ZAMAN PRA SEJARAH islam zaman

ZAMAN PRA-SEJARAH
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) secara harfiah berarti "sebelum
sejarah", dari bahasa Latin untuk "sebelum," præ, dan historia. Prasejarah manusia
adalah masa di mana perilaku dan anatomi manusia pertama kali muncul, sampai adanya
catatan sejarah yang kemudian diikuti dengan penemuan aksara. Berakhirnya zaman
prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama
tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Sumeria di Mesopotamia dan Mesir kuno,
merupakan peradaban pertama yang mengenal tulisan, dan selalu diingat sebagai catatan
sejarah; hal ini sudah terjadi selama awal Zaman Perunggu. Sebagian besar peradaban
lainnya mencapai akhir prasejarah selama Zaman Besi.[butuh rujukan]
Zaman prasejarah di Indonesia sendiri diperkirakan berakhir pada masa berdirinya
Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk
yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era
sejarah. Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah,
keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi,
astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti
prasejarah didapat dari artefak-artefak yang ditemukan di daerah penggalian situs
prasejarah.
Periodisasi
Pembagian zaman
Secara umum, masa prasejarah Indonesia ditinjau dari dua aspek, bedasarkan bahan untuk

membuat alat-alatnya (terbagi menjadi Zaman Batu & Zaman Besi), & bedasarkan kemampuan
yang dimiliki oleh masyarakatnya (terbagi menjadi Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan,
Masa Bercocok Tanam, & Masa Perundagian)
Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di
samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:
Zaman Batu Tua (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Awal)
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
1. Kebudayaan Pacitan (berhubungan dengan kapak genggam dengan varian-variannya
seperti kapak perimbas & kapak penetak
2. Kebudayaan Ngandong (berhubungan dengan Flakes & peralatan dari tulang)

Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada
Palaeolithikum antara lain:
1. Masyarakatnya belum memiliki rasa estetika (disimpulkan dari kapak genggam yang
bentuknya tidak beraturan & bertekstur kasar)
2. Belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang dimiliki belum dapat digunakan
untuk menggemburkan tanah).
3. Memperoleh makanan dengan cara berburu (hewan) dan mengumpulkan makanan (buahbuahan & umbi-umbian).
4. Hidup nomaden (jika sumber makanan yang ada di daerah tempat tinggal habis, maka

masyarakatnya harus pindah ke tempat baru yang memiliki sumber makanan).
5. Hidup dekat sumber air (mencukupi kebutuhan minum & karena di dekat sumber air ada
banyak hewan & tumbuhan yang bisa dimakan).
6. Hidup berkelompok (untuk melindungi diri dari serangan hewan buas).
7. Sudah mengenal api (bedasarkan studi perbandingan dengan Zaman Palaeolithikum di
China, di mana ditemukan fosil kayu yang ujungnya bekas terbakar di dalam sebuah
gua).
Zaman Batu Tengah (Masa Berburu & Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut)
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:


Kebudayaan Kjokkenmoddinger

Kjokkenmodinger, istilah dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti dapur & moddinger yang
berarti sampah (kjokkenmoddinger = sampah dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia,
kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput & kerang yang menggunung di sepanjang
pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Di antara timbunan kulit siput &
kerang tersebut ditemukan juga perkakas sejenis kapak genggam yaitu kapak Sumatra/Pebble &
batu pipisan.



Kebudayaan Abris Sous Roche

Abris sous roche, yang berarti gua-gua yang pernah dijadikan tempat tinggal, berupa gua-gua
yang diduga pernah dihuni oleh manusia. Dugaan ini muncul dari perkakas seperti ujung panah,
flakke, batu penggilingan, alat dari tulang & tanduk rusa; yang tertinggal di dalam gua.
Bedasarkan kebudayaan yang ditemukan, maka dapat disimpulkan ciri-ciri kehidupan pada
zaman Mesolithikum antara lain:

a. Sudah mengenal rasa estetika (dilihat dari peralatannya seperti kapak Sumatra, yang
bentuknya sudah lebih beraturan dengan tekstur yang lebih halus dibandingkan kapak
gengggam pada Zaman Paleolithikum)
b. Masih belum dapat bercocok tanam (karena peralatan yang ada pada zaman itu masih
belum bisa digunakan untuk menggemburkan tanah)
c.Gundukan Kjokkenmoddinger yang dapat mencapai tinggi tujuh meter dengan diameter
tiga puluh meter ini tentu terbentuk dalam waktu lama, sehingga disimpulkan bahwa
manusia pada zaman itu mulai tingggal menetap (untuk sementara waktu, ketika makanan
habis, maka harus berpindah tempat, seperti pada zaman Palaeolithikum) di tepi pantai.
d. Peralatan yang ditemukan dari Abris Sous Roche memberi informasi bahwa manusia
juga menjadikan gua sebagai tempat tinggal.

Zaman Batu Muda (Masa Bercocok Tanam)
Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah
diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa.
3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
4. Pakaian dari kulit kayu
5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)
Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)
Kebudayaan Megalith
Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalith, yaitu
kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak
kebudayaan megalith justru pada zaman logam. Hasil kebudayaan Megalith, antara lain:
1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang.
2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang
3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup)
4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat
5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup


6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka
Zaman Logam (Masa Perundagian)
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari
batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang
diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang
disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini
juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil
melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu
sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman
logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat
besi, ditemukan pada zaman sejarah. Zaman logam di Indonesia dibagi atas:
Zaman Perunggu
Pada zaman Perunggu/disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tongkin China (pusat
kebudayaan ini) manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan
perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain:


Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di
Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian




Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan
di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti



Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.



Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor
(Jawa Barat)

Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang
diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu
sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:



Mata Kapak bertungkai kayu



Mata Pisau



Mata Sabit



Mata Pedang



Cangkul


Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan
Punung (Jawa

ZAMAN KERAJAAN HINDU BUDHA

Perkembangan dan Pengaruh Hindu-Budha di Indonesia
A. Perkembangan Agama Hindu, Budah di Indonesia
1. Pengaruh Hindu dan budha di Indonesia
Berdasarkan ditemukannya bukti tulisan yang berhuruf pallawa dan Bahasa Sanseketa di
kerajaan Kuta dan Tarumanegara menujukkan pengaruh Hindu budha dan india yang sangat kuat
dalam perkembangan sejarah inonesia. tulisan tulisan tersebut mengubah bangsa indonesia
memasuki babakan baru jaman sejarah, terutama dengan ditemukannya prasasti tujuh yupa di
kalimatan timur.
2. Masuknya Budaya Hindu Budha
Proses masuknya dan berkembangnya agama hindu dan budha ini melalui jalur perdagangan
India, cina, indonesia. pembawa agama agama Budha melalui misi penyiaran yang disebut
Dharma Dhuta. sedangkan pembawa agama Hindu ke indonesia antara lain golongan ksatria,
Brahmana, sudra dan waisya.
B.Kehidupan Sosial Politik Ekonomi dan Kebudayaan di Indonesia pada Masa Kerajaan HinduBudah
1. Kerajaan Kutai

Kerjaan ini terletak di kalimatan timur dan tertua di indonesia. peninggalan bersejarah yang di
temukan adalah tujuh Buah Prasati yang di pahatkan di atas tiang bantu disebut YUPA. Prasasti
ini berhuruf pallawa dan berangka tahun 400M. Raja yang pernah memerintah kerajaan kutai
adalah kudungga, Aswawarman, Mulawarman. dengan ditemukannya prasasti tersebut bangsa
indonesia memasuki babkan baru zaman sejarah.
2. Kerajaan Taruma Negara ( abad 5 M)
Kerajaan ini letaknya di sekitar Bogor, Jawa Barat. prasasti yang ditemukan semua berhuruf
pallawa dan berbahasa Sanseketa yaitu:
– prasasti tugu
– prasasti lebak
– prasasti pasir awi

– prasasti jambu
– prasasti muara ciaruten
– prasasti kebon kopi
dari prasati di atas di katakan bhwa raja yang memerintah kerajaan Tarumanegara adalah
Purnawarman, seorang raja yang bijaksana dan sangat memperhatikan kemakmuran rakyatnya.
sumber bukti lainnya adalah kerajaan ini adalah berita dari seorang pendeta budha dan cina yang
bernama fa hien.
3. Kerajaan Melayu

Mengenai kerajaan ini diperkirakan sekitar daerah jambi seorang raja yang sering disebut adalah
adityawarman. sementaramenurut berita cina, pendeta I-Tsing setelah belajar di Sriwijaya
kemudian ia pergi ke Moloyu.
4. Kerjaan Sriwijaya (7 M)
kerajaan sriwijaya ini terletak di palembang, sumatra selatan. bukti adanya kerajaan ini dengan
ditemukannya prasasti-prasasti yang berhuruf pallawa, yaitu : prasasti Talang Tuo, prasasti Kota
Kapur, prasasti Karang berahi, prasasti Kedukan Bukti dan prasasti Telaga Batu. dari prasasti
proses tersebut diketahui bahwa kerajaan sriwijaya beragam budha dan merupakan kerajaan yang
besar dan makmur dengan ouncak kejayaan pada masa raja balaputradewa.
5. Kerajaan Majapahit
terletak di desa Tarik Mojokerto, Jawa Timur. Pendiri kerajaan ini yaitu raden wijaya. pada masa
pemerintahan tri buwana tungga dewi diangkat seorang maha patih bernama Gajah Mada.
penganti pemeritahani ini adalah raja hayam wuruk yang dibantu oleh patih gajah mada dengan
sumpah palapa dan berhasil menyatukan nusantara di bawah kerajaan majapahit.
kerutuhan kerajaan majapahit anatara lain :
– adanya perkembangkan islam dari kerajaan demak
– banyak daerah kekuasaannya melepaskan diri
– lemahnya raja-raja pengganti hayam wuruk
– mundurnya perekonmian akibat perang saudara
– adanya perang paregreg / perang saudara

6. Kerjaan Bali

Dalam prasasti sanur yang berangka 914 M, diceritakan bahwa raja yang memerintah merupakan
raja sri baduga maharaja terjadi peristiwa perang Bubat antara majapahit dengan pajajaran.
7. kerajaan Kediri (abad 12 M)
Berdiri di daerah daha, kediri, jawa timur. raja yang terkenal raja jayabaya. sedangkan menurut
sumber dari cina bahwa kerajaan kediri merupakan kerajaan yang aman, tentram dam makmur.
8. Kerajaan Medang (abad 10 M)
terletak di sekitar sungai Brantas dekat kota jombang, jawa timur. kerajaan ini merupakan
pindahan dari kerajaan matram kuno yang mengalami kehancuran. pendiri kerajaan ini adalah
mpu sindok yang menamakan dirinya dinasti isyana.
9. Kerajaan Singosari (abad 13)
Muncul setelah adanya perang ganter 1222 M. dalam perang ini akhirnya raja kertajaya yang
otoriter dari kerajaan kediri kalah melawan para brahmana yang dibantu oleh ken arok. kerajaan
kediri kalah dan berdirilah kerajaan singosari dengan raja ken arok adan bergelar kertarejasa.
10. Kerajaan Mataram Kuno/Hindu (abad 8 M)
letak kerajaan ini dekat magelang, jawa tengah. hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti
canggal, yang menceritakan bahwa kerajaan ini pernah di perintah oleh dinasti sanjaya dan
dinasti syailendra.
11. Kerajaan Sunda
letak kerajaan di pakuan pajajaran kemudian pindah ke kawali. pada masa pemerintahan raja sri
baduga maharaja terjadi peristiwa perang bubaat antara majapahit dengan pajajaran.
C. Peningkatan Kebudayaan Terpenting
kebudayaan terpenting peninggalan Hindu-Budah meliputi :
1. Bangunan Candi
a. Jenis Candi di Indonesia, Yaitu Candi Hindu dan Budha
b. Fungsi Candi, yaitu dalam agama Hindu berfungsi sebagai tempat pemakaman dan fungsi
menurut agama Budha sebagai tempat upacara keagamaan
c. Kelompok candi berdasarkan langgamnya, yaitu :
– Candi Jawa Tengah bagian utara

– Candi Jawa Tengah bagian selatan
– Candi Jawa Timur
perbedaan bangunan candi Jawa Tengah dan Jawa Timur antara lain :
Candi jawa barat :
– Bangunan Candi terbuat dari batu bara
– Relief candi simbolis
– Atap candi seperti pohon cemara
– Arah candi menghadap ke barat
– Bentuk candi ramping dan tinggi
– Induk candi menjorok ke belakang
candi Jiwa Tengah :
– Bangunan candi terbuat dari batu andesit (batu kali)
– Relief candi realis
– Atap candi berundak-undak
– Arah candi menghadap ke timur
– Bentuk candi tambun
– Induk candi tepat di tengah
2. Patung Dewa
Dalam kebudayaan Hindu-Budha biasanya dewa diwujudkan dalam bentuk patung
3. Sastra
Hasil peninggalan bidang sastra antara lain Ramayana, Mahabarata, Barata Yuda dll.
4. Seni Ukir
Hasil pahatan dan ukiran nampak indah dan mengangumkan pada relief-relief bangunan candi.

5. Barang-barang logam
Barang atau benda yang terbuat dari logam dan perunggu yang indah di antaranya, arca, lampu
gantung, genta, mangkok, jambangan dan tempat dupa untuk upacara agama. dan masih banyak
lagi peninggalan yang berupa seni lainya.
D. Runtuhnya Kebudayaan Hinduh-Budah di Inonesia
Penyebab runtuhnya kerajaan yang bercorak Hindu-Budah antara lain :
a. Adanya perang Paragrag di Majapahit
b. Banyak daerah kekuasaan yang melepaskan diri kerajaan sriwijaya maupun Majapahit
c. Berkembangnya syiar agama Islam yang berhasil menarik simpati masyarakat
d. Kerajaan Islam Demak berkembang pesat, sementara Sumatra juga berkembang pesat
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.

ZAMAN KERAJAAN ISLAM

1. Masuknya agama Islam di Indonesia
Warga Belajar dan siswa--sekalian, pernahkah kalian mendengar cerita tentang kapan agama
Islam masuk ke kepulauan Nusantara dan apa sebabnya Islam berkembang pesat serta mudah
diterima oleh penduduk Indonesia? Perlu Anda ketahui bahwa agama Islam masuk dan
berkembang di Indonesia dengan jalan damai dan tanpa kekerasan atau paksaaan.
Masuknya agama Islam di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kegiatan pelayaran dan
perdagangan pada masa lampau. kalian Ingat bahwa kegiatan pelayaran dan pedagangan di
perairan nusantara telah berlangsung sejak awal tahun Masehi. Pada waktu itu banyak pedagang
dari India dan Cina yang mengadakan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Indonesia.
Kegiatan pelayaran dan perdagangan ini semakin hari semakin berkembang ramai. Selanjutnya
pada sekitar abad ke-7 dan 8 pedagang-pedagang Islam dari Timur Tengah banyak yang datang
berlayar ke selat Malaka hingga ke perairan Nusantara kita. Pada masa itu di Indonesia telah
berdiri kerajaan terkenal bernama Sriwijaya. karena Sriwijaya ketika itu merupakan bandar
terbesar, tempat singgah dan bongkar muat barang-barang dagangan yang dibawa para pedagang
dari kepulauan Nusantara maupun dari luar, maka kemungkinan besar termasuk para pedagang
dari Timur Tengah yang singgah pula di Sriwijaya. Oleh sebab itu para pedagang Islam yang
telah mengenal Sriwijaya menyebutkan Sriwijaya dengan istilah Zabag atau Zabay.
Berkembangnya hubungan perdagangan antara pedagang-pedagang Islam dengan pedagangpedagang Indonesia membawa pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia.
Pada umumnya para pedagang Islam sambil berdagang mereka memperkenalkan atau
mengajarkan pula agama Islam kepada pedagang maupun penduduk setempat. Melalui hubungan
dagang inilah penduduk Indonesia mengenal ajaran agama Islam untuk selanjutnya secara sadar
mereka memeluk agama Islam.
Sekitar abad ke - 11 Islam telah sampai pula di pulau Jawa. Keterangan ini diperoleh berdasarkan
bukti ditemukan sebuah batu nisan (makam) yang bertuliskan huruf Arab. Batu nisan yang
berangka tahun 1082 ditemukan di Lereng (dekat Gresik). Tulisan pada batu nisan ini memuat
keterangan tentang wafatnya seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun.
Keterangan lain tentang berkembangnya agama Islam di Indonesia bersumber dari catatan
perjalanan seorang yang bernama Marco Polo (1992). Dia adalah seorang musafir dari Venesia,
Italia. Dalam perjalanan menuju Tiongkok (Cina yang ditempuh melalui laut, Marco Polo
singgah di Aceh Utara. Dari persinggahannya itu ia menceritakan bahwa di Perlak banyak
penduduk yang beragama Islam dan banyak pula pedagang dari Gujarat (India) yang giat
menyiarkan agama Islam.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, jelas bahwa selain pedagang-pedagang dari Gujarat

(India) yang aktif menyiarkan agama Islam di kepulauan Nusantara. Perlu diketahui bahwa
pedagang-pedagang Gujarat sejak abad ke-10 telah menganut Islam.
Agama-agama Islam mula-mula berkembang di kota-kota dagang atau disekitar bandar tempat
persinggahan pada pedagang Islam. Daerah yang mula-mula menjadi daerah Islam adalah Perlak
dan Samudra Pasai. Kemudian meluas ke pulau Jawa seperti Gresik. Tuban, Demak, Cirebon dan
Banten. Seharusnya ke pulau lainnya (Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan sebagainya).
2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
Berkembangnya agama Islam secara cepat dan meluas di Indonesia terutama di daerah pesisir
karena adanya kontak dagang antara pedagang Islam dengan pedagang Indonesia. Para pedagang
Islam dari Gujarat dalam menyiarkan agama Islam dengan cara bijaksana dan tanpa paksaan atau
kekerasan. Sehingga banyak pedagang maupun penduduk Indonesia pada masal lampau yang
tertarik kepada Islam. Selain itu ajaran Islam tidak mengenal kasta.
Makin kuatnya pengaruh Islam di kalangan penduduk mendorong tumbuhnya kerajaan-kerajaan
Islam di kepulauan Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam terkenal di Indonesia pada masa lampau
dapat dijelaskan di bawah ini.
a. Kerajaan Islam Samudra Pasai
Pada abad ke-13 berdirilah kerajaan Islam pertama di Indonesia yaitu Samudra Pasai. Pendiri
kerajaan ini sekaligus menjadi raja pertama bernama Sultan Malik al Saleh. Letak kerajaan
berada di daerah Aceh Utara di Kabupaten Lokseumawe.
Kemudian pada tahun 1297 Sultan Malik al Saleh wafat untuk melanjutkan pemerintahan ia
digantikan oleh putranya bernama Sultan Mahmud. Pada tahun 1326 Sultan Mahmud juga wafat.
Selanjutnya pemerintahan kerajaan Islam Samudra pasai dipimpin oleh Sultan Ahmad yang
bergelar Sultan Malik Al Tahir. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad, kerajaan Samudra Pasai
mendapat kunjungan Ibnu Batuta, utusan Sultan Delhi. Ibnu Batuta menceritakan bahwa
Samudra Pasai merupakan bandar utama pelabuhan yang sangat penting. Karena di pelabuhan ini
menjadi tempat bongkar muat barang-barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang dari
dalam dan luar negeri (India dan Cina).
b. Kerajaan Islam Demak
Pada Abad ke-15 di Pulau Jawa berdiri kerajaan Islam Demak. Demak merupakan kerajaan Islam
pertama di Pulau Jawa. Pendiri kerajaan ini bernama Raden Patah. Ia sebenarnya adalah salah
seorang bupati di kerajaan Majapahit yang berkedudukan di Demak dan telah menganut Islam.
Kekuasaan Majapahit ketika itu sudah lemah. Keadaan ini mendorong Raden Patah untuk
mendirikan kerajaan Islam Demak. Dengan berdirinya kerajaan Islam Demak berarti Raden
Patah telah melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Majapahit. Berdirinya kesultanan Demak
mendapat dukungan pula dari daerah-daerah lain di Jawa Timur yang sudah Islam seperti Jepara.
Tuban dan Gresik.

Dalam waktu singkat Demak telah berkembang menjadi sebuah kerajaan besar. Di samping itu
Demak menjadi pusat penyiaran agama Islam. Apalagi setelah malaka Jatuh (dikuasai) oleh
Portugis (1511), maka kedudukan dan peranan Demak semakin penting.
Kedatangan penjajah Portugis di Malaka mengundang ketidaksenangan Sultan Demak. Karena
hal itu merupakan ancaman pula terhadap kerajaan Demak. Pada tahun 1513 kerajaan Demak
mengirim armada tentaranya dipimpin oleh Pati Unus untuk mengusir Portugis di Malaka
mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan Potugis memiliki armada lebih kuta dan lengkap.
Meskipun usaha untuk merebut Malaka dari Potugis yang dilakukan Pati Unus mengalami
kegagalan, namun peristiwa ini patut dibanggakan karena mereka gagah berani menghadapi
bangsa penjajah.
Karena keberaniannya sebagai panglima yang memimpin penyerangan ke Malaka Maka Pati
Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor artinya Pengeran yang menyeberangi laut ke Utara.
Kemudian pada tahun 1518 Raden Patah Wafat. Ia digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus.
Pemerintahannya hanya berlangsug selama 3 tahun karena setelah itu ia wafat. Selanjutnya
kerajaan Islam Demak dipimpin oleh Sultan Renggono, Adim Pati Unus.
Sultan Trenggono dikenal sebagai raja yang tegas dan arif bijaksana. Karena itu pada masa
pemerintahannya Demak mencapai puncak kejayaan. Daerah kekuasaannya meliputi Jawa Barat
dan Jawa Timur.
Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono, Demak tetap antipati terhadap penjajah Potugis.
Apalagi Portugis terus meluaskan jajahannya hingga ke Jawa Barat. Pada tahun 1522 Portugis
datang ke Sunda Kelapa, pelabuhan utama kerajaan Pajajaran. Portugis menjalin kerjasama
dengan raja Pajajaran dengan membuat kesepakatan untuk menghadapi pasukan Islam Demak.
Portugis merencanakan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1527 kerajaan Islam Demak mengirimkan tentaranya dipimpin oleh Fatahilah untuk
mengusir dan menghancurkan Potugis yang menduduki Sunda kelapa. Fatahillah beserta
tentaranya berhasil mengusir orang-orang Portugis dan menguasai Sunda Kelapa. Kemudian oleh
Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta artinya kemenangan. Sekarang
Jayakarta menjadi Jakarta.
Sementara itu Demak berhasil menguasai Jawa Timur. Ekspedisi ke Jawa Timur ini dipimpin
langsung oleh Sultan Trenggono. Tetapi dalam serangannya ke Pasuruan Tahun 1546, Sultan
Trenggono gugur.
Setelah wafatnya Sultan Trenggono Timbullah pertentangan di kalangan keluarga sendiri.
Petentangan bersumber pada siapa yang berhak mewarisi kerajaan. Berakhirnya kerajaan Islam
Demak setelah Pangeran Adiwijoyo atau Joko Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang
suka bertindak sewenang-wenang, sehingga banyak adipati yang menentang tindakannya
tersebut. Joko Tingkir kemudian memindahkan keraton Demak ke Pajang (tahun 1568. Dengan
demikian tamatlah riwayat Kerajaan Demak.

c. Kerajaan Islam Pajang
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah Sultan Adiwijoyo
atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak. Ia kemudian
menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya dengan kerajaan Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai pendukung atau
pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya Penangsang. Mereka yang
telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat
berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di Mataram (sekitar Kotagede, dekat
Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati. Mereka sekaligus diangkat
menjadi bupati di daerahnya masing-masing.
Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi Sedayu,
Gresik, Surabaya dan Panarukan.
Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra bernama
Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal sebagai Senapti
Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575,
pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo, putranya.
Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo wafat pada
tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba merebut kekuasaan
dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan
Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta bantuan Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri.
Perebutan kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo
menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo karena
tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan
dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan Pajang.
d. Kerajaan Islam Mataram
Pada tahun 1586 berdiri kerajaan Islam Mataram. Pendiri kerajaan ini bernama Sutowijoyo yang
bergelar Panembahan Senopalti Ing
Alaga Sayidin Pantagama. Letak kerajaan ini berada di Kotagede, Sebelah tenggara kota
Yogyakarta. Ketika memerintah dikerajaan Mataram, banyak bupati yang ingin melepaskan diri
dari kekuasaannya. Diantara para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaannya adalah
bupati Ponogorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan, Surabaya, Cirebon dan Galuh. Namun upaya
mereka untuk melepaskan diri tidak behasil karena Sutowijoyo dikenal memiliki keahlian di
bidang kemiliteran berhasil mengatasi semua pemberontakan tersebut.
Kemudian pada tahun 1601 Sutowijoyo wafat. Ia dimakamkan di kOtagede. Meskipun demikian
ia dinilai telah berhasil meletakan dasar-dasar yang kokoh bagi kerajaan Mataram. Selanjutnya
setelah Sutowijoyo wafat, kerajaan Mataram diperintah oleh Mas Jolang atau Penembahan Seda
ing Krapyak.

Pada awal pemerintahan terjadi lagi pemberontakan-pemberontakan yang masing-masing
dilakukan oleh Demak dan Ponorogo. Tetapi Mas Jolang berhasil memadamkan pemberontakan
tersebut. Pemberontakan terhadapnya tampaknya belum berakhir. Pda tahun 1612 Surabaya
melakukan perlawanan. Mas Jolang kemudian mengirimkan tentaranya berusaha menumpas
pemberontakan. Sementara upaya memadamkan pemberontakan terus berlangsung dan belum
berhasil dipadamkan, Mas Jolang wafat. Ia dimakamkan di Kotagede.
Pengganti Mas Jolang bernama Adipati Martapura. Tetapi penggantinya ini tidak mampu
menjalankan tugas pemerintahan karena keadaan fisik yang lemah serta sakit-sakitan.
Selanjutnya untuk meneruskan pemerintahan Adipati Martapura diganti oleh Mas Rangsang. Ia
ternyata orang kuat yang mampu memimpin pemerintahan. Pada masa pemerintahannya kerajaan
Islam Mataram mencapai kemajuan yang pesat di bidang petanian, agama dan kebudayaan,
Mataram ketika itu merupakan kerajaan terhormat dan disegani tidak hanya di pulau Jawa, tetapi
juga di pulau-pulau lainnya.
Karya sastra berupa buku berjudul Sastra Gending merupakan hasil karya yang ditulis oleh Mas
Rangsang sendiri. Wayang sebagai kesenian yang digemari rakyat berkembang pesat pula.Pada
masa pemerintahan Mas Rangsang (tahun 1633) ditetapkan perhitungan tahun Islam didasarkan
bulan. Oleh sebab itu Mas Rangsang sebagai raja yang lebih terkenal dengan sebutan Sultan
Agung.
e. Kerajaan Islam Cirebon
Pada tahun 1522 berdiri kerajaan Islam Cirebon. Pendiri kerajaan yang sekaligus menjadi
rajanya bernama Fatahillah. Ia sangat berjasa dalam mengislamkan Jawa Barat. Di bawah
pemerintahannya kerajaan Islam Cirebon mencapai kejayaan. Daerah kekuasaanya bertambah
luas. Kerajaan Islam Cirebon menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan Islam Mataram.
Pada thaun 1570 Fatahillah wafat. Selanjutnya ia digantikan oleh putranya bernama pangeran
Pasarean. Dalam perkembangannya kemudian pada tahun 1679 kerajaan Islam Cirebon dibagi
menjadi dua kerajaan yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Pada masa tersebut kedudukan VOC di Batavia semakin kuat. Mereka bermaksud meluaskan
kekuasaannya ke Cirebon. Maka Belanda dan VOC-nya mengatur siasat dengan menerapkan
politik adu domba atau Devide et Impera. Hal ini bertujuan untuk memperlemah kerajaan Islam
Cirebon. Kerajaan Islam Cirebon yang sudah dipecah menjadi dua, oleh Belanda VOC dipecah
lagi menjadi tiga masing-masing Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan.
Dengan terpecahnya kerajaan Islam Cirebon menjadi tiga menyebabkan kerajaan Islam Cirebon
semakin lemah kedudukannya. Keadaan ini terus dimanfaatkan oleh Belanda dan VOC untuk
mengadu domba. Akhirnya padda abad ke-17 Cirebon berhasil dikuasai VOC.
f. Kerajaan Islam Banten
Pada tahun 1552 berdiri kerajaan Islam Banten. Pendiri kerajaan ini bernama Hasanuddin. Ia
naik tahta menjadi raja di Banten setelah memperoleh mandat dari ayahnya Fatahillah. Seperti

telah kita ketahui bahwa Fatahillah pada mulanya menguasai daerah Sunda Kelapa, Cirebon dan
Banten.
Hasanuddin seperti juga ayahnya, giat menyiarkan agama Islam. Pada waktu itu kerajaan Pakuan
Pajajran masih menganut agama Hindu. Kerajaan Islam Banten di bawah pemerintahan
Hasanuddin makin hari makin kuat kedudukannya. Sementara itu kerajaan Pakuan makin terjepit
dan lemah. Meskipun demikian ia tidak memanfaatkan untuk menyerang kerajaan Pakuan
Pajajaran. Tetapi Hasanuddin meluaskan pengaruhnya ke Lampung. Bahkan kemudian ia
menikah dengan putri Sultan Indrapura. Oleh mertuanya Hasanuddin dihadiahi tanah di daerah
Selebar.
Setelah Hasanuddin wafat digantikan oleh putranya bernama Pangeran Yusuf. Ia meluaskan
daerah kekuasaannya dan menaklukan Pakuan Pajaran (tahun 1579). Kemudian pada thaun 1580
Pangeran Yusuf wafat.
Setelah wafatnya Pangeran Yusuf, Kerajaan Islam Banten dipimpin oleh Maulana Muhammad.
Pada tahun 1596 Maulana Muhammad berusaha meluaskan daerah kekuasaannya dengan
mencoba menaklukan Palembang yang ketika itu menjadi saingan Banten di bidang
perdagangan. Pada waktu itu Palembang diperintah oleh Ki Gede Ing Suro yang berasal dari
Surabaya. Palembang nyaris jatuh ketangan Maulana MUahammad dan pasukannya. Tetapi
karena Maulana Muhammad gugur di tengah pertempuran, maka serangan dihentikan dan tetara
Banten ditarik mundur kembali ke Banten.
Setelah Maulan Muhammad wafat timbul persoalan di kalangan kerajaan karena yang
seharusnya menggantikannya adalah putranya, Abdul Mufakkir. Tetapi pada waktu itu Abdul
Mufakkir baru berumur 5 bulan. Maka pemerintahan sementara dipegang oleh seorang
mangkubumi. DAlam perkembangannya kemudian muncul orang kuat bernama Pangeran
Ranamenggala yang mengendalikan Banten mendampingi Abdul Mufakkir yang belum dewasa.
Renamenggala wafat tahun 1624.
Kejayaan kerajaan Banten berlangsung sekitar tahun 1600. Pada waktu itu banten merupakan
bandar pelabuhan terbesar. Banyak pedagang dari dalam dan luar pulau Jawa singgah untuk
membeli maupun menjual lada, cengkeh, dan pala.
Kemunduran kerajaan Islam Banten terjadi sejak masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakkir di
mana Belanda terus melakukan blokade-blokade yang mengakibatkan sempitnya ruang gerak
kerajaan Islam Banten. Walaupun demikian semangar rakyat Banten yang anti penjajah Belanda
tetap menyala.
g. Kerajaan Islam Ternate dan Tidore
Pada abad ke-13 di Maluku telah berdiri beberapa kerajaan seperti ternate, Tidore, Bacan, dan
Obi. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut, ternyata kerajaan ternate dan Tidore yang berkembang
lebih maju. Hal ini disebabkan hasil buminya yang berupa rempah-rempah terutama cengkeh.
Banyak pedagang dari kepulauan Nusantara dan Timur tengah yang pergi berlayar ke Ternate.
Para saudagar membawa barang-barang dagangan berupa pakaian, beras dan sebagainya untuk

dipertukarkan dengan rampah-rempah.
Pada abad ke-14 agama Islam berkembang pesat di Ternate. Dalam perkembangannya kemudian
Ternate berubah menjadi kerajaan Islam. Kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Harun. Pada masa
pemerintahannya orang-orang Portugis banyak yang datang berdagang di Maluku. Tetapi mereka
sering berbuat onar seperti melakukan monopoli dagang secara paksa, bertindak sewenangwenang, mencampuri urusan pemerintahan dalam negeri. Akibatnya sering terjadi pertempuran
antara penduduk Maluku dengan orang-orang Portugis. Akhornya pada tahun 1570 Portugis
dengan Sultan Ternate sepakat untuk melakukan perjanjian damai melalui perundingan. Tetapi
Portugis menipu Sultan Harun sewaktu berada dalam perundingan, ia pun dibunuh oleh orang
Portugis atas suruhan gubernur mereka.
Setelah Sultan Harun wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Baabullah. Peristiwa
pengkhiantan keji Portugis terhadap Sultan Harun menimbulkan kemarahan rakyat Maluku.
Terlebih lagi Sultan Baabullah sebagai putranya. Ia bersumpah akan membalas dendam kematian
ayahnya dengan mengenyahkan orang-orang Portugis dari bumi Maluku. Denan semangat yang
membara Baabullah memimpin pasukannya bertempur melawan terntara Portugis. Perang
berkobar selama 4 tahun lamanya (1570-1574. Akhirnya benteng Portugis di Ternate berhasil
dikuasai Baabullah dan pasukannya. Orang-orang Portugis yang masih hidup menyerah.
Kemudian mereka diperintahkan dengan segera angkat kaki dari Maluku khususnya Ternate.
Sehak itu daerah Maluku Utara bersih, tidak diganggu lagi oleh orang-orang Portugis. Pada masa
pemerintahannya kerajaan Islam Ternate mencapai zaman kejayaannya.
Sementara itu di kerajaan Tidore agama Islam pun bekembang pesat. Seperti halnya Ternate,
kerajaan Tidore berubah menjadi kerajaan Islam Tidore yang dipimpin oleh sultan Tidore. Kedua
kerajaan ini pada mulanya hidup berdampingan secara damai, saling menghormati kedaulatan
masing-masing. Tetapi oleh bangsa Portugis dan Spanyol kedua kerajaan ini diadu domba.
Sehingga nyaris terjadi petentangan yang menjurus perang. Untung saja kedua pimpinan
kerajaan menyadari hal ini. Mereka tidak mau diadu domba dengan bangsa sendiri. Kemudian
kerajaan ini bersatu, bahu-membahu dalam menghadapi Portugis.
h. Kerajaan Islam Makassar
Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan telah berdiri beberapa kerajaan seperti Gowa, Bone, Wajo,
Luwu, dan Soppeng. Dalam perkembangannya kerajaan Gowa dan Tallo mengalami kemajuan
yang lebih pesat dibandingkan yang lainnya. Hal ini disebabkan letak kerajaan ini sangat
strategis dan menguntungkan yakni terletak di tengah-tengah lalu-lintas pelayaran antara Malaka
dan Maluku. Kedua kerajaan yaitu Gowa dan Tallo, yang rajanya telah menganut agama Islam
bersepakat menyatukan kerajaan mereka menjadi kerajaan Islam Makassar. Rajanya bernama
Sultan Alauddin. Ia semua bernama Daeng Manrabia, raja Gowa. Sedangkan Mangkubumi
bernama Sultan Abdullah. Ia semua bernama karaeng Matoaya, raja Tallo.
Disamping memimpin pemerintahan, raja dan mangkubumi kerajaan Islam Makassar tersebut
sangat giat pula dalam menyiarkan agama Islam. Oleh karena usahanya itu, Maka Makassar
menjadi sebuah kerajaan Islam yang sangat kuat. Daerah kekuasaanya tidak hanya meliputi

sebagian besar Sulawesi dan Pulau-pulau sekitarnya, melainkan juga sampai di bagian timur
Nusa Tenggara.
Kerajaan Islam Makassar mencapai puncak kejayaannya ketika diperintah Sultan hasanuddin
berkuasa (tahun 1654-1669). Ia adalah salah seorang cucu Sultan Alauddin, pendiri kerajaan
Islam Makassar. Sultan Hasanuddin terkenal sangat gigih dalam menentang penjajah Belanda.
Ketika Belanda dengan VOC-nya meminta kepada Sultan Hasanuddin agar melarang rakyatnya
berdagang di Maluku, karena hal itu dianggap pelanggaran monopoli. maka Sultan hasanuddin
dengan tagas menjawab: "Tuhan menciptakan dunia ini untuk kebahagiaan sekalian umat
manusia. Ataukah tuan menyangka bahwa Allah mengecualikan pulau-pulau Maluku yang jauh
dari tempat bangsa tuan ini semata-mata untuk perdagangan tuan".
Penjajahan belanda terus berupaya untuk menaklukan Sultan Hasanuddin. Pada waktu itu sedang
terjadi perselsihan antara Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka, raja Bone dan Soppeng.
Keadaan ini dimanfaatkan Belanda dengna menerapkan politik adu domba. Belanda dalam hal
ini memihak Aru Palaka dan secara bersama memerangi Sultan Hasanuddin. Kemudian berkobar
pertempuran hebat (tahun 1666-1669) antar Belanda (VOC) beserta Aru Palaka di satu pihak
dengan Sultan Hasanuddin, dan Malaka Sultan Hasanuddin terdesak dan Makasar hampir jatuh
ke tangan Belanda. Akhirnya Sultan Hasanuddin bersedia membuat perjanjian damai yang
dikenal dengna perjanjian Bongaya (1667).
Walaupun perjanjian telah disepakati, namun Belanda yang licik selalu melanggar perjanjian
dengan bertindak sewenang-wenang. Hal ini membangkitkan kembali kemarahan Sultan
Hasanuddin. Kemudian ia mengangkat senjata kembali memerangi Belanda.
Dalam peperangan ini Sultan Hasanuddin mendapat tekanan hebat dari pasukan Belanda, maka
akhirnya pada tahun 1669 Sultan Hasanuddin terpaksa menyerah dan Makassar pun dikuasai
penjajah Belanda. Meskipun demikian dalam diri orang-orang Makassar tetap tumbuh semangat
anti penjajahan. karena itu banyak diantara merek yang pergi merantau ke Madura, Banten dan
sebagainya membantu daerah-daerah yang masih berperang melawan Belanda.