DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM P3KUM TERHADAP KINERJA DAN KELAYAKAN USAHA KOPERASI DI KOTA SEMARANG

Jejak 6 (2) (2013): 103-213. DOI: 10.15294/jejak.v7i1.3596

JEJAK

Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM P3KUM
TERHADAP KINERJA DAN KELAYAKAN USAHA
KOPERASI DI KOTA SEMARANG
Dyah Maya Nihayah
Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi UNNES Semarang
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v7i1.3596
Received : 2013; Accepted: 2013; Published: September 2013

Abstract
During this time the cooperative performance measurement is done by conventional financial terms based on
financial statements, profitability, liquidity and solvency (RLS) as well as the implementation of the budget. This
study aims to determine the performance and feasibility of KSP / USP- Cooperative as a recipient of a revolving
fund P3KUM and want to know the impact of the implementation of the cooperative program P3KUM dealer. The
aspect that is evaluated in terms of organizations and institutions that include; (1) The vision and mission, (2)

Legality of business entities, (3) The cooperative structure, (4) Management organization (5) Human Resources
Development (HRD), (6) Finance, (7) Infrastructures. The method used is the Cooperative Capacity Assessment
(CCA). Respondents in this study is a cooperative that had received funds P3KUM, already incorporated and has
implemented the Annual Member Meeting in 2010 and has a complete cooperative (management and members
of the cooperative). From the results of this study concluded that of the 25 cooperative respondents, 20% cooperatives have a good performance appraisal at all and 80% are good .. The better the performance of which
is owned by a cooperative, the more worthy of him as a funding channel P3KUM program. Feasibility is very
important to ensure the success of the program P3KUM. However, the necessary guidance and supervision of the
relevant authorities, so that the existence of the program run effectively and efficiently.
Keywords: performance, organizations, institutions, cooperatives, CCA, P3KUM

Abstrak
Selama ini pengukuran kinerja koperasi dilakukan dengan cara konvensional yaitu dari segi keuangan berdasarkan
laporan keuangan, rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas (RLS) serta pelaksanaan anggaran. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kinerja dan kelayakan usaha KSP/ USP- Koperasi sebagai penerima dana bergulir P3KUM dan ingin
mengetahui dampak pelaksanaan program P3KUM terhadap koperasi penyalur. Adapun aspek yang dievaluasi adalah
dari sisi organisasi dan kelembagaan yang meliputi; (1) Visi dan misi, (2) Legalitas badan usaha, (3) Struktur koperasi, (4)
Manajemen organisasi (5) Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), (6) Keuangan, (7) Sarana dan Prasarana. Metode
yang digunakan adalah Cooperative Capacity Assessment (CCA). Responden dalam penelitian ini adalah koperasi yang
pernah menerima dana P3KUM, sudah berbadan hukum dan sudah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan pada tahun
2010 serta memiliki kelengkapan koperasi (pengurus dan anggota koperasi). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

dari 25 koperasi yang menjadi responden, 20% koperasi memiliki penilaian kinerja yang baik sekali dan 80% lainnya baik..
Semakin baik kinerja yang dimiliki oleh sebuah koperasi, maka akan semakin layak dia sebagai penyalur dana progam
P3KUM. Kelayakan usaha ini sangat penting untuk menjamin keberhasilan dari program P3KUM. Meski demikian,
diperlukan pembinaan dan pengawasan dari aparat terkait, supaya keberadaan program berjalan efektif dan efisien.

Kata Kunci: kinerja, organisasi, kelembagaan, koperasi, CCA, P3KUM
How to Cite: Dyah Maya Nihayah. (2013). Dampak Pelaksanaan Program P3KUM Terhadap Kinerja Dan
Kelayakan Usaha Koperasi. JEJAK Journal of Economics and Policy, 6 (2): 103-213 doi: 10.15294jejak.v7i1.3596

© 2013 Semarang State University. All rights reserved



Corresponding author :
Address: Kampus Unnes, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50299
E-mail: dyah_maya@yahoo.co.id

ISSN 1979-715X

JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-213


PENDAHULUAN
Mengacu pada pasal 33 UUD 1945,
tujuan koperasi sesuai dengan UndangUndang Nomor 25 pasal 3, berbunyi:
”memajukan
kesejahteraan
anggota
pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil
dan makmur berlandaskan Pancasila
dan Undang Undang Dasar 1945”. Oleh
karena itu, koperasi sebagai badan usaha
memerlukan pengukuran kinerja yang
tepat sebagai dasar untuk menentukan
efektifitas kegiatan usahanya terutama
efektifitas operasional, bagian organisasi
dan karyawannya berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya
(Mulyadi,2001).
Koperasi
dianggap menjawab tantangan global dan
kritik terhadap ekonomi yang menjurus ke
pasar bebas. Goener et al (2009) menyatakan
bahwa konsep neoliberal telah menjadikan
dunia jatuh ke krisis ekonomi global tahun
2008.
Usaha mikro kecil dan menengah
serta koperasi dewasa ini menghadapi
beragam tantangan dan dihadapkan pada
tuntutan untuk menghadapi era globasisasi.
Perubahan besar pada aktivitas ekonomi
seperti liberalisasi perdagangan, pergerakan
modal dan teknologi informasi merupakan
tantangan yang harus dijawab oleh institusi
koperasi dan usaha mikro kecil menengah.
Lesakova (2009).
Pengukuran kinerja koperasi sering

dilakukan dengan metode konvensional
yaitu terbatas dari segi keuangan dalam
bentuk penilaian berdasarkan laporan
keuangan, Rentabilitas, Likuiditas, dan
Solvabilitas (RLS) serta pelaksanaan
anggaran. Ukuran secara finasial tersebut
belum mampu mencerminkan kompleksitas
dalam organisasi bisnis. Pengukuran kinerja
seperti ini memiliki beberapa kelemahan
antara lain yaitu (1) ketidakmampuan
untuk mengukur kinerja harta tak tampak
(intangible assets) dan harta intelektual
(Intelectual Property) misalnya sumber
daya manusia, (2) kinerja yang diukur secara

171

keuangan hanya mampu bercerita mengenai
masa lalu organisasi bisnis dan tidak mampu
sepenuhnya menuntun mereka ke arah yang

lebih baik (Riani, 2007).
Mengacu
pada
hal
tersebut,
diperlukan pengukuran yang menyeluruh,
yaitu pengukuran kinerja yang tidak
hanya mengukur kinerja keuangan namun
mampu menggambarkan kondisi koperasi
secara lengkap, jelas dan akurat terutama
menyangkut sumber daya manusia yang
diintegrasikan dalam perencanaan baik
organisasi maupun usaha .Untuk itu
diperlukan penyempurnaan sistem penilaian
kinerja koperasi yang lebih komprehensif.
Evaluasi kinerja koperasi penting
dilakukan
mengingat
pemerintah
mengeluarkan

Program
Pembiayaan
Produktif Koperasi dan Usaha Mikro
(P3KUM). P3KUM merupakan program
pemerintah yang dilakukan dalam bentuk
perkuatan permodalan KSP/USP-Koperasi
untuk mengembangkan usaha mikro
anggota koperasi dengan menggunakan
dana bergulir konvensional. Mengingat
besarnya dana masyarakat yang digulirkan
dalam program ini, maka kelayakan usaha
KSP/USP-Koperasi mutlak dilakukan. Hasil
evaluasi kinerja digunakan untuk menelaah
secara mendalam mengenai aspek-aspek
kelembagaan, manajemen dan keuangan
serta pencapaian yang diperoleh setelah
mendapatkan dana bergulir P3KUM.
Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang
bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana
kinerja dan kelayakan usaha KSP/USPKoperasi sebagai penerima dana bergulir

P3KUM.
Salah satu penelitian yang mencoba
melihat kinerja organisasi tidak hanya dari
sisi finansial dilakukan oleh Sinaga (2004).
Dia mengemukakan pendapat bahwa
pengukuran kinerja suatu badan usaha,
hendaknya tidak hanya dilihat dari satu
aspek saja melainkan dari empat perspektif
yakni dari perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif proses bisnis internal
dan perspektif pengembangan
(proses
belajar dan berkembang). Dalam hal ini
dapat dikatakan penilaian kinerja organisasi
usaha terdiri dari perspektif keuangan dan

172

Dyah Maya Nihayah, Characteristics of Indonesian Household’s Living Expenditure


non keuangan. Oleh karena itu dalam
penelitiannya digunakan metode balanced
scorecard.
Keunggulan pengukuran kinerja
organisasi
dengan
menggunakan
metode balanced scorecard dalam sistem
perencanaan stratejik adalah organisasi
tersebut mempunyai karakteristik (1)
komprehensif, (2) koheren, (3) seimbang
dan (4) terukur. Tiap-tiap unsur dalam
dinamika organisasi saling berkaitan dan
kejelian melihat itu merupakan kemampuan
mengubah potensi menjadi produk yang
riil.
Sementara itu berdasarkan evaluasi
pelaksanaan
Program
Kementerian

Koperasi dan UKM juga diungkap bahwa
pemeringkatan kinerja koperasi perlu
penyempurnaan
supaya
kepercayaan
dari stakeholder dapat meningkat. Hal
ini disebabkan karena penilaian kinerja
koperasi selama ini bias ke arah aspek
usaha koperasi saja tanpa memperhatikan
aspek kelembagaan koperasi. Padahal
aspek kelembagaan harusnya memiliki
bobot yang tidak kalah tinggi karena
merupakan pondasi untuk pengembangan
usaha koperasi sesuai dengan nilai dasar
dan prinsip- prinsip koperasi. Dalam
badan usaha koperasi akses ke permodalan
merupakan permasalahan tersendiri. Hailu
(2009).
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada koperasikoperasi yang ada di Kota Semarang, meliputi

16 Kecamatan, antara lain; Banyumanik,
Semarang Barat, Candisari, Gajahmungkur,
Gayamsari, Genuk, Gunungpati, Mijen,
Ngaliyan, Pedurungan, Semarang Selatan,
Tembalang, Semarang Tengah, Semarang
Timur, Tugu, dan Semarang Utara. Data
yang digunakan adalah data primer dan
data sekunder. Data Primer diperoleh secara
langsung dari responden. Responden yang
menjadi sampel merupakan pengurus
koperasi dan pelaksana koperasi. Pengurus
dan anggota koperasi dipilih untuk mewakili
pengambil kebijakan di tingkat atas yang
dibuat pada saat Rapat Anggota Tahunan

(RAT). Sementara pelaksana koperasi dipilih
untuk mewakili bagaimana implementasi
kebijakan yang sudah dibuat pada level
teknis pelaksanaannya. data sekunder
yang diperoleh berasal dari beberapa
sumber antara lain: Biro Pusat Statistik
Kota Semarang, Dinas Perkoperasian serta
dinas- dinas yang melakukan pembinaan
terhadap koperasi dan UMKM. Selain itu,
data sekunder juga diperoleh dari informasi
dan publikasi dari instansi daerah mengenai
topik yang berkaitan dengan penelitian ini.
Teknik
pengambilan
sampel
dilakukan secara bertahap (multi stage
sampling), yaitu secara purposive akan
ditentukan Koperasi- Koperasi di Kota
Semarang yang
menerima P3KUM.
Sementara cluster random Sampling dipilih
untuk menentukan pengurus dan anggota
koperasi sebagai responden penelitian.
Pengambilan sampel dengan metode
purposive sampling dilakukan karena
beberapa pertimbangan, antara lain; usaha
produktif berada dalam wadah koperasi,
pernah menerima dana P3KUM, sudah
berbadan hukum sudah melaksanakan
Rapat Anggota Tahunan pada tahun
2010 dan memiliki kelengkapan koperasi
(pengurus dan anggota koperasi).
Untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai, penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data dengan metode
Cooperative Capacity Assessment (CCA).
Metode Cooperative Capacity Assessment
(CCA) yaitu suatu pendekatan untuk
mendapatkan data dan informasi serta
penilaian untuk mendorong kinerja
dan pendewasaan suatu koperasi secara
partisipatif.
Dari hasil pengumpulan data dengan
menggunakan metode CCA dilakukan
penilaian hasil dengan menggunakan indeks
kapasitas sebagai pembobot koefisien (score)
organisasi. Analisis data mulai dilakukan
sejak mulai pengumpulan data sampai
penulisan berakhir. Adapun tahapan yang
dilakukan; pertama, informasi dan data yang
berhasil dikumpulkan akan dikelompokkan
berdasarkan per institusi atau per koperasi.
Kedua, Open coding. Pada tahap ini peneliti
berusaha memperoleh sebanyak-banyaknya

JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-213

variasi data yang terkait dengan objek
penelitian. Open coding meliputi proses
merinci, memeriksa, membandingkan,
dan mengkonseptualisasikan data, serta
mengkategorikan data.
Selanjutnya Axial coding. Pada tahap
ini hasil yang diperoleh dari open coding
diorganisir kembali berdasarkan kategori
dan dilakukan analisis hubungan antara
kategori untuk mendapatkan gambaran
utuh tentang sebuah kejadian. Keempat,
Selective coding. Pada tahap ini data
disesuaikan lagi relevansinya dengan objek
penelitian yang kemudian memaknai data
yang diperoleh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penilaian kinerja koperasi dari aspek
organisasi dan kelembagaan, ada 6 aspek
yang dilihat; (1) Visi dan misi, (2) Legalitas
badan usaha, (3) Struktur koperasi, (4)
Manajemen organisasi (5) Pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM), (6)
Keuangan, (7) Sarana dan Prasarana.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan metode Cooperative
Capacity Assessment (CCA), diperoleh hasil
sebagai berikut;
Visi dan misi organisasi mampu
dipahami arti pentingnya dalam sebuah
koperasi. Hal ini terlihat dari 25 koperasi
yang menjadi responden, 20% koperasi
memiliki penilaian kinerja yang baik sekali
dan 80% lainnya baik. Artinya visi dan misi
lembaga sudah dibuat dan sangat jelas
dipahami oleh semua perangkat koperasi.

173

Keberadaan visi dan misi tersebut dapat
diturunkan menjadi rencana- rencana
strategis yang dapat dikembangkan dan
diimplementasikan di seluruh stakeholder.
Legalitas badan usaha juga sudah
dipenuhi oleh koperasi. Dari hasil
penelitian terlihat bahwa ada 56% koperasi
yang memiliki penilaian kinerja baik sekali
dan 44% memiliki penilaian kinerja baik.
Artinya koperasi sudah memiliki AD/
ART yang tertulis dengan sangat jelas dan
mampu dipahami oleh semua perangkat
koperasi sehingga dapat digunakan sebagai
panduan operasional lembaga. Selain itu,
kelengkapan administrasi pendirian (Akte
Notaris, NPWP, SIUP, SITU, TDP, dsb)
juga sudah dimiliki. Surat- surat tersebut
memang penting untuk dimiliki karena
merupakan salah satu syarat yang harus
dilampirkan pada saat mereka mengajukan
diri sebagai penerima dana P3KUM.
Pengembangan
sumber
daya
manusia
menjadi
komponen
yang
penting dalam penilaian kinerja koperasi.
Penyebabnya karena dalam Peraturan
Menteri Negara UKM RI No08/Per/M.
KUKM/II/2007 tentang petunjuk teknis
program
pembiayaan
P3KUM
Pola
Konvensional disebutkan bahwa, salah
satu
tujuan digulirkannya program
tersebut adalah untuk meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia dalam
bidang manajemen usaha dan pengelolaan
keuangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengembangan kapasitas staf koperasi
menjadi prioritas. Hal ini terlihat dari

Tabel 1. Organisasi dan Kelembagaan Koperasi
Baik Sekali
20%
2. Legalitas Badan Usaha
56%
3. Struktur Koperasi
52%
4. Manajemen Organisasi
24%
5. Pengembangan Sumber Daya Manusia
24%
6. Keuangan
40%
Aspek
1. Visi & Misi

7. Sarana dan Prasarana
Sumber : Data Primer diolah

24%

Baik
80%
44%
40%
72%
64%
48%

Kurang

Belum Terlaksana

0%
0%
8%
4%
12%
12%

0%
0%
0%
0%
0%
0%

60%

16%

0%

174

Dyah Maya Nihayah, Characteristics of Indonesian Household’s Living Expenditure

Gambar 1. Penilaian Kinerja Aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber : Data diolah

Gambar 2. Penilaian Kinerja Aspek Keuangan
Sumber : Data diolah

mayoritas koperasi yang menjadi responden
menunjukkan kinerja yang baik (68%), meski
ada yang kurang memberi perhatian pada
pengembangan kapasitas staf (12%). Lihat
Gambar 4.1. Artinya sebagian besar koperasi
sudah memiliki kemampuan profesional
di bidangnya masing- masing. Selain itu,
untuk mencapai tujuan dari koperasi,
mereka melakukan perencanaan yang jelas
tentang pengembangan profesionalisme
stafnya. Caranya dengan memberi fasilitas
untuk mengikuti pelatihan- pelatihan yang
dapat meningkatkan kualitas personilnya.
Penilaian kinerja koperasi dari aspek
keuangan menunjukkan bahwa hampir
seluruh responden sudah melakukan sistem

keuangan dengan baik. Kinerja keuangan
adalah hasil kegiatan koperasi yang disajikan
dalam bentuk laporan keuangan. Hasil
kegiatan perusahaan harus dibandingkan
dengan laporan keuangan periode masa
lalu, laporan rugi laba dan neraca dan ratarata kinerja keuangan sejenis. Fadli (2012).
Dari kriteria sistem & kebijakan keuangan,
laporan keuangan serta anggaran keuangan
terlihat bahwa kinerja koperasi- koperasi
tersebut sudah sangat baik. Ini terlihat dari
hasil penilaian kinerjanya yang mencapai
angka antara 40- 44% dari jumlah seluruh
responden (Gambar 1). Artinya sudah ada
10-11 koperasi yang memiliki kebijakan
keuangan yang jelas dan mudah diterapkan.

JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-213

Adanya sistem akuntansi yang
sesuai dengan standar akuntansi koperasi
koperasi yang berlaku (PSAK) mendukung
keberadaan dari sistem keuangan pada
koperasi tersebut. Aspek yang perlu diberi
perhatikan adalah masalah audit koperasi,
meski kinerjanya sudah relatif baik, namun
masih ada 24% kurang terlaksana dengan
baik. Perlu dilakukan perbaikan secara
menyeluruh dan atau dalam aspek- aspek
tertentu saja. Hal ini menjadi sangat penting
karena dengan audit, maka koperasi akan
lebih transparan dan hasil audit juga dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas
dan kinerja koperasi.
Penilaian
kinerja
dari
aspek
manajemen organisasi menunjukkan bahwa
mayoritas menunjukkan kinerja yang baik,
terutama pada aspek pelaksanaan RAT
(68%) dan sistem informasi pelaporan
(6%). Artinya sebagian besar sudah
menyadari bahwa Rapat Anggota Tahunan
(RAT) penting untuk diadakan secara rutin
sebagai media untuk berkomunikasi dan
evaluasi diri. Selain alasan tersebut, pada
saat RAT juga dapat dilakukan penyusunan,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan
rencana- rencana strategis koperasi.
Sistem informasi dan pelaporan juga
sudah berjalan baik. Hal ini menunjukkan
bahwa responden sudah memiliki sistem
atau mekanisme pelaporan yang jelas
dan mudah untuk diterapkan, meski
masih perlu dilakukan optimalisasi dalam
penerapannya.
Aspek
prosedur
administrasi
menunjukkan
kinerja
yang
cukup
memuaskan. Meskipun ada 7 koperasi
(28%) yang memiliki kinerja baik sekali dan
12 koperasi (48%) memiliki kinerja baik,
tapi ada 6 koperasi (24%) yang memiliki
kinerja kurang baik. Aspek prosedur
administrasi ini tercermin dari adanya
Standar Operasional dan Prosedur (SOP).
Apabila penilaian kinerjanya menunjukkan
kurang terlaksana dengan baik, ini berarti
koperasi belum memiliki SOP. Jika sudah
ada, maka SOP yang telah dibuat kurang
dapat diimplementasikan sehingga perlu
dilakukan perbaikan secara menyeluruh
dan atau dalam aspek- aspek tertentu saja.

175

Hasil evaluasi kinerja dari aspek
organisasi dan kelembagaan koperasi
dengan menggunakan Metode Cooperative
Capacity Assessment (CCA) terlihat bahwa
dari 25 koperasi yang menjadi responden,
baru 5 koperasi yang masuk kategori
Unggul (Nilai rata- rata 4). Artinya baru
ada 5 koperasi yang memiliki unsurunsur organisasi dan kelembagaan yang
menunjang ke arah sistem yang terpadu
demi peningkatan kinerja koperasi.
Kebijakan yang dibuat di atas dalam RAT,
secara tepat dapat diimplementasikan
oleh para pelaksana sampai tingkat yang
paling bawah. Selain visi misi, legalitas
kelembagaan dan struktur koperasi, unsurunsur dalam manajemen organisasi seperti
pelaksanaan RAT, prosedur administrasi,
dan sistem informasi pelaporan, secara
umum, juga sudah tertata dengan baik
sekali. Unsur lainnya seperti pengembangan
sumber daya manusia, sistem dan kebijakan
keuangan serta sarana dan prasarana, juga
sudah ada, tinggal dipertahankan tingkat
efektivitas penerapannya.

Gambar 4. Evaluasi Kinerja Organisasi dan
Kelembagaan Koperasi
Sumber : Data diolah

Sementara mayoritas koperasi yaitu 19
buah ( 68%) masuk kriteria baik (nilai ratarata 3). Sisanya yaitu 1 koperasi memiliki
kriteria cukup baik (4%). Masih adanya
koperasi yang memiliki nilai cukup baik
disebabkan karena ada perbedaan persepsi
dalam
mengimplementasikan
suatu
kebijakan. Dari penelitian teridentifikasi
bahwa di tingkat pengambilan keputusan
(policy maker), unsur- unsur organisasi
dan kelembagaan sudah ada, namun perlu

176

Dyah Maya Nihayah, Characteristics of Indonesian Household’s Living Expenditure

Tabel 2. Penilaian Kinerja Manajemen Organisasi
Aspek

Baik Sekali

Baik

Kurang

Belum Terlaksana

Pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RAT)

32%

68%

0%

0%

Prosedur administrasi

28%

48%

24%

0%

Sistem Informasi dan Pelaporan

32%

64%

4%

0%

Sumber : data diolah

dilakukan perbaikan secara menyeluruh
dan atau dalam aspek- aspek tertentu yang
masih belum optimal. Sementara di tingkat
pelaksana (staf dan karyawan), unsur- unsur
organisasi dan kelembagaan yang ada masih
belum optimal dalam penerapannya.
Sebagai pelaksana program P3KUM,
koperasi memiliki peran yang besar dalam
membantu program pemerintah tersebut.
Sehingga apa yang menjadi tujuan dari
P3KUM dapat tercapai. Adapun tujuan dari
P3KUM adalah; Memberdayakan usaha
mikro melalui perkuatan permodalan
KSP/USPKoperasi;
Meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia dalam
bidang manajemen usaha dan pengelolaan
keuangan;
Dan
memperkuat peran
dan posisi KSP/USP-Koperasi dalam
mendukung upaya perluasan kesempatan
kerja dan pengentasan kemiskinan.
Untuk mencapai tujuan- tujuan
tersebut, diperlukan kelayakan usaha
koperasi. Dalam Peraturan Menteri
Negara UKM RI No08/Per/M.KUKM/
II/2007 tentang petunjuk teknis program
pembiayaan P3KUM Pola Konvensional
juga disebutkan bahwa, kelayakan usaha
KSP/USP-Koperasi adalah analisa usaha
yang didasarkan atas penelitian aspek-aspek
kelembagaan, manajemen, keuangan dan
rencana pengelolaan dana bergulir. Salah
satu cara yang dilakukan adalah dengan
melakukan penilaian kinerja dan kelayakan
usaha KSP/USP-Koperasi sebagai penerima
dana bergulir P3KUM.
Berdasarkan
penilaian
kinerja
secara keseluruhan dengan menggunakan
Cooperative Capacity Assessment (CCA)
menunjukkan bahwa dari 25 koperasi
yang menjadi responden, hanya ada 1
koperasi (4%) yang menunjukkan kinerja
dan kelayakan usaha baik sekali. Artinya

koperasi ini mampu menjalankan perannya
dengan baik karena memiliki kapasitas
kelembagaan yang sudah optimal. Yang
perlu dilakukan adalah mempertahankan
tingkat efektivitas penerapan dari masingmasing aspek yang dinilai.
Sedangkan 21
koperasi
(84%)
memiliki kinerja dan kapasitas koperasi
yang baik. Artinya meski sudah mampu
menjalankan perannya sebagai penyalur
dana P3KUM, tetapi ada beberapa aspek
yang perlu dilakukan optimalisasi dalam
penerapannya. Salah satunya adalah
aspek kelembagaan dan organisasi karena
memiliki pembobot yang paling besar yaitu
3. Alasan yang melandasinya. Pertama,
karena aspek kelembagaan dan organisasi
koperasi serta usaha koperasi diibaratkan
sebagai sebuah pondasi dalam ‘bangunan’
koperasi. Kedua, karena salah satu tujuan
dari adanya progran P3KUM adalah untuk
meningkatkan kemampuan sumberdaya
manusia dalam bidang manajemen usaha
dan pengelolaan keuangan.
Ada 3 koperasi (12%) yang memiliki
kinerja dan kelayakan usaha yang cukup
baik. Artinya, aspek- aspek yang dinilai perlu
dilakukan perbaikan secara menyeluruh
dan atau dalam aspek- aspek tertentu
saja yang kinerjanya kurang. Hal ini perlu
dilakukan karena penguatan lembaga
secara internal perlu dilakukan sebelum
mereka mendukung program P3KUM
untuk perluasan kesempatan kerja dan
pengentasan kemiskinan.
Dampak
pelaksanaan
program
P3KUM terhadap koperasi penyalur, baik
dari jumlah anggota, modal maupun jumlah
aktifitas koperasi secara keseluruhan, dapat
dilihat dari aspek permodalan pada usaha
koperasi, pelayanan, dan partisipasi anggota.
Koperasi dengan nilai kinerja dan kelayakan

JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-213

usaha yang baik sekali (unggul) dan baik,
relatif memiliki poin yang tinggi pada ketiga
aspek tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya pelayanan yang bagus dan oprtimal
dari koperasi mengakibatkan banyak
manfaat yang akan didapatkan oleh anggota
koperasi. Jika anggota merasakan manfaat
yang besar maka secara otomatis mereka
akan semakin aktif berpartisipasi dalam
melakukan aktivitas dalam koperasi. Salah
satu caranya adalah dengan penumpukan
modal. Jadi koperasi yang memiliki kinerja
dan kelayakan usaha yang unggul dan baik,
memiliki peningkatan dan penambahan
modal usaha dari tahun sebelumnya. Dengan
kata lain, koperasi tersebut mengalami
peningkatan aset usaha koperasi.

177

yang menyatakan banwa lebih dari 75
% koperasi menyatakan bahwa adanya
program P3KUM mampu meningkatkan
modal usaha dan peningkatan aset dari
tahun sebelumnya. Selain itu sebagai
koperasi yang memiliki unit simpan pinjam,
dimana unsur kepercayan dan kemampuan
menjadi kunci utama, akses terhadap
permodalan juga menunjukkan kinerja
yang positif (80%). Hal ini juga turut
mendorong penambahan modal dari pihak
ketiga. Secara keseluruhan bertambahnya
modal ini, akan berdampak pada semakin
banyaknya manfaat yang akan diterima
oleh anggota. Dengan didukung pelayanan
yang bagus, maka akan semakin bertambah
banyak anggota yang berpartisipasi secara
aktif, khususnya partisipasi modal.

SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Dengan
menggunakan
metode
Cooperative Capacity Assessment (CCA)
dapat diketahui bahwa dari 25 koperasi
yang menjadi responden, baru 5 koperasi
yang masuk kategori Unggul (Nilai ratarata 4), 21 koperasi (84%) memiliki kinerja
dan kapasitas koperasi yang baik , serta
ada 3 koperasi (12%) yang memiliki kinerja
dan kelayakan usaha yang cukup baik.
Semakin baik kinerja yang dimiliki oleh
sebuah koperasi, maka akan semakin layak
dia sebagai penyalur dana progam P3KUM.
Kelayakan usaha ini sangat penting untuk
menjamin keberhasilan dari program
P3KUM yaitu Memberdayakan usaha mikro;
Meningkatkan kemampuan sumberdaya
manusia dalam bidang manajemen usaha dan
pengelolaan keuangan; Dan memperkuat
peran dan posisi KSP/USP-Koperasi dalam
mendukung upaya perluasan kesempatan
kerja dan pengentasan kemiskinan.
Keberadaan
program
P3KUM
memberikan dampak positif terhadap
kinerja dan kelayakan usaha sebuah
koperasi. Adanya tuntutan untuk menjadi
lembaga yang kredibilitas, mandiri dan
sehat merupakan tujuan yang ingin dicapai,
selain keinginan untuk memberikan
pelayanan yang prima bagi anggotanya.
Dampak positif ini terlihat pada penilaian
kinerja dari aspek permodalan koperasi

Fadli, Uus Md. et al. (2012). Analisis Kinerja Keuangan
Pada KOperasi Karyawan Kantor Kementerian
Agama Karawang. Jurnal Manajemen Vol 9 No
4 Juli 2012
Goener, Sally J. A., Bernard Lietaer B ., dan Robert
E. Ulanowicz. (2009). Quantifying economic
sustainability: Implications for free-enterprise
theory, policy and practice. Ecological Economics 69 (2009) 76–81
Hailu, Getu., dan Ellen Goddard. (2009). Sustainable
Growth and Capital Constraints: The Demutualization of Lilydale Co-operative Ltd. Journal
of Cooperatives Vol. 23 2009 Page 116-129
Ismangil, Wagiono ., dan Priono. (2006). Menumbuhkan Kewirausahaan Koperasi Melalui Pengembangan Unit Usaha yang Fleksibel dan Independen, Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006
Lesakova, Lubica. (2009). Innovations in Small and
Medium Enterprises in Slovakia. Acta Polytechnica Hungarica, Vol. 6, No. 3, 2009
Megawati, Melia Meldy. (2009). Hubungan Motivasi
dan Partisipasi Anggota Koperasi Dengan
Peningkatan Hasil Usaha (SHU) Pada KPRI
“Binawarga” Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen, website http://etd.eprints.ums.
ac.id/4961/1/A210050152.pdf
Mulyadi ., & Jhonny S. (2001) Sistem Perencanaan dan
Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipatgandaan Kinerja. Yogyakarta : Aditya Media
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Dan menengah Republik Indonesia, 2007, Petunjuk Teknis Program Pembiayaan Produktif
Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Konvensional, Nomor: 08/Per/M.KUKM/II/2007
Purnomo, Joko, 2008, Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja
Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kehutanan

178

Dyah Maya Nihayah, Characteristics of Indonesian Household’s Living Expenditure

dan Perkebunan Kabupaten Jepara, Jurnal
Manajemen Dayasaing, Vol. 9 No. 1 Juni.
Rahayu, Wening Parmi, 2005, Pengaruh Partisipasi
Anggota Terhadap Keberhasilan Koperasi
KPRI Harum Kec. Punung, Kab. Pacitan, Jurnal Ekonomi dan Manajemen Volume 6 No
3, Oktober 2005, http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6305451456.pdf diunduh tanggal
6 September 2011
Riani, Eli Dewi, 2007, Kinerja Koperasi Berdasarkan
Kep. Men. No. 129/ KEP/ M. KUKM/XI / 2002,
Hambatan, Permasalahan dan Implementasinya (Studi Kasus Pada Koperasi Pegawai Re-

publik Indonesia Se- Kabupaten Pemalang),
UNNES, Skripsi, Tidak dipublikasikan.
Sinaga, Pariaman, 2004, Balanced Scorecard sebagai
Pengukuran Kinerja Koperasi dan UKM, Apa
Mungkin?, Infokop No 25 Tahun XX.
Statistik Ekonomi Keuangan daerah Jawa Tengah,
September 2009, Kantor Bank Indonesia
Semarang.
www.depkop.go.id
http://relawandesa.files.wordpress.com
diunduh
tanggal 8 Febuari 2013
http://www.smecda.com diunduh 11 desember
2013