PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MAT

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS
PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA
I Gst

Ayu Agung Dwiningrat1, Ni Wyn. Suniasih2, I.B Surya Manuaba 3
1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: igaa.dwiningrat@yahoo.com1,Wyn_suniasih@yahoo.com2,
ibsm.co.id@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan
pemecahan masalah Matematika antara kelompok siswa yang mengikuti model
pembelajaran Missouri Mathematics Project berbantuan media konkret dengan yang

mengikuti pembelajaran konvensional. Rancangan Penelitian ini adalah nonequivalen
control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD Gugus VI
Abiansemal, sebanyak 174 siswa. Sampelnya sebanyak 70 siswa, yang terdiri dari kelas
V SD No.3 Mambal sebagai kelompok eksperimen dan Kelas V SD No.1 Mambal
sebagai kelompok kontrol. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
kemampuan pemecahan masalah Matematika. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah tes dalam bentuk essay. Data dianalisis dengan statistik uji
t. Hasil pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 68,
diperoleh ttabel = 2,00 dan thitung = 3,80. Dengan demikian thitung = 3,80 > ttabel = 2,00
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan
kemampuan pemecahan masalah Matematika antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran Missouri Mathematics Project berbantuan media konkret dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini juga didukung oleh nilai rata-rata
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran Missouri Mathematics Project
berbantuan media konkret lebih dari siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional
( X = 79,77 > X = 76,69). Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Missouri
Mathematics Project berbantuan media konkret berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah Matematika siswa kelas V SD Gugus VI Abiansemal tahun ajaran
2013/2014.
Kata kunci : Missouri Mathematics Project

ABSTRAK
This study aims to determine significant differences between the mathematics problemsolving ability groups of students who take learning models Missouri Mathematics
Project assisted with the concrete media following the conventional learning . The design
of this study is nonequivalen control group design. The study population was the entire
fifth grade elementary Abiansemal Cluster VI, as many as 174 students. The sample of
70 students, which consist of 3 elementary fifth grade Mambal as Class V experimental
group and SD 1 Mambal as a control group. The data collected in this study is the data
Math problem solving ability. The methods used to collect the data is in the form of essay
test . Data were analyzed by t-test statistics. The results of hypothesis testing is done at
a significance level of 5 % with dk = 68, obtained tcount table = 2.00 and = 3.80. ttable thus
Ho is rejected and Ha accepted. This means that there are significant differences
between the mathematics problem-solving ability of students who take learning models
Missouri Mathematics Project assisted concrete media with students who take

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
conventional learning. It is also supported by the average value of a group of students
who take learning models Missouri Mathematics Project assisted with the concrete
media following the conventional learning ( X = 79,77 > X = 76,69). Can be concluded
that the model-assisted learning media Missouri Mathematics Project concretely affect

upon ability Math problem solving fifth grade elementary school students Force VI
Abiansemal school year 2013/2014.
Keywords : Missouri Mathematics Project

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang
sangat penting dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia. Tujuan pendidikan
nasional menurut UU Sistem Pendidikan
Nasional nomor 20 Tahun 2003 adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Mengingat pentingnya pendidikan itu, maka
mutu pendidikan harus ditingkatkan. Untuk
meningkatkan
mutu

pendidikan
di
Indonesia, pemerintah telah mengupayakan
berbagai macam terobosan dan salah satu
terobosan yang dilakukan adalah dengan
meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal
ini disebabkan karena pada dasarnya
pendidikan
merupakan
proses
memanusiakan manusia agar mampu
mengaktualisasikan diri dalam kehidupan,
dimana pendidikan yang baik adalah
pendidikan
yang
tidak
hanya
mempersiapkan para siswanya untuk suatu
profesi
atau

jabatan,
tetapi
untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari
(Trianto, 2007:1).
Salah satu mata pelajaran yang erat
kaitannya dengan masalah sehari-hari di
sekolah dasar adalah Matematika. Siswa
memerlukan Matematika untuk memenuhi
kebutuhan praktis dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
1
Misalnya,
dapat
berhitung,
dapat
menghitung
isi
dan

berat,
dapat
mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan
menafsirkan data, dapat menggunakan
kalkulator dan komputer.
Kemampuan pemecahan masalah
adalah
fokus
dalam
pembelajaran
Matematika yang mencakup masalah
tertutup dengan solusi tunggal, masalah

terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan
masalah
dengan
berbagai
cara
penyelesaian.
Untuk

meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah perlu
dikembangkan keterampilan memahami
masalah, membuat model Matematika,
menyelesaikan masalah, dan menafsirkan
solusi.
Dalam
setiap
kesempatan,
pembelajaran
Matematika
hendaknya
dimulai dengan pengenalan masalah yang
sesuai dengan situasi.
Aisyah (2007) Dengan mengajukan
masalah kontekstual, peserta didik secara
bertahap dibimbing untuk menguasai
konsep Matematika. Untuk meningkatkan
keefektifan
pembelajaran,

sekolah
diharapkan
menggunakan
teknologi
informasi dan komunikasi seperti computer,
media, atau media lainnya.
Pendapat
Bruner
(dalam
Aisyah,2007:6) menyatakan proses belajar
anak sebaiknya diberi kesempatan untuk
memanipulasi dan mengotak atik media
yang tersedia untuk memahami suatu
konsep Matematika. Peran guru dalam
penyelenggaraan tersebut perlu memahami
struktur mata pelajaran, pentingnya belajar
aktif, supaya seseorang, dapat menemukan
konsep-konsep sebagai dasar untuk
memahami dengan benar dan pentingnya
nilai berpikir induktif.

Pendapat
Bruner
(dalam
Aisyah,2007:6) siswa dapat belajar suatu
pengetahuan dimana pengetahuan tersebut
dapat dipelajari sendiri secara aktif, dengan
menggunakan benda-benda konkret atau
dalam situasi nyata tanpa menggunakan
imajinasi atau kata-kata tetapi melalui
berbuat atau melakukan sesuatu.
Masalah yang biasanya terjadi dalam
pembelajaran saat ini adalah aktifitas siswa
dalam mengikuti pelajaran masih kurang.
Pembelajaran cenderung berpusat pada

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
guru, pada saat menjelaskan konsep jarang
menggunakan media konkret sehingga
siswa hanya menerima penjelasan dari

guru tanpa ada pemahaman.
Yang
dimaksud
dengan
pembelajaran
konvensional
adalah
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh
para guru. Pembelajaran konvensional
(tradisional) pada umumnya memiliki
kekhasan
tertentu,
misalnya
lebih
mengutamakan
hapalan
daripada
pengertian,
menekankan
kepada

keterampilan berhitung, mengutamakan
hasil dari pada proses, dan pengajaran
berpusat pada guru.
Metode mengajar yang lebih banyak
digunakan oleh guru dalam pembelajaran
konvensional adalah metode ekspositori.
Menurut Ruseffendi (1991:124) “metode
ekspositori ini sama dengan cara mengajar
biasa (tradisional) kita pakai pada
pengajaran Matematika”. Sebagai contoh,
guru memberikan contoh soal dan
penyelesaiannya, kemudian siswa diberikan
soal latihan dan menyelesaikannya. Jadi
kegiatan guru
yang
utama
hanya
menerangkan kepada siswa dan siswa
mencatat dan mendengarkan.
Kejadian semacam ini adalah wajar,
karena
menurut
Petersen
(dalam
http://putuwidyanto.wordpress.com) dalam
proses belajar mengajar seorang pendidik
menghadapi banyak peserta didik yang
masing-masing mempunyai kepribadian,
potensi, latar belakang kehidupan, serta
masalah belajar yang berbeda tiap peserta
didik. Dengan demikian peserta didik dalam
menerima dan memahami uraian dari
seorang
pendidik
juga
mengalami
perbedaan pula sesuai dengan kemampuan
daya serap masing-masing. Ada yang cepat
menerima dan memahami materi yang
disajikan, ada pula yang lambat bahkan ada
pula yang sangat lambat sekali, dan tidak
menutup kemungkinan ada juga yang tidak
dapat memahami walaupun dijelaskan
pendidik.
Selain
itu
Rachman
(dalam
http://putuwidyanto.wordpress.com),
menyatakan tidak jarang ditemukan tenaga
pengajar yang memaks kehendaknya. Anak
dipaksa untuk mengerj, untuk belajar atau
untuk mencapai target nilai tertentu. Sikap
tenaga pengajar yang seperti ini tidak

hanya membuat anak menjadi tertekan tapi
juga membuat anak berpikir bahwa belajar
adalah kewajiban bukan kebutuhan.
Situasi seperti itu membuat siswa SD
mengalami kejenuhan dalam belajar
Matematika. Kejenuhan yang timbul
mengakibatkan merosotnya hasil belajar
siswa dalam pelajaran Matematika. Untuk
itu satu usaha yang dapat dilakukan oleh
guru adalah dengan memanfaatkan media
konkret. Pada tingkat operasi konkret anak
sekolah dasar perkembangan mentalnya
melakukan pekerjaan-pekerjaan logis dapat
dilakukan dengan bantuan benda-benda
konkret. Sedangkan menurut Brunner
(dalam
pmat.uad.ac.id/teori-belajarbruner.html),
anak usia sekolah dasar
untuk mendapatkan daya tangkap dan daya
serapnya
yang
meliputi
ingatan,
pemahaman
dan
penerapan
masih
memerlukan mata dan tangan. Dengan
demikian dalam pelajaran Matematika
dituntut adanya media konkret dan benda
konkret yang dapat digunakan untuk
penerapan Matematika.
Ada
beberapa
manfaat
dari
penggunaan media dalam pengajaran
Matematika
yang
dinyatakan
oleh
Ruseffendi (1992:140), diantaranya: a)
dengan adanya media, anak-anak lebih
banyak mengikuti pelajaran Matematika
dengan gembira, sehingga minatnya dalam
mempelajari Matematika semakin besar.
Anak senang, terangsang, tertarik dan
bersikap positif terhadap pengajaran
Matematika, b) dengan disajikannya konsep
abstrak Matematika dalam bentuk konkret,
maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih
rendah
lebih mudah memahami dan
mengerti, c) media pembelajaran dapat
membantu daya tilik ruang, karena tidak
membayangkan bentuk-bentuk geometri
terutama bentuk geometri ruang, sehingga
dengan melalui gambar dan benda-benda
nyatanya terbantu daya tiliknya sehingga
lebih berhasil dalam belajarnya, d) anak
menyadari adanya hubungan antara
pengajaran dengan benda-benda yang ada
disekitarnya, atau antara ilmu dengan alam
sekitar dan masyarakat, e) konsep-konsep
abstrak yang tersajikan dalam bentuk
konkret, yaitu dalam bentuk model
Matematika dapat dijadikan objek penelitian
dan dapat pula dijadikan alat untuk

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
penelitian ide-ide baru dan relasi-relasi
baru.
Komunikasi dalam Matematika juga
merupakan
bagian
penting
dalam
pembelajaran Matematika. Kemampuan
komunikasi matematis sangat penting
dimiliki dan dikembangkan oleh siswa.
Dengan komunikasi matematis, siswa dapat
mengemukakan
ide
dengan
cara
mengkomunikasikan
pengetahuan
Matematika yang dimilikinya baik secara
lisan maupun tulisan. Seringkali siswa
tidak
mampu
menyelesaikan
suatu
permasalahan
Matematika
karena
kesulitan
dalam
mengkomunikasikan
idenya
atau
merepresentasikan
permasalahan tersebut ke dalam bahasa
matematis. Ketidakmampuan siswa dalam
mengkomunikasikan
permasalahan
Matematika membuat siswa kesulitan
dalam
memecahkan
permasalahan
tersebut, karena permasalahan tersebut
menjadi bias yang berdampak pada hasil
belajar Matematikanya.
Selama ini pembelajaran Matematika
terkesan kurang menyentuh kepada
substansi pemecahan masalah. Siswa
cenderung menghafalkan kosep-konsep
Matematika sehingga kemampuan siswa
delam memecahkan masalah sangat
kurang.
Berdasarkan
sumber
(http://www.prayudi. wordpress.com)
menyatakan :
Di
antara
hasil
terbaru
penyempurnaan tersebut adalah
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan (KTSP). Salah satu
kelebihan dari kurikulum terbaru ini
adalah
dinyatakan
pemecahan
masalah
(problem
solving),
penalaran (reasoning), komunikasi
(communication), dan menghargai
kegunaan Matematika sebagai tujuan
pembelajaran Matematika SD, SMP,
SMA, dan SMK disamping tujuan
yang berkaitan dengan pemahaman
konsep yang sudah dikenal guru.
Pemecahan masalah merupakan
bagian dari kurikulum Matematika yang
sangat penting karena dalam proses
pembelajaran maupun penyelesaiannya,
siswa
dimungkinkan
memperoleh
pengalaman menggunakan pengetahuan

serta keterampilan yang sudah dimiliki
untuk
diterapkan
pada
pemecahan
masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Abdurrahman (2003: 254) bahwa:
“Pemecahan masalah adalah
aplikasi
dan
konsep
keterampilan.
Dalam
pemecahan masalah biasanya
melibatkan beberapa kombinasi
konsep
dan
keterampilan
dalam suatu situasi baru atau
situasi yang berbeda. Sebagai
contoh, pada saat siswa
diminta untuk mengukur luas
selembar papan, beberapa
konsep dan keterampilan ikut
terlibat. Beberapa konsep yang
terlibat adalah bujur sangkar,
garis sejajar dan sisi; dan
beberapa keterampilan yang
terlibat adalah keterampilan
mengukur, menjumlahkan dan
mengalikan”.
Menurut Dodson dan Hollander
(dalam http://amustofa70.wordpress.com)
kemampuan pemecahan masalah yang
harus ditumbuhkan adalah 1) kemampuan
mengerti konsep dan istilah Matematika, 2)
kemampuan
mencatat
kesamaan,
perbedaan, dan analogi, 3) kemampuan
untuk mengidentifikasi elemen terpenting
dan memilikih prosedur yang benar, 4)
kemampuan untuk mengetahui hal yang
tidak berkaitan, 5) kemampuan untuk
menaksirkan
dan
menganalisis,
6)
kemampuan untuk memvisualisasi dan
mengimplementasi kuantitas atau ruang, 7)
kemampuan
untuk
memperumum
(generalisasi)
berdasarkan
beberapa
contoh, 8) kemampuan untuk mengganti
metode yang telah diketahui, 9) mempunyai
kepercayaan diri yang cukup dan merasa
senang terhadap materinya.
Selanjutnya, Dodson dan Hollander
(dalam http://amustofa70.wordpress.com)
juga
mengemukakan
bahwa
dalam
mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah siswa, guru memberikan hal-hal
berikut 1) ajari siswa dengan berbagai
strategi yang dapat digunakan untuk
berbagai masalah, 2) berikan waktu yang
cukup untuk siswa mencoba masalah yang
ada, 3) ajaklah siswa untuk menyelesaikan
masalah dengan cara lain, 4) setelah

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
masalah terselesaikan, ajaklah siswa untuk
melihat kembali, melihat kemungkinan lain,
mengatakan dengan bahasa mereka
sendiri, kemudian ajaklah untuk mencari
penyelesaian dengan cara yang lebih baik,
5) jika kita berhadapan dengan masalah
yang sulit, tidak berarti kita harus
menghindar. Tetapi gunakan cukup waktu
untuk mengulang dan mengerj masalah
yang lebih benyak. Mulailah dengan
mengerjakan
masalah
serupa,
dan
kemudian masalah – masalah yang
menantang, 6) fleksibelitas di dalam
pemecahan masalah merupakan perilaku
belajar yang baik.
Para siswa didorong supaya berpikir
bahwa sesuatu itu multidimensi sehingga
mereka dapat melihat banyak kemungkinan
penyelesaian
untuk
suatu
masalah.
Menurut Gagne (Ruseffendi, 1991: 169),
dalam pemecahan masalah biasanya ada 5
langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1.
Menyajikan masalah dalam bentuk yang
lebih jelas; 2. Menyatakan masalah dalam
bentuk
yang
operasional
(dapat
dipecahkan); 3. Menyusun hipotesishipotesis alternatif dan prosedur kerja yang
diperkirakan baik untuk dipergunakan
dalam memecahkan masalah itu; 4.
Mengetes hipotesis dan melakukan kerja
untuk memperoleh hasilnya (pengumpulan
data, pengolahan data, dan lain-lain),
hasilnya mungkin lebih dari satu; 5.
Memeriksa kembali (mengecek) apakah
hasil yang diperoleh itu benar, atau
mungkin memilih alternatif pemecahan
yang terbaik.
Menurut
Polya
(dalam
http://pendekatan-pemecahan-masalahmenurut.html), solusi soal pemecahan
masalah memuat empat langkah fase
penyelesaian,
yaitu:
1)
Memahami
masalah, kegiatan dapat yang dilakukan
pada langkah ini adalah: apa (data) yang
diketahui, apa yang tidak diketahui
(ditanya), apakah informasi cukup, kondisi
(syarat) apa yang harus dipenuhi,
menyatakan kembali masalah asli dalam
bentuk yang lebih operasional (dapat
dipecahkan); 2) merencan pemecahannya,
kegiatan yang dapat dilakukan pada
langkah ini adalah: mencoba mencari atau
mengingat
masalah
yang
pernah
diselesaikan yang memiliki kemiripan

dengan masalah yang
dipecahkan,
mencari pola atau aturan, menyusun
prosedur
penyelesaian
(membuat
konjektur); 3) menyelesaikan masalah
sesuai rencana, kegiatan yang dapat
dilakukan pada langkah ini adalah:
menjalankan prosedur yang telah dibuat
pada
langkah
sebelumnya
untuk
mendapatkan penyelesaian; 4) memeriksa
kembali prosedur dan hasil penyelesaian,
kegiatan yang dapat dilakukan pada
langkah ini adalah: menganalisis dan
mengevaluasi apakah prosedur yang
diterapkan dan hasil yang diperoleh benar,
atau apakah prosedur dapat dibuat
generalisasinya.
Menerapkan suatu pembelajaran
yang tepat dapat memberikan kesempatan
kepada siswa untuk dapat berperan aktif
dalam mengkomunikasikan pengetahuan
yang ia miliki, akibatnya kemampuan
komunikasi siswa dapat meningkat. Salah
satu model pembelajaran yang memberi
peluang kepada siswa untuk melatih
kemampuan pemecahan masalah dalam
pembelajaran Matematika adalah Model
Pembelajaran
Missouri
Mathematics
Project.
Dalam suatu proses pembelajaran
terdapat berbagai komponen pembelajaran
yang harus dikembangkan dalam upaya
mendukung
tercapainya
tujuan
pembelajaran dan keberhasilan siswa
dalam
tujuan
pembelajaran
dan
keberhasilan
siswa
dalam
belajar.
Komponen-komponen tersebut diantaranya
guru, siswa, model pembelajaran, metode
pembelajaran, serta sumber dan media
pembelajaran.
Sebagai
salah
satu
komponen pembelajaran, pemilihan model
pembelajaran
sangat
menunjang
pencapaian tujuan pembelajaran. Saat ini
terdapat berbagai model pembelajaran
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
Matematika. Salah satu diantaranya adalah
model pembelajaran Missouri Mathematics
Project.
Model
pembelajaran
Missouri
Mathematics Project merupakan suatu
program yang di desain untuk membantu
guru dalam hal efektivitas penggunaan
latihan – latihan agar siswa mencapai
peningkatan yang luar biasa. Sedangkan
Convey
(dalam
Krismanto,
2003),

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
menyatakan bahwa model pembelajaran
Missouri Mathematics Project merupakan
suatu model pembelajaran yang terstruktur.
Adapun urutan langkah – langkah
dalam model pembelajaran Missouri
Mathematics Project
menurut (Shadiq,
2009: 21) adalah sebagai berikut, langkah 1
: Pendahuluan atau Review, Kegiatan–
kegiatan yang dapat dilakukan pada
langkah 1 ( pendahuluan atau review ) ini
adalah sebagai berikut: a. Meninjau ulang
pelajaran sebelumnya terutama yang
berkaitan dengan materi pembelajaran
yang sedang dilakukan. b. Membahas Soal
pada Pekerjaan Rumah ( PR ) yang
diberikan pada pelajaran sebelumnya yang
dianggap paling sulit oleh siswa. c.
Membangkitkan motivasi siswa, dengan
cara memberikan 1 contoh soal yang
berkaitan dengan soal PR yang dianggap
sulit oleh para siswa tersebut. Langkah 2 :
Pengembangan. Pada langkah kedua
kegiatan yang dilakukan adalah a.
penyajian ide baru dan perluasan konsep
Matematika terdahulu, b. penjelasan materi
yang dilakukan oleh guru atau siswa
melalui diskusi, c. serta demonstrasi
dengan menggunakan contoh yang konkret.
Pada langkah ini pun guru juga dapat
menyampaikan informasi tentang tujuan
pembelajaran kepada siswa sebagai
langkah antisipasi mengenai sasaran
pembelajaran. Sebaiknya, kegiatan pada
langkah ini dapat dilakukan melalui diskusi
kelas. Untuk mencapai hal tersebut, guru
dapat menyampaikan materi dengan
metode Tanya jawab. Langkah 3 : Latihan
Terkontrol. Pada langkah ini siswa
diberikan latihan terkontrol atau latihan
yang
dilakukan
dengan
adanya
pengawasan
atau
bimbingan
guru.
Pengawasan yang dilakukan oleh guru ini
bertujuan untuk mencegah agar tidak
terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran.
Latihan yang diberikan kepada siswa
dikerjakan secara berkelompok (belajar
kooperatif). Langkah 4 : Seatwork ( Kerja
Mandiri ). Pada langkah ini siswa secara
individu atau berdasarkan kelompok
belajarnya merespon soal untuk latihan
atau perluasan konsep yang telah dipelajari
pada langkah pengembangan. Langkah 5:
Penugasan
atau
PR.
Memberikan
Penugasan atau PR kepada siswa ( peserta

didik ) agar peserta didik juga belajar
dirumah. Soal dari PR tersebut merupakan
materi pelajaran yang pada saat itu
diajarkan. PR ini yang dijadikan sebagai
bahan review untuk pembelajaran materi
selanjutnya.
Adapun
kelebihan
model
pembelajaran
Missouri
Mathematics
Project, antara lain, penggunaan waktu
yang diatur dengan relatif ketat sehingga
banyak materi yang dapat tersampaikan
pada siswa, dan banyak latihan sehingga
siswa terampil dalam menyelesaikan
berbagai macam soal.
Berdasarkan paparan di atas, Model
pembelajaran Missouri Mathematics Project
berbantuan media konkret berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah
Matematika siswa. Dugaan tersebut telah
dibuktikan melalui penelitian yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project Berbantuan Media
Konkret
Terhadap
Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas V SD Gugus VI Abiansemal Tahun
Ajaran 2013/2014”.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen semu, yang menggunakan
design “Nonequivalent Kontrol Group
Design”. Dantes (2007:111) menyatakan
“Pada penelitian bentuk ini, sering
digunakan intact group, seperti kelas,
dimana randomisasi tidak dapat dilakukan.
Pemberian prates biasanya digunakan
untuk
mengukur
ekuivalensi
atau
penyetaraan kelompok”. Sukardi (2011:53)
menjelaskan, “populasi pada prinsipnya
adalah semua anggota kelompok manusia,
binatang, peristiwa, atau benda yang
tinggal bersama dalam satu tempat dan
secara
terencana
menjadi
target
kesimpulan dari hasil akhir suatu peristiwa”.
Sedangkan
Sugiyono
(2008:80)
menyatakan, “populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya”.
Jadi dapat dirangkum populasi dari
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V
SD Gugus VI Abiansemal yang teridiri dari

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
8 kelas. Jumlah seluruh populasi dalam
penelitian ini adalah 174 orang siswa.
Tidak semua peneliti dapat melakukan
studi terhadap semua anggota kelompok
yang menjadi subjek penelitian, mereka
hanya mengambil sebagian dari populasi
yang ada. Sebagian dari jumlah populasi
yang ada itu disebut sampel yang diambil
datanya. Data yang terkumpul kemudian
dianalisis. Hasil akhir penelitian yang
didapat,
kemudian
digunakan
untuk
merefleksikan keadaan populasi yang ada
(Sukardi, 2011:54).
Sampel dari penelitian ini adalah dua
kelas V pada sekolah yang berbeda yang
ada di SD Gugus VI Abiansemal yaitu kelas
V di SD No 1 mambal sebagai kelompok
kontrol dan SD No 3 Mambal sebagai
kelompok eksperimen. Penentuan dua
kelas yang dijadikan sampel peneliti ini
dilakukan dengan cara random sampling
atau acak kelas. Dari wawancara dengan
masing-masing kepala sekolah dinyatakan
bahwa semua kelas yang terdapat dalam
setiap sekolah di Gugus VI Abiansemal
adalah setara secara akademik. Untuk
membuktikan hal tersebut juga dilakukan
uji setara dengan menganalisis hasil pretest
siswa
menggunakan
pemetaan
(matching) pada kedua kelompok.
Data
hasil
pre-test
dengan
memasangkan nilai yang diperoleh siswa
pada kedua kelompok melalui pemetaan
(matching) disajikan pada lampiran.
Dari tabel pemetaan (matching)
didapatkan 35 orang siswa dari SD No.1
dan 35 orang siswa SD No.3 Mambal.
Jumlah sampel dari awal sampai akhir
penelitian adalah 70 siswa. Kelompok
eksperimen terdiri dari 35 orang siswa dan
kelompok kontrol terdiri dari 35 orang siswa
yang dijadikan sebagai unit analisis.
Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas (variabel independen)
sering disebut variabel stimulus, prediktor,
antecedent. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut variabel bebas. Variabel
bebas adalah merupakan variabel yang
memperngaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat) (Sugiyono,2008:39).
Pada penelitian ini yang menjadi
variabel bebas adalah Model Pembelajaran

Missouri Mathematics Project berbantuan
media konkret.
Variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena
adanya
variabel
bebas
(Sugiyono,2008:39).
Pada penelitian ini yang menjadi
variabel
terikat
adalah
kemampuan
pemecahan masalah Matematika.
Dalam penelitian ini data yang
diperlukan adalah data kemampuan
pemecahan masalah Matematika siswa
yang berkaitan dengan hasil belajar siswa.
Untuk
pengumpulan
data
tersebut
digunakan
metode
tes,
yaitu
tes
kemampuan
pemecahan
masalah
Matematika. “Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok” (Arikunto, 2010:193)
Dalam penelitian ini menggunakan tes
essay. Tes essay adalah suatu bentuk tes
yang terdiri dari suatu pertanyaan atau
suatu suruhan yang menghendaki jawaban
yang berupa uraian yang relatif panjang
(Nurkancana, 1990:48). Jumlah butir soal
pada tes essay umumnya terbatas.yaitu
berkisar antara lima sampai dengan
sepuluh butir. Tes ini dipilih karena meminta
siswa untuk menjelaskan, membandingkan,
menginterpretasikan
dan
mencari
perbedaan yang dapat menumbuhkan
kemampuan pemecahan masalah siswa
terhadap soal-soal Matematika. Semua
bentuk pertanyaan atau suruhan tersebut
mengharapkan siswa dapat menunjukkan
pengertian mereka terhadap materi yang
dipelajari.
Sudijono (2011:301) menyatakan
pada tes uraian, pemberian skor umumnya
mendasarkan diri kepada bobot (= weight)
yang diberikan untuk setiap butir soal, atas
dasar tingkat kesukarannya, atau atas
dasar banyak sedikitnya unsur harus
terdapat dalam jawaban yang dianggap
paling baik (paling betul).
Soal yang diberikan kepada siswa
adalah essay berbentuk soal cerita. Siswa
ditugaskan untuk mengidentifikasi soal
yang diberikan untuk melatih kemampuan
pemecahan masalah Matematika. Untuk

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
pemberian
skor
pada
tes
essay
(Nurkancana,1990:83) menyatakan :
Metode yang dapat digunakan untuk
memberi skor pada tes menguraikan,
yaitu metode analisa adalah suatu
cara menilai dengan meyiapkan
sebuah model jawaban, dimana
jawaban tersebut dianalisa menjadi
beberapa step atau element dan tiaptiap step atau element disediakan skor
tertentu. Setelah satu model jawaban
tersusun, jawaban masing – masing
anak dibandingkan dengan model
jawaban tersebut dan diberikan skor
sesuai dengan tingkat kebenaran.
Sebuah tes dikatakan valid atau sahih
jika tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur (Arikunto,2002). Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan
sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang
validitas yang dimaksud.
Nurkancana (1990:143) menjelaskan
Validitas isi artinya kejituan daripada
suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut.
Suatu tes hasil belajar dapat
dikatakan valid, apabila materi
tersebut
betul-betul
merupakan
bahan-bahan
yang
representatif
terhadap bahan-bahan pelajaran yang
diberikan.
Secara teknis pengujian validitas isi
dapat dibantu dengan menggunakan kisikisi instrumen, atau matrik pengembangan
instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat
variabel yang diteliti, indikatakanor sebagai
tolak ukur dan nomor butir (item)
pertanyaan atau pernyataan yang telah
dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi
instrumen itu maka pengujian validitas
dapat dilakukan dengan mudah dan
sistematis (Sugiyono, 2008:129).
Sebuah tes dikatakan memiliki
validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi
pelajaran
yang
dikaitkan
(Arikunto,2012:82). Validitas isi diusahakan
tercapai dari menyusun tes dengan merinci
materi dari kurikulum atau buku mata
pelajaran.
Dari paparan tersebut, maka untuk
menguji validitas isi dalam penelitian ini
diperlukan kisi-kisi dalam penyusunan tes
kemampuan pemecahan masalah.

Validitas isi dari suatu tes hasil belajar
dapat
diketahui
dengan
jalan
membandingkan antara isi yang terkandung
dalam tes hasil belajar yang telah
ditentukan untuk masing-masing pelajaran
(Sudijono,2011:165). Jika penganalisisan
secara rasional tersebut menunjukkan hasil
yang
membenarkan
tentang
telah
tercerminnya tujuan intruksional khusus di
dalam tes hasil belajar, maka tes hasil
belajar tersebut dinyatakan telah memiliki
validitas isi.
Perangkat tes atau instrumen yang
digunakan dalam mengumpulkan data
kemampuan
pemecahan
masalah
Matematika merupakan instrumen yang
sudah sahih (valid) berdasarkan expert
yang telah dilakukan sebelumnya dengan
guru Matematika dan dosen Matematika.
Dari hasil validasi bersama dosen
Matematika
dan
guru
Matematika
didapatkan 5 soal yang sahih untuk
dijadikan data kemampuan pemecahan
masalah Matematika.
Untuk mengetahui apakah sebaran
data skor kemampuan pemecahan masalah
Matematika siswa pada masing-masing
kelompok berdistribusi normal atau tidak,
digunakan analisis Chi-Square.
Kriteria pengujian data berdistribusi
normal jika X2hit ≥ X2tabel. Pada taraf
signifikansi yang digunakan adalah 5% dan
derajat kebebasannya adalah (dk) = (k-1).
Uji homogenitas varians untuk kedua
kelompok digunakan uji F. Kriteria
pengujian tolak Ho jika Fhit ≥ Ftabel (n1-1, n2-1).
Pengujian dilakukan pada taraf signifikan
5% dengan derajat kebebasan untuk
pembilang n1-1 dan derajat kebebasan
penyebut n2-1.
Setelah melakukan uji prasyarat
analisis, kemudian dilakukan uji hipotesis.
Untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan, digunakan analisis statistik ujit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis data menunjukkan nilai
rata – rata kemampuan pemecahan
masalah Matematika yang berbeda antara
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Nilai rata-rata data kemampuan
pemecahan masalah Matematika pada

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
kelompok
eksperimen
=
79,77
X
sedangkan nilai rata-rata data kemampuan
pemecahan masalah Matematika pada
kelompok kontrol adalah X = 76,69.

Dari hasil uji hipotesis dengan
menggunakan uji-t dilakukan pada taraf
signifikansi 5% dengan dk = 68 diperoleh
ttabel = 2,00 dan thitung = 3,80. Berikut
disajikan rekapitulasi hasil analisis data
dengan menggunakan uji-t pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t
No
1
2

Kelompok
Eksperimen
Kontrol

N
35
35

Dk
68

Dari tabel uji-t di atas menunjukkan
thitung = 3,80 dan ttabel = 2.00. thitung > ttabel
(3,80 > 2,00). Sehingga thitung = 3,80 > ttabel =
2,00. Jadi Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya Terdapat perbedaan yang signifikan
kemampuan
pemecahan
masalah
Matematika antara siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project berbantuan
media konkret
dengan siswa yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional. Adanya perbedaan ini
membuktikan,
penerapan
model
pembelajaran Missouri Mathematics Project
berbantuan media konkret berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah
Matematika siswa kelas V SD Gugus VI
Abiansemal tahun ajaran 2013/2014.
Analisis data menunjukkan nilai rata –
rata data kemampuan pemecahan masalah
Matematika yang berbeda antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai
rata-rata data kemampuan pemecahan
masalah Matematika pada kelompok
eksperimen adalah X = 79,77 sedangkan
nilai rata-rata data kemampuan pemecahan
masalah Matematika pada kelompok
kontrol adalah X = 76,69.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa
kedua kelompok berdistribusi normal dan
memiliki varians yang homogen. Sehingga
analisis
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan rumus uji-t pengujian
hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi
5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%
dengan dk= N-2 = 70-2 = 68 diperoleh ttabel
sebesar 2,00 dan thitung sebesar 3,80.
Sehingga thitung > ttabel yang berarti Ho ditolak
dan Ha diterima.

x
79,77
76,69

S
12.03
10,30

thit

ttabel

3,80

2,00

Hasil pengujian di atas menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
kemampuan
pemecahan
masalah
Matematika antara siswa yang mengikuti
model pembelajaran Missouri Mathematics
Project berbantuan mendia konkret dengan
siswa
yang
mengikuti pembelajaran
konvensional berupa strategi eksporsitori.
Hasil penelitian yang diperoleh dalam
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya, salah satunya adalah Herlina
Kumala Sari dari program studi pendidikan
Matematika fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta pada tahun 2010 melakukan
penelitian
yang
dapat
meningkatan
partisipasi belajar siswa pada pembelajaran
Matematika melalui model pembelajaran
Missouri Mathematics Project. Sedangkan
pada penelitian ini model pembelajaran
Missouri Mathematics Project dipadukan
dengan media konkret dan diterapkan pada
mata pelajaran Matematika. “Temuan ini
(2014) memperkuat simpulan Herlina
Kumala Sari (2010)”.
Berdasarkan paparan di atas dan
analisis data yang menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan kemampuan
pemecahan masalah Matematika antara
siswa yang mengikuti model pembelajaran
Missouri Mathematics Project berbantuan
media konkret dengan siswa yang
mengikuti
pembelajaran
konvensional,
dapat diambil suatu keputusan bahwa
penerapan model pembelajaran Missouri
Mathematics Project berbantuan media
konkret berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah Matematika siswa
kelas V SD Gugus VI Abiansemal tahun
ajaran 2013/2014.

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
PENUTUP
Berdasarkan hasil data kemampuan
pemecahan masalah Matematika diketahui
rata – rata nilai yang diperoleh siswa
dikelompok eksperimen adalah X = 79,77
dan rata – rata yang diperoleh siswa di
kelompok kontrol adalah X = 76,69. Hal ini
menunjukkan
bahwa
rata

rata
kemampuan pemecahan masalah yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project berbantuan
media konkret lebih baik dari rata – rata
siswa
yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran konvensional berupa strategi
ekspositori dan menunjukkan adanya
perbedaan
kemampuan
pemecahan
masalah antara kedua kelompok. Uji
hipotesis
dilakukan
dengan
uji-t.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
diperoleh harga thitung = 3,80 dan ttabel = 2,00
(pada taraf signifikansi 5% dan dk = 68).
Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal
ini berarti terdapat perbedaan yang
signifikan kemampuan pemecahan masalah
antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Jadi dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran Missouri Mathematics Project
berbantuan media konkret berpengaruh
terhadap kemampuan pemecahan masalah
Matematika siswa kelas V SD Gugus VI
Abiansemal tahun ajaran 2013/2014.
Berkenaan dengan hasil penelitian
yang diperoleh, dapat diajukan beberapa
saran
sebagai
berikut
:
Dalam
membelajarkan siswa guru hendaknya lebih
kreatif dan variatif dalam memilih strategi
atau model pembelajaran yang tentunya
disesuaikan dengan materi yang akan
dibelajarkan agar siswa terlibat dalam
pembelajaran yang bermakna. Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
kemampuan
pemecahan
masalah
Matematika siswa yang dibelajarkan
dengan menerapkan model pembelajaran
Missouri Mathematics Project berbantuan
media konkret lebih baik daripada
kemampuan
pemecahan
masalah
Matematika siswa yang dibelajarkan
dengan pembelajaran konvensional berupa
strategi ekspositori (ceramah), khususnya
pada materi operasi hitung bilangan bulat
dalam pemecahan masalah. Sehingga
disarankan bagi guru untuk menerapkan

model pembelajaran Missouri Mathematics
Project berbantuan media konkret dalam
mata pelajaran Matematika. Disarankan
dalam
membelajarkan
siswa
guru
menggunakan media pembelajaran yang
telah tersedia di sekolah maupun membuat
media pembelajaran bagi siswa yang dapat
membantu siswa dalam memahami materi
pembelajaran.
Diterapkannya model pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran seperti model pembelajaran
Missouri Mathematics Project berbantuan
media konkret, diharapkan siswa lebih aktif
dalam menemukan dan memecahkan
permasalahan yang diberikan. Dengan
demikian siswa akan memahami apa yang
sedang
dipelajari,
sehingga
dapat
mengoptimalkan kemampuan pemecahan
masalah.
Sekolah hendaknya menyediakan
sarana dan prasarana yang memadai guna
menunjang
pembelajaran
yang
berlangsung. Sekolah diharapkan aktif
dalam mencari informasi mengenai model –
model pembelajaran inovatif lainnya dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Materi pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian ini terbatas pada materi
operasi hitung bilangan bulat dalam
pemecahan masala, untuk mengetahui
kemungkinan hasil yang berbeda pada
materi lainnya, disarankan bagi peneliti lain
untuk melakukan penelitian yang sejenis
pada mata pelajaran yang berbeda.
DAFTAR RUJUKAN
Aisyah,Nyimas,2007.Pengembangan
Pembelajaran
Matematika
SD.Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi:Departemen
Pendidikan
Nasional
Amustofa.2009.Pembelajaran Matematika
yang
Bermakna.Terdapat
pada
http://amustofa70.wordpress.com/.(dia
kses 1 Februari 2013)
Arikunto,
Suharsimi.2010.Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik.Jakarta:Rineka Cipta.

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
Arikunto,
Suharsimi.2012.Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Rineka
Cipta.
Bugin,M.Burhan.2008.Metodologi penelitian
Kuantitatif.Jakarta:Kencana.
Dantes, N. 2007. Metodologi Penelitian
untuk Ilmu – ilmu Sosial dan
Humaniora. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha.
Dikel.2012.Makalah Model Pembelajaran
MODEL MISSOURI MATHEMATICS
PROJECT.Tersedia
pada
http://micellaallabutmylife.blogspot.com/2012/05/m
akalah-model-pembelajaranModel
Missouri
Mathematics
Project.html.(Diakses pada tanggal 1
Februari 2013).
Firdaus,Ahmad.2009.Kemampuan
Pemecahan
Masalah
Matematika.Terdapat
Pada
http://madfirdaus.wordpress.com/2009
/11/23/kemampuan-pemecahanmasalah-Matematika/. (diakses pada
tanggal 8 Februari 2013).
Herliana,Elly.2009.Bermutu Penilaian Hasil
Belajar.Jakarta:Pusat Pengembangan
dan Pemberdayaan Pendidikan dan
Tenaga
Kependidikan
Ilmu
Pengetahuan Alam
Hutabarat,Juandi.2012.Model
Pembelajaran Missouri Mathematics
Project.Tersedia
pada
http://juandihutabarat.blogspot.com/.
(diakses tanggal 1 Februari 2013).

Pengembangan dan Penataran Guru
Matematika.
Kurniawan,Rudy.2009.
Kemampuan
Pemahaman, Pemecahan Masalah
Matematik
Serta
Pembelajaran
Kontekstual.Tersedia
pada
http://rudyks3majalengka.blogspot.com/2009/01/ke
mampuan-pemahaman-danpemecahan.html.(Diakses tanggal 1
Februari 2013).
Kumala Sari,Herlyna.2010. Peningkatan
Partisipasi Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Matematika Melalui
Model
Pembelajaran
Missouri
Mathematics Project .Tersedia pada
http://telyna.wordpress.com/2010/12/2
7/my_proposal/.hh (diakses tanggal
20 Februari 2013)
Nesha.2010.Apakah
Hakekat
Matematika.Terdapat
pada
http://www.smansatase.sch.id/index.p
hp/component/content/article/57artpend/72-hakmat.(diakses
pada
tanggal 08 Februari 2013).
Nurkancana dan Sunartana.1990.Evaluasi
Hasil
Belajar.Surabaya:Usaha
Nasional.
PPPPTK Matematika.2011. Peran, Fungsi,
Tujuan, dan Karakteristik Matematika
Sekolah.Terdapat
pada
http://p4tkMatematika.org/2011/10/per
an-fungsi-tujuan-dan-karakteristikMatematika-sekolah/.(diakses
pada
tanggal 08 Februari 2013).

Janiari,NiNyoman.2012.Penggunaan Media
Konkret Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas III SD
N 2 Singapadu Tahun Ajaran
2011/2012.Skripsi
(tidak
diterbitkan).Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,FIP Undiksha.

Puspita
Sari,Helyn.2011.Implementasi
Model
Pembelajaran
Missouri
Mathematics Project dengan Teknik
untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VIIIA SMPN
4
Sukasada.Skripsi
(tidak
diterbitkan).Jurusan
Pendidikan
Matematika.FMIPA Undiksha.

Krismanto,A.2003.Beberapa Teknik Model
dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika.Yogyakarta:Pusat

Ruseffendi,dkk.1991.Pendidikan
Matematika
2.Jakarta:Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek

e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
Pembinaan Tenaga Kependidikan
Tinggi.
-------,1992.
Pendidikan
Matematika
3.Jakarta:Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Proyek
Pembinaan
Tenaga Kependidikan Tinggi.
Ruseffendi,E.T (1991). Pengantar kepada
Membantu Guru Mengem-bangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran
Matematika
untuk
Meningkatkan
CBSA. Bandung: Tarsito
Shadiq,Fajar. 2009. Modul Matematika
SMP Program Bermutu : Model –
Model Pembelajaran
Matematika
Smp. Sleman.PPPPTK Matematika.
Sudijono,Anas.2010.Pengantar
Statistik
Pendidikan.Jakarta:Rajawali Pers.
Sudijono,Anas.2011.Pengantar
Evaluasi
Pendidikan.Jakarta:Rajawali Pers.
Sugiyono.2008.Metode
Penelitian
Kuantitatif
Kualitatif
dan
R&D.Bandung:Alfabeta.
Sukardi.2011.Metodologi
Penelitian
Pendidikan.Jakarta:PT.Bumi Aksara.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trueno.2009.Metode Dalam Pembelajaran
Matematika.Tersedia
pada
http://techonly13.wordpress.com/2009
/07/03/metode-dalam-pembelajaranMatematika/.(diakses
tanggal
1
Februai 2013).
Widiyanto.2011.Pembelajaran
Konvensional.Tersedia
pada
http://putuwidyanto.wordpress.com/20
11/01/14/pembelajarankonvensional/.(diakses pada tanggal
12 Februari 2013).
Winarsunu,Tulus.2009.Statistik
dalam
Penelitian
Psikologi
&
Pendidikan.Malang:UMM Pers.

Yuriana,Asmi.2010.
Tugas
Evaluasi
Pendidikan”Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika”. Tersedia pada
http://rian.hilman.web.id/?p=52.
(diakses tanggal 08 Februari 2013).