PENTINGNYA PERAN RUANG TERBUKA HIJAU 2 (2)

Tugas Matakuliah Berfikir Menulis Ilmiah
PENTINGNYA PERAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) BAGI
KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DAERAH PERKOTAAN
http://ardinifp.wordpress.com/2012/05/07/ruang-terbuka-hijau-bagiperkotaan/
Oleh
Ardini Fitri Pratiwi I 34100117

Dosen
Dr. Ir. Pudji Mulyono, Msi
Ir. Murdianto, Msi
Martua Sihaloho, SP, Msi
Asisten Dosen
Siska Oktavia

DEPARTEMEN SAINS
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
ABSTRAK
Perubahan iklim yang disebabkan oleh berbagai faktor kerusakan

lingkungan merupakan fenomena yang sangat fundamental, yang telah
melanda seluruh aspek kehidupan manusia di muka bumi ini. Keadaan

bumi semakin gersang dari lebatnya tumbuhan hijau yang berperan
penting sebagai penyaring dan pengikat CO2, zat-zat pencemar dan
debu, penghasil O2 bagi kehidupan, penyerap air serta banyak sekali
manfaat lainnya. Khususnya daerah perkotaan, yang telah menjadi
pusat peradaban dan perekonomian telah mengalami kerusakan
lingkungan yang sangat parah. Ruang terbuka hijau adalah
seberapapun ruang yang dapat ditumbuhi pohon atau tanaman
lainnya, yang meskipun sempit namun dapat membantu dalam
meredusi berbagai dampak akibat kerusakan lingkungan. Ruang
terbuka hijau (RTH) merupakan solusi utama, khususnya dalam
menjaga sirkulasi udara dan air dari permasalahan krisis ekologi
perkotaan yang disebabkan oleh terus meningkatnya jumlah urban dan
pembangunan. Seluruh aktivitas dalam hidup pasti menghasilkan sisa
yang dapat berupa sampah ataupun zat-zat pencemar dan emisi lain
yang terlepas ke udara. Menyediakan sebagian lahan dirumah atau
dikantor untuk ruang terbuka hijau kemudian menjaga, melindungi dan
melestarikannya adalah hal terkecil yang dapat setiap manusia

upayakan dalam menjaga lingkungan yang indah dan sehat.
Kata kunci : ruang terbuka hijau, perubahan iklim, krisis ekologi
perkotaan

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah berjudul “Pentingnya Peran Ruang
Terbuka Hijau (RTH) bagi Kehidupan Masyarakat di Daerah Perkotaan”
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan para
sahabatnya. Teriring doa dan harapan semoga Allah meridhoi upaya
yang penulis lakukan.
Makalah ini merupakan pemenuhan tugas akhir Matakuliah Berfikir
Menulis Ilmiah. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberitahukan

bagaimana kerusakan lingkungan di perkotaan terjadi, sumber
penyebab dan akibatnya terhadap lingkungan serta dampaknya bagi
masyarakat perkotaan. Selain itu, penulis juga mendeskripsikan solusi
yang dapat dilakukan dalam rangka menjaga dan mempertahankan

kota dari kerusakan lingkungan serta ancaman bencana yang tidak
terduga seiring dengan perubahan iklim bumi.
Penulis mengharapkan penulisan makalah ini dapat memberi manfaat
bagi khasanah ilmu pengetahuan, mampu dijadikan sebagai masukan
bagi para pembaca serta menjadi acuan dalam berperilaku yang
semakin ekologis. Semoga melalui penelitian ini penulis bisa berbagi
kebaikan untuk banyak pihak dan mampu memberikan sumbangsih
pemikiran bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Bogor, 26 Desember 2011
Ardini Fitri Pratiwi

DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………………………………..
i
ABSTRAK………………………………………………………………………………
ii
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………


iii

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………..

iv

BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………….

1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………..
1
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………………..

1

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………….

1
BAB II PENCEMARAN KOTA…………………………………………………
2
BAB III RUANG TERBUKA HIJAU…………………………………………
4
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………….
6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..
7
LAMPIRAN…………………………………………………………………………….
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Meningkatnya populasi manusia di dunia secara drastis telah menjadi
permasalahan besar bagi kehidupan manusia di bumi. Jumlah penduduk bumi
yang kini telah mencapai 7 milyar jiwa menciptakan ketidakseimbangan antara
kebutuhan yang harus dipenuhi dengan sumberdaya alam dan lahan yang
tersedia, sehingga melahirkan berbagai masalah sosial dan lingkungan.

Dewasa ini, telah terjadi penuruanan kualitas udara dan air yang tinggi
khususnya di daerah perkotaan yang merupakan pusat peradaban kehidupan
manusia sekarang. Pada awalnya, sebagian besar lahan perkotaan terdiri atas
ruang terbuka hijau, namun seiring meningkatnya kebutuhan ruang untuk

menampung kebutuhan manusia beserta aktivitasnya maka terjadilah alih guna
ruang terbuka hijau secara besar-besaran. Menghilangnya sebagian besar ruang
terbuka hijau di perkotaan mengakibatkan berbagai zat pencemar utama
perkotaan yang merupakan hasil produk pembakaran bahan bakar minyak dan
fosil oleh berbagai sektor seperti pemukiman, industri maupun transportasi.
Meningkatnya kadar CO, CO2,NO2,NO,SO2, hidrokarbon, timah hitam (Pb) dan
partikulat padat tersuspensi di atmosfer berdampak buruk bagi keberlangsungan
hidup di bumi. Tanpa adanya ruang terbuka hijau yang mencukupi, maka potensi
kerusakan lingkungan menjadi semakin besar karena berkurangnya siklus
pembaharuan udara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja kegiatan masyarakat diperkotaan yang memicu pada
permasalahan lingkungan serta bagaimana dampaknya?
2. Apa yang dimaksud ruang terbuka hijau dan seberapa pentingkah
perannya dalam kehidupan khususnya daerah perkotaan?

3. Bagaimana ruang terbuka hijau dapat meminimalisir efek buruk
dari gas-gas beracun penemar udara?
1.3 Tujuan Tulisan

Tujuan dari tulisan ini adalah memberitahukan bagaimana permasalahan dalam
lingkungan di daerah perkotaan dapat terjadi serta betapa pentingnya peran
Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam berbagai aspek bagi kelangsungan hidup
masyarakat kota.
BAB II
PENCEMARAN KOTA

Pemanasan global adalah fenomena yang menjadi isu krusial baik di tingkat
nasional maupun internasional. Hal ini dengan sangat cepat mengancam
keberlangsungan hidup manusia, sehingga harus segera ditanggapi dengan
serius bukan hanya oleh pemerintah atau aktivis-aktivis lingkungan, namun juga
oleh seluruh umat manusia. Pemanasan global adalah suatu kejadian alam,
dimana suhu atmosfer bumi mengalami peningkatan yang disebabkan oleh

berbagai aktivitas, baik yang terjadi secara alami atau merupakan hasil
perbuatan manusia. Akhir-akhir ini pemanasan global telah mengakibatkan

terjadinya bencana alam di berbagai penjuru dunia. Terdapat berbagai faktor
yang menyebabkan terjadinya pemanasan global, khususnya disebabkan oleh
paham antroposentrisme yang menganggap manusia sebagai pusat dari
kehidupan alam semesta, sehingga manusia berhak mengeksploitasi SDA guna
memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas. Tingginya hasrat untuk
memuaskan kebutuhan manusia membuat kita melupakan dampak negatif yang
ditimbulkan oleh eksploitasi sumberdaya alam yang semakin lama semakin
meningkat.
Populasi manusia terus meningkat secara drastis. Menurut perhitungan statistik
Populasi Penduduk Dunia PBB ,tepat pada tanggal 31 Oktober 2011 lalu
populasi manusia di dunia telah mencapai tujuh milyar jiwa. Hal ini telah menjadi
perhatian khusus dalam rangka mengantisipasi semakin membeludaknya
permintaan akan pemenuhan kebutuhan hidup yang seiring dengan kemajuan
teknologi dan gaya hidup yang serba modern. Semakin banyak manusia yang
lahir maka semakin banyak pula penyediaan terhadap berbagai kebutuhan. Inilah
yang memicu adanya perilaku eksploitasi terhadap SDA secara besar-besaran.
Jumlah populasi yang terus bertambah semakin menciptakan kesesakan
khususnya daerah perkotaan, yang kini telah menjadi pusat aktivitas
perekonomian masyarakat dunia. Saat ini sekitar 52% penduduk tinggal di
perkotaan dan diperkirakan membengkak menjadi 68% pada 2025. Sebagian

besar kegiatan manusia dalam berbagai sektor berlangsung di perkotaan.
Perkotaan menjadi padat dan sesak oleh kendaraan yang berlalu-lalang dan
bangunan-bangunan yang berlomba mencakar langit, baik dari perumahan
sampai dengan perusahaan dan industri. Hal ini mengakibatkan
ketidakmerataan penduduk karena perkotaan menjadi sasaran masyarakat
daerah dalam memperoleh sumber penghidupan. Dengan demikian, bukanlah
suatu hal yang aneh jika perkotaan memiliki kualitas lingkungan, khususnya
kualitas udara yang sangat rendah.
Urbanisasi yang tidak terkendali mengakibatkan tidak sedikit ruang di perkotaan,
yang seharusnya merupakan RTH yang harus dipertahankan, malah sebaliknya
menjadi kawasan perumahan elit ataupun pemukiman ilegal yang kumuh dan
berjajar disepanjang bantaran sungai dan rel kereta api. Tingginya jumlah

pendatang dari tahun ke tahun menyebabkan pembangunan menjadi terpusat
hanya pada daerah perkotaan. Seluruh mata rantai permasalahan yang berawal
dari perumbuhan populasi manusia dan gaya hidup yang tidak berkelanjutan
adalah masalah utama penyebab krisis ekologi. Semakin banyak kaum urban,
maka semakin banyak bangunan yang harus dibangun, semakin banyak jumlah
kendaraan, semakin banyak jumlah sampah yang harus ditumpuk setiap hari dan
semakin banyak juga RTH yang harus dikorbankan. Selain hal itu, yang paling

penting adalah semakin banyak kecemasan dan kekhawatiran-kekhawatiran
terhadap kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar.
Menanggapi permasalah sampah, khususnya sampah organik yang dibuang oleh
setiap individu setiap hari, tentunya hal tersebut mengakibatkan jumlah sampah
organik yang tertampung di tempat pembuangan akhir (TPA) juga akan terus
bertambah. Sampah-sampah tersebut akan mengalami proses pembusukan
secara alamiah. “Proses pembusukan sampah organik tersebut akan
mengeluarkan gas methana (CH4) yang berbahaya untuk lingkungan” (Wardhana
2010). Salah satu zat racun lainnya yang mendukung peningkatan suhu bumi kita
yang merupakan hasil pembakaran dari bahan bakar fosil (batubara, minyak
bumi dan gas bumi) seperti kendaraan, kegiatan rumah tangga dan juga industri
adalah CO yang apabila terlepas ke udara dan bercampur dengan O 2 yang
berlimpah di udara makaakan membentuk CO2.Methana (CH4) dan karbon
dioksida (CO2)adalah dua jenis gas rumah kaca yang paling banyak terdapat di
udara daerah perkotaan. Mengenai gas rumah kaca dijelaskan sebagai berikut:
“Gas rumah kaca atau green house gasses adalah sekelompok gas yang
terdiri atas gas-gas CO2 (karbon dioksida), CH4 (methan), NO2 (nitrogen oksida),
CFC (chloro fluoro carbon), HFC (hidro fluoro karbon), PFC (perfluoro carbon)
dan SF6 (sulfur hexa fluorida)” (Wardhana 2010).
Inilah alasan mengapa kota mengalami kerusakan lingkungan yang sangat

cepat. Terjadi peningkatan rumah-rumah baik legal maupun ilegal, gedunggedung kaca yang menjulang, transportasi bahkan peningkatan sampah yang
berdampak pada kesehatan lingkungan kota. Seluruh aktivitas tersebut
melepaskan gas-gas beracun ke udara yang mencemar dan merusak lingkungan
bumi sehingga terjadilah perubahan iklim yang kini tidak menentu dan sulit
diprediksi. Pencemaran udara adalah salah satu permasalahan krusial dalam isu

lingkungan khususnya di perkotaan. Mengenai berbagai zat pencemar
lingkungan perkotaan dideskripsikan sebagai berikut:
“Di lingkungan perkotaan, pencemar udara dikeluarkan terutama dari proses
kegiatan pembakaran bahan bakar minyak, baik dari sektor pemukiman,
transportasi maupun industri, serta hasil pengelolaan limbah padat perkotaan.
Berbagai zat pencemar utama perkotaan adalah hasil produk pembakaran bahan
bakar minyak dan fosil, yaitu CO, CO2, NO2,NO,SO2, hidrokarbon, timah hitam
(Pb) dan partikulat padat tersuspensi” (Soedomo 2001).
Partikel-partikel zat tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan manusia,
diantaranya adalah partikel debu yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan
kronis seperti bronchitis, emfiesma paru, asma brochnical dan bahkan kanker
paru. Kadar timah (Pb) yang tinggi di udara dapat mengganggu pembentukan sel
darah. SOx, NO X, H2S dapat merangsang saluran pernapasan yang
mengakibatkan iritasi dan peradangan. Secara umum, semua bahan pencemar
gas yang terlarut dalam udara dapat langsung masuk ke dalam tubuh sampai ke
paru-paru yang pada akhirnya diserap oleh sistem peredaran darah.
BAB III
RUANG TERBUKA HIJAU

Ketidakseimbangan antara peningkatan jumlah zat-zat pencemar dengan
berkurangnya RTH perkotaan seharusnya menjadi fokus utama dalam
pembangunan daerah perkotaan guna menciptakan kesejahteraan bagi
penduduknya. Hal tersebut menjadi penting karena semakin berkurangnya
jumlah ruang terbuka hijau memicu banyak permasalahan lain sehingga
menurunkan kenyamanan dan merusak ekologi perkotaan, seperti banjir,
menurunnya ketersediaan air tanah, meningkatnya polusi udara dan suhu kota
yang berakibat pada munculnya berbagai penyakit baru.
Dalam upaya menghadapi permasalahan ini, tindakan penanaman pohon di
setiap lahan atau ruang terbuka yang tersisa adalah kunci utama yang dapat dan
dengan mudah untuk segera dilakukan. Ruang terbuka hijau sebaiknya ditanami
pepohonan yang mampu mengurangi polusi udara secara signifikan. Dalam UU
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan

Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian RTH
adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dan dalam undang-undang ini
disyaratkan luas RTH minimal 30% dari luas wilayah (negara, provinsi,
kota/kabupaten). Namun pada kenyataannya, hanya kurang lebih 10% hingga
20% dari keseluruhan luas perkotaan yang dapat dipertahankan sebagai ruang
terbuka hijau. Dapat kita lihat, bahwa daerah perkotaan telah menjadi daerah
komersil yang setiap jengkalnya dimanfaatkan untuk usaha dan pembangunan
lainnya.
“Dari segi fungsi RTH dapat berfungsi secara ekologis, sosial/budaya,
arsitektural, dan Ekonomi” (Kuantitas… 2001). Ketersediaan RTH berperan
dalam memasok O2, menyaring kotoran (debu jalanan, abu pabrik/rumah
tangga), mereduksi beberapa zat pencemar udara seperti gas rumah kaca,
membantu penyerapan air hujan, menjaga kesuburan tanah, membantu
menghindari kebisingan, menciptakan kesejukan oleh rimbunnya dedaunan serta
suasana kota yang lebih indah dan nyaman. Keberadaan pohon harus
diperhatikan melalui cara penyediaan RTH karena sebagaimana dijelaskan
bahwa pohon:
“Memasok kebutuhan oksigen (O2). Melalui proses fotosintesis, tajuk pohon
mengurangi kadar CO2 (hasil aktivitas manusia, pabrik, kendaraan bermotor) di
udara dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan manusia. Menurut Mudjono
(1977), setiap 1 hektare lahan hijau dapat mengubah 3,7 ton CO2 menjadi 2 ton
O2” (Manfaat… 2011).
Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari RTH, namun masih terlalu
banyak khalayak yang belum menyadari hal ini. Pentingnya RTH bagi kehidupan
telah dianaktirikan, padahal ini adalah faktor utama yang dapat menjamin
keberlangsungan hidup yang bersih, sehat, nyaman dan indah. Jika zaman
dahulu permukaan daratan masih berupa tanah dan bebatuan, berbeda dengan
sekarang yang sangat susah menemukan tanah kosong. Jika zaman dahulu air
hujan dapat segera terserap oleh akar-akar tumbuhan, berbeda dengan
sekarang bahwa air lebih sering menggenang karena tidak ada aliran. Secara
lebih rinci mengenai fungsi dan manfaat RTH dalam empat aspek ekologis,

ekonomi, sosial dan arsitektural dijelaskan dalam tabel yang terlampir pada
halaman akhir makalah ini.
RTH daerah perkotaan sangatlah beragam. “RTH di perkotaan dapat berupa
lapangan olahraga, hutan kota, taman kota, taman lingkungan perkotaan, atau
kawasan dan jalur hijau sepanjang jalan” (Maniac 2011). Keberadaan mereka
adalah sangat penting, khususnya dalam menjaga sirkulasi udara dan
keterseiaan air tanah. Selain itu, RTH dapat menjadi pilihan lokasi kunjungan
alternatif untuk sekedar melepas kepenatan di akhir pekan sekedar jalan atau lari
pagi dan duduk-duduk besama keluarga dan teman. RTH menjadi solusi dalam
merespon berbagai tantangan perubahan iklim yang berakibat pada banyak
aspek dalam keberlangsungan hidup manusia khususnya masyarakat kota.

PENUTUP
Kesimpulan
Melihat daripada fungsi RTH, maka telah kita ketahui bahwa banyak sekali
manfaat yang dapat diperoleh dari RTH bagi kelangsungan hidup manusia
khususnya di perkotaan. Kesadaran manusia akan pentingnya peran tumbuhan
pada RTH harus terus disosialisasikan agar manusia semakin bijak dalam
bertindak. Sudah seharusnya manusia mengaitkan aspek lingkungan sebagai
sebuah pertimbangan dalam pengambilan setiap keputusan dalam hidupnya.
Setiap kerusakan lingkungan yang terjadi akan terus berkesinambungan
terhadap munculnya berbagai macam permasalahan lainnya. Bukan hanya
berdampak terhadap manusia, namun juga terhadap beraneka ragam flora dan
fauna yang ditakutkan lambat laun akan menghilang dan punah. Menciptakan
RTH serta menjaga dan melindungi kelestariannya adalah salah satu tugas mulia
yang menjadi tanggung jawab setiap manusia.

Saran

RTH telah menjadi syarat penting dalam pembangunan perkotaan demi
keberlangsungan hidup yang sehat dan nyaman. Hal itu semua tidak terlepas
dari peran serta seluruh masyarakat kota untuk terlibat dalam menjaga
kelestarian lingkungan kota, sebagaimana kita ketahui bahwa hanya sedikit
sekali RTH yang tersisa. Pemerintahpun kurang tegas dalam menyikapi
pembangunan kota yang menghiraukan masalah ini. Namun masih segelintir
masyarakat kota yang paham mengenai betapa pentingnya keberadaan
penghijauan. Oleh sebab itu, penulis memberikan saran sebagai berikut :
 Perlunya pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang
berkriteria ramah lingkungan dengan menyediakan lahan untuk
taman.
 Bukan sekedar aksi-aksi lingkungan seperti penanaman kembali
pepohonan saja yang perlu ditingkatkan, tetapi seiring dengan
hal tersebut yang lebih penting adalah rasa memiliki dan
menyayangi lingkungan yang dapat dimulai dari penyadaran
oleh pemerintah melalui sosialisasi dan pemberlakuan kembali
sangsi-sangsi bagi seluruh lapisan masyarakat diberbagai lokasi.
 Pemerintah harus menegakkan kembali dengan sangat tegas
bagi pelanggar UU No. 32/2009 dalam menindak lanjuti segala
kegiatan yang menimbulkan pencemaran lingkungan atau
berdampak buruk terhadap lingkungan hidup.
 Pemerintah sebaiknya membebaskan sisa lahan di kota untuk
penghijaun secara maksimal.
 Masyarakat perkotaan sebaiknya menyediakan sedikit lahan di
halaman rumahnya atau ruang di dalam maupun di luar rumah
yang dapat dimanfaatkan sebagai area hijau.
 Memfungsikan kelompok penyelamat lingkungan serta memberi
penghargaan kepada para pahlawan lingkungan sehingga
memacu pada tiap individu untuk menciptakan lingukungan kota
yang sehat dan bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. [tidak ada
tahun]. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wilayah Perkotaan. Bogor [ID]: Lab.
Perencanaan Lanskap Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian – IPB.
[Internet]. [diunduh 5 November 2011]. Format: PDF. Dapat diunduh
dari:http://penataruang.nettarumakalah.bnpb.co.id
Pahrurodji P. 2009. Laut Kita Sumber Potensi Masa Depan, Bukan Tempat
Sampah. Bogor [ID]: Aung Shin Sei. 149 hal.
Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau (Rth) di Permukiman Kota.
2001. [Internet]. [diunduh 5 November 2011]. Format: PDF. Dapat diunduh
dari: http:/prints.undip.ac.id/14701/Kuantitas-dan-Kualitas-RuangTerbuka-Hijau
Manfaat Pohon. 2011. [Internet]. [diunduh 5 November 2011]. Dapat diunduh
dari:http://www.hutanrakyat.perumperhutani.com
Maniac Administrator. Januari 2011. Ruang Terbuka Hijau. [Internet]. [diunduh
5 November 2011]. Dapat diunduh
dari:http://werdhapura.penataanruang.netindex.phpoption=com_jfusion
&jfile=doku.php&id=isu_stra
Soedomo M. 2001. Pencemaran Udara. Bandung [ID]: Penerbit ITB. Hal. 7.
Wardhana WA. 2010. Dampak Pemanasan Global. Yogyakarta [ID]: Penerbit
ANDI

Yogyakarta. 188 hal.