Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 37 - 46 .

  1

  2

  3 Ika Nadia Lestari , Teuku Abdullah , Anwar Yoesoef

  Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

  Email: ikanadialestari06@gmail.com

  t.abdullahsakti@gmail.com

anwar@unsyiah.ac.id

ABTRASCT

  Coconut Shell Industry includes small industries. The industry is growing in Gampong Ujong Kareung, Kecamatan Sukajaya, Sabang. The existence of this industry has impacted the lives of local people, especially in social, economic and cultural aspects. The research entitled "The Development of Coconut Shell Industry in Gampong Ujong Kareung, Kecamatan Sukajaya, Sabang, 2005-2017", aims to (1) reconstruct the development of Coconut Shell Industry in Gampong Ujong Kareung, 2005-2017, (2) which influenced the community in Gampong Ujong Kareung worked as an employee of Coconut Batik Industry, 2005-2017, and (3) described the obstacles faced by coconut craft industry craftsmen in developing their business in Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang, 2005-2017. This research uses qualitative approach and historical method, which has the step of theme selection, heuristic, verification, interpretation and historiography. Technique of collecting data is done by interview, documentation, observation and literature study. Based on the results of the research, it is known that (1) Coconut Craft Industry in Gampong Ujong Kareung started since 1950, but in 2004 was stopped due to tsunami disaster and started back in 2005 until now. The development is seen from the number of employees, the number of production and the more diverse and the way of sales through order, promotion at the exhibition and entrust the handicrafts to the shops, (2) community factor Gampong Ujong Kareung work as employees of Batok Coconut Industry, namely economic factors, employment in other sectors, meaning the lack of non- formal jobs provided by the government and the desire to develop talents and interests, and (3) constraints Development of Coconut Shell Industry in Gampong Ujong Kareung is: limited raw materials and venture capital, competition with modern products , and less regeneration.

  Keywords: Development, Craft Industry, Coconut Shell, Gampong Ujong Kareung.

  1 2 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah. 3 Dosen Pembimbing Pertama.

  Dosen Pembimbing Kedua.

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 37 - 46 .

  ABSTRAK

  Industri Kerajian Batok Kelapa termasuk industri kecil. Industri ini berkembang di Gampong Ujong Kareung, Kecamatan Sukajaya, Sabang. Keberadaan industri ini telah berdampak bagi kehidupan masyarakat setempat terutama dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya. Penelitian yang berjudul “Perkembangan Industri Kerajinan Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung, Kecamatan Sukajaya, Sabang, 2005-2017”, bertujuan untuk (1) merekontruksi kembali perkembangan Industri Kerajinan Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung, 2005-2017, (2) menjelaskan faktor yang mempengaruhi masyarakat di Gampong Ujong Kareung bekerja sebagai karyawan industri Kerajinan Batok Kelapa, 2005-2017, dan (3) mendeskripsikan kendala yang dihadapi oleh pengrajin Industri Kerajinan Batok Kelapa dalam mengembangkan usahanya di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang, 2005-2017. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode sejarah, yang memiliki langkah pemilihan tema, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, observasi dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (1) Industri Kerajinan Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung dimulai sejak 1950, namun tahun 2004 sempat terhenti akibat bencana tsunami dan mulai kembali tahun 2005 hingga sekarang.

  Perkembangannya terlihat dari jumlah karyawan, jumlah produksi dan semakin beragam dan cara penjualan melalui order, promosi di pameran dan menitipkan hasil kerajinan ke toko-toko, (2) faktor masyarakat Gampong Ujong Kareung bekerja sebagai karyawan Industri Batok Kelapa, yaitu faktor ekonomi, minimnya lapangan pekerjaan di sektor lain, artinya kurangnya lapangan pekerjaan non formal yang disediakan oleh pihak pemerintahan dan keinginan mengembangkan bakat dan minat, dan (3) kendala Perkembangan Industri Kerajinan Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung ialah: keterbatasan bahan baku dan modal usaha, persaingan dengan produk modern, dan regenerasi semakin minim.

  Kata Kunci : Perkembangan, Industri Kerajinan, Batok Kelapa, Gampong Ujong Kareung.

  PENDAHULUAN Kelapa ini terus mengalami perkembangan

  dengan jumlah skala besar. Industri kerajinan

  Latar Belakang

  Batok Kelapa merupakan salah satu sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang

  Sejarah perkembangan kerajinan dapat menyerap tenaga kerja bagi masyarakat Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung,

  Kota Sabang, sehingga pengangguran dapat Kecamatan Sukajaya ini sudah dimulai secara dikurangi atau dihilangkan. Selain dapat turun temurun sebagai kerajinan industri mengurangi jumlah pengangguran, industri kecil. Namun seiring dengan industrialisasi kerajinan Batok Kelapa tersebut juga dapat dan menguatnya permintaan dari konsumen memberikan keuntungan material bagi baik yang berasal dari dalam negeri maupun pelakunya. luar negeri, industri kecil kerajinan Batok

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 37 - 46 .

  Industri kerajinan tangan Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang merupakan kegiatan produksi yang mengolah tempurung kelapa menjadi berbagai keperluan hidup masyarakat. Hasil produksi kerajinan Batok Kelapa berupa gelas minum, nampan, sendok, penutup lampu, garpu atau sendok sayur. Selain menghasilkan berbagai produksi, model yang diciptakan juga berbeda seperti model rel golder, cap lampu, peci, manik-manik dan lain-lain.

  Dalam perkembangannya industri kerajinan tangan Batok Kelapa ini terus mengalami ke arah yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan terus bermunculannya para karyawan. Industri ini pernah terhenti sekitar dua tahun pasca tsunami yang melanda Kota Sabang di akhir Desember 2004. Namun, pasca bencana itu aktivitas industri kerajinan Batok Kelapa ini kembali bermunculan dan bahkan terus berkembang, tidak hanya dari jumlah karyawan, tetapi jumlah produksi, distribusi dan bahkan harganya pun semakin meningkat dan beragam. Peningkatan ini turut dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu serta membawa dampak bagi kesejahteraan para karyawan.

  Hasil observasi awal yang penulis lakukan terhadap objek kajian ini diperoleh informasi bahwa sekalipun terlihat adanya perkembangan, namun para karyawan mengalami masalah dalam memproduksi Batok Kelapa karena bahan baku berupa tempurung kelapa ini terkadang masyarakat tidak mau memanfaatkannya. Pengusaha harus membeli bahan baku dari luar daerah.

  Apabila perolehan bahan baku berjalan dengan lancar, maka secara tidak langsung akan memacu peningkatan produksi guna memenuhi permintaan di pasar. Oleh karena itu, daerah asal bahan baku dalam hal ini perlu dipetakan, agar memudahkan dalam mengetahui daerah asal bahan baku dan jumlah bahan baku yang dapat dibeli dari suatu daerah.

  Adapun beberapa masalah lain yang sering dihadapi oleh para pengusaha Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang adalah keterbatasan modal dalam pengembangan usahanya. Keterbatasan modal membuat usaha mereka sulit untuk berkembang dan tidak mampu melayani permintaan pasar. Keterbatasan kemampuan memasarkan menyebabkan banyak produk kerajinan Batok Kelapa yang mutunya tinggi tetapi tidak dikenal dan tidak mampu menerobos pasar, karena keterbatasan informasi mengenai perubahan dan peluang pasar yang ada, keterbatasan dana untuk membiayai pemasaran atau promosi, keterbatasan pengetahuan mengenai bisnis dan strategi pemasaran.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan suatu penelitian dengan mengangkat judul “Perkembangan Industri Kerajinan Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung, Kecamatan Sukajaya, Sabang, 2005-2017”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana perkembangan industri kerajinan Batok

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 37 - 46 .

  Kelapa di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang, 2005-2017 ?; 2) Faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya bekerja sebagai karyawan industri kerajinan Batok Kelapa, 2005-2017?; dan 3) Apa saja kendala yang dihadapi oleh karyawan industri kerajinan Batok Kelapa dalam mengembangkan usahanya di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang, 2005-2017 ?

  Anggapan Dasar

  Anggapan dasar ialah pernyataan yang dapat digunakan sebagai landasan pikiran yang pasti untuk mengembangkan teori-teori dalam ilmu-ilmu sosial dan penelitian- penelitian ilmiah (Cholid Narbuko & Abu Ahmadi, 2010:23). Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah “salah satu usaha industri kerajinan tangan yang ditekuni oleh masyarakat di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang ialah kerajinan Batok Kelapa”.

  Kajian Pustaka

  Karya yang bertajuk “Seni Kerajinan

  Batok Kelapa Di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar” , yang ditulis oleh Putu Eka

  Juniarta, dkk. Dalam karya berupa jurnal yang dipublikasikan ini lebih menitik berat kajiannya pada bentuk motif dari hasil produksi Batok Kelapa menjadi alat berupa cenderamata. Berdasarkan kajian ini disebutkan ada beberapa motif, yaitu: Motif geometri, Motif Hias Non Geometris, Motif Hias Non Geometris (Bali dan Pewayangan),

  Berdasarkan hasil kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa seni kerajinan Batok Kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar bahwa motif hias yang dibuat pada seni kerajinan tempurung kelapa di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring , Kabupaten Gianyar, cukup beragam, namun dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu, motif hias geometris dan motif hias non geometris.

  Karya yang bertema “Profil Tenaga

  Kerja Industri Kerajinan Batok Kelapa Pada Perusahaan Eka Lestari Mandiri Di Desa Abang, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem” , yang ditulis oleh Putu Agung

  Satria Permana seorang sarjana Konsentrasi Pengembangan Bisnis Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar. Dalam karya ini menariknya dikatakan bahwa salah satu industri hilir yang berkembang di Kabupaten Karangasem adalah kerajinan dari Batok Kelapa. Batok Kelapa yang semula hanya digunakan untuk arang bakar saja kini dengan adanya kreatifitas dari masyarakat dapat diolah menjadi kerajinan yang bernilai seni tinggi serta memiliki nilai guna bagi kehidupan sehari-hari. Sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa terdiri dari berbagai faktor seperti tenaga kerja, tanah dan modal termasuk mesin- mesin, peralatan, bahan mentah, listrik, kemajuan teknologi dan lain-lain.

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 37 - 46 .

  Karya terakhir yang penulis jumpai terkait kajian kerajinan Batok Kelapa ialah karya dengan judul “Penggunaan Batok

  Kelapa Terhadap Kuat Tekan Beton K-100”,

  yang ditulis oleh Fauzul Akbar, dkk. Dalam penelitian ini, batok kelapa dipecah menjadi serpihan berukuran maksimal 15 mm x 15 mm dan digunakan sebagai penambah agregat kasar yang dicampur dengan agregat halus, air dan semen PCC. Jumlah semen yang digunakan adalah 325 kg/m3 dengan fakor air semen (fas) 0,55 dan berat beton yang diambil 2300 kg/m3. Persentase variasi batok kelapa yang diterapkan dalam penelitian ini adalah 0%, 5%, 7%, 9%, 11%, 13% dan 15%. Perbandingan campuran pasir dan kerikil yang digunakan adalah 40% : 60% yang dicetak berbentuk kubus yang berukuran 150 x 150 x 150 mm. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa karakteristik beton K-100 dengan penambahan batok kelapa dan mendapatkan variasi campuran yang efisien melalui uji kuat tekan pada umur 7 hari.

  Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kuat tekan beton tertinggi pada beton yang menggunakan campuran batok kelapa 5% yaitu sebesar 16,5 Ton atau 73,33 Kg/Cm2 dengan proyeksi kuat tekan umur 28 hari sebesar 112,82 Kg/Cm2 sedangkan kuat tekan terendah terdapat pada beton yang menggunakan campuran 15% yaitu 4,5 Ton atau 20 Kg/Cm2 dengan proyeksi kuat tekan umur 28 hari sebesar 30,77 Kg/Cm2. Penambahan batok kelapa terhadap campuran beton meningkatkan kuat tekan beton untuk penambahan 5% batok kelapa dari berat agregat kasar.

  METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain (Moleong, 2007:06).

  Metode yang dipakai ialah metode Sejarah. Metode Sejarah adalah proses menguji dan menganalisis rekaman dan peninggalan masa lampau (Louis Gottschalk, 2006:39). Senada dengan pengertian tersebut Hugiono dan P.K. Poerwantana (1992:25), metode sejarah yaitu proses untuk mengkaji dan menguji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau dan menganalisa secara kritis.

  Teknik Pengumpulan Data Wawancara

  Wawancara akan dilakukan dengan beberapa informan kunci seperti para karyawan Batok Kelapa, tokoh masyarakat dan pihak Dinas Perindustrian Kota Sabang. Adapun alat yang digunakan dalam wawancara ini berupa intrumen pertanyaan wawancara yang besifat pertanyaan terbuka, alat tulis dan alat perekam berupa recorder untuk mendapatkan informasi yang akurat dan menyeluruh terkait perkembangan

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 37 - 46 .

  industri kerajinan tangan Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung, Kecamatan Sukajaya, Sabang, 2005-2017.

  Dokumentas

  Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tertulis seperti dokumen yang tersimpan di rumah usaha Batok Kelapa dan catatan hari para pengrajin dan lain-lain.

  Observasi

  Dalam hal ini penulis mengamati secara langsung di lapangan terkait aktivitas para pengrajin Batok Kelapa dan keadaan tempat tinggal kehidupan keluarganya.

  Teknik Analisa Data

  Adapun analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif historis, yaitu dengan cara (1) setelah data semuanya dikumpulkan, maka akan dilakukan kritikan terhadap data tersebut baik secara internal dan eksternal guna mendapatkan data yang otentik (2) setelah data yang asli dan dapat dipercaya diperoleh, maka penulis akan mengadakan penafsiran terhadap data tersebut, hal ini dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta terkait Perkembangan Industri Kerajinan Tangan Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang, 2005- 2017, (3) setelah fakta diperoleh langkah selanjutkan penulis menuangkan fakta-fakta tersebut ke dalam cerita sejarah dengan analsis kualitatif dan kronologis sesuai dengan urutan waktu. Penulisan kembali cerita sejarah ini berpedoman pada teknik pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh FKIP Unsyiah 2016.

  PEMBAHASAN

  Perkembangan industri Kerajinan Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang, 2005-2017 sudah ada sejak tahun 1950 dengan cara yang tradisional menggunakan alat-alat sederhana. Kerajinan ini diwariskan secara turun- temurun dari generasi terdahulu kegenerasi berikut-nya. Pada tahun 2004 kerajinan ini sempat berhenti lantaran bencana tsunami, baru tahun 2005 industri Batok Kelapa ini mulai terlihat kembali dan bahkan dengan berbagai corak ragam alat produksi yang dihasilkan. Perkembangan kerajinan Batok Kelapa terlihat dalam berbagai aspek sejak 2005-2017 seperti ragam hias yang diciptakan berupa tas, motor, tempat tisu, topeng, respeker, asbak rokok, bros, gantungan kunci dan lain sebagainya. Begitu juga jumlah karyawan tahun 2005-2006 jumlah 28 orang, tahun 2007-2008 menjadi 25 orang yang dipengaruhi oleh makin berkurangnya jumlah wisatawan yang datang ke Sabang, tahun 2009-2010 jumlah itu kembali berkurang menjadi 22 orang, tahun 2011-2014 hanya tersisa 16 orang dan tahun 2015-2016 jumlah itu naik kembali menjadi 18 orang. Produksi tempurung kelapa menjadi cendera mata dilakukan dengan 6 langkah, yaitu (1) mempersiapkan alat dan barang mentah, (2) pemilihan batok kelapa, (3) kesta, (4) Mal, (5) Cutting dan (6)

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 37 - 46 .

  Finishing. Dalam mendistribusikan hasil produksi Batok Kelapa ini dilakukan dengan cara (1) pendistribusian secara promosi dan pameran, (2) pendistrubisian secara order, dan pendistribusian dengan menitipkan hasil kerajinan ke toko-toko.

  Faktor yang mempengaruhi masyarakat Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya bekerja sebagai karyawan industri Batok Kelapa, 2005-2017, ialah (1) faktor ekonomi karena tuntutan ekonomi yang semakin meningkat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka, (2) minimnya lapangan pekerjaan di sektor lain yang disediakan oleh pihak pemerintahan Kota Sabang, membuat masyarakat sulit mendapatkan pekerjaannya, (3) keinginan mengembangkan bakat dan minat sekalipun penghasilan yang mereka dapat-kan terkadang masih kurang memuaskan dan kesenangan mereka terhadap pekerjaan itu dikarena melatih mereka dalam kesabaran untuk menjalani kehidupan.

  Kendala perkembangan kerajinan industri Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang, 2005-2017, yaitu (1) keterbatasan bahan baku dan modal usaha. Dalam hal ini pengusaha harus membeli bahan baku dari luar daerah.

  Masalah lain yang sering dihadapi oleh para pengusaha Batok Kelapa adalah keterbatasan modal dalam pengembangan usahanya. Keterbatasan modal membuat usaha mereka sulit berkembang dan tidak mampu melayani permintaan pasar, (2) persaingan dengan produk modern yang lebih berkualitas dan menarik, seperti alat dari aluminium, plastik dan sebaginya, (3) regenerasi semakin minim untuk meneruskan pekerjaan ini, para anak- anak dan remaja lebih memilih bekerja di sektor lain.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Industri kerajinan Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang sudah dimulai sejak 1950-an dengan alat dan hasil produksi yang masih sederhana. Baru di tahun 1974 sudah menggunakan alat dan hasil yang beragam. Tradisi kerajinan ini diwariskan secara turun temurun. Namun di tahun 2004 industri kerajinan Batok Kelapa ini sempat terhenti akibat bencana tsunami dan baru berkembang kembali di tahun 2005 hingga sekarang. Dalam perkembangannya terlihat dari jumlah karyawan yang semakin menurun dari 28 orang di tahun 2005 menjadi 15 orang di tahun 2017. Sekalipun jumlah pengrajin berkurang, namun jumlah produksinya semakin beragama dan bahkan memiliki harga yang beragam pula. Pendistribusian hasil kerajinan Batok Kelapa ini dilakukan dengan cara penjualan melalui order, melalui promosi di pameran (dalam negeri dan luar negeri dan menitipkan hasil kerajinan ke toko-toko.

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 37 - 46 .

  2. Faktor masyarakat Gampong Ujong Kareung bekerja sebagai karyawan industri Batok Kelapa di Kecamatan Sukajaya, Sabang terdiri dari (1) faktor ekonomi, artinya tuntutan ekonomi yang semakin meningkat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka, baik yang sifatnya kebutuhan primer maupun sekunder, (2) minimnya lapangan pekerjaan di sektor lain, artinya kurangnya lapangan pekerjaan non formal yang disediakan oleh pihak pemerintahan Kota Sabang, membuat masyarakat sulit mendapatkan pekerjaannya, terutama para penduduk asli Kota Sabang yang tidak memiliki kemampuan ekonomi, dan (3) keinginan mengembangkan bakat dan minat karena melatih mereka dalam kesabaran untuk menjalani kehidupan.

  3. Kendala perkembangan industri kerajinan Batok Kelapa di Gampong Ujong Kareung Kecamatan Sukajaya, Sabang ialah: (1) keterbatasan bahan baku dan modal usaha, artinya bahan baku tempurung kelapa harus dibeli dari luar daerah. Apabila perolehan bahan baku berjalan dengan lancar maka secara tidak langsung akan memacu peningkatan produksi guna memenuhi permintaan di pasar. Keterbatasan modal dalam pengembangan usahanya. Keterbatasan modal membuat usaha mereka sulit berkembang dan tidak mampu melayani permintaan pasar,

  (2) persaingan dengan produk modern, dengan munculnya berbagai produk modern yang lebih berkualitas dan menarik seperti alat dari aluminium, plastik dan sebagainya, dan (3) regenerasi semakin minim, sangat minim masyarakat Gampong Ujong Kareung untuk meneruskan pekerjaan ini para anak-anak dan remaja lebih memilih bekerja di sektor lain seperti berdagang, nelayan dan bahkan tidak sedikit yang melanjutkan kuliah ke laur Kota Sabang seperti Unsyiah dan berbagai universitas lainnya yang ada di Indonesia.

  Saran-Saran

  1. Bagi Pemerintah: Pemerintah

  hendaknya ikut serta mempromosikan hasil produk industri kerajinan Batok Kelapa dan memberikan dukungan baik berupa dana, fasilitas dan penyuluhan. Pemerintah juga perlu memberikan kredit berbunga rendah melalui badan atau lembaga perekonomian yang ada kepada pengrajin dengan prosedur yang mudah dan pemerintah hendaknya lebih meningkatkan perhatian dan pembinaan bagi para pengusaha sehingga usaha industri dapat berkembang.

  2. Bagi Karyawan: Industri kerajina

  Batok Kelapa ini harap dipertahankan karena dapat menambah lapangan

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 37 - 46 .

  pekerjaan di perdesaan, daerah Gottschalk, Louis (2006). Mengerti Sejarah. pemasaran-nya lebih diperluas dan Jakarta: Universitas Indonesia (UI- desain atau model kerajinan lebih PRESS). diperbanyak.

  Hugiono dan P.K.Poerwantana (1992).

  DAFTAR PUSTAKA PT.Rineka Cipta Sumber Buku:

  Juniarta, Putu Eka, dkk (2013). Seni

  Kerajinan Tempurung Kelapa Di Achmadi, Abu dan Narbuko Cholid (2010). Desa Tampaksiring, Kecamatan Metodologi Penelitian . Jakarta: PT. Tampaksiring, Kabupaten Gianyar .

  Bumi Aksara.

  Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Akbar, Fauzul, dkk (2015). Penggunaan

  Tempurung Kelapa Terhadap Kuat Kuntowijoyo (2001). Pengantar Ilmu Tekat Beton K-100. Jurnal.

  Sejarah . Yogyakarta: Benteng Pengairan : Universitas Pasir.

  Budaya. Basrowi & Suwandi, (2008). Memahami

  Moleong, Laxy (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT.

  Penelitian Kualitatif . Bandung: Rineka Cipta.

  Remaja Rosda Karya. Bungin, Burhan (2011). Metodologi

  Satria Permana, I Putu Agung (2015). Profil

  Penelitian Kuantitatif: Tenaga Kerja Industri Kerajinan Komunikasi, Ekonomi, dan Batok Kelapa Pada Perusahaan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Eka Lestari Mandiri di Desa Sosial Lainnya . Jakarta: Kencana Abang, Kecamatan Abang,

  Prenada Media.

  Kabupaten Karangasem .

  Denpasar: Universitas Udayana Demartoto, Argyo (2008). Karakteristik Denpasar.

  Sosial Ekonomi Dan Faktorfaktor Penyebab Anak Bekerja Di Sektor

  Soraya, Putri, (2011). Studi Industri Informal Di Kota Surakarta .

  Kerajinan Serat Agel di Desa

  Surakarta: Universitas Sebelas

  Salamrejo Kecamatan Sentolo Maret. Kabupaten Kulon Progo . Skripsi.

  Yogyakarta: UNY. Emzir (2011). Metodologi Penelitian

  Kualitatif: Analisis Data . Jakarta:

  Sugono, Dendy dkk, (2008). Kamus Besar PT. Raja Grafindo Persada.

  Bahasa Indonesia . Jakarta: Pusat

  Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 37 - 46 .

  Bahasa Departemen Pendidikan Internet: Nasional.

  • http://www.warungaceh.com.kerajina

  Suyanto, Bagong (2007). Metode Penelitian

  n-tangan-khas-provinsi-aceh , Sosial Berbagai Alternatif (diakses, 10 April 2017). Pendekatan . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

  

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Un

Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 37 - 46 .