PENERAPAN MODEL KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS SOMATIK, AUDITORI, VISUALISASI DAN INTELEKTUAL (SAVI) PADA PENENTUAN LOGAM BERAT (Ni2+ DALAM NICKEL PIG IRON) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA PENDIDIK

JURNAL

Oleh: YUSRYANTO

G2 J1 011 031

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2015/2016

PENERAPAN MODEL KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS SOMATIK, AUDITORI,

VISUALISASI DAN INTELEKTUAL (SAVI) PADA PENENTUAN LOGAM BERAT (Ni 2+

DALAM NICKEL PIG IRON) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNIVERSITAS HALU OLEO

( Yusryanto, G2J1 011 031)

Abstrak

YUSRYANTO, G2J1011 031. Penerapan Model Kegiatan Laboratorium Berbasis Somatik, Auditori, Visualisasi dan Intelektual (SAVI) pada Penentuan Logam Berat (Ni 2+ dalam Nickel Pig Iron) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Universitas Halu Oleo. Dibimbing oleh Dr. La Harimu, S.Pd., M.Si sebagai pembimbing I dan Dr. Dahlan, S.Pd., M.Si sebagai pembimbing II.

Rumusan masalah penelitian ini adalah “apakah model kegiatan laboratorium berbasis SAVI berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan model kegiatan laboratorium konvensional (non SAVI) terhadap pemahaman konsep, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah mahasiswa pada penentuan logam berat (Ni 2+ dalam Nickel Pig Iron) dan bagaimanakah keterlaksanaan model kegiatan laboratorium berbasis SAVI pada kelas eksperimen serta tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model laboratorium berbasis SAVI tersebut?”.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah post test only control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang terdaftar memprogram mata kuliah praktikum analisis instrumen kelas A semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 38 orang dengan 12 orang laki-laki dan 26 orang perempuan. Penentuan sampel dilakukan secara random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes. Data tes pemahaman konsep diperoleh melalui tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) sedangkan data tes keterampilan proses sains dan non tes sikap ilmiah hanya diperoleh melalui tes akhir (post-test).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor rata- rata pre-test pemahaman konsep mahasiswa kelas eksperimen dengan mahasiswa kelas kontrol;

2) terdapat perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata post-test pemahaman konsep mahasiswa kelas eksperimen dengan mahasiswa kelas kontrol; 3) terdapat perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata post-test keterampilan proses sains mahasiswa kelas eksperimen dengan mahasiswa kelas kontrol;

4) terdapat perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata post-test sikap ilmiah mahasiswa kelas eksperimen dengan mahasiswa kelas kontrol; 5) keterlaksanaan model kegiatan laboratorium berbasis SAVI untuk parameter Somatik dan Visualisasi adalah 66,667% dan untuk Auditori dan Intelektual terlaksana 100%; 6) Mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap proses pembelajaran dengan model kegiatan laboratorium berbasis SAVI pada penentuan logam berat (Ni 2+ dalam Nickel Pig Iron) menggunakan metode Spektrofotometer Serapan Atom dan penerapan model kegiatan laboratorium berbasis SAVI dapat meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah mahasiswa dengan tingkat kepercayaan 95%.

Kata Kunci: Model kegiatan laboratorium berbasis Somatik, Auditori, Visualisasi dan Intelektual

(SAVI), Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah

indikator yang dirancang untuk mengukur kualitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat hidup bangsa, akses pendidikan yang layak, ini berkembang sangat pesat. Dampaknya, harapan hidup dan standar hidup melaporkan permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di bahwa peringkat Indonesia nomor 111 dengan skor Indonesia juga semakin kompleks. Salah satu 0,734. Hal ini jauh di bawah negara-negara masalah yang dihadapi saat ini adalah masih tetangga seperti Singapura peringkat 23 dengan rendahnya mutu pendidikan. Laporan terakhir skor 0,944, Malaysia peringkat 66 dengan skor yang dipublikasikan pada 14 Maret 2013 dan 0,829, Thailand peringkat 87 dengan skor 0,783. berisi data dari tahun 2012, Indeks Pembangunan

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Manusia (Human Development Index) sebagai melalui Programme for International Student

Assesment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa dari kebanyakan kegiatan praktikum atau percobaan

41 negara yang disurvei kualitas hasil belajar sains yang diselenggarakan baik di sekolah untuk IPA, Indonesia menempati peringkat ke-38, menengah maupun di perguruan tinggi merupakan sementara untuk bidang Matematika dan model tradisional yaitu model deduktif terstruktur kemampuan membaca menempati peringkat ke-39. (Collette dan Chiappetta, 1994; Gangoli, 1995). Jika dibandingkan dengan Korea Selatan yang Swartz (1998) menyebutnya sebagai eksperimen menduduki peringkat ke-8 pada IPA, peringkat ke- resep makanan (cookbook-recipe experiment)

7 pada membaca dan peringkat ke-3 pada dimana dalam eksperimennya semua petunjuk Matematika (Kunandar, 2010). Bahkan hasil riset sudah disediakan secara rinci. terbaru mengenai mutu akademik antarbangsa

Putri dan Sutarno (2012), menjelaskan bahwa melalui Programme for International Student pola kegiatan/aktifitas laboratorium tradisional Assesment (PISA) 2012 ini, Indonesia sama sekali adalah pelajar atau mahasiswa diberi tahu tidak masuk didalamnya dengan kata lain tidak prinsip/teori/konsep

sains, setelah itu dapat bersaing dengan 50 negara yang di survei. menguji/menverifikasi kebenaran teori/prinsip/ Sehingga dapat disimpulkan kualitas pendidikan di konsep tersebut. Kegiatan laboratorium seperti ini Indonesia masih rendah.

cenderung mendorong mahasiswa untuk tidak Menurut Putri dan Sutarno (2012), pendidikan jujur, karena hasil pengamatannya dikendalikan sains dapat berfungsi sebagaimana mestinya, oleh teori/prinsip/konsep yang sudah diketahuinya. apabila dalam pelaksanaannya dirancang dan Jika demikian halnya, maka kegiatan laboratorium diarahkan pada sebanyak mungkin melibatkan sains

diharapkan sebagai wahana pelajar dalam mengkonstruksi pengetahuan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap keterampilan sains sendiri melalui proses sains. ilmiah malah menjadi kebalikannya. Kelemahan Pelajar atau mahasiswa harus diberi pengalaman lainnya terletak pada proses kegiatannya, untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis penuntun/modul praktikum pada laboratorium melalui percobaan: merancang dan merakit tradisional disajikan secara rinci memuat prosedur- instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah prosedur baku yang harus dilakukan tahap demi dan menafsirkan data, menyusun laporan, serta tahap. Penuntun praktikum yang terlalu rinci mengkomunikasikan hasilnya baik lisan maupun mengakibatkan kurang merangsang mereka untuk tulisan. Untuk kepentingan ini, laboratorium sains mengembangkan daya nalarnya dalam me- merupakan wahana yang paling tepat. Persoalan- rencanakan dan menyelesaikan persoalan yang nya adalah bagaimana peran dan fungsi dihadapinya. laboratorium dapat dioptimalkan untuk memenuhi

yang

Eksperimen atau percobaan yang dilakukan tuntutan tersebut.

oleh mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Kegiatan laboratorium merupakan bagian yang Universitas Halu Oleo di laboratorium merupakan penting dari pembelajaran IPA (Roychoudhury, mata rantai yang menghubungkan antara teori et.al. , 1996; Collete dan Chiappetta, 1994). dengan keterampilan mahasiswa dalam memahami Kegiatan laboratorium ditujukan untuk membantu secara umum ilmu kimia khususnya mata kuliah pelajar mengembangkan pemahaman, kemampuan Analisis Instrumen melalui praktikum. Kenyataan kognitif, berpikir kreatif dan sikap ilmiah melalui di lapangan bahwa pola kegiatan/aktifitas di keterlibatannya dalam hand-on activity (Novack, Laboratorium Pengembangan FKIP Universitas 1988; Gangoli, 1985; Hodson, 1990).

Halu Oleo di dalam melakukan praktikum masih Hofstein dan Lunetta (1982) menjelaskan dituntun menggunakan penuntun/modul praktikum bahwa kegiatan laboratorium dalam pembelajaran dengan teori, alat dan bahan serta prosedur kerja digunakan untuk mencapai berbagai tujuan yaitu yang telah tersedia. tujuan kognitif, praktikal dan afektif. Tujuan

Dari pernyataan tentang beberapa masalah di kognitif berhubungan dengan belajar konsep- dalam pelaksanaan praktikum di laboratorium konsep ilmiah, mengembangkan keterampilan seperti yang dijelaskan, maka perlu adanya solusi problem solving , dan meningkatkan pemahaman yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan metode ilmiah. Tujuan praktikal berhubungan yang dihadapi, salah satunya dengan kegiatan dengan pengembangan keterampilan-keterampilan laboratorium berbasis somatik, auditori, visualisasi dalam melakukan penelitian, analisis data, dan intelektual (SAVI). Untuk mengarahkan berkomunikasi dan keterampilan bekerja sama. mahasiswa agar dapat melakukan ekplorasi dengan Tujuan afektif berhubungan dengan motivasi benar dan tidak menggunakan model tradisional terhadap sains, tanggapan dan kemampuan maka mahasiswa tidak dibekali dengan penuntun/ memahami lingkungan. Namun

demikian, modul praktikum melainkan dengan pertanyaan- demikian, modul praktikum melainkan dengan pertanyaan-

keterampilan proses sains dan sikap ilmiah pada Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang kelas eksperimen serta tanggapan mahasiswa menekankan bahwa belajar haruslah memanfaat- terhadap penerapan model laboratorium berbasis kan semua alat indra yang dimiliki. Istilah SAVI SAVI tersebut. sendiri adalah kependekan dari: Somatik yang bermakna gerakan tubuh (hand-on), aktivitas fisik,

II. METODE PENELITIAN

dimana belajar dengan mengalami dan melakukan;

dilaksanakan di Auditori yang bermakna bahwa belajar haruslah Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia FKIP dengan melalui mendengarkan, menyimak, Universitas Halu Oleo Kendari. Waktu pelaksana- berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan an penelitian ini pada semester ganjil tahun ajaran pendapat dan menanggapi; Visualisasi yang 2015/2016 pada bulan Oktober 2015. bermakna belajar haruslah menggunakan indra

Tempat

penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mata

melalui mengamati, menggambar, mahasiswa yang terdaftar pada semester ganjil mendemonstrasikan, membaca, menggunakan tahun ajaran 2015/2016 dan memprogram mata media dan alat peraga; dan Intelektual yang kuliah praktikum analisis instrumen. Sedangkan bermakna

menggunakan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah yang terdaftar memprogram mata kuliah dengan konsentrasi pikiran

belajar

haruslah

dan berlatih praktikum analisis instrumen kelas A semester menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, ganjil tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 38 mengidentifikasi,

mencipta, orang dengan 12 orang laki-laki dan 26 orang mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan perempuan. Adapun penentuan mahasiswa kelas menerapkan (Ngalimun, 2013).

menemukan,

kontrol dan kelas eksperimen ditentukan secara Di sisi lain praktikum yang dilakukan didalam acak (random), dengan membagi nomor absen laboratorium haruslah kontekstual sehingga dapat mahasiswa dari 1 sampai 19 masuk kelas kontrol diaplikasikan atau dijadikan bahan dalam dan nomor absen mahasiswa dari 20 sampai 38 penyusunan kurikulum di tingkatan perguruan masuk kelas eksperimen. tinggi khususnya dalam mata kuliah praktikum

Variabel dalam penelitian ini adalah: analisis instrumen. Selain itu, materi-materi yang

1) variabel terikat (dependent) yaitu pemaham-an kontekstual tersebut dapat membuat mahasiswa konsep, keterampilan proses sains dan sikap dalam hal ini praktikan termotivasi dan semangat ilmiah; 2) Variabel bebas (independent) yaitu untuk melakukan praktek.

model kegiatan laboratorium berbasis SAVI. Hal inilah yang menjadi faktor penting penulis

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi melakukan penelitian untuk melihat bagaimana experimental. Sedangkan desain penelitian yang pengaruh penerapan model kegiatan laboratorium digunakan pada penelitian ini adalah pre test-post

berbasis SAVI terhadap pemahaman konsep, test control group design atau dalam keterampilan proses sains dan sikap ilmiah pada Mulyatiningsih (2012) menyebutnya sebagai mata kuliah Analisis Instrumen yang dituangkan desain eksperimen klasik (classical experimental dalam sebuah judul penelitian yaitu Penerapan design ). Desain eksperimen klasik memiliki empat Model Kegiatan Laboratorium Berbasis Somatik, kelompok data (O) yaitu data pre test kelompok

Auditori, Visualisasi dan Intelektual (SAVI) pada eksperimen (O 1 ) dan pre test kelompok kontrol Penentuan Logam Berat (Ni 2+ dalam Nickel Pig (O 3 ) serta post test kelompok eksperimen (O 2 ) dan Iron ) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, post test kelompok kontrol (O 4 ). Teknik analisis Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah data yang dipilih adalah one sampel t-test. Mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Universitas

Desain penelitian ini dapat digambarkan seperti Halu Oleo

Tabel 1.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui perbedaan nilai rata- rata pemahaman konsep antara kelas eksperimen

Tabel 1 Desain Penelitian yang diajukan kepada mahasiswa. Masukan yang O 1 X O 2 diharapkan dari validator adalah apakah instrumen

O 4 yang dibuat belum dapat digunakan, dapat digunakan dengan revisi atau dapat digunakan

Keterangan:

tanpa revisi. Adapun validasi empiris yakni

R : Random assignment (untuk menguji kemampuan awal

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal)

validasi tes yang lebih objektif jika dibandingkan

X : Perlakuan (metode kegiatan laboratorium berbasis SAVI)

dengan validasi logis, dilakukan dengan mem-

Y : Perlakuan (model kegiatan laboratorium berbasis konvensional (non SAVI))

formulasikan data tersebut dengan rumus statistik

O 1 : Pre-test pemahaman konsep

yakni:

O 2 : Post-test pemahaman konsep, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah kelompok eksperimen

1. Uji validitas

O 3 : Pre-test pemahaman konsep

Salah satu ciri tes itu baik adalah apabila tes

O 4 : Post-test pemahaman konsep, keterampilan proses sains dan

tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak sikap ilmiah kelompok kontrol diukur atau istilahnya valid atau shahih. Validitas

adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- Data dalam penelitian ini adalah data primer

tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen yang yang dikumpulkan atau yang diperoleh oleh valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,

peneliti secara langsung dari sumbernya berupa instrumen yang kurang valid akan memiliki data tes dan data non tes. Data tes pemahaman validitas yang rendah (Arikunto, 2006). Untuk konsep diperoleh melalui tes awal (pre-test) dan mengukur validitas soal dalam penelitian ini tes akhir (post-test) sedangkan data tes menggunakan rumus korelasi point biserial. keterampilan proses sains dan non tes sikap ilmiah Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. hanya diperoleh melalui tes akhir setelah masing-

r pbis 𝑝 −𝑀 masing kelas mendapatkan perlakuan baik secara 𝑝 = 𝑡 (Sofyan, A. dkk., 2006)

konvensional (kelas kontrol) maupun dengan Keterangan: metode SAVI (kelas eksperimen).

r bis (i)

: Koefisien korelasi biserial Data non tes berupa kuesioner digunakan untuk X i : Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab benar item

mengukur sikap ilmiah mahasiswa dan angket yang dicari korelasi

X t : Mean skor total digunakan untuk mengukur dan mengetahui S t : Simpangan baku

tanggapan responden terhadap model kegiatan p

: proporsi jawaban yang benar untuk butir item yang diuji

laboratorium berbasis SAVI, pemahaman konsep, validasinya

: proporsi jawaban yang salah untuk butir item yang diuji

keterampilan proses sains dan sikap ilmiah yang

validasinya ( 1 –p)

diujikan sedangkan lembar observasi digunakan Adapun kriteria interpretasi korelasi nilai r pbis dapat

untuk mengukur dan mengetahui aktivitas

dilihat pada Tabel 2.

responden.

Teknik Analisis Data

Tabel 2 Interpretasi koefisien korelasi nilai r pbis

Kalibrasi instrumen

No

Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

Pengambilan data dilakukan setelah terlebih Sangat Tinggi

dahulu instrumen tes yang akan digunakan di-

Cukup

kalibrasi dengan memvalidasi menurut rentetan

Rendah

berpikirnya yaitu validasi logis dan validasi Sangat Rendah empiris. Sukardi (2011), mengemukakan bahwa

2. Uji reliabilitas

validasi logis ditentukan atas dasar pertimbangan Setelah melakukan uji validitas, langkah selanjut- (judgement) dari ahli/pakar, sedangkan validasi nya adalah dengan melakukan pengukuran empiris ditentukan dengan menghubungkan reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah performansi sebuah tes terhadap kriteria ketetapan alat tersebut dalam menilai apa yang penampilan tes lainnya dengan menggunakan dinilainya. Uji reliabilitas untuk butir soal objektif formulasi statistik yaitu dengan mengukur tingkat dilakukan dengan rumus Kuder Richardson atau validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya yang dikenal dengan K-R 20 yaitu: pembeda sehingga dapat dipertimbangkan apakah

instrumen tersebut dapat dipakai atau tidak.

Pengujian kelayakan instrumen baik tes [ 𝑛−1 ][ 𝑆 2 ], dengan S

maupun non tes atas dasar pertimbangan para ahli (Arikunto, 2006) (validasi logis) berhubungan dengan validitas isi

Keterangan:

yang berkaitan dengan materi yang sesuai dengan r 11 : reliabilitas tes secara keseluruhan konteks butir-butir pertanyaan dan pernyataan p

: proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

: proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)

Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

Tabel 5 Kategori daya pembeda

n : banyak item

S 2 : standar deviasi dari tes No

Rentang Nilai Daya

Pembeda

Kategori

1. Bernilai Negatif

Drop

Adapun kriteria interpretasi indeks reliabilitas

2. 0,00 ≤ DP ≤ 0,20

Buruk (poor)

dapat dilihat pada Tabel 3.

3. 0,20 ≤ DP ≤ 0,40

Cukup (satisfactory)

4. 0,40 ≤ DP ≤ 0,70

Baik (good)

Tabel 3 Interpretasi kriteria reliabilitas instrumen

Baik Sekali (excellent) No

5. 0,70 ≤ DP ≤ 1,00

Interval Koefisien

Kriteria Reliabilitas

1. 0,80 ≤ r 11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi

Analisis data

2. 0,61 ≤ r 11 ≤ 0,80 Tinggi

1. Instrumen tes

3. 0,41 ≤ r 11 ≤ 0,60 Cukup

4. 0,21 ≤ r 11 ≤ 0,40 Rendah

a. Uji normalitas

Uji normalitas data ini dilakukan untuk Kaidah keputusannya adalah jika r 11 >r tabel dengan mengetahui apakah sampel berdistribusi normal taraf signifikansi 5% maka data tersebut reliabel.

5. 0,00 ≤ r 11 ≤ 0,20 Sangat Rendah

atau tidak. Uji normalitas data pre-test maupun post-test yang digunakan pada penelitian ini

3. Uji tingkat kesukaran dengan menggunakan uji Chi-square dengan Tingkat kesukaran butir (item difficulty) adalah langkah perhitungan sebagai berikut:

angka yang menunjukkan besarnya proporsi a) Mencari skor terbesar dan terkecil peserta tes yang menjawab benar pada suatu butir. b) Mencari nilai rentangan R → R = Skor terbesar Untuk dapat mengukur tingkat kesukaran suatu

– skor terkecil

c) Mencari banyaknya kelas (BK) → BK = 1 + 3,3

soal digunakan rumus sebagai berikut:

log N (rumus Sturgess)

𝑅 Keterangan:

P= 𝑁 (Sofyan, 2006)

d) Mencari nilai panjang kelas (i) → i = 𝐵𝐾

P : Indeks kesukaran

e)

Membuat daftar frekuensi observasi

B : Banyaknya mahasiswa yang menjawab soal dengan benar

: Jumlah seluruh mahasiswa peserta tes f) ∑ 𝑓𝑥 𝑖 Mencari rata – rata (mean) → 𝑥̅ =

g) 𝑛 Menentukan simpangan baku (standard Kriteria interpretasi indeks reliabilitas dapat dilihat

𝑛 (𝑛−1) Tabel 4 Kategori tingkat kesukaran

pada Tabel 4.

deviation ) dengan S = √

h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan

No Interval Koefisien

dengan cara:

2. 0,30 ≤ P ≤ 0,70

Sedang

- menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri

3. 0,70 ≤ P ≤ 1,00

Mudah

batas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor kanan kelas interval

4. Daya pembeda

ditambah 0,5.

Daya pembeda (DP) adalah kemampuan suatu soal - mencari nilai z-score untuk batas kelas untuk membedakan antara mahasiswa yang pandai

interval dengan rumus:

dengan mahasiswa yang berkemampuan rendah.

Untuk menentukan daya pembeda, maka diguna-

𝑆 kan rumus sebagai berikut:

Z=

- mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normol DP = 𝐵 𝐴 𝐵 𝐵 − = PA – PB (Arikunto, 2006)

dari 0 – Z dengan menggunakan angka-angka

𝐽 𝐴 𝐽 𝐵 Keterangan:

untuk batas kelas

- mencari luas tiap kelas interval dengan cara

DP = Daya pembeda

J = Jumlah peserta tes

mengurangkan angka-angka 0 – Z, yaitu

J A = Banyaknya jumlah peserta kelompok atas J B =

angka baris pertama dikurangi baris kedua,

Banyaknya jumlah peserta kelompok bawah

B A = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab

angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan

soal itu dengan benar

begitu seterunya, kecuali untuk angka yang

B B = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

berbeda pada baris paling tengah ditambahkan

P A = 𝐵 𝐴 = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal

dengan angka pada baris berikutnya.

- mencari frekuensi yang diharapkan (fe)

benar

P B = 𝐵 𝐵 𝐽 = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal

dengan cara mengalikan luas tiap interval

benar

dengan jumlah responden.

mencari Chi-square hitung (𝑥 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ) Penentuan kriteria daya pembeda soal didasarkan ( 2 )= 𝑘 (fo−fe) pada Tabel 5. 2 𝑥 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ∑ 𝑖=1

i)

fe fe

2 membandingkan 𝑥 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑥 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk mungkin diperoleh). Menurut Hake (1999), N-gain  = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n – 1, menunjukkan tingkat efektifitas perlakuan dari dengan kriteria:

pada perolehan skor atau post test. Untuk per- -

2 jika, 𝑥 hitungan nilai N-gain dan pengklasifikasiannya ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥𝑥 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya distribusi data akan digunakan persamaan sebagai berikut: tidak normal; dan

2 2 a) - N-gain setiap mahasiswa ditentukan dengan jika, 𝑥 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤𝑥 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 artinya distribusi data

Hasil pengujian normalitas dari instrumen tes

pemahaman konsep dan keterampilan proses sains

dengan g = N-gain

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen kedua- S t = skor total tes duanya memiliki interpretasi normal.

S f = skor post-test S i = skor pre-test

b. Uji homogenitas varians Nilai N-gain yang diperoleh kemudian di Uji homogenitas dalam penelitian ini di- interpretasikan pada Tabel 6.

analisis melalui tabel uji Bartlet dan uji Fisher. Uji Tabel 6 Kriteria pengkategorian N-gain Bartlet dilakukan melalui langkah-langkah sebagai

Kriteria berikut:

a) Memasukkan angka-angka statistik untuk

Sedang pengujian homogenitas pada tabel uji Bartlet

b) Menghitung varians gabungan dari sampel

(Sumber: Hake, 1999)

c)

b) Rata-rata N-gain dapat ditentukan dengan – 1)

2 dan nilai B = (log S Menghitung log S 2 ).  (n i

2 d) rumus: Menghitung nilai X hitung = (lon 10)  B -  (db)

e) Membandingkan X hitung

dengan ‹g› = rata-rata N-gain untuk  = 0,05 dan derajat kebebasan (db) = n

dengan nilai X tabel ,

‹S t › = rata-rata skor total – 1 dengan kriteria pengujian:

‹S f › = rata-rata skor post-test Jika X 2 hitung

≥X 2 tabel , tidak homogen ‹S i › = rata-rata skor pre-test

Persentase N-gain ditentukan dengan rumus: Untuk uji Fisher rumus yang digunakan yaitu:

2 Jika X 2 hitung ≤X tabel , homogen

, untuk S 2 = 𝑛 ∑𝑋 − (∑ 𝑋) dengan (S t ) = Skor ideal

(S (Sudjana, 2001) f ) = Skor total post-test (S i ) = Skor total pre-test

Keterangan: F = Homogenitas

Hasil analisis N-gain dari tes pemahaman konsep

S 1 2 = varians besar

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen S 1 2 = varians terkecil

menunjukkan interpretasi normal dan homogen . Adapun Kriteria pengujiannya untuk  = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n – 1 adalah:

d. Uji Hipotesis

Jika F hitung ≤ F tabel yang artinya varians kedua Uji hipotesis dalam penelitian ini meng- populasi homogen

gunakan uji-t. Uji-t digunakan untuk membanding- Jika F hitung ≥ F tabel yang artinya varians kedua kan rata-rata (mean) sebelum dan sesudah populasi tidak homogen

perlakuan (treatment) atau membandingkan Uji homogenitas antara kelas kontrol dan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.

kelas eksperimen untuk tes pemahaman konsep Data yang dihasilkan terbagi dua yakni data yang dan keterampilan proses sains menunjukkan terdistribusi normal dan homogen, serta data yang keduanya memiliki interpretasi homogen.

terdistribusi normal dan tidak homogen.

a) Data terdistribusi normal dan homogen

c. Analisis gain ternormalisasi (N-gain) Uji hipotesis yang digunakan untuk data Gain adalah selisih antara skor tes awal dan terdistribusi normal dan homogen adalah uji

skor tes akhir. Gain ternormalisasi (N-gain) statistik parametrik. Secara matematis dirumuskan merupakan perbandingan antara skor gian aktual, sebagai berikut:

t hitung = 1 yaitu skor gain yang diperoleh mahasiswa dengan 2 1 1 skor gain maksimum (skor gain tertinggi yang

(𝑛 1 − 1)𝑆 1 2 + (𝑛 − 1)𝑆 2 hanya sekali yaitu sesudah perlakuan. Sehingga dengan S g 2 = 2 √

pengajuan hipotesisnya seperti pada tes ke-

Keterangan:

terampilan proses sains adalah membandingkan

̅̅̅ : rata-rata skor pemahaman konsep, keterampilan proses sains, 𝑋 1 sikap ilmiah kelas eksperimen

antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sesudah ̅̅̅ : rata-rata skor pemahaman konsep, keterampilan proses sains, 𝑋 2 praktikum dilaksanakan.

sikap ilmiah kelas kontrol

Kuesioner dalam bentuk angket dalam

𝑆 𝑔 : varians data gabungan (kelompok kontrol dan eksperimen) 𝑆 1 2 : varians data pemahaman konsep, keterampilan proses sains,

penelitian ini yang digunakan untuk mengukur

sikap ilmiah kelas eksperimen

respon/sikap mahasiswa diolah menggunakan

𝑆 2 2 : varians data pemahaman konsep, keterampilan proses sains,

skala Likert. Dengan skala ini, variabel yang akan

sikap ilmiah kelas kontrol n 1 : jumlah mahasiswa kelas ekperimen

diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, n 2 : jumlah mahasiswa kelas kontrol kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item yang berupa

Adapun langkah-langkah uji hipotesis dengan pernyataan dan pernyataan. Jawaban setiap item menggunakan rumus uji-t adalah sebagai berikut:

instrumen yang menggunakan skala Likert dalam

1) Mengajukan hipotesis penelitian ini mempunyai gradasi jawaban dari

2) Menghitung nilai t hitung dengan rumus uji-t sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa

3) Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan kata-kata SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak rumus : dk = (n 1 – 1) + (n 2 – 1) setuju) dan STS (sangat tidak setuju).

4) Menentukan nilai t tabel dengan  = 0,05 dengan Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut.

jawaban tersebut diatas diberi skor dengan SS = 4, Jika –t tabel ≤ t hitung ≤ + t tabel maka H 0 diterima S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Sehingga, analisis

pada tingkat kepercayaan 0,95. persentase sikap mahasiswa melalui skala Likert Jika t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel , maka H 1 dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

diterima pada tingkat kepercayaan 0,95 (taraf P = F/N x 100% signifikansi (α) = 5%). Keterangan:

b) Data terdistribusi normal dan tidak homogen

: Angka persentase

F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

Uji hipotesis yang digunakan untuk data yang N : Jumlah individu

terdistribusi normal dan tidak homogen adalah uji

interpretasi skor statistik non parametrik. Secara matematis di- (Nurkancana, 1986) dari kuesioner/angket yang

Adapun

kriteria

rumuskan sebagai berikut: diberikan adalah sebagai berikut: t hitung = 𝑥 ̅̅̅̅− 𝑥 1 ̅̅̅̅ 2 0% - 30%

= Kurang

√ 𝑆12 + 𝑆22 31% - 60% 𝑛1 = Sedang 𝑛2

61% - 100% = Baik

Keterangan:

̅̅̅ : rata-rata skor pemahaman konsep, keterampilan proses sains, 𝑋 1

sikap ilmiah kelas eksperimen

b. Lembar observasi

𝑋 ̅̅̅ : rata-rata skor pemahaman konsep, keterampilan proses sains, 2 sikap ilmiah kelas kontrol

Dengan asumsi bahwa untuk setiap aspek

𝑆 1 2 : varians data pemahaman konsep, keterampilan proses sains,

yang terlaksana atau menjawab YA terhitung 1

sikap ilmiah kelas eksperimen 𝑆 2 2

(satu), dan aspek yang tidak terlaksana atau

: varians data pemahaman konsep, keterampilan proses sains, sikap ilmiah kelas kontrol

menjawab TIDAK terhitung 0 (nol). Aktivitas

n 1 : jumlah mahasiswa kelas ekperimen

persentase tiap aspek keterlaksanaan model SAVI

n 2 : jumlah mahasiswa kelas kontrol

pada kelas eksperimen dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Penentuan kategori uji hipotesisnya adalah: 1) jika

t hitung > t tabel maka H a diterima dan H 0 ditolak;

2) Jika t hitung < t tabel maka H 0 diterima dan H a Dengan kriteria interpretasi skor seperti pada ditolak.

Tabel 7. Tabel 7. Kriteria interval skor lembar observasi

2. Kategori Instrumen non tes

No

Interval Skor (%)

a. Kuesioner

Baik Sekali

Baik

Kuesioner yang digunakan untuk mengukur

Cukup

sikap ilmiah responden dalam penelitian ini diolah Kurang

Sangat kurang

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (Sumber : Sahertian, P.A., 2008) menggunakan skala Guttman yang terdiri dari dua

pilihan yaitu : YA atau TIDAK serta dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji normalitas yang dilakukan terhadap pre-

Hasil Penelitian

test pemahaman konsep untuk mahasiswa kelas

2 Hasil 2 penelitian yang diperoleh dari eksperimen nilai γ . hitung = 0,978 dan γ . tabel = 5,991, pelaksanaan model kegiatan laboratorium berbasis ternyata

2 . hitung < γ 2 γ . tabel , sedangkan untuk SAVI untuk mahasiswa kelas eksperimen dan mahasiswa kelompok kontrol diperoleh nilai

model 2 pembelajaran konvensional untuk γ . hitung

2 = 2,157 sehingga 2 γ . hitung < γ . tabel pada mahasiswa kelas kontrol pada penentuan logam tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini

berat (Ni 2+ dalam Nickel Pig Iron) menggunakan menunjukkan bahwa data hasil pre-test metode Spektrofotometer Serapan Atom dalam pemahaman konsep mahasiswa kelas eksperimen penelitian ini dikumpulkan dan disajikan melalui dan pre-test pemahaman konsep mahasiswa kelas skor yang diperoleh dari:

kontrol berdistribusi normal pada α = 0,05.

A. Pemahaman konsep mahasiswa Hasil uji normalitas , homogenitas dan uji

1. Analisis pre-test, post-test, dan N-gain hipotesis data pre-test pemahaman konsep pemahaman konsep

mahasiswa kelas eksperimen dan mahasiswa kelas Hasil analisis data pre-test, post-test, dan N- kontrol menggunakan program excel dapat dilihat gain pemahaman konsep mahasiswa kelas pada Tabel 9. eksperimen dan mahasiswa kelas kontrol disajikan Tabel 9 Rangkuman hasil uji normalitas, uji pada Tabel 8.

dan uji-t pre-test Tabel 8 Deskripsi pemahaman konsep mahasiswa

homogenitas

pemahaman konsep mahasiswa kelas kontrol dan mahasiswa kelas

Uji Statistik

eksperimen hasil pre-test, post-test dan Homogenitas

Normalitas

Kelas

(Chi Square)

(Uji Bartlet) Uji-t

N-gain

2 . Hitung γ 2 . Tabel X 2 . Hitung X γ 2 . Tabel t. Hitung t. Tabel pre-test

0,174 3,841 1,842 2,028 Konsep

post-test N-gain

kelas kelas

Homogen Terima H o kont

Distribusi normal

(pada α = 0,05; (pada α = 0,05; Skor Ideal

dk = 1) dk = 36) Skor Maksimum

12 12 12 12 1 1 dk = 2)

1 Dari Tabel 9 terlihat bahwa hasil uji

Skor Minimum

homogenitas

pre-test pemahaman konsep

Skor Rerata 7,263 8,158

% Skor Rerata 60,526 67,982 69,737 78,947 22,613 40,752

mahasiswa kelas eksperimen dan mahasiswa kelas

Simpangan Baku 1,695 1,537

2 kontrol diperoleh X 2 . hitung < X . tabel . Hal ini berarti Pada Tabel 8 terlihat bahwa persentase rata-rata bahwa distribusi kedua data kelas tersebut adalah

skor pre-test mahasiswa kelas eksperimen sebesar α = 0,05. Karena kedua kelompok

homogen pada

67,982% dan mahasiswa kelas kontrol sebesar tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka 60,526% dari skor ideal. Sedangkan persentase pengujian hipotesis dilanjutkan ke uji-t. Hasil uji-t

menunjukkan nilai t. hitung = 1,842 dan t. tabel = 2,028. rata-rata skor post-test mahasiswa kelas eksperimen sebesar 78,947% dan persentase rata- Karena nilai t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan

rata skor post-test mahasiswa kelas kontrol bahwa kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan pemahaman konsep awal yang sama. 69,737% dari skor ideal. Peningkatan dari

persentase rata-rata skor pre-test dan post-test baik b. Analisis post-test pemahaman konsep maha- pada mahasiswa kelas kontrol maupun pada

siswa

Hasil analisis pemahaman konsep mahasiswa mahasiswa kelas eksperimen digambarkan oleh persentase rata-rata skor N-gain mahasiswa kelas ditampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10 Rangkuman hasil uji normalitas, uji eksperimen sebesar 40,752% lebih tinggi jika

dibandingkan persentase rata-rata skor N-gain

dan uji-t post-test mahasiswa kelas kontrol yang hanya sebesar

homogenitas

pemahaman konsep mahasiswa

Uji Statistik

22,613%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan

Normalitas

Homogenitas

model kegiatan laboratorium berbasis SAVI

Kelas

(Chi Square)

(Uji Bartlet) Uji-t

efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep

γ 2 . Hitung

γ 2 . Tabel X 2 . Hitung X 2 . Tabel t. Hitung t. Tabel

Distribusi normal

2. Uji normalitas, uji homogenitas dan uji

Homogen Terima H a

Keterangan

(pada α = 0,05;

(pada α = 0,05; (pada α = 0,05;

hipotesis pemahaman konsep mahasiswa dk = 36)

dk = 2)

dk = 1)

a. Analisis

pre-test pemahaman

konsep

mahasiswa

Berdasarkan hasil uji normalitas distribusi sehingga 2 γ . hitung < 2 γ . tabel . Hal ini menunjukkan data post-test pemahaman konsep pada Tabel 10 bahwa data N-gain mahasiswa kelas kontrol juga diatas untuk mahasiswa kelas eksperimen berdistribusi normal pada α = 0,05.

diperoleh nilai 2 γ . hitung = 0,2690. Sedangkan untuk Hasil analisis terhadap homogenitas N-gain kelompok mahasiswa kelas kontrol diperoleh nilai pemahaman konsep mahasiswa kelas eksperimen

2 γ 2 . hitung = 0,850 dengan γ . tabel = 5,991 sehingga dan mahasiswa kelas kontrol terlihat bahwa γ 2 . hitung < 2 . tabel . Hal ini menunjukkan bahwa data X γ 2 . hitung = 1,859 dan X 2 . tabel = 3,841, sehingga

< X . tabel . Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan post-test pemahaman konsep distribusi data kedua kelas tersebut adalah mahasiswa kelas kontrol berdistribusi normal pada homogen pada α = 0,05. Kedua kelompok kelas α = 0,05.

2 hasil post-test pemahaman konsep mahasiswa 2 X .

hitung

pembelajaran tersebut berdistribusi normal dan Hasil uji homogenitas pre-test pemahaman homogen, sehingga uji hipotesis dilanjutkan ke uji- konsep mahasiswa kelas eksperimen dan kelas t. Berdasarkan hasil uji-t N-gain pemahaman

2 kontrol diperoleh X 2 . hitung < X . tabel . Hal ini berarti konsep mahasiswa kelas eksperimen dan bahwa distribusi data kedua kelas tersebut adalah mahasiswa kelas kontrol diperoleh bahwa t. hitung = homogen pada α = 0,05. Karena kedua kelompok 2,244 dan t. tabel = 2,028 sehingga t. hitung > t. tabel. . tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka

menggambarkan bahwa uji hipotesis dilanjutkan ke uji-t. Hasil uji-t peningkatan pemahaman konsep mahasiswa kelas menunjukkan nilai t. hitung = 2,990 dan t. tabel = 2,028 eksperimen berbeda nyata dengan mahasiswa sehingga nilai t. hitung > t. tabel. Hal ini berarti bahwa kelas kontrol pada tingkat kepercayaan 95% (α = skor rata-rata pemahaman konsep mahasiswa kelas 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan eksperimen secara signifikan lebih tinggi dari pemahaman konsep mahasiswa kelas eksperimen mahasiswa kelas kontrol. Dengan kata lain lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan pemahaman konsep mahasiswa yang mendapat pemahaman konsep mahasiswa kelas kontrol. pembelajaran dengan model kegiatan laboratorium Dengan demikian penggunaan model kegiatan berbasis SAVI lebih baik dibandingkan dengan laboratorium berbasis SAVI secara signifikan pemahaman konsep mahasiswa yang mendapat dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pembelajaran konvensional.

Kondisi

ini

mahasiswa dibanding dengan pembelajaran

c. Analisis N-gain pemahaman konsep mahasiswa konvensional (non SAVI). Perbandingan

peningkatan pemahaman 3. Peningkatan pemahaman konsep untuk setiap konsep antara mahasiswa kelas eksperimen dan

indikator

mahasiswa kelas kontrol, dapat diketahui dengan Rata-rata skor N-gain pada setiap indikator melakukan analisis terhadap data N-gain, yang tersebut secara jelas diperlihatkan pada Gambar 1. meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji-t. Hasil analisis uji normalitas, uji homogenitas dan uji-t dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Rangkuman hasil uji normalitas, uji

pemahaman konsep mahasiswa

Uji Statistik

Kelas (Chi Square)

-r at 6 a 4,167%

(Uji Bartlet)

Uji-t

γ 2 . Hitung

γ 2 . Tabel X 2 . Hitung X 2 . Tabel t. Hitung

t. Tabel at 4

Distribusi normal

Homogen

Terima H a

Keterangan (pada α = 0,05;

Menyimpulkan Mengklasifikasi

Indikator Pemahaman Konsep

Berdasarkan Tabel 11, menunjukan bahwa hasil uji N-gain untuk mahasiswa kelas

Kontrol

Eksperimen

2 eksperimen diperoleh 2 γ . hitung = 3,162 dengan γ . tabel

2 = 5,991 sehingga 2 γ .

Gambar 1 Diagram indikator pemahaman konsep memberikan indikasi bahwa data N-gain

< γ . tabel . Hal ini

terhadap persentase rata-rata N-gain mahasiswa kelas eksperimen berdistribusi normal. Peningkatan pemahaman konsep yang di-

hitung

Demikian juga pada mahasiswa kelas kontrol maksud pada penelitian ini terdiri atas peningkatan

diperoleh 2 γ . hitung = 5,049 dengan 2 γ . tabel yang sama, diperoleh 2 γ . hitung = 5,049 dengan 2 γ . tabel yang sama,

homogenitas dan uji-t post-test ke- rata sebesar 6,250% untuk kelas kontrol dan

terampilan proses sains mahasiswa 6,604% untuk kelas eksperimen.

Uji Statistik

(Chi Square)

(Uji Bartlet) Uji-t

B. Keterampilan proses sains mahasiswa

γ 2 . Hitung

γ 2 . Tabel X 2 . Hitung X 2 . Tabel t. Hitung t. Tabel

1. Hasil post-test keterampilan proses sains

Hasil analisis data post-test keterampilan

Terima H a proses sains pada mahasiswa kelas kontrol dan

Distribusi normal

(pada α = 0,05; (pada α = 0,05;

mahasiswa kelas eksperimen disajikan pada Tabel

dk = 2)

dk = 1) dk = 36)

12. Dari Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai rata- Tabel 12 Deskripsi keterampilan proses sains rata post-test keterampilan proses sains mahasiswa mahasiswa kelas kontrol dan mahasiswa kelas eksperimen berbeda nyata (signifikan) yang kelas eksperimen hasil post-test berarti rata-rata nilai eksperimen lebih tinggi dari

Keterampilan

post - test

mahasiswa kelas kontrol. Dengan kata lain

Proses Sains

kelas kontrol

kelas eksperimen

14 14 keterampilan proses sains mahasiswa yang

Skor Ideal

Skor Maksimum

14 14 mendapat pembelajaran dengan model kegiatan

Skor Minimum

7 7 laboratorium berbasis SAVI lebih baik jika

Skor Rerata

dibandingkan dengan keterampilan proses sains

% Skor Rerata

mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan konvensional.

Simpangan Baku

Pada Tabel 12 memperlihatkan bahwa Peningkatan keterampilan proses sains yang persentase skor rata-rata post-test mahasiswa kelas dimaksud pada penelitian ini terdiri dari beberapa

eksperimen sebesar 75,940% dan mahasiswa kelas indikator diantaranya pengelompokkan, me- kontrol sebesar 71,429% dari skor ideal.

rencanakan percobaan atau penyelidikan, meng-

2. Uji normalitas, uji homogenitas, dan uji gunakan alat atau bahan, menerapkan konsep atau hipotesis keterampilan proses sains mahasiswa

prinsip dan keterampilan melaksanakan percobaan

a. Analisis post-test keterampilan proses sains atau eksperimen. Hasil analisis tersebut mahasiswa

menunjukan bahwa perolehan skor rata-rata Berdasarkan uji normalitas distribusi data tertinggi pada indikator keterampilan melaksana-

post-test keterampilan proses sains untuk

2 kan percobaan atau eksperimen yaitu pada kelas mahasiswa kelas eksperimen diperoleh nilai γ . hitung eksperimen sebesar 89,474% dan mahasiswa kelas = 1,901 sedangkan mahasiswa kelompok kontrol diperoleh nilai

2 . hitung = 5,467 dengan 2 kontrol 84,211%. Untuk indikator terendah γ

γ . tabel 2 = 2 terdapat

pada keterampilan merencanakan 5,991 maka γ . hitung < γ . tabel . Hal ini menunjukkan percobaan atau penyelidikan sebesar 63,158%

bahwa data hasil post-test keterampilan proses mahasiswa kelas kontrol dan sebesar 65,789% sains baik mahasiswa kelas kontrol maupun kelas mahasiswa kelas eksperimen. Berikut Gambar 2 eksperimen berdistribusi normal pada α = 0,05.

yang menunjukkan perbanding-an persentase Hasil uji homogenitas post-test keterampilan peningkatan keterampilan proses sains untuk

proses sains mahasiswa kelas eksperimen dan

2 setiap indikator antara kelas kontrol dan kelas mahasiswa kelas kontrol diperoleh X . hitung < ekperimen.

keter a

Indikator keterampilan proses sains

Kontrol

Eksperimen

KPS 01 = keterampilan mengelompokkan (klasifikasi) KPS 02 = keterampilan merencanakan percobaan atau penyelidikan KPS 03 = keterampilan menggunakan alat atau bahan KPS 04 = keterampilan menerapkan konsep atau prinsip KPS 05 = keterampilan melaksanakan percobaan atau eksperimen

Gambar 2 Diagram indikator keterampilan proses sains terhadap persentase rata-rata keterampilan proses sains

2 C. 2 Sikap ilmiah mahasiswa diperoleh nilai γ . hitung = 1,987 dengan γ . tabel yang

2 1. 2 Hasil analisis sikap ilmiah sama, maka γ . hitung < γ . tabel . Hal ini menunjukkan Hasil analisis data sikap ilmiah pada bahwa data hasil sikap ilmiah mahasiswa kelas

mahasiswa kelas eksperimen dan mahasiswa kelas kontrol berdistribusi normal pada α = 0,05. kontrol disajikan pada Tabel 14.

Hasil uji homogenitas sikap ilmiah mahasiswa Tabel 14 Deskripsi sikap ilmiah mahasiswa kelas kelas eksperimen dan mahasiswa kelas kontrol

2 kontrol dan mahasiswa kelas eksperimen 2 setelah perlakuan diperoleh X .

< X . tabel . Hal setelah perlakuan

hitung

ini berarti bahwa distribusi data kedua kelas

setelah perlakuan

tersebut adalah homogen pada α = 0,05. Kedua

Sikap Ilmiah

kelas kontrol

kelas eksperimen

kelompok tersebut berdistribusi normal dan

Skor Ideal

18 18 homogen, maka uji hipotesis dilanjutkan ke uji-t.

Skor Maksimum

10 11 Hasil uji-t menunjukkan bahwa nilai t. hit = 2,053

Skor Minimum

dan t. tab = 2,028 pada tingkat kepercayaan 95% (α

Skor Rerata 14,053

% Skor Rerata 78,070

= 0,05) sehingga nilai t. hit > t. tab. Hal ini berarti

Simpangan Baku 1,840

bahwa nilai rata-rata sikap ilmiah mahasiswa kelas eksperimen berbeda nyata (signifikan) yang berarti

2. Uji Normalitas, uji homogenitas dan uji rata-rata nilai eksperimen lebih tinggi dari hipotesis sikap ilmiah mahasiswa

mahasiswa kelas kontrol. Dengan kata lain sikap

a. Analisis sikap ilmiah mahasiswa ilmiah yang mendapat pembelajaran dengan model

Hasil uji normalitas distribusi data sikap kegiatan laboratorium berbasis SAVI lebih baik ilmiah untuk mahasiswa kelas eksperimen

2 2 dibandingkan dengan sikap ilmiah mahasiswa diperoleh nilai γ . hitung = 1,181 dan γ . tabel = 5,991

sehingga nilai γ . hitung < γ . tabel . Hal ini (non SAVI).

2 2 yang mendapat pembelajaran dengan konvensional

menunjukkan bahwa data hasil sikap ilmiah Hasil analisis sikap ilmiah mahasiswa setelah mahasiswa kelas eksperimen berdistribusi normal. perlakuan untuk kelas eksperimen dan kelas

Begitu juga untuk mahasiswa kelompok kontrol kontrol disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Rangkuman hasil uji normalitas, uji homogenitas dan uji-t sikap ilmiah 3. Peningkatan sikap ilmiah untuk setiap indikator mahasiswa

Hasil analisis yang menggambarkan indikator

Uji Statistik

sikap ilmiah baik pada mahasiswa kelas kontrol

Normalitas

Homogenitas

Kelas (Chi Square)

(Uji Bartlet)

Uji-t

maupun pada kelas eksperimen ditunjukan pada

γ 2 . Hitung

γ 2 . Tabel X 2 . Hitung X 2 . Tabel t. Hitung

t. Tabel Gambar 3 berikut.

Eksperimen 1,181 Kontrol

Distribusi normal

Homogen

Terima H a

Keterangan (pada α = 0,05;

Indikator sikap ilmiah

Kontrol

Eksperimen

SI 01 = sikap ingin tahu SI 02

= sikap respek terhadap data/fakta SI 03

= sikap penemuan dan kreativitas SI 04

= sikap berpikiran terbuka dan kerjasama SI 05

= sikap ketekunan SI 06

= sikap peka terhadap lingkungan sekitar

Gambar 3 Diagram indikator sikap ilmiah terhadap persentase rata-rata sikap ilmiah

Dalam penelitian ini peningkatan sikap ilmiah mahasiswa kelas kontrol dan sebesar 64,912% mencakup indikator: sikap ingin tahu, sikap respek mahasiswa kelas eksperimen terhadap data/fakta, sikap penemuan dan B. Keterlaksanaan model kegiatan laboratorium kreativitas, sikap berpikiran terbuka dan kerja-

berbasis SAVI

sama, sikap ketekunan serta sikap peka terhadap

model kegiatan lingkungan sekitar.

Hasil

keterlaksanaan

laboratorium berbasis SAVI dapat diketahui dari Pada Gambar 3 diatas menunjukan bahwa terlaksananya ke empat parameter dengan perolehan skor rata-rata tertinggi pada indikator indikator yang dikembangkan yaitu somatik, sikap ketekunan yaitu pada kelas eksperimen auditori, visualisasi dan intelektual. Keterlaksana- sebesar 97,368% dan mahasiswa kelas kontrol an indikator selama kegiatan pembelajaran dan 94,737%. Untuk indikator terendah terdapat pada praktikum berlangsung diamati oleh dua orang sikap penemuan dan kreativitas sebesar 61,404% observer pada setiap pertemuan di kelas laboratorium berbasis SAVI dapat diketahui dari Pada Gambar 3 diatas menunjukan bahwa terlaksananya ke empat parameter dengan perolehan skor rata-rata tertinggi pada indikator indikator yang dikembangkan yaitu somatik, sikap ketekunan yaitu pada kelas eksperimen auditori, visualisasi dan intelektual. Keterlaksana- sebesar 97,368% dan mahasiswa kelas kontrol an indikator selama kegiatan pembelajaran dan 94,737%. Untuk indikator terendah terdapat pada praktikum berlangsung diamati oleh dua orang sikap penemuan dan kreativitas sebesar 61,404% observer pada setiap pertemuan di kelas

keterlaksanaan model kegiatan laboratorium Pengamatan yang dilakukan oleh observer berbasis SAVI pada mahasiswa kelas eksperimen dituliskan dalam format observasi yang telah ditunjukan pada Gambar 4. tersedia, yaitu format observasi keterlaksanaan

sanaa 70 lak 60

Indikator variabel bebas (independent) penelitian

Gambar 4 Diagram indikator variabel bebas (independent) terhadap persentase rata-rata observasi keterlaksanaan model

C. Tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan kesulitan serta termotivasi untuk melakukan model kegiatan laboratorium berbasis SAVI.

praktikum; 2) apakah model kegiatan laboratorium Lembar angket respon mahasiswa memuat berbasis SAVI sudah sangat efektif pelaksanaan- aspek-aspek

tanggapan nya yang membuat pemahaman konsep dapat mahasiswa pada pelaksanaan pembelajaran yang meningkat sehingga model tersebut dapat berlangsung. Lembar angket diberikan untuk diterapkan di Laboratorium; 3) apakah mahasiswa mengetahui respon mahasiswa terhadap penerapan berpendapat bahwa dengan model kegiatan model kegiatan laboratorium berbasis SAVI dan laboratorium berbasis SAVI semua item-item data-data respon tersebut dianalisis untuk keterampilan proses sains mereka dapat menentukan tingkat dan persentase respon maha- meningkat; dan 4) apakah model kegiatan siswa terhadap penerapan model pembelajaran laboratorium berbasis SAVI memberikan peluang tersebut.

yang

menunjukan