MAJELIS MUJAHIDIN Ilmu Hubungan Internas

MAJELIS MUJAHIDIN

AHMAD ULINNUHA
20120510413

Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I . PENDAHULUAN
i.1. LATAR BELAKANG
Hidup di bawah naungan Syari’at Islam, bagi sebagian kaum muslimin adalah sebuah
cita-cita. Kekuatan cita-cita ini berbanding lurus dengan kadar keimanan yang tertanam di
dalam jiwa. Sebab penerimaan seseorang terhadap ajaran Islam,mengharuskan ia menerima
syari’at Islam.Sebagai bukti kekuatan cita-cita tersebut,meski rintangan apa pun didesain
untuk memupus cita-cita tersebut dari dalam hati,usaha itu tak akan pernah berhasil.Ilustrasi
itulah yang mendorong lahirnya Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).Orde Baru yang sangat
keras membasmi semua gerakan yang dianggap radikal,termasuk Islam, hanya memaksa
gerakan Islam menerapkan strategi klandestine.Ketika orde itu runtuh pada tahun 1998
gerakan Islam yang semula underground pun bermunculan. Selain itu lahir pula organisasiorganisasi Islam yang baru seperti Laskar Jihad, Front Pembela Islam (FPI), dan MMI.
Majelis Mujahidin Indonesia adalah sebuah institusi yang berdiri pada tahun 2000

dengan tujuan untuk memperjuangkan formalisasi syari’ah islam,khususnya diIndonesia.
Majelis Mujahidin lahir berawal dari keprihatinan para tokoh gerakan Islam yang pernah
digembleng di “pesantren Orde Baru” seperti Irfan Suryahardi,Deliar Noer, Syahirul Alim,
Mursalin Dahlan,Mawardi Noor dan lain-lain.Mereka terdorong untuk mengadakan forum
kecil,berdiskusi yang ujungnya menggagas lahirnya suatu lembaga yang bisa menyatukan
visi kaum muslimin yang hendak memperjuangkan tegaknya syariat Islam,yaitu Majelis
Mujahidin.
Secara sosial dan politis,MMI ini juga merupakan suatu reaksi terhadap kebijakan
“deIslamisasi” pemerintah Orde Lama dan Orde Baru yang sama sekali tidak membuka ruang
bagi pergerakan politik Islam. Maka sejak “pemerintahan reformasi” Presiden B.J. Habibie,
gerakan-gerakan Islam mulai mendapatkan ruang bebas untuk dapat mengartikulasikan
kepentingan-kepentingan umat Islam.
Untuk menandai lahirnya institusi tersebut diadakan kongres I Majelis Mujahidin di
Yogyakarta tanggal 5-7 Agustus 2000.Saat itu hadir kira-kira 1500 orang dari berbagai
gerakan di seluruh tanah air,bahkan hadir pula beberapa perwakilan dari negara
sahabat,seperti Moro,Malaysia dan Arab Saudi.Majelis Mujahidin Indonesia merupakan
pergerakan umat Islam yang berdasarkan ukhuwah islamiyah,kesamaan aqidah serta program

perjuangan.Majelis Mujahidin Indonesia dibentuk sebagai wadah tegaknya syariat Islam bagi
seluruh umat Islam dari suku,ras atau dari golongan apapun.

Meskipun penduduk Indonesia mayoritas mengaku muslim, penerapan syariat Islam
masih dianggap sebagai sebuah hantu. Penegakan syariat biasa dikesankan sebagai potong
tangan, cambuk, rajam dan berbagai kesan seram lainnya. Berkaitan dengan pencitraan
demikian, MMI sebagai institusi yang mengusungnya kerap dianggap sebagai sebuah institusi
yang intoleran.
Berdasarkan latar belakang hal di atas, permasalahan yang menjadi sentral kajian
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut;”Bagaimana konsep toleransi toleransi
dalam

perspektif

Majelis

Mujahidin

Indonersia?

Apakah

anggota-anggota


MMI

mengaplikasikan konsep tersebut?”.Tujuannya adalah mengungkap konsep toleransi dan
aplikasi dalam pemahaman MMI. Penelitian ini diharapkan dapat menyuguhkan perspektif
lain dari konsep toleransi, sebagai bahan sharing di tengah masyarakat dalam membangun
kesefahaman sehingga memungkinkan untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang
lebih harmonis.
i.2. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini memilki tujuan agar dapat mungkungkap dan menjelaskan konsep
toleransi dan aplikasinya dalam pemahaman Majelis Mujahidin Indonesia.
i.3. MANFAAT PENULISAN
Adapun penulisan makalah ini diharapkan dapat menyuguhkan perspektif
i.4. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep toleransi toleransi dalam perspektif Majelis Mujahidin Indonersia?
2.
i.5. METODE PENULISAN
Adapun metode yang saya gunakan dalam menyelesaikan makalah ini adalah metode
kepustakaan,dimana saya mencari literatur dan referensi yang ada kaitannya dengan Lembaga
Swadaya Masyarakat.Selain itu juga saya mengambil materi dari internet.Dari beberepa

sumber tersebut,kemudian saya menyimpulkannya dengan terstruktur menjadi sebuah
makalah.

BAB II. PEMBAHASAN
Majelis Mujahidin Indonesia memiliki visi, misi dan metode perjuangan yang
jelas.Kongres Mujahidin I di Yogyakarta adalah tonggak MMI. Institusi ini mengusung visi
untuk formalisasi syari’ah Islam dalam kehidupan umat Islam di Indonesia secara kaafah,
sebagaimana yang selalu dituliskan sebagai slogannya.Adapun misi dari MMI adalah
berjuang menyatukan potensi dan kekuatan mujahidin agar syari’ah Islam menjadi sumber
rujukan tunggal bagi system dan kebijakan kenegaraan Indonesia dan di dunia.
Majelis Mujahidin Indonesia berusaha mewujudkan cita citanya melalui da’wah dan
jihad. Da’wah didefinisikan sebagai sosialisasi kewajiban setiap muslim untuk menerapkan
syari’ah Islam. Jihad difahami sebagai bentuk usaha serius untuk menerapkan Syari’ah Islam.
ii.1. ANALISA ASPEK FIQIH MAJELIS MUJAHIDIN
Bagi Majelis Mujahidin,Islam adalah sebuah agama tauhid yang menuntut adanya
pengimplementasian ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari.Dalam memperjuangkan
penegakkan syari’at Islam yang dikumandangkan Majelis Mujahidin dilandasi oleh ajaran
Tauhid yang utuh,yakni Tauhid sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah dan sesuai
dengan pemahaman Ulama salfus shalih.5
Tauhid dalam ajaran Islam dibedakan menjadi tiga 6. Pertama,tauhid Rububiyah yaitu

keyakinan bahwa Allah SWT sebagai penguasa dan pengatur alam semesta,yang menentukan
hidup,mati dan rezeki manusia. Kedua,tauhid Asma' wa sifat yaitu meyakini bahwa Allah
Maha Mengetahui,Maha Mendengar dan sifat-sifat Allah yang lainnya. Ketiga,tauhid
Uluhiyah yaitu wajib mentaati syariat Islam,baik berupa larangan (nahi) maupun perintah
(amar).Secara sederhana ajaran tauhid oleh Majelis Mujahidin dimaknai sebagai bentuk
peninggalan Allah sebagai satu-satunya Tuhan di dunia7. Implementasi dari ajaran tauhid itu
adalah dengan menolak segala bentuk thaghut yaitu pen-Tuhan-an kepada selain Allah, dan
hanya beribadah kepada Allah semata.
Majelis Mujahidin melihat kalimat tauhid belum tegak di tengah masyarakat. Manusia
masih menyembah para thaghut seperti men-Tuhan-kan benda-benda jimat, mengikuti
perintah para tokoh dan kyai meskipun menyelisihi syariat Islam, dan mengikuti hukum
selain hukum Islam.Memerangi dan membebaskan manusia dari Tuhan-tuhan selain Allah
(thaghut) telah menjadi inti dari ajaran tauhid yang dipahami oleh Majelis Mujahidin. Majelis
Mujahidin menghendaki kemurniaan akidah Islam sebagaimana pemahamannya para Ulama
salafus shahih, yakni para generasi Islam awal.

Perang melawan thaghut ini terus menerus diserukan oleh Mejelis Mujahidin, karena
selama thaghut masih berkuasa maka syariat Islam belum tegak di muka bumi ini.

Visi Majelis Mujahidin adalah tegaknya Syari’at Islam dalam kehidupan umat Islam.Misi

Majelis Mujahidin adalah berjuang demi tegaknya syari’at Islam secara menyeluruh
(kaffah).Sehingga memperoleh keberuntungan hidup dunia-akhirat dan membawa rahmat
bagi bangsa,negara,umat manusia dan alam semesta.
Aqidah Majelis Mujahidin Penegakan Syari’at Islam yang diemban oleh Majelis Mujahidin
dilandasi oleh ajaran Tauhid yang utuh,yakni Tauhid sebagaimana yang dituntunkan oleh
Rasulullah Saw.Sesuai dengan pemahaman Ulama salafus shalih.Dalam memahami
Tauhid,manusia tidak boleh berpedoman hanya pada Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma’ wa
Sifat saja,yang hanya meyakini Allah Swt.Sebagai penguasa dan pengatur alam semesta, yang
menentukan hidup-mati dan rizki manusia.Juga tidak cukup sekedar meyakini bahwa Allah
itu Maha Mengetahui,Maha Kuasa dan sifat- sifat Allah lainnya.Apabila Tauhid hanya
dibatasi pada Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma’ wa Sifat saja,maka berarti manusia
meniru perilaku iblis yang kemudian memperoleh murka dan azab dari Allah Swt untuk
selama-lamanya.

ii.2. TEORI POLITIK ISLAM MAJELIS MUJAHIDIN
Pertarungan antara Islam melawan kekufuran, antara kebenaran melawan kebathilan
takkan pernah usai. Permusuhan antara keduanya bersifat abadi, sampai kebathilan itu lenyap
dari muka bumi, atau kebenaran itu sendiri musnah. Manurutnya tidak ada kompromi, juga
tidak ada toleransi dalam perang melawan kekufuran tadi, karena yang haq (benar) sudah
jelas dan yang bathil (salah) juga sudah terang sosoknya. Majelis Mujahidin menganggap

bahwa musuh-musuh Islam dan kaum Muslimin selalu mengincar dan mempersiapkan makar
untuk melawan Islam dan umatnya.
Majelis Mujahidin bermaksud menyatukan segenap potensi dan kekuatan kaum
muslimin (mujahidin).Tujuannya adalah untuk bersama-sama berjuang menegakkan Syari’ah
Islam dalam segala aspek kehidupan,sehingga Syari’ah Islam menjadi rujukan tunggal bagi
sistem pemerintahan dan kebijakan kenegaraan secara nasional maupun internasional.Yang
dimaksudkan dengan Syari’at Islam disini adalah segala aturan hidup serta tuntunan yang
diajarkan oleh agama Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad
Saw.
Manhaj perjuangan Majelis Mujahidin adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
Saw.Majelis Mujahidin bersifat Tansiq atau aliansi gerakan (amal) di antara ummat Islam

(mujahid) berdasarkan ukhuwah,kesamaan aqidah serta manhaj perjuangan.Sehingga majelis
ini mampu menjadi panutan ummat dalam hal berjuang menegakkan Agama Allah di muka
bumi ini,tanpa dibatasi oleh suku,bangsa ataupun negara.Aliansi atau tansiq ini
dikembangkan dalam 3 formulasi,yakni : Kebersamaan dalam misi menegakkan syari’at
Islam (tansiqul fardi),Kebersamaan dalam Program menegakkan syari’at Islam (tansiqul
‘amali),dan Kebersamaan dalam satu institusi Penegakan Syari’ah Islam (tansiqun nidhami).
Kepemimpinan di MMI sudah mengadopsi pola “Separation of Powers”. Artinya,
kekuasaan eksekutif, legislatif dan judikatif terpisah,sejajar dan setara. Ini merupakan

struktur keorganisasian modern.Pola kepemimpinan ini mereka sebut dengan kepemimpinan
kolektif, di mana tidak ada person yang benar-benar memiliki kekuasaan yang mutlak.
Di dalam institusi MMI, teori ini diwujudkan dengan membagi struktur kepengurusan
kepada dua komponen, yaitu Ahlul Halli wal Aqdi yang disingkat dengan AHWA dan Lajnah
Tanfidziyah. AHWA berfungsi sebagai lembaga legislatif. Ia memiliki beberapa tugas, antara
lain; menetapkan kodifikasi hukum Islam,memfatwakan pelaksanaan syariat Islam,memilih
badan pelaksana (LajnahTanfidzi),mengawasi,mengontrol dan meminta pertanggungjawaban
LajnahTanfidzi. Sedangkan Lajnah Tanfidziyah berfungsi sebagai lembaga eksekutif MMI
yang bertugas untuk menjalankan segala keputusan musyawarah AHWA,mengajukan saran
dan usulan kepada AHWA dan bertanggungjawab kepada AHWA.
ii.3. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
Penggagas lahirnya MMI ini adalah para pemuda aktifis Jogja di awal tahun 80-an
yang telah kembali ke dunia bebas setelah bertahun-tahun meringkuk di penjara Orde Baru.
Setelah mereka bebas di pertengahan tahun 90-an, mereka aktif berdiskusi seputar perjuangan
mereka.Lama mereka tidak segera muncul karena mencari format perjuangan yang sesuai
dengan konteks zaman.
Memasuki masa reformasi yang ditandai dengan banyaknya organisasi islam yang
sama-sama hendak memperjuangkan tegaknya Syari’at Islam mendorong diskusi mereka
semakin intensif. Tidak hanya dari Jogja,mereka pun mengundang kolega dan kenalan dari
berbagai daerah. Di antara tokoh yang sejak awal terlibat dalam membidani kelahiran MMI di

antaranya adalah Deliar Noer, Syahirul Alim, Mursalin Dahlan, Mawardi Noor dan lain-lain.4
Kelahiran MMI menarik perhatian dari para ulama Indonesia,sehingga melahirkan
berbagai macam pandangan publik terhadap MMI. Kata Mujahidin secara literal bermakna

orang-orang yang berjihad.Dengan mengusung nama ini muncul bermacam-macam spekulasi
di tengah masyarakat muslim Indonesia, dan pada umumnya negatif. Ada di antaranya yang
menilai dan mengasosiasikan Majelis Mujahidin dengan NII-nya Kartosuwiryo 5 ( Irfan
Suryahardi Awwas (ed.),Risalah Konggres Mujahidin I dan Penegakan Syari’ah Islam,
(Yogyakarta: Wihdah Press, 2001), hlm. 293 ) . Senada dengan tuduhan tersebut Muh.Nur
salim menyatakan,konggres Mujahidin I adalah proyek yang direncanakan oleh salah satu
Faksi NII,yakni faksi Abdullah Sungkar 6 (6Muh Nursalim, “Faksi Abdullah Sungkar
dalam Gerakan NII Era Orde Baru”, di dalam Jurnal Studi Islam Profetika, vol. 3, No. 2
Juli 2001, Program Magister Studi Islam Universtas Muhammadiyah Surakarta, hlm.
207 ).Lain lagi halnya dengan penilaian terhadap MMI yang dilakukan oleh Maftuh
Abegebriel, ia secara terbuka melemparkan tuduhan bahwa Majelis Mujahidin adalah saudara
kembar Jama’ah Islamiyah.“ berbeda dalam nama dan bahasa tetapi sama dalam bentuk dan
tujuan “7 (7A. Maftuh Abegebriel dkk Negara Tuhan, the Thematic Encyclopaedia,
(Yogyakarta: SR-Ins publishing,2004), hlm. 899 ) . Pandangan yang lebih ramah
dikemukakan oleh Syaiful Mujani, “Gerakan Islamis pasca-Suharto seperti KISDI,
FPI,Laskar Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Majelis Mujahidin, Hizbut Tahrir, dan lain-lain

berjuang menegakkan syariah Islam secara damai atau dengan cara-cara yang realatif damai.

BAB III. PENUTUP
iii.1. KESIMPULAN
Majelis Mujahidin bermaksud menyatukan segenap potensi dan kekuatan kaum
muslimin (mujahidin). Tujuannya adalah, untuk bersama-sama berjuang menegakkan
Syari’ah Islam dalam segala aspek kehidupan, sehingga Syari’ah Islam menjadi rujukan
tunggal bagi sistem pemerintahan dan kebijakan kenegaraan secara nasional maupun
internasional. Yang dimaksudkan dengan Syari’at Islam disini adalah, segala aturan hidup
serta tuntunan yang diajarkan oleh agama Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah

Nabi Muhammad Saw. perjuangan Majelis Mujahidin adalah Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah Saw. yang shahih. Majelis Mujahidin bersifat Tansiq atau aliansi gerakan (amal)
di antara ummat Islam (mujahid) berdasarkan ukhuwah, kesamaan aqidah serta manhaj
perjuangan, sehingga majelis ini mampu menjadi panutan ummat dalam hal berjuang
menegakkan Dienullah di muka bumi ini, tanpa dibatasi oleh suku, bangsa ataupun negara.
http://www.slideshare.net/HeriJerman/mmi-16315930

iii.2. USULAN DAN SARAN
iii.3. DAFTAR PUSTAKA