MODEL DAN PEMBELAJARAN INKUIRI ILMIAH

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ILMIAH
MAKALAH
Benny Jonathan Sinurat, Donny Maulana Yusuf, Etin Supriyatin, Nadaih Rismiati,
Widhianti Putri Hutami
Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan
Widhiph@student.upi.edu
Dr. H. Toto Ruhimat, M.Pd., Ence Surahman S.Pd, M.Pd
A. Pendahuluan
Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan
sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya
merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki
keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran,
pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara
terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan
yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh
keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan
inkuiri dikembangkan.
Model pembelajaran sangat berperan dalam memandu proses belajar secara
efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki
landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian, memiliki
sintaksis pembelajaran yang sederhana, mudah dilakukan, dan dapat mencapai tujuan

belajar yang diharapkan.Model pembelajaran inkuiri ilmiah (Scientific Inquiry Learning
Model) merupakan salah satu model yang memenuhi karakteristik dasar suatu model
dan kondusif bagi pengimplementasian pendekatan kontruktivisme.
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia
menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi
siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait
dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari
pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk
membangun kemampuan itu.
Model inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Richad Suchman pada tahun
1962 yang memandang hakikat belajar sebagai latihan berpikir melalui pertanyaanpertanyaan. Dalam Edi Hendri M., Suchman mengemukakan inti gagasan model inkuiri
adalah (1) siswa akan bertanya (inquire) bila mereka dihadapkan pada masalah yang
membingungkan, kurang jelas atau kejadian aneh (discrepant event); (2) siswa memiliki
kemampuan untuk menganalisis strategi berpikir mereka; (3) strategi berpikir dapat
diajarkan dan ditambahkan kepada siswa, dan (4) inkuiri dapat lebih bermakna dan
efektif apabila dilakukan dalam konteks kelompok.

B. Pembahasan
1. Landasasan Filosofis

Model pembelajaran inquiri ilmiah (Scientifiec inquiry) dilandasi oleh
filosofi kontrustivistik. Konstruktivistik memiliki arti yaitu menghasilkan informasi
dan membuat makna atas informasi tersebut berdasarkan pengalaman pribadi atau
sosial (wikipedia). Model pembelajaran inquiri ilmiah dalam pelaksanaanya berbasis
pada proses pemberian pengalaman yang berupa mengaitkan makna, bertanya,
melakukan eksperimen dan memberi makna sehingga peserta didik dapat merasakan
bagaimana pengetahuan itu dibuat dan dibangun. Kegiatan pemberian pengalaman
tersebut merupakan prinsip dari kontsrutivisme.
2. Landasan Teori Belajar
Model pembelajaran inkuiri ilmiah merupakan model pembelajaran pada
rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi. Rumpun model pembelajaran
pemrosesan informasi merupakan rumpun model pembelajaran yang meurujuk pada
cara mengumpulkan atau menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasikan
data, memcahkan masalah, meneumkan konsep dan menggunakan simbol verbal
dan visual. (Rusman, 2011). Menurut Rusman (2011), teori belajar yang
mendasarinya merupakan teori belajar Gagne yang mengasumsikan bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang penting dalam perkembangan. Pembelajaran
yang dimaksud oleh Rusman merupakan proses penerimaan informasi yang diolah
sehingga menjadi sebuah pengetahuan yang dianggap sebagai hasil belajar.
Model ini diawali oleh pendekatan biological Science curriculum study

(BSCS) yang digunakan oleh ahli biologi saat melakukan penelitian. Siddiqui
(2013), mengatakan bahwa BSCS oleh para ahli biologi digunakan untuk mencoba
mengidentifikasi berbagai masalah dan mengaplikasikan metode tertentu untuk
memcahkan masalah. Tokoh dari model pembeljaran inkuiri ilmiah adalah
Joseph.jscwab.
Scientifiec inquiry berasal dari bahasa Inggris, inquiry adalah menemukan
dan Scientific adalah ilmiah, jadi scientitifc inquiry adalah proses menemukan
sesuatu melalui tahapan ilmiah. Scientific Inquiry (Inkuiri Ilmiah) adalah model
pembelajaran yang membawa peserta didik ke proses ilmiah dengan mengumpulkan
dan menganalisis data, mengecek hipotesis dan teori, serta mencerminkan hakikat
pembentukan pengetahuan. Model ini umumnya diperuntukkan sebagai model
pembelajaran untuk sains dan ilmu pasti yang bisa melakukan penelitian, namun
model ini juga bisa diterapkan pada bidang sosial, khususnya untuk meningkatkan
pemahaman permasalahan sosial dan pemecahan masalah sosial. (Duraisy, 2015).
Inquiry sendiri mengandung proses berpikir yang tinggi ( High order thingking),
seperti merumus masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Sehingga model ini
menekankan pada proses bagaimana peserta didik memproses informasi dan
mendapat pemahaman bukan menkanakan peserta didik untuk mengetahui atau
menghapal informasi.


3. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran
Dalam pelaksanaan metode inkuiri dalam pembelajaran di kelas, ada
beberapa prinsip-prinsip yang perlu menjadi fokus perhatian bagi seorang guru.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, pembelajaran yang
menggunakan metode inkuiri diharapkan dapat berjalan secara maksimal sesuai
dengan apa yang telah direncanakan. Menurut Sanjaya (2011:199) ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru dalam penggunaan metode
inkuiri, yaitu:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir. Dengan demikian, metode ini selain berorientasi kepada hasil belajar
juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari
proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri bukan ditentukan oleh
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana
siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
b. Prinsip interaksi
Pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun
interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru sebagai

pengatur lingkungan yang mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c. Prinsip bertanya
Kemampuan guru dalam bertanya pada pembelajaran yang menggunakan
metode inkuiri sangat diperlukan. Sebab dengan memberikan pertanyaan kepada
siswa akan melatih kemampuan berpikirnya. Oleh sebab itu, kemampuan guru
untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan, baik bertanya
untuk melacak maupun bertanya untuk menguji kemampuan.
d. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar
adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan
potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otak reptil, otak
limbik maupun otak neokortek.
e. Prinsip keterbukaan
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
Dalam metode inkiri, tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesisnya dan secara terbuka
membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka seorang guru perlu memperhatikan

prinsip-prinsip tersebut sehingga pembelajaran yang telah dirancang untuk
diterapkan dalam pembelajaran di kelas dapat berjalan secara optimal. Maka dari
itu guru harus melakukan hal hal perlu menstimulasi dalam proses belajar
melalui inquiry : 1) Otonomi siswa. 2) Kebebasan dan dukungan pada siswa. 3)
Sikap keterbukaan. 4) Percaya kepada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri.
5) Self-consept. 6) Pengalaman inquiry, terlibat dalam masalah-masalah.
(Roestiyah, 2008)

Sistem pendukung yang dibutuhkan dalam model ini menurut Siddiqui
(2013) adalah seorang istruktur yang fleksibel dan terampil dalam proses
penelitian yang dapat menyediakan bidang-bidang penelitian yang orisinil,
masalah-masalah yang menggiringnya, dan sumber-sumber data yang
dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian. Selain itu juga dibutuhkan
perangkat-perangkat yang memadai untuk membantu kelancaran beberapa
penerapan tugas tersebut. Dan pendudukung yang paling penting adalah
motivasi siswa serta lingkungan belajar siswa.
Seperti yang sudah disebutkan diatas, meskipun model pembelajaran
inkuiri ilmiah berfokus pada mata pelajaran yang berbau sains atau ilmu pasti
tetapi model ini dapat diterapkan pada mata pelajaran laiinnya. Model ini dapat
diterapkan secara ludah tergantung pada kemampuan guru dalam memilih materi

yang berorientasi pada penelitian. Jadi, dapat dikatakan bahwa mode
pembelajaran inkuiri hanya dapat digunakan pada materi yang memungkinkan
untuk dilakukannya penelitian.
Dikutip dari Roestiyah (2008), guru menggunakan teknik ini sewaktu
mengajar memiliki tujuan demikian: 1) Agar siswa terangsang oleh tugas, dan
aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. 2) Mencari sumber
sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. 3) Siswa diharapkan
mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan dari hasil
pemecahan masalah.Siswa diharapkan juga dapat berdebat, menyanggah dan
mempertahankan pendapatnya. Selain itu, Duraisy (2015) mengemukakan
dampak instruksional dan pengiring dari model inkuiri ilmiah. Dampak yang
didapat dari menerapkan model pembelajaran inkuiri ilmiah secara instruksional
adalah didapatnya pengetahuan ilmiah dan kemampuan melakukan proses
penelitian. Dan dampak pengiringnya adalah siswa memiliki komitmen terhdapa
penelitian ilmiah, siswa memiliki pemikiran terbuka, kemampuan
menyeimbangkan alternatif-alternatif, serta siswa memiliki jiwa dan skill untuk
kerja kooperatif.
4. Implementasi di Dalam Kelas
Model pembelajaran inkuiri ilmiah dapat diaplikasikan untuk : 1)
berurusan dengan bidang dengan tingkat emosi yang tinggi, 2) membuat

penemuan akademik, 3) membantu semua tingkat dalam kas, 4) menyiapkan
teknik penelitian, 5) mengambangkan kemajuan problem solving, 6)
meningkatkan tingkat penalaran, 7) meningkatkan tingkat berpikir kritis, 8)
mengembangkan tingkat pemahaman, 9) mengaplikasikan penemuan dalam
kegiatan sehari-hari, 10) meningkatkan tingkat interaksi. (Siddiqui, 2013).
Dalam proses belajar siswa memerlukan waktu untuk menggunakan daya
otaknya untuk berpikir dan memperoleh pengertian tentang konsep, prinsip dan
teknik menyelidiki masalah.Roestiyah (2008) mengatakan bahwa untuk
meningkatkan teknik inquiry dapat ditimbulkan dengan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut : 1) Membimbing kegiatan laboratorium. 2) Modifikasi inquiry.
3) Kebebasan inquiry. 4) Inquiry pendekatan peranan. 5) Mengundang ke dalam
inquiry. 6) Teka-teki bergambar. 7) Synecticslesson. 8) Kejelasan nilai-nilai.

Contoh aplikasi di kelas :
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang penulis lakukan di SD
Negeri 2 Bayah Barat tentang pembelajaran IPA dengan konsep gaya magnet
penulis menyusun rancangan RPP yang akan digunakan oleh penulis dalam
melakukan kegiatan pembelajaran. Berikut ini rancangan RPP yang penulis
gunakan sebagai berikut:
Tahap pendahuluan

Pada tahapan ini penulis melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Mengkondisikan siswa pada situasi belajar yang lebih baik, kegiatannnya berupa:
a) Siswa berbaris sebelum masuk kelas
b) Siswa berdo’a sebelum belajar dimulai
c) Penulis mengabsen tentang kehadiran siswa
2. Menjelaskan tujuan-tujuan pembelajaran yang akan dicapai, misalnya setelah
pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat menyebutkan benda-benda yang
dapat ditarik magnet dan benda yang tidak dapat ditarik magnet, siswa dapat
menyebutkan bagian magnet yang memiliki gaya kemagnetannya paling besar.
3. Melakukan apersepsi atau motivasi:
Pada tahapan ini penulis melakukan tahapan orientasi atau lebih umum dikenal
dengan sebutan apersepsi atau motivasi. Kegiatan yang dilakukan penulis
dengan cara menunjukkan dua kotak dengan bungkus yang sama akan tetapi
isinya berbeda. Kotak yang satu isinya kosong dan kotak yang satunya lagi
berisi magnet. Selanjutnya guru menunjukkan dua kotak itu dan menempelkan
klip kertas pada dua kotak itu secara bergantian. Selanjutnya guru menugaskan
siswa untuk mengamati salah satu kotak yang dapat menempelkan klip kertas
tersebut. Siswa ditugaskan untuk menebaknya tentang isi kotak yang bisa
menempelkan klip kertas tersebut. Selanjutnya guru membuka kotak itu dan
menunjukkan ke siswa bahwa klip kertas bisa menempel karena di dalam kotak

ada magnet.
a.

Pada kegiatan ini diharapkan siswa dapat lebih siap untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Kegiatan Inti pembelajaran
1. Tahap eksplorasi
Pada tahap ini penulis memberikan pertanyaan-pertanyaan sederhana,
misalnya: siapa yang pernah bermain-main dengan magnet? Apa yang kamu
lakukan dengan magnet?
Sehingga diharapkan siswa memunculkan permasalahan dari konsep magnet
tersebut. Adapun permasalahan yang akan dibahas pada pelajaran ini yaitu:
a) Benda-benda apa saja yang dapat ditarik oleh magnet?
b) Pada bagian mana pada magnet yang memiliki gaya kemagnetannya paling
besar?
Selanjutnya siswa ditugaskan untuk menjawab permasalahan yang
dimunculkan sehingga diperoleh hipotesis sederhana sebagai berikut: “Bahwa
semua benda yang berbahan besi, nikel meruapan benda yang dapat ditarik
magnet. Dan kekuatan magnet yang paling besar terdapat di ujung magnet”.
2. Tahap elaborasi


Pada tahap ini penulis lakukan sebagai berikut:
a) Membagikan lembar kerja siswa (LKS) serta memberikan bahan-bahan yang
akan digunakan siswa untuk melakukan percobaan. Penulis memberikan
petunjuk yang sederhana agar pelaksanaan perobaan dapat berjalan lancar.
b) Siswa secara berkelompok melakukan percobaan dan menuangkan hasilnya
pada LKS yang telah disediakan.
c) Masing-masing kelompok melakukan presentasi.
d) Penulis bersama-sama siswa menyimpulkan hasil percobaan yang telah
dilakukan siswa.
e) Penulis bertanya kembali tentang permasalahan yang muncul saat
pembelajaran dimulai. Apakah kesimpulan yang diperoleh bisa menjawab
permasalahan yang dimunculkan. Pada tahapan ini dikenal dengan istilah
pengujian hipotesis berdasarkan data yang diperoleh siswa saat melakukan
percobaan.
f)
Siswa memajangkan hasil percobaan di papan pajangan.
3. Tahap konfirmasi
a) Guru memberikan kesempatan yang seluas-lusanya kepada siswa untuk
bertanya, menyampaikan pendapatnya atau pengalaman-pengalaman siswa
selama menggunakan magnet.
b) Penulis menjelaskan bahwa semua benda yang berbahan besi, nikel dan kobal
dapat ditarik magnet.
Kegiatan akhir
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penulis memberikan penilaian dengan alat tes berupa tes uraian singkat
2. Memberikan umpan balik dengan cara tugas sederhana
3. Ucapan terima kasih dan salam
c.

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2011:201) mengemukakan Secara umum bahwa
proses pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak siswa
untuk berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan metode inkuiri sangat
tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas
menggunakan
kemampuannya dalam memecahkan masalah.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persolan yang mengandung teka teki. Persolan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir dalam mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam metode inkuiri, siswa
akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir. Mengutip dari pendapat
Sanjaya (2011:202) yang mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya:

1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Dengan demikian,
guru hendaknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya
memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan
masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan
kepada siswa.
2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung jawaban yang
pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah
yang menurut guru jawanbannya sudah ada, tinggal siswa mencari dan
mendapatkan jawabannya secara pasti.
3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji
melalui proses inkuiri, terlebih dahulu guru perlu yakin terlebih dahulu
bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada
dalam rumusan masalah.
c. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Dalam
langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan. Salah satu cara
yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
memberikan hipotesis adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk dapat mengajukan jawaban sementara. Selain itu,
kemampuan berpikir yang ada pada diri siswa akan sangat dipengaruhi oleh
kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan
demikian, setiap siswa yang kurang mempunyai wawasan akan sulit
mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi
percobaan atau eksperimen. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari
informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan
siswa atas jawaban yang diberikan siswa. Disamping itu, menguji hipotesis juga
berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan hal yang utama dalam pembelajaran. Biasanya yang terjadi dalam
pembelajaran, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan
yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh
karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Sepanjang proses ini, siswa terus mengkomunikasikan ide-ide,
pendekatan, proses, data, dan hasil, termasuk kesulitan. Mereka berbagi nasib
baik dalam keberhasilan dan kegagalan. Mereka berkerja sebagai anggota baik
kelompok kecil dan kelompok besar seperti
masyarakat sosial untuk
mengembangkan, mengkonfirmasi, dan menerapkan temuan yang diperoleh
pada setiap tingkat penyelidikan.
Dalam model pemebalajaran inkuiri ilmiah sistem sosialnya harus
kondusif dan tepat. Sistem sosial dalam model pemebelajaran ini antara lain : 1)
Iklim Kooperatif sangat dianjurkan. Siswa benar-benar dimasukkan ke dalam
komunitas peneliti yang menggunakan teknik pengetahuan terbaik. Iklim
tersebut mencakup tingkat keberanian tertentu sebagai bentuk kerendahhatian. 2)
Siswa perlu menghipotesis secara cermat, menantang bukti, mengkritisi
rancangan penelitian, dan sebagainya. 3) Siswa mengakui sifat pengetahuan
secara tentatif dan selalu berkembang dengan baik sebagai disiplin. 4) Siswa
tetap berpegang berpegang teguh pada pendekatan ilmiah dan mengembangkan
kerendahhatian. (Duraisy, 2015).
6. Kelebihan dan Kekurangan
Menurut Reostiyah (2008), adapun keunggulan teknik inquiry adalah
sebagai berikut :
1. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap objektif, jujur dan terbuka.
4. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya
sendiri.
5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu
8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
Menurut Duraisy (2015), kegiatan pembelajaran melalui model inkuiri
ilmiah memiliki dampak positif bahwa pencarian (inquiri) mengandung makna
sebagai berikut:
1. Dapat membangkitkan potensi intelektual peserta didik.
2. Peserta didik yang semula memperoleh extrinsicreward dalam keberhasilan
belajar, dalam pendekatan inkuiri ini dapat memperoleh intinsicreward.
3. Peserta didik dapat mempelajari heuristik (mengolah pesan atau informasi) dari
penemuan.
4. Dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada diri
peserta didik.
Duraisy (2015) juga menyebutkan kelemahan dari model inkuiri ilmiah
yaitu: 1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik. 2) Sulit dalam
merencanakan pembelajaran karena biasanya terbentur pada kebiasaan peserta didik

dalam belajar. 3) Kadang-kadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang
panjang. 4) Ketentuan keberhasilan proses belajar ditentukan oleh kemampuan
peserta didik dalam menguasai materi pelajaran, maka dari itulah model
pembelajaran ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Selain itu, dalam
menerapkan model ini juga akan ditemukan hambatan berupa tidak semua materi
dapat diterapkan model ini melainkan materi yang berorientasi pada penelitian dan
dilapangan nyatanya kemampuan siswa tidak merata sehingga guru harus mampu
membagi kelompok dengan rata dan membimbing secara maksimal.
C. Penutup
Model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan
siswa pada situasi untuk melakukan percobaan atau eksperimen sendiri sehingga dapat
berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang
dipermasalahkan. Tujuan utama kegiatan pembelajaran inquiry adalah keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, terarahnya kegiatan pembelajaran secara
maksimal, mengembangkan rasa percaya diri siswa tentang apa yang di temukannya.
Namun dalam pelaksanaanya, pembelajaran inquiry memiliki kelemanan seperti
kesulitan mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa dalam belajar,
memerlukan waktu yang panjang dalam penerapannya, dan sulitnya dalam
implementasi yang dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada
siswa.
Daftar Pustaka
Duraisy, B. R. (2015). Model Pembelajaran Scientific Inquiry (Penemuan Ilmiah).
[Online].
Diakses
dari
https://www.academia.edu/13181723/MODEL_PEMBELAJARAN_SCIENTIFI
C_INQUIRY_PENEMUAN_ILMIAH_
Roestiyah, K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Rusman. (2011). Pendekatan dan Model Pembelajaran. [Online]. Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19620906198601
1-AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Model_Pengembangan_Pembelajaran.pdf
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Siddiqui, M. H. (2013). Biological Science Inquiry Model: A Process of Study.
PARIPEX - Indian Journal Of Research 2 (4), hlm. 75-77.
Wenning, C. J. (2010). The Levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal:
Physic Teacher Education Online 6 (2), hlm. 9-16.