SEJARAH KORUPSI DI INDONESIA DAN HUBUNGA

SEJARAH KORUPSI DI INDONESIA DAN
HUBUNGANNYA DENGAN KPK

Disusun Oleh:
Atomo Ardi
Dosen : Bahrudin, Spd

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Sekolah Tinggi Pendidikan Ilmu Pendidikan Arrahmaniyah
2015 – 2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang

Korupsi sudah ada di tengah – tengah kita sejak awal manusia mulai membentuk
organisasi.Korupsi adalah bagian dari kegiatan kolektif kita. Namun demikian, tidak
berarti kita boleh bersikap acuh tak acuh menngenai korupsi. Korupsi merusak kehidupan
ekonomi dan landasan moral tata kehidupan kita.

Benar memanng, sulit untuk melihat korupsi ada atau tidak, karna korupsi berlangsung
dalam selubung kerahasiaan. Selain itu kesulitan itu karena kata Aristoteles ‘’Hal yang
biasa terjadi sehari – hari mendapat perhatian paling kecil dari masyarakat1[1]’’. Bahkan
hingga detik ini sekalipun, sebagian besar korupsi terjadi di sektor pemerintah. Kita harus
membangkitkan dorongan yang lebih kuat dalam diri kita masing – masing untuk
membasmi korupsi. Meskipun pemerintah sudah membentuk sebuah organisasi yang
bertujuan besar untuk membebaskan Negara kita ini dari kasus korupsi yaitu komisi
pemberantasan korupsi (KPK) namun kenyataanya korupsi masih meraja lela di negeri
kita.
B.

Rumusan masalah :

Berdasarkan latar belakang diatas maka muncul rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana

penangannan

korupsi


Pemberantasan Korupsi (KPK). ?
2. Bentuk – bentuk korupsi di Indonesia ?

1

di

Indonesia

paska

pembentukan

Komisi

3. Upaya penangannanya ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.


Asal Kata dan Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin : corruptio dari kata kerja corrumpere yang

bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok . Secara harfiah,
korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi maupun pegawai
negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya
mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka.
Meskipun kata corruption itu luas sekali artinya,namun sering corruptio
dipersamakan artinya dengan penyuapan seperti disebut dalam ensiklopedia Grote
Winkler Prins (1977) PP Pengganti UU Nomor 24 Tahun 1960, mengartikan korupsi
sebagai "tindakan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau
pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara
langsung atau tidak langsung merugikan keuangan atau perekonomian negara dan daerah
atau merugikan keuangan suatu badan hukum lain yang menerima bantuan dari keuangan
negara atau daerah atau badan hukum lain yang memergunakan modal dan kelonggarankelonggaran dari Negara atau masyarakat", dst.
Kemudian Robert Klitgaard dalam bukunya Controlling Corruption (1998),
mendefinisikan korupsi sebagai "tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi
sebuah jabatan Negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi

(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri); atau untuk melanggar aturan-aturan
pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi". Kemudian secara singkat Komberly Ann
Elliott dalam Corruption and The GlobalEconomy menyajikan definisi korupsi, yaitu
"menyalahgunakan jabatan pemerintahan untuk keuntungan pribadi".
Menurut pasal 25 (penghabisan) perpu nomor 24 tahun 1960 ini disebut peraturan
pemberantasan korupsi diatas saya namakan undang undang anti-korupsi pasal ,
menentukan bahwa tindak pidana korupsi adalah :

a)

Tindaakan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau

pelanggaran memperkaya diri sendiri, orang lain, atau suatu badan yang secara langsung
atau tidak langsung merugikan keuangan atau perekonomian nergara atau daerah atau
merugikan suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan Negara atau daerah atau
badan hukum lain yang mempergunakan modal atau kelonggaran kelonggaran dari
Negara atau masyarakat
b)

Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau


pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau badan dan dilakukan dengan
menyalahgunakan jabatan atau kedudukan
c)

Kejahatan-kejahatan tercantum dalam pasal 17-21 peraturan ini dan dalam pasal

209, 210,415, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435, kitab undang undang hokum
pidana.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsurunsur sebagai berikut:


perbuatan melawan hukum;



penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;




memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;



merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:


memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);



penggelapan dalam jabatan;



pemerasan dalam jabatan;




ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);



menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).



Perlu diketahui sebelumnya bahwa sejak Indonesia merdeka, sudah terdapat
berbagai lembaga yang khusus dibentuk untuk melakukan tugas khusus
pemberantasan korupsi. Tapi hampir bisa dikatakan bahwa semua lembaga
tersebut
berikut :

mengalami kegagalan. Lembaga – lembaga tersebut adalah sebagai

1. Era Orde Lama
Pada masa orde lama, tercatat dua kali dibentuk badan pemberantas korupsi, yaitu :



A. ‘’panitia Retooling Aparatur Negara’’(paran) yang di bentuk dengan perangkat
aturan Undang – undang keadaan bahaya. Badan ini dipimpin oleh A.H.Nasution
dan dibantu oleh dua orang anggota, yakni professor M.yamin dan Roeslan
Abdulgani. Namun dalam perjalananya, terdapat perlawan atau reaksi keras dari
para penjabat yang korup pada saat itu dengan dalih yuridis bahwa berbekal
alasan doktrin pertanggung jawaban secara langsung kepada president, formulir
itu tidak diserahkan kepada paran, tapi langsung kepada president. Ditambah lagi
dengan kekacauan politik, paran berakhir tragis, dead lock, dan akhirnya
menyerahkan kembali tugasnya kkepada kabinet djuanda.



B. Pada tahun 1963,melalui keputusan president No.275 Tahun 1963, pemerintah
menunjuk lagi A.H.Nasution, yang saat itu menjabat sebagai menteri koordinator
pertahanan dan keamanan/kasab,dibantu oleh Wiryono Prodjodikusumo uuntuk
memimpin lembaga baru yang lebih dikenal dengan ‘’Operasi Budhi’’. Kalai ini
dengan tugas yang lebih berat, yakni menyeret pelaku korupsi kepengadilan
dengan sasaran utama perusahaaan – perusahaan Negara serta lenbaga – lembaga
Negara lainya yang dianggap rawan prakteik korupsi dan kolusi. Namun lagi- lagi

operasi ini juga berakhir, meski berhasil menyelamatkan uang Negara kurang
lebih 11 milyar. Operasi Budhi ini dihentikan oleh Soebandrio kemudian diganti
menjadi Komando Tertinggi Retooling Aparat Revolusi (kontrar) dengan presiden
soekarno menjadi ketuanya serta dibantu oleh Soebandrio dan Letjen Ahmad
Yani. Bohari pada tahun 2001 mencatatkan bahwasanya seiring dengan lahirnya
lembaga ini, pemberantasan korupsi dimasa orde lama pun kembali masuk ke
jalur lambat,bahkan macet.

2. Era Orde Baru
Pada masa orde baru, dibawah kepemimpinan soeharto minimal ada 4 lembaga yang
dipasrahi tugas untu melakukan pemberantasan korupsi. Lembaga – lembaga tersebut
adalah sebagai beerikut :
A. Tim pemberantas korupsi (TPK)
Tim ini dibentuk dengan keputusan president Nomor 228 Tahun 1967. Pada awal orde
baru melalui pidato kenegaraan pada tanggal 16 agusstus 1967, Soeharto terang –
terangan mengkritik orde lama yang tidak mampu memberantas korupsi dalam hubungn
dengan demokrasi yang terpusat ke istana.
B. Komite Empat
Komite ini terbentuk dikarenakan adanya banyak tuduhan ketidak seriusan tim
pemberantas korupsi sebelumnya dan berjuang pada kebijakan soeharto untuk menunjuk

komite empat. Komite ini dibentuk dengan keputusan president Nomor 12 Tahun 1970
Tanggal 31 januari 1970 dengan beranggotakan tokoh – tokoh tua yang dianggap bersih
dan berwibawa, seperti prof.Johanes,I.J.Kasimo,Mr.Wilopo dan A.Tjokrominoto.
lemahnya posisi komite ini pun menjadi alasan untuk mandek dan vakum.
C. Operasi Tertip (Opstib)
Berakhirnya Komite Empat memunculkan lembaga baru, yakni ketika laksamana Sudoso
diangkat sebagai pangkopkamtip, dibentuklah Operasi Tertip (Opstib). Lembaga ini
dibentuk dengan intruksi president nomer 9 tahun 1977, Namun karna adanya
perselisihan pendapat mengenai metode pemberantasan korupsi yang bottom up atau top
down dikalangan pemberantas korupsi itu sendiri cendrung semakin melemahkan upaya
pemberantasan korupsi, sehingga Opsib pun hilang seiring dengan makin menguatnya
kedudukan para koruptor disinggasana Orde Baru.
D. Tim pemberantas korupsi bar
Tim ini dibentuk tahun 1982 melalui modus menghidupkan kembali (reinkarnasi) tim
pemmberantas korupsi sebelumnya tanpa dibarengi dengan penerbitan keputusan
president yang baru.Koruptifnya orde baru seakan memandulkan banyaknya lembaga
yang telah dibentuk untuk membrantas korupsi.Apalagi dengan modus bahwa lembaga

ini berada dibawah kendali president dalam pertanggung jawabannya. Bukan rahasia lagi
kalau memang Orde baru adalah orde korupsi dalam semua lini.

3.

Era Reformasi

pada era reformasi, usaha pembrantasan korupsi dimulai oleh B.J.Habibie yang bersih
dan bebas dari korupsi,kolusi,dan nepotisme, berikut pembentukan berbagai komisi atau
badan baru,seperti komisi pengawas kekayaan penjabat Negara (KPKPN),KPPU,maupun
lembaga Ombudsman.


President

berikutnya,

Abdurrahman

Wahid,

membentuk

tim

gabungan

pemberantas tindak pidana korupsi ( TGPTPK ) melalui peraturan pemerintah
nomor 19 tahun 2000. TGPTPK akhirnya dibubarkan dengan logika
membenturkannya ke UU Nomor 31 Tahun 1999. Nasib serupa tapi tidak sama
juga dialami oleh KPKPN, dengan dibentuknya Komisi pemberantas korupsi,
tugas KPKPN melebur masuk kedalam KPK, sehingga KPKPN sendiri hilang dan
menguap. Artinya KPK lah lembaga yang pemberantasan korupsi terbaru yang
masih exsis.


Komisi pemberantasan korupsi (KPK) dibentuk lewat undang – undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang komisi pemberantas tindak pidana korupsi, lembaga baru ini
dibentuk dalam suasana kebencian terhadap praktik kotor korupsi.



Sejak berdirinya tertanggal 29 Desember 2003, KPK telah dipimmpin oleh 2
rezim yang berbeda.KPK jilid pertama 2003 – 2007 terdiri dari Taufiqurachman
Ruki, mantan polisi, sebagai ketua komisi. KPK jilid kedua yang telah disumpah
oleh president Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 19 Desember 2007, KPK
jilid kedua dipimpin oleh Antasari Azhar (mantan kepala kejaksaan negeri Jakarta
selatan), sbagai ketua komisi. Dalam perjalananya lembaga KPK masih
menempati rating tertinggi keppercayaan publik dalam hal penegakan hukum
terutama kasus korupsi. Hal ini memang dipahami ddari kenyataan bahwa banyak
pencapaian positif yyang dilakukan KPK2[2].

2

II. Bentuk – bentuk korupsi di indonesia
Korupsi merupakan tindakan yang sangat tercela, selaain merugikan Negara, tindakan
korupsi juga dapat merugikan pelaku korupsi itu sendiri jika terbukti perbuatannya
diketahui oleh penindak korupsi yang berwenang.


Di Indonesia, klafikasi tindakan korupsi secara garis besar dapat di golongkan
dalam beberapa macam bentuk. Khusus untuk intansi yang melakukan
administrasi penerimaan (revenue administration) yang meliputi instansi pajak
bea cukai, tidak termasuk pemda dan pengelola penerimaan pnbp, tindakan
korupsi dapay dibagikan menjadi beberapa jenis, antara lain :

Korupsi kecil – kecilan (petty corruption) dan korupsi besar – besaran
(grandcorruption).
korupsi kecil – kecilan merupaakan bentuk korupsi sehari – hari dalam pelaksanaan suatu
kebijakan pemerintah. Korupsi ini biasanya cenderung terjadi saat petugas bertemu
langsung dengan masyarakat.


Korupsi ini juga di sebut dengan korupsi rutin (routine corruption) atau korupsi
untuk bertahan hidup (survival corruption). Korupsi kecil – kecilan umumnya
dijalankan oleh penjabat junior dan penjabat tingkat bawah sebagai pelaksana
fungsional.



Contohnya adalah pungutan untuk mempercepat pencairan dana yang terjadi di
kppn.
Sedangkan korupsi besar – besaran umumnya dilakukan oleh penjabat level



tinggi, karena korupsi jenis ini melibatkan uang dalam jumlah yang sangat besar. Korupsi
ini terjadi saat pembuatan, perubahan, atau pengecualian dari peraturan. Contohnya
adalah pembbebasan pajak bagi perusahaan besar.


A. Penyuapan (bribery)

Untuk penyuapan yang biasanya dilakukan dalam birokrasi pemerintahan di indonesia
khususnya dibidang atau intansi yang mengadministrasikan penerimaan Negara (revenue
administration) dapat dibagi menjadi empat antara lain :



1.

Pembayaran untuk menunda atau mengurangi kewajiban bayar pajak dan



cukai.
2. Pembayaran untuk meyakinkan petugas agar tutup mata terhadap kegiatan



illegal.
3. Pembayaran kembali (kick back) setelah mendapatkan pembebasan pajak,
agar dimasa mendatang mendapat perlakuan yang yang lebih ringan daripada



administrasi normal.
4. Pembayaran untuk meyakinkan atau memperlancar proses penerbitan ijin
(license) dan pembebasan (clearance).



B. Penyalahgunaan atau penyelewengan ( misappropriation)

Penyalahgunaan atau penyelewengan dapat terjadi bila pengendalian administrasi (check
and balances) dan pemeriksaan serta supervise transaksi keuuangan tidak berjalan dengan
baik.
-

Contoh dari korupsi jenis ini adalah pemalsuan catatan, klafikasi barang
yang salah, serta kecurangan (fraud).



C. penggelapan (embezzlement)

korupsi ini adalah dengan menggelapkan atau mencuri uang Negara yang dikumpilkan,
menyisakan sedikit atau tidak sama sekali.


D. Pemerasan (extortion)

Pemerasan ini terjadi ketika masyarakat tidak mengetahui tentang peraturan yang
berlaku, dan dari celah inilah petugas melakukan pemerasan dengan menakut – nakuti
masyarakat untuk membayar lebih mahal daripada yang semestinya.


E. Perlindungan (patronage)

Perlidungan dilakukan dalam hal pemilihan, mutasi, atau promosi staf berdasarkan suku,
kinship, dan hubungan sosial lainnya tanpa mempertimbangkan prestasi dan
kemeampuan dari seseoran tersebut3[1].

3

III

Upaya penangan korupsi
Seperti bentuk – bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat, perbuatan

korupsi termasuk salah satu kejahatan yang dikutuk masyarakat dan terus diperangi oleh
pemerintah dengan seluruh aparatnya. Hal ini disebabkan karena akibat serta bahaya yang
ditimbulkan oleh perbuatan tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan Negara,
menghambat dan mengancam program pembangunan, bahkan dapat berakibat
mengurangi partisipasi masyarakat dalam tugas pembangunan dan menurunnya
kepercayaan rakyat pada jajaran aparatur pemerintah4[2].
A.

Factor terjadinya korupsi

Perbuatan korupsi terjadi dimana – mana, dan justru sering terjadi di Negara berkembang
seperti indonesia. Hal tersebut di sebabkan oleh factor antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Belum mantapnya sistem administrasi keuangan dan pemerintahan.
Belum lengkapnya peraturan perundang – undangan yang dimiliki.
Masih banyak ditemuinya celah – celah ketentuan yang merugikan masyarakat.
Lemahnya dan belum sempurnanya sistem pengawasan keuangan dan pembangunan.
Serta tingkat penggajian atau pendapatan pegawai negri yang rendah .
Di samping itu juga masih dijumpai beberapa kendala yang menyebabkan
kurang efektifnya upaya – upaya pemberantasan korupsi, yang menyebabkan
pemberantasan korupsi yang telah dilakukan belum mencapai hasil seperti yang
diharapkan5[3].
Kebijaksanaan pemerintah dalam mendorong exspor, peningkatan insvestasi melalui
fasilitas – fasilitas penanaman modal maupun kebijaksanaan dalam kelonggaran,
kemudahahan dalam bidang perbankan, sering menjadi sasaran tindak pidana korupsi,
yang berkedok menggunakan fasilitas – fasilitas kemudahan dan kelonggaran yang
diberikan pemerintah tersebut dengan cara menipulasi data, menipulasi administrasi
maupun pemalsuaan – pemalsuan data, yang berakibat timbulnya keruugian Negara atau
keuangan Negara.

B. Factor kendala dalam upaya pemberantasan korupsi

4
5

Sayangnya sejarah kampanye anti korupsi di seluruh dunia tidak menggembirakan. Di
tingkat nasional dan daerah, di tingkat kementrian, dan di tingkat organisasi seperti
kepolisian, upaya anti korupsi besar – besaran sekalipun dan telah tersebar luas dalam
masyarakat cendrung tersendat – sendat, terhenti, dan pada akhirnya mengecewakan.
Upaya anti korupsi banyak yang gagal karena pendekatan yang semata – mata bersifat
pendekatan umum, atau terlalu bertumpu pada himbauan moral. Kadang – kadang upaya
anti korupsi di lakukan setengah hati, kadang – kadang upaya anti korupsi itu sendiri
berubah menjadi alat yang kotor untuk menjatuhkan lawan atau menyeret lawan kedalam
penjara.
Untungnya ada juga upaya anti korupsi yang berhasil dan kita dapat menarik pelajaran
dari situ. Pelajaran ini adalah : kunci sukses upaya anti korupsi adalah kita harus punya
strategi untuk membrantas korupsi6[4].
Dalam penjelasan lainnya faktor yang merupakan kendala dalam upaya pemberantasan
korupsi tersebut, yang kita jumpai selama ini meliputi : belum memadainya sarana dan
skill aparat penegak hukumnya, kejahatan korupsi yang terjadi baru diketahui setelah
memakan waktu yang lama, sehingga para pelaku telah memindahkan, menggunakan dan
menghabiskan hasil kejahatan korupsi tersebut, yang berakibat upaya pengembalian
keuangan Negara relatif sangat kecil, beberapa kasus besar yang penangannya kurang
hati – hati telah memberi dampak negatif terhadap proses penuntutan perkarannya.
C. Ketentuan dan rumusan mengenai pemberantasan korupsi
Di indonesia ketentuan mengenai pemberantasan korupsi telah ada sejak berlakunya
undang – undang no.24 prp.1960 tentang pengusutan penuntutan dan pemeriksaan tindak
pidana korupsi. Mengingat UU No.24 Prp. 1960 tersebut sesuai dengan perkembangan
masyarakat saat itu dinilai kurang mencukupi untuk mencapai hasil yang diharapkan,
maka telah diganti dengan UU No.3 tahun 1971 tentang tindak pidana korupsi.
Rumusan tindak pidana korupsi berdasarkan UU No.3 tahun 1971 lebih luas dan
memudahkan pembuktiannya dibandingkan rumusan tindak pidana korupsi yang diatur
dalam UU No.24 Prp, 1960. Hal ini sesuai dengan perkembangan masyarakat dan rasa
tuntutan keadilan masyarakat terhadap pemberantas korupsi yang sangat merugikan
masyarakat, keuangan Negara dan perekonomian Negara.
6

Batasan tentang tindak pidana korupsi berdasarkan undang – undang No.3 Tahun 1971
tentang batasan tindak pidana korupsi, meliputi :
Pasal 1 ayat (1)
a.

Barang siapa degngan melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiriatau orang lain, atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan keuangan Negara atau perekonomian negara, atau diketaahui patut disangka
olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan keuangan Negara atau perekonomian

Negara.
b. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang secra langsung atau tidak langsung dapat merugikan keuangan
Negara atau perekonomian Negara.
c. Barang siapa melakukan kejahatan tercantum dalam pasal – pasal, 209, 210, 387, 388,
415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 KUHP.
d. Barang siapa member hadiah atau janji kepada pegawai negeri seperti dimaksud dalam
pasal 2 dengat mengingat sesuatu kekuasaan atau sesuatu wewenang yang melekat pada
jabatannya atau kedudukannya atau oleh si pemberi hadiah atau janji dianggap melekat
e.

pada jabatan atau kedudukan itu.
Barangsiapa tanpa alasan yang wajar, dalam waktu yang sesingkat – singkatnya setelah
menerima pemberian atau janji yang diberkan kepadanya seperti yang tersebut pada pasal
418, 419, dan 420, KUHP tidak melaporkan pemberian atau janji kepada yang
berwajib7[5].

D. Dampak korupsi
1. Dampak korupsi terhadap exsistensi Negara
a. Lesunya perekonomian
Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi. Korupsi merintangi akses
masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Korupsi memperlemah
aktivitas ekonomi, memunculkan inefisiensi, dan nepotisme. Korupsi menyebabkan
lumpuhnya keuangan atau ekonomi meluasnya praktek korupsi di suatu Negara
mengakibatkan berkurangnya dukungan Negara donor, karna korupsi menggoyahkan
sendi – sendi kepercayaan pemilik modal asing.
b. Meningkatkan keiskinan

7

Efek penghancuran yang hebat terhadap orang miskin : dampak

langsung yang

dirasakan oleh orang miskin, dampak tidak langsung terhadap orng miski, dua kategori
pendudk mskin di indonsia : kemiskinan kronis ( chronic poverty ), keiskinan sementara (
transient poverty ), empat rsiko tinggi korupsi : ongkos fiansial (financial cost) moda
manusia ( human capital ) kehancuran moral ( moal decay ) hancurnya modal social ( loss
of capital socal ).
c.

Tinginya angka kriminalias
Korupsi menyuburka bebagai macam kejahatan lain dlam masyarakat. Semakin tinggi
tingkat korupsi, semain ber pula kejahatan. Menurut transparency rasionalnya, ketika
angka korupsi meningkat, maka angka kejahatan juga meningkat. Sebalknya, ketika
angka korupsi berhasil di kurangi, maka kepercayaan masyarakat terhdap penegakan
hukum ( law enforcement ) juga meningkat. Dengan mengurangi korups dapat juga
( secara tidak lagsung ) mengurangi kejahatan yan lain.
Idealnya, angka kjahatan akan berkurang, jika timbul kesadaran masyarakat (marginal
detterrence). Kondisi ini hanya terwujud jika tingkat kesadaran hukum dan tingkat
kesejahteraan masyarakat sudah memadai (sufficient). Soerjono soekanto menyatakan
bahwa penegakan hukum dalam suatu Negara selain tergantung dari hukum itu sendiri,
profesionalisme aparat, sarana dan prasarana, juga tergantung pada kesadaran hukum
masyaraka. Kesejahteraan yang memadai mengandung arti bahwa kejahatan tidak terjadi

oleh karena kesulitan ekonomi.
d. Demoraliasi
Korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah, dalam pengelihatan masyarakat
umum akan menurunkan kredeblitas peerintah yang berkuasa, jika pemerintah justru
memakmurkan praktik korupsi, maka lenyap pula unsure hormat dan trust (kepercayan)
masyarakat kepada pemerintah. Praktik korupsi yang kronis menimbulkan demoralisasi
di bagian pembangunan, korupsi pertumbuhan ekonomi. Lembaga internasional menolak
membantu Negara – Negara korup. Sun yan said : korupsi menimbulkan demoralisasi,
kersahan sosial, dan keterasingan politik.
e.

Kehancuran birokrasi
Kehancuran birokrasi pemerintah merupakan garda depan yang berhubungan dengan
pelayan umum kepada masyarakat. Korupsi melemahkan birokrasi sebagai tulang
punggung Negara, korupsi menimbulkan ketidak efisienan yang menyeluruh di dalam
birokrasi. Korupsi di dalam birokrasi dapat di katagorikan dalam dua kecendrungan :
yang menjangkiti masyarakat dan yang dilakukan dkalangan mereka sendiri.

Transparency internasional membagi kegiatan korupsi di sektor publik kedalam dua jenis
yaitu : korupsi adminisratif dan korpsi politik.
Menurut indria samego, korupsi menimbulkan empat kerusakan di tubuh birokrasi
militer indonesia : secara formal, material anggaran pemerintah untuk menopang angaran
angkatan berenjata sangat kurang, padahal pada kenytaanya TNI memiliki sumber dana
lain diluar APBN. Prilaku bisnis perwira militer dan kolusi yang mereka lakukan dengan
pengusaha menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang lebih banyak mudorotnya daripada
manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat dan prajurit secara keseluruhan.orientasi komesial
pada sebagian perwira militer pada giliranya juga menimbulkan rasa iri hati perwira
militer lain yang tidak memilki kesmpatan yang sama.
Orientasi komersial akan semakin melunturkan semangat profesionalisme militer pada
sebagian perwira militer yang mengenyam kenikmaan berbisnis, baik atas nama angkatan
f.

bersenjata atau nama pribadi.
Tergangunya fungsi politik dan fungsi pemerintahan
Terganggunya fungsi politik dan fungsi pemerintahan dampak negative pada suatu
sistem politik : korupsi menggangu kinerja sistem politik yang berlaku. Public cenderung
meragukan citra dan kredibilitas suatu lembaga yang di duga terkait dengan tindakan
korupsi.
Korupsi yan menghambat jalanya pemerintahan : korupsi menghambat peran Negara
dalam pengaturan alokasi, seperti penganak-emasan pembayar pajak tertentu, penentuan
tidak berdasar fit dan propertest dan promosi yang tidak berdasar kepada prestasi.
Korupsi menghambat pemerataan akses dan asset. Korupsi memperlemah peran
pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik.

g. Buyarnya masa depan demokasi
faktor penopang korupsi ditengah negara demokrasi : tersebarnya kekuasaan di
tangan banyak orang telah meretas peluang bagi merajalelanya penyuapan. Repormasi
neoriberal telah melibatkan pembukaan sejumlah lokus ekonomi bagi penyuapan.
Khususnya yang melibatkan para broker perusahaan publik, pertambahan sejumlah
pemimpin neopopulis yang memenangkan pemilu berdasarkan pada kharisma personal
melalui media, tertama televisi, yang banyak mempeaktekkan korupsi dalam mengalang
dana

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi umumnya terjadi di Negara berkembang dan merupakan faktor penghambat
pembangunan dinegara tersebut. Korupsi merambah kesemua aspek pemerintahan mulai
dari wilayah birokrasi sipil, sistem sosial dan politik yang berlaku seiring dengan
perkembangan kota yang makin maju. Artinya politik tidak hanya terjadi disektor
pemerintahan tetapi juga sektor swasta. Korupsi merupakan anaman exsistensi dan
integritas suatu bangsa. Korupsi telah membentuk suatu resistensi untuk mempertahankan
setatus mereka dengan cara apapun. Oleh karena iu kopsi adalah musuh bersama yang
harus dibasmi………bukan dilestarikan karna korupsi bukan budaya

DAFTAR PUSTAKA
 http://inspirasikecilku.blogspot.com/2010/06/bentuk-korupsi-di-indonesia.
 http://dyhretnow.blogspot.com/2011/11/dampak-korupsi-terhadap-ekstensi.
http://id.wikipedia.org/wiki/komisi-pemberantas-korupi
 http://sidesisetiowati.blogspot.co.id/2013/11/contoh-makalah-kpk.html