SOLIDARITAS KAUM LAKI-LAKI SEBAGAI PEDAGANG SAYUR KELILING ATAU BAKUL ETHEK DI PASAR SONGGO LANGIT PONOROGO
SOLIDARITAS KAUM LAKI-LAKI
SEBAGAI PEDAGANG SAYUR KELILING ATAU BAKUL
ETHEK DI PASAR SONGGO LANGIT PONOROGO
OLEH
EKAPTI WAHJUNI DJ
Email:ekapti_wahjuni@umpo.ac.id
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
ABSTRAK
Kota Ponorogo merupakan kota yang penduduknya sangat heterogen, hal ini
menimbulkan keragaman dalam pekerjaan. Salah satu pekerjaan yang begitu marak yaitu
pedagang sayur keliling yang lokasi penjualan pedagang sayur keliling menyebar,
hampir di seluruh kota Ponorogo sampai ke pedesaan. Masyarakat Ponorogo dalam
menyebutkan pedagang sayur keliling dengan istilah “Bakul ethek”. Dapat disimpulkan
bahwa masalah solidaritas Mekanik dalam hal Moral yang berhubungan dengan
peraturan transaksi perdagangan jual beli itu ada ,tetapi tidak tertulis,namun tetap
ditaati dan dilaksanakan, ini menimbulkan rasa kepercayaan pada setiap individu untuk
selalu bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan dari apa yang sudah menjadi
kesepatan bersama. Kebersamaan terjalin baik ini dapat menciptakan rasa manusiawi
bersikap peduli terhadap persoalan sesama teman, yang akhirnya terwujudnya rasa
kesetikawanan yang kuat diantara kaum laki-laki sebagai pedagang sayur keliling
dan terciptanya visi dan misi, tujuan yang sama, sehingga dapat menghindari rasa
kecurigaan dan konflik aantar pedagang sayur keliling. Adapun solidaritas Organik
bahwa adanya saling ketergantungan dalam ikatan kerja yang diatur dengan perbedaan
kemampuan individu dari kaum laki-laki pedagang sayur keliling untuk menentukan
tingkat nkepentingan kegiatannya dalam berdagang, hal ini terjadi karena heterogenitas
jenis barang dagangan yang dijual oleh pedagang sayur keliling , sehingga bisa bersifat
otonom.
Keywords: SOLIDARITAS,LAKI-LAKI,PEDAGANG
SAYUR KELILING, BAKUL
ETHEK, PASAR SONGGO LANGIT, PONOROGO
PENDAHULUAN
mereka secara langsung maupun tidak
Kota Ponorogo merupakan kota
yang penduduknya
sangat
langsung telah memberikan kemudahan
heterogen,
masyarakat khususnya para ibu , untuk
hal ini menimbulkan keragaman dalam
belanja ditempat atau pangkalan pedagang
pekerjaan. Salah satu pekerjaan yang
sayur keliling. Dengan demikian para
begitu marak yaitu pedagang sayur keliling
pedagang sayur keliling berusaha dapat
yang lokasi penjualan pedagang sayur
mempertahankan dan mengembangkan
keliling menyebar, hampir di seluruh kota
usahanya agar mereka mampu bersaing
Ponorogo sampai ke pedesaan. Keberadaan
dengan
pedagang
lainnya,
caranya
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
15
memberikan
pelayanan
dengan
baik
kepada pembeli atau pelanggannya.
Masyarakat
Ponorogo
Adapun motivasi yang paling kelihatan
adalah untuk mencari nafkah
karena
dalam
tidak berpenghasilan , maka dengan
menyebutkan pedagang sayur keliling
berdagang akan mendapatkan keuntungan
dengan istilah “Bakul ethek”. “Kenapa
yang memadai,apabila bisa melihat pasar
disebut bakul ethek?” sebagai bakul
yang akan dikunjungi sebagai sasaran
ethek karena umumnya mereka memakai
penjualan dagangannya atau mendapatkan
gerobak (keranjang) yang sebagai tempat
wilayah dan pelanggan yang tetap dalam
menaruh dagangan.Para pedagang ethek /
berbelanja.
pedagang sayur keliling ini banyak yang
(Vegetable merchant circle) adalah salah
masih muda, tapi ada juga yang sudah
satu usaha yang merupakan suatu kegiatan
berusia tua dan tidak sedikit para ibu-
Perdagangan eceran dan melaksanakan
ibu yang memilih pekerjaan ini. Tentu
pemberian jasa. Pedagang Sayur Keliling
alasannya adalah karena profesi bakul
merupakan salah satu pekerjaan yang
ethek penghasilannya sangat lumayan.
penting dalam mengurangi pengangguran.
Pedagang
Sayur
Keliling
Dengan maraknya bakul ethek/ pedagang
Di Ponorogo pedagang sayuran
sayur keliling ini tentunya memberikan
keliling mempunyai cara dalam membeli
kemudahan bagi para ibu rumah tangga
dagangan yang akan dijual,diantaranya
yang merasa di untungkan. Kalau biasanya
mereka ada yang mengambil sayuran dari
mereka pergi kepasar untuk membeli
pasar stasiun atau pasar songolangit ada
sayuran guna menyiapkan makan keluarga
juga yang membeli langsung dari petani
dengan adanya bakul ethek /pedagang
yang sengaja datang menjual sayurannya
sayur keliling mereka tidak usah harus
ke rumah mereka, kemudian mereka
kepasar.
jual dengan cara berkeliling ke kampung-
Perkembangan
sayur
kampung, ada juga yang berkeliling
keliling yang dilakukan oleh kaum laki-
mengisi warung belanja rumahan dan
laki menunjukan adanya kesadaran dan
mendatangi para langganan misalnya rumah
kesamaan gender dalam pekerjaan ,karena
makan. Meski faktor daya saing dalam
pekerjaan ini tidak terlalu membutuhkan
strategi pemasaran kadang ketat, hingga
ketrampilan dan pendidikan yang khusus,
tak jarang memunculkan pertikaian. Hal itu
tetapi didasarkan oleh motivasi –motivasi
tak terlalu berpengaruh bagi para pedagang
untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.
sayur keliling tidak ada persaingan yang
16
pedagang
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
sengit antara para pedagang ,karena para
totalitas
pedagang sayur keliling sudah mempunyai
sentimen-sentimen bersama yang rata-rata
daerah kekuasaan atau pangkalan berhenti
ada pada warga masyarakat yang sama itu.
dan
dan
Solidaritas ini tergantung pada individu-
pembagian jam keliling yang berbeda di
individu yang memiliki sifat-sifat yang
setiap daerah , walaupun terkadang saling
sama, menganut kepercayaan dan pola
bersaing dalam soal harga memang lebih
normatif yang sama pula
murah di pasar di bandingkan dengan biaya
B.TEORI MODAL SOSIAL
langganan
masing-masing
pergi ke pasar tetap lebih murah.
kepercayaan-kepercayaan
dan
Menurut Putnam (1993) bahwa
belakang
timpotertian”Definisi ini Trust,Network dan
masalah tersebut diatas ,maka peneliti
Civil society adalah sesuatu yang lahir adanya
merumuskan sebagai berikut:
modal sosial. Dengan kata lain modal sosial
1. Bagaimanakah solidaritas antar kaum
tidak berada dalam jaringan,namun pada diri
Berdasarkan
latar
laki- laki sebagai pedagang sayur
individu-individunya
keliling atau bakul ethek ?
C. TEORI INTERAKSI SOSIAL
2. Bagaimanakah Modal Sosial kaum
Suatu
Interaksi
social
tidak
laki- laki sebagai pedagang sayur
mungkin terjadi bila tidak memenuhi dua
keliling atau bakul ethek ?
syarat berikut : 1. Ada Kontak Sosial, 2.
Ada komunikasi antar pelaku-pelaku yang
TINJAUAN PUSTAKA
berinterksi ( Soekamto, 1998).Menurut
A.TEORI SOLIDARITAS
Loomis dalam Taneko (1993 ) menyatakan
Emile Durkheim (tahun 1964)
cirri-ciri interaksi social adalah : 1.
telah mengenalkan
Teori
Solidaritas,
Jumlah pelaku 2 orang atau lebih.2.
melalui karyanya yang berjudul
The
Adanya komunikasi antara pelaku dengan
Devision of Labour in Society, yang
menggunakan symbol-simbol.3. Adanya
menjelaskan bahwa pertumbuhan dalam
dimensi waktu masa lampau,kini dan yang
pembagian kerja meningkatkan suatu
akan dating.4. Adanya tujuan tertentu.
perubahan dalam struktur sosial dari
solidaritas mekanik ke solidaritas organik
METODE PENELITIAN
(Doyle Paul Johnson: 1994). Solidaritas
a. Lokasi Penelitian
mekanik didasarkan pada suatu kesadaran
kolektif bersama (collective consciousness/
Kabupaten Ponorogo merupakan
conscience), yang menunjukkan pada
salah satu kabupaten yang berada di wilayah
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
17
Propinsi Jawa Timur bagian Barat. Wilayah
terhadap subyek penelitian. Dengan teknik
Kabupaten Ponorogo berbatasan dengan :
ini subyek penelitian (pedagang sayur
sebelah utara Kabupaten Madiun, Magetan
keliling), semakin terbuka dan leluasa dalam
dan Nganjuk, sebelah timur Kabupaten
memberikan informasi atau data, serta
Tulungagung dan Trenggalek, sebelah
mengemukakan pengalamanya terhadap
selatan Kabupaten Pacitan, dan sebelah
permasalahan penelitian. Disamping itu,
barat Kabupaten Pacitan dan Wonogiri
pengumpulan data juga dilakukan dengan
(Jawa Tengah). Jumlah kecamatan yang
observasi atau pengamatan secara langsung
ada di Kabupaten Ponorogo sebanyak 21
di lokasi tempat mangkal pedagang sayur
kecamatan. Kecamatan Ponorogo, atau
keliling dan di pasar stasiun dan songgo
sering disebut dengan Kecamatan Kota,
langit agar dapat diketahui gambaran
merupakan salah satu kecamatan yang
berlangsungnya aktivitas mereka.
ada di Kabupaten Ponorogo dan sebagai
2. Dokumentasi
pusat pemerintahan dan pusat aktifitas
Dokumentasi dengan mengambil
perekonomian. Di wilayah Kecamatan Kota
dari literatur dan referensi lainnya berupa
tersebut banyak dijumpai aktifitas ekonomi
makalah serta hasil penelitian yang
sektor informal, termasuk di dalamnya
dilakukan
pedagang sayur keliling. Daya tarik
dengan penelitian.
perkembangan aktifitas ekonomi di Kota
2. Teknik Penentuan Informan
sebelumnya
yang
relevan
Ponorogo telah banyak menarik perhatian
Dalam penelitian ini yang menjadi
dari masyarakat dari luar Kabupaten
informan adalah individu, sebagai anggota
Ponorogo untuk membuka usaha di Kota
kelompok pedagang sayur keliling di Kota
Ponorogo. Salah satu aktifitas ekonomi
Ponorogo, dengan kriteria : a) Pedagang
sektor informal, khususnya pedagang sayur
sayur keliling yang termasuk golongan
keliling atau bakul ethek .
Mandiri 3 orang, b) Pedagang sayur keliling
yang termasuk golongan Semi Mandiri
3 orang c) Pedagang sayur keliling yang
b. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Wawancara
Terkait dengan
termasuk golongan Non Mandiri 3 orang.
atau
Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
informan ditetapkan dengan menggunakan
maka teknik pengumpulan data dengan
teknik Proporsional Sampling.
menggunakan
18
informasi
Wawancara
Mendalam
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
3. Teknik Analisis Data
Berdasarkan pendekatan kualitatif,
teknik
analisis
data
pada
dasarnya
proses analisis data tersebut dinamakan
Model Analisis Interaktif.
berproses pada bentuk Induksi-InterpretasiKonseptualisasi. Induksi merupakan tahap
HASIL DAN PEMBAHASAN
awal dalam pengumpulan dan penyajian
lapangan.
A. Kondisi Lokasi Penelitian
Kabupaten Ponorogo memiliki
fasilitas perdagangan yang cukup lengkap
Data dikumpulkan dan dianalisis setiap
yang berupa pasar dan pertokoan yang
meninggalkan lapangan. Interpretasi Data
tersebar di seluruh wilayah. Pasar-pasar
merupakan upaya yang dilakukan oleh
besar kabupaten Ponorogo antara lain salah
peneliti untuk mengurai informasi atau data
satunya adalah Pasar Legi atau sekarang
yang disampaikan oleh informan termasuk
disebut Pasar Songgo Langit yang terletak
makna yang tersembunyi dibalik informasi
di
atau
Kota Ponorogo. Pasar Songgo langit
data yang diperoleh
data
dari
tersebut.
Konseptualisasi
jalan
Soekarno-Hata
merupakan upaya yang dilakukan peneliti
sebagai
bersama dengan para informan dalam
dan modern yang menjadi kebanggaan
memberikan pernyataan tentang yang
masyarakat Ponorogo, kegiatan ekonomi
sebenarnya dialami oleh para informan
dilakukan setiap hari , sehingga kegiatan
termasuk terhadap makna tersembunyi
perekonomian terjadi secara ritin dan
dibalik
menetap sering disebut pasar harian.
informasi
atau
data
yang
disampaikan oleh para informan. Dalam
pusat
Kecamatan
Para
perdagangantradisional
pedagang
mulai
pendekatan kualitatif, aktifitas analisis
menjajakan dagangannya sekitar pukul
data dilakukan di lapangan dan bahkan
05.00 pagi, tetapi sebenarnya kegiatan
bersamaan dengan proses pengumpulan
mereka di mulai sejak larut malam untuk
data dalam wawancara mendalam. Reduksi
belanja barang – barang dagangannya
data dan sajian data merupakan dua
di Pasar subuh ( pasar Stasiun dan pasar
komponen dalam analisis data. Jika terjadi
Songgo Langit). Sayuran harus dibeli
kesimpulan yang dianggap kurang memadai
larut malam atau subuh supaya mereka
maka
verifikasi
mendapatkan sayuran segar dan murah.
dengan sasaran yang lebih terfokus.
Pedagang sayur menjajakan dagangannya
Ketiga komponen aktifitas tersebut saling
dengan mengendari motornya menuju
berinteraksi sampai diperoleh kesimpulan
pemukiman – pemukiman penduduk yang
yang mantap. Menurut Sutopo (2002),
padat
diperlukan
aktifitas
misalnya
perumahan-perumahan
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
19
atau ke kampung- kampung yang daerah
sayur keliling dantidak repot-repot belanja
tersebut
ke pasar tradisional .
memiliki
kebiasaan
untuk
belanja menunggu lewatnya pedagang
B. Data Informan
Tabel 1. Nama-nama Informan
NO NAMA
1.
SUNARJI
2.
SUWITO
3.
KUSNADI
4.
NURKHOLIS
5.
PRAYITNO
6.
MARTOYO
7.
RAMELAN
8.
HARDI
9.
DIDIK
Sumber data : hasil wawancara
2. Riwayat Kerja
DAERAH ASAL
SAWOO
SOOKO
SAMBIT
BALONG
SUMOROTO
PUDAK
BUNGKAL
SLAHUNG
JENANGAN
KRETERIA MODAL
MANDIRI
MANDIRI
MANDIRI
MANDIRI
SEMI MANDIRI
SEMI MANDIRI
SEMI MANDIRI
NON MANDIRI
NON MANDIRI
Tabel 2 . Riwayat Kerja Pedagang Sayur
NAMA
PEKERJAAN
TERAKHIR
ALASAN GANTI
PEKERJAAN
BERDAGANG
SAYUR MULAI
TH
SUNARJI
Sopir
Jadi sopir capek
2010
SUWITO
Menjahit pakaian
2012
KUSNADI
Pedagang kelontong
NURKOLIS
PRAYITNO
Jualan pakaian
Buruh tani
MARTOYO
RAMELAN
Buruh tani
Tukang kayu
HARDI
Kuli bangunan
TOTOK
Tukang batu
Pedagang sayur lebih
menguntungkan
Ingin penghasilannya
bertambah baik
Hasilnya sedikit
Pendapatan bertani
tidak mencukupi
Penghasilannya kecil
Meningkatkan ekonomi
keluarga
Penghasilannya tidak
menentu
Mencukupi kebutuhan
keluarga
Sumber data : hasil wawancara
20
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
1999
2005
2003
2006
2000
2007
2009
3. Kegiatan Pedagang Sayur Keliling
Tabel 3. Siklus Hidup dan Kegiatan Pedagang Sayur (dalam 24 Jam )
WAKTU
KEGIATAN
24.00 – 01.00
Bangun persiapan ke
pasar
Berangkat ke pasar
01.30 – 02.00
02.00 – 05.00
05.15 – 05.30
06.00 – 12.00
12.00 -13.30
13.30 – 16.00
16.00 – 20,30
20.30 – 24.00
KETERANGAN
Naik motornya
Membeli dan menata
Sholat subuh
barang dagangan
Tiba di lokasi
Membunyikan klakson
penjualan pertama
Menjajakan dagangan
Pulang
Makan dan istirahat
Istirahat
Kegiatan lain
Tidur
Sumber data hasil wawancara
C. DISKRIPSI
SOLIDARITAS
ANTAR KAUM LAKI – LAKI
SEBAGAI PEDAGANG SAYUR
organik tidak dapat terpisahkan , walaupun
secara definisi
ada perbedaan dalam
karakteristik.Dalam penelitian solidaritas
KELILING
kaum laki-laki pedagang sayur keliling di
Dari
pendapat
yang
meliputi
pasar Stasiun dan pasar Songgo Langit
indicator
dari
solidaritas
Organik
menunjukan adanya solidaritas mekanik
bahwa
adanya
saling
ketergantungan
dengan indicator moral, kepercayaan,
dalam ikatan kerja yang diatur dengan
kebersamaan, dan kesetiakawanan yang
perbedaan
kemampuan
individu
dari
sangat
erat
dan
saling
berhubungan
kaum laki-laki pedagang sayur keliling
diantara para kaum laki-laki pedagang
untuk menentukan tingkat kepentingan
sayur keliling , hal ini juga tidak dapat
kegiatannya dalam berdagang, hal ini
terpisahkan
dari
pengaruh
solidaritas
terjadi karena heterogenitas jenis barang
organic yang menentukan individu untuk
dagangan yang dijual oleh pedagang sayur
dapat
bertindak
secara
professional
keliling , sehingga bisa bersifat otonom.
dalam kegiatannya
berdagang untuk
Jadi dapat dianalisa bahwa antara
menentukan permodalan, kualitas barang
solidaritas mekanik maupun solidaritas
dagangan, jenis barang yang dijual harga
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
21
dan proses penjualannya sehingga terjadi
selalu bertanggung jawab terhadap apa yang
tawar menawar yang sesuai dengan kondisi
dilakukan dari apa yang sudah menjadi
pasar secara rasional .
kesepatan bersama. Kebersamaan terjalin
baik ini dapat menciptakan rasa manusiawi
D.
SOSIAL
bersikap peduli terhadap persoalan sesama
SEBAGAI
teman, yang akhirnya terwujudnya rasa
DISKRIPSI MODAL
KAUM
LAKI-LAKI
PEDAGANG SAYUR KELILING.
kesetikawanan yang kuat diantara kaum
Dari beberapa pendapat tersebut
laki-laki sebagai pedagang sayur keliling
diatas dianalisa dan disimpulkan bahwa
dan terciptanya visi dan misi, tujuan yang
Modal social merupakan faktor yang
sama, sehingga dapat menghindari rasa
sangat
kecurigaan dan konflik aantar pedagang
penting
yang
melipti
unsur-
unsur partisipasi, pertemanan, tolenransi,
sayur keliling.
kemandirian, kedisiplinan,kesabaran,kera
Adapun
saling
Organik
mahan dan menjagakualitas barang, inipun
bahwa
juga tidak terpisahkan dengan adanya
dalam ikatan kerja yang diatur dengan
solidaritas yang dimiliki oleh kaum laki-
perbedaan
laki sebagai pedagang sayur keliling. Modal
kaum laki-laki pedagang sayur keliling
social sebagai proses untuk menciptakan
untuk menentukan tingkat nkepentingan
jalinan kerja sama antar kaum laki-laki
kegiatannya dalam berdagang, hal ini
sebagai pedagang sayur keliling yang
terjadi karena heterogenitas jenis barang
dilandasi norma-norma yang membentuk
dagangan yang dijual oleh pedagang sayur
kualitas dan kuantitas hubungan sosial
keliling , sehingga bisa bersifat otonom.
dalam masyarakat.
adanya
solidaritas
kemampuan
ketergantungan
individu
dari
Jadi antara solidaritas mekanik
maupun solidaritas organik tidak dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
terpisahkan , walaupun secara definisi
KESIMPULAN
ada
perbedaan
dalam
karakteristik.
Dapat disimpulkan bahwa masalah
Dalam
solidaritas Mekanik dalam hal
penelitian
solidaritas
laki-laki pedagang sayur keliling
yang
berhubungan
dengan
kaum
Moral
di
peraturan
pasar Stasiun dan pasar Songgo Langit
transaksi perdagangan jual beli itu ada
menunjukan adanya solidaritas mekanik
,tetapi tidak tertulis ,namun tetap ditaati
dengan indicator moral, kepercayaan,
dan dilaksanakan, ini menimbulkan rasa
kebersamaan, dan kesetiakawanan yang
kepercayaan pada setiap individu untuk
22
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
sangat erat dan saling berhubungan
informal khususnya pedagang sayur
diantara para kaum laki-laki pedagang
keliling dan memberika pembinaan
sayur keliling , hal ini juga tidak dapat
terhadap
terpisahkan dari pengaruh solidaritas
dalam hal pemberdayaan dalam bidang
organic yang menentukan individu untuk
permodalan dan pengelolaan modal
dapat
professional
untuk
dalam kegiatannya berdagang untuk
Kaum
menentukan permodalan, kualitas barang
keliling dimohon untuk selalu menjaga
dagangan, jenis barang yang dijual harga
hubungan kebersamaan solidaritas , agar
dan proses penjualannya sehingga terjadi
tercipta hubungan yang harmonis antara
tawar menawar yang sesuai dengan
pedagang sayur keliling di Pasar Songgo
kondisi pasar secara rasional
Langit Ponorogo.
bertindak
secara
Dari Modal social merupakan
factor
yang
melipti
sangat
pertemanan,
sayur
keliling
peningkatan ekonomi . Bagi
Laki-laki
Masyarakat
pedagang
agar
sayur
melakukan
yang
penelitian lanjutan untuk memberikan
partisipasi,
wawasan baru sebagai penelitian social
tolenransi, kemandirian,
yang berkaitan dengan masalah pedagang
unsure-
penting
Bagi
pedagang
unsur
kedisiplinan,kesabaran,kera
mahan
sayur keliling.
dan menjagakualitas barang, inipun
juga tidak terpisahkan dengan adanya
solidaritas yang dimiliki oleh kaum
laki- laki sebagai pedagang sayur keliling.
Modal social sebagai proses untuk
menciptakan jalinan kerja sama antar
kaum laki-laki sebagai pedagang sayur
keliling yang dilandasi norma-norma
yang membentuk kualitas dan kuantitas
hubungan sosial dalam masyarakat.
SARAN
Bagi Pemerintah PEMDA khususnya
Dinas Pengelolaan Pasar diharapkan
diharapkan
terkait
membuat
pengembangan
kebijakan
usaha
sektor
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
23
DAFTAR PUSTAKA
Akatiga, 1998, ”Sektor Jasa Perdagangan
(Suatu Fenomenal Krisis) : Studi Kasus Pedagang Angkringan di Yogyakarta”, dalam :
http://www.akatiga.or.id.
Aloysius Gunadi Brata, 2004, ”Nilai Ekonomis
Modal Sosial Pada Sektor Informal Perkotaan”, email : aloy.gb@mail.uajy.ac.id, Agustus
2004, Lembaga Penelitian Universitas Atma
Jaya.
Arif Budiman, 1996, ”Teori Pembangunan
Di Negara Dunia Ketiga”,
Penerbit Gramedia, Jakarta.
Aris Marfai, 2005, ”Angkringan, Sebuah
Simbol Perlawanan”, dalam
: http://www.penu- lislepas.
com, 13 Agustus 2005.
Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan
Modal Sosial: Privatisasi
Ruang
di
Kampung”,
Universitas Gadjah Mada,
dalam Info URDI Volume 17,
Yogyakarta.
Damsar, 1997, ”Sosiologi Ekonomi ”, Cetakan
Pertama, Penerbit PT Raja
Grafindo Persada,Jakarta.
Doyle Paul Johnson, 1994, “Teori Sosiologi
Klasik
dan
Modern”,
Diindonesiakan oleh Rob- ert
M. Z. Lawang, Penerbit PT.
Gramadia Pustaka Utama,
Jakarta.
Ema Setijaningrum, 2001, ” Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan
Paguyuban PKL (Pedagang
Kaki Lima) dalam Pembinaan
Terhadap
Anggotanya”,
dalam: http://fe.digilib.unair.
ac.id.
Gunawan dan Sugiyanto, 2005, ”Kondisi
Keluarga Fakir Miskin” dalam
: http://www.dep- sos.go.id/
Balatbang /Puslitbang%20
UKS/2005/gunawan.htm.
24
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
Hamidi, 2004, ”Metode Penelitian Kualitatif”,
Edisi
Kedua,
Penerbit
Universitas Muham- madiyah
Malang, Malang.
Hidayat, 1983, ”Definisi, Kreteria dan Evolusi
Konsep Sektor Informal :
Sumbangan Pe- mikiran untuk
Repelita IV ”, ANALISA, Tahun
XII, Nomor 7, Fakultas Ekonomi, Universitas Pedjajaran,
Bandung.
Kartini Kartono, dkk., 1980, ”Pedagang
Kaki Lima sebagai Realita
Urbanisasi dalam Rang- ka
Menuju Bandung Kota Indah”,
FISIP Universitas Katolik
Parahiyangan, Bandung.
Mulyanto, 2007, ”Pengaruh Motivasi dan
Kemampuan
Manajerial
Terhadap Kinerja Usaha
Pedagang Kaki Lima Menetap
(Suatu Survai pada Pusat
Perdagangan dan Wisata
Di Kota Surakarta)”, dalam
Jurnal BENEFIT, Volume 11,
Nomor 1, Juni 2007, Fakultas
Ekonomi Uni
SEBAGAI PEDAGANG SAYUR KELILING ATAU BAKUL
ETHEK DI PASAR SONGGO LANGIT PONOROGO
OLEH
EKAPTI WAHJUNI DJ
Email:ekapti_wahjuni@umpo.ac.id
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
ABSTRAK
Kota Ponorogo merupakan kota yang penduduknya sangat heterogen, hal ini
menimbulkan keragaman dalam pekerjaan. Salah satu pekerjaan yang begitu marak yaitu
pedagang sayur keliling yang lokasi penjualan pedagang sayur keliling menyebar,
hampir di seluruh kota Ponorogo sampai ke pedesaan. Masyarakat Ponorogo dalam
menyebutkan pedagang sayur keliling dengan istilah “Bakul ethek”. Dapat disimpulkan
bahwa masalah solidaritas Mekanik dalam hal Moral yang berhubungan dengan
peraturan transaksi perdagangan jual beli itu ada ,tetapi tidak tertulis,namun tetap
ditaati dan dilaksanakan, ini menimbulkan rasa kepercayaan pada setiap individu untuk
selalu bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan dari apa yang sudah menjadi
kesepatan bersama. Kebersamaan terjalin baik ini dapat menciptakan rasa manusiawi
bersikap peduli terhadap persoalan sesama teman, yang akhirnya terwujudnya rasa
kesetikawanan yang kuat diantara kaum laki-laki sebagai pedagang sayur keliling
dan terciptanya visi dan misi, tujuan yang sama, sehingga dapat menghindari rasa
kecurigaan dan konflik aantar pedagang sayur keliling. Adapun solidaritas Organik
bahwa adanya saling ketergantungan dalam ikatan kerja yang diatur dengan perbedaan
kemampuan individu dari kaum laki-laki pedagang sayur keliling untuk menentukan
tingkat nkepentingan kegiatannya dalam berdagang, hal ini terjadi karena heterogenitas
jenis barang dagangan yang dijual oleh pedagang sayur keliling , sehingga bisa bersifat
otonom.
Keywords: SOLIDARITAS,LAKI-LAKI,PEDAGANG
SAYUR KELILING, BAKUL
ETHEK, PASAR SONGGO LANGIT, PONOROGO
PENDAHULUAN
mereka secara langsung maupun tidak
Kota Ponorogo merupakan kota
yang penduduknya
sangat
langsung telah memberikan kemudahan
heterogen,
masyarakat khususnya para ibu , untuk
hal ini menimbulkan keragaman dalam
belanja ditempat atau pangkalan pedagang
pekerjaan. Salah satu pekerjaan yang
sayur keliling. Dengan demikian para
begitu marak yaitu pedagang sayur keliling
pedagang sayur keliling berusaha dapat
yang lokasi penjualan pedagang sayur
mempertahankan dan mengembangkan
keliling menyebar, hampir di seluruh kota
usahanya agar mereka mampu bersaing
Ponorogo sampai ke pedesaan. Keberadaan
dengan
pedagang
lainnya,
caranya
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
15
memberikan
pelayanan
dengan
baik
kepada pembeli atau pelanggannya.
Masyarakat
Ponorogo
Adapun motivasi yang paling kelihatan
adalah untuk mencari nafkah
karena
dalam
tidak berpenghasilan , maka dengan
menyebutkan pedagang sayur keliling
berdagang akan mendapatkan keuntungan
dengan istilah “Bakul ethek”. “Kenapa
yang memadai,apabila bisa melihat pasar
disebut bakul ethek?” sebagai bakul
yang akan dikunjungi sebagai sasaran
ethek karena umumnya mereka memakai
penjualan dagangannya atau mendapatkan
gerobak (keranjang) yang sebagai tempat
wilayah dan pelanggan yang tetap dalam
menaruh dagangan.Para pedagang ethek /
berbelanja.
pedagang sayur keliling ini banyak yang
(Vegetable merchant circle) adalah salah
masih muda, tapi ada juga yang sudah
satu usaha yang merupakan suatu kegiatan
berusia tua dan tidak sedikit para ibu-
Perdagangan eceran dan melaksanakan
ibu yang memilih pekerjaan ini. Tentu
pemberian jasa. Pedagang Sayur Keliling
alasannya adalah karena profesi bakul
merupakan salah satu pekerjaan yang
ethek penghasilannya sangat lumayan.
penting dalam mengurangi pengangguran.
Pedagang
Sayur
Keliling
Dengan maraknya bakul ethek/ pedagang
Di Ponorogo pedagang sayuran
sayur keliling ini tentunya memberikan
keliling mempunyai cara dalam membeli
kemudahan bagi para ibu rumah tangga
dagangan yang akan dijual,diantaranya
yang merasa di untungkan. Kalau biasanya
mereka ada yang mengambil sayuran dari
mereka pergi kepasar untuk membeli
pasar stasiun atau pasar songolangit ada
sayuran guna menyiapkan makan keluarga
juga yang membeli langsung dari petani
dengan adanya bakul ethek /pedagang
yang sengaja datang menjual sayurannya
sayur keliling mereka tidak usah harus
ke rumah mereka, kemudian mereka
kepasar.
jual dengan cara berkeliling ke kampung-
Perkembangan
sayur
kampung, ada juga yang berkeliling
keliling yang dilakukan oleh kaum laki-
mengisi warung belanja rumahan dan
laki menunjukan adanya kesadaran dan
mendatangi para langganan misalnya rumah
kesamaan gender dalam pekerjaan ,karena
makan. Meski faktor daya saing dalam
pekerjaan ini tidak terlalu membutuhkan
strategi pemasaran kadang ketat, hingga
ketrampilan dan pendidikan yang khusus,
tak jarang memunculkan pertikaian. Hal itu
tetapi didasarkan oleh motivasi –motivasi
tak terlalu berpengaruh bagi para pedagang
untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.
sayur keliling tidak ada persaingan yang
16
pedagang
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
sengit antara para pedagang ,karena para
totalitas
pedagang sayur keliling sudah mempunyai
sentimen-sentimen bersama yang rata-rata
daerah kekuasaan atau pangkalan berhenti
ada pada warga masyarakat yang sama itu.
dan
dan
Solidaritas ini tergantung pada individu-
pembagian jam keliling yang berbeda di
individu yang memiliki sifat-sifat yang
setiap daerah , walaupun terkadang saling
sama, menganut kepercayaan dan pola
bersaing dalam soal harga memang lebih
normatif yang sama pula
murah di pasar di bandingkan dengan biaya
B.TEORI MODAL SOSIAL
langganan
masing-masing
pergi ke pasar tetap lebih murah.
kepercayaan-kepercayaan
dan
Menurut Putnam (1993) bahwa
belakang
timpotertian”Definisi ini Trust,Network dan
masalah tersebut diatas ,maka peneliti
Civil society adalah sesuatu yang lahir adanya
merumuskan sebagai berikut:
modal sosial. Dengan kata lain modal sosial
1. Bagaimanakah solidaritas antar kaum
tidak berada dalam jaringan,namun pada diri
Berdasarkan
latar
laki- laki sebagai pedagang sayur
individu-individunya
keliling atau bakul ethek ?
C. TEORI INTERAKSI SOSIAL
2. Bagaimanakah Modal Sosial kaum
Suatu
Interaksi
social
tidak
laki- laki sebagai pedagang sayur
mungkin terjadi bila tidak memenuhi dua
keliling atau bakul ethek ?
syarat berikut : 1. Ada Kontak Sosial, 2.
Ada komunikasi antar pelaku-pelaku yang
TINJAUAN PUSTAKA
berinterksi ( Soekamto, 1998).Menurut
A.TEORI SOLIDARITAS
Loomis dalam Taneko (1993 ) menyatakan
Emile Durkheim (tahun 1964)
cirri-ciri interaksi social adalah : 1.
telah mengenalkan
Teori
Solidaritas,
Jumlah pelaku 2 orang atau lebih.2.
melalui karyanya yang berjudul
The
Adanya komunikasi antara pelaku dengan
Devision of Labour in Society, yang
menggunakan symbol-simbol.3. Adanya
menjelaskan bahwa pertumbuhan dalam
dimensi waktu masa lampau,kini dan yang
pembagian kerja meningkatkan suatu
akan dating.4. Adanya tujuan tertentu.
perubahan dalam struktur sosial dari
solidaritas mekanik ke solidaritas organik
METODE PENELITIAN
(Doyle Paul Johnson: 1994). Solidaritas
a. Lokasi Penelitian
mekanik didasarkan pada suatu kesadaran
kolektif bersama (collective consciousness/
Kabupaten Ponorogo merupakan
conscience), yang menunjukkan pada
salah satu kabupaten yang berada di wilayah
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
17
Propinsi Jawa Timur bagian Barat. Wilayah
terhadap subyek penelitian. Dengan teknik
Kabupaten Ponorogo berbatasan dengan :
ini subyek penelitian (pedagang sayur
sebelah utara Kabupaten Madiun, Magetan
keliling), semakin terbuka dan leluasa dalam
dan Nganjuk, sebelah timur Kabupaten
memberikan informasi atau data, serta
Tulungagung dan Trenggalek, sebelah
mengemukakan pengalamanya terhadap
selatan Kabupaten Pacitan, dan sebelah
permasalahan penelitian. Disamping itu,
barat Kabupaten Pacitan dan Wonogiri
pengumpulan data juga dilakukan dengan
(Jawa Tengah). Jumlah kecamatan yang
observasi atau pengamatan secara langsung
ada di Kabupaten Ponorogo sebanyak 21
di lokasi tempat mangkal pedagang sayur
kecamatan. Kecamatan Ponorogo, atau
keliling dan di pasar stasiun dan songgo
sering disebut dengan Kecamatan Kota,
langit agar dapat diketahui gambaran
merupakan salah satu kecamatan yang
berlangsungnya aktivitas mereka.
ada di Kabupaten Ponorogo dan sebagai
2. Dokumentasi
pusat pemerintahan dan pusat aktifitas
Dokumentasi dengan mengambil
perekonomian. Di wilayah Kecamatan Kota
dari literatur dan referensi lainnya berupa
tersebut banyak dijumpai aktifitas ekonomi
makalah serta hasil penelitian yang
sektor informal, termasuk di dalamnya
dilakukan
pedagang sayur keliling. Daya tarik
dengan penelitian.
perkembangan aktifitas ekonomi di Kota
2. Teknik Penentuan Informan
sebelumnya
yang
relevan
Ponorogo telah banyak menarik perhatian
Dalam penelitian ini yang menjadi
dari masyarakat dari luar Kabupaten
informan adalah individu, sebagai anggota
Ponorogo untuk membuka usaha di Kota
kelompok pedagang sayur keliling di Kota
Ponorogo. Salah satu aktifitas ekonomi
Ponorogo, dengan kriteria : a) Pedagang
sektor informal, khususnya pedagang sayur
sayur keliling yang termasuk golongan
keliling atau bakul ethek .
Mandiri 3 orang, b) Pedagang sayur keliling
yang termasuk golongan Semi Mandiri
3 orang c) Pedagang sayur keliling yang
b. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Wawancara
Terkait dengan
termasuk golongan Non Mandiri 3 orang.
atau
Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
informan ditetapkan dengan menggunakan
maka teknik pengumpulan data dengan
teknik Proporsional Sampling.
menggunakan
18
informasi
Wawancara
Mendalam
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
3. Teknik Analisis Data
Berdasarkan pendekatan kualitatif,
teknik
analisis
data
pada
dasarnya
proses analisis data tersebut dinamakan
Model Analisis Interaktif.
berproses pada bentuk Induksi-InterpretasiKonseptualisasi. Induksi merupakan tahap
HASIL DAN PEMBAHASAN
awal dalam pengumpulan dan penyajian
lapangan.
A. Kondisi Lokasi Penelitian
Kabupaten Ponorogo memiliki
fasilitas perdagangan yang cukup lengkap
Data dikumpulkan dan dianalisis setiap
yang berupa pasar dan pertokoan yang
meninggalkan lapangan. Interpretasi Data
tersebar di seluruh wilayah. Pasar-pasar
merupakan upaya yang dilakukan oleh
besar kabupaten Ponorogo antara lain salah
peneliti untuk mengurai informasi atau data
satunya adalah Pasar Legi atau sekarang
yang disampaikan oleh informan termasuk
disebut Pasar Songgo Langit yang terletak
makna yang tersembunyi dibalik informasi
di
atau
Kota Ponorogo. Pasar Songgo langit
data yang diperoleh
data
dari
tersebut.
Konseptualisasi
jalan
Soekarno-Hata
merupakan upaya yang dilakukan peneliti
sebagai
bersama dengan para informan dalam
dan modern yang menjadi kebanggaan
memberikan pernyataan tentang yang
masyarakat Ponorogo, kegiatan ekonomi
sebenarnya dialami oleh para informan
dilakukan setiap hari , sehingga kegiatan
termasuk terhadap makna tersembunyi
perekonomian terjadi secara ritin dan
dibalik
menetap sering disebut pasar harian.
informasi
atau
data
yang
disampaikan oleh para informan. Dalam
pusat
Kecamatan
Para
perdagangantradisional
pedagang
mulai
pendekatan kualitatif, aktifitas analisis
menjajakan dagangannya sekitar pukul
data dilakukan di lapangan dan bahkan
05.00 pagi, tetapi sebenarnya kegiatan
bersamaan dengan proses pengumpulan
mereka di mulai sejak larut malam untuk
data dalam wawancara mendalam. Reduksi
belanja barang – barang dagangannya
data dan sajian data merupakan dua
di Pasar subuh ( pasar Stasiun dan pasar
komponen dalam analisis data. Jika terjadi
Songgo Langit). Sayuran harus dibeli
kesimpulan yang dianggap kurang memadai
larut malam atau subuh supaya mereka
maka
verifikasi
mendapatkan sayuran segar dan murah.
dengan sasaran yang lebih terfokus.
Pedagang sayur menjajakan dagangannya
Ketiga komponen aktifitas tersebut saling
dengan mengendari motornya menuju
berinteraksi sampai diperoleh kesimpulan
pemukiman – pemukiman penduduk yang
yang mantap. Menurut Sutopo (2002),
padat
diperlukan
aktifitas
misalnya
perumahan-perumahan
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
19
atau ke kampung- kampung yang daerah
sayur keliling dantidak repot-repot belanja
tersebut
ke pasar tradisional .
memiliki
kebiasaan
untuk
belanja menunggu lewatnya pedagang
B. Data Informan
Tabel 1. Nama-nama Informan
NO NAMA
1.
SUNARJI
2.
SUWITO
3.
KUSNADI
4.
NURKHOLIS
5.
PRAYITNO
6.
MARTOYO
7.
RAMELAN
8.
HARDI
9.
DIDIK
Sumber data : hasil wawancara
2. Riwayat Kerja
DAERAH ASAL
SAWOO
SOOKO
SAMBIT
BALONG
SUMOROTO
PUDAK
BUNGKAL
SLAHUNG
JENANGAN
KRETERIA MODAL
MANDIRI
MANDIRI
MANDIRI
MANDIRI
SEMI MANDIRI
SEMI MANDIRI
SEMI MANDIRI
NON MANDIRI
NON MANDIRI
Tabel 2 . Riwayat Kerja Pedagang Sayur
NAMA
PEKERJAAN
TERAKHIR
ALASAN GANTI
PEKERJAAN
BERDAGANG
SAYUR MULAI
TH
SUNARJI
Sopir
Jadi sopir capek
2010
SUWITO
Menjahit pakaian
2012
KUSNADI
Pedagang kelontong
NURKOLIS
PRAYITNO
Jualan pakaian
Buruh tani
MARTOYO
RAMELAN
Buruh tani
Tukang kayu
HARDI
Kuli bangunan
TOTOK
Tukang batu
Pedagang sayur lebih
menguntungkan
Ingin penghasilannya
bertambah baik
Hasilnya sedikit
Pendapatan bertani
tidak mencukupi
Penghasilannya kecil
Meningkatkan ekonomi
keluarga
Penghasilannya tidak
menentu
Mencukupi kebutuhan
keluarga
Sumber data : hasil wawancara
20
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
1999
2005
2003
2006
2000
2007
2009
3. Kegiatan Pedagang Sayur Keliling
Tabel 3. Siklus Hidup dan Kegiatan Pedagang Sayur (dalam 24 Jam )
WAKTU
KEGIATAN
24.00 – 01.00
Bangun persiapan ke
pasar
Berangkat ke pasar
01.30 – 02.00
02.00 – 05.00
05.15 – 05.30
06.00 – 12.00
12.00 -13.30
13.30 – 16.00
16.00 – 20,30
20.30 – 24.00
KETERANGAN
Naik motornya
Membeli dan menata
Sholat subuh
barang dagangan
Tiba di lokasi
Membunyikan klakson
penjualan pertama
Menjajakan dagangan
Pulang
Makan dan istirahat
Istirahat
Kegiatan lain
Tidur
Sumber data hasil wawancara
C. DISKRIPSI
SOLIDARITAS
ANTAR KAUM LAKI – LAKI
SEBAGAI PEDAGANG SAYUR
organik tidak dapat terpisahkan , walaupun
secara definisi
ada perbedaan dalam
karakteristik.Dalam penelitian solidaritas
KELILING
kaum laki-laki pedagang sayur keliling di
Dari
pendapat
yang
meliputi
pasar Stasiun dan pasar Songgo Langit
indicator
dari
solidaritas
Organik
menunjukan adanya solidaritas mekanik
bahwa
adanya
saling
ketergantungan
dengan indicator moral, kepercayaan,
dalam ikatan kerja yang diatur dengan
kebersamaan, dan kesetiakawanan yang
perbedaan
kemampuan
individu
dari
sangat
erat
dan
saling
berhubungan
kaum laki-laki pedagang sayur keliling
diantara para kaum laki-laki pedagang
untuk menentukan tingkat kepentingan
sayur keliling , hal ini juga tidak dapat
kegiatannya dalam berdagang, hal ini
terpisahkan
dari
pengaruh
solidaritas
terjadi karena heterogenitas jenis barang
organic yang menentukan individu untuk
dagangan yang dijual oleh pedagang sayur
dapat
bertindak
secara
professional
keliling , sehingga bisa bersifat otonom.
dalam kegiatannya
berdagang untuk
Jadi dapat dianalisa bahwa antara
menentukan permodalan, kualitas barang
solidaritas mekanik maupun solidaritas
dagangan, jenis barang yang dijual harga
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
21
dan proses penjualannya sehingga terjadi
selalu bertanggung jawab terhadap apa yang
tawar menawar yang sesuai dengan kondisi
dilakukan dari apa yang sudah menjadi
pasar secara rasional .
kesepatan bersama. Kebersamaan terjalin
baik ini dapat menciptakan rasa manusiawi
D.
SOSIAL
bersikap peduli terhadap persoalan sesama
SEBAGAI
teman, yang akhirnya terwujudnya rasa
DISKRIPSI MODAL
KAUM
LAKI-LAKI
PEDAGANG SAYUR KELILING.
kesetikawanan yang kuat diantara kaum
Dari beberapa pendapat tersebut
laki-laki sebagai pedagang sayur keliling
diatas dianalisa dan disimpulkan bahwa
dan terciptanya visi dan misi, tujuan yang
Modal social merupakan faktor yang
sama, sehingga dapat menghindari rasa
sangat
kecurigaan dan konflik aantar pedagang
penting
yang
melipti
unsur-
unsur partisipasi, pertemanan, tolenransi,
sayur keliling.
kemandirian, kedisiplinan,kesabaran,kera
Adapun
saling
Organik
mahan dan menjagakualitas barang, inipun
bahwa
juga tidak terpisahkan dengan adanya
dalam ikatan kerja yang diatur dengan
solidaritas yang dimiliki oleh kaum laki-
perbedaan
laki sebagai pedagang sayur keliling. Modal
kaum laki-laki pedagang sayur keliling
social sebagai proses untuk menciptakan
untuk menentukan tingkat nkepentingan
jalinan kerja sama antar kaum laki-laki
kegiatannya dalam berdagang, hal ini
sebagai pedagang sayur keliling yang
terjadi karena heterogenitas jenis barang
dilandasi norma-norma yang membentuk
dagangan yang dijual oleh pedagang sayur
kualitas dan kuantitas hubungan sosial
keliling , sehingga bisa bersifat otonom.
dalam masyarakat.
adanya
solidaritas
kemampuan
ketergantungan
individu
dari
Jadi antara solidaritas mekanik
maupun solidaritas organik tidak dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
terpisahkan , walaupun secara definisi
KESIMPULAN
ada
perbedaan
dalam
karakteristik.
Dapat disimpulkan bahwa masalah
Dalam
solidaritas Mekanik dalam hal
penelitian
solidaritas
laki-laki pedagang sayur keliling
yang
berhubungan
dengan
kaum
Moral
di
peraturan
pasar Stasiun dan pasar Songgo Langit
transaksi perdagangan jual beli itu ada
menunjukan adanya solidaritas mekanik
,tetapi tidak tertulis ,namun tetap ditaati
dengan indicator moral, kepercayaan,
dan dilaksanakan, ini menimbulkan rasa
kebersamaan, dan kesetiakawanan yang
kepercayaan pada setiap individu untuk
22
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
sangat erat dan saling berhubungan
informal khususnya pedagang sayur
diantara para kaum laki-laki pedagang
keliling dan memberika pembinaan
sayur keliling , hal ini juga tidak dapat
terhadap
terpisahkan dari pengaruh solidaritas
dalam hal pemberdayaan dalam bidang
organic yang menentukan individu untuk
permodalan dan pengelolaan modal
dapat
professional
untuk
dalam kegiatannya berdagang untuk
Kaum
menentukan permodalan, kualitas barang
keliling dimohon untuk selalu menjaga
dagangan, jenis barang yang dijual harga
hubungan kebersamaan solidaritas , agar
dan proses penjualannya sehingga terjadi
tercipta hubungan yang harmonis antara
tawar menawar yang sesuai dengan
pedagang sayur keliling di Pasar Songgo
kondisi pasar secara rasional
Langit Ponorogo.
bertindak
secara
Dari Modal social merupakan
factor
yang
melipti
sangat
pertemanan,
sayur
keliling
peningkatan ekonomi . Bagi
Laki-laki
Masyarakat
pedagang
agar
sayur
melakukan
yang
penelitian lanjutan untuk memberikan
partisipasi,
wawasan baru sebagai penelitian social
tolenransi, kemandirian,
yang berkaitan dengan masalah pedagang
unsure-
penting
Bagi
pedagang
unsur
kedisiplinan,kesabaran,kera
mahan
sayur keliling.
dan menjagakualitas barang, inipun
juga tidak terpisahkan dengan adanya
solidaritas yang dimiliki oleh kaum
laki- laki sebagai pedagang sayur keliling.
Modal social sebagai proses untuk
menciptakan jalinan kerja sama antar
kaum laki-laki sebagai pedagang sayur
keliling yang dilandasi norma-norma
yang membentuk kualitas dan kuantitas
hubungan sosial dalam masyarakat.
SARAN
Bagi Pemerintah PEMDA khususnya
Dinas Pengelolaan Pasar diharapkan
diharapkan
terkait
membuat
pengembangan
kebijakan
usaha
sektor
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
23
DAFTAR PUSTAKA
Akatiga, 1998, ”Sektor Jasa Perdagangan
(Suatu Fenomenal Krisis) : Studi Kasus Pedagang Angkringan di Yogyakarta”, dalam :
http://www.akatiga.or.id.
Aloysius Gunadi Brata, 2004, ”Nilai Ekonomis
Modal Sosial Pada Sektor Informal Perkotaan”, email : aloy.gb@mail.uajy.ac.id, Agustus
2004, Lembaga Penelitian Universitas Atma
Jaya.
Arif Budiman, 1996, ”Teori Pembangunan
Di Negara Dunia Ketiga”,
Penerbit Gramedia, Jakarta.
Aris Marfai, 2005, ”Angkringan, Sebuah
Simbol Perlawanan”, dalam
: http://www.penu- lislepas.
com, 13 Agustus 2005.
Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan
Modal Sosial: Privatisasi
Ruang
di
Kampung”,
Universitas Gadjah Mada,
dalam Info URDI Volume 17,
Yogyakarta.
Damsar, 1997, ”Sosiologi Ekonomi ”, Cetakan
Pertama, Penerbit PT Raja
Grafindo Persada,Jakarta.
Doyle Paul Johnson, 1994, “Teori Sosiologi
Klasik
dan
Modern”,
Diindonesiakan oleh Rob- ert
M. Z. Lawang, Penerbit PT.
Gramadia Pustaka Utama,
Jakarta.
Ema Setijaningrum, 2001, ” Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan
Paguyuban PKL (Pedagang
Kaki Lima) dalam Pembinaan
Terhadap
Anggotanya”,
dalam: http://fe.digilib.unair.
ac.id.
Gunawan dan Sugiyanto, 2005, ”Kondisi
Keluarga Fakir Miskin” dalam
: http://www.dep- sos.go.id/
Balatbang /Puslitbang%20
UKS/2005/gunawan.htm.
24
Jurnal Aristo Vol.2 No. 2 Juli 2014
Hamidi, 2004, ”Metode Penelitian Kualitatif”,
Edisi
Kedua,
Penerbit
Universitas Muham- madiyah
Malang, Malang.
Hidayat, 1983, ”Definisi, Kreteria dan Evolusi
Konsep Sektor Informal :
Sumbangan Pe- mikiran untuk
Repelita IV ”, ANALISA, Tahun
XII, Nomor 7, Fakultas Ekonomi, Universitas Pedjajaran,
Bandung.
Kartini Kartono, dkk., 1980, ”Pedagang
Kaki Lima sebagai Realita
Urbanisasi dalam Rang- ka
Menuju Bandung Kota Indah”,
FISIP Universitas Katolik
Parahiyangan, Bandung.
Mulyanto, 2007, ”Pengaruh Motivasi dan
Kemampuan
Manajerial
Terhadap Kinerja Usaha
Pedagang Kaki Lima Menetap
(Suatu Survai pada Pusat
Perdagangan dan Wisata
Di Kota Surakarta)”, dalam
Jurnal BENEFIT, Volume 11,
Nomor 1, Juni 2007, Fakultas
Ekonomi Uni