MISNOMER DALAM NOMENKLATUR DAN PENALARAN

Papahit1
Papahit, Hans
S2 STIK
Perkembangan Dan Pencegahan Masalah Sosial Dan Kejahatan
Prof. Farouk Muhammad

MISNOMER DALAM NOMENKLATUR DAN PENALARAN
KEAMANAN NASIONAL

Suatu Purpossive Fallacy
I. PENDAHULUAN
Pro-Kontra dan perdebatan yang panjang mengenai penyusunan
RUU Kamnas membuat penulis tertarik untuk mencermati muatan yang
terkandung dalam RUU Kamnas. Pendekatan konseptual dan teoritis
yang dijadikan landasan penyusunan RUU Kamnas yang kontroversial
dan berlarut-larut, serta menjadi topik pembahasan di berbagai
kesempatan menggelitik keingintahuan yang lebih dalam mengenai
penyebab kontroversi yang terjadi seputar RUU Kamnas Tersebut.
Melalui tulisan ini, akan ditelusuri pendekatan konseptual dan
teoritis yang digunakan dalam merumuskan konsep Keamanan
Nasional dalam RUU Kamnas dan implikasinya dalam pelaksanaan

fungsi keamanan di Indonesia berdasarkan berbagai perspektif yang
ada tentang keamanan.
II. PERMASALAHAN
Melalui judul Misnomer Dalam Nomenklatur Dan Penalaran
Keamanan Nasional , Suatu Purpossive Fallacy, maka persoalan yang
teridentifikasi dan dibahas dalam tulisan ini adalah :
1. Bagaimana misnomer dalam nomenklatur Keamanan Nasional?
2. Bagaimana misnomer dalam penalaran Keamanan Nasional?
3. Apa Kemungkinan Purpossive Fallacy yang terjadi sebagai akibat
misnomer nomenklatur dan penalaran Keamanan Nasional?

III. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Misnomer

Papahit2

Misnomer adalah sebuah kata serapan Bahasa Inggris yang
memiliki arti : kata atau istilah yang tidak cocok penggunaan maupun
tidak sesuai dengan acuannya.
Kamus bahasa Inggris dalam jaringan, The Oxford Dictionary

Online menjelaskan bahwa pengertian misnomer adalah “nama atau
kata yang tidak tepat atau akurat”1, sedangkan kamus bahasa Inggris
Daring lainnya (Cambridge Dictionary Online), memaknai misnomer
sebagai “nama yang tidak benar atau tidak sesuai dengan apa yang
diacu, atau penggunaan nama yang tidak sesuai”.2
Definisi lebih lengkap tentang misnomer dapat ditemukan dalam
Kamus Daring Merriam-Webster. Misnomer dinyatakan sebagai :
penamaan yang salah terhadap seseorang dalam instrumen hukum,
penggunaan nama yang salah atau tidak pantas, serta nama yang salah
atau sebutan yang tidak pantas 3.

Nomenklatur
“Nomenklatur” memiliki arti tata nama, penamaan, atau
peristilahan. KBBI Daring mendefinisikan nomenklatur sebagai
penamaan yang dipakai dalam bidang atau ilmu tertentu, tata nama,
serta pembentukan (sering kali atas dasar kesepakatan internasional)
tata susunan dan aturan pemberian nama objek studi bagi cabang ilmu
pengetahuan.4
Kamus bahasa Inggris dalam jaringan, The Oxford Dictionary
Online menjelaskan bahwa pengertian nomenclature adalah sistem

penamaan hal, terutama dalam cabang Ilmu.”5 Dalam Kamus bahasa
Inggris Daring lainnya, Cambridge Dictionary, nomenclature dimaknai

1 http://www.oxforddictionaries.com/us/definition/learner/misnomer. Misnomer : “a name
or a word that is not appropriate or accurate
2 http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/misnomer. Misnomer : “a name
that is not correct or does not suit what it refers to, or a use of such a name:
3 http://beta.merriam-webster.com/dictionary/misnomer. Misnomer:
1. 1 : the misnaming of a person in a legal instrument:
2. 2 a : a use of a wrong or inappropriate name :
2 b : a wrong name or inappropriate designation:
4 http://kbbi.web.id/nomenklatur.
5 http://www.oxforddictionaries.com/us/definition/learner/nomenclature, Nomenclature :
a system of naming things, especially in a branch of science.

Papahit3

sebagai sistem untuk penamaan hal, khususnya dalam bidang tertentu
dari ilmu.”6
Definisi lebih lengkap tentang nomenclature dapat ditemukan

dalam Kamus Daring Merriam-Webster. Nomenclature didefiniskan
sebagai : 1)nama, penunjukan. 2) Tindakan atau proses atau suatu
contoh dari penamaan. 3.a) sistem atau seperangkat istilah atau
simbol terutama dalam ilmu, disiplin, atau seni tertentu. 3.b) sistem
internasional nama latin baru yang standar, digunakan dalam biologi
untuk kelompok jenis hewan dan tumbuhan.7
Fallacy
Fallacy berasal dari bahasa latin Fallacia, fallac-, fallax yang
artinya penipu, dan fallere yang berarti menipu. Terjemahan
harafiahnya dalam Bahasa Indonesia adalah “Kesesatan” yaitu
kesalahan yang terjadi dalam aktivitas berpikir karena penyalahgunaan
bahasa (verbal) dan/atau relevansi (materi).8
Berbagai referensi memberikan makna fallacy sebagai “sebuah
kegagalan dalam penalaran yang membuat argumen tidak valid”9,
“gagasan yang dianggap benar oleh banyak orang, tetapi
sesungguhnya salah”10, “ide yang keliru atau palsu, penalaran palsu”11.
Keamanan
Dalam KBBI Daring, pengertian aman adalah : ‘bebas dari
bahaya, bebas dari gangguan (pencuri, hama, dan sebagainya),
terlindung atau tersembunyi (tidak dapat diambil orang), pasti (tidak

meragukan, tidak mengandung risiko), tenteram (tidak merasa takut

6 http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/nomenclature. Nomenclature : a
system for naming things, esp. in a particular area of science.
7 http://beta.merriam-webster.com/dictionary/nomenclature. Full Definition of
nomenclature:
1 : name, designation.
2 : the act or process or an instance of naming.
3 a : a system or set of terms or symbols especially in a particular science, discipline,
or art.
b : an international system of standardized New Latin names used in biology for
kinds and groups of kinds of animals and plants.
8 https://id.wikipedia.org/wiki/Kesesatan
9 http://www.oxforddictionaries.com/us/definition/english/fallacy
10 http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/fallacy
11 http://beta.merriam-webster.com/dictionary/fallacy

Papahit4

atau khawatir).’ Sedangkan pengertian keamanan dalam KBBI Daring

adalah ’keadaan aman, ketenteraman.’

12

Kamus bahasa Inggris dalam jaringan, The Oxford Dictionary
Online menjelaskan bahwa pengertian security adalah ‘keselamatan
negara atau organisasi dari kegiatan kriminal seperti terorisme,
pencurian, atau spionase: soal keamanan nasional.’13 Dalam Kamus
bahasa Inggris Daring lainnya, Cambridge Dictionary, security dimaknai
sebagai ‘bebas dari bahaya’.14
Definisi lebih lengkap tentang keamanan dapat ditemukan
dalam Kamus Daring Merriam-Webster. Security didefinisikan sebagai
kualitas atau keadaan yang aman, seperti bebas dari bahaya
(keselamatan), kebebasan dari rasa takut atau kecemasan (kepastian),
sesuatu yang mengamankan (perlindungan), langkah-langkah yang
diambil untuk mencegah spionase atau sabotase, kejahatan, serangan,
atau melarikan diri (organisasi atau departemen yang bertugas
dibidang keamanan).15
Negara
KBBI Daring merumuskan negara sebagai ‘organisasi dalam

suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan
ditaati oleh rakyat’, ‘kelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan
pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat
sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.’16
Nasional
KBBI Daring mendefinisikan nasional sebagai ‘bersifat
kebangsaan, berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri, meliputi
suatu bangsa’.17

12 http://kbbi.web.id/aman
13 http://www.oxforddictionaries.com/us/definition/english/security. Security: The safety
of a state or organization against criminal activity such as terrorism, theft, or
espionage: a matter of national security.
14 http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/security
15 http://beta.merriam-webster.com/dictionary/security
16 http://kbbi.web.id/negara
17 http://kbbi.web.id/nasional

Papahit5


Nasional merupakan kata serapan dari bahasa asing nation (dari
bahasa Latin: Natio, "orang, suku, kerabat, genus, kelas, kawanan").
Nation adalah sebuah konsep sosial dengan definisi yang tidak
kontroversial,18 secara umum digunakan untuk menunjuk pada
kelompok orang yang lebih besar atau kolektif dengan karakteristik
umum yang dikaitkan pada mereka, termasuk bahasa, tradisi, adat
istiadat (mores), kebiasaan (habitus), dan etnis. Suatu nation bersifat
lebih impersonal, abstrak, dan terang-terangan secara politik jika
dibandingkan dengan kelompok etnis. Nation adalah sebuah komunitas
budaya-politik yang telah menjadi sadar akan otonomi, kesatuan, dan
kepentingan khususnya.19
Dalam kamus bahasa inggris Daring, nasional (national) memiliki
pegertian ‘terkait dengan suatu bangsa atau negara secara utuh’20,
‘berkaitan dengan seluruh bagian dari suatu bangsa, atau berkaitan
dengan suatu bangsa secara keseluruhan dan bukan hanya pada
bagian tertentu’21, serta ‘karakteristik suatu bangsa atau berkaitan
dengan karakteristik suatu bangsa; bersifat umum untuk seluruh
bangsa’22.
IV. PEMBAHASAN

Misnomer Dalam Nomenklatur Keamanan Nasional
Dalam kata pengantar ‘Keamanan Nasional - sebuah konsep dan
sistem keamanan bagi Bangsa Indonesia’ yang disusun oleh Sekretariat
Jenderal Dewan Pertahanan Nasional, disebutkan“Dinamika situasi
global pasca perang dingin ternyata telah menimbulkan pergeseran
persepsi ancaman yang semula lebih berorientasi kepada ancaman
militer menjadi ancaman multi dimensi yang mencakup aspek politik,
ekonomi, dan sosial budaya, yang kemudian mendorong terjadinya
revolusi paradigma sektor keamanan (revolution in the nature of
18 Guido Zernatto and Alfonso G. Mistretta (July 1944). "Nation: The History of a Word".
The Review of Politics (Cambridge University Press) 6 (3): 351–366.
19 Anthony D. Smith, "Ethnie and Nation in the Modern 17.
20 http://beta.merriam-webster.com/dictionary/national
21 http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/national
22 http://www.oxforddictionaries.com/us/definition/english/national

Papahit6

security)”.23 Lebih lanjut dijelaskan, “Berdasarkan berbagai literatur,
keamanan nasional secara umum diartikan sebagai kebutuhan dasar

untuk melindungi dan menjaga kepentingan nasional suatu bangsa
yang menegara dengan menggunakan kekuatan politik, ekonomi dan
militer untuk menghadapi berbagai ancaman baik yang datang dari
luar maupun dari dalam negeri.”24
Kata keamanan nasional berasal dari kata ‘kemanan’ dan
‘nasional’. Keamanan memiliki pengertian ’keadaan aman,
ketenteraman’25, sedangkan nasional memiliki arti ‘bersifat
kebangsaan, berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri, meliputi
suatu bangsa’26. Keamanan nasional sendiri telah dirumuskan dalam
KBBI sebagai istilah dalam politik dan pemerintahan yang memiliki
pengertian sebagai “kemampuan suatu bangsa untuk melindungi nilainilai nasionalnya dari ancaman luar”.27
Dari kedua kata (keamanan dan nasional) tersebut, maka
konsepsi keamanan nasional secara nomenklatur adalah “suatu
keadaan aman dan tenteram yang meliputi suatu bangsa
sebagai hasil dari mampunya suatu bangsa untuk melindungi
nilai-nilai yang berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri dari
ancaman luar”.
Perbedaan konsepsi secara nomenklatur yang dapat ditelusuri
secara jelas sumbernya dengan konsepsi Wantanas yang diragukan
obyektivitasnya, maka perlu didalami lebih lanjut mengenai perbedaan

ancaman dalam konsepsi Kamnas secara nomenklatur dan konsepsi
Kamnas versi Wantanas.
Dalam konsepsi Kamnas secara nomenklatur, Kamnas adalah
suatu kondisi aman dan tenteram, sedangkan dalam versi Wantanas
yang berasal dari berbagai literatur (yang masih diragukan
validitasnya), Kamnas adalah kebutuhan dasar untuk melindungi dan
menjaga kepentingan nasional. Pengertian kepentingan itu sendiri
23 Setjen Wantanas, “Keamanan Nasional - sebuah konsep dan sistem keamanan bagi
Bangsa Indonesia” hal. v.
24 Setjen Wantanas, “Keamanan Nasional - sebuah konsep dan sistem keamanan bagi
Bangsa Indonesia” hal. 9.
25 http://kbbi.web.id/aman
26 http://kbbi.web.id/nasional
27 http://kbbi.web.id/aman

Papahit7

adalah ‘keperluan, kebutuhan, interes’.28 Tumpang tindih pemaknaan
dalam konsepsi Kamnas versi Wantanas menjadikan konsepsi Kamnas
sebagai ‘kebutuhan dasar untuk menjaga dan melindungi
kebutuhan/keperluan/interes nasional suatu bangsa…’. Kebutuhan
dasar untuk menjaga kebutuhan(?) merupakan konsepsi tautologis29
yang bahkan membuat ahli tata bahasa berpikir keras.
Dalam konsepsi Kamnas secara nomenklatur, obyek yang harus
dilindungi adalah nilai-nilai yang berkenaan atau berasal dari bangsa
sendiri, sedangkan dalam versi Wantanas yang berasal dari berbagai
literatur (yang masih diragukan validitasnya), obyek yang harus
dilindungi adalah kepentingan nasional. Secara nomenklatur,
kepentingan nasional adalah kepentingan yang berkenaan atau
meliputi suatu bangsa. Ketika obyek yang harus dilindungi adalah
kepentingan yang berkenaan atau meliputi bangsa Indonesia, maka
secara tersirat konsep Kamnas versi Wantanas menjadikan seluruh
kepentingan bangsa Indonesia sebagai obyeknya, baik itu kepentingan
negara, militer, ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, pendidikan,
pers, dan berbagai kepentingan lainnya yang dimiliki Bangsa
Indonesia.
Dalam konsepsi Kamnas secara nomenklatur, ancaman terhadap
obyek yang harus dilindungi (nilai-nilai nasional) berasal dari ancaman
luar (bangsa), sedangkan dalam versi Wantanas yang berasal dari
berbagai literatur (yang masih diragukan validitasnya) ancaman
terhadap obyek yang harus dilindungi (kepentingan nasional) berasal
baik dari dalam negeri maupun luar negeri, serta dihadapi dengan
menggunakan kekuatan politik, ekonomi dan militer.
Ketika ancaman yang datang dari dalam dan luar negeri tersebut
harus dihadapi dengan kekuatan politik, ekonomi, dan militer, maka
perlu dipahami terlebih dahulu konsepsi tentang negara. Rossenberg
mengatakan, “walaupun istilah Country, State, dan Nation sering
digunakan secara bergantian, ada perbedaan. Suatu bangsa (nation),
adalah kelompok yang terhubung erat secara budaya. Suatu bangsa
tidak selalu hidup dalam satu negara, namun sebuah negara
28 http://kbbi.web.id/penting
29 pengulangan makna, sehingga penjelasan menjadi tidak menjelaskan.

Papahit8

kebangsaan adalah bangsa yang memiliki batas yang sama seperti
Negara. Bangsa adalah sekelompok orang yang homogen secara
budaya, lebih besar dari suatu suku atau masyarakat, yang berbagi
bahasa, lembaga, agama, dan pengalaman sejarah yang sama. Ketika
suatu bangsa memiliki negara mereka sendiri, negara itu disebut
negara-bangsa. Wilayah Perancis, Mesir, Jerman, dan Jepang adalah
contoh yang sangat baik dari negara-bangsa. Ada beberapa negara
yang memiliki dua kebangsaan, seperti Kanada dan Belgia. Bahkan
dengan masyarakatnya yang multikultural, Amerika Serikat juga
disebut sebagai negara-bangsa karena bersama-sama memiliki
‘budaya’ Amerika. Ada pula bangsa tanpa negara, seperti Kurdi.” 30
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang
kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya
diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.31

32 33

Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau
aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan
berdiri secara independen. Syarat primer sebuah negara adalah
memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki pemerintahan yang
berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat
pengakuan dari negara lain (external recognition). 34
Dari konsepsi Kamnas yang diajukan oleh Wantanas, maka
nomenklatur yang tepat adalah Keamanan Negara, karena kekuasaan
(versi Wantanas : kekuatan) politik, ekonomi, dan militer merupakan
kekuasaan yang dimiliki negara.
Dalam Draft RUU Keamanan Nasional (16 Oktober 2012) yang
diusulkan oleh Departemen Pertahanan, keamanan nasional diartikan
sebagai “kondisi dinamis bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang menjamin keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan
30 Rosenberg, Matt. "Geography: Country, State, and Nation". Diakses tanggal 20-112015. Link: http://geography. about.com/cs/politicalgeog/a/statenation.htm
31 "Acts Interpretation Act 1901 - Sect 22: Meaning of certain words". Australasian Legal
Information Institute. Diakses tanggal 2008-11-12.
32 "The Kwet Koe v Minister for Immigration & Ethnic Affairs & Ors [1997] FCA 912 (8
September 1997)". Australasian Legal Information Institute. Diakses tanggal 20-112015.
33 "U.S. Department of State Foreign Affairs Manual Volume 2—General" (PDF). United
States Department of State. Diakses tanggal 20-11-2015.
34Rosenberg, Matt. "Geography: Country, State, and Nation". Diakses tanggal 20-112015. Link: http://geography. about.com/cs/politicalgeog/a/statenation.htm

Papahit9

warga negara, masyarakat, dan bangsa, terlindunginya kedaulatan dan
keutuhan wilayah negara, serta keberlangsungan pembangunan
nasional dari segala Ancaman”.35 Keamanan Nasional meliputi
Keamanan Insani, Keamanan Publik, Keamanan ke Dalam, dan
Keamanan ke Luar.36
Terdapat perbedaan mendasar antara konsepsi keamanan
nasional dalam draft RUU Kamnas yang diajukan oleh Departemen
Pertahanan (16 Oktober 2012) dengan versi dari Wantanas. Jika
sebelumnya konsepsi Kamnas yang dikemukakan oleh Wantanas
adalah duatu “kebutuhan”, maka dalam RUU Kamnas yang diajukan
Dephan, Kamnas dimaknai sebagai “kondisi dinamis”.
Dalam RUU Kamnas, Dephan mencoba untuk menggabungkan
antara bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari penggunaan kata
“bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Dephan telah
menyadari bahwa mencoba untuk merumuskan suatu konsepsi
keamanan yang melibatkan kekuatan politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan militer tidak dapat dilakukan dengan semata-mata menggunakan
konsep keamanan bangsa (keamanan nasional secara nomenklatur).
Untuk dapat melibatkan penggunaan kekuatan politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan militer, maka keamanan nasional yang sejatinya adalah
bersifat kebangsaan ‘dikawin paksakan’ atau ‘mendompleng’ pada
keamanan negara.
Konsep keamanan negara yang “dipelintir” nomenklaturnya
menjadi keamanan nasional dapat dilihat dari ancaman yang dihadapi,
yaitu “…dari segala ancaman”. Ancaman sendiri dalam RUU Kamnas
yang diajukan Dephan memiliki pengertian: “Ancaman adalah setiap
upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri, yang dinilai dan/atau dibuktikan dapat
membahayakan keselamatan bangsa, keamanan, kedaulatan,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
kepentingan nasional di berbagai aspek, baik ideologi, politik,

35 Draft RUU Kamnas 16 Oktober 2012, Pasal 1 angka 1.
36 Draft RUU Kamnas 16 Oktober 2012, Pasal 5.

Papahit10

ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan.”37
Meskipun telah meluruskan konsep keamanan menjadi kondisi, ruang
lingkup Kamnas yang digunakan tetap mengarah pada politik,
ekonomi, dan militer (pertahanan) yang merupakan kekuasaan negara.
Misnomer Dalam Penalaran Keamanan Nasional
Dalam buku Keamanan Nasional (Setjen Wantanas) “. . . Oleh
karenanya keamanan tidak lagi hanya berorientasi pada keamanan
negara untuk menghadapi ancaman tradisonal yang mengandalkan
kekuatan militer semata, akan tetapi juga ditujukan untuk melindungi
keamanan dan keselamatan umat manusia dari situasi dan kondisi
insecurity yang disebabkan oleh faktor-faktor nonmiliter baik yang
berasal dari luar maupun dalam negeri. Akhir-akhir ini situasi dan
kondisi insecurity lebih banyak disebabkan oleh ancaman-ancaman
non tradisional akibat ketidakmampuan atau kegagalan negara
maupun dunia internasional dalam mengelola aspek-aspek politik,
ekonomi, militer, dan lingkungan.”38 Ketika Wantanas mengemukakan
bahwa keamanan tidak lagi hanya berorientasi kepada keamanan
negara yang ancamannya hanya dihadapi dengan kekuatan militer,
tetapi kondisi insecurity lebih banyak disebabkan oleh ancaman akibat
ketidakmampuan atau kegagalan negara dalam mengelola aspek
politik, ekonomi, militer, dan lingkungan, maka penalaran terhadap
keamanan tersebut telah mengacu pada hal yang tidak sesuai.
Sebagaimana kekuasaan negara yang meliputi politik, militer,
ekonomi, sosial maupun budaya, 26 27 28 maka penalaran bahwa untuk
menghadapi ancaman terhadap keamanan negara hanya
mengandalkan kekuatan militer semata telah mencampuradukkan
nomenklatur keamanan negara dengan definisi pertahanan negara,
bungkusnya keamanan negara tetapi isinya pertahanan negara. Dalam
hal ini Wantanas secara “asal bunyi” memberikan istilah baru bagi
pertahanan negara, yaitu keamanan negara.
37 Draft RUU Kamnas 16 Oktober 2012, Pasal 1 angka 2.
38 Setjen Wantanas, “Keamanan Nasional - sebuah konsep dan sistem keamanan bagi
Bangsa Indonesia” hal. 1-2.

Papahit11

Lebih lanjut lagi, ketika “kondisi insecurity juga muncul sebagai
akibat kegagalan negara dalam mengelola aspek politik, ekonomi,
militer, dan lingkungan”, maka yang digambarkan justru adalah kondisi
yang mengancam keamanan negara. Penalaran bahwa keamanan
negara harus diperluas menjadi keamanan nasional justru tidak sesuai
dengan argumentasi yang mengarahkan pertahanan negara untuk
diperluas menjadi keamanan negara.
Yang lebih penting dari penalaran yang acuannya tidak sesuai
tersebut, jika negara dianggap gagal dalam mengelola aspek politik,
ekonomi, militer, dan lingkungan, maka perluasan pertahanan negara
(keamanan negara versi Wantanas) menjadi keamanan negara
(Keamanan Nasional versi Wantanas), akan membuka peluang bagi
aktor pertahanan negara untuk terlibat “mengurusi” kegagalan negara
tersebut. Yang akan terjadi adalah perjalanan mundur dalam kehidupan
berdemokrasi, mengembalikan ‘dwi fungsi’ sebagai kekuatan sosial dan
sebagai kekuatan politik dengan kekuatan tambahan dibidang ekonomi
dan lingkungan.
Dalam buku Keamanan Nasional (Setjen Wantanas), “Sektor
keamanan tidak lagi dipandang sebagai ranah militer semata, akan
tetapi telah menjadi ranah multisektor. Sektor keamanan tidak hanya
bertujuan mengamankan negara, tetapi sekaligus juga mengamankan
keselamatan warga negara dan umat manusia. Karenanya konsep keamanan lebih dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh
mencakup pertahanan negara (defence), keamanan dalam negeri
(internal security), keamanan publik (public security), dan keamanan
insani (human security)”.39
Penalaran Wantanas bahwa sektor keamanan merupakan ranah
militer semata tidak akan dapat bersesuaian dengan konsep keamanan
manapun kecuali konsep pertahanan (atau konsep keamanan
Wantanas sendiri). Wantanas kembali menggunakan “judul” keamanan
yang “isinya” pertahanan (defence). Justru ketika Wantanas
memandang konsep keamanan satu kesatuan yang menyeluruh
mencakup pertahanan negara (defence), keamanan dalam negeri
39 Setjen Wantanas, “Keamanan Nasional - sebuah konsep dan sistem keamanan bagi
Bangsa Indonesia” hal. 2.

Papahit12

(internal security), keamanan publik (public security), dan keamanan
insani (human security), maka Wantanas sesungguhnya mengajukan
konsep keamanan negara.
Salah satu konsideran dalam dalam RUU Kamnas adalah :
“bahwa dalam mewujudkan stabilitas Keamanan Nasional, pengelolaan
Keamanan Nasional harus dilaksanakan oleh seluruh perangkat negara
dan komponen masyarakat melalui suatu

pola

penanggulangan

Ancaman secara terpadu, cepat, tepat, tuntas, dan terkoordinasi.” 40 Hal
ini

menyebabkan

potensi

chaos

peraturan,

karena

nomenklatur

perundang-undangan tidak mengenal UU yang lebih tinggi untuk
mengatur UU lainnya, dengan kata lain tidak tertib hukum. Pengaturan
tentang keamanan “nasional” dalam arti yang menyeluruh di banyak
negara juga dilakukan secara terfragmentasi dan menyebar didalam
berbagai peraturan perundang-undangan. Dalam dunia internasional
pun pengaturan tentang keamanan dalam arti yang menyeluruh
tersebar dalam konvensi internasional yang berbeda-beda,

misalnya

konvensi jenewa, konvensi hak-hak sipil politik, konvensi hak-hak
ekonomi,

sosial,

budaya,dll.

Di

Indonesia,

pengaturan

tentang

keamanan negara (Kamnas versi RUU) dalam arti yang menyeluruh
sebenarnya juga tersebar dalam undang-undang yang berbeda, antara
lain UU No.2/2002 tentang Polri, UU No.3/2002 tentang Pertahanan
Negara, UU No.34/2004 tentangTNI, UU No.17/2011 tentang intelijen
negara,

UU

No.15/2003

tentang

pemberantasan

terorisme,

UU

No.23/1959 tentang keadaan darurat, UU Penanggulangan bencana
alam, UU No.39/1999 tentang HAM, UU No.7/2012 tentang Konflik
sosial, dll. Alih-alih mengatur tentang pengelolaan oleh seluruh
komponen secara terkoordinasi, yang harus dikedepankan pelaksanaan
undang-undang

oleh

penanggung

jawab

masing-masing

dengan

merumuskan suatu perbantuan yang bersifat relevan. Ketika seluruh
aspek keamanan dicampuradukkan, sulit untuk membayangkan militer
melakukan

penyidikan

untuk

menjamin

keamanan

hak

hukum

seseorang, ataupun militer merumuskan kebijakan ekonomi yang
40 Konsideran draft RUU Kamnas 16 Oktober 2012 huruf f.

Papahit13

bersifat makro maupun mikro untuk melindungi keamanan ekonomi
bangsa, dll.
RUU Kamnas menyatakan bahwa ruang lingkup Keamanan
Nasional (seharusnya keamanan negara) meliputi Keamanan Insani,
Keamanan Publik, Keamanan ke Dalam, Keamanan ke Luar. Acuan
penalaran yang keliru ini dapat dimaklumi sebagai akibat dari
misnomer nomenklatur Kamnas yang digunakan. Kekeliruan penalaran
yang pertama adalah ketidakmampuan membedakan antara
keamanan dan pengamanan. Tidak menjadi permasalahan ketika kata
keamanan berpadu dengan “insani” atau “publik”. Namun ketika kata
‘keamanan’ dipadukan dengan ‘ke dalam’, dan ‘ke luar’, maka
penggunaan kata yang tepat adalah ‘pengamanan’. Hal ini merupakan
konsekuansi logis dari jenis kata ‘keamanan’ yang bermakna kondisi,
dan ‘pengamanan’ yang berarti proses.41 Pun seandainya tetap
menggunakan kata keamanan, maka padanan yang tepat adalah
‘dalam negeri’ dan ‘luar negeri’.
Penggunaan nomenklatur ‘keamanan luar negeri’ akan
menimbulkan permasalahan baru. Kata ‘negeri’ memiliki makna ‘tanah
tempat tinggal suatu bangsa’42. Keamanan dalam negeri merupakan
hal yang dapat diterima karena yuridiksi suatu negara. Keamanan luar
negeri akan berdampak pada kondisi aman diluar tanah tempat tinggal
suatu bangsa, dalam hal ini Bangsa Indonesia, menjadi suatu hal yang
tidak dapat dilaksanakan mengingat suatu negara terbatas dalam
wilayahnya sendiri (wilayah NKRI). Seandainya memungkinkan, maka
keamanan dimaksud adalah perbantuan dalam rangka mewujudkan
keamanan negara lain seperti misi perdamaian, perbantuan, dll.
Penjabaran keamanan negara sendiri dapat dirumuskan melalui
konsep keamanan dan komponen-komponen negara. Syarat primer
sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki
pemerintahan yang berdaulat.43 Sedangkan syarat sekundernya adalah
mendapat pengakuan dari negara lain. Agar suatu kondisi keamanan
41 http://kbbi.web.id/aman
42 http://kbbi.web.id/negeri
43Rosenberg, Matt. "Geography: Country, State, and Nation". Diakses tanggal 20-112015. Link: http://geography. about.com/cs/politicalgeog/a/statenation.htm

Papahit14

negara dapat terwujud, maka masing-masing komponen negara harus
berada dalam kondisi aman pula. Aman wilayahnya, aman
pemerintahannya, dan aman rakyatnya, atau dengan kata lain
keamanan negara mencakup aspek pertahanan (melalui kekuatan
militer untuk menghadapi invasi asing), keamanan dalam negeri
(terpeliharanya Kamtibmas, tertib dan tegaknya hukum, dan
terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
masyarakat serta terpeliharanya ketenteraman masyarakat),
keamanan publik (Kamtibmas), dan keamanan insani (pemenuhan hakhak yang diatur dalam UUD 1945) yang masing-masing tidak boleh
saling tumpang tindih namun dapat memiliki keterkaitan dalam suatu
sistem keamanan negara.
Konsep keamanan negara sendiri telah dirumuskan oleh founding
fathers NKRI dalam pembukaan UUD 1946 alinea ke-4 “Kemudian
daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
(pemerintah) yang melindungi segenap Bangsa Indonesia (rakyat) dan
seluruh tumpah darah Indonesia (wilayah)….”.44 Alinea ini
menunjukkan terdapat tiga unsur yang harus dilindungi keamanannya,
yakni Pemerintah Negara Indonesia (pemerintah), Bangsa Indonesia
(rakyat) dan tumpah darah Indonesia (wilayah). Dengan demikian
keamanan yang dirumuskan oleh founding fathers NKRI meliputi aspek
pemerintah, rakyat, dan wilayah yang merupakan syarat mutlak
adanya suatu negara. Keamanan yang dimaksud adalah keamanan
negara, bukan keamanan nasional.
Secara umum, tujuan NKRI terbagi menjadi dua tujuan utama,
yaitu security dan prosperity. Keamanan (security) berkaitan dengan
eksistensi dan keutuhan NKRI sebagai negara merdeka dan berdaulat,
yang tercermin dari “Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”
sebagai syarat utama suatu negara, serta “ikut melaksanakan
ketertiban dunia” sebagai syarat sekunder (external recognition).45
Tujuan prosperity (kemakmuran) tercermin dari ‘memajukan
44 Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.
45 Rosenberg, Matt. "Geography: Country, State, and Nation". Diakses tanggal 20-112015. Link: http://geography. about.com/cs/politicalgeog/a/statenation.htm

Papahit15

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa’ dan telah
dirumuskan sebagai hak-hak warga negara dalam batang tubuh UUD
1945. Mencampuradukkan fungsi Security yang bertumpu pada
eksistensi dan kedaulatan NKRI dengan fungsi prosperity yang
bertumpu pada kesejahteraan dan pengembangan kapasitas rakyat
selaku warga negara akan menyebabkan terganggunya sistem
pemerintahan karena overlap fungsi dan manajemen end to end dalam
RUU Kamnas.
Purpossive Fallacy Dalam misnomer Nomenklatur Dan
Penalaran Keamanan Nasional
Pembahasan mengenai purpossive fallacy lebih ditekankan pada
dampak yang mungkin terjadi sebagai akibat dari kesesatan (fallacy)
yang terjadi, bukan membahas mengenai tujuan dari penyusunan RUU
Kamnas itu sendiri.
Dalam Naskah akademik RUU Kamnas yang disusun oleh
Departemen Pertahanan, identifikasi permasalahan dan realitas
mengenai akurasi dalam mengidentifikasi permasalahan adalah :
1. “Merupakan kenyataan empirik bahwa piranti lunak yang terkait
dengan keamanan nasional dalam aplikasi operasional diantaranya
mengalami kesulitan.” Piranti lunak Keamanan Nasional yang
dimaksudkan merupakan hal yang sangat sulit direalisasikan,
mengingat baik dalam pembukaan maupun batang tubuh UUD 1945
tidak dikenal keamanan nasional. Visi dari founding Fathers NKRI
adalah Keamanan Negara sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 dan Pasal 30 ayat 2 UUD 1945 yang
menyebutkan pertahanan dan keamanan negara.
2. “Hal tersebut berdampak pada implikasi lahirnya “wilayah abu-abu”
dalam penyelenggaraan keamanan nasional.” Naskah akademik
yang disusun Dephan belum dapat menggambarkan apa
berimplikasi terhadap apa. Yang disebut sebagai “wilayah abu-abu”
pada dasarnya adalah “tidak ada wilayah sama sekali” karena
sampai saat ini tidak ada kegiatan yang bernama “penyelenggaraan

Papahit16

keamanan nasional”, hanya sebatas konsep imajiner yang
didasarkan pada argumentasi yang dipenuhi sesat penalaran
(fallacy).
3. “Sejauh ini belum ada undang-undang yang mengatur tentang
tentang Keamanan Nasional dan undang-undang yang ada belum
dapat mewadahi muatan Kamnas menurut kebutuhan saat ini dan
tantangan kedepan.” Undang-undang Kamnas tidak diperlukan,
Kemanan Negara telah diakomodir secara layak melalui tujuan
security (pertahanan negara oleh TNI dan keamanan dalam negeri
oleh Polri) dan prosperity (melalui lembaga pemerintahan sesuai
fungsi masing-masing).
4. “Belum ada lembaga atau badan yang berperan untuk
mengkoordinasi segenap komponen yang terlibat dalam persoalan
keamanan nasional pada berbagai tingkatan kesertaan (degree of
magnitude) yang berbeda-beda menurut relevansi kondisi ancaman
dihadapkan pada kepentingan nasional.” Tidak diperlukan lembaga
untuk mengkoordinasikan Keamanan Nasional (imajiner), dan belum
diperlukan lembaga untuk mengkoordinasikan keamanan negara
secara keseluruhan. Pembentukan lembaga baru yang
melaksanakan tugas-tugas yang sudah ada pengembannya hanya
akan menimbulkan tumpang tindih aturan dan kebijakan serta
membebani anggaran negara yang berdampak pada terhambatnya
pencapaian prosperity.
Visi tentang suatu RUU harus merujuk pada Konstitusi, yaitu UUD 1945.

Pengaturan masalah keamanan harus mengacu kepada Pembukaan
UUD 1945 dan Pasal 30 ayat (2), yang merumuskan Pertahanan Negara
dan Keamanan Negara.
“Ancaman” didefinisikan sebagai “setiap upaya, pekerjaan,
kegiatan, dan tindakan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,
yang dinilai dan/atau dibuktikan dapat membahayakan keselamatan
bangsa, keamanan, kedaulatan, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan kepentingan nasional di berbagai aspek, baik
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan dan

Papahit17

keamanan.” Konsep tentang spektrum ancaman menjadi sangat luas,
meliputi seluruh aspek security dan prosperity dengan pengaburan
konsep hambatan dan tantangan (untuk mewujudkan prosperity) serta
ancaman dan gangguan (situasi yang harus ditangani security).
Luasnya spektrum ini sangat mudah untuk disalahgunakan oleh
kekuasaan, terutama jika didasarkan pada hasil penilaian.
Pengertian keamanan dan aspek terkait, tujuan dan fungsi serta
pembagian keamanan menjadi 4 kelompok dalam Pasal 1 merupakan
penjabaran dari paradigma penyatuan 2 (dua) fungsi yang berbeda
dengan cara memperluas makna dan merancukan antara ancaman
terhadap keutuhan dan kedaulatan negara dengan ancaman terhadap
keamanan dan ketertiban masyarakat Security dan ancaman terhadap
kemakmuran (prosperity).
Gagasan

tentang

Keamanan

Nasional

di

dalam

RUU

ini

mencerminkan keinginan untuk menghidupkan kembali konsep serupa
Kopkamtib dan Bakorstanas/da, setelah sebelumnya gagasan serupa
telah dihidupkan pada sektor intelijen melalui Kominda-kominda.
Mekanisme

ini

mencampuradukkan

wilayah

operasional

intelijen

penegak hukum, intelijen negara dan intelijen militer. Lebih jauh lagi,
butir ini mensubordinasikan fungsi intelijen penegak hukum di bawah
intelijen non penegak hukum seperti intelijen negara BIN maupun
intelijen militer (BAIS).46
Ditinjau dari perumusan konsep dalam Naskah akademik maupun
RUU Kamnas, istilah keamanan negara yang ternyata bermakna
pertahanan negara, dan makna keamanan nasional yang bersesuaian
dengan makna Ketahanan Nasional merupakan paradigma yang ingin
mengembalikan kehidupan demokrasi Indonesia ke zaman dwi-fungsi
yang disertai dengan penambahan fungsi di berbagai bidang lainnya,
termasuk bidang prosperity. Ketahanan Nasional adalah kekuatan,
kemampuan, daya tahan, dan keuletan yg menjadi tujuan suatu
bangsa untuk menghadapi tantangan, ancaman, hambatan, dan
gangguan yang datang dari luar ataupun dari dalam, yang secara
46 Sulistyo, Hermawan dkk. Kajian Kritis RUU Kamnas, Forum Kerja Concern untuk
Masyarakat Madani, Jakarta: 2012 hal 80.

Papahit18

langsung atau tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup
bangsa dan negara47
Pembentukan suatu lembaga yang mengurusi semua hal yang
mencakup tujuan negara (security dan prosperity) pada dasarnya tidak
diperlukan karena seluruh tujuan tersebut telah diamantkan kepada
Pemerintah Negara Indonesia dan diselenggarakan melalui lembagalembaga pemerintahan yang terspesialisasi. Membentuk lembaga baru
untuk mengemban seluruh fungsi tersebut dapat dimaknai sebagai
upaya menggantikan Pemerintahan Negara Indonesia atau coup de
etat48 yang terlegitimasi.
V. PENUTUP
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang
kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya
diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut, sehingga
ancaman secara politik, militer, ekonomi, sosial, maupun budaya
adalah ancaman terhadap keamanan negara. Dari pembahasan diatas,
dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi misnomer dalam
nomenklatur Keamanan Nasional. Mengacu kepada konsep dan
argumentasi yang dikemukakan, maka nomenklatur yang tepat adalah
Keamanan Negara, dan bukannya Keamanan Nasional.
Misnomer dalam penalaran Keamanan Nasional lebih banyak
disebabkan oleh nomenklatur yang tidak tepat, termasuk landasan
argumentasi yang merupakan pengulangan dimana alasan yang
dikemukakan lebih sering merupakan kesimpulan argumentasi itu
sendiri. Penalaran yang keliru disebabkan terutama pada konsepsi
kemanan negara dengan menggunakan definisi pertahanan negara dan
konsepsi keamanan nasional dengan menggunakan definisi keamanan
negara, sehingga terjadi tumpang tindih konsep dan pemaknaan.
Pengelolaan Keamanan yang dilaksanakan oleh seluruh perangkat
negara dan komponen masyarakat melalui suatu pola penanggulangan
Ancaman secara terpadu, cepat, tepat, tuntas, dan terkoordinasi
47 http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php, diakses 20-11-2015.
48 pengambil alihan kekuasaan

Papahit19
sebagaimana dirumuskan dalam RUU Kamnas menyebabkan potensi chaos
peraturan, perbedaan konsideran dan politik hukum dari berbagai peraturan
perundang-undangan lainnya yang berbeda akan dapat “dilabrak” oleh RUU
Kamnas karena kedudukan setiap Undang-undang adalah setingkat,
sedangkan aktor utama dalam RUU Kamnas adalah militer yang justru fungsi
utamanya dibidang pertahanan (defense).

Gagasan tentang Keamanan Nasional di dalam RUU Kamnas yang
dipenuhi sesat penalaran (fallacy) ini mencerminkan keinginan untuk
menghidupkan kembali konsep serupa Kopkamtib dan Bakorstanas/da
pada masa orde baru, sekaligus memberikan kembali peranan dwi
fungsi sebagai kekuatan sosiap dan kekuatan politik dengan
penambahan kekuatan pada sektor ekonomi, sosial, budaya, dan
lingkungan. Kemungkinan terburuk dari Purpossive Fallacy yang terjadi
sebagai akibat misnomer nomenklatur dan penalaran Keamanan
Nasional adalah terjadinya coup de etat terlegitimasi sebagai akibat
luasnya bidang tugas dan aspek Kemananan Nasional yang justru
mencakup seluruh fungsi dan tujuan Pemerintah Negara Indonesia,
yaitu security dan prosperity.

REFERENSI

Papahit20

UUD 1945
UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri.
UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
UU No 34 Tahun 2002 tentang TNI
Draft RUU Kamnas 16 Oktober 2012
Naskah Akademik RUU Kamnas Departemen Pertahanan, 23 Mei 2011
Naskah Akademik RUU Kamnas, ProPatria:2003
Muhammad, Farouk. “Keamanan’Nasional’”, Seputar Indonesia : 2007
“Keamanan Nasional - sebuah konsep dan sistem keamanan bagi Bangsa
Indonesia”, Setjen Wantanas: 2010.
Rosenberg, Matt. "Geography: Country, State, and Nation". Diakses
tanggal 20-11-2015. Link: http://geography.
about.com/cs/politicalgeog/a/statenation.htm
Sulistyo, Hermawan dkk. Kajian Kritis RUU Kamnas, Forum Kerja Concern untuk
Masyarakat Madani, Jakarta: 2012

Anthony D. Smith, "Ethnie and Nation in the Modern 17.
Guido Zernatto and Alfonso G. Mistretta (July 1944). "Nation: The History
of a Word". The Review of Politics (Cambridge University Press) 6 (3):
351–366.
"Acts Interpretation Act 1901 - Sect 22: Meaning of certain words".
Australasian Legal Information Institute. Diakses tanggal 2008-11-12.
"The Kwet Koe v Minister for Immigration & Ethnic Affairs & Ors [1997]
FCA 912 (8 September 1997)". Australasian Legal Information Institute.
Diakses tanggal 20-11-2015.
"U.S. Department of State Foreign Affairs Manual Volume 2—General"
(PDF). United States Department of State. Diakses tanggal 20-11-2015.
http://www.oxforddictionaries.com/us/definition/learner/misnomer
http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/misnomer
http://beta.merriam-webster.com/dictionary/misnomer
http://kbbi.web.id/nomenklatur
http://www.oxforddictionaries.com/us/definition/learner/nomenclature
http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/nomenclature

Papahit21

http://beta.merriam-webster.com/dictionary/nomenclature
http://www.oxforddictionaries.com/us/definition/english/fallacy
http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/fallacy
http://beta.merriam-webster.com/dictionary/fallacy
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesesatan
http://kbbi.web.id/aman
http://www.oxforddictionaries.com/us/definition/english/security.
http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/security
http://beta.merriam-webster.com/dictionary/security
http://kbbi.web.id/nasional
http://kbbi.web.id/negara
http://beta.merriam-webster.com/dictionary/national
http://dictionary.cambridge.org/us/dictionary/english/national
http://www.oxforddictionaries.com/us/definition/english/national
https://id.wikipedia.org/wiki/Negara
http://kbbi.web.id/penting
http://kbbi.web.id/negeri
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php, diakses 20-11-2015.