PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP IKLAN L MEN.d

PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP IKLAN L-MEN
(Studi Kasus pada 5 Orang Anggota Gym dan 5 Orang bukan Anggota Gym)
Oleh: Isyam Maliki, Rosiana Rizqy Wijayanti, Lina Hidayatus S
1. Pengantar
Manusia sebagai makluk sosial tidak dapat terlepas dari komunikasi. Komunikasi yang
secara etimologis berasal dari bahasa Latin communico memiliki arti “membagi”. Manusia
berbagi pikiran, mendiskusikan makna, dan mengirim pesan. Dalam kehidupan sehari – hari
tentunya komunikasi adalah hal yang mutlak. Komunikasi sendiri terbagi dalam berbagai
jenis seperti komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, dan komunikasi publik.
Selain itu komunikasi juga dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis melalui verbal
ataupun non-verbal.
Seiring perkembangan jaman dan juga hadirnya berbagai revolusi dan kemajuan
teknologi, manusia mulai mengenal istilah periklanan. Kemajuan periklanan dimulai dari era
terciptanya mesin cetak pertama oleh Gutenberg. Dewasa ini periklanan semakin meraja lela
di pasaran. Periklanan adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia.
Periklanan dianggap sebagai salah satu bentuk komunikasi yang penting bagi pihak produsen
maupun konsumen, di satu sisi iklan mampu membantu produsen mencapai keuntungan, di
sisi lainnya iklan mampu memberikan alternatif bagi konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian.
Bagi kebanyakan perusahaan atau orang non-profit, iklan merupakan suatu investasi
ekonomis yang dianggap sangat menguntungkan. Namun hal ini berbeda dengan pandangan

khalayak umum. Mereka adalah makhluk bebas yang selain dalam pengambilan keputusan
mereka tidak memiliki kepentingan apapun sehingga dalam hal ini menurut psikologi
humanistik khalayak bisa memaknai datangnya informasi. Khalayak tidak sekedar berfikir
tentang produk-produk yang diiklankan namun juga makna apa yang disampaikan dalam
iklan tersebut (Wahyuni, 2014: 14).
Begitu besarnya peranan dan pengaruh iklan semakin disadari oleh para produsen.
Dewasa ini, semakin banyak biro – biro periklanan yang memproduksi iklan. Iklan sendiri
telah bertebaran dimana – mana seakan tidak menyisakan ruang tanpa iklan. Iklan berisikan

pesan dan informasi produk yang ingin disampaikan oleh produsen kepada konsumen. Iklan
– iklan tersebut dapat membentuk sistem nilai, gaya hidup, selera,dan budaya pada
masyarakat. Iklan memberikan ciri pada produk tertentu dan membuat sifat produk tersebut
memiliki arti atau makna bagi kita. Contohnya pada iklan L-Men Gain Mass tahun 2009.
Pada iklan tersebut ditampilkan percakapan antara pria dengan tubuh atletis dan pria dengan
tubuh kurus. Konteks situasi bahkan tagline iklan “Trust Me It Works” tersebut jelas
mempengaruhi dan memunculkan banyak persepsi bagi yang melihatnya. Ini disebabkan
karena adanya faktor-faktor yang melatar belakangi perbedaan persepsi setiap individu. Oleh
karena itulah, terdapat dua permasalahan yang akan penulis selesaikan, yaitu: bagaimana
implikatur ujaran Trust Me It Works yang dimunculkan dalam iklan L-Men Gain Mass 2009?
Dan Bagaimana persepsi lima orang member gym dan lima orang bukan member gym dalam

melihat iklan L-Men Gain Mass 2009? Kedua pertanyaan ini ingin menganalisis objek yang
diberikan, yaitu iklan L-Men dan ingin memaparkan persepsi dari 10 responden tersebut
dalam mempersepsi iklan L-Men.

2. Landasan Teori
Secara etimogolis, istilah Psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni Psikologi dan
Linguistik. Kedua kata tersebut merujuk pada nama sebuah disiplin ilmu. Secara umum,
Psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang bersifat akademis dan terapan yang melingkupi
studi mengenai proses mental dan perilaku. Sedangkan linguistik adalah satu ilmu yang
mengkaji bahasa sebagai sistem bunyi yang arbitrer, konvensional, dan dipergunakan
seseorang sebagai sarana berkomunikasi. Maka psikolinguistik adalah ilmu yang
menguraikan proses-proses psikologis yang terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat

dan memahami kalimat yang didengarnya waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan
berbahasa itu diperoleh manusia (Simanjuntak, 1987: 1).
Salah satu hal yang menarik perhatian psikolinguistik menurut Aitchison dalam Harras
dan Bachari (2009: 3) adalah proses produksi dan pemahaman tuturan. Untuk menghasilkan
komunikasi yang baik penutur haruslah menghasilkan tuturan dengan baik agar dapat
dipahami oleh pendengar dengan baik pula. Tuturan memiliki makna yang tekadang lebih
dari kata-kata yang terucap (Yule,1997: 3). Makna ini sering disebut dengan implikatur atau

makna tersembunyi, dan bidang kajian yang mempelajari makna dari tuturan disebut dengan
Pragmatik (Griffiths, 2006: 6).
Terdapat dua jenis makna tersembunyi atau implikatur, yaitu conventional implicature
dan conversational implicature. Conventional implicature adalah makna tersembunyi yang
tidak bergantung pada konteks, namun bergantung pada kata tertentu yang ada pada ujaran
tersebut (Yule, 1997: 45). Sedangkan Conversational implicature adalah implikatur atau
makna tersembunyi yang meminta pendengarnya untuk memahami apa maksud dibalik apa
yang dikatakan oleh penuturnya, dan ini sangat bergantung pada konteks situasi dalam
percakapan tersebut (Fauziah, 2011: 30). Untuk mengetahui implikatur jenis ini
dibutuhkanlah prinsip kerja sama, dimana prinsip ini ditujukan agar kontribusi dalam
percakapan itu baik dan pendengar dapat mengerti arah pembicaran tersebut (Grice, 1996:
45).
Terdapat empat maksim dalam prinsip kerja sama, yaitu maksim kuantitas (quantity
maxim), maksim kualitas (quality maxim), maksim relevansi (relation maxim), dan maksim
pelaksanaan (manner maxim). Dalam maksim kuantitas, penutur diharuskan memberikan
jumlah informasi yang tepat: sumbangan informasi harus seinformatif yang dibutuhkan,
sumbangan informasi jangan melebihi yang dibutuhkan. Dalam maksim kualitas, penutur
diharuskan memberikan sumbangan informasi yang benar: jangan mengatakan sesuatu yang
anda yakini bahwa itu tidak benar, dan jangan mengatakan sesuatu jika bukti kebenarannya
kurang meyakinkan. Dalam maksim relevansi, penutur sebaiknya memberikan ujaran yang

ada relevansinya. Dalam maksim pelaksanaan, penutur sebaiknya mengatakan sesutu yang
mudah dimengerti dengan mengindari pernyataan yang samar-samar, tidak bertele-tele, dan
juga berbicara dengan teratur.

Keempat maksim tersebut memang sebaiknya diikuti oleh penutur, namun banyak
diantara maksim tersebut yang dilangar, menurut Thomas, ketika seseorang melanggar
maksim dalam prinsip kerja sama, dan ia secara terang-terangan melanggarnya agar
pendengar mencari makna tersembunyi dari apa yang ia tuturkan, maka pelanggaran tersebut
disebut dengan flouting (Thomas, 1995: 65).
Dalam memahami implikatur dari suatu ujaran, terdapat kontek situasi yang harus dilihat
pula. Konteks situasi adalah suatu pemahaman antara pentur dan mitra tutur pada suatu
kejadian dengan menyertakan seluruh storage of knowledge pada saat tuturan tersebut terjadi.
Salah satu cara untuk mengetahui maksud tuturan penutur, maka, penggunaan IFID atau
First Illocutionary Force Indicating Device merupakan sebuah langkah guna mencari motive
si penutur dengan melihat struktur ujaran, penekanan kata, intonasi ujaran, dan pemilihan
kata, selanjutnya dihubungkan dengan konteks kejadian tuturan.
Dengan mengetahui konteks dalam situasi tuturan, pada akhirnya dapat memunculkaan
pemaknaan yang tersembunyi dalam suatu objek. Namun objek ini dapat dimaknai dengan
dengan berbeda-beda oleh setiap individu. Proses pemaknan dari setiap individu inilah yang
disebut dengan interpretasi. Setiap individu memiliki interpretasi yang berbeda-beda dalam

memahami suatu objek, dan salah satu fungsi psikologis yang seringkali dijadikan fokus
dalam bidang psikologi adalah persepsi atau yang disebut juga dengan the interpretation of
experience (Irwanto, dkk., 1989: 71). Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,
atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
(Rakhmat, 2000: 51). Penafsiran pesan terhadap suatu obyek tidak hanya dilakukan oleh
panca indera saja, namun juga didukung oleh atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori
(Desiderato, 1976: 129).
Atensi adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol
dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Memori adalah sistem yang sangat
berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan
menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Persepsi di sini bukan hanya
sekedar penginderaan, persepsi juga disebut dengan penafsiran pengalaman. Seseorang dapat
melihat obyek yang sama, namun karena pengalaman dan kemampuan berfikir yang berbedabeda, maka persepsi yang dihasilkanpun juga berbeda-beda.

Syarat terjadinya persepsi menurut Sunaryo (2004: 98) yaitu, adanya obyek yang
dipersepsi, adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam mengadakan persepsi karena perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau
rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah
(Rakhmat 52), adanya alat indera/reseptor, saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Menurut Miftah Toha (2003: 154), faktor internal adalah faktor
mengenai keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi yang datang dari dua
sumber, yaitu fisiologis dan psikologis. Sistem fisiologis adalah sistem kejasmanian individu,
jika sistem ini terganggu, maka dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Sedangkan dari segi
psikologis, yang mempengaruhi adalah perhatian, pengalaman, perasaan, kemampuan
berpikir, kerangka rujukan dan motivasi. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar
diri individu, misal stimulus, lingkungan atau situasi, latar belakang keluarga, dan informasi
yang diperoleh.
3. Metode Penelitian
Menurut Prof. Dr. Sugiyono, metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan
dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah (2009: 2).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), dan disebut juga
metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (2009:
8).
3.1. Populasi dan Sampling

Populasi menurut Sugiyono (115) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain, populasi merupakan
kesatuan yang mempunyai karakteristik yang sama dimana sampel dapat ditarik.
Dalam penelitian ini, sampelnya adalah lima orang anggota member Gym yang juga
pernah mengonsumsi L-Men dan lima orang bukan anggota gym yang tidak pernah
mengonsumsi L-Men.Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (116). Selain itu, sampel diartikan sebagai sebagian kecil dari populasi
yang penulis gunakan sebagai obyek riset karena mampu mewakili populasi dan sampel
untuk mewakili karakteristik yang sama yang mereka miliki.
3.2. Teknik Pengambilan Sampling
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Nonprobability Sampling
yaitu

teknik

pengambilan

sampel


yang

tidak

memberikan

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel (84). Teknik sampel ini meliputi sampling
sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, dan snowball.
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling
purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(85). Penelitian ini meneliti tentang persepsi lima orang anggota member
gym yang juga

pernah mengonsumsi L-Men dan lima orang bukan

anggota member gym yang tidak pernah mengonsumsi L-Men.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan seorang peneliti

untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dengan teknik pengumpulan
data yang tepat dalam suatu penelitian akan memungkinkan pencapaian
masalah secara valid dan terpercaya yang akhirnya akan memungkinkan
generalisasi yang obyektif. Menurut Sugiyono teknik pengumpulan data
dapat dilakukan melalui wawancara, angket, dan observasi (137).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik observasi dan wawancara.
1. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Hadi via
Sugiyono, 2012: 145).
2. Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para illmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data,yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi (Nasution via Sugiyono,
2012: 226).
3. Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topic tertentu (Esterberg via Sugiyono, 2012: 231).
4. Analisis
Terdapat dua pembahasan yang akan dipaparkan dalam makalah ini,

yang pertama adalah penjelasan makna secara pragmatik dibalik jargon
Trust Me It Works yang mewakili keseluruhan konteks dari iklan L-Men, dan
yang kedua adalah menjelaskan persepsi yang ditunjukkan oleh 10 orang
responden yang terbagi dua menjadi lima orang reponden anggota gym dan
pernah mengonsumsi L-Men dan lima orang lainnya bukan anggota gym dan
tidak pernah mengonsumsi L-Men.
4.1. Implikatur Jargon Trust Me It Works
Dalam pembahasan Iklan L-men tahun 2009 ini masih menggunakan slogan yang sama,
yakni Trust me, it works. Jargon ini diujarkan oleh seorang model yang bertubuh atletis dengan
suara dalam menyiratkan makna kesungguhan. Selanjutnya, pembahasan mengenai jargon ini
akan dibahas menggunakan beberapa langkah. Pertama dengan meihat semantic meaning,
pembahassan IFID, barulah kemudian mencari implikaturnya.
4.1.1. Makna Sematik
Jargon yang digunakan adalah Trust me, it works memiliki empat leksem yang
membentuk kesatuan makna /Trust /me/, /it/ works/. Pada kalimat pertama, Trust me, merupakan

bentuk kalimat perintah karena ujaran tersebut diawali dengan kata kerja bentuk dasar dengan
menghilangkan subjek yang disebut ellipsis atau penghilangan kata. Selanjutnya ialah kata, trust
yang bersinonim dengan believe. Cambridge, kata trust didefinisikan sebagai kata kerja yang
berarti [ I or T ] to have belief or confidence in the honesty, goodness, skill or safety of a person,

organization or thing dan [ I ] to hope and expect that something is true, sedangkan believe
bermakna to think that something is true, correct or real. Apabila ditinjau dari cara pengujaran,
trust merupakan kata bersuku satu, sehingga saat diujarkan akan membentuk rentetan satu suku
kata pada jargon, /trʌst/ mɪ / ɪt / wɝːk/. Kemudian pada kalimat deklaratif, it works. Kata it akan
merujuk pada produk L-Men. Hal ini disebut sebagai makna referen, katapora, sebab pronoun
merujuk pada kata diawal kalimat, yakni L-men. Chaer menyatakan bahwa sebuah kata atau
leksem disebut bermakna referensial kalau ada referensnya, atau acuannya dan katapora (2007:
291).
Selanjutnya, it tersebut beri verba works. Menurut Cambridge kata ini memiliki 6 makna
sebagai verb, dan salah satunya adalah [ I or T + adverb or preposition ] to succeed gradually in
becoming something or cause a person or thing to become something, either by making an effort
or by making many small movements. Berdasarkan definisi diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa L-Men menyebabkan perubahan pada bentuk tubuh seseorang.
4.1.2. IFID
/ Trust me/ it works
Berkenaan dengan IFID, iklan tersebut memeperlihatkan dua tokoh sex pria dan wanita.
Terdapat dua pria dan tiga wanita disebuah kolam renang. Pada awal iklan tersebut, terjadi
perbincangan antara pria bertubuh atletis dan pria kurus. Diawal perbincangan, pria bertubuh
kurus berkata,”ha, susu?” dengan nada pendek meremehkan dan menatap pria bertubuh atletis
dengan memicingkan raut tatapan, Kemudian, pria bertubuh atletis memeberi jeda sebelum
menjawab dan menggelengkan kepala. Dengan tenang, dia menurunkan gelasnya dan
menimpali,”L-Men”. Dengan sinis, pria kurus itu pun menimpalinya lagi,”emang ngefek?” Dia
pun menjawab dengan nada tenang dan datar,”badan gue dulu juga segitu” sambil menunjuk kea
rah tubuhnya yang kurus. Ditengah percakapan mereka, tiga menyapa dengan serempak
menyapa pria tersebut,”hai”. Dengan tanggap pria kurus melambaikan tangan, akan tetapi,
lambaiaannya diacuhkan dan para wanita lebih memilih pria bertubuh atletis.

Kemudian, suara narrator mengambil alih iklan tersebut dengan memaparkan kandungan
vitamin dan protein yang terdapat dalam L-men sebagai penunjang untuk mendapatkan tubuh
atletis. Adegan selanjutnya, pria bertubuh atletis itu lari, menjeburkan diri ke dalam kolam
renang, dan serta merta para wanita tersebut mengikutinya. Diakhir scene, pria bertubuh atletis
yang menghadap depan membalikkan arah pandangannya dan berkata,”Trust me, it works”.
Berdasarkan konteks diatas, penutur (pria atletis) mengujarkan jargon L-Men, dapat
ditinjau dari empat bentuk; struktur ujaran, penekanan kata, intonasi, dan pemilihan kata.
Pertama, struktur ujaran tersebut memiliki konstruksi kalimat perintah sebagai upaya persuasif .
Kedua, penutur memberikan beberapa penekanan pada kata kerja, trust, diawal kalimat untuk
mengawali kata imperative supaya para audience percaya dengan hasil yang akan mereka
peroleh sesuai dengan bentuk tubuhnya. Selanjutnya kata works diakhir kalimat yang
menandakan bahwa L-men lah yang berhasil membentuk tubuhnya. Ketiga, intonasi ujaran
diucapkan dengan bentuk falling untuk mempertegas kalimat perintah tersebut. Terakhir adalah
pemilihan kata. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada makna semantik bahwa diksi dalam
jargon sangat diperhatikan. Hal ini terlihat dari kesesuaiaan nada saat diujarkan yang terdiri dari
rangkaiaan kata satu suku dan mempertimbangkan makna. Adapun penggunaan kalimat bahasa
Inggris dikarenakan bahasa Inggris memiliki nila prestige yang tinggi dari pada bahasa
Indonesia. Akan tetapi, apabila dilihat dari konteks visual, maka akan memiliki makna berbeda.
Kata works yang dalam sematik merupakan pembentuk tubuh, maka akan beralih menjadi
pemberi efek penarik wanita. Sebab ketika lelaki tersebut menceburkan diri ke kolam. Tiga
wanita yang menyapa dirinya juga ikut menceburkan dirinya secara bersamaan. Hal ini
menjadikan makna works mengalami pergeseran dari makna semantiknya. Untuk pembahasan
lebih dalam mengenai kata works dapat dilihat berdasarkan makna implikatur-nya.
4.1.3. Implikatur
Ujaran ini dianggap kurang informatif dan samar-samar. Namun dengan adanya konteks
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ujaran ini merupakan ujaran yang sengaja diujarkan
dengan kurang informatif dan samar-samar oleh penuturnya agar penonton mencari tau sendiri
apa makna yang tersembunyi dibalik ujaran “Trust me. It Works”. Inilah yang disebut dengan
flouting menurut teori Grice. Maka dari itulah makna tersembunyi dalam ujaran ini adalah
meminum L-Men selain dapat membuat badan pria menjadi atletis, namun juga membuat para
wanita mendekati pria tersebut.

4.2. Analisis Persepsi
Pembahasan mengenai analisis persepsi telah disinggung pada pembahasan sebelumnya
yang menyatakan bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat,
51). Dengan kata lain, definisi tersebut menjelaskan bahwa persepsi seseorang mengenai suatu
objek ditentukan oleh latar belakang mereka, sehingga memunculkan persepsi yang berbeda.
Terlebih, pada jargon trust me, it works yang diujarkan oleh model iklan tersebut. Perbedaan
tersebut muncul dikarenakan adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi para
responden.
Berkaitan dengan hal itu, penulis mengadakan uji sample kepada 10 orang yang dibagi
menjadi dua kelompok; 5 anggota Gym dan 5 anggota non-Gym. Kesmua anggota tersebut
mendapatkan pertanyaan yang nantinya diklasifikasi berdasarkan hasil makna implicature pada
pembahasan sebelumnya. Dibawah ini adalah pembahasan lebih lanjut.
4.2.1. Persepsi Anggota Gym
Dari lima anggota nge-Gym, penulis memberikan dua pertanyaan pokok mengenai iklan
L-Men, yakni bagaimana persepsi mereka terhadap iklan L-Men dan bagaimana persepsi mereka
mengenai perempuan yang ada di dalam iklan tersebut. Pertanyaan pertama memberikan
jawaban yang bervariatif, akan tetapi memiliki poin yang sama. Poin tersebut merujuk pada
implicature pertama bahwa produk L-Men memiliki fungsi sebagai minuman suplemen
penambah massa otot bagi pria. Ada pun peran wanita pada iklan tersebut hanya sebagai model
tambahan yang tidak memiliki andil apapun untuk menambah pertumbuhan otot pada pria.
Dibawah ini adalah table jawaban para responden dari pertanyaan pertama.
R1

Iklan tersebut ingin mengajak penonton untuk membeli L-Men agar badan mereka

R2
R3
R4
R5

seperti model di iklan tersebut.
Minumlah susu ini agar badanmu bisa seperti model tersebut.
Jika kita minum L-Men, maka badan kita akan bagus seperti yang ada di model.
Iklan tersebut memotivasi kita agar bisa memiliki badan seperti yang ada di model.
Jika kita meminum L-men, bisa mmbuat badan kita seperti yang di model.

Tuturan dari para responden diatas memiliki kemiripan dari maksud dan tujuan. Hal ini
terjadi dikarenakan proses penangkapan informasi yang mereka lakukan berdasarkan pada alat
reseptor mereka berkaitan dengan konteks atau latar belakang yang mereka lakoni. Mereka
menganalisa informasi dengan dukungan atensi, motivasi, dan ekspektasi. Dari daya penyerapan
informasi atau yang disebut atensi dengan panca indra menjadikan mereka memiliki persepsi
bahwa iklan L-Men hanya berguna sebagai penunjang penampilan dan muncullah ekspektasi
bahwa kandungan nutrisi pada L-men akan membentuk otot mereka seperti model atletis pada
iklan.
Dengan demikian, tuturan responden anggota Gym baik R1, R2, R3, R4, R5 menegaskan
bahwa produk L-men berfungsi sebagai media penarik pembeli, terutama para pria, supaya
memiliki badan atletis sebagaimana model yang memerankan dalam iklan tersebut. Jawaban para
responden diatas mengindikasikan adanya suatu faktor yang memotifasi mereka untuk memilih
jawaban tersebut.
Persepsi para responden tidak hanya dipengaruhi oleh stimulus iklan tersebut akan tetapi
menyangkut faktor-faktor internal seperti pengalaman. Sebagaimana yang diungkapkan oleh R1
mengenai efek yang dia peroleh pasca meminum L-Men,”iya, tapi karena efeknya tidak begitu
bekerja saya putuskan untuk berhenti mengkonsumsinya”. Pengalaman ini menjadikan R1 untuk
tidak mengkonsumsi L-Men sebagai salah satu cara menunjang pertumbuhan otot. Kemudian,
dari R2 mengatakan,” tidak, saya tidak suka mengkonsumsi suplemen-suplemen seperti itu
karena saya tidak percaya dengan minum L-Men saja badan saya bisa keren seperti yang di iklan
tersebut. Olah raga saja menurut saya cukup.” Ujaran R2 dapat dimaknai sebagai faktor internal
karena responden tidak menolak stimulus dari luar yakni iklan L-Men dan memilih untuk
melakukan hal lain yang dia yakini sebagai cara ampuh untuk membentuk ototnya.
Adapun pertanyaan kedua yang mereka tanggapi ialah bagaimana persepsi mereka
terhadap perempuan yang ada di dalam iklan tersebut. Persepsi responden mengenai wanita pada
iklan L-Men juga dipengaruhi oleh faktor dan persepsi tersebut diperoleh berdasarkan
pengalaman yang mereka lakoni. Dibawah ini adalah jawaban para responden.
R1
R2
R3

Pemanis
Encouragement
Penarik perhatian

R4
R5

Penarik perhatian
Penarik perhatian

Persepsi yang diujarkan oleh para responden mengindikasikan bahwa peran wanita pada
iklan L-Men bukan lah hal yang signifikan karena responden annota nge-Gym memiliki obsesi
untuk menambah massa otot saja. Sedangkan persepsi mengenai wanita akan mendekat saat
mereka minum L-men tidak ada. Hal ini Nampak dari jawaban R1, R2, R3, R4, R5 yang
menyimpulkan bahwa peran wanita dalam iklan hanyalah pemanis dan penarik perhatian supaya
para audiences melihat iklan tersebut dan menurut pengalaman mereka, wanita tidak mendekati
mereka pasca mereka minum L-men. Seperti table jawab mereka dibawah ini yang dinyatakan
dengan kata singkat yang berarti sama, tidak.
R1
R2
R3
R4
R5

Gaklah
Noooooo
Hahaha. Enggak
Enggak
Enggak
Dari pemaparan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa anggota Gym memiliki

persepsi mengenai iklan L-men berdasarkan nilai fungsional. Nilai fungsional muncul
dikarenakan para responden memikirkan keputusan yang akan mereka ambil berdasarkan
kegunaan yang berkaitan pada efek yang akan mereka peroleh pasca meminum L-men. Akan
tetapi, berdasarkan factor internal yang mereka alami menjadikan mereka tidak menggunakan
produk L-Men karena L-Men tidak memberikan dampak pesat pada pertumbuhan otot mereka.
4.2.2. Persepsi Anggota Non-Gym
Pada lima anggota non-Gym, penulis juga memberikan dua indikator mengenai iklan LMen beserta jargonnya, yakni bagaimana persepsi mereka terhadap iklan L-Men dan bagaimana
persepsi mereka mengenai perempuan yang ada di dalam iklan tersebut. Table dibawah ini
adalah respon untuk pertanyaan pertama.
R1

Iklan L-Men ingin memperkenalkan body saja ke pada para wanita supaya mereka

R2
R3
R4

mendekat
L-Men itu bukan untuk membentuk otot, tapi untuk menarik cewek.
Kalau menurutku iklan L-Men bisa mendekatkan kita kepada wanita
Dengan L-Men wanita menjadi lebih dekat.

R5

Abis liat iklannya, jadi muncul keinginan untuk punya cewek sexy.

Pada tuturan semua reponden diatas menunjukkan bahwa responden memiliki persepsi
dengan meminum L-Men akan menjadikan wanita mendekat. Hal ini terjadi dikarenakan adanya
proses penafsiran pesan iklan L-men melalui panca indra audio-visual kedalam otak. Panca indra
sebagai alat reseptor yang menghubungkan otak dan lingkungan sekitar termasuk latar belakang
individu. Kemudian, individu tersebut akan memproduksi hubungan analisis anatara informasi
yang dia dapat dengan keadaan sekitarnya yang selanjutnya dijakan sebuah tuituran persepsi.
ditangkap tidak hanya dilakukan dengan panca indera saja, akan juga didukung oleh atensi,
ekspektasi, motivasi, dan memori.
Dari tuturan persepsi yang diujarkan oleh para responden mengungkapkan inti yang
sama. Hal ini memungkinkan adanya keseragaman latar belakang dann pengalaman yang ada
pada responden. Sehingga persepsi mengenai yang muncul tidaklah berbeda. Secara singkat,
informasi yang mereka tangkap sebagai tahap atensi. Di tahap ini, para respon memperhatikan
iklan tersebut baik dari audio dan visualnya. Kemudian, mereka menginterpretasi informasi dan
memilah bagian paling menarik berdasarkan latar belakang yang mereka miliki atau ekspektasi
yang mereka inginkan namun belum tercapai.
Dengan latar belakang anggota non-Gym yang tidak terlalu memikirkan bentuk tubuh,
maka mereka memiliki pemikiran bahwa produk L-men mampu menambah massa otot mereka,
sehingga mereka bereskpektasi bahwa iklan L-men mempengaruhi mendekatnya wanita.
Persepsi seperti itu muncul dikarenakan ekspektasi mereka bahwa wanita lebih suka pada pria
bertubuh atletis ketimbang pria bertubuh kurus. Terlebih, pria yang bertubuh kurus tidak
memiliki pengalaman seperti pria bertubuh atletis, dari ketidaktahuaan ini menjadikan mereka
memiliki ekspektasi bahwa pria yang bertubuh atletis akan mendapatkan peluang mendapat
wanita seksi dari pada pria bertubuh kurus.
Untuk memahami peran wanita dalam iklan L-men, penulis mengajukan pertanyaan yang
memiliki respon berbeda-beda. Diabawah ini adalah rangkuman jawaban para responden
mengenai peran wanita dalam
R1

Kan cewek suka ama tubuh yang atletis

R2
R3
R4
R5

Cewek hanya untuk promosi
Wanita disitu sebagai pemeriah aja
Cewek sebagai pemanis saja
Cewek sebagai motivasi punya body yang bagus

Tanggapan persepsi R1 dan R5 memiliki kemiripan dari maksud dan tujuan. R1
menginterpretasikan berdasarkan latar belakangnya bahwa wanita akan memilih pria berdasarkan
bentuk fisiknya seperti tubuh atletis dan R5 memiliki interpretasi berbanding lurus dengan iklan
L-Men sebagai suplemen penambah massa otot yang memotivasinya untuk memiliki tubuh
atletis supaya mendapatkan wanita. Adapun R2, R3, dan R4 menganggap wanita sebagai model
tambahan dalam iklan tersebut.
5.

Kesimpulan
Implikatur dari jargon tersebut dianalisis dengan mencari tau makna semantis, IFID, dan

pelanggaran prinsip kerja samanya. Dari langkah-langkah tersebut, maka implikatur yang
diperoleh adalah dengan meminum L-Men selain dapat membuat badan pria menjadi atletis, juga
dapat mendekatkan wanita pada pria tersebut. Sedangkan dari iklan L-Men tersebut, tedapat
persepsi yang berbeda antara lima responden member gym dan lima responden bukan member
gym. lima responden member gym memiliki persepsi mengenai iklan L-men berdasarkan nilai
fungsional yaitu memikirkan keputusan yang akan mereka ambil berdasarkan kegunaan yang
berkaitan pada efek yang akan mereka peroleh pasca meminum L-men sedangkan berdasarkan
faktor internal yang mereka alami menjadikan mereka tidak menggunakan produk L-Men karena
L-Men tidak memberikan dampak pesat pada pertumbuhan otot mereka. Lima responden bukan
member gym memiliki persepsi bahwa produk L-men mampu menambah massa otot mereka,
sehingga mereka bereskpektasi bahwa iklan L-men mempengaruhi mendekatnya wanita.
Persepsi seperti itu muncul dikarenakan ekspektasi mereka bahwa wanita lebih suka pada pria
bertubuh atletis ketimbang pria bertubuh kurus.

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Desiderato, O., Howieson, dan J. H. Jackson. 1976. Investigating Behavior: Principles of
Psychology, New York: Harper & Row Publishers.
Fauziah, Jiah. 2013. Pragmatics Handout. Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Grice, Paul. 1980. Studies in The Way of Words. Berkeley: First Harvard University Press.
Griffiths, Patrick. 2006. An Introduction to English Semantics and Pragmatics. Edinburgh:
Edinburgh University Press.
Harras, A Kholid dan Andika Dutha Bachari. 2009. Dasar-Dasar Psikolinguistik. Tebet:
Universitas Pendidikan Indonesia Press.
Irwanto. 1989. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia.
Miftah Thoha. 2003, Kepemimpinan Dalam Manajemen: Suatu pendekatan perilaku. Jakarta :
PT. Raja Grafindo
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction: An Introduction to Pragmatics. Harlow, England :
Pearson Education
Wahyuningsih, Sri. "Efek Komodifikasi Perempuan Dalam Iklan: Perspektif Psikologi
Komunikasi." Jurnal. (online) http:// lppm.trunojoyo.ac.id diakses pada tanggal 01
Desember 2014.
Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.

LAMPIRAN
1.

Dua perempuan cantik yang sedang melihat
ke satu arah sambil tersenyum.

2.

Perempuan tersebut ternyata sedang melihat
ke arah seorang lelaki bertubuh atletis tanpa
busana atasan

3.

Lelaki bertubuh atletis dan bertelanjang dada
tersebut sedang meminum susu.

4.

Lelaki lain meremehkan lelaki bertubuh
atletis karena ia meminum susu.
“hhh. Susu?”

5.

Lelaki bertubuh atletis menggeleng, dan
kemudia berkata.
“L-Men”
Ini menunjukkan bahwa L-Men bukanlah
susu.

6.

Lelaki kurus meragukan L-Men
“Emang ngefek?”
Dibantah oleh lelaki atletis dengan
mengungkapkan
“Badan gue juga dulu segitu”, ini
menunjukkan bahwa L-Men memberikan
efek.

7.

Kemudian perempuan yang tadi memandang
lelaki bertubuh atletis menyapa
“Haiiii”

8.

Namun pria kuruslah yang membalas sapaan
perempuan tadi.

9.

Perempuan tersebut bukan melihat ke arah
pria kurus, namun melihat ke arah lain.

10
.

Lelaki kurus salah sangka. Ia pun akhirnya
melihat ke arah di mana perempuanperempuan tersebut memandang.

11.

Ternyata perempuan-perempuan tersebut
sedang memandang pria yang bertubuh
atletis tadi.
“L-Men gain mass”

12
.

L-Men lah yang membuat badannya menjadi
atletis.
“Tinggi protein dengan amino elisin efektif
membantu menambah massa otot”

13
.

Lelaki atletis tersebut kemudian terjun ke
kolam renang.

14

Perempuan berteriak dan ikut terjun ke
kolam renang mengikuti lelaki bertubuh
atletis tersebut.

15

Lelaki tersebut kemudian melihat ke arah
kamera dan berkata “L-Men, Trust Me. It
Works”

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN DI TELEVISI (ANALISIS SEMIOTIK DALAM IKLAN SAMSUNG GALAXY S7 VERSI THE SMARTES7 ALWAYS KNOWS BEST)

132 481 19

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26