PUPUK DAN PEMUPUKAN ramah lingkungan

PUPUK DAN PEMUPUKAN RAMAH LINGKUNGAN
(smno.jursmtnh.fpub.2013)
(Bahan Kajian MK Manajemen Kesuburan Tanah)
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan
baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk
berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu
kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk
buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen. Dalam aplikasi pupuk harus
diperhatikan kebutuhan hara tanaman, agar tanaman tidak mendapatkan suplai hara secara
berlebihan. Suplai hara yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat membahayakan
pertumbuhan tanaman. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke
permukaan daun.
Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja
dan modal. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya
meningkatkan hasil pertanian.
Anjuran pemupukan yang tepat terus digalakkan melalui program pemupukan
berimbang (dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan
kondisi lokasi/spesifik lokasi), namun sejak sekitar tahun 1996 telah terjadi penurunan
produktivitas (leveling off) sedangkan penggunaan pupuk terus meningkat. Hal ini berarti

terjadi penurunan efisiensi pemupukan. Berbagai faktor tanah dan lingkungan tanaman
harus dikaji leih mendalam.
Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda
untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah memiliki
karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Oleh karena itu anjuran (rekomendasi)
pemupukan harus dibuat lebih rasional dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah
menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman itu sendiri sehingga efisiensi penggunaan
pupuk dan produksi meningkat tanpa merusak lingkungan akibat pemupukan yang
berlebihan. Dari uraian di atas terlihat bahwa pemakaian pupuk secara berimbang sampai
saat ini masih merupakan pilihan yang paling baik bagi Petani dalam kegiatan usahanya
untuk meningkatkan pendapatan. Percepatan peningkatan produksi pangan harus
dilaksanakan secara konsepsional melalui program sosialisasi yang terpadu.
Pemupukan yang dilakukan pada satu pertanaman berarti menambahkan /
menyediakan hara bagi tanaman. Dengan demikian program pemupukan berimbang dapat
saja menggunakan pupuk tunggal (Urea/ZA, TSP/SP-36 dan KCl) dan atau pupuk majemuk.
Mengapa pemupukan harus berimbang?
Peningkatan hasil dan kualitas padi memerlukan unsure hara dalam jumlah banyak
di antaranya nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K) dan belerang (S). Kecuali itu diperlukan hara
sekunder Kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), dan hara mikro yang jumlahnya sangat sedikit
seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe). Tanaman yang kekurangan N tumbuhnya kerdil,

jumlah anakan sedikit dan daunnya berwarna kuning pucat, terutama daun tua. Tanaman
yang dipupuk Urea berlebihan, tumbuhnya subur, daunnya hijau, junkah anakan banyak,
tetapi jumlah malai sedikit, mudah roboh dan pemasakan bulirnya lambat. Tanaman yang
kekurangan P tumbuhnya kerdil, daun berwarna hijau tua, anakan sedikit, malai dan gabah
sedikit, pemasakan lambat dan sering tidak menghasilkan gabah. Sedangkan tanaman yang
kekurangan Kalium (K), batangnya tidak kuat, daun terkulai dan cepat menua, mudah
terserang hama dan penyakit, mudah rebah, gabahnya banyak yang hampa, butir hijau
banyak dan mutu beras menurun.

Kebutuhan belerang tidak sebanyak N, tetapi apabila kekurangan S maka tanaman juga
kerdil, daun berwarna kuning pucat, terutama daun muda, hasil gabah dan mutu beras
menurun. Agar tanaman tumbuh sehat dengan hasil dan mutu beras tinggi, maka zat-zat
hara tersebut jumlahnya dalam tanah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
Apabila salah satu zat hara tersebut jumlahnya dalam tanah tidak cukup, maka hasil dan
mutu beras akan menurun. Oleh karena itu pemupukan harus berimbang, dimana jenis dan
dosis pupuk harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan jumlah zat hara yang tersedia
dalam tanah (tingkat kesuburan tanah).

Potensial infiltrasi
Kalau aplikasi tidak tepat

Apa itu pemupukan berimbang?
Selama ini di masyarakat berkembang pengertian bahwa pemupukan berimbang adalah
pemupukan yang menggunakan pupuk majemuk NPK. Pengertian ini kurang tepat karena
pemupukan berimbang adalah menyediakan semua zat hara yangcukup sehingga tanaman
padi mencapai hasil tinggi dan bermutu serta meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena
itu jenis dan dosis pupuk yang ditambahkan harus sesuai dengan tingkat kesuburan tanah
dan kebutuhan tanaman. dengan demikian jenis dan dosis pupuk yang diberikan tidak dapat
disamaratakan tetapi harus memiliki spesifik lokasi. Pupuk yang diberikan dapat berupa
pupuk tunggal seperti urea, SP-36. TSP dan KCl, pupuk majemuk ditambah pupuk tunggal
atau campuran pupuk tunggal.
Apakah keuntungan pemupukan berimbang?
Keuntungan utama dari penerapan pemupukan berimbang adalah petani dapat memupuk
lebih efisien karena jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan
tingkat kesuburan tanah. Apabila tanahnya subur, dimana kadar fosfat dan kaliumnya cukup
tinggi, maka sebenarnya cukup diberi Nitrogen N. Pemberian pupuk P dan K sedikit saja,
untuk menggangi hara P dan K yang terangkut saat panen, yaitu sebesar 50 kg SP-36 dan
50 kg KCl per ha. Apabila pemberian pupuk P dan K pada tanah tersebut berlebihan, maka
sisanya tidak terpakai, sebagian besar hilang bersama air hujan atau air irigasi dan ini
merupakan pemborosan. Jika tanah kekurangan fosfat dan kalium makan harus dipupuk
lengkap NPK sesuai dosis anjuran. Inilah sebenarnya pengertian pemupukan berimbang.

Pada gambar 5 disajikan respon tanaman padi terhadap pemupukan NPK pada tanah
Vertisols di Ngawi Jawa Timur yang kadar fosfat (P) dan kaliumnya (K) sangat rendah.
pemupukan P sebanyak 1ku TSP/ha dapat meningkatkan hasil gabah 2,1 ton/ha
dibandingkan dengan urea saja dan bila ditambah pupuk K sebanyak 1ku KCl/ha, maka
hasilnya mencapai 6,5 ton/ha yaitu sekitar 3,2 ton/ha lebih tinggi bila dibandingkan hanya
dipupuk urea saja.

Respon tanaman padi terhadap pemupukan berimbang NPK dan jerami
pada tanah sawah yang kekurangan P (fosfat) dan K (kalium)
di Ngawi, Jawa Timur MT 1989/1990
Dimana dan bagaimana menerapkan pemupukan berimbang?
Kandunganzat hara N, P, K dalam tanah berbeda-beda, tergantung sifat-sifat tanahnya.
Sebagai contoh kandunagn zat hara pada tanah yang berat/liat akan berbeda dengan tanah
berpasir. Oleh karena itu jenis dan dosis pupuk pada kedua jenis tanah tersebut harus
berbeda. Untuk mengetahui kandungan zat hara dalam tanah diperlukan pemeriksaan
kandungan zat hara dalam tanah yang disebut uji tanah.
Siapa yang melakukan pemeriksaan tanah/Uji tanah dan anjuran pemupukan
berimbang?
Pemeriksaan tanah dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah atau Balai pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) atau Perguruan Tinggi yang ada di daerah. Pemeriksaan tanah diawali

dengan pengambilan contoh tanah oleh Penyuluh Pertanian setempat dibantu oleh Petani.
Untuk itu perlu adanya pelatihan pengambilan contoh tanah kepada penyuluh dan petani.
Setiap contoh tanah mewakili ± 15-25 ha lahan dan pengambilannya cukup dilakukan sekali
tiap 1-2 tahun. Harga pemeriksaan hara P dan K per contoh tanah yang mewakili luasan 25
ha hanya sekitar Rp 40.000,-.
Anjuran jenis dan dosis pupuk kepada petani akan diberikan BPTP setempat melalui Dinas
Pertanian dan penyuluh di daerah. Petani bebas memilih pupuk, apakah menggunakan
pupuk majemuk atau pupuk tunggal. Namun perlu hati-hati dalam memilih jenis pupuk agar
petani tidak dirugikan.
Apa itu peta P dan K tanah dan apa kegunaannya?
Saat ini telah dilakukan pemeriksaan kandungan zat hara fosfat (P) dan kalium (K) dalam
tanah di sebagian besar lahan sawah di Indonesia. hasilnya berupa peta hara fosfat (P) dan
kalium (K). Peta tersebut diberi tiga warna, yaitu merah berarti kandungan haranya rendah,
warna kuning berarti sedang dan warna hijau berarti tinggi. Peta tersebut digunakan untuk
anjuran pemupukan.

Tanah yang kadar hara fosfatnya (P) rendah harus dipupuk 100 kg SP36 per ha, yang kadar
hara P-nya sedang dipupuk 75 kg SP36 per ha dan yang P-nya tinggi dipupuk dengan 50 kg
SP36 per ha. jadi dosis SP36 untuk lahan sawah berbeda-beda, tergantung kandungan hara
P dalam tanah. Tanah yang kadar hara kaliumnya (K) rendah, dipupuk 100 kg KCl per ha,

sedang kadar k-nya sedang sampai tinggi, cukup dipupuk 50 kg KCl per ha. Di bawah ini
disajikan dosis anjuran pupuk SP36 dan KCl (Tabel 1) serta majemuk NPK (Tabel 2) untuk
padi sawah berdasarkan status hara fosfat (P) dan kalium (K) pada lahan sawah. Untuk
hara N tidak dilakukan pembuatan peta status hara N karena umumnya kadar N tanah di
Indonesian rendah, sehingga secara umum harus dipupuk 250-300 kg Urea per ha.
Tabel 1.

Anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan menggunakan pupuk
tunggal

Kelas Status Hara Tanah
P
Rendah
Sedang
Tinggi

K
Rendah
Sedang
Tinggi

Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Sumber: www.pusri.co.id › ... ›

Anjuran pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi
(Kg/ha)
Urea
SP36
KCl
250
100
100
250
100
50
250

100
50
250
75
100
250
75
50
250
75
50
250
50
100
250
50
50
250
50
50


Pengertian, tujuan, dan manfaat pupuk & pemupukan
PUPUK adalah bahan / unsur-unsur dalam bentuk senyawa Kimia Organik maupun
anorganik yang berguna untuk tanah & nutrisi tanaman.
PEMUPUKAN adalah pengaplikasian bahan/unsur-unsur kimia organik maupun anorganik
yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kimia tanah dan mengganti kehilangan unsur hara
dalam tanah serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga
dapat meningkatkan produktifitas tanaman.
ILMU MEMUPUK adalah Ilmu yang bertujuan menyelidiki zat-zat yang perlu ditambahkan
kedalam tanah guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar dapat berproduksi
secara optimal.
Lima Tepat Pemupukan adalah:
1) Tepat Jenis : Jenis pupuk disesuaikan dengan unsur hara yg dibutuhkan tanaman.
2) Tepat Dosis : Pemberian pupuk harus tepat takarannya, disesuaikan dgn jumlah
unsur hara yg dibutuhkan tanaman pada setiap fase pertumbuhan tanaman.
3) Tepat Waktu : Harus sesuai dgn masa kebutuhan hara pd setiap fase/umur
tanaman, dan kondisi iklim/cuaca (misal : (a) pemupukan yg baik jika ilakukan di
awal musim penghujan atau akhir musim kemarau, (b) pengaplikasian PPC
sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 11 siang)
4) Tepat Cara : Cara pengaplikasian pupuk disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk,

pola tanam, kondisi lahan dan sifat2 fisik , kimia tanah & biologi tanah.
5) Tepat Sasaran : Pemupukan harus tepat pada sasaran yg ingin dipupuk, misalnya:
(1) Jika yg ingin dipupuk adalah tanaman, maka pemberian pupuk harus
berada didalam radius daerah perakaran tanaman, dan sebelum dilakukan

pemupukan maka areal pertanaman harus bersih dari gulma-gulma
pengganggu.
(2) Jika pemupukan ditujukan untuk tanah, maka aplikasinya dilakukan pada
saat pengolahan tanah, dan berdasarkan pada hasil analisa kondisi fisik &
kimia tanah.

Daun-daun jagung tempat fotosintesis
Mengapa Perlu Melakukan Pemupukan..??
Produktivitas tanah semakin lama akan semakin menurun, sbg akibat dari faktor-faktor :
1. Usaha budidaya pertanian.
2. Pengikisan top soil
3. Pencemaran lingkungan
4. Bencana alam
5. Pengaruh Iklim.
Faktor produksi dlm usaha tani

1. Faktor genetis tanaman (varietas, daya hasil, dll).
2. Faktor lingkungan (cuaca, sistim pengairan, perkembangan HPT, dll).
3. Faktor Tanah (Sifat fisik, kimia dan biologi tanah).
Penggolongan Kelas Tanah Berdasarkan Sifat Fisik & Kimia tanah:
1. Tanah yg kimia kaya dan fisik baik. Biasanya pd tanah pegunungan, contohnya;
tanah andosol, & chernocen.
2. Tanah yg kimia kaya tetapi sifat fisik jelek. Tanah ini umumnya berwarna abu-abu
sampai merah, hal ini menunjukkan kandungan bahan organik dan liat yg cukup
tinggi. Misal pada tanah Gromosol (di Jawa Tengah & Jawa Timur)
3. Tanah yg kimia miskin tetapi sifat fisik baik. Pd umumnya, tanah berwarna merah
sampai coklat, terbentuk pada daerah2 dgn pencucian tinggi sbg akibat curah
hujan yg tinggi. Cth; tanah Lanosol (Jawa Barat).
4. Tanah yg kimia miskin & fisiknya jelek. Sebagian besar tanah2 di Indonesia
(60%). Cth : tanah PMK (Podsolik Merah Kuning), dan cocok untuk komoditas
perkebunan seperti karet, kelapa sawit, & HTI

Hasil
(% maksimum)
Hasil penelitian Anwar Ispandi dan Abdul Munip (2004) menunjukkan bahwa:
1. Pemupukan ZA tanaman kacang tanah di lahan kering Alfisol lebih baik
dibandingkan dengan Urea. Penggunaan pupuk ZA lebih dapat meningkatkan
serapan hara P, K dan S, serta hasil polong kering dibandingkan dengan Urea.
2. Pemupukan P kurang efektif dalam meningkatkan hasil kacang tanah. Pemupukan
P dosis 50 kg SP36/ha hanya mampu meningkatkan serapan hara P sekitar 15 %
dan meningkatkan hasil kacang tanah polong kering sekitar 10 %. Bila dosisnya

ditingkatkan sampai dengan 100 kg SP36/ha hanya meningkatkan serapan hara P
sekitar 7 % tetapi tidak meningkatkan hasil kacang tanah. Pemupukan 50 kg dan
100 kg SP36/ha tidak jelas pengaruhnya terhadap peningkatan jumlah polong per
tanaman, hasil biji dan berat 100 biji dibandingkan dengan yang tanpa pupuk P.
Pemupukan P sampai dengan dosis 100 kg SP36/ha tidak jelas pengaruhnya
terhadap serapan hara N, K, Ca, Mg dan S.
4. Dosis pupuk K sampai dengan dosis 100 kg KCl/ha dapat meningkatkan serapan
hara K sekitar 23 % tetapi tidak meningkatkan serapan hara P dan dapat
meningkatkan hasil kacang tanah 14 % bila dibandingkan dengan yang dipupuk 50
kg KCl/ha. Peningkatan dosis menjadi 150 kg KCl/ha justru menurunkan serapan
hara K dan hasil kacang tanah, sehingga dosis pemupukan 100 kg KCl/ha
merupakan dosis optimal untuk memperoleh hasil kacang tanah yang optimal di
lahan kering Alfisol.
5. Pemupukan 100 kg KCl/ha yang diberikan satu kali pada saat tanam adalah yang
paling efektif dan efisien daripada yang diberikan dua kali dan tiga kali. Pemupukan
dosis 100 kg KCl/ha yang diberikan dua kali, saat tanam dan umur satu bulan tidak
jelas pengaruhnya terhadap peningkatan hasil polong kering, hasil biji, berat 100
biji, jumlah polong pertanaman daripada yang diberikan satu kali pada saat tanam.
Bila pupuk K tersebut diberikan tiga kali justru menurunkan hasil kacang tanah.
Pemupukan 100 kg KCl/ha dapat meningkatkan kadar K dan P dalam tanaman,
masing-masing sekitar 21 dan 15 % bila diberikan bersama 50 kg SP 36/ha, atau
masing-masing meningkat 28 % dan 23 % bila diberikan bersama 100 kg SP36/ha,
semua itu bila dibandingkan dengan yang tidak disertai pupuk P.

Klasifikasi pupuk berdasarkan tingkat kimia, sifat & cirri pupuk alam &
buatan.
Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi
fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya.
Berdasarkan asalnya dibedakan:
1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam tanpa
proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano, pupuk hijau dan
pupuk batuan P.
2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya: TSP, urea, rustika dan
nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam melalui
proses fisika dan/atau kimia.
Berdasarkan senyawanya dibedakan:
1. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk alam
tergolong pupuk organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk alam yang tidak
termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan sejenis
apatit [Ca3(PO4)2].
2. Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa anorganik. Hampir semua
pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.
Berdasarkan fasa-nya dibedakan:
1. Padat. Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai yang mudah
larut air sampai yang sukar larut.
2. Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu dengan air,
Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun. Karena mengandung banyak hara, baik
makro maupun mikro, harganya relatif mahal.. Pupuk amoniak cair merupakan pupuk cair

yang kadar N nya sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat lewat tanah
(injeksikan).
Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan:
1. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan disemprotkan
pada permukaan daun.
2. Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam tanah disekitar akar
agar diserap oleh akar tanaman.
Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan:
1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam artinya bila pupuk tersebut diberikan ke
dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih masam (pH menjadi lebih rendah).
Misalnya: Za dan Urea.
2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis ialah pupuk yang bila diberikan ke dalam
tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik misalnya: pupuk chili salpeter, calnitro,
kalsium sianida.
Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya dibedakan:
1. Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman saja. Misalnya: urea hanya
mengandung hara N, TSP hanya dipentingkan P saja (sebetulnya juga mengandung Ca).
2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara tanaman.
Contoh: NPK, amophoska, nitrophoska dan rustika.
Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan:
1. Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja: NPK, nitrophoska,
gandasil.
2. Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja misalnya: mikrovet,
mikroplek, metalik.
3. Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Sering juga ke
dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat pengatur tumbuh (hormon
tumbuh).

Pupuk berdasarkan sumber bahan
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk: (1) pupuk
organik atau pupuk alami dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan . Pupuk organik mencakup
semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan,
sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan
mineral. “Pupuk kimia buatan” biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan
kandungan haranya dapat dihitung. Pupuk organik sukar ditentukan kandungan haranya,
tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah
dan biologi tanah.
Pupuk berdasarkan bentuk fisik
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair.
Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk
cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya
diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh
tanaman.
Pupuk berdasarkan kandungannya
Dua kelompok pupuk berdasarkan kandunganharanya adalah : pupuk tunggal dan
pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk majemuk
paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang
disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk

pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau zat
lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan.

Pupuk Nitrogen
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tambahan
hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah
bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti amonium sulfat (NH4)2SO4.
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini
higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion
sulfat larut secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi
menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya. Sifat ini perlu diperhatikan dalam
penyimpanan dan pemberiannya. Pupuk ZA mengandung belerang 24 % dan
nitrogen 21 %. Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya
pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada tanahtanah yang miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini menjadi pengganti wajib
urea sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu karena tebu akan mengalami
keracunan bila diberi pupuk urea.
Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA, mengandung 21% nitrogen dan 26%
sulfus, erbentuk kristal dan bersifat kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak
lambat sehinga cocok digunakan untuk pupuk dasar. Sifat reaksinya asam, sehingga
tidak disarankan untuk tanah ber pH rendah
Ammonium Chlorida ( NH4CL)
Pupuk ammonium chlorida adalah pupuk berbentuk . Larut didalamkristal berwarna
putih. Pupuk ini mempunyai kadar N sebanyak 26 air. Didalam tanah akan terionisasi
menjadi ion NH4 dan Cl-. Seperti halnya dengan pupuk ZA, ion ammonium dapat
langsung diserap tanaman dan sebagian akan dijerap oleh koloid tanah pada
permukaan
Ammonium Nitrat (NH4NO3)
Pupuk ammonium nitrat adalah pupuk yang dapat menyumbangkan dua jenis hara N
dalam bentuk ammonium dan nitrat. Pupuk ini , termasuk pupuk yang larut didalam
air. Berntukmempunyai kadar N sebanyak 33 pupuk ialah padat dan kristalin dan
berwarna putih, tidak higrokopis dan berkerja cepat. Kandungan nitratnya membuat
pupuk ini cocok digunakan di daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini akan
membakar tanaman apabila diberikan terlalu dekat dengan akar tanaman atau
kontak langsung engan daun. Ketersediaan bagi tanaman sangat cepat sehingga
frekuensi pemberiannya harus lebih sering. Amonium Nitrat bersifat higroskopis
sehingga tidak dapat disimpan lebih lama.
Ammonium Sulfat Nitrat ( ASN)
Ammonium Sulfat Nitrat adalah pupuk yang diproduksi oleh Ruhr-sticstoff
A.G.Jerman, merupakan garam rangkap dari ammonium sulfat dan ammonium nitrat.
Pupuk ini diperdagangkan dalam bentuk kristal berwarna seperti kuning kemerahmerahan.
Urea CO(NH2)2

Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organic dari CO(NH2)2, pupuk
padat berbentuk butiran bulat kecil . Urea larut sempurna di dalam air. Pupuk ini
mempunyai kadar N 45 tidak mengasamkan tanah. Sifat urea lain yang tidak
menguntungkan adalah sangat higrokopis dan mulai menarik air dari udara pada
kelembaban nisbi sekitar 70-75 persen.
Pupuk Cyanamide
Pupuk cyanamide dan pupuk urea dikenal sebagai pupuk organic buatan. Contoh
pupuk cyanamide ialah CaCN2 dibuat dengan memanasi kapur (lime) dengan kokas
( coke).
Pupuk Kalsium Ammonium Nitrat
Pupuk ini meruoakan campuran dari ammonium nitrat dengan bubuk tanah liat
(kapur mergel). Campuran ini dimaksudkan untuk meniadakan keburukan-keburukan
ammonium nitrat. Kalsium ammonium nitrat CaCO3. diperdagangkan dalam bentuk
butiran-butiran N dan 30-35mengandung 20,5 kuning muda dan hijau. Pupuk
kalsium nitrat ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat cepat larut di dalam air.
Kalsium nitrat merupakan sumber kalsium yang baik karena mengandung 19% Ca.
Sifat lainnya adalah bereaksi basa dan higroskopis.
Pupuk Natrium Nitrat (NaNO3)
Natrium nitrat juga dikenal dengan nama Chilisalpeter. Disebut dengan chilisalpeter
karena pada awalnya pupuk ini merupakan produk alam, yang didapatkan dari
endapan didalam tanah didaerah pantai utara chili, peru dan Bolivia dan dipantai
barat Amerika Serikat. Sekarang pupuk NaNO3 telah dibuat secara sintetis melalui
proses ammonia soda sejalan dengan cara pembuatan ammonium chlorida, yaitu
dengan caraproses Solvay (Proses ammonia soda) dengan larutan garam.

Pupuk Fosfat
SP-36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5. ppuk ini terbuat dari fosfat alam dan
sulfat. Berbentuk butiran an berwarna au-abu. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan
bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya
tergolong netral, tidak higroskopis, dan tidak bersifat membakar.
Amonium Phosfat
Pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal. Bentuknya
berupa butiran berwarna coklat kekuningan. Reaksinya termasuk alkalis dan mudah
larut di dalam air. Sifat lainnya adalah tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih
lama dan tidak bersifat membakar karena indeks garamnya rendah.

Pupuk Kalium
Kalium Klorida

Mengandung 45% K2O dan klor, bereaksi agak asam dan bersiat higroskopis. Khlor
berpengaruh negatif terhadap tanaman yang tidak membutuhkanya.
Kalium Sulfat
Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%, berbentuk
tepung putih yang larut di dalam air, bersifat asam. Dapat digunakan sebagai pupuk
dasar sesudah tanam.
Kalium Nitrat
Mengandung 13% N dan 44% K2O, berbentuk butiran berwarna putih yang tidak bersifat
higroskopis dengan reaksi yang netral.

Pupuk Makro sekunder
Kapur dolomitik
Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan, dikenal sebagai bahan untuk menaikan pH
tanah. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik. Kelarutannya
agak rendah dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butirannya. Semakin halus
butirannya semakin baik kualitasnya.
Kapur Kalsitik
Dikenal sebagai kapur pertanian berbentuk bubuk berfungsi untuk meningkatkan pH tanah.
Warnanya putih dan butirannya halus, mengandung 90199% Ca. Bersifat lebih cepat larut
di dalam air.
Kalium Magnesium Sulfat (Paten Kali)
Pupuk ini mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO, erbentuk butiran dan berwarna
kuning. Bersifat sukar larut dalam air.
Gypsum (CaSO4)
Bahan ini berbentuk bubuk berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S, dan sedikit Mg.
Gypsum digunakan untuk meneralisir tanah yang erganggu karena kadar garam yang tingi.
Bubuk Belerang
Bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat mencapai 99%.
Namun bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi defisiensi sulfur, tetapi lebih banyak
digunakan untuk menurunkan pH tanah.
Pupuk Mikro
Pupuk sebagai sumber unsur hara mikro ersedia dalam dua entuk, yakni bentuk garam
anorganik dan bentuk organik sinteis. Kedua bentuk ini bersifat mudah larut di dalam air.
Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam anorganik adalah Cu, Fe,Z dan Mn yan
seluruhnya bergabung dengan sulfat. Sebagai sumber boron, umumnya digunakan sodium
tetra borat yang banyak digunakan sebagai pupuk aun. Sumber Mo umumnya
menggunakan sodium atau amonium molibdat.
Bentuk organik sintetis ditandai dengan adanya agen pengikat unsur logam yang disebut
chelat. Chelat adalah bahan kimia organik yang dapat mengikat ion logam seperti yang

dilakkan koloid tanah. Unsur hara mikro yang tersedia dalam bentuk chelat adalah Fe, Mn,
Cu, dan Zn. Selain itu, unsur mikro juga dapat disediakan oleh berbagai pupuk majemuk
yang banyak beredar di pasaran.

Karakteristik Pupuk
Analisis pupuk
Kadar unsur hara yang dikandung pupuk disebut dengan analisis pupuk. Untuk unsur
makro kadar tersebut dinyatakan dalam satuan persen, sedangkan unsur mikro dinyatakan
dalam satuan ppm. Jenis unsur hara yang dikandung ppuk tidak dinyatakan dalam unsur
tunggal tetapi dinyatakan dalam persentase total N, P2O5 dan K2O. Sebagai contoh ppuk
urea mengandung 45% N, berarti dalam 100 kg pupuk Urea terdapat 45 kg N total.
Pupuk NPK dengan analisis 15:15:15 menunjukkan pupuk tersebut mengandung 15% N,
15% P2O5 dan 15% K2O. Analisis ppuk selalu tertera pada kemasan pupuk. Jenis pupuk
yang sama belum tentu mengandung analisis yang sama, biasanya berbea sekitar 1-2%.
Hal ini sangat tergantung pada pabrik pemuatnya. Karena itu saangat penting membaca
dan memaami label yang terdapat pada kemasan pupuk.
Higroskopisitas
Higroskopisitas adalah sifat pupuk yang berkaitan dengan potensinya dalam mengikat air
dari udara. Pupuk dianggap bersifat higroskopis jika di tempat terbuka mudah sekali
mencair. Sifat ini sangat menentukan daya simapan pupuk. Pupuk yang bersifat
higroskopis hendaknya tidak disimpan terlalu lama dan harus disimpan di tempat yang
tertutup (kedap udara), kalau tiak ppuk akan cepat mencair atau menggumpal.
Daya larut
Daya larut merupakan kemampuan suatu jenis ppuk untuk terlarut dalam air. Daya larut
juga menentukan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada di dalam pupuk untuk diserap
tanaman atau hilang karena tecuci. Pupuk engan daya larut tingi lebih cepat diserap oleh
tanaman, tetapi mudah tercuci oleh hujan. Pupuk yang mengandung nitrogen biasanya
mempunyai daya larut yang tinggi.

Reaksi pupuk
Setelah pupuk ditebarkan ke tanah, pH tanah dapat berubah menjadi lebih tingi atau lebih
rendah. Jenis pupuk yang menyebabkan pH tanah meningkat disebut pupuk bereaksi basa
dan pupuk yang menyebabkan pH tanah menurun disebut pupuk bereaksi asam.
Indeks garam
Penebaran pupuk di tanah kan meningkatkan konsentrasi garam di dalam tanah.
Peningkatan konsentrasi garam ini akan menaikan tekanan osmosis larutan tanah, sehingga
berpenaruh terhadap proses penyerapan unsur hara. Larutan tanah dengan tekanan
osmosis yang tinggi dapat menyebabkan larutan hara tidak dapat terserap tetapi cairan sel
justru akan keluar dari akar (plasmolisis jaringan akar). Pupuk dengan indeks garam yang
tinggi harus ditempatkan lebih jauh dari perakaran tanaman dibanding dengan pupuk
dengan indeks garam rendah.

Perhitungan Pupuk
Agar dosis pupuk yang ditebarkan sesuai dengan yang diinginkan, sebelum melakukan
pemupukan diperlukan beberapa penghitungan. Berikut beberapa contoh penghitungan
pupuk sebeluk melaksanakan pemupukan.
Contoh 1
Hasil analisis jaringan tanaman merekomendasikan untuk melakkan pemupukan pada
tanaman perkebunan dengan 150 gram N, 75 gram P2O5, dan 150 gram K2O pertanaman.
Pupuk yang tersedia di pasaran adalah Urea (45% N), SP-36 (36% P2O5), dan KCl (60%
P2O). Berdasarkan rekomendasi pemupukan, bobot setiap pupuk yang diperlukan untuk
memenuhi rekomendasi di atas adalah :
Urea yang diperlukan adalah : 100/45 x 150 g = 333,3 gram
SP-36 yang diperlukan adalah : 100/36 x 75 g = 208,3 gram
KCl yang diperlukan adalah : 100/60 x 150 g = 249,9 gram
Contoh 2
Seorang petani ingin memupuk tanaman peliharaannya dengan NPK 15:15:15 dengan dosis
yang dianjurkan 500 kg NPK/ha. Jenis pupuk yang tersedia adalah Urea (45% N), SP-36
(36% P2O5), dan KCl (60% P2O). Langkah yang harus dilakkan adalah mencampur ketiga
jenis pupuk tersebut sampai kadarnya setara dengan dosis pupuk NPK yang dianjurkan.
Pertama hitung kadar N, P dan K dalam dosis yang dianjurkan, dan akan diperoleh :
 Kadar N
= 15% x 500 kg = 75 kg
 Kadar P2O5
= 15% x 500 kg = 75 kg
 Kadar K2O
= 15% x 500 kg = 75 kg
Selanjutnya hitung jumlah kebutuhan pupuk Urea, SP-36, dan KCl sebagai berikut :
 Kebutuhan Urea
= 100/45 x 75 = 166,67 kg
 Kebutuhan SP-36 = 100/36 x 75 = 208,33 kg
 Kebutuhan KCl
= 100/60 x 75 = 124,99 kg

Pupuk Kandang
Pupuk kandang ialah zat organik yang digunakan sebagai pupuk organik dalam
pertanian. Pupuk kandang berperan dalam kesuburan tanah dengan menambahkan zat dan
nutrien, seperti nitrogen yang ditangkap bakteri dalam tanah. Organisme yang lebih tinggi
kemudian hidup dari jamur dan bakteri dalam rantai kehidupan yang membantu jaring
makanan tanah. Dalam pengelolaan tanah, pupuk kandang dapat dikelompokkan menjadi 3
macam, yakni pupuk hewan, kompos, dan pupuk hijau.

Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba
dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan
pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai
sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut
agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan
yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata
persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan
alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan
mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan
akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara.
Jenis-jenis kompos
Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik
yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut. Kompos
bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di pabrik gula.
Kompos bokashi.
Manfaat Kompos
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan
meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk
menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu
tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga
cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia,
misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1.
Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2.
Mengurangi volume/ukuran limbah
3.
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana
dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat
pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya merangsang granulasi,
memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan
organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang
berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan
organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga
mempengaruhi serapan hara oleh tanaman. Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat
kompos bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Kompos dapat memberikan peningkatan
kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun
kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih
baik dibandingkan dengan NPK.
Pupuk cacing (vermicompost) dapat memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik
pada pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil.
Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun pada
pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam dengan pH
yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian kompos akan menambah
bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan
mempengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam keadaan masam.
Kompos bagase (kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada
tanaman tebu (Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara
signifikan setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos,
namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur.
Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak
meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun diperkirakan dapat
meningkatkan rendemen gula dalam tebu.

Reaksi pupuk dalam tanah
Pemberian pupuk kedalam tanah akan meningkatkan kandungan unsur hara didalam
tanah yang dapat segera diserap akar tanaman, namun demikian pemberian pupuk itu
mempengaruhi kondisi tanah. Hal itu terjadi karena pengaruh dari sifat-sifat, macam atau
jenis pupuk yang diberikan. Setiap pupuk yang ditambahkan kedalam tanah akan
mengalami berbagai macam reaksi. Reaksi-reaksi tersebut akan berpengaruh terhadap sifat
fisika, kimia dan biologi tanah. Apabila pupuk ditambahkan kedalam tanah maka pupuk akan
mengalami reaksi atau perubahan baik dalam bentuk fisik dan sifat kimianya. Perubahanperubahan ini mulai terjadi apabila pupuk itu bereaksi dengan air tanah. Setelah bereaksi
dengan air pupuk akan melarut, sebagian pupuk akan diserap akar tanaman, sebagian ada
terfiksasi menjadi bentuk tidak tersedia untuk tanaman, hilang melalui proses denitrifikasi
(pupuk N), tercuci (leaching) tereosi dan serta terjadinya penguapan (volatilisasi).

Manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak
tersedia di tanah menjadi tersedia untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Seperti yang
telah kita ketahui bahwa pupuk yang diproduksi dan beredar di pasaran sangatlah beragam,
baik dalam hal jenis, bentuk, ukuran, kandungan unsur hara maupun kemasannya. Dengan
beragamnya jenis pupuk dengan berbagai karakter masing-masing, sering membuat
pemakainya kebingungan untuk menggunakannya. Tidak mengherankan jika sering
dijumpai kegagalan produksi tanaman sebagai akibat kesalahan pemupukan. Untuk
mengatasi hal tersebut sebelum dilakkan pemupukan ada beberapa hal yang perlu
dilakukan, yaitu melakukan analisis tanah dan daun, mengidentifikasi gejala kekurangan
unsur hara, dan menentukan metode pemupukan.

Kecepatan hidrolisis
Urea dalam tanah
lempung-debu yang
suhunya berbeda-beda
Analisis tanah dan daun adalah untuk mengetahui ketersediaan unsur hara dalam
tanah dan unsur hara apa yang dibutuhkan tanaman. Di samping itu dengan
mengidentifikasi gejala kerusakan/kelainan pada tanaman kita sudah dapat memprediksi
unsur hara yang kurang dan dibutuhkan tanaman. Untuk mengaplikasikan pupuk sesuai
dengan rekomendasi hasil analisis, perlu metode pemupukan yang tepat, karena kesalahan
cara aplikasinya, mengakibatkan pemupukan tidak/kurang efisien..

Faktor – faktor yang mempengaruhi Efisiensi pemupukan
Istilah efisiensi mencakup dua hal, yaitu efisiensi ekonomis dan efisiensi teknis.
Efisiensi ekonomis tercapai pada saat keuntungan maksimum dapat dicapai sedangkan
efisiensi teknis dicapai pada saat produksi rata-rata mencapai tingkat optimum. Dalam
kaitannya dengan pemupukan, konsep efisiensi tidak identik dengan pengurangan atau
peniadaan pupuk, tetapi lebih mengarah pada pemberian pupuk yang tepat atau tidak
berlebihan. Ketepatan program pemupukan membutuhkan berbagai informasi yang akurat
mengenai : kebutuhan potensial hara pada berbagai umur tanaman, varietas dan jumlah
tanaman per ha dan kondisi spesifik yang menunjang atau menghambat pertumbuhan dan
produksi. Sejak lama telah dikembangkan sistem rekomendasi pemupukan dengan
didasarkan pada analisis daun, performance tanaman dan lingkungan tumbuh tanaman
serta analisis tanah. Sistem ini mengarah kepada efektivitas dan efisiensi pemupukan dan di
pihak praktisi diharapkan dalam pelaksanaan berpegang kepada “7 Prinsip Tepat”, yaitu
tepat Jenis, Dosis, Bentuk, Waktu, Cara, Letak, dan Frekuensi. Seringkali pupuk yang
diberikan pada tanaman sebagian besar tidak dapat diserap dan dimanfaatkan tanaman, hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor alam seperti ; hanyut oleh aliran permukaan (run off),
tercuci oleh air perkolasi ke lapisan tanah yang lebih dalam (leaching), menguap, terjerap
(fiksasi) oleh senyawa Al dan Fe bebas di dalam tanah.

Efektivitas Penggunaan Pupuk di Lapangan
Efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk di lapangan ditentukan oleh berbagai
faktor, diantaranya : pelaksanaan aplikasi pemupukan di lapangan yang tidak akurat, yaitu
ketidaktepatan pemilihan jenis, dosis, cara dan waktu aplikasi pupuk dan ketepatan waktu
pengadaan pupuk, misalnya saja Jenis Pupuk. Seringkali penggunaan jenis pupuk tidak
sesuai dengan yang direkomendasikan antara lain karena tidak tersedianya pupuk di
pasaran dan keterlambatan penyediaan pupuk di kebun. Ada beberapa jenis pupuk yang
mempunyai kandungan unsur hara yang sama. Maka penyusunan rekomendasi
pemupukan, biasanya rekomendator dalam penentuan jenis pupuk berpedoman kepada :
Sifat kemasaman tanah dan kimia pupuk, penggunaan pupuk yang lain, tingkat defisiensi
unsur hara tanaman, faktor harga pupuk
Ukuran Efisiensi pemupukan
1. Efisiensi penggunaan hara: hasil kg per ha/ hara dlm tnm kg per ha = kg kg-1
2. Efisiensi fisiologis: (kg hasil P1 - kg hasil P0)/(kg Serapan P1 – kg Serapan P0)=kg
kg-1
3. Rasio efisiensi hara: Unit hasil kg / unit hara dalam tanaman kg = kg kg-1
4. Efisiensi agronomis: {(kg per ha hasil P1 – kg per ha hasil P0)/ kg per ha hara yang
diberikan} = kg kg-1
Ukuran Efisiensi pemupukan
1. Efisiensi serapan hara dari tanah: {(kg Serapan P1 – kg Serapan P0)/ kg hara yang
digunakan}x 100%
2. Efisiensi Agrofisiologis: {(kg gabah hasil P1 - kg gabah hasil P0)/(kg Serapan jerami
dan gabah P – kg Serapan jerami dan gabah P0)} = kg kg-1
3. Efisiensi hara pupuk: % hara jaringan tanaman x Efisiensi penggunaan hara = (kg
serapan hara / kg hara yg diberikan) x (kg hasil gabah per kg serapan hara tanaman)

Use of fertilizers is an index of the use of modern
agricultural methods
Faktor lain yg berpengaruh:
Water control
Seedbed
Cultivar
Date and rate of seeding
Stand of population
Fertilizer placement
Cultivation
Weed, insect and disease
Harvesting practices

What are the most profitable rates of
plant nutrients?.
Beberapa faktor yang berpengaruh:
1. The expected increase in yield from each
increment
2. The level of management
3. The price of fertilizer
4. The price the farmer expects to receive for his
crops
5. Additional harvesting and marketing costs
6. Residual effects
7. Levels of other nutrients in the soil or
fertilizer

Aplikasi Pupuk - Pemupukan
Faktor penentu memilih cara aplikasi
Dalam menentukan aplikasi atau penempatan
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut.
a.

pupuk

di

tanah

harus

Tanaman yang akan dipupuk

1. Nilai ekonomi tanaman dan luas areal tanam. Tanaman dengan nilai ekonomi
yang tinggi atau mempunyai skala penanaman yang sangat luas dapat
mempertimangkan cara penempatan pupuk dengan alat mekanis.
2. Umur tanaman. Tanaman di pesemaian dapat dipupuk dengan cara
menyemprotkan pupuk lewat daun. Pupuk unuk tanaman di lapangan yang
masih kecil diberikan dengan cara menugal. Pada tanaman yang sudah besar
pupuk dapat diberikan dengan cara larikan
3. Jarak tanam dan karakter tajuk. Tanaman dengan jarak tanam yang rapat
dapat dipupuk dengan cara larikan pada satu sisi barisan tanaman. Tanaman
yang ditanam berjauhan dapat dipupuk dengan cara membuat larikan yang
melingkar mengelilngi pohon
b. Jenis pupuk yang digunakan
1. Dalam pemupukan kita harus memperhatikan Mobilitasnya di dalam tanah.
Fosfor hampir tidak bersifat mobil, akibatnya pupuk ini tetap berada di tempat
semula dalam jangka waktu yang lama sehingga diberikan sekaligus dan harus
diberikan dekat dengan perakaran dengan cara menugal atau larikan. Pupuk
Kalium dan Nitrogen cenderung mudah bergerak dari tempat penbarannya. Pola
pergerakannya vertikal ke bawah bersama-sama air. Karena sifatnya yang mobil
pupuk kalium dan nitrogen dapat diberikan dengan ara ditebar dipermkaan tanah
atau atau dengan larikan.
2. Indeks garam. Pupuk dengan indeks garam yang tingi tidak boleh ditempatkan
terlalu dekat dengan akar karena akan merusak tanaman.
3. Ukuran pupuk. Pupuk dengan ukuran butiran yang sangat halus seperti kapur
umumnya ditebar di atas permukaan tanah.
c. Dosis Pupuk
Tidak disarankan menempatkan pupuk dengan dosis sangat tinggi di dalam larikan
karena akan merusak tanaman. Pupuk tersebut sebaiknya ditebar agar idak erjadi
penumpukan disatu tempat.
Cara aplikasi pupuk
1. Larikan
Caranya buat parit kecil di samping baris tanaman sedalam 6-10 cm, tempatkan
pupuk di dalam larikan tersebut, kemudian tutup kembali. Cara ini dapat
dilakukan pada satu atau kedua sisi tanaman. Pada tanaman dengan jarak
tanam yang lebar larikan dibuat melingkar di sekeliling pohon dengan jari-jari 0,51 kali jari-jari tajuk pohon.
2. Penebaran secara merata di atas permukaan tanah
Cara ini biasanya dilakukan sebelum penanaman atau bersamaan dengan
pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur. Pada pemupukan susulan hal ini
dapat dilakukan untuk pupuk yang tidak mudah menguap.
3. Pop Up

Caranya ppuk dimasukkan pada lubang tanam pada saat penanaman bibit.
Pupuk yang digunakan harus yang indeks garamnya rendah agar tidak merusak
bibit.
4. Fertigasi
Pupuk dilarutkan kedalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi.
Cara ini banyak dilakukan pada pembibitan
Waktu pemupukan
Dilihat dari sifat bereaksinya pupuk ada yang cepat ada yang lambat, sehingga hal
ini akan mempengaruhi kepada kapan pupuk itu harus diberikan. Pupuk yang bereaksi
cepat biasanya diberikan diawal tanam sebagai pupuk dasar dan akan tersedia dalam
jangka waktu yang lama sehingga frekuensi aplikasinya sedikit. Sedangkan pupuk yang
bereaksi cepat biasanya diberikan secara bertahap karena pupuk ini cepat tercuci sehinga
cepat berkurang ketersediaanya dalam tanah. Dilihat dari peranannya ada yang berperan
dalam pertumuhan vegetatif dan generatif, sehinga pemberiannyapun disesuaiakan dengan
masa pertumbuhan tanaman.

Panen
Peningkatan efisiensi pemupukan pada tanaman jagung
Pemupukan urea pada tingkat petani di beberapa tempat sudah berlebih dan tidak
efisien lagi, mislanya , mencapai sekitar 500 - 750 kg/ha. Hasil penelitian Balitsereal, bahwa
kebutuhan pupuk urea untuk tanaman jagung hanya 225 - 425 kg urea/ha (tergantung
tingkat kesuburan tanah) dengan tingkat hasil yang diperoleh 8 - 12 t/ha. Balai Penelitian
Tanaman Serealia (Balitsereal) telah mengembangkan metode pemupukan N (urea) yang
dapat menghemat 30 - 50% pupuk urea dan mudah diterapkan petani, yaitu penggunaan
Bagan Warna Daun (BWD).

Site-Specific Nutrient
Management (SSNM)
for Manual Transplanted Rice in Jiangsu Province,
China
Single Japonica rice: 150−155 days growth
duration (from seed to harvest)
SSNM merupakan pendepatan pemupukan
berdasarkan pada kebutuhan hara tanaman,
mensuplai tanaman padi dnegan hara yang
dubutuhkan oleh tanaman. SSNM meliputi
beberapa hal berikut:
Aplikasi pupuk P dan K secukupnya dalam periode
14 hari setelah tanam bibit (DAT) untuk memenuhi
kebutuhan tanaman muda.
Aplikasi sedikit pupuk N sebelum periode anakan
aktif.
Aplikasi pupuk N pada periode pembentukan
anakan aktif dan fase pertumbuhan berikutnya
berdasarkan kebutuhan tanaman , ditentukan
dnegan metode LCC (leaf color chart).
Applikasi pupuk K pada saat inisiasi bulir
berdasarkan kebutuhan tanaman.
Aplikasi unru mikro berdasarkan rekomendasi
lokal.
BWD yang digunakan pada tanaman jagung adalah BWD yang juga dipakai pada
tanaman padi. Prinsip penggunaan BWD adalah memberi nilai skala 2-5 dari penampilan
warna kuning-hijaunya daun tanaman. Makin kekuningan warna daun tanaman, nilainya
juga makin rendah, sebaliknya jika daun makin hijau maka nilai skalanya juga makin tinggi.

Nilai skala warna daun pada saat tanaman masih fase vegetatif (sebelum berbunga) sampai
fase pembentukan tongkol ) berhubungan erat dengan produktivitas tanaman. Artinya
tanaman yang daunnya hijau pasti memberikan hasil yang lebih tinggi disbanding tanaman
yang daunnya kekuningan. Tanaman jagung yang daunnya berwarna kekuningan
menunjukan bahwa masih kekurangan hara N, karena itu diperlukan tambahan pupuk urea.
Nah, untuk mengetahui apakah tanaman masih membutuhkan hara N (urea) atau tidak
dapat diukur secara mudah dengan mengunakan BWD.
Prosedur pemupukan urea pada tanaman jagung berdasarkan BWD adalah sebagai
berikut: 1) takaran pemberian awal tanam (umur ±10 hst) sejumlah 110 kg urea/ha,
kemudian pemberian kedua pada umur 30 hst, sebanyak 170 kg urea/ha, 2) Pada umur 50
HST (sebelum berbunga) diamati warna daunnya menggunakan BWD. Hasil pengamatan
nilai BWD tertentu dipupuk kembali sesuai dengan Tabel 2. Untuk mendapatkan akurasi
pengukuran BWD langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut: 1) bagian
tanaman yang diamati adalah daun ketiga dari atas yang telah terbuka sempurna, 2) jumlah
sampel disarankan minimal 20 tanaman secara acak yang mewakili kelompok wilayah/area
lahan yang dianggap seragam kondisinya, 3) pengukuran dilakukan pada pagi hari dan
dihindari adanya pantulan cahaya matahari pada alat BWD, 4) tanpa ada tenggang waktu
antara sampel yang diamati, 5) tanaman tidak dalam keadaan stres kekeringan,6) disamping
itu, tanaman tidak kekurangan hara,oleh karena itu harus dilakukan pemupukan yang
optimal.

Perkiraan tambahan N berdasarkan nilai BWD tanaman jagung pada umur 4050 hst
Nilai BWD*

Dosis pupuk urea (kg/ha)
Sasaran hasil jagung
Sasaran hasil jagung biasa
hibrida >7 t/ha
< 7 t/ha