TUGAS KARYA DAN ILMIAH BAHASA.docx

Karya Ilmiah
“PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA”

Oleh :
Nama

: Muh. Yusrianto

Nim

: 105611113216

Kelas

: 1-04/D

Jurusan

: Administrasi Negara

Fakultas


: Ilmu Sosial dan Politik

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

“PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA”

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini yang berjudul “Penggunaan
Bahasa Indonesia Di Kalangan Remaja” dengan lancar. Shalawat dan salam kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita ke alam yang terang benderang seperti
sekarang ini sehingga kita bisa merasakan nikmat iman dan islam.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang mempunyai andil
dalam proses pembuatan Karya Ilmiah ini atas bantuan dan partisipasinya. Ucapan terima kasih
disampaikan antara lain kepada:
1.
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Dr.H.Abd.Rahman Rahim,SE.M.M
2.


Dekan Fakultas Administrasi Negara DR. Muhlis Madani.

3.

Ketua prodi.Dr.Burhanuddin,Sos,M.SI

4.

Muh Arief Muhsin S.PD,M.PD selaku dosen mata kuliah bahasa Inggris.

5.
6.
7.
8.

Drs. Ruskin Asikin,M.Si. selaku pembimbing akademik.
Para dosen dan stap tata usaha yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Orang tua tercinta.
Sahabat-sahabat tersayang, atas semua masukan dan dukungan yang sangat membantu.


Walaupun penyusunan karya ilmiah ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya, namun
tentu tak luput dari kekurangan, baik dalam penyusunan maupun isi karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari para pembaca demi
kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga peyusunan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat umum.

Makassar, 03 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1Tujuan penelitian secara umum

1.3.2Tujuan penelitian secara khusus
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1Manfaat penelitian secara teoritis
1.4.2Manfaat penelitian secara praktis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Bahasa dan Peranannya
2.2 Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
2.2.1Bahasa Nasional
2.2.2Bahasa Negara
2.3Remaja
3.1Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
3.1.1Bahasa Indonesia baku
3.2 Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan Remaja
3.3Faktor Penyebab Remaja Cenderung Meninggalkan Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik
Dan Benar
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan kebutuhan vital manusia dalam berkomunikasi dengan manusia
atau sekelompok manusia lainnya. Sifat dasar manusia yang selalu saling membutuhkan satu
dengan lainnya menjadikan bahasa menjadi kebutuhan mutlak dalam berinteraksi.
Kemampuan manusia menciptakan bahasa untuk berkomunikasi mendukung
keberadaanya sebagai makhluk sosial semakin menonjolkan perbedaan manusia dengan
makhluk Tuhan lainnya. Meskipun tidak hanya bahasa yang menjadi alat komunikasi, tidak
dapat dipungkiri bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang sederhana dan sangat mudah
dipahami dalam kehidupan bermasyarakat.
Bahasa merupakan asset yang paling berharga dimiliki oleh suatu kelompok,seperti
bangsa Indonesia yang memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Indonesia terdiri
dari banyak suku dan kelompok yang memiliki bahasa dan budaya berbeda-beda, dengan
adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah mencerminkan persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk.
Akan tetapi banyak yang tidak mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar,
khususnya remaja zaman sekarang. Dengan semakin berkembangnya bahasa gaul dan

berbagai modifikasi dari bahasa asing, bahasa Indonesia yang sesungguhnya mulai luntur dan
dilupakan.
Perkembangan bahasa-bahasa gaul dewasa ini sangat mengkhawatirkan. Banyak
generasi muda yang tidak mengetahui penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Contoh yang paling jelas terlihat dalam dunia kampus, mahasiswa acuh tak acuh terhadap
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, bahkan dalam penyusunan skripsi tak
banyak mahasiswa yang masih saja menggunakan penggunaan bahasa Indonesia yang salah
dan tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Remaja-remaja di zaman modern ini juga banyak yang tidak mengimbangi
kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar dengan berbahasa asing. Terlihat dari
lebih banyak remaja mengembangkan kemampuan berbahasa asing daripada kemampuan
berbahasa Indonesia yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Sehingga, dalam
berbahasa remaja sulit membedakan dimana mereka harus berbicara formal atau tidak.
Mereka juga kesulitan menulis suatu karya dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar
yang sesuai dengan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Oleh
karena itu, penulis mengangkat permasalahan tersebut ke dalam karya tulis ini, dengan
harapan agar remaja saat ini mengerti penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
serta mengembangkan kemampuan berbahasa mereka sesuai dengan Pedoman Umum Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan.


1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?
2. Bagaimanakah penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini?
3. Faktor apa sajakah yang menyebabkan remaja cenderung meninggalkan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar?
4. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan dengan ditinggalkannya penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian secara umum
1. Mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini.
3. Mengetahui faktor yang menyebabkan remaja cenderung meninggalkan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Mengetahui akibat yang ditimbulkan karena ditinggalkannya penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

1.3.2 Tujuan penelitian secara khusus
Tujuan khusus penulis menyusun karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas

bahasa inggris di Universitas Muhammadiyah Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat penelitian secara teoritis
Manfaat secara teoritis adalah untuk memberi pengetahuan tentang bahasa Indonesia
yang baik dan benar sehingga masyarakat dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari khususnya remaja, sehingga bahasa Indonesia yang baik dan benar tetap terjaga.

1.4.2 Manfaat penelitian secara praktis
1. Bagi dunia pendidikan bahasa, dapat menambah pengetahuan
siswa/mahasiswa, tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam memilih bahasa
yang benar dalam pergaulan sehari-hari. Sehingga masyarakat khususnya
remaja dapat membedakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dengan bahasa yang kurang tepat.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bahasa dan Peranannya
Bahasa adalah suatu media yang digunakan untuk menyampaikan dan memahami

gagasan, pikiran, dan pendapat. Bahasa juga media komunikasi utama di dalam kehidupan
manusia untuk berinteraksi (Surahman, 1994: 11).
Melalui bahasa, kehidupan berinteraksi suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan
dikembangkan serta dapat diturunkan pada generasi mendatang. Dengan adanya bahasa
sebagai alat komunikasi, maka semua yang ada di sekitar manusia, dapat disesuaikan dan
diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi (Craff, 1987: 1).
Secara garis besar, bahasa dapat dilihat dari tiga sudut pandang, antara lain: sudut
pandang bentuk dan sudut pandang makna (Martinet, 1987). Bentuk bahasa berhubungan
dengan keadaannya dalam mendukung perannya sebagai sarana komunikasi untuk berbagai
kepentingan komunikasi pemakai bahasa, dan hubungannya dengan aspek nilai dan aspek
makna adalah perannya yang terkandung dalam bentuk bahasa yang fungsinya sebagai alat
komunikasi ketiga unsur tersebut secara keseluruhan dimiliki oleh semua bahasa di dunia.
2.2 Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
Sebagaimana kita ketahui bahwa sesuai dengan ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928, bahasa Indonesia diangkat sebagai bahasa nasional, dan sesuai dengan bunyi UUD 45,
BabXV, Pasal 36 Indonesia juga dinyatakan sebagai bahasa negara. Hal ini berarti bahwa
bahasa Indonesia mempunyai kedudukan baik sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa ialah status relatif bahasa sebagai sistem lambang
nilai budaya,yang dirumuskan atas dasar nilai sosialnya Sedang fungsi bahasa adalah nilai
pemakaian bahasa tersebut di dalam kedudukan yang diberikan.


2.2.1 Bahasa Nasional
Sehubungan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki
empat fungsi. Keempat fungsi tersebut ialah sebagai:
1. lambang identitas nasional,
2. lambang kebanggaan nasional,
3. alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial
budaya dan bahasa yang berbeda-beda, dan
4. alat perhubungan antarbudaya dan daerah.

2.2.2 Bahasa Negara
Berkaitan dengan statusnya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1. bahasa resmi negara,
2. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
3. bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan
4. bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan serta teknologi.

2.3 Remaja

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak
dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah
masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan
antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Menurut Hurlock tahun 1992 pada artikel tentang remaja di Wikipedia.com menyatakan
remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik.
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk
golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh
status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari tahun
2004 dalam artikel tentang remaja di Wikipedia.com masa remaja adalah peralihan dari masa
anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk
memasuki masa dewasa.

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan
13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat tahun 1990
dalam artikel tentang remaja di Wikipedia.com, remaja adalah masa peralihan di antara masa
kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya, sehingga sangat rentan untuk
dipengaruhi. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan juga orang dewasa yang telah matang. Hal yang sama diungkapkan
oleh Santrock tahun 2003dalam artikel tentang remaja di Wikipedia.com, bahwa remaja
(adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 1). 12 – 15 tahun; 2).
Masa remaja awal, 15 – 18 tahun; 3). Masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun; 4). Masa
remaja akhir.
Berdasarkan definisi beberapa ahli tersebut dapat dikatakan remaja adalah suatu proses
peralihan seorang manusia dari anak-anak menuju kedewasaan dengan usia 12 tahun sampai
22 tahun.
Orang yang dalam proses mencari identitas adalah orang yang ingin menentukan siapa
dan bagaimana dia pada saat sekarang ini dan siapa atau apakah yang dia inginkan pada masa
mendatang (Kiko, 2001).
Pemuda sebagai Embrio Regenerasi suatu bangsa memiliki masa adelonsia dimana
pemuda untuk pertama kali secara diminitif harus menentukan siapakah dan apakah dia
ketika itu dan ingin menjadi siapa dan apa dia di masa depan, (Masa adelonsia yang sangat
kental terhadap "Krisis Identitas").
Identitas memiliki identifikasi sebagai suatu kesadaran yang dipertajam dan sebagai suatu
kesatuan unik yang menjaga kesinambungan arti penjelasan dimasa lampau bagi dirinya
sendiri dengan orang lain. Menurut De Levita dalam artikel Study Analisis Di Balik
Perkembangan Psikologi Remaja, aaspek-aspek identifikasi identitas adalah :
1. Identitas sebagai intisari seluruh kepribadian yang tetap tinggal sama walaupun berubah
ketika menjadi tua serta dalam dunia sekitar.
2. Identitas sebagai keserasian peran sosial yang pada prinsipnya dapat berubah dan
berubah-ubah.
3. Identitas sebagai "bagai hidupku sendiri" yang berkembang dalam tahap-tahap terdahulu
dan menentukan bagaimana peran sosial itu dapat terwujud.
4. Identitas sebagai suatu yang khas pada tahap adelonsasi yang dapat berubah dan
dipahami setelah setiap adelonsasi.
5. Identitas sebagai pengalaman subjektif.
6. Identitas sebagai kesinambungan diri sendiri dengan orang lain.

Proses terjadinya identitas dapat diungkapkan juga secara abstrak. Identitas adalah suatu
proses restrukturisasi segala identifikasi dan pengalaman terdahulu, seluruh identitas
fragmeter baik dan buruk, atau positif negatif diolah dalam perspektif suatu masa depan yang
diartisipasi, manusia merupakan identitasnya, apabila dapat menggabungkan pengalamanpengalaman tersebut menjadi kehidupan baru yang positif.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
Sering kita dengar ungkapan “gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar.”
Terhadap ungkapan itu timbul banyak reaksi. Pertama, orang mengira bahwa kata baik dan
benar dalam ungkapan itu mengandung arti atau makna yang sama atau identik. Sebenarnya
tidak! Justru ungkapan itu memberikan kesempatan dan hak kepada pemakai bahasa untuk
menggunakan bahasa secara bebas sesuai dengan keinginannya dan kemampuannya dalam
berbahasa.mari kita tinjau arti kedua kata itu.
Berbahasa yang baik ialah berbahasa sesuai dengan “lingkungan” bahasa itu digunakan.
Dalam hal ini beberapa faktor menjadi penentu. Pertama, orang yang berbicara; kedua orang
yang diajak berbicara; ketiga, situasi pembicaraan apakah situasi itu formal atau nonforml;
keempat, masalah atau topik pembicaraan.
Sedangkan bahasa yang benar ialah bahasa yang sesuai dengan kaidahnya, aturannya,
bentuk, strukturnya. Kalau berbahasa Indonesia baku harus seperti bahasa yang kaidahya
tertulis dalam buku-buku tata bahasa. Sebaliknya, jika menggunakan salah satu dialek. Dialek
Jakarta misalnya, harus betul-betul bahasa Jakarta seperti yang digunakan oleh penduduk asli
Jakarta. Itulah yang dimaksud dengan kata benar.

3.1.1 Bahasa Indonesia baku
Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan orang-orang terdidik
dan yang dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yang dianggap benar. Ragam
bahasa Indonesia yang baku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan
ciri kecendekiaan.Yang dimaksud dengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa
tersebut selalu mengikuti kaidah atau aturan yang tetap dan mantap namun terbuka untuk
menerima perubahan yang bersistem.

Ciri kecendekiaan bahasa baku dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengungkapkan
proses pemikiran yang rumit di berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengetahuan. Bahasa
Indonesia baku dipakai dalam:
1. komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan pengumuman instansi
resmi atau undang-undang;
2. tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-buku
ilmu pengetahuan
3. pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato; dan
4. pembicaraan dengan orang yang dihormati atau yang belum dikenal.
3.1.2 Bahasa Indonesia dalam Konteks Ilmiah
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain, bersumber
pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam
Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai
kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia.
Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar
1945.
Dalam tulisan ilmiah, bahasa sering diartikan sebagai tulisan yang mengungkapkan buah
pikiran sebagai hasil dari pengamatan, tinjauan, penelitian yang seksama dalam bidang ilmu
pengetahuan tertentu, menurut metode tertentu, dengan sistematika penulisan tertentu, serta
isi, fakta, dan kebenarannya dapat dibuktikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bentukbentuk karangan ilmiah identik dengan jenis karangan ilmiah, yaitu makalah, laporan praktik
kerja, kertas kerja, skripsi, tesis, dan disertasi.
Dalam penulisan ilmiah, bahasa merupakan hal yang terpenting. Untuk itu kita harus
sebaik mungkin menggunakannya. Antara lain :
1. Dalam hal penggunaan ejaan. Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis
menulis yang distandarisasikan yang meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
2. Dalam hal penulisan kata. Baik kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, kata ganti, kata
depan, kata sandang, maupun gabungan kata.
3. Dalam penggunaan partikel lah, kah, tah, pun. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Pergilah sekarang! Sedangkan partikel pun
ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Contoh: Jika engkau pergi, aku pun akan
pergi. Kata-kata yang sudah dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun, ataupun,
bagaimanapun, kalaupun, walaupun, meskipun, sekalipun.

4. Dalam hal pemakaian Ragam Bahasa. Berdasarkan pemakaiannya, bahasa memiliki
bermacam-macam ragam sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungannya. Ragam
bahasa pada pokoknya terdiri atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan terdiri atas
ragam lisan baku dan ragam lisan tak baku. Ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan
ragam tulis tak baku.
5. Dalam penulisan Singkatan dan Akronim. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan
jabatan atau pangkat diikuti tanda titik. Contoh: Muh. Yamin, S.H. (Sarjana Hukum ).
Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Contoh: dll. hlm.
sda. Yth. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Contoh: DPR GBHN KTP PT. Akronim nama
diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital. Contoh: ABRI LAN IKIP SIM. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku
kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital. Contoh: Akabri Bappenas Iwapi Kowani.
6. Dalam penulisan Angka dan Lambang Bilangan. Penulisan kata bilangan tingkat dapat
dilakukan dengan cara berikut. Contoh: Abad XX dikenal sebagai abad teknologi.
7. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika beberapa lambang dipakai berturut-turut. Contoh: Ada sekitar lima puluh
calon mahasiswa yang tidak diterima di perguruan tinggi itu.
8. Dalam pemakaian tanda baca. Pemakaian tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:),
tanda titik koma (,), tanda hubung, (-) tanda pisah (_), tanda petik (“), tanda garis miring,
(/) dan tanda penyingkat atau aprostop (‘).
9. Dalam pemakaian imbuhan, awalan, dan akhiran.
10. Dalam penulisan ilmiah, selain harus memperhatikan faktor kebahasaan, kita pun harus
mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan.Faktor tersebut sangat
berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide.
Dalam kaitan ini, kita harus memperhatikan ketepatan kata yang mengandung gagasan
atau ide yang kita sampaikan, kemudian kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi
pendengar atau pembaca.

3.2 Penggunaan Bahasa Indonesia Di Kalangan Remaja
Dahulu Bahasa Indonesia digunakan dengan baik dan benar sesuai kaidah berbahasa yang
tepat. Namun kini, seiring dengan perkembangan teknologi dan pengaruh budaya luar,
Bahasa Indonesia rusak justru di tangan para pemudanya sendiri. Penggunaan Bahasa
Indonesia oleh remaja masa kini, terutama di kota-kota besar, sangat tidak sesuai dengan
kaidah berbahasa yang baik dan benar. Remaja mencampur-adukkan Bahasa Indonesia
dengan bahasa-bahasa daerah dan asing kemudian menyebutnya sebagai ‘bahasa gaul’. Kosa
kata baru banyak muncul untuk mengganti kata-kata dalam Bahasa Indonesia. Misalnya
‘gue’ yang berasal dari Bahasa Betawi, digunakan untuk mengganti kata ‘saya’; ‘loe’ untuk

mengganti kata ‘kamu’; ‘nyokap-bokap’ untuk mengganti kata ‘ayah-ibu’ dan muncul kosa
kata yang tidak jelas artinya seperti ‘jijay’, ’lebay’, ‘kamseupay’ dan muncul partikel-partikel
seperti ‘-sih’ dan ‘dong’.
Ironisnya, penggunaan ‘bahasa gaul’ ini tidak hanya di lingkungan pergaulan, namun
telah mendarah daging dan tak jarang digunakan remaja di sekolah, bahkan ketika tes atau
pelajaran Bahasa Indonesia sekalipun. Di sekolah, remaja spontan berbicara atau menulis
dengan ‘bahasa gaul’ dengan teman dan guru karena telah terbiasa menggunakannya dalam
percakapan sehari-hari dan menulis sms.
Didalam masyarakat saat ini telah berkembang dan banyak yang menyatakan pendapat
bahwa para remaja kita dengan bahasa prokemnya telah merusak bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Perkembangan bahasa prokem atau bahasa yang hanya dipakai para pemuda.
Remaja yang menggunakan seenaknya dan tidak dapat dipahami masyarakat umum, atau
dapat disebut juga bahasa gaul.
Mulai dari remaja di tinggakat sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas sampai
para mahasiswa atau mahasiswi. Sebagian besar dari mereka saat berkomunikasi telah jauh
dari susunan keindonesiaan yang baik dan benar, walaupun seperti yang kita ketahui mereka
semua berada dalam kalangan akademik yang masih mendapatkan pendidikan. Tetapi pada
kenyataannya bahasa Indonesia yang telah disusun rapi dengan EYD telah jauh dilupakan.
Menurut Jay Bimo remaja yang kuper atau kurang pergaulan misalnya, “si kutu buku”
dan “si anaak ibu”, tidak mengenal bahasa prokem kebanyakan dari mereka masih alami
dalam penggunaan bahsa Indonesia artinya bahasa yang digunakan masih mengandung
unsur-unsur kebahasaan yang baik dan benar. Sebaliknya dengan remaja yang dikatakan
“gaul”, mereka cenderung kental dengan bahasa prokemnya. Pada dasarnya penggunaan
bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini hampir sudah tidak ada yang menggunakannya
dengan benar. Sedikit sekali remaja yang menggunakan bahasa Indonesia dengan benar.
Selang waktu yang berjalan, pengguna bahasa Indonesia dengan benar telah di geser dengan
bahasa-bahasa yang tidak dikenal. Dikarenakan datangnya penduduk luar negeri ke dalam
negeri yang membaur bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Ini merupakan tingkatan yang
memperihatinkan. Karena seperti yang kita ketahui mereka lebih bangga dengan bahasa
asing, gaul dan prokemnya yang secara langsung atau tidak langsung merusak bahasa
Indonesia yang baik dan benar, atau untuk kalangan akademik yang seharusnya bisa
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tetapi pada kenyataanya mereka justru
kental dengan bahasa asingnya, bahasa daerahnya ban bahasa gaulnya dalam suasanya formal
sekalipun.
Itu disebabkan karena pengaruh globalisasi, media masa dan pengaruh semakin
banyaknya orang asing yang berada di Indonesia secara langsung atau tidak langsung telah
mempengaruhi bagaimana remaja berkomunikasi. Pengaruh globalisasi membawa dampak
negatif bagi remaja dalam hal kebahasaan yaitu tercermin pada perilaku masyarakat yang
mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul atau bahasa
prokem. Sedangkan dari media masa dan dari pengaruh semakin banyaknya orang asing yang

berada di Indonesia membawa dampak berkembangnya bahasa asing dikalangan remaja yang
tidak jelas penggunaanya dan sulit dipahami masyarakat.

Dari pengaruh tersebut didapatkan tiga bahasa yang digunakan remaja saat ini, yaitu yang
pertama bahasa prokem atau bahasa gaul merupakan bahasa yang digunakan dikalangan
pemuda ataupun remaja yang dalam penggunaan bahasa seenaknya sendiri sehingga
masyarakat tidak dapat memehaminya dalam proses komunikasi. Bahasa gaul merupakan
bahasa yang digunakan dikalangan remaja karena pengaruh arus globalisasi. Bahasa gaul
juga merupakan ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Jakarta pada
tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh ragam yang disebut sebagai bahasa gaul,
bahasa karena pengaruh waktu. Dan yang kedua yaitu bahasa asing, bahasa asing merupakan
bahasa yang tidak digunakan oleh orang yang tinggal di sebuah tempat yang tertentu
misalnya, bahasa Indonesia dianggap sebagai sebuah bahasa yang asing di Australia. bahasa
asing juga merupakan sebuah bahasa yang tidak digunakan di tanah air atau negara asal
seseorang. Sangat disayangkan bahwa bahasa asing terutama bahasa Inggris telah
memperkaya kosakata bahasa Indonesia dan yang tidak dapat dipungkiri lagi banyak diantara
mereka yang menuliskan kosakata asing padahal kosakata itu telah diindonesiakan. Dan yang
ketiga yaitu bahasa daerah yang merupakan warisan budaya dari daerahnya masing-masing di
wilayah Indonesia. Bahasa daerah merupakan identitas dari daerahnya masing-masing.
Indonesia kaya akan bahasa daerah, tetapi seperti yang kita ketahui penggunaannya terkadang
tidak sesuai pada waktunya. Remaja yang derada dalam suasana formal dan lingkungan
akedemik seharusnya menggunakan bahasa Indonesia dngan baik dan benar tetapi pada
kenyataannya mereka masih membawa bahsanya asalnya atau bahasa daerah.

3.3 Faktor Penyebab Remaja Cenderung Meninggalkan Penggunaan Bahasa
Indonesia Yang Baik Dan Benar

Kehidupan remaja merupakan suatu fase kehidupan untuk mencari identitas. Siapa dan
bagaimana dia pada saat sekarang ini dan siapa atau apakah yang dia inginkan pada masa
mendatang (Kiko, 2001). Remaja sekarang sebagian besar telah menentukan jalan yang harus
dia tempuh untuk meraih cita-citanya. Berbagai persiapan untuk masa depan telah
dicanangkan, baik oleh orang tua maupun persiapan dari diri-sendiri, seperti:
1. Mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi
Hal seperti itu sangat mudah kita temukan di tengah-tengah masyarakat modern.
Penguasaan terhadap teknologi dan informasi merupakan sebuah keharusan yang
dijalankan untuk mempersiapkan masa depan yang semakin berkembang dengan
teknologi-teknologi canggih. Minimnya pengetahuan tentang teknologi dan komunikasi
di zaman ini akan menjadi sebuah boomerang dalam mengejar cita-cita.
2. Mengasah kemampuan berbahasa asing

Kemampuan menguasai bahasa asing oleh para remaja akhir-akhir ini sedang giat-giatnya
dilakukan. Menguasai bahasa asing sama artinya mendapatkan pekerjaan yang
mendatangkan gemilang harta. Dengan kata lain kesuksesan ada di depan mata.
Penguasaan seorang remaja terhadap ilmu pengetahuan teknologi-informasi dan
penguasaan bahasa-bahasa asing memang sangat mendukung masa depan, namun
penguasaan terhadap budaya dan lebih-lebih terhadap bahasa sendiri sangat
memperihatinkan. Remaja, apalagi yang sudah meiliki gelar mahasiswa sangat pintar
dalam berbahasa serta dalam mengembangkannya. Akan tetapi, dalam penggunanya
kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan bahasa Indonesia yang baik dan benar
yang sesuai dengan kaidah kebahasaan. Bahkan didalam diri mereka timbul suatu
ketidakwajaran ketika berbahasa Indonesia yang baku. Padahal sangatlah wajar apabila
mahasiswa selaku penerus bangsa dapat menggunakan bahasa nasionalnya dan
menunjukan identitas sebagai Bangsa Indonesia. Ada beberapa hal yang membuat Bahasa
Indonesia baku menjadi sebuah anomali bagi remaja dan pelajarnya sendiri.
Pertama, kurangnya peran dari pendidik. Arti pendidik disini tidak hanya di sekolah saja
tetapi juga dari keluarga dan masyarakat. Di lingkungan keluarga, orang tua cenderung
tidak mempermasalahkan Bahasa Indonesia yang digunakan anak-anaknya sejak kecil.
Misalnya mereka hanya terpaku pada nilai matematika, sains atau pun bahasa Inggris.
Asalkan bisa berkomunikasi, bahasa tidak menjadi masalah. Ironisnya, kurangnya peran
pendidik berasal dari guru Bahasa Indonesianya sendiri. Memang Bahasa Indonesia telah
dipelajari sejak usia sekolah dasar, tetapi guru hanya mengajar cara berbahasa Indonesia
yang baik dan benar bukan mendidik cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia hanya sebuah pelajaran bukan pendidikan, hanya formalitas dan bukan
untuk diterapkan. Secara tertulis kita sering membaca kalimat “Wajib Berbahasa
Indonesia Sesuai EYD” tetapi secara kasat mata “Jauhkan Dari Jangkauan Anak-anak”.
Kedua, kurangnya kesadaran dari mahasiswanya sendiri. Identik dengan remaja dewasa,
mahasiswa masih mempunyai ego sehingga mereka merasa canggung berbahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam pergaulannya. Bahkan mahasiswa lebih memilih
untuk menguasai Bahasa Inggris yang dianggap lebih hebat daripada Bahasa Indonesia
dan beralasan untuk mengikuti perkembangan zaman. Alasan tersebut memang tidak bisa
dipungkiri tetapi alangkah baiknya jika menguasai Bahasa Indonesia yang baik dan benar
dulu.
Ketiga, anggapan Bahasa Indonesia baku sebagai bahasa panti jompo. Ini disebabkan
karena peran dari media baik cetak maupun elektronik sering berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa informal yang dibawakan oleh ikon-ikon artisnya sehingga orang
yang mengidolakan artis tersebut suka menirukan apa yang idola mereka lakukan.
Contohnya Laura Syndrome yang gejalanya menirukan gaya ala Cinta Laura. Jadi jika
suatu acara menggunakan bahasa formal, maka acara tersebut membosankan untuk
disimak.

3.4 Dampak Ditinggalkannya Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
Meninggalkan suatu kebiasaan yang telah menjadi tradisi akan berakibat besar dalam
kelangsungan hidup masyarakat tersebut. Begitu juga yang akan terjadi pada bahasa Indonsia
yang disempurnakan jika semakin ditinggalkan oleh masyarakatnya.
Dampak buruk yang dapat dirasakan langsung adalah menurunnya nilai kesopanan
remaja ketika berbicara dengan orang yang lebih tua. Sedangkan dampak tidak langsungnya
adalah merusak bahasa nasional itu sendiri. Mungkin, beberapa tahun kedepan masih bisa
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun bagaimana dengan lima puluh
tahun yang akan datang? Apakah Bahasa Indonesia masih bisa bertahan? Atau akan hilang
ditelan ‘bahasa gaul’?
Hal ini menjadi tugas kita sebagai remaja sekaligus pelajar yang masih peduli dengan Bahasa
Indonesia. Kita tidak dapat memungkiri bahwa ‘bahasa gaul’ telah mengikis dan merusak
Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi muda, marilah kita menjaga dan
melestarikan Bahasa Indonesia.
Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan membiasakan diri menggunakan Bahasa
Indonesia sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik mulai dari diri kita sendiri, karena hal
besar berawal dari hal kecil. Setelah itu marilah kita mengajak teman-teman dan orang-orang
di sekitar kita untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan benar. Hal yang tak kalah
penting adalah dengan tetap memberikan pelajaran Bahasa Indonesia dengan metode
pembelajaran yang menarik kepada siswa di sekolah agar siswa sadar akan pentingnya
Bahasa Indonesia dan mampu untuk turut melestarikan bahasa nasional ini. Dengan
demikian, niscaya Bahasa Indonesia akan tetap terjaga keberadaannya sampai kapanpun.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja saat ini hampir sudah tidak ada yang
menggunakannya dengan benar. Sedikit sekali remaja yang menggunakan bahasa Indonesia
dengan benar. Selang waktu yang berjalan, pengguna bahasa Indonesia dengan benar telah di
geser dengan bahasa-bahasa yang tidak di kenal. Dikarenakan datangnya penduduk luar
negeri ke dalam negeri, yang membaur bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
Bahasa yang digunakan remaja pada saat ini diantaranya adalah bahasa prokem atau
bahasa gaul, bahasa asing dan bahasa daerah. Bahasa indonesia tidak digunakan sebagaimana
mestinya dikarenakan beberapa faktor antara lain faktor dari luar dan faktor dari dalam.
Penggunaan bahasa gaul, asing maupun bahasa daerah dikalangan remaja menimbulkan
berbagai dampak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat para remaja kita agar
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah dengan tindakan yang nyata dari
diri sendiri, masyarakan dan pemerintah. Karena itu merupakan elemen penting untuk
perubahan agar remaja, masyarakat dan pemerintah indonesia memiliki rasa bangga akan
bahasanya sendiri. Bahasa Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa, sebagai identitas
bangsa Indonesia dan sebagai lambang kebanggaan nasional.

4.2 Saran
Karena remaja merupakan agen perubahan, sudah seharusnya kita sebagai remaja saat ini
menggunakan bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan situasi dan kondisi dan sesuai
dengan kaidah yang telah disempurnakan. Dimana kita sedang berkomunikasi secara lisan
maupun tulisan. Karena apa, karena bahasa Indonesia merupakan identitas kebanggaan
bangsa Indonesia dan merupaka alat pemersatu. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan bahasa Indonesia yang baik dan benar :
1. Para remaja dan anak muda harus biasa menggunakan bahasa indonesia yang baku sesuai
dengan kaidahnya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dalam forum resmi hendaknya masyarakat khususnya para remaja dan anak muda tetap
menggunakan tatanan bahasa indonesia yang baku.

3. Media-media cetak atau elektronik harus tetap menggunakana tatanan Bahasa Indonesia
yang baku dalam menyajikan informasi kepada masyarakat.

4. Menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi muda, bahwa Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaanya.
5. Meningkatkan pengajaran Bahasa Indonsia di sekolah dan perguruan tinggi dengan tugas
praktik dialog atau monolog seperti dalam bermain drama, penulisaan artikel makalah,
dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S.1994.Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. 1993.Pembakuan Bahasa Indonesia.Jakarta:PT. Rineka Cipta..
Rahardi, R. Kunjana. 2000.Imperatif dalam Bahasa Indonesia.Yogyakarta:Duta Wacana
University Press.
Rahmatarifin,2011.Dampak positif dan negatif penggunaan bahasa gaul dan asing.dalam
Rahmatarifin.wordpress.com.