METODE PENGAJARAN NABI SAW DAN CONTOH AP

METODE PENGAJARAN NABI SAW, DAN CONTOH APLIKASINYA
DALAM PENGAJARAN KELAS MATA KULIAH AL ISLAM
DI UNIVERSITAS ISLAM RIAU
Dr. Saproni,M.Ed.
email: safroni.ahmad@gmail.com
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui metode dasar pengajaran Rasulullah yang
termaktub di dalam kitab suci Al Quran dan bagaimana menerapkannya dalam
pengajaran kelas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Riau.
Metode yang di gunakan dalam tulisan ini adalah kajian literatur Al Quran dan Hadits
tentang ayat dan hadits di bidang pendidikan. Dan sampel penelitian ini adalah Mata
Kuliah Al Islam di Universitas Islam Riau. Sebagai kesimpulan dari tulisan ini, bahwa
manusia sebagai makhluk yang mempunyai tugas beribadah dan memimpin makhluk
Allah di muka bumi (khalifah), haruslah di bentuk melalui pendidikan sesuai dengan
metode dan cara yang telah di ajarkan oleh Rasulullah Saw. Kesalahan dalam
membentuk pola pikir, wawasan dan kepribadian manusia melalui pendidikan yang
tidak tepat, akan berdampak pada alam semesta, karena manusia di ciptakan oleh Allah
sebagai factor utama pentas kehidupan di dunia. Metode pendidikan yang didiktekan
Allah kepada Nabi Muhammad Saw untuk membentuk pola pikir, wawasan dan
kepribadian terdiri dari tiga tahapan; membacakan ayat Al Quran, mensucikan jiwa
dan mengajarkan Alkitab dan Alhikmah. Tiga hal ini harus terumuskan dalam semua

pengajaran kelas baik di sekolah maupun perguruan tinggi, baik mata kuliah agama
maupun mata kuliah umum.
PENDAHULUAN
Universitas Islam Riau adalah wujud dari mimpi dan cita-cita luhur para
pendirinya dalam rangka melakukan dakwah Islamiyah di ranah pendidikan. Islam yang
menjadi core pendidikan ini merupakan tugas suci sekaligus tantangan untuk
mengaplikasikan semangat Islam dalam dunia pendidikan di perguruan tinggi. Akan
Menjadi suatu yang paradok jika label Islam yang telah di sematkan di nama universitas
tidak teraplikasikan dengan baik.
Jikalah Rosulullah SAW, telah Allah jadikan sebagai suri tauladan yang baik
dalam kehidupan umat islam, maka menjadi sebuah keharusan untuk meneladani beliau
dari sisi bagaimana beliau melakukan proses pembelajaran kepada para sahabatnya.
Hakekat Pendidikan
Meskipun kemajuan pendidikan bukan satu-satunya penentu kemajuan suatu
bangsa, tetapi ia merupakan sasaran utama dan pertama proses tahawwul wa taghayyur
(transformasi dan perubahan) menuju pembentukan manusia bermutu yang mampu

1

memikul amanah Sang Pencipta dan merealisasikan tugas-tugas kemanusiaannya untuk

membangun peradaban.
Dalam Islam yang menjadi fokus proses pendidikan adalah apa yang ada pada
diri manusia (ma bi anfusihim) sebagaimana telah di tegaskan oleh Allah SWT
dalam al
AQuran;
Artinya: “...Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...”. (QS. Ar Ra’du: 11).
Proses itu dilakukan dengan tujuan agar terjadi perubahan fundamental pada
dirinya, sehingga karakter kemanusiaannya yang fitri berkembang membentuk
kesempurnaan. Tentu saja pencapaian tujuan itu, menuntut aktivitas pendidikan yang
konprehensif, menjangkau seluruh dimensi manusia, meliputi aspek jasmani, ruhani, dan
‘aqlani.
Keutuhan Dimensi Manusia dalam Konsep Islam
Satu aplikasi dari mengenal manusia adalah aspek tawazun (keseimbangan).
Keseimbangan berlaku pada diri seorang muslim apabila terpenuhi semua keperluan
akal, jasad, dan ruhnya. Kemudian keseimbangan itu dijalankan pada akal, jasad, dan
ruh tersebut. Ruh yang lebih tinggi dibandingkan syahwat akan menjadikan hidup aman
dan tenteram. Sebaliknya bila syahwat lebih tinggi dibandingkan ruh, maka akan
membawa kesesatan di masa depan terlebih lagi apabila ia tidak merubah diri akan
membawanya kerusakan.

Mengenal obyek pendidikan yaitu manusia dalam pembahasan ini untuk
menggambarkan gambaran yang menyeluruh tentang manusia dari definisi hingga
tugasnya sebagai khalifah dan berdakwah. Fungsi khalifah adalah membangun dan
memelihara alam. Kita dapat menjalankan amanah dan tugas ini apabila kita
mengetahui diri kita sendiri secara keseluruhan, baik dari definisi, kedudukan, tugas,
dan perannya.
Allah SWT menciptakan manusia secara fitrah dan diberikan kecenderungan
hanif pada sesuatu yang baik. Hatinya dapat menilai mana yang baik dan buruk,
khususnya pada nilai-nilai yang universal. Manusia perlu menjaga fitrahnya agar tidak
tertutupi oleh maksiat dan dosa-dosa yang mengakibatkan fitrahnya itu tidak lagi
mempunyai kekuatan menilai dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Manusia telah
berjanji dengan Allah dalam rahim ibunya berkaitan dengan fitrah dalam mengakui
Allah sebagai Rabb-Nya.
Setiap manusia adalah fitrah, walaupun anak tersebut dilahirkan dari keluarga

2

bukan Islam. Namun demikian tidak semua manusia yang mampu menjaga kefitrahan
manusia hingga baligh yang mengakibatkan manusia banyak melakukan kemaksiatan.
Fitrah ini sesuatu yang sangat berharga dan yang perlu dijaga dalam diri

manusia. Penilaian terhadap kebenaran dan kebaikan dilakukan oleh fitrah manusia.
Nilai universal yang di akui oleh semua manusia adalah contoh fitrah. Di antaranya
adalah berbuat jujur, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak berdusta, tidak membunuh, tidak
berzina, tidak jahat, melaksanakan kebersihan, disiplin, peradaban dan nilai lainnya
yang begitu banyak. Hanya yang mengamalkan nilai-nilai fitrah ini banyak oleh mereka
yang bukan Islam. Hal ini disebabkan oleh kebodohan umat Islam terhadap agamanya.
Fitrah dapat membantu manusia mencari kebenaran yang hakiki. Fitrah
yang bersifat lurus ini mempunyai kekuatan dalam membawa manusia ke arah kebaikan.
Tetapi apabila nafsu lebih kuat maka fitrahpun akan tertutup sehingga mereka tidak
dapat menilai mana yang baik dan mina yang buruk. Allah berfirman :
Artinya: ” Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah
atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui”1.
Allah berfirman :” Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
seraya berfirman bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab betul Engkau Tuhan
kami, kami menjadi saksi. Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan sesungguhnya kami Bani Adam adalah orangorang yang lengah
terhadap ini (keesaanTuhan)”2.
Allah berfirman :” Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri” 3.

Rosul SAW bersabda :” Setiap anak dilahirkan fitrah, maka orang tuanyalah
yang
menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani dan
Majusi”.4
Keutuhan Manusia Dalam Islam
1. Hati affective moral value BAIK
2. Akal  cognitive  wawasan  TAHU
3. Jasad  psichomotoric  skill  BISA
1

Al Quran Surat 2:30
Al Quran Surat 7:172
3
Al Quran Surat 75:14
4
Shohih Bukhari hadits ke 1270, shohih muslim juz 13/126, muwatho’ Imam malik
hadits ke 507, Sunan
Abi Daud hadits ke 4091, musnad Amad hadits ke 6884.
2


3

Asal manusia adalah ruh dan tanah. Ia kemudian dilengkapi dengan potensi
hati, akal dan jasad yang merupakan suatu kelebihan yang Allah berikan dibanding
mahluk lainnya. Dengan segala keutamaannya, manusia diberikan tugas untuk
menjalankan amanah ibadah dan khalifah. Ciri manusia sebagai mahluk yang
dimuliakan ialah ia diberikan beban dan balasan. Keadaan manusia seperti itu
disiapkan untuk menjalankan amanah hesar dari Allah sebagai khalifah. Untuk
mencapai amanah tersebut, jiwa manusia harus selalu diisi dengan dzikrullah (ingat
Allah) dan dijauhi dari syahwat.
Dengan hati, akal dan jasad manusia dapat beribadah. Ibadah yang sesuai
dengan fitrah manusia adalah ibadah yang komprehensif, baik dari segi kesempurnaan
agama (syumuliyatud dien), kesempurnaan hidup (syumuliyah hayah), dan
kesempurnaan dari segi hati, akal, dan anggota tubuh.
di letakkannya hati pada urutan konsep keutuhan manusia, karena hati
memegang peran yang sangat sentral dalam kehidupan manusia, bahkan yang menjadi
kendali dan parameter baik buruknya unsur akal maupun jasad manusia. Hal ini di
tegaskan oleh Rosul Saw. Dalam haditsnya: ” ketahuilah bahwa di setiap jasad ada
segumpal daging, jika baik ia baik seluruh jasad, jika rusak rusaklah seluruh jasad,
keahuilah bahwa ia adalah hati”.5

Manusia di katakan utuh apabila tiga potensi dasar ini terkelola dan terpenuhi
seluruh kebutuhan-kebutuhannya, jika salah satu potensi dasar ini tidak terkelola
dengan baik, akan terjadi ketidak seimbangan dalam hidup, baik dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini keutuhan perkembangan manusia atau hasil yang di capai melalui
proses pendidikan, haruslah bermuara pada perubahan pribadi -pribadi menjadi pribadi
yang’tahu’, ‘bisa’ dan ‘baik’. Meskipun pada kenyataannya banyak proses pendidikan
yang berhasil menjadikan orang tahu dan bisa, tapi tidak berhasil dalam menj adikan
orang baik. Banyak instrument-instrumen yang di gunakan sebagai alat ukur ‘tahu’ dan
‘bisa’, namun ‘baik’, yang menjadi kunci atas semuanya ternyata tidak kita dapati
instrument-instrumen yang cukup untuk merealisasikannya.
Terlepas dari seluruh masalah yang muncul di dunia pendidikan, hal penting
yang harus menjadi perhatian dan konsentrasi lembaga-lembaga pendidikan baik
formal maupun nonformal adalah seberapa besar perhatian mereka pada
pembentukan karakter-karakter baik, karena sudah tergambar dalam benak kita semua,
jika ada orang tahu dan bisa, tetapi tidak baik maka semuanya menjadi tidak
bermanfaat.
Di akui atau tidak di akui, lembaga-lembaga pendidikan telah banyak berhasil
menciptakan perubahan dalam diri peserta didik menjadi tahu dan bisa, akan tetapi
tidak berhasil membentuk karakter dan kepribadian baik. Sehingga ijazah atau

sertifikat belajar hanyalah bukti bahwa si empunya adalah orang yang tahu dan bisa
tetapi tidak
menginformasikan kepada kita bahwa ijazah tersebut bukti bahwa ia baik . Hal inilah

4

5

Shohih Al Bukhari hadits yang ke 50, Shohih Muslim hadits yang ke 2996, Sunan
ibnu Majah hadits
yang ke 3974,musnad imam Ahmad 17649, Sunan Al Kubro lil Baehaqi juz 5/626,
Al mu’jam Ash shogir lithabrani hadits yang ke 838.

5

yang menjadi bukti adanya ketidak utuhan pendidikan kita dalam mencetak generasi generasi yang tumbuh secara sempurna.
Jikalah konsep keutuhan manusia berada pada sejauhmana ketiga potensi dasar
terkelola dengan optimal, maka ijazah yang di peroleh peserta didik, merupakan bukti
bahwa seseorang tersebut memenuhi tiga kualifikasi; tahu, bisa dan baik.
Metode Nabi Saw Dalam Al Quran

Dalam Al Quran tugas Rosulullah saw. Telah di sebutkan berulangkali di
beberapa surat. Di mulai ketika Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah :
“ Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada
mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”.(QS. Al Baqoroh :
129). Dalam doa ini kualifikasi Nabi yang di minta oleh Nabi Ibrahim ada tiga hal :
a. Membacakan Ayat Al Quran
b. Mengajarkan Al kitab dan Al Hikmah
c. Mensucikan jiwa.
Kemudian akhirnya Allah mengabulkan doa Ibrahim dengan meluruskan urutan
tugas yang harus di lakukan oleh Nabi Saw. Hal ini misalnya terdapat pada surat Al
Baqoroh ayat 151 :
“ sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami
telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”.(QS. Al
Baqoroh : 151). Urutan tugas yang harus di lakukan oleh Rosulullah adalah :
a. Membacakan ayat suci Al Quran
b. Mensucikan jiwa
c. Mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah.

Perbedaannya terdapat pada penyebutan pensucian jiwa yang dalam doa Ibrahim
di nomor tigakan sedang dalam pengkabulan doa, Allah letakkan pensucian jiwa pada
nomor kedua. Dan perbedaan ini bukanlah suatu kebetulan, namun mengandung
konsepsi kuat dalam memperlakukan manusia.6
1. Membacakan Ayat Allah Swt
Yang dimaksud dengan membacakan ayat Al Quran adalah agar Rosulullah
memulai pengajarannya dengan membaca Al Quran kepada para sahabat dengan bacaan
tartil, agar hal tersebut menjadi penegasan kepada kaumnya bahwa apa yang akan beliau
sampaikan sumbernya berasal dari Dzat yang Maha kuasa, sekaligus menanamkan cinta
6

Dan ayat serupa terdapat juga pada QS. Ali Imron : 164, Al jumuah : 2, dengan
urutan yang sama persis dengan yang terdapat pada QS. Al baqoroh :151.

6

kepada ayat-ayat Al Quran dalam diri para sahabat, selain bahwa membaca Al Quran
merupakan sebentuk ibadah kepada Allah. Selain itu, hal ini mempunyai tujuan
menanamkan perasaan loyal terhadap Islam, menunjukkan keagungan Allah serta
menanamkan keimanan dalam diri para sahabat.

Membacakan ayat Allah ketika di letakkan di awal juga membentuk orientasi
keilmuan yang jelas, bahwa sumber ilmu sebenarnya Adalah berasal dari Allah Swt.
Sebagaimana di tegaskan dalam Al Quran yang menegaskan bahwa proses membaca
harus di bangun diatas menyebut nama Allah:
“ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,”.(QS. Al ‘Alaq : 1)
Dalam pemahaman ajaran Islam, Ilmu adalah milik Allah, Ialah yang maha
mengetahui terhadap segala sesuatu, sedangkan ilmu itu sendiri adalah sifat Allah yang
telah di fitrahkan kedalam fitrah manusia, namun meski demikian, seluas apapun
pengetahuan manusia dan sedalam apapun pemahaman terhadap sesuatu, itu tidaklah
melebihi satu tetes air samudra jika di bandingkan dengan Ilmu Allah.

"Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun
Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".(QS. Al Kahfi : 109)
Jika seseorang memahami hakikat ini, sungguh tidaklah ada alasan baginya
untuk menyombongkan diri atau lupa terhadap Dzat yang Maha Mengetahui, oleh
karena itu kebenaran orientasi seseorang dalam mendalami ilmu sangat berbanding
lurus dengan tingkat ketakutannya (ketakwaannya) kepada Allah. Bukan malah
sebaliknya, semakin tinggi keilmuan semakin ia lupa kepada Allah dan bahkan lebih
fatalnya lagi menuhankan Ilmu pengetahuan itu sendiri.
Orientasi Ilmu Pengetahuan
Secara umum bahwa ilmu pengetahuan terbagi menjadi tiga klasifikasi, pertama,
ilmu yang bersumber dari wahyu, temasuk di dalamnya hadits Rosulullah SAW7.
Kedua, Ilmu alam. Ketiga, ilmu social. Jika kita lihat dalam Al Quran, dengan sangat
jelas Allah paparkan orientasi keilmuan diatas.
“ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
ufuq dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah
benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu?”(QS.Fushilat: 53)
Dalam ayat diatas, ilmu yang pertama kali di sebut adalah ilmu alam. Hal ini bisa kita
fahami dari maksud tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di segenap ufuk. Kemudian
yang kedua adalah ilmu social atau ilmu humaniora. Hal ini bisa kita fahami dari
maksud
7

Lihat QS. An Najm : 3-4

7

tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada diri manusia. Kemudian Allah menjelaskan
kedua keilmuan tadi dalam ayat diatas dengan kata ‘hatta’ yang artinya hingga. Ini
menunjukan tujuan dan orientasi, dan tujuan dan orientasi kedua keilmuan tadi adalah
membenarkan Al Quran, atau dengan kata lain ilmu yang bersumber dari wahyu.
Ini semua berarti bahwa baik keilmuan alam maupun social tidaklah berdiri sendiri
seperti yang di fahami oleh banyak manusia, melainkan menjadi pelayan untuk menjadi
penegas tentang kebenaran agama Islam. Sekaligus ini menjadi tugas ilmuwan-ilmuwan
muslim dalam mereorintasikan keilmuan sehingga kembali kepada arahnya yang benar.
Dalam tataran realitas, begitu banyak kita jumpai adanya disorientasi keilmuan,
yang seharusnya keilmuan menghantarkan pemiliknya lebih dekat kepada pemilik ilmu
yang sejatinya yaitu Allah. Sebagaimana Allah berfirirman :” sesungguhnya yang takut
kepada Allah adalah ulama (para ilmuwan)”(QS. Fatir:28).
Hal ini di karenakan para ilmuwan muslim memahami dasar-dasar keilmuwan islam.
Dasar Keilmuan dalam Islam
A. Allah ciptakan kebaikan alam semesta untuk manusia
Manusia, siapapun ia, telah mendapatkan kemuliaan yang di sematkan Allah pada
dirinya, bahkan lautan dan sungai-sungai Ia tundukkan untuk manusia.
Artinya :”Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buahbuahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya
bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan
(pula) bagimu sungai-sungai.(QS.Ibrahim:32).
Artinya :”Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
(QS.Al Jatsiyah:13).
B. Untuk mendapatkan kebaikan alam semesta, perlu adanya tafakkur
(perenungan, riset, kajian, penelitian).
Alam semesta, telah Allah ciptakan kebaikan yang begitu banyak di dalamnya,
dan kebaikan alam tersebut hanya bisa di rasakan oleh sebab perkembangan ilmu
pengetahuan yang telah dicapai oleh manusia. Maka muncullah berbagai macam
tekhnologi-tekhnologi yang pada dasarnya untuk mengeksplorasi kebaikan alam demi

8

memanjakan manusia.
Firman Allah :” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang- orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci
Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.(QS. Ali Imron:190-191)
yang menjadi persoalan mendasar dunia ilmu adalah, pada saat manusia mencoba
mengekspolarasi kebaikan alam tersebut, sangat terpengaruh dengan cara pandang
manusianya terhadap alam semesta ini. Sangat jauh berbeda antara pandangan islam dan
pandangan sekuler dalam melihat alam semesta ini.
Ketika ilmuwan muslim melakukan riset dan kajian mendalam tentang alam
semesta ini misalnya, mereka mengetahui bahwa mereka sejatinya sedang menyelami
lautan ilmu Allah. Hal ini menciptakan perasaan takut dan kagum akan kebesaran Tuhan
yang Maha kuasa. Berbeda halnya dengan orang-orang sekuler yang memahami bahwa
alam ini berdiri sendiri, sehingga wajar bila semakin tinggi keilmuan seseorang tidak
berbanding lurus dengan ketakutan dan ketundukannya kepada Allah.
2. Mensucikan Jiwa
Maksud dari mensucikan jiwa adalah mensucikan diri dari perbuatan syirik dan
cabang-cabangnya (riya’, sombong, dan lain-lain), menanamkan nilai-nilai ketauhidan
dan cabang-cabangnya, serta menerapkan perbuatan sesuai dengan nama-nama Allah
yang di iringi dengan ibadah kepada Allah, didasari keikhlasan kepada Allah dan
mengikuti sunnah-sunnah Rosulullah Saw.8 Berarti juga mensucikan akhlak dan jiwa
dari sifat-sifat buruk dan menghiasinya dengan sifat yang terpuji, serta menyiapkan jiwa
dengan keimanan dan kesiapan untuk bisa menerima ilmu dengan baik.
Ilmu Untuk Modal Amal
Dalam hal ini salah satu hikmah terbesar adalah penyebutan “penyucian jiwa”
lebih di dahulukan dari pada pengajaran (taklim), karena taklim yang tidak di landasi
pensucian jiwa hanya berorientasi pada pemenuhan wawasan belaka. Ilmu dalam Islam
bukan bermuara kepada proses transfer for knowledge (menjadikan yang tidak tahu
menjadi tahu) belaka, tapi bermuara pada aplikasi amal. Manusia tidak akan di Tanya di
akhirat kelak tentang apa yang ia ketahui, namun apa yang ia telah kerjakan dengan
ilmunya. Dalam hadits, Rosulullah saw bersabda :” tidak akan berpindah kaki seseorang
pada hari kiamat kecuali setelah di tanya empat hal:…..tentang ilmunya, untuk apa ia
amalkan.”9
8
9

Sa’id hawwa, tazkiyyatunnafs, pena pundi aksara, 2008, cet VII, hal.191
Hadits riwawat At Tirmidzi dan Ad Darimi

9

Yang di maksud dengan mengajarkan kitab dan hikmah adalah konten dari ilmu itu
sendiri yang akan menjadi panduan amal atau kerja bagi seorang muslim. Dan hal ini di
awali dengan dua proses yang yang mendahului agar proses pengajaran ini berjalan
dengan sempurna.
Ruh Jiwa dan hati
Sering orang bertanya tentang perbedaan ruh, jiwa dan hati. Sayid sabiq dalam
buku aqidah islamiyah mengatakan bahwa istilah ruh dan jiwa adalah sama1 . Sedangkan
0

hati (qolbu) adalah letak baik dan buruknya seorang.
Hati menempati posisi utama dalam diri manusia, karena hati memegang peran yang
sangat sentral dalam kehidupan manusia, bahkan yang menjadi kendali dan
parameter baik buruknya unsur akal maupun jasad manusia. Hal ini di tegaskan oleh
Rosul Saw. Dalam haditsnya: ” ketahuilah bahwa di setiap jasad ada segumpal daging,
jika baik ia baik seluruh
jasad, jika rusak rusaklah seluruh jasad, keahuilah bahwa ia adalah
1

Hati adalah perangkat untuk manusia bisa
memahami
Heart (dalam bahasa inggris) atau Qalbu (dalam bahasa arab) adalah Jantung
dalam bahasa Indonesia. Jadi yang biasa kita kita sebut Hati itu adalah Heart atau Qalbu
alias Jantung. Sedangkan hati itu liver. Jantung alias Qalbu ternyata memegang peran
yang amat penting bagi baik buruknya keputusan manusia yang otomatis pada baik
buruknya manusia itu sendiri.
Selama beberapa tahun, para pakar mengkaji jantung secara fisik, dan mereka
menyimpulkan bahwa jantung tidak kurang dan tidak lebih hanya segumpal darah.
Namun selama sepuluh tahun terakhir, bersamaan dengan berkembangnya operasi
jantung dengan jantung buatan dan kemudian secara perlahan operasi ini bertambah
luas, maka para analis mulai menemukan fakta menakjubkan yang mereka belum
menemukan tafsirannya sampai saat ini, yaitu perubahan kondisi psikologis pasien
pasca operasi pencangkokan jantung. Berbagai perubahan psikologis ini sampai pada
tingkat dimana seorang pasien, pasca operasi penggantian jantung, baik dengan jantung
asli maupun dengan jantung buatan, terkadang menimbulkan berbagai perubahan dalam
keyakinan, hal-hal yang ia cintai dan yang di bencinya, bahkan berpengaruh pada
keimananya. 1
Pada 1991, Dr. J. Andrew Armour memperkenalkan konsep “otak jantung”.
Hasil kerjanya menyatakan bahwa jantung memiliki sistem syaraf kompleks yang
sedemikian rumitnya hingga bisa dikatakan bahwa dia memiliki “otak kecil”nya sendiri.
Jantung memiliki sistem sirkuit yang menjadikannya mampu bertindak independen atas
otak – untuk secara mandiri belajar, mengingat, dan bahkan merasa dan mengindera.
Sistem
syarat jantung terdiri dari 40.000 neuron yang disebut sensory neurites. Komunikasi
10

hati”.1

1

1

1

Sayyid sabiq, aqidah islamiyah, r0obbani press, 2006, cet. I, hal.388, lihat
QS.39:42 yang menerangkan bahwa yang dimaksud jiwa disini adalah ruh.
Shohih Al Bukhari hadits yang ke1 50, Shohih Muslim hadits yang ke 2996, Sunan
ibnu Majah hadits yang ke 3974,musnad imam Ahmad 17649, Sunan Al Kubro lil
Baehaqi juz 5/626, Al mu’jam Ash shogir lithabrani hadits yang ke 838.
Dr. taufik A. Al Kusayer, Seni me2nikmati hidup, tarbawi press. Cet I 2009, hal.5

11

antara jantung dan otak dilakukan melalui jalur afferent. Melaluinya, sinyal sakit (pain)
dan sensasi rasa lain masuk ke otak, tepatnya yang disebut medulla. Lebih dari itu, ada
juga sinyal yang terus masuk lebih dalam ke wilayah otak sedemikian rupa berpengaruh
pada persepsi, pengambilan keputusan dan proses kognitif yang lain.1
Di sebutkan dalam analisa yang di lakukan oleh dua peneliti, micraty dan
witkinson, dan telah di presentasikan dalam meeting of pavlovian tahun 1999, bahwa
ada korelasi antara jantung dan proses memahami. Kedua peneliti itu menetapkan
bahwa korelasi ini di temukan melalui analogi aktivitas elektromagnetik jantung dan
otak ketika proses memahami dilakukan yaitu ketika seorang mencoba untuk
memahami suatu masalah. Dan mereka menemukan bahwa proses memahami
relevan dengan fungsi
jantung; ketika kerja jantung kecil maka kemampuan memahami juga kecil.1
Mukjizat Al Quran
Kenyataan diatas bahwa sesungguhnya jantung bukanlah sekedar tempat
sirkulasi darah, akan tetapi pusat akal dan berfikir dan tempat untuk memahami
merupakan mukjizat Al Quran dimana Al Quran dengan sangat jelas menerangkan
kepada kita akan hal itu. Misalnya :
“ dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai qalbu, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai”.(QS. Al
A’rof : 179).
“ Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai qalbu
yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu
mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi
yang buta, ialah qalbu yang di dalam dada”.(QS. Al Hajj : 46).
Hubungan jantung dengan Otak
Bahwa janin di dalam kandungan, jantungnya terbentuk lebih dulu dari otak, dan
dengan jantung itulah kita berpikir sejak tahapan paling awal.
“Neurocardiology has many dimensions, but it may be conceptualized as divided into 3
major categories: the heart’s effects on the brain (eg, cardiac source embolic stroke),
the brain’s effects on the heart (eg, neurogenic heart disease), and neurocardiac
syndromes (eg, Friedreich disease). The present review deals with the nervous system’s
capacity to
injure the heart. This subject is inherently important but also represents an example of a
1
1

1
0

http://mirza-shahreza.blogspot3.com/2013/02/hubungan-otak-dan-jantung.html
Dr. taufik A. Al Kusayer, Seni me4nikmati hidup, hal.12, lihat:

12

3

4

http://www.oocities.org/wirajaya/template1/
index.html

1
0

13

much more widespread and conceptually fascinating area of neurovisceral damage in
5
general”.1
Percobaan-percobaan yang dilakukan di Institut HeartMath telah menemukan
bukti luar biasa bahwa medan elektromagnetik jantung dapat mengirimkan informasi di
antara manusia. Bahwa gelombang otak satu orang benar-benar dapat melakukan
sinkronisasi ke jantung seseorang lainnya. Selanjutnya, ketika seorang individu
menghasilkan irama jantung koheren, sinkronisasi antara gelombang otak orang itu dan
detak jantung orang lain adalah lebih mungkin terjadi. Temuan ini memiliki implikasi
menarik, menunjukkan bahwa individu dalam keadaan psychophysiologis koheren
menjadi lebih sadar akan informasi yang dikodekan di medan elektromagnetik jantung
6
orang-orang di sekitar mereka.1
Kedudukan kesucian jiwa dalam proses pendidikan
dari paparan tersebut diatas Nampak sangat jelas hubungan antara kesucian jiwa
dan pemahaman. Kesucian jiwa akan mendatangkan ketenangan bathin, kesiapan mental
untuk belajar, serta kemampuan manusia untuk konsentrasi dalam memahami. Namun
yang lebih penting dari itu semua adalah bahwa kesucian jiwa menjadikan manusia
memahami hakekat sesuatu. Bahkan dalam Al Quran telah di sebutkan berulang kali
tentang hubungan ini. Misalnya ketika allah berfirman :
“ orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, dan orang-orang yang
celaka (kafir) akan menjauhinya. (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar
(neraka). kemudian Dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)”(QS. Al
A’la:10-14)
“Dan Adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan
pengajaran),
sedang ia takut kepada (Allah), Maka kamu mengabaikannya”.
(QS.abasa:8-10)
3. Mengajarkan kitab dan Hikmah
Yang di maksud dengan mengajarkan kitab dan hikmah adalah mengajarkan
konten ilmu itu sendiri. Dan ini merupakan kegiatan transfer ilmu, menjadikan orang
yang tidak tahu menjadi mengetahui. Sedangkan ilmu itu di bagi menjadi 2 (dua)
klasifikasi besar dengan karakter yang berbeda pula. Ilmu yang bersumber dari wahyu
dan ilmu yang bersumber dari selain wahyu (alam dan manusia).
Antara Tafaqquh dan tafakkur
Tafaqquh berarti memahami sedangkan tafakkur adalah proses mendalami dan
1
1

1
0

5
circ.ahajournals.org
6
http://mirza-shahreza.blogspot .com/2013/02/hubungan-otak-dan-jantung.html

14

mengkaji serta mengeluarkan sesuatu yang baru. Istilah tafaqquh (memahami) ini
berlaku untuk ilmu yang berbicara tentang agama. Hal ini di karenakan ilmu agama
telah di sempurnakan oleh Allah :
“ pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. “(QS. Al
Maidah
: 3). Oleh karena itu rosulullah saw. Bersabda terkait dengan agama ini menggunakan
kata tafaqquh (memahami)1 . Namun ketika Allah7 memerintahkan manusia untuk
berinteraksi dengan alam semesta, Ia menggunakan istilah tafakkur (mengkaji, meneliti,
mencermati). Karena memang ilmu yang terkandung dalam alam semesta ini tidak akan
kunjung selesai.
Membacakan Ayat Allah Swt
1

2

Mensucikan Jiwa

3

Mengajarkan kitab dan Hikmah

1. Sumber ilmu yang sangat kokoh karena
bersumber dari Allah
2. Cinta terhadap Islam
3. Orientasi keilmuan yang jelas
4. Iman sebagai pondasi keilmuan
1. Qalbu
adalah perangkat untuk
memahami
2. Menciptakan kedamaian hati
3. Menciptakan
keheningan
dan
ketenangan suasana
4. Menyiapkan jiwa mahasiswa agar bisa
menerima Ilmu Allah dengan sempurna
dan dalam kondisi hati yang kondusif.
5. Menyadari kesalahan-kesalahan yang
telah di lakukan.
6. Menyadari
kelemahan-kelemahan
dirinya di hadapan Allah
1. Membekali hidup dengan Ilmu
2. Mengajarkan
panduan
panduan
kehidupan
3. Mengetahui apa yang belum di ketahui

Contoh Aplikasi dalam pengajaran dalam kelas
Mata kuliah
Al Islam
Waktu
100 menit
Jumlah Mahasiswa
40 0rang
Pokok bahasan
Tinjauan Analisis Ibadah Puasa
1

Hadits yang di riwayatkan oleh B7 ukhori dan Muslim :” barangsiapa yang Allah
kehendaki kebaikan pada dirinya, Allah fahamkan ia terhadap agama”.

12

12

Tujuan Instruksional umum
(TIU)

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami urgensi
puasa dan tinjauan analisis nya, serta mampu
melaksanakannya dengan baik dan benar.

Tujuan
Instruksional
Khusus (TIK)

1. Mahasiswa mengetahui dalil-dalil puasa
2. Mahasiswa mengetahui sejarah ibadah puasa
3. Mahasiswa mengetahui tata cara puasa yang baik
dan benar
4. Mahasiswa memahami tinjauan analisis dari ibadah
puasa
- Manusia harus dapat mengendalikan hawa nafsunya.
- Puasa sebagai symbol pengendalian hawa nafsu
dalam agama Allah.
- Puasa ramadhan menurut perhitunganbulan
qomariyah dan hikmah yang terkandung di
dalamnya.
- Hal asasi dari ibadah puasa adalah menahan diri
dari dua syahwat; perut dan kemaluan.
- Manfaat puasa dari sisi fisik (kesehatan) dan
psikologis
5. Mahasiswa memahami hubungan puasa dengan
universalitas ajaran islam
6. Menanamkan perasaan cinta terhadap Allah,
Rosulullah & Al Quran

Sessi pertama : Tilawatil Quran
1. Sessi tilawatil Quran ini di berikan waktu selama 20 menit pertama.
2. Dosen mewajibkan kepada mahasiswa untuk selalu membawa Al Quran dan
terjemahnya setiap kali mata kuliah Al Islam.
3. Dosen mewajibkan mahasiswa untuk masuk kelas dalam kondisi telah berwudhu.
4. Dosen menentukan ayat-ayat yang terkait dengan ibadah puasa.
5. Dosen membacakan ayat-ayat tersebut dengan tartil dan di ikuti oleh mahasiswa
dengan target sebagai berikut :
a. Memberi kesempatan kepada semua mahasiswa untuk membaca Al
Quran dalam waktu yang terbatas.
b. Memberi contoh kepada mahasiswa cara pengucapan huruf yang baik dan
benar
c. Mengajarkan kepada mahasiswa paktek membaca Al Quran dengan
bertajwid
d. Membiasakan mereka membaca Al Quran
e. Menyiapkan kondisi hati mahasiswa agar tenang, sehingga siap untuk
menerima materi.

13

13

6. Dosen mengambil nilai bacaan Al Quran mahasiswa, dengan memberikan
kesempatan kepada beberapa mahasiswa untuk melanjutkan bacaan Al Quran
yang telah dibaca secara bersama-sama. Hal ini di lakukan dengan target :
a. Memantau perkembangan bacaan Al Quran mahasiswa
b. Menunjukkan letak-letak bacaan yang salah agar mahasiswa tahu dimana
letak kelemahannya.
Sessi kedua : pensucian jiwa
1. Sessi kedua ini di berikan waktu selama 10 sampai dengan 15 menit.
2. Dosen menunjuk mahasiswa untuk membacakan terjemah dari ayat-ayat yang di
baca. Hal ini mempunyai target agar:
a. mahasiswa tahu arti dari ayat-ayat yang mereka baca
b. mahasiswa mengetahui keterkaitan antara materi yang akan di bahas
dengan ayat Al Quran.
c. Mahasiswa merasa tidak ada dikotomi antara urusan agama dan urusan
dunia.
d. Mahasiswa merasa bahwa sumber ilmu berasal dari Allah swt.
3. Dosen menerangkan maksud dari ayat-ayat yang telah dibaca dan mengkaitkan
dengan kecintaan kita terhadap Allah, Rosulullah dan Al Quran. Hal ini
mempunyai target ;
a. Mahasiswa merasakan kedamaian dalam diri
b. Mahasiswa menyadari akan kesaalahan-kesalahan yang di lakukan kepada
Allah.
c. Mahasiswa merasakan kelemahan dirinya di hadapan Allah
d. Mahasiswa mempunyai kesiapan sempurna untuk bisa menerima ilmu
dari ilmu-ilmu Allah yang akan di bahas.
Sessi ketiga : mengajarkan alkitab dan Al hikmah
Sessi ini bisa menggunakan beragam metode, seperti presentasi tugas kelompok
dilanjutkan dengan diskusi, metode ceramah yang di lanjutkan dengan tanya jawab
atau praktek ibadah dan lainnya, yang masing-masing metode ini mempunyai
kekurangan dan kelebihannya masing-masing,di sesuaikan dengan kebutuhan
sampainya materi kepada mahasiswa.
KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dari tulisan ini, bahwa manusia sebagai makhluk yang
mempunyai tugas beribadah dan memimpin makhluk Allah di muka bumi (khalifah),
haruslah di bentuk melalui pendidikan sesuai dengan metode dan cara yang telah di
ajarkan oleh Rasulullah Saw. Kesalahan dalam membentuk pola pikir, wawasan dan
kepribadian manusia melalui pendidikan yang tidak tepat, akan berdampak pada alam
semesta, karena manusia di ciptakan oleh Allah sebagai factor utama pentas alam
semesta.
Metode pendidikan yang didiktekan Allah kepada Nabi Muhammad Saw untuk
membentuk pola pikir, wawasan dan kepribadian terdiri dari tiga tahapan; membacakan

14

14

ayat Al Quran, mensucikan jiwa dan mengajarkan Alkitab dan Alhikmah. Tiga hal ini
harus terumuskan dalam semua pengajaran kelas baik di sekolah maupun perguruan
tinggi, baik mata kuliah agama maupun mata kuliah umum.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Jakarta: Diponegoro, 2014
Baqi, Syaikh Muhammad Fu’ad Abdul. 2014. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari
Muslim.
Solo: Insan Kamil
Hawwa, Sa’id. 2008. Tazkiyyatunnafs, Cetakan ke VII. Jakarta: Pena Pundi Aksara
Sabiq, Sayyid.2006. Aqidah Islamiyah, Cetakan ke-1. Jakarta: Robbani Press
Al-Utsaimin, Muhammad Bin Shalih. 2014. Syarah Shahih Bukhari. Jakarta: Darus
Sunnah
Al Kusayer, Taufik A. 2009. Seni Menikmati Hidup, Cetakan I. Jakarta: Tarbawi Press.
Gumilang, Muklis. 2013. Hubungan Otak dan Jantung. Online: http://mirzashahreza.blogspot.com/2013/02/hubungan-otak-dan-jantung.html diakses pada
tanggal 20 September 2014
Samuels, Martin A. 2007. The Brain–Heart Connection. Journal circulation Vol. 116:
7784. Online: http://circ.ahajournals.org/content/116/1/77.full.pdf+html diakses 4
Nopember 2014

15

15