PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENGE (3)

PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT
DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
Oleh: Dwi Purnomo, S.Sos1

PENDAHULUAN

I.

Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dimensi
pengelolaan sumber daya air meliputi konservasi, pendayagunaan dan
pengendalian daya rusak air. Selain itu, diamanatkan pula bahwa dalam proses
pengelolaan sumber daya air harus melibatkan peran masyarakat serta para
pemangku kepentingan lainnya.
Hal ini menunjukkan bahwa pelibatan seluas-luasnya peran masyarakat dan
dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah

maupun badan usaha swasta dianggap perlu dalam Pengelolaan

Sumber Daya Air. Sejalan dengan prinsip demokratis, masyarakat tidak hanya
diberi peran dalam penyusunan perencanaan saja namun berperan pula dalam

proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan,
pemantauan, serta pengawasan atas pengelolaan sumber daya air.

DASAR PEMIKIRAN

II.
1.

Paradigma baru dalam pembangunan bahwa masyarakat bukan hanya
sebagai obyek pembangunan, namun sebagai mitra pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan.

2.

Untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air.

3.

Menjaga dan melestarikan sumber daya air beserta infrastrukturnya.


III.

LANDASAN HUKUM

UU Nomor 7 Tahun 2004, Pasal 70
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemberdayaan
para pemilik kepentingan dan kelembagaan sumber daya air secara
Staf Subdit Kemitraan dan Peran Masyarakat Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air;
Fasilitator Gerakan Nasional Kemitraan Sumber Daya Air Ditjen Sumber Daya Air, Kemen.PU
1

1

terencana dan sistematis untuk meningkatkan kinerja pengelolaan
sumber daya air.
(2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada
kegiatan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengawasan, operasi dan
pemeliharaan sumber daya air dengan melibatkan peran masyarakat.
(3) Kelompok masyarakat atas prakarsa sendiri dapat melaksanakan upaya
pemberdayaan untuk kepentingan masing-masing dengan berpedoman

pada tujuan pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2).
(4) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
dalam bentuk pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan,
serta pendampingan.

IV.

PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SDA

Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sumber daya air sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya dalam hal:
1.

Konservasi SDA
Peran

masyarakat

dalam


upaya

memelihara

keberadaan

serta

keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai
2.

Pendayagunaan SDA
Peran

masyarakat

dalam


upaya

penatagunaan,

penyediaan,

penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara
optimal agar berhasil guna dan berdaya guna
3.

Pengendalian Daya Rusak Air
Peran masyarakat dalam upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan
memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya
rusak air.

Bentuk peran masyarakat:
No
1

Kegiatan

Perencanaan

Bentuk Peran Masyarakat, a.l:
Menyampaikan

pendapat,

permasalahan,

2

aspirasi/ usulan, tanggapan atas rancangan
kebijakan/ rencana
2

Pelaksanaan

Inisiatif,

Kerjasama,


Swakarsa

bersubsidi,

Swakarsa Mandiri, Laporan/pengaduan
3

Pemantauan & Evaluasi

Menjaga,

Mengawasi,

Mencegah,

Menyampaikan laporan/pengaduan

V.


Jenjang Peran/Partisipasi Masyarakat
Mandiri

Mitra

Terlibat

Paham

Tahu
Sumber: International Association for Public Participation, 2000

VI.

SKEMA

PENINGKATAN

PERAN


MASYARAKAT

DALAM

PENGELOLAAN SDA

Fasilitasi Kegiatan PSDA
Berbasis Masyarakat;
meliputi:
1. Konservasi
2. Pendayagunaan
3. Pengendalian daya
rusak
Lokus:
1. Sungai
2. Danau, waduk, situ,
embung
3. Jaringan irigasi
4. Rawa
5. Pantai, dll


Strategi dan Pendekatan:
1. Pemberdayaan Masyarakat
2. Kemitraan
3. Pendampingan

Peningkatan Peran
Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air

Metode:
1. Teknologi Tepat Guna
2. Pendidikan
3. Pelatihan
4. Kearifan lokal

1. Peningkatan kinerja pengelolaan
sumber daya air.
2. Kelestarian SDA beserta
infrastrukturnya.


3

6.1

Lingkup dan lokasi kegiatan
Lingkup kegiatan pemberdayaan dalam pengelolaan sumber daya air
meliputi:
a. konservasi sumber daya air
b. pendayagunaan sumber daya air
c. pengendalian daya rusak air
kegiatan tersebut dapat dilakukan pada sumber air alami maupun buatan,
yaitu sungai, danau, waduk, situ, embung, jaringan irigasi, rawa, pantai,
dll.

6.2

Strategi dan Pendekatan
Kegiatan peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
air dapat dilakukan dengan strategi, antara lain:
a. pemberdayaan masyarakat
b. kemitraan
c. pendampingan

6.3

Metode
Metode yang dapat digunakan dalam rangka mendukung kegiatan
peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air
adalah, antara lain
a. teknologi Tepat Guna
b. pendidikan
c. pelatihan
d. kearifan lokal

VII. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SDA
Dalam upaya pelibatan dan peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya air maka strategi yang dapat digunakan adalah pemberdayaan
masyarakat. Dengan adanya upaya pemberdayaan diharapkan masyarakat
dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman serta kemampuannya untuk
melakukan aktivitas yang tercakup dalam pengelolaan sumber daya air, baik
dalam hal konservasi, pendayagunaan maupun pengendalian daya rusak air.

4

Upaya pemberdayaan masyarakat akan berjalan optimal apabila didukung oleh
para pemangku kepentingan, baik pemerintah, dunia usaha maupun
kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan dan keahlian
yang memadai. Oleh karena itu, semua sumberdaya yang ada hendaknya
dirangkum dalam satu kemitraan/partnerships yang kuat. Dalam kemitraan
tersebut hendaknya ada semangat pembinaan dan pengembangan, hal ini
dapat terlihat karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti mempunyai
kelemahan dan kelebihan, justru dengan kelemahan dan kelebihan masingmasing pihak akan saling melengkapi dalam arti pihak yang satu akan mengisi
dengan cara melakukan pembinaan terhadap kelemahan yang lain dan
sebaliknya. Hal ini sejalan dengan semangat kemitraan yaitu saling
memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Untuk lebih mengoptimalkan pemberdayaan yang dilakukan, maka pihakpihak pelaku pemberdayaan hendaknya melakukan pendampingan. Dengan
pendampingan diharapkan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan dapat
lebih terarah dan tepat sasaran.
7.1

Konsep Dasar Pemberdayaan
PEMBERDAYAAN (empowerment) adalah sebuah konsep yang lahir
sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan
kebudayaan masyarakat.

Untuk memahami konsep pemberdayaan

secara tepat memerlukan upaya pemahaman latar belakang kontekstual
yang melahirkannya. Konsep tersebut telah begitu meluas diterima dan
dipergunakan, mungkin dengan pengertian dan persepsi yang berbeda
satu dengan yang lain.
Konsep empowerment yang berawal dari Eropa mulai nampak pada
dekade 70-an dan berkembang sepanjang tahun 80-an sampai 90-an.
Konsep ini dipandang sebagai bagian atau sejiwa dengan aliran-aliran
paruh kedua abad 20 yang banyak dikenal sebagai aliran Posmodernisme
dengan titik berat sikap dan orientasinya adalah anti sistem, anti struktur
dan selanjutnya melahirkan konsep civil society atau masyarakat sipil.

5

Dengan

demikian

dapat

difahami

bahwa

konsep

pemberdayaan

masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan yang merangkum nilainilai sosial sekaligus mencerminkan paradigma pembangunan yang
bersifat :




People Centered



Empowering



Participatory
Sustainable

(Chambers, 1995)

7.2

Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Pemberdayaan masyarakat hendaknya dilakukan dalam satu rangkaian
aktivitas yang sistematis. Adapun langkah-langkah pemberdayaan
masyarakat yang dapat dilakukan adalah:

7.2.1 Persiapan
Bentuk kegiatan:
1.

Identifikasi
Pada kegiatan ini dilakukan dengan menelaah isu-isu yang
penting dalam konteks pengelolaan sumber daya air. Isu yang
dianggap penting dapat merupakan fakta-fakta lapangan
maupun hasil kajian dan penelitian yang telah dilakukan.

6

Misal: isu mengenai bencana banjir, kerusakan daerah aliran
sungai, bencana kekeringan, pengamanan infrastruktur sumber
daya air, dan lain sebagainya.
Pemilihan isu juga yang akan direspons juga perlu diikuti
dengan penentuan kelompok sasaran (target group) dan lokasi
kegiatan. Penentuan kelompok sasaran akan berpengaruh pada
pemilihan metode dan strategi pemberdayaan. Sedangkan
penentuan

lokasi

kegiatan

berkaitan

dengan

prioritas

penanganan yang akan dilakukan. Misalnya penanganan
kerusakan daerah aliran sungai yang diprioritaskan pada
daerah hulu atau daerah tangkapan air.
2.

Sosialisasi
Kegiatan ini dilakukan untuk menyampaikan maksud kegiatan
yang akan dilaksanakan, tujuan yang akan dicapai, dan apa saja
yang akan dilakukan. Dalam sosialisasi disampaikan substansi
materi dari pengelolaan sumber daya air, misalnya yang terkait
dengan konservasi, pendayagunaan, maupun pengendalian
daya rusak air. Substansi materi yang diberikan harus yang
berkaitan

dengan

rencana

tindak

lanjut

yang

akan

dilaksanakan.
Sosialisasi yang dilakukan diharapkan menjadi sarana untuk
dialog interaktif antara masyarakat dengan pelaksana kegiatan,
sehingga masyarakat dapat memahami dan menerima apa
yang menjadi maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan.
7.2.2 Perencanaan
1.

Edukasi (pelatihan kepada masyarakat)
Pelatihan diberikan kepada perwakilan anggota masyarakat
sebagai

calon

perencana

dan

fasilitator

bagi

anggota

masyarakat yang lain. Substansi pelatihan yang disampaikan
terkait dengan:

7

a. Pelatihan sebagai fasilitator (TOF)
b. Substansi pengelolaan sumber daya air (konservasi,
pendayagunaan, atau pengendalian daya rusak air)
c. Perencanaan partisipatif
Materi

ini

disampaikan

untuk

memunculkan

dan

menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat. Materi
yang umum diberikan adalah Participatory Rural Apprasisal
(PRA)
2.

Perencanaan Penanganan Isu
a.

Penyusunan Rencana Kerja/ Aksi Masyarakat
Penyusunan perencanaan penanganan isu sumber daya air
dilaksanakan dengan prinsip: dari masyarakat, oleh
masyarakat, dan untuk masyarakat.
dilakukan

akan

menghasilkan

Perencanaan yang
rencana

kerja/aksi

masyarakat – dalam konteks rehabilitasi dan konservasi
air dan tanah disebut dengan Rencana Konservasi Tanah
Desa (RKTD). RKTD merupakan rencana aksi yang disusun
oleh masyarakat dalam rangka melestarikan air dan
sumber-sumber

air,

memperbaiki

lahan

kritis,

meningkatkan kehidupan sosial - perekonomian, serta
menguatkan kelembagaan masyarakat.
Dalam proses penyusunannya keterlibatan masyarakat dari
unsur orang tua, pemuda, laki-laki dan perempuan, tokoh
masyarakat, tokoh adat, tokoh

agama serta aparat

pemerintah desa menjadi sangat penting yang tentu mereka
relatif cukup memahami permasalahan di desa dan
lingkungannya.
b. Tahapan Penyusunan RKTD:
1)

Penggalian

data

bersama

masyarakat

dilakukan

dengan:

8

i.

identifikasi

potensi

dan

masalah

lingkungan,

ekonomi, dan sosial masyarakat melalui telaah
terhadap informasi dan data sekunder yang ada.
ii. verifikasi faktual dengan melakukan penelusuran
lapangan.
2)

Input dan analisis data dan penyusunan matriks
potensi, masalah, dan alternatif solusi

3)

Penyusunan draft RKTD

4)

Lokakarya draft RKTD
Draft RKTD yang telah disusun dipaparkan kepada
para

pemangku

kepentingan

sumber

daya

air,

khususnya pemerintah, baik pusat maupun daerah,
dan bila memungkinkan melibatkan pihak badan
usaha.
Dalam lokakarya diharapkan ada feedback dari para
pemangku kepentingan untuk dilakukan perbaikan,
penyesuaian, maupun perubahan pada draft RKTD
yang sudah disusun.
5)

Finalisasi RKTD dan Rencana Tindak Lanjut
i.

Draft RKTD hasil lokakarya kemudian difinalkan
menjadi dokumen RKTD

ii. Penguatan kelembagaan RKTD
Kelembagaan dalam masyarakat perlu ada dalam
rangka mengawal implementasi rencana yang telah
disusun.
iii. Sosialisasi RKTD kepada seluruh masyarakat desa
iv. Pembahasan RKTD di Pemerintahan Desa dan
menjadi agenda pembangunan desa.
v. Dokumen RKTD hendaknya ditandatangani oleh
kepala daerah sebagai tanda mengetahui dan
mengakui program usulan dari masyarakat dalam
kaitan pengelolaan sumber daya air.
vi. Distribusi dokumen RKTD kepada para pemangku
kepentingan lainnya (pemerintah, swasta/dunia
usaha, dll)

9

7.2.3 Implementasi
Setelah

dilakukan

proses

persiapan

yang

diikuti

dengan

peningkatan kapasitas, serta dilanjutkan dengan penyusunan
rencana kerja/aksi masyarakat, maka tahapan selanjutnya adalah
pelaksanaan rencana kerja/ aksi yang telah disusun.
Satu hal yang penting adalah bahwa diharapkan masyarakat
mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
sesuai

dengan

kemampuan

dan

kewenangannya.

Hal

ini

merupakan bentuk keaktifan dan swadaya masyarakat, sedang
program dan kegiatan yang merupakan wewenang dan tanggung
jawab pemerintah hendaknya dapat diakomodasi dan difasilitasi
melalui APBD maupun APBN.
7.2.4 Pemantauan dan evaluasi
Pemantauandan evaluasi dari hasil yang sistematik ini selanjutnya
akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
dan mengembangkan strategi program kegiatan pengelolaan
sumber daya air yang berikutnya. Pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi ini dilakukan secara partisipatif, yaitu dilakukan oleh para
pelaku pemberdayaan dengan mengikutsertakan masyarakat.

Contoh Tabel RKTD
NO

MASALAH
UTAMA

PROGRAM
SOLUSI

KEGIATAN

HASIL YANG
AKAN DICAPAI
(TARGET)

INDIKATOR

TAHUN

LOKASI

1

2

3

4

5

1

2

10

PARA PIHAK
DAN
PEMBIAYAAN

VIII. PENUTUP
1. Rencana Konservasi Tanah Desa (RKTD) merupakan istilah umum yang
digunakan sebagai perencanaan masyarakat dalam upaya konservasi air
dan lahan. RKTD biasa digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan
Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA).
2. Dalam konteks pengelolaan sumber daya air lainnya – misal:
pendayagunaan SDA dan penanggulangan daya rusak air – dapat
digunakan istilah lain untuk menyebut hasil perencanaan masyarakat.
Inti dari perencanaan masyarakat adalah rencana yang disusun oleh
masyarakat untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dalam
kaitannya

dengan

pengelolaan

sumber

daya

air

dan

untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
3. Pemberdayaan masyarakat pada kegiatan-kegiatan selain konservasi,
misalnya pemberdayaan P3A dalam rangka pendayagunaan sumber
daya air, ataupun pemberdayaan masyarakat dalam penanganan
bencana banjir, dilakukan melalui proses dan tahapan yang sama
dengan pemberdayaan masyarakat dalam konservasi sumber daya air.
Hanya substansi materinya yang berbeda.

11