HUBUNGAN AKTIVITAS PENYELAM DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA NELATAN DI DESA TOROBULU KECAMATAN LAEYA KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2016

HUBUNGAN AKTIVITAS PENYELAM DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA NELATAN
DI DESA TOROBULU KECAM ATAN LAEYA KABUPATEN KONAW E SELATAN TAHUN 2016

1

2

3

Sukbar La Dupai Sabril M unandar
123
Fakult as Kesehat an M asyarakat Universit as Halu Oleo
1
2
3
SukbarAzis@gm ail.com [email protected] sabrilmunandar@gm ail.com
Abstrak
Penyelaman pada kedalaman lebih dari 20 met er mem punyai risiko yang cukup besar t er hadap
keselamat an dan kesehat an penyelam. Oleh karena it u, penyelam an har us dilakukan dengan syar at t ert ent u
dan m enggunakan alat selam yang m em enuhi st andar (SCUBA). Penelit ian ini bert ujuan unt uk m enget ahui
hubungan akt ivit as penyelam dengan kapasit as vit al par u pada pekerja nelayan di Desa Torobulu, Kecamat an

Laeya, Kabupat en Konaw e Selat an t ahun 2016. Penelit ian ini adalah jenis penelit ian observasional analit ik
dengan pendekat an Cross Sect ional St udy. Penelit ian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016. Populasi dalam
penelit ian i ni adalah sel uruh nelayan penyelam di Desa Torobulu yang berjumlah 40 orang. Dari hasil analisis
dat a didapat kan bahwa t erdapat hubungan ant ara kedalaman dengan kapasit as vit al paru pada pekerja
nelayan (p = 0,030), t erdapat hubungan ant ara alat bant u dengan kapasit as vit al paru pada pekerja nelayan (p
-5
=0,006), t erdapat hubungan ant ara IM T dengan kapasit as vit al paru pada pekerja nelayan (p=5,9x10 ),
-4
t erdapat hubungan ant ara kebiasaan merokok dengan kapasit as vit al paru pada pekerja nelayan (p =4,8x10 ),
t erdapat hubungan ant ara lama kerja dengan kapasit as vit al paru pada pekerja nelayan (p = 0,044). Diperlukan
pelat ihan khusus t ent ang penyelaman yang baik sehingga t idak t erjadi penyakit dekom presi t er hadap
penyelam.
Kata Kunci: Kapasit as Vit al Paru, Kedalaman, Alat Bant u, St at us Gizi, Kebiasaan M erokok, Lama Kerja

RELATION BETW EEN DIVING ACTIVITIES WITH VITAL LUNG CAPACITY OF FISHERM EN IN RURAL
TOROBULU DISTRICT LAEYA SOUTH KONAW E 2016
Abstract
Dives at dept hs of over 20 met ers has a subst ant ial risk t o t he safet y and healt h of t he divers.

Therefore, diving should be done wit h cert ain condit ions and using diving equipment t hat m eet s t he st andar ds

(scuba). This st udy aims t o det ermine t he relat ion bet ween diving act ivit ies wit h vit al lung capacit y of
fisherm en in rural t orobul u dist rict laeya sout h konaw e 2016. This st udy was an obser vat ional analyt ic
research wit h cross sect ional approach. This st udy was conduct ed in Januar y 2016. The populat ion in t his st udy
were all of t he fisherm en in rural Torobulu w ho w as 40 people.Dat a analysis showed t hat t her e is a relat ion
bet ween dept h of diving wit h vit al lungs capacit y of fishermens (p = 0.030), t her e is a relat ion bet ween diving
equipm ent wit h vit al lung capacit y of fisherm ens (p = 0.006), t here is a relat ion bet ween BM I wit h vit al lung
capacit y of fishermen (p = 5,9x10-5), t her e is a relat ion bet w een smoking habit w it h vit al lung capacit y of
fisherm en (p = 4,8x10-4), t her e is a relat ion bet w een durat ion of work wit h vit al lung capacit y of fisher m en (p
= 0,044 ). A Special t r aining about st andar d diving is required so decom pression sickness mi ght not occur on
fisherm en in t he fut ur e.
Keywords: Vit al Lung Capacit y, Dept h of diving, Diving equipm ent , Nut rit ional St at us, Smoking Habit , durat ion

of w ork

1

PENDAHULUAN
Indonesia m erupakan Negara kepulauan
dengan j umlah pulau sebanyak 17.508 pulau. Luas
Negara Indonesia 87.764, dan 2/ 3 luasnya mer upakan

laut an. Pot ensi kekayaan alam perair an laut Indonesia
melimpah, sehingga unt uk m engelolanya diperlukan
sum ber daya manusia yang handal. Laut selain
sebagai jalur t r anspor t asi, objek wisat a juga
merupakan
sum ber
mat a
pencaharian
bagi
masyarakat t erut ama nelayan. Dalam mengelola
kekayaan alam t ersebut masyar akat nelayan kit a
masih menggunakan cara-cara t radisional, ant ara lain
menyelam dengan m enggunakan peralat an yang
sederhana dan t anpa pelat ihan penyelaman yang

benar

1

.


Ber dasarkan dat a bahw a sebagian besar
penyakit par u akibat kerja mem punyai akibat yang
serius. Lebih dari 3% kemat ian akibat penyakit par u
kronik di New York, adalah berhubungan dengan
pekerjaan. Rat usan t enaga kerja di seluruh dunia saat
bekerja pada kondisi yang t idak nyaman dan dapat
mengakibat kan gangguan kesehat an. 1 pekerja di
dunia m eninggal set iap 15 det ik karena kecelakaan
kerja, pada t anggal 26 April 2013, dalam rangka hari
Keselamat an
dan
Kesehat an
Kerja
sedunia,
menyat akan bahwa jumlah kasus penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan diperkirakan 160 jut a
set iap t ahun dengan sekit ar 2,02 jut a kemat ian set iap
t ahunnya. m em perkirakan bahw a 8% kemat ian
karena kanker, 7,5% penyakit kardiovaskuler dan

serebrovaskuler, 10% penyakit sal uran per nafasan
kronik dan 100 % Pneumokoniosis berhubungan
2
dengan pekerjaan .
Pusat Dat a dan Inf ormasi Kem ent erian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI hi ngga Agust us
2012 penduduk Indonesia yang bekerja sebanyak
110.808.154 or ang. Pada t ahun 2011 t ercat at 96.314
kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dengan kor ban m eninggal 2.144 or ang dan
mengalami cacat sebanyak 42 orang. 3 kasus
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja t ahun
2012. M eskipun demikian dat a t ersebut diat as t idak
menjelaskan jumlah keseluruhan kasus kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang t erjadi di Indonesia,
3
t ersebut meni ngkat m enjadi 103.000 kasus .
Ber bagai penyakit dan kecelakaan dapat
t erjadi pada nelayan dan penyelam t radisional, hasil
penelit ian Depkes RI t ahun 2006 di Pulau Bungin,

Nusa Tenggara Barat dit emukan 57,5% nelayan
penyelam m enderit a nyeri persendian, 11,3%
menderit a gangguan pendengaran ringan sam pai
ket ulian. Di Kepulauan Seribu dit em ukan 41,37%
nelayan penyelam menderit a barot rauma at au
perdarahan akibat t ubuh m endapat t ekanan yang
berubah
secara
t iba-t iba
pada
beberapa
organ/ jaringan sert a 6,91% penyelam m enderit a
kelainan dekom pr esi yang di sebabkan t idak

t ercukupinya gas nit rogen akibat penurunan t ekanan
yang mendadak, sehi ngga m enimbulkan gejala sakit
pada
persendian,
susunan
syaraf,

salur an
4
pencernaan, jant ung, paru-paru dan kulit .
Kegiat an penyelaman yang melibat kan
masyarakat nelayan t elah dilakukan sejak dahulu,
walaupun t idak ada cat at an khusus m engenai hal ini,
nam un sebagai negara dengan wilayah laut yang
sangat luas t ent u t elah m emanfaat kan sum ber daya
laut secara int ensif. Kegiat an penyelaman it u sendiri
seharusnya dilihat sebagai suat u kegiat an m encari
nafkah dengan lingkungan kerja penyelaman. Selama
ini masyarakat nelayan belum dibekali ilmu yang
penyelaman ini dengan baik dan benar sert a
5
mem bahayakan kesehat an m ereka .
Penyelaman pada kedalaman lebih dari 20
met er mem punyai risiko yang cukup besar t er hadap
keselamat an dan kesehat an penyelam. Oleh karena
it u, penyelaman harus dilakukan dengan syarat
t ert ent u dan m enggunakan alat selam yang

mem enuhi st andar (SCUBA). Penyelam t radisional
pencari hasil laut dibeberapa wilayah indonesia
(wilayah pesisir) masih banyak yang menggunakan
kompresor sebagai alat bant u penyelaman dan
penggant i alat selam scuba, salah sat u ef ek yang
nyat a dari penyelaman adalah penyakit dekom presi
6
dan penur unan Kapasit as Vit al Paru .
Penyelaman yang um um dilakukan pada
nelayan adalah dengan m enggunakan kom pr esor
sebagai alat bant u ber nafas didalam air, dimana
prosedur nya dengan m emasang selang berw ar na
kuning sepanjang 30 sam pai 50 m et er yang
disam bungkan salah sat u ujungnya kesal uran udara
(out put pipe) kompresor bahan t ersebut . Diujung
sat unya dipasang regulat or yang akan mem bant u
nelayan unt uk m enghirup udara yang berasal dari
selang t ersebut m elalui m ulut nya. Disat u kom pr esor
bisa t erpasang sam pai em pat buah selang . Selangselang t ersebut selanj ut nya diikat kan
dit ubuh

penyelam, yang biasanya dibagian pinggang
penyelam.
Kondisi ini di perburuk dengan t idak
adanya jam t angan at au alat penunjuk kedalaman
yang m erupakan st andar alat penyelaman dan
kurangnya pelat ihan yang m emadai t ent ang
melakukan penyelaman yang sehat dan aman, ant ara
lain bagaiaman mer encanakan penyelaman dan
melakukan st op unt uk dekom presi pada para
7
penyelam t radisional .
Akt ivit as menyelam m em punyai ef ek jangka
panjang pada fisiologi t ubuh manusia. per ubahan
fisiologis dapat t erlihat dari manifest asi gejala
dekom presi. hal ini dibukt ikan dengan peningkat an
frekuensi kasus ost eonecrosis dysbaric dan gangguan
pendengaran yang didiagnosa pada penyelam
komersial. Aktif it as menyelam berisiko t erhadap
organ lain kar ena gejala lat en yang m em punyai ef ek
t erhadap ot ak, medulla spinalis, mat a dan par u-par u.


2

Respon organ t ubuh unt uk beradapt asi pada
perubahan t ekanan t ergant ung pada keadaan udara
didalam organ dan udara yang t er dapat pada jaringan
diant ara organ. Cairan yang mengisi r uangan at au
benda padat , t ekanannya t idak m erubah ukuran
suat u organ karena cairan at au benda padat t idak
bersifat menekan, sedangkan ruangan dengan
dinding elast is jika t erisi oleh udara akan ber ubah
bent uk m engikut i hukum boyle, dengan anggapan
bahw a volume udara akan meningkat secara
8
t radisional mengikut i t ekanan absolut .
Tekanan yang meningkat pada penyelam
menyebabkan barot r auma yang beref ek pada
beberapa bagian t ubuh yait u par u-par u dan m uka,
menurut
American Hearing Research Foundat ion

(AHRF), perforasi mem bran t impani t erjadi jika
kedalaman minimal seorang penyelam adalah 4.3 –
17.4 kaki at au set ara dengan t ekanan sebesar 860 –
1160 mmHg dan lebih dari it u dapat m engakibat kan
gangguan pendengaran akibat per bedaan t ekanan
9
pada mem brane t impani .
Sulawesi Tenggara j umlah t enaga kerja pada
t ahun 2013 sebanyak 86.126 orang, t ahun 2014
sebanyak
82.474 orang yang di mana sudah
t ermaksud didalam nya t enaga kerja yang berprofesi
sebgai nelayan. Sulawesi Tenggara m erupakan salah
sat u provinsi mem punyai kelompok nelayan yakni
t ersebar pada 8 (delapan) kelom pok nelayan di
Kabupat en But on, 10 (sepuluh) kelompok nelayan di
Kot a Kendari dan 7 (t ujuh) kelom pok nelayan di
10
Kabupat en Konaw e Selat an .
Tem pat Pel elangan Ikan (TPI) mer upakan
t em pat pel elangan ikan yang berada di daerah
Kabuapat en Konaw e Selat an bert em pat di Kecamat an
Laeya di Desa Torobulu, t em pat pelelangan ikan yang
st rat egis juga m em buat nelayan lebih m udah
mendist ribusikan hasil t angkapan, nelayan yang
berada di Tempat Pelelangan Ikan Torobul u sebanyak
300 nelayan yang t er sebar di beberapa kapal nelayan
11
40 yait u berfrofesi penyelam .
Sulawesi Tenggara angka penyakit akibat
gangguan saluran pernafasan mencapai 75 % pada
t ahun 2012, yang t ermasuk di dalam nya TB paru, ISPA
dan gangguan per nafasan lainnya, t ermasuk penyakit
dekom presi, semant ara dist ribusi kasus m enurut
Kabupat en/ Kot a menunj ukan, kasus t er t inggi t erjadi
di Kabupat en Konawe Selat an (792 kasus) dimana 54
kasus diant aranya adalah kasus penyakit akibat
12
dekom presi .
Hasil penelit ian sebelum nya m enunjukkan
bahw a fakt or yang m em pengar uhi kapasit as paru
nelayan penyelam ada beberapa macam. Kapasit as
vit al paru dipengaruhi oleh beberapa hal, yait u: umur,
jenis kelamin, kondisi kesehat an, riw ayat penyakit
dan pekerjaan, kebiasaan m er okok dan olahraga,
sert a st at us gizi. Kapasit as paru berkur ang pada

penyakit paru, penyakit jant ung (yang menim bulkan
13
kongest i par u) dan pada kelemahan penyakit paru .
Dari survey awal dan wawancara pada
beberapa penyelam m enyat akan bahwa t er dapat
beberapa keluhan sakit sepert i gangguan pada
pendengaran, gangguan pada pernapasan dan
keluhan pada sist em mot orik sepert i susah berjalan,
keram pada kaki, hal ini dirasakan sebelum dan
sesudah m elakukan penyelaman, nam un t idak
mendapat kan penanganan serius sepert i mem eriksa
at au ber obat ke Puskesmas dengan alasan, jarak
ant ara rumah ke Puskesmas jauh dan dapat menyit a
wakt u ist ir ahat mer eka, penanganan yang m ereka
lakukan hanya sebat as m em beli obat di warung
t erdekat . Jika rasa keluhan sakit yang dirasakan
berlanjut bar ulah m ereka melakukan pem er iksaan
at au ber obat ke Rumah Sakit at au Puskesmas.
Wawancara pada beberapa penyelam
menyat akan sebagian besar nelayan penyelam
menggunakan kom presor sebagai alat bant u pada
saat menyelam dan sebagian kecil nelayan penyelam
t idak m enggunakan alat bant u pada saat menyelam.
Namun dengan menggunakan kom pr esor sebagai
alat bant u nafas pada saat m enyelam, sering t erjadi
kerusakan pada m esin kompr esor dan kebocoran
selang pada saat m enyelam, sehingga para penyelam
yang berada didasar laut (sedang menyelam)
dihar uskan unt uk naik secara t iba-t iba t anpa
mem perhat ikan pr osedur penyelaman dalam hal ini
berhent i di kedalaman t ert ent u unt uk mrngeluarkan
gas-gas t erlar ut dalam t ubuh penyelam pada saat
perjalanan m enuju ke permukaan air laut yang
menyebabkan sering t erjadinya penyakit dekom presi
salah sat unya gangguan kapasit as vit al paru.
Ber dasarkan uraian masalah sebel um nya,
penelit i t ert arik unt uk melakukan penelit ian yang
bert ujuan unt uk m eget ahui “ Hubungan Akt ifit as
Penyelaman Terhadap Kapasit as Vit al Paru Pada
Pekerja Nelayan Di Desa Torobulu, Kecamat an Laeya,
Kabupat en Konaw e Selat an Tahun 2016” .
M ETODE
penelit ian ini adalah observasional analit ik
dengan pendekat an
Cross Sect ional St udy yang
bert ujuaan unt uk menget ahui hubungan akt ivit as
penyelam t er hadap kapasit as vit al par u pada pekerja
nelayan di Desa Torobulu Kecamat an Laeya
Kabupat en Konaw e Selat an.
Penelit ian ini dilaksanakan pada bulan
Januari 2016 yang bert em pat di Desa Torobulu
Kecamat an Laeya Kabupat en Konawe Selat an.
Populasi dalam penelit ian ini adalah seluruh
pekerja nelayan penyelam di Desa Torobulu
Kecamat an Laeya Kabupat en Konawe Selat an yang
berjumlah 40 orang ber dasarkan dat a dari t empat
Pelelangan Ikan Torobulu. Sam pel penelit ian ini
adalah nelayan penyelam berdasarkan dat a dari

3

Tem pat Pelelangan Ikan Torobul u. Dalam penelit ian
ini sampel berjumlah 40 orang.
Inst rum en penelit ian yang digunakan dalam
penelit ian ini adalah Spir omet er Aut ospiro M inat o AS
505, t imbangan i njak, microt oise, dan kuisioner yang
berisi
mengenai
pert anyaan-pert anyaan
yang
menyangkut dat a sam pel.
Analisis
dat a
dilakukan
dengan
menggunakan analisis univariat Yait u analisis yang
digunakan t er hadap t iap variabel dari hasil penelit ian.
Pada
um umnya
dalam
analisis
ini
hanya
menghasilkan dist ribusi f rekuensi dan proporsi dari
t iap variabel dan analisis bivariat analisis bivariat
digunakan unt uk m encari hubungan variabel bebas
dan variabel t enrikat dengan uji st at ist ik yang sesuai
dengan skala dat a yang ada. Uji st at ist ik yang
digunakan adalah Chi Square at au kai kuadrat . Syarat
uji Chi Square adalah t i dak ada sel yang nilai
obsser ved -nya bernilai 0, dan sel yang m em punyai
expect ed kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel,
14
dan menggunakan t abel 2x2 .

sedangkan SD sebanyak 18 responden (45.0%), dan
SM P sebanyak 15 responden (37.5%).
Analisis Univariat
KVP
KVP

Jumlah (n)

Persen (%)

Normal
14
35,0
Restriksi
26
65,0
Total
40
100
Sumber: Dat a Primer, Februari 2016
Tabel 8. M enunjukkan dist ribusi responden
berdasarkan
Kapasit as Vit al Paru (KVP) Pada
Penyelam Desa Torobulu t ahun 2016 dari 40
responden t er dapat beberapa propor si normal yait u
sebanyak 14 responden (35.0%) sedangkan rest riksi
sebanyak 26 responden (65.0%).
Kedalaman
Kedalaman

Jumlah (n)

Persen (%)

≥33 kaki

Umur
45 Tahun

14
4

35,0
10,0

Alat Bantu

49

100

HASIL
Karakteristik Responden
Umur

Total

Sumber : Dat a Primer, Februari 2016
Tabel 6. M enunjukkan dist ribusi responden
berdasarkan kelom pok um ur penyelam Desa
Torobulu t ahun 2016 dari 40 responden t er dapat
beberapa proporsi kelom pok um ur, yait u kelompok
um ur < 20 t ahun sebesar 9 responden (22.5%),
kelompok um ur 21-30 t ahun sebesar 13 responden
(32.5%), kelompok um ur 31-39 t ahun sebesar 14
responden (35.0%), sedangkan kelompok um ur > 40
sebesar 4 responden (10.0%).

Alat Bantu
Jumlah (n)
Persen (%)
Resiko Tinggi
16
40,0
Resiko Rendah
24
60,0
Total
40
100
Sumber : Dat a Primer, Februari 2016
Tabel 10. M enunj ukkan dist ribusi dari 40
responden, didapat kan alat bant u penyelam dengan
krit eria r esiko t inggi yait u sebanyak 16 responden
(40.0%) sedangkan unt uk kr it eria resiko rendah yait u
sebanyak 25 responden (60.0%).
Status Gizi
Status Gizi

Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah

Jumlah (n)

Persen
(%)
17,5
45,0
37,5
100

7
18
15
Total
40
Sumber : Dat a Primer, Februari 2016
Tabel 7. M enunj ukkan dist ribusi responden
berdasarkan kelom pok um ur penyelam Desa
Torobulu t ahun 2016 dari 40 responden t er dapat
beberapa proporsi kelompok t ingkat pendidikan,
yait u Tidak Sekolah sebanyak 7 responen 17.5%
SD
SM P

Jumlah (n)

Persentase (%)

Normal
12
30,0
Obesit as
28
70,0
Total
40
100
Sumber : Dat a Primer, Februari 2016
Tabel 11. M enunjukkan dist ribusi dari 40
responden, didapat kan st at us gizi dengan krit eria
nor mal yait u sebanyak 12 responden (30.0%)
sedangkan unt uk kr it eria obesit as yait u sebanyak 28
responden (70.0%).

4

Kebiasaan M erkokok
Kebiasaan
Jumlah (n)
Persentase (%)
M erkokok
Risiko Tinggi
16
40,0
Risiko Rendah
24
60,0
Total
40
100
Sumber : Dat a Primer, Februari 2016
Tabel 12. M enunjukkan Dari 40 responden,
didapat kan kebiasaan m erokok dengan krit eria risiko
t inggi yait u sebanyak 16 r esponden (40.0%)
sedangkan unt uk krit eria
risiko rendah yait u
sebanyak 24 responden (60.0%).

25.% dan r et riksi sebesar 15% dan responden dengan
alat bant u penyelam ber isiko rendah, proporsi KVP
yang normal sebesar 10% dan r et riksi sebesar 50%
Dari hasil Uji Chi Square di dapat kan bahwa nilai
pValue < α yang berarti ada hubungan antara alat
bant u dengan kapasit as vit al paru pada penyelam.
Hubungan Status Gizi Dengan Kapasitas Vital Paru
KVP

Stat u Gizi

Norm al

n

%

n

%

n

%

10

25,0

2

5,0

12

30,0

4

10,0

24

60,0

28

70,0

Total
14
35,0
26
65,0
Sum ber
: Data Prim er, Febr uari 2016

40

100

Normal
Obesitas

Lam a Kerja
Lama Kerja

Jumlah (n)

Persentase (%)

> 5 t ahun
31
77,5
< 5 t ahun
9
22,5
Total
40
100
Sumber : Dat a Primer, Februari 2016
Tabel 13. M enunjukkan Dari 40 responden,
didapat kan lama kerja dengan kr it eria lama > 5 t ahun
yait u sebanyak 31 responden (77.5%) sedangkan
unt uk krit eria baru < 5 t ahun yait u sebanyak 9
responden (22.5%).
Analisis Bivariat
Hubungan Kedalam an Dengan Kapasitas Vital Paru
KVP

Kedalaman

Norm al
n
%

Risiko
Tinggi

13

Risiko
Rendah

1

Jum lah

Restrikisi
n
%

32,5

15

37,5

n

%

28

70,0

ΡValue

0,030
2,5

11

27,5

12

30,0

Total
14
35,0
26
65,0
Sum ber
: Data Prim er, Febr uari 2016

40

100

ΡValue

5,9x1
-5
0

Dari t abel diat as di dapat kan bahwa dari 40
responden, dengan Indeks M asah Tubuh (IM T) yang
nor mal pr oporsi KVP yang normal sebesar 25% dan
ret riksi sebesar 5% dan responden dengan obesit as,
proporsi KVP yang normal sebesar 10% dan ret riksi
sebesar 60%. Dari hasil Uji Chi Square di dapat kan

bahwa nilai pValue < α yang berarti ada hubungan
ant ara IM T
penyelam.
Hubungan
Vital Paru
Kebiasaan
M erokok
Risiko
Rendah
Risiko
Tinggi
Total
Sum ber

Dari t abel diat as didapat kan bahwa dari 40
responden, dengan Kedalaman yang berisiko t inggi
proporsi KVP yang normal sebesar 32.5% dan ret riksi
sebesar 37.5% dan responden dengan kedalaman
berisiko rendah, proporsi KVP yang normal sebesar
2.5% dan r et riksi sebesar 27.5%. Dari hasil Uji Chi
Square di dapat kan bahwa nilai pValue < α yang
berar t i ada hubungan ant ar a kedalaman dengan
kapasit as vit al paru pada penyelam.

Jum lah
Restrikisi

dengan

kapasit as vit al

paru

pada

Kebiasaan M erokok Dengan Kapasitas
KVP
Norm al

Jum lah

ΡValue

Restrikisi

n

%

n

%

N

%

11

27,5

5

12,5

16

40,0

3

7,5

22

60,0

24

60,0

14

35,0

26

65,0

40

100

4,8x1
-4
0

: Data Prim er, Febr uari 2016

Dari t abel diat as di dapat kan bahwa dari 40
responden, responden dengan kebiasaan m erokok
yang berisiko rendah proporsi KVP yang normal
sebesar 27.5% dan ret riksi sebesar 12,5% dan
responden dengan kebiasaan m er okok ber isiko t inggi,
proporsi KVP yang normal sebesar 7.5% dan ret riksi
sebesar 52.5%. Dari hasil Uji Chi Square di dapat kan

bahwa nilai pValue < α yang berarti ada hubungan
ant ara kebiasaan m erokok dengan kapasit as vit al
paru pada penyelam.

Hubungan Alat Bantu Dengan Kapasitas Vital Paru
KVP

Alat Bantu
Penyelam
Risiko
Tinggi
Risiko
Rendah
Total
Sum ber

Norm al

Jum lah

ΡValue

Hubungan Lama Kerja Dengan Kapasitas Vit al Paru

Restrikisi

KVP

n

%

n

%

n

%

10

25,0

6

15,0

16

40,0
0,006

4

10,0

20

50,0

24

60,0

14

35,0

26

65,0

40

100

Norm al

Lama Kerja

: Data Prim er, Febr uari 2016

Dari t abel diat as didapat kan bahwa dari 40
responden, dengan alat bant u penyelam yang
berisiko t inggi propor si KVP yang normal sebesar

Lama > 5
t ahun
Baru < 5
t ahun

Jum lah

ΡValue

Restrikisi

N

%

n

%

n

%

8

20,0

23

57,5

16

77,5

6

15,0

3

7,5

9

22,5

40

100

0,044

Total
14
35,0 26
65,0
Sum ber
: Data Prim er, Febr uari 2016

Dari t abel diat as di dapat kan bahwa dari 40
responden, dengan lama ker ja yang berisiko t inggi

5

proporsi KVP yang normal sebesar 20% dan ret riksi
sebesar 57,5% dan responden dengan lama kerja
berisiko rendah, proporsi KVP yang normal sebesar
15% dan ret riksi sebesar 7.5%. Dari hasil Uji Chi
Square di dapat kan bahwa nilai pValue < α yang
berar t i ada hubungan ant ara lama kerja dengan
kapasit as vit al paru pada penyelam.
DISKUSI
Hubungan Kedalam an Dengan Kapasitas Vital Paru
Bila seseorang t ur un ke dalam laut , t ekanan
di sekit arnya m eningkat . Namun unt uk m enjaga par uparu agar t idak kolaps at au m engalami pengem pisan
udara juga har us disuplai dengan t ekanan t inggi,
sehingga darah di dalam par u-par unya m enghadapi
t ekanan gas alveolus yang sangat t inggi. Di at as bat as
t ert ent u t ekanan t inggi ini dapat menyebabkan
15
perubahan besar dalam f isiologis t ubuh.
Efek pent ing dari kedalaman adalah
pem em paat an gas m enjadi volum e yang makin kecil.
Pada 33 kaki di baw ah perm ukaan laut dengan
t ekanan 2 at mosfir, 1 lit er volume pada perm ukaan
laut dapat berkurang m enjadi set engah lit er pada
kedalaman 100 kaki at au 30 m et er at au dengan
t ekanan 4 at m, hal ini menyebabkan ef ek
berkurangnya ruang udar a didalam t ubuh penyelam
t ermasuk paru-paru sehi ngga pada beberapa kasus
yang lebih ser ius dapat m enyebabkan pecahnya
alveolus pada par u paru yang berakibat pada semakin
berkurangnya elast isit as par u (relaps-kolaps), secara
bert ahap pengurangan elast isit as paru dapat
mengakibat kan penur unan kapasit as vit al par u
karena kondisi relaps (kem bang par u) m enurun
demikian pula dengan kolaps (kempisnya par u)
sehingga t ot al inhalasi dan resi du par u berkurang
15
yang berkont ribusi t er hadap volume kapasit as paru.
Berdasar kan dari hasil penelit ian penyelam
didapat kan 40 r esponden, dengan Kedalaman yang
berisiko t inggi propor si KVP yang normal sebesar
32.5% dan r et riksi sebesar 37.5% dan r esponden
dengan kedalaman berisiko rendah, proporsi KVP
yang normal sebesar 2.5% dan ret riksi sebesar 27.5%.
Dari hasil analisis dat a di dapat kan bahwa nilai pVal ue

< α yang berarti ada hubungan antara kedalaman
dengan kapasit as vit al paru pada penyelam.
Hasil penelit ian ini sejalan dengan penelit ian
kejadian penyakit dekom pr esi pada kelompok
penyelaman dengan kedalaman 21-30 m et er yang
mengalami gangguan pendengar sebanyak 81,3% dan
yang t er endah pada kelom pok 1-10 sebanyak 60%
menggunakan uji chi square diper oleh ρValue = 0.000

< α = 0,05 sehingga hipotesis nol ditolak, dengan
demikian kedalaman penyelam ber hubungan secara
16
segnifikan dengan kejadian penyakit penyelaman .
Hasil obser vasi dilapangan di dapat kan
bahw a sebaran responden berdasar kan karat erist ik
kedalaman penyelaman ham pir merat a. Dimana

kedalaman penyelam berisiko t inggi at au lebih dari 30
met er at au pada t ekanan 4 at m yang mengalami
ret riksi sebesar 15 orang, dan normal 13 orang,
sem ent ara pada kedalaman penyelaman kurang dari
30 m et er at au t ekanan di bawah 4 at m t erdapat 1
orang yang normal dan 11 orang mengalami ret riksi.
Hal ini dimungki nkan karena kondisi penyelaman
dimana pada penyelaman dengan kedalaman lebih
dari 30 met er umum nya penyelam naik ke
permukaan secara bert ahap sehi ngga t erjadi koreksi
at au penyesuaian t ubuh t erhadap t ekanan udara
dalam air sebelum t er jadinya ker usakan pada
alveolus paru. Kondisi ret riksi diakibat kan karena
kondisi kronis paru yang t er papar oleh t ekanan udara
yang t inggi dalam kedalaman lebih dari 30 met er at au
4 at m dan t elah m enyebabkan kondisi kerusakan
pada alveolus par u. Kondisi t erbalik t erjadi pada
penyelaman di kedalaman kurang dari 30 met er
dimana penyelam naik keperm ukaan secara spont an
sehingga t idak t erjadi koreksi t er hadap t ekanan
didalam t ubuh, kondisi yang t er us m enerus dapat
menyebabkan ker usakan pada alveolus sehingga
kondisi ret riksi pada penyelaman dangkal at au kurang
dari 30 met er diakibat kan karena hal ini.
Hubungan Alat Bantu Dengan Kapasitas Vital Paru
Jika perlengkapan m enyelam dirancang
dengan baik dan juga berfungsi dengan baik
penyelam t idak m enghadapi masalah ker acunan
karbon dioksida, karena kedalaman saja t idak
meningkat kan t ekanan parsial kar bon dioksida di
dalam alveoli. Hal ini karena karbon dioksida
dihasilkan di dalam t ubuh, dan selama penyelam
t ersebut t erus bernapas dengan volume t idal yang
nor mal, t erus m engeluarkan karbon dioksida ket ika
t erbent uk sehingga m em pert ahankan t ekanan parsial
karbon dioksida alveolus pada suat u nilai normal.
Tet api sayangnya dalam jenis perlengkapan
menyelam t ert ent u, sepert i helm penyelam dan
berbagai jenis alat pernapasan ulang, karbon dioksida
sering dapat berkum pul di dalam udara ruang rugi
alat t ersebut dan dihirup kem bali oleh penyelam.
2
Sampai t ekanan karbon dioksida ( PCO ) sebesar kirakira 80 mm. Hg, dua kali t ekanan di dalam alveolus,
pernapasan per m enit nya m eningkat sam pai suat u
maksimum
sebesar 6 sam pai 10 kali lipat
menginbangi peni ngkat an karbon dioksida it u. Tet api
at as t ingkat 80 mm. Hg keadaan menjadi t ak
t erhankan,
dan
akhirnya
pusat
pernapasan
t ert ahankan dan akhirnya pusat
pernapasan
penyelam benar-benar mulai gagal dan t idak dapat
mengimbangi lagi.
Di
samping it u,
penyelam
t ersebut
mengalami asidosis respirat orik parah, sert a t imbul
berbagai let argi, dan akhirnya t er jadi koma. Kondisi
penyelaman dengan alat bant u pada penyelam
t orobulu adalah dengan menggunakan kom pr esor

6

sebagai alat bant u dimana kondisi t ekanan udara
meningkat
seiring
dengan
kedalaman
dari
penyelaman walaupun pada perm ukaan t ekanan
udara yang dihasilkan oleh kompr esor sesuai dengan
t ekanan di dalam t ubuh nam un aliran udara pada
kedalaman t ur ut meningkat kan t ekanan parsial gas
dalam per nafasan dan hal ini dapat menyebabkan
kondisi asidosis r espir at orik parah yang dapat
menyebabkan kerusakan kronis pada elast isit as par u
sehingga kondisi relaps dan kolaps paru t idak
maksimal dan m enyebabkan volum e respirasi paru
berkurang secara bert ahap.
Sedangkan pada penyelaman dengan t anpa
menggunakan alat bant u dapat menyebabkan
t ekanan parsial gas dalam par u mengalami t ahanan
karena m enyesuaikan dengan t ekanan dalam t ubuh,
kondisi ini dapat m enyebabakan narcosis parsial gas,
narcosis yang efeknya mirip dengan int oksikasi
alcohol, nam un kondisi ini berkont r ibusi secara
langsung t er hadap penur unan volume respirasi dan
dead space inhalasi. Kondisi penurunan volume
respirasi lebih dim ungkinkan karena ef ek dari
narcosis yang mirip sepert i gam bar an inhalasi pada
orang yang mabuk at au t idak sadar dimana rit me
pernafasan berkurang sedangkan volum e per nafasan
juga t ur ut berkurang seiring dengan kedalaman
penyelaman yang berkont ribusi t er hadap kerusakan
17
akut pada par u-par u .
Ber dasarkan dari hasil penelit ian penyelam
didapat kan bahw a dari 40 responden, responden
dengan alat bant u penyelam yang berisiko t inggi
proporsi KVP yang normal sebesar 25% dan ret riksi
sebesar 15% dan responden dengan alat bant u
penyelam berisiko rendah, proporsi KVP yang normal
sebesar 10% dan ret riksi sebesar 50% Dari hasil

analisis data didapatkan bahwa nilai pValue < α yang
berar t i ada hubungan ant ara alat bant u dengan
kapasit as vit al paru pada penyelam.
Hasil penelit ian ini sejalan dengan penelit ian
Juharia uji st at ist ic dengan m enggunakan Chi Square
diperoleh ρValue = 0.000 < α = 0,05 sehingga
hipot esis nol dit olak, dengan demikian alat
kompresor pada saat penyelaman berhubungan
secara
signifikan
dengan
kejadian
penyakit
dekom presi. Penyelaman yang m emanfaat kan
bant uan udara m elalui kompresor lebih berisiko
t erkena
penyakit
dekom presi
(decompression
sickness) akibat t erlalu lama berada di dalam air pada
18
kedalaman t ert ent u .
Dari hasil observasi didapat kan bahwa pada
penyelam yang berisiko t inggi KVP yang normal lebih
besar daripada KVP rest r iksi hal ini dim ungkinkan
karena kerusakan paru yang diakibat kan penggunaan
alat bant u pernafasan bersifat kronik at au bert ahap
jika dibandingkan dengan t anpa alat bant u
pernafasan yang dapat m engakibat kan kerusakan

akut pada par u-par u yang berkont ribusi t er hadap
penur unan kapasit as vit al paru.
Hubungan Status Gizi Dengan Kapasitas Vital Paru
Namun dalam hal penyelaman sesorang
yang gem uk at au obesit as ber pengaruh pada r uang
vent ilasi pada paru, karena pada saat proses
kont r aksi dan bukaan diagfr agma t er ut ama pada
proses pernafasan per ut t idak t erjadi ruang vent ilasi
yang maksimal karena bukaan diagr agma t erhalang
oleh t im bunan lemak dalam t ubuh sehingga kapasit as
vit al paru m engalami penur unan yang nyat a. Tekanan
dalam laut yang m enyebabkan berkurangnya volume
gas di dalam air diperpar ah dengan kondisi bukaan
diagfragma yang t er halang oleh t im bunan lemak
menyebabkan kondisi hipoksia akut yang dapat
menyebabkan kadar oksigen dalam t ubuh berkurang,
hipoksia kronis dapat m enyebabkan kegagalan
met abolism t erut ama pada paru yang dialiri 60
persen darah t ubuh dan berakibat pada nekrosis pada
sebagian sel paru dan berujung pada berkurangnya
kapasit as paru.
Ber dasarkan dari hasil penelit ian penyelam
Desa Torobulu Kecamat an Laeya Kabupat en Konawe
Selat an Tahun 2016 didapat kan 40 responden,
dengan IM T yang normal proporsi KVP yang normal
sebesar 25% dan r et r iksi sebesar 5% dan responden
dengan obesit as, proporsi KVP yang normal sebesar
10% dan ret r iksi sebesar 60%. Dari hasil analisis dat a

didapatkan bahwa nilai pValue < α yang berarti ada
hubungan ant ara IM T dengan kapasit as vit al paru
pada penyelam.
Hasil penelit ian ini sejalan dengan hasil
penelit ian, t ent ang Fakt or-Fakt or yang berhubungan
dengan Kapasit as Vit al
Paru
pada Pekerja
Penggilingan Bat u Put ih di PT. Si nar Ut ama Karya
pada 25 pekerja m enyat akan t er dapat hubungan
ant ara st at us gizi dengan kapasit as vit al paru dengan
19
pvalue 0,00 .
Dari hasil observasi didapat kan bahwa pada
penyelam dengan obesit as m emiliki KVP rest riksi
sebesar 60% hal ini sepert i t elah dij elaskan
sebelum nya diakibat kan oleh kondisi hipoksia akut
akibat volum e inhalasi yang berkur ang karena bukaan
diagfragma yang t idak maksimal oleh t im bunan
lemak.
Hubungan Kebiasaan M erokok Dengan Kapasitas
Vital Paru
M erokok dapat m enyebabkan per ubahan
st rukt ur dan f ungsi saluran per napasan dan jaringan
paru. Kebiasaan m erokok akan m em percepat
penur unan f aal paru. Penur unan volum e ekspirasi
paksa pert ahun adalah 28,7 mL unt uk non perokok,
38,4 mL unt uk bekas perokok dan 41,7 m L unt uk
perokok akt if. Pengaruh asap r okok dapat lebi h besar
dari pada pengaruh narkosis akibat kondisi

7

penyelaman yang hanya sekit ar sepert iga dari
20
pengaruh buruk rokok .
Ber dasarkan dari hasil penelit ian penyelam
Desa Torobulu Kecemat an Laeya Kabupat en Konawe
Selat an Tahun 2016 didapat kan 40 responden,
dengan berisiko rendah proporsi KVP yang normal
sebesar 27.5% dan ret riksi sebesar 12,5% dan
responden dengan perilaku m erokok berisiko t inggi,
proporsi KVP yang normal sebesar 7.5% dan ret riksi
sebesar 52.5%. Dari hasil analisis dat a didapat kan

bahwa nilai pValue < α yang berarti ada hubungan
ant ara kedalaman dengan kapasit as vit al par u pada
penyelam.
Hasil penelit ian ini sejalan dengan penelit ian
kapasit as vit al paru yang m enunj ukan bahw a ada
hubungan ant ar kebiasaan merokok dengan kapasit as
vit al par u dengan nilai p-Value sebesar 0,0001.
Kebiasaan m erokok dapat m enyebabkan per ubahan
st rukt ur dan f ungsi saluran nafas sert a jaringan par uparu . Akibat per ubahan anat omi saluran nafas pada
perokok akan m enimbukan penur unan pada f ungsi
21
paru .
Hasil obser vasi dilapangan di dapat kan
bahw a keseluruhan responden adalah perokok hal ini
menjelaskan bahwa hubungan kebiasaan m erokok
dengan penurunan kapasit as vit al paru disebabkan
karena penur unan f aal par u secara kronis yang
menyebabkan cadangan volume ekspirasi paksa yang
menurun.
Hubungan Lama Kerja Dengan Kapasitas Vital Paru
Lama kerja adalah jangka wakt u orang sudah
bekerja pada suat u kant or , badan dan sebagainya,
lama kerja adalah lamanya seorang t enaga kerja
bekerja dalam (t ahun) dalam sat u lingkungan
perusahaan, dihit ung m ulai saat bekerja sam pai
penelit ian berlangsung. Lama kerja penyelam
t erut ama menum bang ker usakan faal paru secara
kronis yang dapat m enyebabkan penur unan kapasit as
vit al par u. Hal ini disebabkan karena penurunan baik
cadangan inspirasi dan ekspirasi per naf asan, sel par u
yang ber fungsi unt uk m eningkat kan faal par u
t erut ama adalah sel alveoli dimana didalam sel alveoli
paru t erdapat sel yang menghasilkan surfakt an unt uk
melarut kan oksigen dalam t ubuh, ket er paparan
t erhadap kedalaman dan t idak adanya alat bant u
sert a f act or negat ive lain yang berkont ribusi t er hadap
penur unan kapasit as paru dalam w akt u lama dapat
mengakibat kan kerusakan pada alveoli paru yang
menyebabkan berkurangnya surf akt an sebagai
22
pelarut oksigen didalam darah .
Ber dasarkan dari hasil penelit ian penyelam
Desa Torobulu Kecemat an Laeya Kabupat en Konawe
Selat an Tahun 2016 dari 40 responden, responden
dengan lama kerja yang berisiko t inggi propor si KVP
yang normal sebesar 20% dan ret riksi sebesar 57,5%
dan responden dengan lama kerja berisiko rendah,

proporsi KVP yang normal sebesar 15% dan ret riksi
sebesar 7.5%. Dari hasil analisis dat a di dapat kan

bahwa nilai pValue < α yang berarti ada hubungan
ant ara lama kerja dengan kapasit as vit al paru pada
penyelam.
Penelit ian ini t idak sejalan dengan penelit ian
pada gangguan kapasit as par u, bahwa lama kerja
t idak mem pengar uhi gangguan kapasit as par u pada
pekerja, dimana hasil penelit iannya m engem ukakan
bahwa semakin lama peker ja bekerja, maka semakin
rendah risiko mengalami kejadian gangguan f ungsi
paru, Dari hasil uji st at ist ik diperoleh p value = 0,0920
bahwa t idak t erdapat hubungan yang bermakna
23
ant ara lama kerja dengan gangguan kapasit as paru .
Dari hasil observasi dilapangan di dapat kan
bahwa responden dengan lama kerja yang lama
memilik proporsi KVP r est riksi yang t inggi yait u 57,5%
hal ini disebabkan karena paparan fact or negat ive
akibat penyelaman dalam w akt u lama dapat
menurunkan faal paru dan berkont r ibusi t er hadap
penur unan kapasit as vit al paru.
SIM PULAN
1. Penyelam sebagian besar mengalami kapasit as
vit al paru rest riksi dan kapasit as vit al paru normal
lebih sedikit .
2. Ada hubungan kedalaman dengan kapasit as vit al
paru penyelam (p = 0.030)
3. Ada hubungan alat bant u penyelam dengan
kapasit as vit al paru penyelam (p =0,006)
4. Ada hubungan st at us gizi dengan kapasit as vit al
-5
paru penyelam (p=5,9x10 )
5. Ada hubungan kebiasaan mer okok dengan
-4
kapasit as vit al paru penyelam (p = 4,8x10 )
6. Ada hubungan lama ker ja dengan kapasit as vit al
paru penyelam (p = 0,044)
SARAN
1. Perlu dilakukan pem eriksaan kondisi dan
kemam puan paru-paru pada aw al bekerja sebagai
penyelam dan pemeriksaan secar a berkala
minimal 1 t ahun sekali unt uk m enilai pengaruh
pekerjaan pada pekerja dan sekaligus m endet eksi
kem ungki nan t imbulnya penyakit akibat kerja .
2. Para penyelam sebaiknya m em perhat ikan kondisi
penyelaman t erut ama pada kedalaman lebih dari
10 m, agar t idak naik ke perm ukaan segera, t et api
secara bert ahap unt uk m enghindari gangguan
akibat dekom presi. Dan m engurangi kebiasaan
yang dapat mem perburuk kondisi dekom presi
sepert i merokok, dan menjaga st at us gizi.
3. Diperlukan pelat ihan lebih lanjut kepada para
penyelam agar kegiat an penyelaman dapat sesuai
dengan st andar kesehat an penyelaman.
4. Dinas kelaut an set em pat dapat memberikan
peralat an penyelaman yang baik dan m em enuhi

8

st andar penyelam SCUBA sehingga dapat
mengurangi ef ek penur unan kapasit as vit al paru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Eric,
M owat .
The
Bends-Decompression
syndromes.
2012.
(Available
fr om
:
ht t p:/ / www.em edicinehealt h.com/ decom pr essio
n_syndromes_t he_bends/ art icle_em.ht m, Cit ed
on : Sept ember t ahun, 2013).
2. ILO, 2013. Int ernasional Labour Organizat ion
(ILO) penyakit akibat kerja saluran pernapasan
26 April 2013. Diakses pada t anggal 6 Desem ber
2015
3. Jamsost ek P. Laporan Tahunan 2012. Jakart a: PT.
Jamsost ek, 2012
4. Depkes RI, 2006 . Pedoman Advokasi Program
Keselamat an dan Kesehat an Kerja. Depart emen
Kesehat an Republik Indonesia. Pusat Promosi
Kesehat an. Jakar t a
5. M assi, Kemal, 2005, Analisis Kesehat an Dan
Keselamat an
Lingkungan
Kerj a
Penyelam
Tradisional, M akalah, Inst it ut e Pert anian Bogor
6. Paskarini Indriat i, Abdul Rohim Tualeka, Denny Y.
Ardiant o, Endang Dw iyant i, dkk t ahun 2010
Kecelakaan dan Gangguan Kesehat an Penyelam
Tradisional
dan
Fakt or-fakt or
yang
mempengaruhi di Kabupat en Seram, M aluku
7. Kart ono, Ari sad, 2007, Prevalensi Dan Fakt or
Risiko Kejadian Penyakit Dekompresi Dan
Barot rum a
Pada
Nelayan
Penyelam
Di
Kecamat an Karim un Jawa Kabupat en Jepara,
Thesis, Universit as Gajah M ada.
8. Campbell, e. 2006. long t erm effect of sport
diving
.
diving
m edical
cent er
online
ht t p:/ / www.scuba.doc.com/ lt ediakses Desem ber
2015
9. Bent z, b.g., Hughes, c.a. 2002 Barot rauma
:Am erican
Hearing
Research
Foundat ion.
Nort hw est ern Universit y, Usa. Diakses 20
Novem ber 2007
10. Profil Tempat Pelelangan Ikan 2014
11. Profi Kesehat an Provinsi Sulawesi Tenggara, 2012
12. Farjiani, Sat ida, 2005, Analisis Fakt or Risiko
Gangguan Fungsi Faal Paru Pada Penyelam
Tradisional di Kecamat an Semarang Ut ara,
Semarang, Thesis, Universit as Diponegoro.
13. Guyt on & Hall, AC. 2014. Fisiologi Kedokt eran II,
Dit erjemahkan oleh Adji Dharma, Jakart a: EGC
Buku Kedokt eran. Edisi ke 12
14. Dahlan. M . Sopiyudin. 2004. St at ist ik Unt uk
Kedokt er an dan Kesehat an. Jakart a: PT Arkans.
15. Thirit z, D. 2005. Gngguan Pendengaran dan
keseim bangan pada penyelam t radisional suku
bajo sulaw esi selat an. Bagian THT-KL Fakult as
Kedokt eran Univer sit as Haasanuddin, M akassar.
16. Cici,
juharia.
2010.
Fakt or-Fakt or
YangBerhubungan Dengan Kejadian Penyakit

17.

18.

19.

20.

21.

22.

Penyelam an Dekompresi Pada Nelayan Penyelam
Di Desa Bajo Indah Kecamat an Sor opia
Kabupat en Konawe Tahun 2010. Skr ipsi
Universit as Halu Oleo, Kendari.
Depkes
RI,
2012.
(ht t p:/ / www .gizikia.depkes.go.id/ Pem binaan
Kesehat an Nelayan di 8 Kabupat en Tahun
2012/ archives/ 5087, diakses 17 Desem ber 2013).
Yuma, Anugr ah. 2013. Fakt or-Fakt or Yang
Berhubungan Dengan Kapasit as Vit al Paru Pada
Pekerja Penggilingan Divisi Bat u Put ih dI PT.
SINAR
UTAM A
KARYA
Fakult as
Ilmu
Keolahragaan. Universit as Negeri Semarang
Februari 2013 SKRIPSI
Put ra ND. 2014. Fact or-Fakt or Yang Berhubungan
Dengan Kapasit as Vit al Paru Pada Pekerja
Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu t ahun 2014.
Skripsi Jakart a:Universit as Islam Negri Syarif
Hidayat ullah.
M uis M ., Syamsiar R., Arifah R. 2008 . St udi
kapasit as paru pada karyaw an
depert emen
produksi semen PT. semen t onasa pangkep.
Jurnal M KM I
M ila. Sit i M uslikat ul. 2006. Hubungan Ant ara
M asa Kerja, Pemakaian APD Pernafasan
(M asker) Pada Tenaga Kerja Pengamplasan
Dengan Kapasit as Fungsi Paru PT Ascent House
Pecangaan Jepara. Skripsi. UNNES
Yusbud, M . 2011. Analisis Rasio Prevalensi
Kejadian Gangguan Fungsi Paru Akibat Paparan
Debu Organik Pada Pekerj a Indust ri Penggilingan
Padi di Desa Kaliang Kecamat an Duam panua
Kabupat en Pinrang Tahun 2011. SKRIPSI. Jurusan
Kesehat an Dan Keselamat an Kerja Fakult as
Kesehat an M asyarakat Universit as Hasanuddin,
M akassar.

9