PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR PAUD

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR
PAUD
Pengertian PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pendidikan yang memberikan pengasuhan,
perawatan, dan pelayanan kepada anak Usial Lahir sampai 6 tahun. Pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki sekolah dasar dan kehidupan tahap berikutnya.
Pendidikan usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam
memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan,
sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini
tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya. Keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan pada lembaga pendidikan anak usia dini, seperti :
Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, Satuan Padu Sejenis maupun Taman
Kanak-kanak sangat tergantung pada sistem dan proses pendidikan yang dijalankan.
Salah satu pemenuhan hak pendidikan sejak dini pada usia 3-5 tahun yang kemudian
dilakukan masyarakat dan pemerintah yaitu program Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Didalam pelaksanaannya, setiap kelurahan yang ada di Indonesia didorong
untuk memiliki minimal satu PAUD. PAUD merupakan alternatif pemenuhan hak
pendidikan selain Taman Kanak-Kanak (TK) atau Taman Pendidikan Alqur�an (TPA).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2005, PAUD
termasuk dalam jenis pendidikan Non Formal. Pendidikan Non Formal selain PAUD
yaitu Tempat Penitipan Anak (TPA), Play Group dan PAUD Sejenis. PAUD sejenis
artinya PAUD yang diselenggarakan bersama dengan program Posyandu (Pos
Pelayanan Terpadu untuk kesehatan ibu dan anak). Sedangkan pada Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas), PAUD dimasukkan kedalam program Pendidikan
Luar
Sekolah
(PLS).
Pada penyelenggaraan PAUD, jenis pendidikan ini tidak menggunakan kurikulum baku
dari Depdiknas, melainkan menggunakan rencana pengajaran yang disebut Menu
Besar. Menu Besar ini mencakup pendidikan moral dan nilai keagamaan, fisik/motorik,
bahasa, sosial-emosional dan seni. Panduan dalam Menu Besar ini akan
dikembangkan oleh tiap PAUD, berdasarkan kebutuhan dan kemampuan masingmasing
PAUD.
Selain tidak menggunakan kurikulum baku, PAUD juga ditujukan untuk kalangan

ekonomi miskin. Karena biasanya PAUD tidak menarik iuran sekolah atau menarik
iuran dengan jumlah yang sangat kecil. Hal ini untuk memenuhi hak pendidikan anak,
mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma (Pasal 31 Konvensi Hak Anak).

Bentuk-bentuk Paud terdiri dari :
1. PAUD Formal ; TK, Raudhatul Atfal.
2. PAUD Non Formal ; Kelompok Bermain (KB), Taman Pendidikan Anak (TPA),
Pos Paud ..dll
3. PAUD Informal ; Keluarga
Konsep

Dasar

PAUD

Hakikat Anak Berkaitan dengan Anak Usia Dini
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Ia
memiliki karakteristik yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa serta akan
berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya. Dalam hal ini anak merupakan
seorang manusia atau individu yang memiliki pola perkembangan dan kebutuhan
tertentu yang berbeda dengan orang dewasa. Anak memiliki berbagai macam potensi
yang harus dikembangkan. Meskipun pada umumnya anak memiliki pola
perkembangan yang sama, tetapi ritme perkembangannya akan berbeda satu sama
lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual.

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalankani proses perkembangan
dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini
adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun (NAEYC, 1992). Pada masa
ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek seperti: fisik, sosioemosional, bahasa dan kognitif sedang mengalami masa yang tercepat dalam rentang
perkembangan hidup manusia (Berk,1992). Anak usia dini terbagi menjadi 4 (empat)
tahapan yaitu masa bayi dari usia lahir sampai 12 (dua belas) bulan, masa kanakkanak/batita dari usia 1 sampai 3 tahun, masa prasekolah dari usia 3 sampai 5 tahun
dan masa sekolah dasar dari usia 6 sampai 8 tahun. Setiap tahapan usia yang dilalui
anak akan menunjukkan karakteristik yang berbeda. Proses pembelajaran sebagai
bentuk perlakuan yang diberikan pada anak haruslah memperhatikan karakteristik
yang dimiliki setiap tahapan perkembangan. Apabila perlakuan yang diberikan tersebut
tidak didasarkan pada karakteristik perkembangan anak, maka hanya akan
menempatkan
anak
pada
kondisi
yang
menderita.
Berkaitan dengan anak usia dini, terdapat beberapa masa yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi bagaimana seharusnya seorang pendidik
menghadapi anak usia dini, sebagai berikut:

1. Masa Peka
2. Masa Egosentris
3. Masa Meniru
4. Masa Berkelompok
5. Masa Bereksplorasi

6. Masa Pembangkangan
Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah mengembangkan berbagai
potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Sedangkan berdasarkan tinjauan aspek didaktis psikologis
tujuan pendidikan di Pendidikan Anak Usia Dini yang utama adalah:
1. Menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar mampu
menolong diri sendiri (self help), yaitu mandiri dan bertanggung jawab terhadap
diri sendiri seperti mampu merawat dan menjaga kondisi fisiknya, mampu
mengendalikan emosinya dan mampu membangun hubungan dengan orang
lain.
2. Meletakkan dasar-dasar tentang bagaimana seharusnya belajar (learning how to
learn). Hal ini sesuai dengan perkembangan paradigma baru dunia pendidikan
melalui empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO, yaitu learning

to know, learning to do, learning to be dan learning to live together yang dalam
implementasinya di lembaga PAUD dilakukan melalui pendekatan learning by
playing, belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta menumbuhkembangkan keterampilan hidup (life skills) sederhana sedini mungkin.

Fungsi
Pendidikan
Anak
Usia
Dini
Program kegiatan bermain pada pendidikan anak usia dini memiliki sejumlah fungsi,
yaitu: (1) untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan
tahap perkembangannya, (2) mengenalkan anak dengan dunia sekitar, (3)
mengembangkan sosialisasi anak, (4) mengenalkan peraturan dan menanamkan
disiplin pada anak dan (5) memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati
masa
bermainnya.
Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi
pendidikan
anak
usia

dini,
yaitu
:
a.
Fungsi
Adaptasi
Berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi
lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri. Dengan
anak berada di lembaga pendidikan anak usia dini, pendidik membantu mereka
beradaptasi dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah. Anak juga belajar mengenali
dirinya
sendiri.

b.
Fungsi
Sosialisasi
Berperan dalam membantu anak agar memiliki keterampilan-keterampilan sosial yang
berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dimana ia berada. Di lembaga
pendidikan anak usia dini anak akan bertemu dengan teman sebaya lainnya. Mereka
dapat bersosialisasi, memiliki banyak teman dan mengenali sifat-sifat temannya.

c.
Fungsi
Pengembangan
Di Lembaga pendidikan anak usia dini ini diharapkan dapat pengembangan berbagai
potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu
situasi atau lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan potensi tersebut kearah
perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu
sendiri
maupun
lingkungannya.
d.
Fungsi
Bermain
Berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena pada
hakikatnya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang kehidupannya.
Melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta membangun
pengetahuannya
sendiri.
Prinsip


dalam

Pendidikan

Anak

Usia

Dini

Untuk memenuhi aspek-aspek dalam perkembangan anak baik aspek fisik, kognitif,
sosial emosional dan bahasa serta aspek lainnya seperti agama dan moral,
kemandirian dan seni), maka perlu dilakukan berbagai prinsip yang meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.

Berorientasi
pada
Kebutuhan
Belajar
melalui
bermain
Pendekatan
Berpusat
pada
Pendekatan
Kontruktivisme
Pendekatan
Kreatif
dan
Lingkungan
yang

Menggunakan
pembelajaran
Pengembangan
Menggunakan
berbagai
media
dan
sumber
Mengembangkan
berbagai
kecakapan

Anak
Anak
inovatif
kondusif
terpadu
Tematik
belajar
hidup


Sumber referensi :

 Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, oleh: Dra. Nurbiana Dhieni, M.Psi, Proyek Direktorat
Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal Tahun 2009

 http://paud.kemdikbud.go.id/article/detail/pendidikan_anak_usia_dini-2

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap
warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Dalam bidang pendidikan
seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan
pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan
perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan
usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial.
Sebelum bicara lebih jauh, apa sih pendidikan anak usia dini? Pendidikan anak usia
dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan
suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagianak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Mengapa pendidikan anak usia dini itu
sangat penting?
Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi
ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan otak
ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun, dan setelah
itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif.
Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama
besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga
periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada
periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa.
Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila terlewatkan berarti habislah
peluangnya.
Menurut Byrnes, pendidikan anak usia dini akan memberikan persiapan anak menghadapi
masa-masa ke depannya, yang paling dekat adalah menghadapi masa sekolah. “Saat ini,
beberapa taman kanak-kanak sudah meminta anak murid yang mau mendaftar di sana sudah bisa
membaca dan berhitung. Di masa TK pun sudah mulai diajarkan kemampuan bersosialisasi
dan problem solving. Karena kemampuan-kemampuan itu sudah bisa dibentuk sejak usia dini,”
jelas Byrnes.

Selanjutnya menurut Byrnes, bahwa pendidikan anak usia dini itu penting, karena di usia inilah
anak membentuk pendidikan yang paling bagus. Di usia inilah anak-anak harus membentuk
kesiapan dirinya menghadapi masa sekolah dan masa depan. Investasi terbaik yang bisa Anda
berikan untuk anak-anak adalah persiapan pendidikan mereka di usia dini.
Tujuan utama: untuk membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal
di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di
sekolah.
Singkatnya, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan
fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Apa perbedaan anak yang mendapatkan pendidikan anak usia dini di lembaga yang berkualitas
dengan anak yang tidak mendapatkan pendidikan anak usia dini?
Menurut Byrnes (Peraih gelar Woman of the Year dari Vitasoy di Australia) di lembaga
pendidikan anak usia dini yang bagus, anak-anak akan belajar menjadi pribadi yang mandiri,
kuat bersosialisasi, percaya diri, punya rasa ingin tahu yang besar, bisa mengambil ide,
mengembangkan ide, pergi ke sekolah lain dan siap belajar, cepat beradaptasi, dan semangat
untuk belajar.
Sementara, anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini, akan lamban menerima sesuatu.
Anak yang tidak mendapat pendidikan usia dini yang tepat, akan seperti mobil yang tidak
bensinnya tiris. Anak-anak yang berpendidikan usia dini tepat memiliki bensin penuh, mesinnya
akan langsung jalan begitu ia ada di tempat baru. Sementara anak yang tidak berpendidikan usia
dini akan kesulitan memulai mesinnya, jadinya lamban.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat
mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Begitu pentingnya
pendidikan ini tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar
terhadap penyelenggaraan pendidikan ini hingga pemerintah Indonesia pun memberikan
layanan pendidikan gratis hingga tingkat SMP.

Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan
keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan
saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia.
Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut
otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah
masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai
terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak
(golden age).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari
Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun
pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan
dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan
berhasil dalam pekerjaannya.
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk
memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan
dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak
sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul,
memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau
minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter
tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi
penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi
seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu
karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka
resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?
Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin
kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka
semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu dulu!
Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses
justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas
atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan
tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan
ditentukan oleh kecakapan membangung hubungan emosional kita dengan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita
dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tahukah anda bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan
Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya
beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam
itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia dini-lah
terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa

perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah,
karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua
dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada
usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang
dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan
yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.
Lalu, bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini?

Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia
(triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan
(hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil
hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai
dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara
anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif
dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu,
Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara
memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri,
membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk
bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan
seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat
pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata
pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan
akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan
baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan
spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun
melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
Nah, sekarang kita memahami mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak usia dini itu
penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya.

http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-dan-konsep-dasar-paud.html
http://belajarpsikologi.com/pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini/
http://www.pendidikankarakter.com/membangun-karakter-sejak-pendidikan-anak-usia-dini/

PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan anak usia dini adalah
suatu lembaga yang memberikan layanan
pengasuhan, pendidikan dan pengembangan bagi
anak lahir samapai enam tahun dan atau samapai
dengan delapan tahun, baik yang diselengarakan
oleh intansi pemerintah atau non pemerintah.
(Sujiono, 2009:15).
Upaya mengembangkan kemampuan dan
potensi anak usia dini diperlukan suatu program
yang dapat membantu dan mendukung terhadap
perkembangan anak, salah satunya adalah
diadakannya kegiatan yang mensinergikan antara
pendidik PAUD dengan orang tua melalui program
pendidikan orang tua (parenting education).
Pada umumnya orang tua memang
memerlukan pendidikan sebagai upaya untuk
pengarahan diri, sehingga mereka mampu
mengarahkan diri mereka sendiri dan juga dapat
mengarahkan anak-anaknya. Karena sering kali
orang tua menghambat proses pembelajaran yang
dilakukan oleh pendidik. Tidak dipungkiri lagi,
bahwa hal ini bisa terjadi sebagai akibat
ketidaktahuan orang tua cara mendidik anak yang
baik.
Padahal keterlibatan orang tua dalam
lembaga pendidikan anak usia dini sangat penting
untuk mewujudkan pembelajaran yang optimal
dimasa usia emas anak. Agar orang tua tidak
sepenuhnya berharap pada lembaga PAUD saja
untuk mendidik anaknya, tetapi kontribusi orang
tua juga sangat diperlukan untuk berperan
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pelaksanaan pendidikan dengan memberdayakan
orang tua merupakan solusi yang baik guna
meningkatkan mutu pendidikan anak usia dini.
Pelaksanaan program parenting education
ini sudah sesuai dengan UU Nomor 2 Tahun 1989
tentang sistem pendidikan nasional, bahwa

pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan
dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan
agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam
masyarakat yang memiliki berbagai fungsi, yang
salah satunya adalah fungsi edukasi yang bertujuan
untuk menumbuh kembangkan keluarga sebagai
wahana pendidikan pertama dan yang paling
utama. Untuk mewujudkan semua itu, maka sudah
semestinya di adakan program parenting education
untuk orang tua.
Berdasarkan penjelasan dari uraian latar
belakang tersebut, maka masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan
parenting education di PAUD Taram SKB
Kabupaten Trenggalek?
2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung
pelaksanaan program parenting education di
PAUD Taram SKB Kabupaten Trenggalek?
Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan efektivitas pelaksanaan
parenting education di PAUD Taram SKB
Kabupaten Trenggalek.
2. Mengetahui faktor penghambat dan pendukung
pelaksanaan program parenting education di
PAUD Taram SKB Kabupaten Trenggalek..
Dalam penelitan ini, peneliti ingin
mengetahui efektivitas yang menurut Effendy,
(1989:14) bahwa efektivitas adalah tercapainya
sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya, merupakan sebuah pengukuran
dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan
apa yang telah direncanakan.
Teori efektifitas ini, di tujukan pada
pelaksanaan Parenting Education yang artinya
adalah suatu program kegiatan yang diberikan pada
orang tua, yang diselengarakan oleh lembaga

PAUD agar orang tua dapat melaksanakan
perannya untuk mengoptimalkan potensi anak.
Materi Parenting Education bisa berupa
perkembangan anak, pengasuhan anak, pendidikan,
kesehatan, perawatan badan, gizi dan lainnya sesuai
dengan kebutuhan dari orang tua. (juknis pedoman
penyelengaraan parenting (2012).
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kulitatif. Bogdan dan Taylor (1975:5)
mendefinisikan metodologi penelitian kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Subyek penelitian ini diperoleh dari para
informan yang dapat dipercaya dan mengetahui
tentang kajian dalam penelitian. Informan dalam
penelitian ini adalah: Pendidik PAUD yang
berjumlah 5 orang dipilih semuanya sebagai
informan, karena mereka juga sebagai pemateri
dalam parenting education. Orang tua wali murid
yang berjumlah 23 orang di pilih 10 orang sebagai
informan. Pemilihan 10 orang tua sebagai sampel
mengunakan teknik purposive sampling karena,
peneliti menggangap orang tua tersebut sebagai
informan yang terpercaya serta sesuai dengan yang
di inginkan peneliti, yaitu orangtua tersebut sering
datang ke lembaga untuk menjaga anknya atau
sering mengikuti pembelajaran parenting
education. Serta informan dari SKB Kabupaten
Trenggalek dipilih 4 orang dari 8 orang selaku
pamong belajar. Pemilihan informan dari SKB
sebagai sampel ini mengunakan teknik purposive
sampling yaitu peneliti menggangap pamong
belajar tersebut sebagai informan yang dapat
memperlancar penelitian karena mereka sering
membantu apabila ada kegiatan di PAUD Taram.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Sedangkan analisis data merupakan

kegiatan yang dilakukan seluruh data dari
responden terkumpul. Dalam hal ini, peneliti
menggunakan triangulasi (Moleong, 2005: 330).
Triangulasi sumber adalah triangulasi
dengan berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh dalam penelitian. Hal ini dapat dicapai
dengan membandingkan data hasil observasi
dengan data wawancara. Data dari beberapa sumber
kemudian dideskripsikan, dikategorikan, mana
yang sama, dan yang berbeda. Data yang telah
dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan
selanjutnya dimintakan (member chcek) dengan
beberapa sumber tersebut.
Triangulasi teknik adalah triangulasi
dengan mengumpulan data untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada informan yang sama dengan teknik
yang berbeda. Data yang diperoleh peneliti dari
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dan
dokumentasi.
Triangulasi Penyidik adalah triangulasi
dengan jalan memanfaatkan penelitian atau
pengamatan lainnya untuk pengecekan data supaya
mengruangi kemelencengan dalam pengumpulan
data.
Dalam hal ini peneliti tidak hanya
mengunakan trianggulasi data saja, tetapi juga
mengunakan: Member checks, Nasution (dalam
Riyanto 2006:20) berpendapat bahwa Member
checks adalah mengecek kembali data yang telah
diperoleh. Mengecek kesesuaian informasi atau
data ini dengan cara mengulang kembali
pertanyaan atau mengungkapkan jawaban yang
didapat oleh peneliti dari informan. Teknik ini juga
sangat penting dilakukan dengan upaya untuk
menguji atau memeriksa keabsahan data yang telah
diperoleh. Pada informan yang terlibat
dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dan
pandangan mereka terhadap data yang telah

dikumpulkan oleh peneliti.
Serta diskusi teman sejawat yaitu
memperlihatkan hasil wawancara yang sudah di
lakukan oleh peneliti untuk ditunjukkan kepada
teman sejawat dengan maksud dapat memberikan
masukan terhadap data yang dikumpulkan saat
berada dilapangan. Temansejawat dalam penelitian
ini adalah teman mahasiswa yang sama-sama
melakukan penelitian di SKB Kabupaten
Trenggalek.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penyajian data yang
digunakan untuk mengetahui efektivitas mealui
komponen pembelajaran yang saling bersinergis,
yaitu mengenai raw input (pendekatan andragogik
kepada orangtua), environmental input (materi,
media, metode dan sarana pembelajaran), serta
instrumental input (setting dan sarana
pembelajaran). Berikut ini hasil analisa data dari
hasil penyajian data yang di sesuaikan dengan teori
secara berurutan untuk mengetahui:
1. Efektivitas pelaksanaan parenting education,
yaitu sebagai berikut:
a. Raw Input
Dalam kegiatan parenting education
adalah pendekatan apa yang digunakan dalam
pembelajaran ini. Sehingga kegiatan parenting
education yang dilaksanakan PAUD Taram di
Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten
Trenggalek mengunakan pendekatan
andragogik. Pengunaan pendekatan andragogi
dalam parenting education sudah tepat.
Karena sudah sesuai dengan apa yang
diartikan Sudjana dalam Bukunya Pendidikan
NonFormal Wawasan Sejarah Perkembangan
Filsafat Teori Pendukung Azas (2005),
disebutkan bahwa, andragogi berasal dari
bahasa Yunani ”andra dan agogos”. Andra
berarti orang dewasa dan Agogos berarti
memimpin atau membimbing, sehingga

andragogi dapat diartikan ilmu tentang cara
membimbing orang dewasa dalam proses
belajar. Atau sering diartikan sebagai seni dan
ilmu yang membantu orang dewasa untuk
belajar (the art and science of helping adult
learn).
Pendekatan andragogi yang digunakan
dalam pembelajaran oleh pemateri sudah
sesuai dengan Petunjuk Teknis Pendidikan
Anak Usia Dini Berbasis Keluarga yang di
terbitkan oleh DIRJEN PAUDNI tahun 2012.
Untuk ciri-ciri pendekatan andragogik sebagai
berikut: pertama, materi diberikan bukan
hanya sebagai transformasi dari pemateri ke
orangtua saja, tetapi lebih ke berbagi
pengalaman apa yang dialami pemateri dulu,
serta mengambil contoh tentang kebiasaan
orang tua atau masyarakat sekitar saat
mengasuh dan mendidik anaknya dalam
kehidupan sehar-hari
Kedua, mendorong peserta untuk
mengemukakan pengalaman sehari-harinya.
Hal ini bisa dilihat dari upaya ibu Rusmiatin
yang selalu menunjuk salah satu orangtua
untuk berbicara terlebih dahulu tentang
pengalamannya. Dengan mengungkapkan
pengalaman, maka permasalahan yang
dihadapi bisa diketahui pendidik PAUD,
sekaligus pendidik PAUD memberikan solusi
apabila ada permasalahan.
Ketiga, mendorong peserta untuk aktif
saat pembelajaran berlangsung. Karena
kebanyakan dari orang tua malu untuk
berbicara, maka setiap selesai menyampaikan
materi narasumber menunjuk salah satu orang
tua untuk menanggapi materi tersebut serta
memberikan apresiasi kepada orang tua yang
mau bercerita meskipun secara singkat dengan
ucapan terima kasih.
Kempat, Untuk memberikan keberanian

kepada orang tua agar mereka berani untuk
bercerita atau berpendapat, setelah
penyampaian materi orang tua ditunjuk secara
bergantian untuk bekerjasama dengan pemateri
berdiri di depan bercerita pengalaman seharihari dengan bergantian
Kemudian ciri yang kelima, berpusat
pada kebutuhan peserta, hal ini sudah
diberikan dan dipenuhi oleh pendidik PAUD
yaitu orang tua mendapatkan pendidikan
tentang cara mengasuh dan mendidik anak
yang baik.
Pengunaan pendekatan andragogi yang
digunakan dalam kegiatan Parenting
Education bisa dibilang efektif meskipun pada
poin yang ketiga dan keempat pemateri harus
bersusah payah dulu agar orang tua mau
menceritakan pengalamannya sehingga orang
tua bisa lebih aktif ketika pembelajaran
berlangsung
b. Environmental Input (Materi, Media, Metode
Dan Sarana Pembelajaran)
Materi Pembelajaran, Berdasarkan
Petunjuk Teknis Pendidikan Anak Usia Dini
Berbasis Keluarga yang di terbitkan oleh
DIRJEN PAUDNI tahun 2012. Bahwa salah
satu tujuan dari program pelaksanaan
Parenting Education adalah meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan orangtua
dalam melaksanakan proses optimalisasi
seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan
anak usia dini.
Pengembangan materi disesuaikan
dengan kebutuhan setiap lembaga. Secara garis
besar terdapat enam bahasan yang dapat
dikembangkan yakni: Peningkatan Gizi,
Pemeliharaan Kesehatan, Perawatan,
Pengasuhan, Pendidikan dan Perlindungan.
Efektivitas pelaksanaan program
Parenting Education di PAUD Taram Sanggar
Kegiatan Belajar Kabupaten Trenggalek ini

dapat terwujud dengan baik. Hal ini dapat di
lihat dari materi yang di berikan dalam
kegiatan ini sudah sesuai dengan Petunjuk
Teknis Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis
Keluarga. Sebab dari enam materi tersebut
lima diantaranya diberikan dalam kegiatan
parenting education melalui acara pertemuan
orangtua, seperti:
a) Perkembangan anak
Memberitahukan perkembangan
anak kepada orang tua saat di lembaga
agar orang tua turut memperhatikan
perkembangan bagi anaknya juga saat
dirumah. Pemberitahuan tentang
perkembangan anak dari pendidik PAUD
sudah sesuai dengan pendapat ahli
Hurlock (1956) yang mengemukakan
bahwa tumbuh kembang anak, meliputi:
sistem syaraf, otot-otot, struktur fisik
tubuh dan kelenjar endokrim yang
menyebabkan munculnya polah tingkah
laku baru. Pendapat mengenai tumbuh
kembang anak sudah diberitahukan
langsung kepada orang tua melalui contoh
secara kongkrik aktivitas anak selama di
lembaga.
Keberhasilan penyampaian materi
tersebut dapat diketahui dari penuturan
orang tua, yaitu ibu Suistiyani saat
dirumah mengajarkan anaknya untuk
mengenal warna, karena naufal masih
belum bisa membedakan warna. Lain
dengan yang dilakukan ibu Tricahyani,
yaitu menyuruh rezka untuk bermain
dengan teman sebayanya saat waktu
istirahat berlangsung agar lebih bisa
bersosialisasi dengan orang lain.
Sedangkan ibu Yunia hari ini sangat
senang, karena rafi sudah bisa berjinjit
selama lima menit yang menandakan

bahwa otot-otot kaki sudah tumbuh
dengan baik.
b) Prilaku mendidik
Prilaku mendidik anak dengan
mengunakan empat kata kunci (maaf,
permisi, tolong dan terima kasih), perlu
untuk di ucapkan oleh orang tua agar
ditiru oleh anak. Pengunaan empat kata
kunci ini sudah sesuai dengan tujuan dari
pelaksanaan parenting education.
c) Pola pengasuhan anak
Pola pengasuhan anak yang di
anjurkan oleh pemateri dari ketiga macam
pola asuh adalah, pola asuh (Ing Ngarso
Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun karso,
Tut wuri Handayani), yang maksudnya
adalah orang tua harus memiliki
keteladanan dalam hal sikap dan
perbuatan, karena sejatinya anak akan
meniru segala apa yang dilakukan
orangtua. Sebagai contohnya orang tua
tidak boleh melarang anak untuk tidak
melakukan ini dan itu, terlebih lagi
memukul anak.
Hal tersebut sesuai dengan
penelitian Baumrind (dalam Syamsu
Yusuf, 2011:51-52) mengelompokkan
pola asuh menjadi tiga yaitu: (1)
Authoritarian/ otoriter; (2) Authoritative/
demokratis, dan (3) permisif. Berdasarkan
beberapa pendapat diatas, pola
pengasuhan yang tepat untuk digunakan
adalah pola asuh demokratis.
Dari pendapat ahli tersebut
mengenai pengertian pola asuh
demokratis, sama dengan pola asuh (Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun
karso, Tut wuri Handayani) yang
maksudnya adalah memberikan
kebebasan pada anak namun tetap ada

pengontrolan dari orang tua, yang di
jelaskan oleh pemateri saat pembelajaran
parenting education berlangsung.
Meskipun tidak semua orang tua
sudah menerapkan pola pengasuhan
demokratis karena kebiasaan orang tua
yang dulunya sering memukul anak
apabila tidak menurut, sebab merubah
kebiasaan itu butuh waktu. Namun
sebagian besar orang tua sudah
menerapkan pola asuh demokratis dengan
memberi kebebasan pada anak untuk
bermain ayunan dan panjat-panjatan di
halaman lembaga PAUD saat istirahat.
Serta orang tua sudah bisa
mengontrol diri untuk tidak memukul anak
atau memberikan pengertian pada anak
terhadap apa yang dilakukan anak, seperti
yang dilakukan oleh ibu Murtini ketika
anaknya bermain stop kontak yang sangat
berbahaya kalau dibuat mainan.
Sedangkan ibu Yunia mengajak anaknya
untuk berbicara baik-baik, ketika anak
membantah atau tidak menurut perkataan
orang tua.
d) Mengatur menu makanan bergizi
Orang tua sudah bisa menerapkan
menu makanan bergizi yaitu empat sehat
lima sempurna. Meskipun banyak anak
yang tidak suka makan sayuran, kini anak
sudah mulai menyukai yang namanya
sayuran. Karena setiap hari selasa dan
kamis orangtua diharuskan mengisi bekal
makanan anak yang ada sayurannya
sebagai pembiasaan.
Menurut Prof. Poorwo Sudarmo
yang merupakan seorang pakar gizi yang
biasa dikenal sebagai Bapak Gizi
Indonesia memberikan pemahaman
tentang pentingnya makanan bergizi

dengan dicetuskannya slogan yang cukup
mudah diingat yaitu 4 Sehat 5 Sempurna
yang terdiri dari karbohidrat (didapat dari
makanan pokok), protein (dari tahu,
tempe, daging-dagingan dan telur),
mineral (dari sayur-sayuran), dan vitamin
(dari buah-buahan). Keempat unsur sehat
tersebut akan menjadi sempurna manakala
ditambah dengan satu jenis minuman
multimanfaat yaitu susu. Sehingga
pemberian materi empa sehat lima
sempurna sudah tepat.
Penyajian menu makanan bergizi
oleh orang tua pada anak dapat diketahui
ketika hari selasa dan kami. Bahwa bekal
makan anak tidak hanya berisi sayuran
saja, tetapi ada nasi atau mie, lauk pauk
seperti: ayam, daging, telor, tempe, tahu
dan ada juga yang mambawa jambu atau
mangga dari rumah. Untuk minumanya
terkadang membawa air putih atau susu.
e) Perawatan kebersihan badan.
Perawatan kebersihan badan bagi
anak dengan tujuan agar anak tetap sehat,
karena apabila anak sakit akan
mempengaruhi tingkat perkembangannya.
Untuk kebersihan badan orangtua sudah
memandikan anaknya dua sampai empat
kali dalam sehari. Menurut definisi
kesehatan dalam UU No.9 Tahun 1960
tentang Pokok-Pokok Kesehatan, sehat
adalah sehat badan, rohani (mental), dan
sosial, bukan hanya sebatas dari penyakitpenyakit, cacat, dan kelemahan.
Kesehatan
jasmani yaitu kondisi yang
memungkinkan pertumbuhan serta
perkembangan badan. Sedangkan
kesehatan rohani atau jiwa adalah kondisi
yang memungkinkan perkembagan fisik,
intelektual, dan emosional yang optimal

dari seseorang. Sehat itu bisa diartikan
sebagai sehat jiwa dan raga.
Sehingga sangat tepat materi
perawatan kebersihan badan di berikan
pada parenting education. Penerapan
materi kebersihan badan sudah diterapkan
oleh orang tua, seperti yang dilakukan ibu
Inayah memandikan anaknya sehari tiga
sampai empat kali, sedangkan ibu Murtini
memeriksakan anaknya ke dokter gigi dan
mandi sehari tiga kali.
f) Pemilihan mainan.
Pemilihan mainan yang baik bagi
anak dalam materi parenting education
adalah yang mengandung unsur
pendidikan untuk meningkatkan
kecerdasan motorik, sensorik dan
kecerdasan lainnya. Materi tersebut sudah
sesuai dengan pendapat Landreth, seperti
yang disampaikan Muhamad Rizal, Psi
pada Smart Parents Confrence. permainan
adalah semua media yang dipakai oleh
anak untuk melakukan kegiatan
bermainnya. Sehingga mainan yang di
pilih harus sesuai dengan usia anak serta
dapat meningkatkan perkembangan anak.
Berikut ini contoh mainan yang tepat
untuk anak: Kecerdasan Kinestetik
(bermain bola), Kecerdasan Logis
matematis (bermain puzzle) sederhana
(kurang dari 10 keping), bermain balok
membentuk bangunan), Kecerdasan
Linguistik (telpon mainan, melatih anak
untuk bercakap-cakap, buku cerita
bergambar).
Pemberian mainan yang baik untuk
anak sudah diterapkan oleh orang tua, hal
ini bisa di lihat ketika kanaya membawa
mainan puzzle miliknya sendiri dan putri
membawa telfon mainan. Melihat anak

didiknya membawa mainan dari rumah
yang di bawah ke lembaga saat
pembelajaran, pendidik PAUD bertanya,
milik siapa mainan ini, dan anak pun
menjawab mainan saya bunda habis di
belikan ibu.
g) Kegiatan bermain sambil belajar bagi anak
di luar lingkungan ruang pembelajaran
saat di lembaga PAUD (orangtua sudah
meningkatkan perhatiannya dalam upaya
mengembangkan potensi anak)
Metode Pembelajaran, Menurut
Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara
yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai suatu maksud. Petunjuk Teknis
Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Keluarga
yang di terbitkan oleh DIRJEN PAUDNI tahun
2012 menyebutkan ada enam metode yang
dapat digunakan dalam kegiatan Parenting
Education, antara lain: 1) Ceramah, 2) Diskusi
kelompok, 3) Bermain peran/simulasi, 4)
Kunjungan lapangan, dan 5) Praktek.
Dari ke lima metode yang dapat
digunakan dalam kegiatan ini, hanya dua saja
yang di terapkan yaitu metode ceramah dan
simulasi/bermain peran. dalam kegiatan
parenting education, serta ada satu
penambahan metode lagi yaitu metode tanya
jawab sebagai pendukung dari metode
ceramah. Meskipun hanya mengunakan dua
metode (ceramah dan simulasi/bermain peran)
di tambah dengan metode tanya jawab, ini
sudah bisa menjelaskan tentang materi
parenting education secara jelas dan
dimengerti orang tua.
Media Pembelajaran, Menurut Gagne
dan Briggs dalam Arsyad (2007:4) Media yang
digunakan dalam pembelajaran dinamakan
media pembelajaran. Berdasarkan Petunjuk

Teknis Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis
Keluarga yang di terbitkan oleh DIRJEN
PAUDNI tahun 2012 menyebutkan ada tujuh
media pembelajaran yang dapat digunakan
antara lain: 1) Lembar info (leaflet, brosur,
poster). 2) Flipchart (lembar balik). 3) Audiovisual (VCD, radio, televisi,
proyektor, film).
4) Klipping (kumpulan berita dari berbagai
media cetak). 5) Booklet. 6) Komik dan bukubuku bacaan pendamping lain. dan 7)
Media
lain yang mendukung.
Dari ke tujuh media yang di anjurkan
untuk digunakan dalam kegiatan Parenting
Education, hanya tiga media saja yang ada atau
digunakan untuk membantu dalam proses
pembelajaran yakni: audio-visual (televisi dan
VCD), lembar info (poster yang mudah untuk
dipahami oleh orang tua karena ada gambargambarnya juga, dan media kantong
pintar
yang mempunyai kantong-kantong kecil berisi
kata-kata pendek untuk mengasuh anak
berdasarkan usia).
Adapun media lain yang digunakan
yakni media buku penghubung. Buku
penghubung yang digunakan yaitu suatu media
berbentuk buku yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang tua. Buku ini
memuat catatan singkat yang menggambarkan
tentang perkembangan anak. Buku ini juga
berfungsi untuk menjembatani komunikasi
antara guru dan orang tua apabila akan di
adakan suatu pertemuan orang tua atau
kegiatan parenting education.
Meskipun tidak semua media yang di
anjurkan oleh Petunjuk Teknis Pendidikan
Anak Usia Dini Berbasis Keluarga, tetapi
pembelajaran tetap berjalan dengan baik
karena ketiga media yang digunakan tadi
berfungsi dengan baik untuk membantu
memperlancar pembelajaran.

c. Instrumental Input (setting dan sarana
pembelajaran).
Instrumental input berupa setting
pembelajaran yang mana dalam kegiatan awal
semua peserta didik menghadap ke depan
berfokus pada pemateri. Seiring berjalannya
waktu setting pembelajaran ini dirasa kurang
efektif karena peserta didik yang belakang
asyik ngobrol sendiri. Oleh karena itu setting
pembelajarannya diganti dengan setting tempat
berbentuk huruf U, sehingga peserta didik bisa
lebih fokus untuk menerima materi dan tidak
ada yang ngobrol sendiri.
Selain setting pembelajaran juga ada
suasana pembelajaran. Dalam parenting
education suasana pembelajarannya
menyenangkan karena pemateri memberikan
materi dengan di bumbuih canda tawa serta
pengambilan contohnya di ambil dari
kebiasaan masyarakat sekitar dalam mendidik
dan mengasuh anaknya. Sehingga raw input
bisa dikatakan efektif karena peserta didik
merasa nyaman saat mendapatkan materi dan
pemateripun juga terbantu dalam penyampaian
materi yang diberikan.
Menurut Morgan, Barton et al (1976)
bahwa, pendidikan orang dewasa adalah suatu
aktifitas pendidikan yang dilakukan oleh orang
dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang
hanya menggunakan sebagian waktu dan
tenaganya untuk mendapatkan tambahan
intelektual. Berdasarkan penjelasan di atas,
dengan waktu orang tua untuk mengikuti
parenting education yang terbatas pula. Maka
pembelajarannya harus menyenangkan dan
menghibur, agar orang tua tidak bosan untuk
menerimanya.
2. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan
Parenting Education:
Berikut ini faktor-faktor pendukung dari

kegiatan parenting education adalah sebagai
berikut :
1)Materi yang disampaikan dan dikemas secara
baik, seperti pengunaan empat kata kunci
(maaf, tolong, permisi, dan terimakasih) agar
sering diucapkan oleh orangtua untuk ditiru
anaknya.
2)Adanya kewajiban bagi orangtua untuk
menyiapkan bekal makanan yang ada
sayurannya setiap hari selasa dan kamis.
Karena sebagian besar anak tidak suka
memakan sayuran. Untuk itu orangtua
dianjurkan memberikan bekal makanan sayur
sebagai pembiasaan pada anak, serta membuat
lagu ayo makan untuk dinyanyikan bersama
anak saat makan, agar anak mau memakan
sayuran secara lahap.
3)Penyampain materi disampaikan dengan santai
dan mengambil contoh dari lingkungan sekitar,
sehingga mudah dipahami oleh orangtua.
4)Media yang digunakan unik seperti poster
tentang pengasuhan anak, sehingga muda
dipahami oleh orangtua serta adanya kantong
pintar yang berisi kata-kata pendek cara
mengasuh anak yang baik berdasarkan usia
anak. Serta adanya buku penghubung yang
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
dengan orangtua, yang apabila setiap ada
perkumpulan orangtua atau kegiatan bisa
diketahui oleh orangtua, yang penyampaiannya
diberikan pada anak untuk ditunjukkan pada
orangtua.
Berikut ini faktor-faktor pendukung dari
kegiatan parenting education adalah sebagai
berikut:
1)Dalam pemberian materi kepada orang tua,
peserta didik lebih banyak bersikap pasif.
Orang tua bersedia bercerita pengalaman
sehari-hari kalau sudah ditunjuk oleh pemateri
terlebih dahulu.

2)Orang tua mengikuti kegiatan parenting
education atau kegiatan lain, jika dalam buku
penghubung tersebut di bilang wajib karena
berkaitan dengan anak, maka banyak dari
orang tua yang datang.
PENUTUP
Simpulan
Setelah melakukan penelitian, diketahui
bahwa komponen-komponen pembelajaran seperti:
pendekatan andragogig yang digunakan dalam
pembelajaran pada orang tua, materi, metode,
media, suasana dan setting pembelajaran sudah
saling bersinergis dengan baik sehingga output
yang di inginkan oleh lembaga yaitu orang tua
memahami materi parenting education serta dapat
menerapkannya pada anak sudah terlaksana dengan
baik. Efektivitas Parenting Education di PAUD
Taram SKB Kabupaten Trenggalek dapat
diketahui, yakni:
a) Perkembangan anak
Orang tua mengetahui tentang perkembangan
anaknya, sehingga orang tua mengerti apa yang
harus di ajarkan pada anak saat di rumah.
b) Prilaku mendidik anak
Orang tua sudah menerapkan keempat kata
kunci, yaitu: (maaf, permisi, tolong dan terima
kasih), dalam kehidupan sehari-hari terutama
saat berada di lingkungan lembaga PAUD.
c) Pola pengasuhan anak
Orang tua sudah mulai mengunakan pola asuh
(Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun
karso, Tut wuri Handayani). Orang tua sudah
mampu mengontrol diri untuk tidak memukul
anak, serta memberikan pengertian kepada
anak, saat tidak menuruti perkataan orang tua.
d) Mengatur menu makanan bergizi
Saat makan bersama, bekal makan anak tidak
hanya ada sayuran saja, tetapi ada nasi atau mie,
lauk pauk seperti: ayam, daging, telor, tempe,
tahu dan ada juga yang mambawa jambu atau

mangga dari rumah. Untuk minumanya
terkadang membawa air putih atau susu.
e) Perawatan kebersihan badan
Orang tua sudah mnerapkan cara merawat
kebersihan badan dengan mandi sehari tiga kali,
tidur siang dan rajin menggosok gigi.
f) Pemilihan mainan yang baik bagi anak
Mainan yang di miliki anak sudah bagus karena
sebagian besar dirumah ada mainan seperti:
bongkar pasang, puzzle, boneka dan permainan
lain yang mendidik yaitu mainan yang dapat
meningkatkan kecerdasan motorik, sensorik dan
emosional anak.
g) Kegiatan bermain sambil belajar bagi anak di
luar lingkungan lembaga PAUD (outbound dan
pergi ke makam Bung Karno). Orang tua sudah
meningkatkan peran nya terhadap pembelajaran
pada anak.
Untuk faktor pendukung dan penghambat
kegiatan Parenting Education adalah sebagai
berikut:
a. Faktor pendukung:
1. Materi yang disampaikan dikemas dengan
baik.
2. Adanya kewajiban bagi orang tua untuk
menyiapkan bekal makanan pada anak yang
harus ada sayurannya.
3. Penyampaian materi mengambil contoh
prilaku sehari-hari masyarakat sekitar.
4. Media yang digunakan unik, mengunakan
buku penghubung yang tidak semua
lembaga PAUD memilikinya.
b. Faktor penghambat:
1. Orang tua lebih bersikap pasif saat
pembelajaran berlangsung.
2. Tidak semua orang tua selalu bisa hadir saat
pembelajaran parenting education.
Saran
Dalam pelaksanaan suatu kegiatan, pasti ada
beberapa permasalahan yang dihadapi, tidak

terkecuali kegiatan Parenting Education yang
dilaksanakan oleh PAUD Taram SKB Kabupaten
Trenggalek. Berdasarkan data yang diperoleh atau
hasil dari penelitian, maka ada beberapa saran yang
nantinya akan membatu memperlancar kegiatan ini,
antara lain:
1. Agar pendidik PAUD lebih bersemangat lagi
untuk mengupayakan agar orang tua lebih aktif
saat pembelajaran berlangsung.
2. Agar orang tua lebih bersemangat dalam
belajar, sebaiknya pemateri mengunakan LCD
yang di miliki SKB Kabupaten Trenggalek saat
memberikan materi parenting education.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad,dkk. 2007. Ilmu & Aplikasi
Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Arikunto, Suharsimin. 2010. Prosedur Penelitian.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2002. Medi Pengajaran.Cetakan Ketiga.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Basrowi & Suwandi. 2008. Memahami
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Creswell, John W. 2009. Research Design
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
DEPDIKNAS. 2003. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. DEPDIKNAS.
DIRJEN PAUDNI. 2012. Pedoman
Penyelengaraan Pendidikan Ank Usia Dini.
DIRJEN PAUDNI.
Gerungan, W.A. 2004, Psikologi Sosial, Bandung:
PT.Refika Aditama
Hurlock, Elizabeth B. 1995. Perkembangan Anak.
Jakarta: Erlangga.
Ibrahim. 1982. Peranan Media dalam Proses
Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali.
Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan
Pengajaran. Rineka Cipta : Jakarta

Joesoef, Soelaiman. 1992. Konsep dasar
pendidikan luar sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Knowles, M.S. 1977. The Modern Practice of
Adult Education : From Pedagogy to
Andragogy, New York : Cambridge; The
Adult Education Company.
Morgan, C.T. & King, RA. 1976. Introduction To
Psychology. Tokyo: McGraw Hill.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak
Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahman, S. Hibana. 2002. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Galah.
_______. 2005. Konsep Pendidikan Anak Usia
Dini. Jogjakarta: Grafindo Litera Indo.
Riyanto, Yatim.2007. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Surabaya: SIC
Santrock, John W. 1995. Perkembangan Masa
Hidup, edisi kelima, jilid satu. Jakarta:
Erlangga.
Sudjana,D. 2004. Pendidikan Non Formal
Wawasan Sejarah Perkembangan, Filsafat
dan Teori Pendukung, serta Asas . Bandung:
Falah Production.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekataan Kuantitatif, Kualitatif Dan
R&D.Bandung: Alfabeta.
Suhartin. 2010. Smart Parenting. Jakarta: Gunung
Mulia.
Suherman, Maman. 1986. Pengembangan Sarana
Belajar, Jakarta : Karunia
Sujiono, Yuliani Nuraini. 2009. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks.
Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa, dari
Teori Hingga Aplikasi. Jakarta:

PT.Bumi A