PENELITIAN KOMUNIKASI PENDEKATAN KUALITA docx

MODUL PERKULIAHAN

Judul
METHODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF

UNIVERSITAS : MERCU BUANA (KRANGGAN) TA 2014-2015
FAKULTAS : IKMU KOMUNIKASI
JURUSAN :
MATA KULIAH : METODE PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF
KELAS : PKK
DOSEN : DRS HASYIM ALI IMRAN , MSi.

SAP
Fakultas
Fakultas Ilmu
Komunikasi

Program
Studi
Program
Studi Humas


Tatap
Muka
14

Kode MK

Disusun Oleh

85021

Nama : Drs. Hasyim Ali Imran,
MSi.

PERTEMUAN
KE :
1

2


3

MATERI AJAR

OUT PUT

OUTCOMES

Pengertian Penelitian Komunikasi
Pendekatan Kualitatif
-asumsi filosofis -- -free Will
-value – free value
-aphosteriori
-konseptualisasi
-penggunaan teori sebatas konsep2
teoritik

Mahasiswa memahami
Inti persoalan komunikasi
Kualitatif


Mahasiswa bisa membedakan
Penelitian
Komunikasi
Pendekatan
Kualitatif
dari
Penelitian Komunikasi Pendekatan Kuantitatif

Persimpangan dalam Penelitian
Pendekatan Kualitatif
1) Berbasis Field
2) Berbasis Teks

Mahasiswa memahami
Inti Persimpangan yang
menyebabkan dua basis dalam
penelitian pendekatan
kualitatif
Mahasiswa memahami dan

mengerti secara lebih
mendalam mengenai
Penelitian Pendekatan
Kualitatif
1) Berbasis Field
2) Berbasis Teks
Mahasiswa memahami dan
mengerti cara merumuskan
masalah penelitian dalam
penelitian kualitatif
Mahasiswa memahami
eksistensi teori yang relevan
dengan Paradigma Teori yang
relevan dengan penelitian
komunikasi pendekatan
kualitatif

Mahasiswa bisa membedakan mana penelitian
kualitatif bersasis teks dan berbasis field.


Mahasiswa ter-refresh terkait
dengan materi kuliah yang
sudah diberikan
Bahan : Materi ajar K 1-7

Mahasiswa diharapkan mampu menjawab soalsoal ujian mid test.

Penelitian Pendekatan Kualitatif
(Pendalaman)
1) Berbasis Field
2) Berbasis Teks

4

Permasalahan dan merumuskan masalah
penelitian kualitatif

5

Paradigma Teori yang relevan dengan

penelitian pendekatan Kualitatif

6

Paradigma Penelitian yang relevan dengan
penelitian Pendekatan Kualitatif
Resume materi kuliah dan kisi-kisi soal
ujian UTS

7
8

9

10

UTS
Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks :
1) Semiotika :

Saussure,
Pierce,
Barthes
2) Semiotika Sosial :
Van Leuuween ;
MAK Halliday;
Marxis
3) Critical Discourse
Analysis : Norman
Fairclough
Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Model Saussure dan Model Pierce

11

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Model Semiotika Sosial MAK Halliday


12

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Model Semiotika Sosial Van Leuuween

Penelitian Komunikasi

Mahasiswa memahami posisiposisi analisis teks dalam
penelitian komunikasi dengan
pendekatan kuialitatif.

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Saussure
Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Pierce

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Semiotika Sosial
Van Leuuween
Mahasiswa dapat memahami

Mahasiswa dapat melakukan penelitian
komunikasi berdasarkan pendekatan kualitatif
bersasis teks dan berbasis field.

Mahasiswa dapat melakukan perumusan
penelitian komunmikasi kualitatif
Mahasiswa dapat menerapkan penggunaaan
teori-teori yang relevan dengan paradigma2 teori
yang bersifat kualitatif

Mahasiswa dapat Menguasai materi yang
ditanyakan dalam UTS menurut materi K 1-7
Mahasiswa dapat memutuskan dengan tepat

untuk mengadopsi suatu metode analisis teks yg
relevan dengan subyek analisis teks dalam
penelitian komunikasi kualitatif

Mahasiswa dapat melakukan analisis tesk dengan
berbasiskan model analisis teks semiotika Model
Saussure
Mahasiswa dapat melakukan analisis tesk dengan
berbasiskan model analisis teks semiotika Model
Pierce
Mahasiswa dapat melakukan analisis tesk dengan
berbasiskan model analisis teks semiotika Sosial
Van Leuuween
Mahasiswa dapat melakukan analisis teks dengan

13

14

Pendekatan Kualitatif Berbasis

Teks :
Aplikasi Model Analisis Teks
Marxis

cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Model Analisis Teks

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis

Model Analisis Teks Framing
Model Gamson-Modigliani
15

Penelitian Komunikasi Pendekatan
Kualitatif Berbasis Teks : Aplikatif :
Critical Discourse
Analysis : Norman
Fairclough

16

UAS

berbasiskan model analisis teks

Analisis Teks Marxis

Marxis

Model Analisis Teks
Framing Model
Gamson-Modigliani

Mahasiswa dapat melakukan analisis teks dengan
berbasiskan model analisis teks berbasis Model

Analisis Teks Framing
Gamson-Modigliani

Mahasiswa dapat memahami
cara dalam menggunakan
model analisis teks berbasis
Critical Discourse
Analysis : Norman
Fairclough

Mahasiswa dapat melakukan analisis teks dengan
berbasiskan model Critical Discourse
Analysis : Norman
Fairclough

Bahan : Materi ajar : 9-12

Mahasiswa dapat Menguasai materi yang
ditanyakan dalam UAS menurut materi K 9-15

Designed by hasyim ali imran

Fakultas
Fakultas Ilmu
Komunikasi

Program
Studi
Program
Studi Humas

Model

Tatap
Muka
14

Kode MK

Disusun Oleh

85021

Nama : Drs. Hasyim Ali Imran,
MSi.

Abstract

Kompetensi

Membahas tentang Penelitian
Komunikasi Pendekatan Kualitatif
Berbasis Teks : Aplikatif : Model
Analisis Teks Framing Model
Gamson-Modigliani

Diharapkan mahasiswa menjadi tahu
dan mengerti secara esensial
mengenai aplikasi Model Analisis
Teks Framing Model GamsonModigliani

Pembahasan
PENELITIAN KOMUNIKASI PENDEKATAN KUALITATIF BERBASIS TEKS :
Aplikasi Model Analisis Teks Framing Model Gamson-Modigliani
Framing Model Gamson-Modigliani
Analisis teks dalam studi framing ini menggunakan model analisis teks Gamson
dan Modigliani1. Penggunaan model tersebut diorientasikan untuk menjawab
permasalahan penelitian, sbb : “Bagaimana realitas kepentingan publik dikonstruksikan
wartawan dalam pemberitaan website beritajakarta.com ?”
Model analisis teks Gamson dan Modigliani sendiri berupa, sbb. :
Tabel : 1
Model Framing Gamson dan Modigliani
Frame
Central Organizing idea for making sense of relevant events, suggesting what is at issues
Framing Devices
Reasioning Devices
(Perangkat framing)
Methapors

(Perangkat Penalaran)
Roots

Perumpamaan atau pengendalian
Catchapharases

Analisis kausal atau sebab akibat.
Appeals to principles

Frase yang menarik, kontras menonjol dalam suatu
wacana. Ini umumnya berupa jargon atau slogan
Exemplaars

Premis dasar, klaim-klaim moral.

Mengaitkan bingkai dengan contoh uraian (bisa teori,
perbandingan) yang memperjelas bingkai.
Depictions

Efek atau konsekwensi yang didapat dari bingkai.

Concequences

Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat
konotatif. Depiction ini umumnya berupa kosa kata,
leksikon untuk melabeli sesuatu.
Visual Images
Gambar, grafik citra yang mendukung bingkai secara
keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun, ataupun grafik
untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin
disampaikan.

Sumber: Saleh, Rahmat, Potensi Media Sebagai Ruang Publik, Jakarta: Jurnal
Penelitian Ilmu Komunikasi, 2004.
Struktur framing devices yang mencakup metaphors, exemplars catchpharases,
depictions dan visuals image menekankan aspek bagaimana “melihat” suatu isu, yakni
roots (analisis kausal) dan appels to principle (klaim moral).
Secara literal, metaphors dipahami sebagai cara memindah makna dengan
merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan katakata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana. Hendry Gundur tarigan menilai
metafora sebagai jenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi.
Didalamnya terlihat dua gagasan : pertama adalah suatu kenyataan, sesuatu yang
1 Gamson dan Modigliani mendefinisikan frame sebagai pusar mengorganisasikan gagasan atau alur cerita yang
mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu. Frame merupakan inti sebuah unit besar
wacana publik yang disebut package. Framing analysis yang dikembangkan Gamson dan Modiliani memahami wacana
media sebagai suatu gugusan perspektif interpretasi (interpretative package) saat mengkonstruksi dan memberi makna suatu
isu. (Sobur, 2004:177).

difikirkan, yang menjadi objek; keduanya merupakan perbandingan terhadap kenyataan
tadi; dan kita menggantikan belakangan itu menjadi terdahulu tadi (Tarigan, 1990:15
dalam Sobur, 2004:179). Menurut John Fiske, metafora merupakan common sense,
pengalaman hidup keseharian yang di taken for granted masyarakat. Common sencse
terlihat alamiah (kenyataan diproduksi secara singkat arbitre) dan perlahan-lahan menjadi
kekuatan ideologis kelas dominan dalam memperluas dan mempertahankan ide utnuk
seluruh kelas. Metafora berperan ganda; pertama, sebagai perangkat diskursif dan ekspresi
piranti mental; kedua, berasosiasi dengan asumsi atau penilaian, serta memaksa teks
membuat sense tertentu.
Exemplars mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki bobot
makna lebih untuk dijadikan rujukan/pelajaran. Posisinya menjadi pelengkap bingkai inti
dalam kesatuan berita untuk membenarkan perspektif. Cathphrases, istilah, bentukan kata,
atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran atau semangat tertentu. Dalam
teks berita, Cathphrases mewujud dalam bentuk jargon, slogan atau semboyan.
Defiction, menggambarkan fakta dengan memakai kata, istilah, kalimat konotatif
agar khalayak terarah ke citra tertentu. Asumsinya, pemakaian kata khusus diniatkan untuk
membangkitkan prasangka, menyesatkan pikiran dan tindakan serta efektif sebagai bentuk
aksi politik. Depictions dapat membentuk stigmatisasi, eufemisme serta akronimisasi.
Visual images, pemakaian foto-foto, diagfragma, grafis, tabel, kartun dan
sejenisnya untuk mengekspresikan kesan, misalnya perhatian atau penolakan, dibesarkecilkan, ditebalkan atau dimiringkan, serta pemakaian warna. Visual images bersifat
sangat natural, sangat mewakili realitas yang membuat erat muatan ideology pesan dengan
khalayak. Roots (analisis kausal), pembenaran isu dengan menghubungkan suatu objek
atau lebih yang dianggapnya menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain.
Tujuannya, membenarkan penyimpulan fakta berdasar hubungan sebab akibat yang
digambarkan atau dibeberkan.
Appeal to principle, pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai argumentasi
pembenar membangun berita, berupa pepatah, cerita rakyat, mitos, doktrin ajaran dan
sejenisnya. Appeal to principle yang apriori, dogmatis, simplistik dan monokausal
(nonlogis) bertujuan membuat khalayak tak berdaya menyanggah argumentasi. Fokusnya,
memanupulasi emosi agar mengarah ke sifat, waktu, tempat cara tertentu, serta membuat
tertutup/keras dari bentuk penalaran lain.
Selanjutnya, untuk kepentingan mencontohkan praktik analisis teks, tulisan ini
mengacu pada pemberitaan kalangan wartawan melalui website beritajakarta.com
selama kurun waktu 1 Agustus 2012 - 5 Desember 2012 yang jumlahnya 12 kali upload.
Sebagai bentuk contoh ptraktik, maka akan diambil dua contoh saja. Hasil analisis teks
dimaksud, disajikan dalam bagian berikut ini, sbb. :
a. Konstruksi Realitas website beritajakarta.com Mengenai Kepentingan Publik
Website beritajakarta.com memberitakan masalah kepentingan Public
menyangkut warga Jakarta antara tanggal 1 Agustus 2012 hingga 5 Desember 2012.
Total peng-up load- an berita dalam kurun waktu tersebut sebanyak 12 kali. Dari total
pemberitaan ini, maka realitas yang dikonstruksi wartawan terlihat lebih banyak (8)
yang sifatnya menyangkut kepentingan publik yang sumbernya berasal dari arus atas
(Top down). Sementara yang sifatnya menyangkut kepentingan publik yang sumbernya
berasal dari kalangan arus bawah (grassroot) sebanyak empat (4) kali.
Terhadap ragam realitas tadi, kalangan wartawan website beritajakarta.com ,
secara subjektive tentunya memiliki cara-caranya sendiri dalam mengkonstruksikannya
melalui pemberitaan. Namun demikian, dari frame-frame-nya mengindikasikan bahwa
wartawan dalam konstruksinya itu cenderung tetap berpihak kepada publik dalam
mengkonstruksi realitas menyangkut kepentingan publik dimaksud. Yang

membedakannya hanya sumber asal masalah kepentingan publik itu, yakni lebih
banyak berasal dari kalangan atas (Top Down) ketimbang dari kalangan bawah (bottom
up) itu sendiri. Artinya, dalam kaitan pengkonstruksian realitas kepentingan publik itu,
wartawan tampak lebih banyak menyuarakan kepentingan kalangan atas yang dalam
hal ini pihak Pemprov DKI daripada kalangan bawah atau publik/warga DKI itu
sendiri.
Dari hasil analisis terhadap konstruksi realitas wartawan dalam pemberitaan
melalui perangkat analisis Model Framing Gamson dan Modigliani sendiri, berhasil
ditemukan 12 frame. Selengkapnya disajikan melalui tabel-tabel berikut. :
Dari ragam masalah kepentingan publik dimaksud, maka konstruksinya
tentunya menjadi 12 bentuk konstruksi. Hasilnya sebagai berikut :
1. Konstruksi Wartawan Dalam Pemberitaan
a. Judul: DKI Bagikan Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun
(website beritajakarta.com, 01-08-2012) top down
Tabel : 1
Frame: Pemprov DKI Bagikan Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun

Framing Devices

Reasioning Devices

(Perangkat framing)
Methapors:

(Perangkat Penalaran)
Roots :

Tidak ada

P.6: “Dengan kartu gratis wajib belajar 12 Tahun
ini, ke depan tidak ada lagi anak dalam usia
sekolah, tetapi tidak bersekolah karena terkendala
biaya”.
Appeals to principles :

Catchapharases :
Tidak ada

Exemplaars
p.5: “...penghasilan guru di DKI Jakarta
tergolong yang tertinggi dibandingkan
dengan daerah-daerah lain di Indonesia”.
P.5: Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
di DKI Jakarta yang terus mengalami
peningkatan signifikan, yaitu tahun 2010
IPM DKI Jakarta telah mencapai angka
77,8, kemudian tahun 2011 IPM DKI
Jakarta meningkat mencapai angka 78,0.
Begitu juga dengan tingkat prestasi
kelulusan dan nilai rata-rata ujian
nasional...”.
P.8: “saat ini untuk siswa SMA dan
sederajat di DKI Jakarta tercatat sebanyak
183.266 siswa, dengan rincian 92.734
siswa SMA negeri dan 90.532 siswa SMA
swasta. Sedangkan BOP yang diberikan
untuk siswa SD sebesar Rp 60.000 per
bulan per siswa dan SMP 110.000 per
bulan per siswa. SMAN Rp 400.000 per
bulan
per
siswa,
SMK
jurusan
Administrasi Rp 400.000 per bulan per
siswa, jurusan Pariwisata Rp 500.000 per
bulan per siswa dan untuk jurusan
Teknologi Rp 600.000 per bulan per
siswa”.
Depictions :
p.1: “Komitmen wajib belajar (wajar)
gratis 12 tahun dibuktikan Pemprov DKI
Jakarta dengan memberikan kartu gratis
wajib belajar 12 tahun kepada seluruh
siswa di DKI dari jenjang pendidikan SD,
SMP, hingga SMA/SMK.
Visual Images :
Foto gubernur Fauzi Bowo dengan siswa
yang memegang kartu. Backdropnya
bertuliskan
pencanangan kartu gratis
belajar 12 tahun oleh Gubernur DKI
Jakarta

p. 2: ”... Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sangat
menaruh perhatian besar terhadap kemajuan
pembangunan pendidikan, pembinaan generasi
muda serta meningkatkan kualitas SDM warga DKI
Jakarta.
Concequences
p. 3: “Dengan kartu gratis tersebut, biaya
pendidikan yang selama ini dibebankan pada
orang tua murid khususnya bagi siswa setingkat
SMA dan sederajat, kini dibebaskan dari semua
biaya pendidikan”.

Melalui realitas ”Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun” dalam
pengonstruksiannya, melalui Element inti berita (idea element), maka dalam pandangan
wartawan beritajakarta.com, Pemprov DKI diwacanakan sebagai peduli kepada
masalah pendidikan rakyat dan ini tampak dari frame yang mereka coba utarakan dalam
pemberitaan, yaitu “Pemprov DKI Bagikan Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun”.
Guna menguatkan frame dimaksud tadi dalam pengkonstruksiannya, maka
wartawan melalui Framing Devices (Perangkat framing)-nya mencobanya melalui
komponen, terutama Depictions , sbb. :
“p.1: “Komitmen wajib belajar (wajar) gratis 12 tahun dibuktikan Pemprov
DKI Jakarta dengan memberikan kartu gratis wajib belajar 12 tahun kepada seluruh
siswa di DKI dari jenjang pendidikan SD, SMP, hingga SMA/SMK”
Termasuk pula melalui komponen Visual Images dan Exemplaars-nya. Melalui
Visual images, dalam konstruksinya wartawan tampak berupaya berjustifikasi terhadap
apa yang telah diwacakannya tadi, yakni dengan cara memuat “Foto Gubernur Fauzi
Bowo dengan siswa yang memegang kartu. Backdropnya bertuliskan pencanangan
kartu gratis belajar 12 tahun oleh Gubernur DKI Jakarta”. Sementara untuk menguatkan
argumentasi bahwa perlunya segera pihak Pemprov untuk menerapkan program
“Bagikan Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun” tersebut, maka dalam konstruksinya
wartawan mencoba memberikan sejumlah data anak sekolah di DKI sebagaimana
tampak dalam paragraf 8, sbb. :
P.8: “saat ini untuk siswa SMA dan sederajat di DKI Jakarta tercatat sebanyak
183.266 siswa, dengan rincian 92.734 siswa SMA negeri dan 90.532 siswa SMA
swasta. Sedangkan BOP yang diberikan untuk siswa SD sebesar Rp 60.000 per bulan
per siswa dan SMP 110.000 per bulan per siswa. SMAN Rp 400.000 per bulan per
siswa, SMK jurusan Administrasi Rp 400.000 per bulan per siswa, jurusan Pariwisata
Rp 500.000 per bulan per siswa dan untuk jurusan Teknologi Rp 600.000 per bulan per
siswa”.
Pewacanaan bahwa Pemprov DKI peduli kepada masalah pendidikan rakyat
sebagaimana terlihat dari frame-nya berupa “Pemprov DKI Bagikan Kartu Gratis Wajib
Belajar 12 Tahun”, dalam konstruksinya wartawan juga tampak berupaya menguatkan
apa yang telah diwacakannya itu melalui Reasioning Devices (Perangkat Penalaran).
Pada perangkat ini, maka melalui komponen Appeals to principles, sangat terlihat
bahwa wartawan memang sangat berupaya untuk meyakinkan publik bahwa pihak
Pemprov DKI memang benar-benar peduli terhadap masalah pendidikan warga DKI
itu. Hal ini sebagaimana tampak pada :
p. 2: ”... Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sangat menaruh perhatian besar
terhadap kemajuan pembangunan pendidikan, pembinaan generasi muda serta
meningkatkan kualitas SDM warga DKI Jakarta.
Demikian halnya pada komponen lain dalam Reasioning Devices, juga
ditujukan untuk menguatkan apa yang telah diwacanakan wartawan tadi. Pada
komponen Concequences, digambarkan bahwa bentuk kepedulian pihak Pemprov DKI
tadi hingga sampai pada pengambilalihan beban orang tua murid. Hal ini terlihat dari
paragraf 3, sbb. :
p. 3: “Dengan kartu gratis tersebut, biaya pendidikan yang selama ini
dibebankan pada orang tua murid khususnya bagi siswa setingkat SMA dan sederajat,
kini dibebaskan dari semua biaya pendidikan”.
Sementara pada komponen Roots , dukungan teks terhadap frame mereka,
digambarkan bahwa kepedulian pihak Pemprov DKI itu menyebabkan tidak adanya

anak yang berusia sekolah tidak akan sekolah. Ini sebagaimana tampak pada paragraf 6,
sbb. :
P.6: “Dengan kartu gratis wajib belajar 12 Tahun ini, ke depan tidak ada lagi
anak dalam usia sekolah, tetapi tidak bersekolah karena terkendala biaya”.
b. Judul: Warga Nikmati Layanan Kesehatan Gratis (Bottom up)
(website beritajakarta.com, 18-09-2012)
Tabel : 2
Frame: Pemprov DKI berikan warga layanan kesehatan gratis.
Frame: Pemprov DKI berikan warga layanan kesehatan gratis.
Framing Devices
Reasioning Devices
(Perangkat framing)
Methapors:

(Perangkat Penalaran)
Roots :

P.1: “Pelayanan kesehatan gratis bagi warga kurang
mampu yang digencarkan Pemprov DKI Jakarta
mendapat sambutan positif dari warganya”.
Catchapharases :

Appeals to principles :

Tidak ada

P.7: “ia pun berharap, gubernur
terpilih nanti, merupakan sosok
gubernur berpengalaman dan
paham akan problematika dan
masalah yang dihadapi warga
Jakarta”.

Exemplaars

Concequences

p.5: “selama ini, khususnya selama pemerintahan
Fauzi Bowo, Pemprov DKI Jakarta lebih cepat dan
tanggap dalam menangani permasalahan warga.
Contohnya, saat berlangsung musim hujan tahun
lalu, penanganan yang diberikan Pemprov DKI
Jakarta terhadap korban banjir cukup layak dan
manusiawi sehingga bisa menghibur dan membantu
beban penderitaan yang dialami korban banjir.

P.3: “, Berkat penyelesaian KBT
dalam lima tahun terakhir ini,
banjir
yang
terjadi
di
pemukimannya
jauh
lebih
berkurang dibanding saat KBT
belum dibangun”.
P.4: “rampungnya KBT, juga
dibarengi
dengan
proyek
penempatan rumah pompa dan
perbaikan
turap
hingga
mengurangi terjadinya potensi
banjir
maupun
munculnya
genangan di pemukiman warga.

Depictions :
P.2: “Kami sangat menikmati layanan kesehatan
gratis dari Pemprov DKI Jakarta. Pemberian kartu
Gakin maupun Jamkesda serta mudahnya pengajuan
surat keterangan tidak mampu sangat membantu
warga di sini yang perekonomiannya menengah ke
bawah”
Visual Images :
Kondisi di ruang pasien yang sedang dilayani dua
perawat

Melalui realitas ”Layanan Kesehatan Gratis” dalam pengonstruksiannya, maka
melalui Element inti berita (idea element), maka dalam pandangan wartawan
beritajakarta.com, Pemprov DKI diwacanakan sebagai pihak yang peduli terhadap
masalah kesehatan warga tak mampu dan ini tampak dari frame yang mereka coba
utarakan dalam pemberitaan itu, yaitu “Pemprov DKI berikan warga layanan kesehatan
gratis”.
Guna menguatkan frame dimaksud tadi dalam pengkonstruksiannya, maka
wartawan melalui Framing Devices (Perangkat framing) dalam model Gamson dan
Modigliani mencobanya melalui komponen Methapors, yakni sebagaimana tampak
dalam paragraf 1, sbb. :
P.1: “Pelayanan kesehatan gratis bagi warga kurang mampu yang digencarkan
Pemprov DKI Jakarta mendapat sambutan positif dari warganya”.
Demi kepentingan penguatan wacana melalui frame yang mereka bangun, maka
melalui komponen Depictions digambarkan juga bahwa apa yang dilakukan pihak
Pemprov DKI sebagai pihak yang peduli kesehatan itu, memang benar-benar disambut
warga. Komponen ini sendiri tampak penyajiannya di dalam paragraf 2, sbb. :
P.2: “Kami sangat menikmati layanan kesehatan gratis dari Pemprov DKI
Jakarta. Pemberian kartu Gakin maupun Jamkesda serta mudahnya pengajuan surat
keterangan tidak mampu sangat membantu warga di sini yang perekonomiannya
menengah ke bawah”
Begitu juga pada komponen lainnya, wartawan dalam konstruksinya juga
mencobanya melalui sejenis succes story telling melalui komponen Exemplaars
sebagaimana tampak dalam paragraf 5, sbb. :
p.5: “selama ini, khususnya selama pemerintahan Fauzi Bowo, Pemprov DKI
Jakarta lebih cepat dan tanggap dalam menangani permasalahan warga. Contohnya, saat
berlangsung musim hujan tahun lalu, penanganan yang diberikan Pemprov DKI Jakarta
terhadap korban banjir cukup layak dan manusiawi sehingga bisa menghibur dan
membantu beban penderitaan yang dialami korban-banjir.
Sementara melalui Reasioning Devices (Perangkat Penalaran), frame yang
mereka buat melalui konstruksinya mengenai realitas ”Layanan Kesehatan Gratis”,
yakni berupa “Pemprov DKI berikan warga layanan kesehatan gratis”, coba
dikuatkan wartawan melalui komponen-komponen Appeals to principles dan
Concequences.
Pada komponen Concequences, terlihat di sini melalui konstruksinya wartawan
berupaya menunjukkan bahwa pihak Pemkot DKI itu adalah memang pihak yang
benar-benar peduli terhadap persoalan warga, tidak hanya terbatas pada persoalan
kesehatan belaka, tetapi juga termasuk pada persoalan-persoalan lain seperti masalah
banjir. Hal ini dalam konstruksi wartawan tampak pada paragraf 3 dan 4. Sebagaimana
tampak dalam kedua paragraf dimaksud, masalah banjir itu diteksasikan menjadi sbb.,:
P.3: “, Berkat penyelesaian KBT dalam lima tahun terakhir ini, banjir yang
terjadi di pemukimannya jauh lebih berkurang dibanding saat KBT belum dibangun”.
P.4: “rampungnya KBT, juga dibarengi dengan proyek penempatan rumah
pompa dan perbaikan turap hingga mengurangi terjadinya potensi banjir maupun
munculnya
genangan
di
pemukiman
warga.

c. Judul: Contra Flow di Jl Yos Sudarso Efektif Cairkan Lalin
(website beritajakarta.com, 22-09-2012) Top down
Tabel : 3
Frame: Satlantas Atasi Kepadatan lalu lintas dengan Strategi Contra Flow
Frame: Satlantas Atasi Kepadatan lalu lintas dengan Strategi Contra Flow

Framing Devices

Reasioning Devices

(Perangkat framing)
Methapors:

(Perangkat Penalaran)
Roots :

Catchapharases :

P.3: Strategi contra flow ini efektif karena mampu mencairkan
arus lalu lintas sehingga tidak terjadi kemacetan
Appeals to principles :

Tidak ada

P.1: “Untuk mendukung pelaksanaan pembangunan jalan bebas
hambatan Tanjungpriok, North South (NS), pihak Satuan Lalu
Lintas (Satlantas) Wilayah Jakarta Utara menerapkan
pengendalian lalulintas (lalin) contra flow atau lawan arus di
Jalan Yos Sudarso arah selatan.

Exemplaars

Concequences
p. 2: “Penerapan pengendalian lalu lintas dengan sistem
lawan arus ini mampu mengurai kepadatan yang
diakibatkan oleh pembangunan jalan bebas hambatan
Tanjungpriok NS tersebut”.
P.3: Ini (strategi contra flow) dapat mendukung kegiatan
ekspor-impor yang melibatkan kendaraan-kendaraan besar yang
melewati Jalan Yos Sudarso”.

Depictions :
P.3:
“Dalam
penerapannya
sendiri,
Kasat Lantas Jakarta
Utara
Kompol
Tri
Suhartanto dan Kanit
Dikyasa AKP Endang
Katmiati,
selalu
berkoordinasi
dengan
pihak
pelaksana
pembangunan jalan bebas
hambatan Tanjungpriok
NS tersebut. Sehingga,
segala sesuatu tentang
atribut contra flow mulai
dari marka, rambu, lampu
penerangan,
sosialisasi,
dan juga dampak-dampak
lainnya
sudah
diperhitungkan
dengan
matang.
Visual Images :
Foto jalan raya
mengilustrasikan
kelancaran jalan.

yang

Realitas Kepadatan lalu lintas di Jakarta Utara termasuk yang menjadi salah
satu objek yang dikonstruksi oleh wartawan beritajakarta.com dalam kurun waktu 1
Agustus 2012 hingga 5 Desember 2012. Dari hasil konstruksinya menyangkut

Kepadatan lalu lintas itu diketahui bahwa frame wartawan berupa “Satlantas Atasi
Kepadatan lalu lintas dengan Strategi Contra Flow”.
Dari frame dimaksud tampak bahwa pihak wartawan berupaya mewacanakan
pihak Satlantas Jakarta tidak tutup mata terhadap persoalan kemacetan di Jakarta,
khususnya di Jakarta Utara. Hal ini terbukti dari adanya teksasi yang menggambaran
upaya yang dilakukan pihak Satlantas itu sendiri dalam mengatasi kemacetan berupa
Strategi Contra Flow. Untuk memperkuat wacana mereka dalam frame itu, mereka
dalam konteks analisis Gamson dan Modigliani, menteksasinya melalui perangkat
Reasioning Devices (Perangkat Penalaran) pada komponen Appeals to principles. Hal
ini sebagaimana terlihat dalam paragraf 1, sbb. :
P.1: “Untuk mendukung pelaksanaan pembangunan jalan bebas hambatan
Tanjungpriok, North South (NS), pihak Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Wilayah Jakarta
Utara menerapkan pengendalian lalulintas (lalin) contra flow atau lawan arus di Jalan
Yos Sudarso arah selatan.
Guna mempertajam pewacanaan tersebut, maka dalam konstruksinya pada
perangkat framing dalam komponen Depictions, wartawan mencobanya melalui teksasi
penggambaran “how” pelaksanaan strategi contra flow itu. Hal ini sebagaimana tampak
pada paragraf 3 berikut ini :
P.3: “Dalam penerapannya sendiri, Kasat Lantas Jakarta Utara Kompol Tri
Suhartanto dan Kanit Dikyasa AKP Endang Katmiati, selalu berkoordinasi dengan
pihak pelaksana pembangunan jalan bebas hambatan Tanjungpriok NS tersebut.
Sehingga, segala sesuatu tentang atribut contra flow mulai dari marka, rambu, lampu
penerangan, sosialisasi, dan juga dampak-dampak lainnya sudah diperhitungkan dengan
matang”.
Lebih jauh, upaya-upaya yang dilakukan wartawan dalam konstrruksinya
guna penguatan wacana, yaitu dengan cara menteksasi hal-hal yang berhubungan
dengan realitas Kepadatan lalu lintas di Jakarta Utara” melalui perangkat dan
komponen-komponen lainnya dalam konteks model Gamson dan Modigliani. Pada
Framing Devices melalui komponen Visual Images misalnya, dijumpai upaya
visualisasi melalui pemuatan foto yang mengilustrasikan kelancaran jalan. Demikian
juga pada perangkat lainnya, yaitu perangkat Reasioning Devices. Pada perangkat
tersebut, yaitu dalam komponen Roots, tampak di sini upaya wartawan untuk semakin
memperkuat wacana yang dibangunnya melalui frame. Upaya perkuatan itu sifatnya
berupa dampak penerapan strategi terhadap lalu lintas secara umum. Hal itu seperti
terlihat dalam teksasi mereka pada paragraf 3, sbb.:
P.3: Strategi contra flow ini efektif karena mampu mencairkan arus lalu
lintas sehingga tidak terjadi kemacetan.
Sementara pada komponen lainnya dalam perangkat yang sama, teksasi
wartawan itu tampak berupaya merepresentasikan dampak positip secara khusus dari
penerapan strategi contra flow itu sendiri bagi lalu lintas di Jakarta. Sebagaimana
tampak dalam komponen Concequences, yakni dijumpai pada paragraf 2 dan 3,
teksasinya berupa :
p. 2: “Penerapan pengendalian lalu lintas dengan sistem lawan arus ini
mampu mengurai kepadatan yang diakibatkan oleh pembangunan jalan bebas
hambatan Tanjungpriok NS tersebut”.
P.3: Ini (strategi contra flow) dapat mendukung kegiatan ekspor-impor yang
melibatkan kendaraan-kendaraan besar yang melewati Jalan Yos Sudarso”.
d. Frame Kepentingan Pemerintah Versus Kepentingan Publik
Untuk mengetahui kecenderungan wartawan dalam pewacanaannya melalui
frame-frame menyangkut masalah-masalah kepentingan publik di Jakarta, ini dapat

dilihat dari tema-tema minor yang mereka munculkan dalam frame-frame yang
terbentuk melalui hasil konstruksi realitas mereka dalam pemberitaan. Guna maksud
tersebut, maka langkah pertama yang ditempuh adalah dengan cara
mengidentifikasikan tema-tema minor yang muncul dalam frame-frame yang dibentuk
wartawan melalui konstruksi-konstruksi mereka atas suatu realitas. Lalu langkah
kedua, membandingkan arah pewacanaan yang dikonstruksi wartawan melalui formasi
frame demi frame. Dari sini akan terindikasi arah pewacanaannya, apakah akan
merepresentasikan kepentingan publik atau kepentingan pihak Pemkot DKI Jakarta
sendiri.
Guna menjawab masalah tersebut, pemaparannya akan dilakukan dalam sub bab
ini. Pemaparannya sebagai berikut :
Tabel 4
Tema Minor Yang Muncul
Dalam Konstruksi Realitas Wartawan
Mengenai Masalah-Masalah Kepentingan Publik
Dalam Pemberitaan website beritajakarta.com
Nomor;Berita; Judul; Edisi

Tema Minor/Frame
beritajakarta.com

Wacana terkait Kepentingan

Pemerintah
Pemkot DKI Jakarta

Institusi
Pemerintah
lainnya
Warga DKI
Jakarta

1. Judul: DKI Bagikan Kartu Gratis
Wajib
Belajar
12
Tahun
(website beritajakarta.com, 01-082012)

Frame: Pemprov DKI Bagikan
Kartu Gratis W

2. Judul: Warga Nikmati Layanan
Kesehatan Gratis (Bottom up)
(website beritajakarta.com, 18-092012)

Frame: Pemprov DKI berikan
warga layanan kesehatan gratis.

3. Judul: Contra Flow di Jl Yos
Sudarso Efektif Cairkan Lalin
(website beritajakarta.com, 22-092012) Top down

Frame: Satlantas Atasi Kepadatan
lalu lintas dengan Strategi Contra
Flow

4. Judul: Relokasi Sekolah Bukan
Solusi Atasi Tawuran (Top down )

Frame: Pemda DKI dan DPRD DKI
bahas solusi Tawuran Pelajar di
Jakarta

4) Pemprov. DKI tidak
tinggal diam dalam
mengatasi
masalah
tawuran di kalangan
pelajar di DKI.

Frame : Pemda DKI Rencanakan
Tambah Puskesmas Berfasilisas
Rawat Inap

5) Pemkot DKI Jakarta
peduli
terhadap
masalah kesejahteraan

ajib Belajar 12 Tahun

(website beritajakarta.com, 25-092012)

5. Judul : 2013, Dinkes Tambah 10
Puskesmas
Rawat
Inap
website beritajakarta.com, 27-092012) top down

1)
Pemprov
DKI
diwacanakan sebagai
peduli kepada masalah
pendidikan rakyat

2)
Pemprov
DKI
diwacanakan sebagai
pihak yang peduli
terhadap
masalah
kesehatan warga tak
mampu

3)Pihak Satlantas
Jakarta
tidak
tutup
mata
terhadap
persoalan
kemacetan
di
Jakarta

masyarakat
6. Judul: DPRD: Stop Kegiatan
MOS di Sekolah
(website beritajakarta.com, 28-092012)

Frame: Pemprov DKI dan DPRD
DKI
Bentuk
Tim
Khusus
Tangani Tawuran Pelajar

6) Pemprov DKI tidak
tinggal diam terhadap
masalah tawuran

7. Judul: Besok, KRL Khusus
Wanita Beroperasi (Top down)
(website beritajakarta.com, 30-092012)

Frame: Kaum Wanita Diperlakukan
Istimewa oleh PT KAI

8. Judul: Kebutuhan Air Bersih
Korban Banjir Terjamin (Top
down)

Frame: Pemprov DKI Jamin
Kebutuhan Air Bersih Korban
Banjir

8)
Pemprov
DKI
tanggap
terhadap
kebutuhan warganya
akan air bersih.

9. Judul : 514 Warga Tambora
Terima Kartu Jakar-ta Sehat
(website beritajakarta.com, 10-112012) top down

Frame : Pemkot DKI Bagikan
Kartu Jakarta Sehat

9)
Pemprov
DKI
Jakarta pihak yang
mempe-dulikan
masalah kesejahteraan
masyarakat di bidang
kehidup-an kesehatan.

10. Judul : Ribuan Sayuran Mati
Terendam
Air
(website beritajakarta.com, 05-122012) Bottom up

Frame : Petani Sayur di Jakarta
Keluhkan Banjir

10) Derita yang
dialami
petani
sayur’ Di DKI
Jakarta

11. Judul :
Kali Cakunglama
Meluap, Puluhan Rumah Tergenang
(website beritajakarta.com, 06-122012) bottom up

Frame: Luapan Kali Banjiri
Puluhan Rumah

11)Banjir bukan
karena
hujan
semata,
tetapi
lebih karena tidak
didukung kondisi
kali yang mampet
dan
dangkal.
(Wartawan)

12. Judul : Putaran Di Kolong Tol
Jorr W1 Picu Kemacetan
(website beritajakarta.com, 4 -122012)

Frame : Kekecewaan Warga
terhadap keberadaan putaran di
kolong tol JORR W1

7) PT KAI
istime-wakan
wanita dalam
bertransportasi

(website beritajakarta.com, 06-112012)

10. Ju

7 (tujuh)

2 (dua)

12) Warga pemanfaat putar-an
di kolong
tol
JORR W1 itu
mengece-wakan
mereka
dalam
berlalu lintas.
3 (tiga)

Mengacu pada sekumpulan wacana yang muncul dari tema-tema minor seperti
terlihat dalam tabel di atas menunjukkan bahwa pihak yang paling kerap dimunculkan
sebagai wacana oleh wartawan yaitu pihak Pemprov DKI (7 kali). Dari kekerapan ini,
sosok pihak Pemprov DKI pewacanaannya dimunculkan wartawan dari beragam
realitas. Pertama kali, pewacanaan Pemprov DKI muncul melalui realitas pembagian
Kartu Gratis Wajib Belajar 12 Tahun. Di sini, pihak Pemprov DKI diwacanakan
sebagai pihak yang peduli kepada masalah pendidikan rakyat (positiv). Pewacanaan
Pemprov DKI kemudian muncul melalui realitas ‘layanan kesehatan gratis’. Di sini pun

pihak Pemprov DKI diwacanakan sebagai pihak yang peduli terhadap masalah
kesehatan warga tak mampu (positive). Pewacanaan berikut dimunculkan wartawan
melalui konstruksi realitas tentang masalah ‘tawuran Pelajar di Jakarta’. Di sini pihak
Pemprov. DKI diwacanakan sebagai pihak yang tidak tinggal diam dalam mengatasi
masalah tawuran di kalangan pelajar di DKI. (positiv). Begitu pula pada konstruksi
realitas menyangkut ‘Rencanakan penambahan Puskesmas Berfasilisas Rawat Inap di
DKI’, pihak Pemprov DKI juga diwacanakan sebagai pihak yang peduli terhadap
masalah kesejahteraan masyarakat (positiv).
Selanjutnya, wartawan tampak kembali melakukan konstruksi realitas mengenai
masalah tawuran pelajar di DKI Jakarta. Melalui framenya terlihat bahwa pihak
Pemprov DKI diwacanakan sebagai pihak yang tidak tinggal diam terhadap masalah
tawuran pelajar di DKI Jakarta (positiv). Kemudian, wartawan beranjak kepada realitas
lain, yaitu menyagkut realitas pasca banjir. Melalui konstruksi realitasnya, wartawan
tampak berupaya membangun wacana bahwa pihak Pemprov DKI sebagai pihak yang
baik hati dan bertanggung jawab terhadap warganya yang terkena musibah banjir
dengan cara menjamin terpenuhinya Kebutuhan Air Bersih warga Korban Banjir
(positiv).
Pada edisi berikutnya, tampak wartawan kembali mengangkat realitas
‘kesehatan masyarakat, yakni pembagian kartu sehat’ sebagai objek konstruksinya.
Untuk itu, maka di sini wartawan mencoba membangun wacana bahwa pihak Pemprov
DKI Jakarta sebagai pihak yang mempedulikan masalah kesejahteraan masyarakat di
bidang kehidupan kesehatan. Jadi, pihak Pemprov tetap diwacanakan secara positiv.
Meskipun wartawan tampak lebih banyak memposisikan pihak Pemprov DKI
sebagai pihak yang positiv dalam konstruksi realitasnya menyangkut masalah
kepentingan publik di DKI, namun tidak berarti mereka itu ‘melulu’ mewacanakan
pihak Pemprov DKI dalam konstruksi realitasnya. Akan tetapi, mereka sekali-sekali
terlihat juga berupaya memposisikan pihak-pihak di luar Pemprov DKI dalam
pewacanaannya. Pihak-pihak dimaksud yaitu pihak pemerintah juga, namun instsitusi
pemerintah yang sifatnya non Pemprov DKI Jakarta. Pihak-pihak dimaksud yaitu
seperti Pihak Satlantas Jakarta Utara. Pewacanaan pihak tersebut muncul melalui
‘Frame: Satlantas Atasi Kepadatan lalu lintas dengan Strategi Contra Flow’ . Pihak
Satlantas sendiri dalam pewacanaan itu diposisikan sebagai pihak yang positip.
Wacananya sendiri berupa ‘Pihak Satlantas Jakarta tidak tutup mata terhadap
persoalan kemacetan di Jakarta’.
Selain pihak Satlantas, maka pihak pemerintah lainnya yang turut diwacanakan
adalah Pihak PT KAI, sebuah perusahaan BUMN di bawah naungan Kementerian
Perhubungan RI. Dalam pewacanaan, pihak ini dimunculkan wartawan melalui
konstruksi realitas wartawan mengenai ‘beroperasinya KRL Khusus Wanita’. Dengan
frame bahwa ‘Kaum Wanita Diperlakukan Istimewa oleh PT KAI’, maka di sini ,
melalui wacana yang coba mereka muncuklkan, bahwa ‘PT KAI istimewakan wanita
dalam bertransportasi’, terlihat pihak PT KAI diposisikan juga sebagai pihak yang
positip dalam hal ‘memperlakukan kaum perempuan’.
Jika sebelumnya sudah dipaparkan temuan-temuan menyangkut posisi pihakpihak pemerintah dalam pewacanaan melalui konstruksi wartawan mengenai realitas
berbagai masalah menyangkut kepentingan publik, maka temuan lainnya juga
memperlihatkan adanya beberapa pemosisian pihak publik (warga) dalam pewacanaan
wartawan.
Pemosisian pertama pihak publik/warga dalam pewacanaan, pertama kali
dimunculkan wartawan melalui konstruksi realitas mereka mengenai ‘matinya sayur
karena terendam air banjir’. Konstruksi realitas tersebut mereka lakukan melalui

pemberitaan
berjudul
‘Ribuan
Sayuran
Mati
Terendam
Air

,
website beritajakarta.com, 05-12-2012. Dengan konstruksi ini frame yang dimunculkan
yaitu ‘Petani Sayur di Jakarta Keluhkan Banjir’. Lalu, dari frame tersebut pihak
publik/warga diwacanakan sebagai pihak yang menjadi korban dalam realitas tersebut.
Wacananya sendiri berupa ‘Derita yang dialami petani ‘sayur Di DKI Jakarta’.
Wacana lain yang dimunculkan wartawan menyangkut pihak publik/warga
tersebut, yaitu wacana yang dimunculkan melalui konstruksi realitas mereka mengenai
‘keberadaan Putaran Di Kolong Tol Jorr W1 yang memacetkan’. Realitas ini sendiri
mereka konstruksikan melalui pemberitaan berjudul ‘Putaran Di Kolong Tol Jorr W1
Picu Kemacetan ‘
(website beritajakarta.com, 4 -12-2012).
Berdasarkan konstruksi mereka, terlihat frame-nya berupa “Kekecewaan Warga
terhadap keberadaan putaran di kolong tol JORR W1”. Dari frame tersebut, terlihat
mereka berupaya mewacanakan pihak publik/warga pemanfaat lalu lintas itu sebagai
pihak yang berposisi tidak menguntungkan atau jadi korban akibat keberadaan putaran
di kolong tol JORR W1 itu.
Kemudian, wacana terakhir yang dimunculkan wartawan menyangkut pihak
publik/warga tersebut, yaitu wacana yang dimunculkan melalui konstruksi realitas
mereka mengenai ‘Luapan Kali Cakunglama yang membanjiri Puluhan Rumah’.
Wacananya sendiri berupa ‘Banjir bukan karena hujan semata, tetapi lebih karena tidak
didukung kondisi kali yang mampet dan dangkal. Jadi di sini, dengan pewacanaan
tersebut, kepentingan pihak publik/warga, cenderung disuarakan sendiri oleh wartawan,
bukan disuarakan oleh publik/warga yang dimediasi oleh wartawan melalui konstruksi
realitas yang ia buat dalam pemberitaan.
e. Dominasi Kepentingan Pemerintah (Pemprov DKI) atas Kepentingan Publik
Mengacu pada hasil analisis sebelumnya menyangkut arah pewacanaan
wartawan sebagaimana tampak dalam format-format frame yang terbangun melalui
konstruksinya mengenai berbagai realitas kepentingan publik, dengan mana
memperlihatkan adanya keberagaman pihak-pihak yang mereka wacanakan, yakni
bukan hanya pihak Pemprov DKI, maka ini membuktikan bahwa apa yang dikatakan
Althuser (2004:47). bahwa watak dasar manusia itu adalah sebagai binatang ideology,
menjadi benar adanya. Status binatang ideologi sebagai mana disandang wartawan atau
awak media (website beritajakarta.com), dalam pandangan Althuser, ideologi yang
diembannya itu diartikan sebagai ketidaksadaran yang begitu mendalam (profoundly
unconciousness) yang dalam praktiknya dalam diri manusia berlangsung dalam
kehidupan sehari-hari. (Althusser, 1994: 151). Dalam kaitan rutinitas wartawan atau
awak media seperti website beritajakarta.com, keberlangsungannya tentu persis
seperti apa yang digambarkan oleh Althuser tadi. Dalam keadaan seperti itu, makanya
para wartawan itu dalam mengkonstruksi realitas mengenai kepentingan publik, temuan
penelitian menunjukkan tidak hanya pihak Pemprov DKI saja yang mereka wacanakan,
namun termasuk pula pihak-pihak yang bukan pihak Pemprov DKI, seperti pihak
Satlantas Polri, PT KAI dan pihak publik/warga DKI.
Lebih jauh, sejalan dengan temuan penelitian sebelumnya, di mana pihak
Pemprov DKI (Pemerintah) sendiri terlihat menjadi pihak yang paling dominan
dimunculkan wartawan dalam pewacanaan mereka secara positip. Dilihat dari sini,
maka ini dapat diartikan bahwa pihak media terindikasi pula sebagai pihak yang
memainkan fungsinya secara ideal. Disebut ideal karena para awak media
website beritajakarta.com itu memang merupakan bagian dari bentuk ideological
state apparatus /ISA sebagaimana dimaksudkan oleh Althusser2.
2 Althusser melihat bahwa ideologi seringkali disebarkan oleh struktur sosial seperti yang ia sebut sebagai ideological state apparatus /ISA
dan reppresive state apparatus/RSA (Althusser, 1994: 151). Dalam kaitan pendapat Altusser yang menilai bahwa media juga merupakan

Dengan memainkan fungsinya secara ideal itu, maka pihak awak media di sini,
berdasarkan pandangan Sam Black3 menyangkut fungsi humas pemerintah, mereka
berarti telah mewujudkan dua dari empat tujuan Humas Pemerintah itu sendiri, yaitu
menyangkut tujuan : 1). To keep citizens informed of the council’s policy and its dayby-day activities (memelihara penduduk agar tahu jelas mengenai kebijaksanaan
lembaga beserta kegiatannya sehari-hari); dan 3). To enlighten citizens on the way in
which the systems of local goverment works and inform them of their rights and
responsibilities (memberikan penerangan kepada penduduk mengenai cara pelaksanaan
sistem pemerintahan daerah dan mengenai hak-hak dan tanggung jawab mereka).
Seiring dengan berjalannya dua tujuan Humas Pemerintah tadi, maka terkait
pendapat Eriyanto (Eriyanto, 2002 : 167) yang mengutip pendapat Edelman mengenai
pentingnya peranan bahasa dalam pembentukan sebuah citra, maka temuan penelitian
ini yang menunjukkan begitu dominannya pihak Pemprov DKI muncul dalam
pewacanaan secara positip, dengan sendirinya pewacanaan ini bertendensi akan dapat
membentuk citra positive Pemprov DKI dalam kaitan realitas kepentingan publik di
wilayah DKI Jakarta.
Jika sebelumnya telah ditunjukkan bahwa wartawan dalam konstruksinya itu
lebih dominan mewacanakan pihak Pemprov DKI secara positive, di sisi lain pihak
wartawan tampak juga berupaya mewacanakan pihak-pihak lain di luar pihak Pemprov
DKI, yang sifatnya juga cenderung positive. Ini dialami oleh pihak Polri cq pihak
Satlantas Pemkot Jakarta UItara. Termasuk pula di sini dialami pihak PT KAI.
Keduanya termasuk pihak yang diuntungkan oleh pihak wartawan dalam pewacanaan
media sehubungan pihak wartawan tanpa sadar terjebak memainkan fungsi yang dalam
bahasa Althusser tadi disebut sebagai “binatang ideologis’.
Selanjutnya, jika ditelaah menyangkut kepentingan publik/warga sendiri, dari
temuan penelitian menunjukkan bahwa kalangan wartawan tampak memarginalisir
kalangan publik/warga Jakarta dalam pewacanaannya. Indikasi marginalisasi itu terlihat
dari begitu sedikitnya kalangan warga/publik dimunculkan dalam pewacanaan
wartawan. Tercatat, kalangan warga/publik ini hanya dimunculkan wartawan dua kali
dalam pewacanaan. Pertama pada konstruksi realitas menyangkut realitas ‘Derita yang
dialami petani sayur Di DKI Jakarta’ dan kedua pada realitas menyangkut’Luapan Kali
Cakunglama yang banjiri Puluhan Rumah warga’. Jadi, dengan minimnya pewacanaan
pihak publik/warga ini dalam pewacanaan wartawan melalui konstruksi realitas
menyangkut masalah ‘kepentingan publik’, dengan sendirinya ini membuktikan bahwa
dalam konstruksi realitas wartawan menyangkut masalah-masalah kepentingan
publik/warga DKI, pihak wartawan berindikasi cenderung lebih berpihak kepada pihak
Pemprov DKI itu sendiri sebagai “tuannya’.
ooo

Daftar Pustaka :

bentuk dari ISA tadi, itu berarti media di sini bisa menjadi “badan ideologis” yang dapat digunakan sebagai alat praktek ideologis oleh para
pihak ISA
3 Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikologis, Remaja Rosdakarya Bandung, 2002, h. 37

Althusser, Louis. 1984. Tentang Ideologi : Marxisme Strukturalis, Psikoanalisis, Cultural
Studies (terjemahan), Yogyakarta, Jalasutra.
Onong Uchjana Effendy. Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikologis, Remaja
Rosdakarya Bandung, 2002, h. 37
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media: Surat Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

FUNGSI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL WAYANG KULIT DALAM ACARA RUWATAN ALAM (Studi Pada Tradisi Ruwatan Alam Di Desa Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto)

0 94 37

INTERAKSI SIMBOLIK DALAM PROSES KOMUNIKASI NONVERBAL PADA SUPORTER SEPAKBOLA (Studi Pada Anggota Juventus Club Indonesia Chapter Malang)

5 66 20

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA KEPADA ANAK

8 135 22

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

METODELOGI PENELITIAN : 13 kesalahan dalam menyusun proposal penelitian skripsi/tugas akhir.

2 51 1

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68