik ialah suatu kemampuan menggunakan kata- kata secara kompeten, baik diwujudkan dalam bentuk tulisan maupun lisan. Secara umum, kecerdasan ini terkait dengan kepekaan seseorang terhadap bunyi, makna, struktur, fungsi kata, dan bahasa.

  Individu yang memiliki kecerdasan ini ditunjukkan dengan ketertarikannya pada beberapa hal, seperti: mengarang cerita, antusias dalam mengikuti diskusi, tertarik belajar bahasa asing, bermain permainan tentang bahasa, mudah mengingat kutipan suatu tulisan atau ucapan dari orang lain, tidak mudah salah eja atau salah tulis, humoris, membaca dengan pemahaman tinggi, pandai membuat puisi, tepat dalam tata bahasa, berkomunikasi melalui lisan dan tulis, banyak menguasai kosakata, dan menulis secara jelas (Haviva, 2013:59-60).

  Mayoritas pemilik kecerdasan ini ialah: orator, negosiator, pengacara, negarawan, dan lain sebagainya.

  c.

  Kecerdasan interpersonal Kecerdasan Interpersonal yaitu kemampuan mempersepsikan dan isyarat, dan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu (Mufidah, 2014:83).

  Lwin dan kawan-kawannya (2008:205) berpendapat, seseorang bisa dikatakan memiliki kecerdasan interpersonal tinggi apabila: ia berteman dan berkenalan dengan mudah, lebih suka berada di sekitar orang lain, ingin tahu mengenai orang lain dan ramah terhadap orang asing, dan paham waktu yang tepat untuk berbagi sesuatu dengan orang lain.

  d.

  Kecerdasan musikal Suyadi (2014:130) menjelaskan bahwa kecerdasan musikal merupakan kemampuan untuk menyimpan nada, mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik. Dari semua bentuk kecerdasan, pengaruh pengubahan kesadaran dari musik dan irama pada otak merupakan yang terbesar. Sebab, kekuatan musik, irama, suara dan getaran mampu menggeser pikiran, memberikan motivasi religius, meningkatkan kebanggaan nasional dan mengungkapkan kasih untuk orang lain (Lwin, 2008:137).

  Kecenderungan seorang pemilik kecerdasan ini adalah pada hal-hal: mengenali bunyi instrumen, menyusun atau mengarang melodi dan lirik, mudah mengenal ritme, belajar mengingat melalui irama dan lirik, menyukai apresiasi musik, dan paham terhadap struktur musik (Haviva, 2013:63). e.

  Kecerdasan naturalis Kecerdasan naturalis ialah kapasitas untuk mengenali dan mengelompokkan sesuatu di dalam lingkungan fisik sekitarnya seperti binatang, tumbuhan, serta kondisi cuaca. Pemilik kecerdasan ini mempunyai kemampuan untuk mengelola alam dan lingkungan sekitar dengan aktivitas utamanya adalah memelihara dan berinteraksi dengan alam sekitar (Prasetyo, 2009:85).

  Adapun ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan naturalis di antaranya: akrab dengan hewan peliharaan, sangat menikmati berjalan- jalan di alam terbuka, menunjukkan kepekaan terhadap panorama alam, juga seringkali berprestasi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam utamanya Biologi dan lingkungan hidup (Mufidah, 2014:85-86).

  f.

  Kecerdasan kinestetik-tubuh Kecerdasan kinestetik-tubuh adalah kemampuan untuk melakukan koordinasi pergerakan seluruh anggota tubuh untuk mengekspresikan ide, perasaan dan membentuk sesuatu (Prasetyo, 2009:63).

  Jika seseorang memiliki dominasi kecerdasan kinestetik-tubuh, ia akan mudah dikenali dengan ciri: menikmati kegiatan bermain peran, gemar menyusun teka-teki dari potongan gambar, sering melompat, berlari-lari, menendang-nendang sesuatu, juga menari (Lwin, 2008:177- 178). g.

  Kecerdasan intrapersonal Lwin (2008:233) mendefinisikan kecerdasan intrapersonal sebagai kecerdasan yang terkait dengan diri sendiri. Orang yang berkecerdasan intrapersonal tinggi cenderung menjadi pemikir yang tercermin pada apa yang mereka lakukan dan secara terus-menerus melakukan penilaian diri.

  Mufidah (2014:84) berpendapat bahwa kecerdasan intrapersonal meliputi kesadaran akan suasana hati, maksud, keinginan, disiplin diri, dan kemampuan menghargai diri.

  Pada umumnya, seseorang yang memiliki kecerdasan ini lebih menyukai beberapa hal seperti: lebih suka menyendiri saat berpikir dan merenung, mampu mengontrol perasaan, mengetahui kelemahan dan kekuatan diri, pintar introspeksi dan memotivasi diri, memahami cara mengelola minat dan perasaan, serta lihai dalam mendalami konflik (Haviva, 2013:64-65).

  h.

  Kecerdasan logika-matematika Kecerdasan logika-matematika adalah kemampuan dalam berkutat menangani bilangan, perhitungan, pola pikir logis, dan ilmiah.

  Kecerdasan ini mempunyai dua unsur, yakni matematika dan logika (Suyadi, 2014:127).

  Menurut Haviva (2013:60-61), kecenderungan yang dimiliki seseorang dalam hal ini ditunjukkan melalui: menghitung atau memprediksi, membuat langkah-langkah, menyukai permainan yang menggunakan strategi, menggunakan simbol abstrak dan berpikir abstrak, serta menemukan fungsi-fungsi dan hubungan.

  Biasanya, kecerdasan matematis logis dimiliki oleh: para ilmuwan, matematikawan, scientist, filsuf, fisikawan, dan lain sebagainya.

3. Cara atau gaya belajar berbasis kecerdasan majemuk

  Menurut Gordon Dryden dan Jeanette Vos (dalam Muhajarah, 2008:48-50), adapun cara atau gaya belajar berbasis multiple intelligences adalah sebagai berikut: a.

  Belajar dengan cara spasial Peserta didik yang unggul dalam bidang ini paling efektif belajar secara visual. Mereka perlu diajari melalui gambar, metafora, visual dan warna. Cara terbaik untuk memotivasi mereka adalah melalui media seperti film, slide, video, diagram, peta dan grafik.

  b.

  Belajar dengan cara linguistik Cara belajar terbaik dalam bidang ini adalah dengan mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Cara terbaik memotivasi peserta didik adalah sering berdialog, menyediakan banyak buku, rekaman dan menciptakan peluang untuk menulis.

  c.

  Belajar dengan cara interpersonal Cara belajar terbaik peserta didik yang berbakat dalam kategori ini kolaboratif, tugas sosial atau jasa, menghargai perbedaan, membangan perspektif beragam.

  d.

  Belajar dengan cara musikal Peserta didik dengan inteligensi musikal belajar melalui irama dan melodi. Mereka bisa mempelajari apapun dengan lebih mudah jika dinyanyikan, diberi ketukan atau disiulkan.

  e.

  Belajar dengan cara naturalis Peserta didik yang condong sebagai naturalis akan menjadi bersemangat ketika terlibat dalam pengalaman di alam terbuka, juga senang bila ada acara di luar sekolah.

  f.

  Belajar dengan cara kinestetik Peserta didik yang berbakat dalam jenis inteligensi ini belajar dengan menyentuh, memanipulasi dan bergerak. Mereka memerlukan kegiatan yang bersifat gerak dan dinamik. Cara terbaik memotivasi mereka adalah dengan melaui seni peran, improvisasi dramatis, gerakan kreatif dan semua jenis kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik.

  g.

  Belajar dengan cara intrapersonal Peserta didik dengan kecenderungan ke arah ini paling efektif belajar ketika diberi kesempatan untuk menetapkan target, memilih kegiatan mereka sendiri, dan menentukan kemajuan mereka melalui proyek apapun yang mereka minati. Pendidik dapat memotivasi mereka dengan mengetahui diri sendiri melalui orang lain, pendidikan inteligensi emosional dan merefleksikan ketakjuban dan tujuan hidup.

  h.

  Belajar dengan cara logis-matematis Peserta didik yang mempunyai kelebihan dalam bidang ini belajar dengan membentuk konsep dan mencari pola serta hubungan abstrak.

  Mereka belajar secara ilmiah, berpikir logis, dengan proses berpikir secara matematis dan bekerja dengan angka. Sebaiknya, pendidik memberikan materi konkret yang bisa dijadikan bahan percobaan, waktu yang berlimpah untuk mempelajari gagasan baru, kesabaran dalam menjawab pertanyaan dan penjelasan logis untuk jawaban yang pendidik berikan.

4. Cara meningkatkan kecerdasan majemuk

  Mayoritas masyarakat meyakini bahwa kecerdasan merupakan sesuatu yang dikaruniakan dan tidak bisa diupayakan. Mereka juga berpendapat bahwa manusia dilahirkan hanya dengan satu kecerdasan yang menonjol, misalnya dalam bidang musik. Namun, banyak penelitian yang telah dilakukan menyangkal pemikiran masyarakat tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Aaron Stern pada tahun 1954 misalnya, membuktikan bahwa kecerdasan bukanlah sebuah bawaan atau karunia, namun suatu kemampuan yang muncul dari hasil latihan dan binaan. Bahkan, ketika salah satu kecerdasan seseorang terus-menerus dirangsang dan distimulasi, hal itu ada pembatasan atau sekat-sekat yang sengaja diciptakan di dalam proses perkembangan kecerdasan tersebut (Lwin, 2008:4-6).