BAB II PENATAAN RUANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 A. Definisi Penataan Ruang dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 - Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat Dalam Pelaksanaan Penataan Ruang Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

BAB II PENATAAN RUANG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 A. Definisi Penataan Ruang dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Dengan diundangkannya UUPA itu, berarti sejak saat itu telah memiliki

  hukum agraria nasional, walaupun yang diatur di dalamnya baru hal yang pokok- pokok saja. Sejak saat pengundangan itu pula, hukum agraria lama yang

   merupakan warisan pemerintah kolonial dinyatakan diganti dengan UUPA.

20 Menurut Juniarso Ridwan konsep dasar hukum penataan ruang, tertuang di

  dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 yang berbunyi: ”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia…”Selanjutnya dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 amandemen ke empat, berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.” Menurut M. Daud Silalahi salah satu konsep dasar pemikiran tata ruang menurut hukum Indonesia terdapat dalam UUPA No. 5 Tahun 1960. Sesuai dengan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, tentang pengertian hak menguasai dari negara terhadap konsep tata ruang, Pasal 2 UUPA memuat

  

  wewenang untuk: 19 Sudjito, Prona: Persetifikatan Tanah secara Massal dan Penyelesaian Sengketa Tanah

  yang bersifat Strategis , Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1987, hlm 2 20 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Hukum Tata Ruang dalam konsep Kebijakan otonomi Daerah , Nuansa, Bandung, 2007, hlm 18 21 M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan: dalam sistem penegakan Hukum Lingkungan

  1) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.

  2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa.

  3) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

  Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, sebagai tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya, pada dasarnya ketersediaannya tidak tak terbatas.

  Dalam undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang tata ruang disebutkan bahwa “perencanaan tata ruang, struktur dan pola tata ruang yang meliputi tata guna tanah, tata guna air dan tata guna sumber daya lainnya.” Sehubungan dengan hal tersebut, penatagunaan tanah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penataan ruang atau subsistem dari penataan ruang. Pada saat ini penatagunaan tanah merupakan unsur yang paling dominan dalam proses penataan

   ruang.

  22

  Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

  Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

   Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

  jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

   Pola

  ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

26 Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

   1.

  keterpaduan, Untuk lebih mengoptimalkan konsep penataan ruang, maka peraturan- peraturan peundang-undangan telah banyak diterbitkan oleh pihak pemerintah, dimana salah satu peraturan perundang-undangan yang mengatur penataan ruang adalah Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

  Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas : Yang dimaksud dengan “keterpaduan” adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. 23 Pasal 1 angka 1 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 24 Pasal 1 angka 2 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 25 Pasal 1 angka 3 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 26 Pasal 1 angka 4 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 27

  18 Pemangku kepentingan, antara lain, adalah Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

  2. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan,

  Yang dimaksud dengan “keserasian, keselarasan, dan keseimbangan” adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antardaerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

  3. keberlanjutan,

  Yang dimaksud dengan “keberlanjutan” adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.

  4. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan,

  Yang dimaksud dengan “keberdayagunaan dan keberhasilgunaan” adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.

  5. keterbukaan,

  Yang dimaksud dengan “keterbukaan” adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.

  6. kebersamaan dan kemitraan,

  Yang dimaksud dengan “kebersamaan dan kemitraan” adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

  7. pelindungan kepentingan umum,

  Yang dimaksud dengan “pelindungan kepentingan umum” adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.

  8. kepastian hukum dan keadilan dan

  Yang dimaksud dengan “kepastian hukum dan keadilan” adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan peraturan perundangundangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.

   9.

  akuntabilitas.

  Yang dimaksud dengan “akuntabilitas” adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 merupakan undang-undang pokok yang mengatur tentang pelaksanaan penataan ruang. Keberadaan undang-undang tersebut diharapkan selain sebagai konsep dasar hukum dalam melaksanakan perencanaan tata ruang, juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan pemerintah dalam penataan dan pelestarian lingkungan hidup. 28

  Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif

   terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

  Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa rumusan tujuan (pengaturan penataan ruang) merupakan penerapan bagaimana konsep asas-asas penyelenggaran penataan ruang mengendalikan arah dan sasaran yang hendak dituju oleh suatu pengaturan UU Penataan Ruang ini.

30 Menurut Hermit klasifikasi penataan ruang bukan merupakan hal baru

  dalam pengaturan sistem penataan ruang kita. Pasal UU Penataan ruang ini berbunyi, “Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategi kawasan.”.

  Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang klasifikasi penataan ruang adalah: Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan

  29 30 Pasal 3 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Herman Hermit, Pembahasan Undang undang Penataan Ruang , Penerbit Mandar Maju,

‐ sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai

   strategis kawasan.

   Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa:

  1) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.

  2) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.

  3) Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

  4) Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.

  5) Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

  Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

  

  klasifikasi penataan ruang yakni: (1)

  Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana; b. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; 31 kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, 32 Pasal 4 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 33 Pasal 5 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi. (2)

  Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dilakukan secara berjenjang dan komplementer. (3)

  Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan. (4)

  Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (5)

  Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang- undang tersendiri.

  Dari pasal-pasal tersebut telah jelas klasifikasi penataan ruang baik berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan-kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategi kawasan.

  B.

  

Kedudukan Penataan Ruang dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun

2007

  Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota merupakan alat pengaturan, pengendalian dan pengarahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten/Kota. Memasuki era otonomi, dimana daerah diberikankewenangan untuk mengatur dan mengurus rumahtangganya, RTRW seyogyanya menjadi dasar pengambilankebijakan pembangunan. UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 menyatakan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memiliki wewenang dalam penyelenggaraan penataan ruang yang antara lain meliputi pelaksanaan penataaan ruang wilayah kabupaten/kota dan pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota. Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib memiliki izin sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang dan wajib melaksanakan setiap ketentuan perizinan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang. Untuk rencana pola ruang wilayah kabupaten di bagi kedalam kawasan lindung, kawasan budidaya dan pola ruang laut. Kawasan lindung sendiri terbagi ke dalam kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainnya.

  Penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.

  Kawasan perkotaan, menurut besarannya, dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, dan kawasan megapolitan. Penataan ruang kawasan metropolitan dan kawasan megapolitan, khususnya kawasan metropolitan yang berupa kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional dan dihubungkan dengan jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi, merupakan pedoman untuk keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah administrasi di dalam kawasan, dan merupakan alat untuk mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan lintas wilayah administratif yang bersangkutan.

  Penataan ruang kawasan perdesaan diselenggarakan pada kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten atau pada kawasan yang secara fungsional berciri perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten pada 1 (satu) atau lebih wilayah provinsi. Kawasan perdesaan yang merupakan bagian

   wilayah kabupaten dapat berupa kawasan agropolitan.

  Penataan ruang dengan pendekatan nilai strategis kawasan dimaksudkan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan demi terwujudnya pemanfaatan yang berhasil guna, berdaya guna, dan berkelanjutan.

  Penetapan kawasan strategis pada setiap jenjang wilayah administratif didasarkan pada pengaruh yang sangat penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan, keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Pengaruh aspek kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan lebih ditujukan bagi penetapan kawasan strategis nasional, sedangkan yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk penetapan kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, diukur berdasarkan pendekatan ekternalitas, akuntabilitas, dan

   efisiensi penanganan kawasan yang bersangkutan.

  Pentingnya kedudukan dan fungsi Rancangan Tata Ruang wilayah (RTRW) dalam pembangunan daerah seperti yang diamanatkan alam Undang- Undang (UU) No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang terkhusus Pasal 60. 34 Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:

H. Muchsin dan Imam Koeswoyono, Aspek Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan

  Tanah dan Penataan Ruang , Penerbit Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2008, hal 74 35 Johara T. Jayadinata, Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Tata Ruang Pedesaan

  a. mengetahui rencana tata ruang; b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang; c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya; e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

36 Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada: 1.

  Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi; a. pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan b. rencana pembangunan jangka panjang daerah.

  2. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan: a. perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang kabupaten; b. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten; c. keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten; d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; e. rencana pembangunan jangka panjang daerah; 36 f. rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan; dan

   g.

  rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.

  Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan (i) dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; (ii) tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan (iii) tidak menyebabkan terjadinya penurunankualitas ruang.

  Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Hal itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas ruang yang ada. Karena pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara keseluruhan, pengaturan penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri utama. Hal itu berarti perlu adanya suatu kebijakan nasional tentang penataan ruang yang dapat memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang. Seiring dengan maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan, baik oleh Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pemanfaatan ruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan dengan rencana tata ruang. 37

  Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencana rinci tata ruang disusun berdasarkan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok peruntukan. Penyusunan rencana rinci tersebut dimaksudkan sebagai operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan zonasi. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.

  Rencana tata ruang wilayah kabupaten memuat:

  a) tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; b) rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan system jaringan prasarana wilayah kabupaten; c) rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten dan kawasan budi daya kabupaten;

  d) penetapan kawasan strategis kabupaten; e) arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan

  f) ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan

   disinsentif, serta arahan sanksi.

C. Pengaturan, Pemanfaatan dan Pengendalian Penataan Ruang berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

  Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum

   bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.

  Pengaturan penataan ruang dilakukan melalui penetapan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang termasuk pedoman bidang penataan

   ruang.

  Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan

  

  program beserta pembiayaannya. Pemanfaatan ruang dilakukan melalui

  

  pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya. Pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan ruang, baik pemanfaatan ruang

  

  secara vertikal maupun pemanfaatan ruang di dalam bumi. Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya termasuk jabaran dari indikasi program utama yang

  

  termuat di dalam rencana tata ruang wilayah. Pemanfaatan ruang 38 39 Pasal 26 ayat (1) Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 40 Pasal 1 angka 9 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 41 Pasal 12 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 42 Pasal 1 angka 14 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 43 Pasal 32 ayat (1) Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 44 Pasal 32 ayat (2) Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu indikasi program

  

  utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah disinkronisasikan dengan pelaksanaan pemanfaatan

  

  ruang wilayah administratif sekitarnya. Pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan memperhatikan standar pelayanan minimal dalam penyediaan sarana dan

   prasarana.

  Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah,

  

  Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk pembangunan prasarana dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari

  

  pemegang hak atas tanah. Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang berfungsi lindung, diberikan prioritas pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah jika yang

   bersangkutan akan melepaskan haknya.

  Dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dilakukan: a) perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis;

  45 46 Pasal 32 ayat (4) Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 47 Pasal 32 ayat (5) Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 48 Pasal 32 ayat (6) Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 49 Pasal 33 ayat (1) Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 50 Pasal 33 ayat (3) Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang b) perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang wilayah dan kawasan strategis; dan

  c) pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan strategis.

  d) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis ditetapkan kawasan budi daya yang dikendalikan dan kawasan budi daya yang didorong pengembangannya.

  e) Pelaksanaan pembangunan dilaksanakan melalui pengembangan kawasan secara terpadu.

  f) Pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan: standar pelayanan minimal bidang penataan ruang; standar kualitas lingkungan; dan daya dukung dan daya

   tampung lingkungan hidup.

  Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib

  

  tata ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan

  

  sanksi. Pengendalian pemanfaatan ruang dimaksudkan agar pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.

  Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan

  

  ruang. Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap

  

  zona pemanfaatan ruang. Peraturan zonasi ditetapkan dengan: 51 52 Pasal 34 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 53 Pasal 1 angka 15 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 54 Pasal 35 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 55 Pasal 36 ayat 1 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang a. peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional b. peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi; dan

   c.

  peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi.

  Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan

  

  perundang-undangan. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

  

  undangan. zin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan

  

  tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah

  

  daerah sesuai dengan kewenangannya. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi

  

  pemberi izin. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan

  

  pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang

   menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

  56 57 Pasal 36 ayat 3 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 58 Pasal 37 ayat 1 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 59 Pasal 37 ayat 2 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 60 Pasal 37 ayat 3 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 61 Pasal 37 ayat 4 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 62 Pasal 37 ayat 5 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 63 Pasal 37 ayat 6 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

  Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif

  

  oleh Pemerintah dan pemerintah daerah. Penerapan insentif atau disinsentif secara terpisahdilakukan untuk perizinan skala kecil/individual sesuai dengan peraturan zonasi, sedangkan penerapan insentif dan disinsentif secara bersamaan diberikan untuk perizinan skala besar/kawasan karena dalam skala besar/kawasan dimungkinkan adanya pemanfaatan ruang yang dikendalikan dan didorong pengembangannya secara bersamaan.

  Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa: a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham; b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur; c. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah

   daerah.

  Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa: a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau

   b.

  pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti. 64 65 Pasal 38 ayat 1 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

  Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan untuk pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang melalui penetapan nilai jual objek pajak (NJOP) dan nilai jual kena pajak (NJKP) sehingga pemanfaat ruang membayar pajak lebih tinggi.

  Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak

  

  masyarakat. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh: a.

  Pemerintah kepada pemerintah daerah; b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan

   c.

  pemerintah kepada masyarakat.

  Insentif dapat diberikan antar pemerintah daerah yang saling berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan penataan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah memberikan preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam mendukung perwujudan rencana tata ruang.

  Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan

  

  zonas. Adanya pengenaan sanksi adalah tindakan yang dilakukan untuk penataan ruang yang belum sesuai. Dalam penataan ruang pun masyarakat wajib menaati rencana yang sudah di tetapkan, memanfaatkannya sesuai dengan ijin pemanfaatan ruang, mematuhi segala ketentuan yang berlaku, memberikan akses apabila kawasan tersebut adalah milik umum. Perlunya kesadaran yang tinggi di

  66 67 Pasal 38 ayat 3 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 68 Pasal 38 ayat 4 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 69 Pasal 38 ayat 5 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang masyarakat menjadi tombak keberhasilan pengendalian tata ruang. Sanksi tegas yang sudah di tetapkan haruslah di lakukan sesuai dengan ketentuan.

  Penataan tata ruang sendiri memang haruslah sesuai dengan perencanaan yang sudah tersusun dengan baik, bila tidak direncanakan dengan baik, di takut kan akan terjadi pembangunan yang terlalu mementingkan kepentingan sebuah golongan tanpa memikirkan kepentingan public. Contohnya saja bila kawasan industry berdekatan dengan daerah pemukiman yang padat penduduk, tentu saja hal itu akan berdampak buruk pada ekosistem maupun kehidupan penduduk di sekitar lingkungan tersebut. Bahkan yang paling buruk pun dapat mengakibatkan kesenjangan ekonomi antar masyarakat. Tentunya kita tidak mau, hal buruk ini terjadi pada lingkungan kita. Maka perlu adanya pengendalian. Memang ada teknik pengendalian tata ruang. Diantaranya pengaturan zonasi, pengaturan ini memang sudah dikembangkan dan digunakan oleh Negara-negara maju seperti Jerman dan Amerika, bahkan Negara tetangga kita Singapura sehingga tidak asing bagi kita, bila kita kesana, tata ruang kota begitu teratur, rapi. Ada juga pengaturan perizinan. Pengaturan ini diatur oleh pemerintah setempat. Peraturan ini pun sudah

   di atur di dalam undang-undang.

  Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian pemanfaatan ruang diatur

  

  dengan peraturan pemerintah. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten merupakan bagian

  

  pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah 70

  diakses tanggal 25 April 2015 71 72 Pasal 40 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi dilaksanakan oleh setiap

  

  kabupaten/kota. Untuk kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota yang mempunyai lembaga pengelolaan tersendiri,

  

  pengendaliannya dapat dilaksanakan oleh lembaga dimaksud. Pelaksanaan pengendalian oleh lembaga pengelolaan kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota dapat dilakukan secara lebih efektif apabila lembaga dimaksud diberi wewenang oleh seluruh pemerintah kabupaten/kota terkait.

  Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten merupakan bagian pengendalian pemanfaatan ruang

  

  wilayah kabupaten. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten dilaksanakan oleh setiap

  

  kabupaten. Untuk kawasan perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten yang mempunyai lembaga kerja sama antarwilayah kabupaten,

   pengendaliannya dapat dilaksanakan oleh lembaga dimaksud.

  73 74 Pasal 46 ayat 2 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 75 Pasal 46 ayat 3 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 76 Pasal 53 ayat 1 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 77 Pasal 53 ayat 2 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang