BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Danau 2.1.1 Definisi Pelabuhan Dan Fungsinya - Studi Pintu Masuk Utama Dermaga Pelabuhan Danau Terhadap Kenyamanan Penumpang (Studi Kasus : Pelabuhan Ajibata, Danau Toba)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Danau

  2.1.1 Definisi Pelabuhan Dan Fungsinya

  Sesuai UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan Danau merupakan fasilitas publik yang melayani kebutuhan angkutan dan penumpang. Peran pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan sangat penting bagi suatu daerah mengingat definisi pelabuhan sebagai pusat segala kegiatan pelayanan terhadap kapal dan muatan berupa barang, penumpang dan kendaraan (Peraturan Pemerintah No.83 Tahun 1999).

  2.1.2 Fasilitas Pelabuhan

  Pada pedoman penyelenggaraan pelabuhan penyeberangan (KM Perhubungan No. 52 Tahun 2004) disebutkan bahwa sebuah pelabuhan harus mempunyai beberapa fasilitas pokok dan fasilitas penunjang untuk mendukung kegiatan jasa kepelabuhanan. Beberapa fasilitas pokok pelabuhan meliputi :

  1) Fasilitas dermaga 3) Fasilitas penimbangan kendaraan / jembatan timbang 4) Fasilitas jalan penumpang keluar / masuknya kapal (gang way) 5) Fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker) 6) Fasilitas pemadam kebakaran 7) Fasilitas air, listrik dan komunikasi 8) Fasilitas pemecah gelombang 9) Fasilitas alur pelayaran 10) Fasilitas kolam pelabuhan 11) Fasilitas ruang tunggu Beberapa fasilitas penunjang pelabuhan meliputi: 1) Fasilitas perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayaran jasa pelabuhan 2) Fasilitas tempat penampungan limbah

  5

  3) Gudang 4) Fasilitas usaha / komersial 5) Fasilitas umum (peribadatan, taman, jalur hijau dan kesehatan)

2.2 Dermaga

  2.2.1 Definisi Dermaga Dan Aktifitasnya

  Menurut Triatmodjo (1996) dermaga adalah bangunan pada pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang. Sebagai titik temu dimana terjadinya kegiatan moda transportasi, dan juga sebagai area transisi antara darat dan air, maka banyak aktivitas yang terjadi pada dermaga. Aktifitas-aktifitas yang terjadi pada area ini secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh dermaga.

  Aktifitas-aktifitas yang terjadi pada dermaga meliputi :

  b. Aktifitas loading Merupakan kegiatan utama keberangkatan penumpang dari area parkir menuju dermaga hingga naik ke kapal.

  c. Aktifitas unloading Merupakan kegiatan utama penumpang yang dari kapal keluar dermaga meliputi proses turun dari kapal.

  d. Aktifitas service Merupakan kegiatan kapal mengisi perbekalan pada dermaga.

  e. Aktifitas berlabuh Merupakan kegiatan kapal menyandarkan/menambatkan kapal pada dermaga.

  2.2.2 Fasilitas Dermaga

  Beberapa fasilitas penting pada suatu dermaga antara lain: /

  • Trestle yait
  • Dolphin yaitu tempat
  • Bolder yaitu perangkat
  • Fender yaitu perangkat yang digunakan untuk meredam benturan yang terjadi pada saatyang terjadi di pelabuhan.

2.2.3 Bentuk Dermaga

  Berdasarkan bentuk, dermaga terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu :

  • Dermaga Memanjang (Wharf) Bentuk dermaga yang memanjang sejajar garis pantai. Dibuat berhimpit dengan garis pantai maupun menjorok ke laut. Wharf dibangun apabila sejajar dengan garis pantai dan kedalaman lautnya hampir merata. Contoh: Dermaga pada Pelabuhan Tanjung Mas.

Gambar 2.1 Bentuk Dermaga Memanjang

   (Sumber : Google)

  • Dermaga Jembatan (Pier) berbentuk T atau L Bentuk dermaga apabila keadalaman yang diisyaratkan jauh dari pantai, sehingga antara dermaga dan danu dihubungkan dengan jembatan penghubung yang berbentuk tegak lurus. Contoh : Dermaga pada Pelabuhan Ambon.

Gambar 2.2 Bentuk Dermaga Pier

   (Sumber : Google)

  • Dermaga Menjari (Finger) Bentuk dermaga menyerupai jari ini biasanya dibangun bila garis kedalaman terbesar menjorok ke laut dan tidak teratur. Dermaga ini dibangun khusus untuk melayani kapal dengan muatan umum. Contoh : Dermaga pada Pelabuhan Priok dam Tanjung Perak.

Gambar 2.3 Bentuk Dermaga Menjari

  (Sumber : Google)

2.2.4 Jenis Struktur Dermaga 1) Deck on pile

  Struktur deck on pile menggunakan tiang pancang sebagai pondasi bagi lantai dermaga. Seluruh beban di lantai dermaga (termasuk gaya akibat berthing dan mooring) diterima sistem lantai dermaga dan tiang pancang tersebut. Di bawah lantai dermaga, kemiringan tanah dibuat sesuai dengan kemiringan alaminya serta dilapisi dengan perkuatan (revetment) untuk mencegah tergerusnya tanah akibat gerakan air yang disebabkan oleh manuver kapal. Untuk menahan gaya lateral yang cukup besar akibat gaya berthing dan mooring kapal perlu dilakukan pemasangan tiap pancang miring. Pada tahap akhir pekerjaan dermaga dilakukan pembuatan lantai dermaga.

Gambar 2.4 Jenis Dermaga Deck On Pile

   (Sumber : Google)

2) Caisson

  Merupakan salah satu jenis dermaga gravity structure, yakni menggunakan prinsip bahwa dalam menahan gaya vertikal dan horizontal digunakan beban sendiri dari struktur tersebut. Caisson ini terbuat dari beton berongga yang diisi material seperti pasir guna menambah berat strukturnya. Untuk menggunakan sistem ini harus diperhatikan bahwa tanah dasarnya harus memiliki karakteristik yang baik.

Gambar 2.5 Jenis Dermaga Caisson

   (Sumber : Google)

3) Sheet pile

  Struktur sheet pile adalah jenis struktur yang tidak menggunakan kemiringan alami tanah. Pada jenis struktur ini, deretan sheet pile dipancangkan pada garis muka air rencana sampai kedalaman rencana kemudian baru dilakukan pengerukan (dredging) sesuai dengan kedalaman rencana pada sisi laut. Gaya-gaya yang terjadi akibat perbedaan elevasi antara dermaga dengan dasar kolam ditahan oleh struktur sheet pile. Tiang pancang masih diperlukan untuk menahan gaya lateral dari kapal yang sedang sandar atau untuk membantu sheet pile menahan tekanan lateral tanah. Struktur ini direncanakan menggunakan penjangkaran maupun tanpa penjangkaran.

Gambar 2.6 Jenis Dermaga Sheet Pile

   (Sumber : Google)

  4) Dermaga Terapung (Ponton)

  Dermaga ini merupakan dermaga yang menggunakan gaya apung (Archimedes) dalam menahan beban vertikal yang diterima struktur utamanya. Sistem dermaga terapung ini merupakan sistem dermaga yang biasa digunakan pada dermaga untuk kapal ferry, dimana sangat dibutuhkan tinggi freeboard dari dermaga tetap, sehingga dapat digunakan pada kondisi pasang maupun surut.

Gambar 2.7 Jenis Dermaga Ponton

  (Sumber : Google)

  Karena dermaga di Pelabuhan Ajibata diperuntukkan bagi keperluan penyeberangan ferry, untuk melayani kegiatan loading, unloading penumpang dari kapal ke darat dalam kondisi pasang maupun surut dengan nyaman, maka struktur dermaga yang dipilih adalah dermaga ponton.

  5) Dermaga Plengsengan

  Dermaga ini merupakan dermaga yang paling sederhana, menggunakan landasan beton berbentuk parabolik.

  6) Dermaga Moveable Bridge

  Dermaga ini merupakan dermaga yang paling modern, menggunakan jembatan beton yang digerakkan secara elektronis-hidraulis dengan ketinggian dasar penutup akses muatan yang telah dibuka. Proses loading dan unloading menggunakan moveable bridge dapat dilakukan dengan cepat.

2.2.5 Pertimbangan Struktur Yang Digunakan

  Sebagai pertimbangan dalam memilih jenis struktur yang akan digunakan, berikut ini akan ditinjau keuntungan dan kerugian dari masing-masing jenis struktur :

Tabel 2.1 Keuntungan Dan Kerugian Dari Masing-Masing Jenis Stuktur No Jenis Struktur Keuntungan Kerugian/Hambatan

  1 Deck On Pile

  • sudah umum • diperlukan pekerjaan digunakan pengerukan dengan volume yang cukup besar
  • mudah dilaksan>diperlukan proteksi pada
  • perawatan lebih kemiringan tanah di mudah bawah lantai der
  • perlu dipasang tiang miring bila gaya lateral cukup besar

  2 Sheet Pile

  • tidak memerlukan • perlu perlindungan pengerukan tanah terhadap korosi dibawah deck
  • perlu perbaikan tanah
  • masih memerlukan tiang miring

  3 Diaphragma Wall

  • waktu pelaksanaan • harus dilaksanakan oleh relatif singkat tenaga ahli dalam bidang
  • dinding dapat • memerlukan material dirancang menerima khusus gaya ak
  • memerlukan peralatan khusus

  4 Caisson

  • blok-blok caisson • diperlukan perbaikan dapat dibuat di tanah alas caisson agar tempat lain mampu menahan berat caisson dan beban yang
  • dapat dilaksanakan akan bekerja pada kondisi tanah yang j
  • diperlukan keahlian khusus untuk pembuatan blok-blok beton dan penempatan caisson

  (Sumber : IMO, 1987)

2.3 Kriteria Desain Dermaga

  Pada perencanaan dermaga harus dipertimbangkan semua aspek yang mungkin akan berpengaruh baik pada saat pelaksanaan konstruksi maupun pada saat pengoperasian dermaga. Penggunaan peraturan dan persyaratan-persyaratan dimaksudkan untuk memperoleh desain yang memenuhi syarat keamanan, fungsi dan biaya konstruksi. Persyaratan dari desain dermaga pada umumnya mempertimbangkan lingkungan, pelayanan konstruksi, sifat-sifat material dan persyaratan-persyaratan sosial. Elemen-elemen yang dipertimbangkan dalam perencanaan dermaga antara lain:

  a. Fungsi

  Fungsi dermaga berkaitan dengan tujuan akhir penggunaan dermaga, apakah untuk melayani penumpang, barang atau untuk keperluan khusus seperti untuk melayani transportasi minyak dan gas alam cair.

  b. Tingkat kepentingan

  Pertimbangan tingkat kepentingan biasanya menyangkut adanya sumber daya yang bernilai ekonomi tinggi yang memerlukan fasilitas pendistribusian atau menyangkut sistem pertahanan nasional.

  c. Umur (life time)

  Pada umumnya umur rencana (life time) ditentukan oleh fungsi, sudut pandang ekonomi dan sosial untuk itu maka harus dipilih material yang sesuai sehingga konstruksi dapat berfungsi secara normal sampai umur yang direncanakan. Terlebih lagi untuk konstruksi yang menggunakan desain kayu atau baja yang cenderung untuk menurun kemampuan pelayanannya akibat adanya kembang susut ataupun korosi, maka umur rencana harus ditetapkan guna menjamin keamanan konstruksinya.

  d. Kondisi lingkungan

  Selain gelombang, gempa, kondisi topografi tanah yang berpengaruh langsung pada desain, juga harus diperhatikan pengaruh adanya konstruksi terhadap kualitas air, kehidupan hewan dan tumbuh-tumbuhan serta kondisi atmosfer sekitar.

  e. Beban-beban yang bekerja

  f. Material yang digunakan

  g. Faktor keamanan

  Faktor keamanan berlaku sebagai indeks yang mewakili keamanan desain suatu struktur, bermanfaat untuk mengkompensasikan ketidakpastian dalam desain yang biasanya terjadi akibat kurangnya ketelitian dan human error dalam desain dan pelaksanaan konstruksi.

2.3.1 Pemilihan Tipe Dermaga

  Dalam perencanaan dermaga pertimbangan-pertimbangan pokok yang diperlukan pada pemilihan tipe dermaga secara umum adalah:

  1) Tinjauan topografi daerah danau

  Tinjauan topografi daerah danau pada dermaga sangat penting dilakukan karena berkaitan dengan keamanan, efektifitas, kemudahan proses pengerjaan dan faktor ekonomis. Misalnya pada perairan yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak jauh dari darat, penggunaan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan yang besar. Sedang pada lokasi dimana kemiringan dasar cukup curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan tiang di perairan yang dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini pembuatan wharf bisa dipandang lebih tepat. Jadi bisa disimpulkan kalau tinjauan topografi sangat mempengaruhi dalam pemilihan alternatif tipe dermaga yang direncanakan.

  2) Jenis kapal yang dilayani

  Jenis kapal yang dilayani berkaitan dengan dimensi dermaga yang direncanakan. Selain itu juga aktifitas yang mungkin harus dilakukan pada proses bongkar muat dan peruntukan dermaga akan mempengaruhi pertimbangan pemilihan tipe dermaga.

  3) Daya dukung tanah

  Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada umumnya tanah di dekat dataran memiliki daya dukung yang lebih besar daripada tanah di dasar laut. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan lumpur yang padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf akan lebih menguntungkan. Tapi apabila tanah dasar berupa karang, pembuatan wharf akan mahal karena untuk mendapatkan kedalaman yang cukup di depan wharf diperlukan pengerukan yang besar. Dalam hal ini pembuatan jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang. Dengan mempertimbangkan letak dermaga yang berada di perairan Danau Toba, maka dipilih dermaga dengan tipe wharf atau quai. Wharf atau

  quai merupakan dermaga yang dibangun pada garis pantai, relatif dekat atau sejajar dengannya.

2.3.2 Perencanaan Dimensi Dermaga 1) Panjang Dermaga

  Panjang dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: BOR = jumlah kedatangan kapal - jumlah tunggu kapal

  Tersedia bertambat ...............................(1) NOB = tersedia bertambat - jumlah tunggu kapal x 100%

  Tersedia bertambat................................(2) dengan: BOR = tingkat pemakaian tambatan NOB = jumlah kapal (Triatmodjo, 1996 )

  2) Lebar Dermaga

  Lebar dermaga direncanakan sesuai dengan kebutuhan dermaga. Perhitungan lebar dermaga dilakukan dengan memperhitungkan jarak tepi, jarak kaki crane dan kebutuhan manouver peralatan yang berada diatas dermaga.

  3) Elevasi Dermaga

  Tinggi lantai dermaga dihitung dalam keadaan air pasang. Elevasi dermaga menurut buku Bambang Triatmodjo, Pelabuhan didapat dari elevasi hasil perhitungan pasang surut (HHWL) ditambah tinggi gelombang yang terjadi akibat angin/fetch di dalam kolam pelabuhan maksimum dalam pelabuhan 0,5m dan tinggi (1 m).

Gambar 2.8 Elevasi Lantai Dermaga

  

(Sumber : Google)

4) Gaya-gaya Yang Bekerja Pada Dermaga

  Gaya-gaya yang bekerja pada dermaga adalah :

  a. Gaya benturan kapal

  Pada waktu merapat ke dermaga, kapal masih mempunyai kecepatan sehingga terjadi benturan antara dermaga dengan kapal.

  b. Gaya akibat angin

  Angin yang berhembus ke arah badan kapal yang ditambatkan akan menyebabkan gerakan pada kapal yang bisa menimbulkan gaya terhadap dermaga. Apabila arah angin menuju ke dermaga, maka gaya tersebut akan berupa benturan kepada dermaga. Sedangkan apabila arah angin meninggalkan dermaga, maka gaya tersebut akan mengakibatkan gaya tarikan kepada alat penambat.

2.4 Kapal Ferry

2.4.1 Definisi Kapal Ferry

  Kapal ferry adalah salah satu dari moda transportasi laut yang paling sering digunakan dan paling banyak diminati karena relatif lebih cepat dibandingkan moda transportasi lainnya. Sebagai transportasi penyeberangan untuk mencapai ke titik tujuan yang menempuh jarak tidak terlalu jauh, menjadikan kapal ferry pilihan alternatif yang paling efisien sebagai moda transportasi laut.

2.4.2 Jenis Kapal Ferry

  Jenis kapal ferry dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis menurut bentuk lambung kapalnya (hull) yang akan mempengaruhi kemampuan kapal, yaitu :

  1) Kapal Ferry Monohull Konvensional

  Kapal monohull konvensional ini memiliki lambung depan atau belakang yang bisa dibuka untuk kapal penyeberangan yang memiliki kemampuan mengangkut kendaraan. Gambar kapal jenis monohull dapat dilihat pada gambar 2.9

Gambar 2.9 Kapal Ferry Monohull Konvensional

  (Sumber : Google) 2) Kapal Ferry Catamaran

  Jenis kapal ini memiliki dua lambung (double hull), sehingga dapat melaju pada kecepatan tinggi. Kapal ini biasa dipergunakan sebagai kapal penumpang super cepat (superfast ferry ship). Namun kapal ini tidak memiliki daya angkut cukup besar sehingga penggunaannya terbatas sebagai kapal penumpang dengan kapasitas terbatas pula. Gambar kapal jenis catamaran dapat dilihat pada gambar 2.10

Gambar 2.10 Kapal Ferry Catamaran

  (Sumber : Google)

3) Kapal Ferry Cruise / Liner

  Kapal ini merupakan kapal penumpang yang biasa digunakan untuk keperluan wisata ataupun perjalanan jarak jauh. Kapal ini memiliki ukuran dan daya angkut yang cukup besar. Gambar kapal jenis cruise / liner dapat dilihat pada gambar 2.11

Gambar 2.11 Kapal Ferry Cruise/Liner

   (Sumber : Google)

2.4.3 Alur Pelayaran

  Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal yang keluar masuk pelabuhan. Penentuan dimensi (lebar dan kedalaman) alur pelayaran dipengaruhi oleh:

  • Karakteristik maksimum kapal yang akan menggunakan pelabuhan
  • Mode operasional alur pelayaran satu arah/dua arah
  • Kondisi bathimetri, pasang surut, angin dan gelombang yang terjadi
  • Kemudahan bagi navigasi untuk melakukan gerakan manouver Alur pelayaran ditandai dengan alat bantu navigasi dapat berupa pelampung maupun suar. Pada waktu kapal akan masuk ke dermaga, kapal tersebut akan melalui alur pendekatan (approach channel). Kapal diarahkan untuk bergerak menuju alur masuk dengan menggunakan rambu pelayaran yang sedapat mungkin alur masuk lurus.

  a) Panjang Alur Pelayaran

  Panjang alur masuk dihitung mulai dari posisi kapal mengurangi kecepatan sampai memasuki turning basin area (stopping distance, Sd) adalah : Menurut rekomendasi PIANC, panjang alur minimal untuk kondisi kapal ±10.000 DWT dengan kecepatan maksimum 5 knots, adalah 1× Loa kapal, dengan Loa digunakan dari kapal rencana terbesar. Panjang alur ini akan digunakan juga sebagai panjang minimal dari ujung mulut breakwater hingga turning basin area.

  b) Lebar Alur Pelayaran

  Penentuan lebar alur dipengaruhi beberapa faktor :

  • Lebar, kecepatan dan gerakan kapal
  • Lalu lintas kapal dan kedalaman alur
  • Angin, gelombang dan arus Belum ada persamaan baku yang digunakan untuk menghitung lebar alur tetapi telah ditetapkan berdasarkan lebar kapal dan faktor – faktor yang ada. Jika kapal bersimpangan maka lebar alur yang digunakan minimal adalah 3 – 4 lebar kapal.

  c) Kedalaman Pelayaran

  Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal diperlukan kedalaman air di alur masuk yang cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah dengan kapal bermuatan penuh. Kedalam alur pelayaran ditentukan beberapa faktor seperti ditunjukkan pada gambar 2.12

Gambar 2.12 Kedalaman Alur Pelayaran

   (Sumber : Google)

2.4.4 Standar Maneuverability

  Dalam maneuvering sebuah kapal, prosedur yang digunakan mengacu kepada peraturan standar kemampuan maneuver kapal yang direkomendasikan oleh

  

International Maritime Organization (IMO) yakni resolusi MSC.137 (76) annex.6

  tertanggal 4 Desember 2002 dan mulai diterapkan sejak tanggal 1 Januari 2004, yang mana resolusi ini merupakan amandemen terhadap resolusi sebelumnya yakni A.751 (18) mengenai standar kemampuan maneuver kapal. Mengacu kepada penjelasan resolusi tersebut di atas, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh

  

International Maritime Organization (IMO), aturan standar yang dimaksud disini

  didasarkan atas pengertian bahwa kemampuan maneuver kapal dapat dievaluasi berdasarkan karakteristik dari pengujian maneuver seperti biasanya atau secara konvensional, dimana kapal yang dimaksud adalah kapal yang memiliki panjang 100 meter atau lebih (kecuali tanker dan gas carrier) dengan menggunakan sistem propulsi dan sistem kemudi (steering) konvensional yakni gaya dorong kapal dihasilkan oleh propeller yang digerakan oleh poros propeller. Standar maneuver dan terminologinya didefinisikan sebagai berikut :

  a. Zig zag maneuver dengan sudut kemudi 10 derajat/10 derajat dilaksanakan

  dengan prosedur sebagai berikut :

  • Setelah tercapai steady approach dengan percepatan yawing sama dengan nol, maka kemudi dibelokan sebesar 10 derajat ke arah starboard atau portside (eksekusi pertama).
  • Pada saat sudut heading berubah 10 derajat dari sudut heading semula, maka kemudi dibelokan berlawanan atau dibalik 10 derajat ke arah portside atau starboard (eksekusi kedua).
  • Setelah kemudi dibelokan ke arah portside/starboard, maka kapal akan terus berbelok pada arah semula dengan mengalami penurunan kecepatan belok. Untuk mengetahui respon kapal terhadap kemudi maka selanjutnya kapal harus dibelokan ke arah portside/starboard. Ketika kapal sudah mencapai sudut heading 10 derajat ke arah portside/starboard dari lintasan semula maka selanjutnya kemudi dilawan atau diarahkan sebaliknya yakni 10 derajat ke arah starboard/portside (eksekusi ketiga).

  b. Sudut overshoot pertama adalah penambahan dari deviasi sudut heading pada zig -zag maneuver pada eksekusi kedua.

  c. Sudut overshoot kedua adalah penambahan dari deviasi sudut heading pada zig- zag maneuver pada eksekusi ketiga.

  d. Zig-zag maneuver dengan sudut kemudi 20 derajat/20 derajat dilaksanakan dengan prosedur yang sama dengan urutan prosedur no.3 sampai dengan no.5.

  Dalam menganalisa maneuver performance kapal maka pengujian maneuver baik ke arah portside maupun starboard harus dilaksanakan dengan kondisi sebagai berikut:

  • Pengujian dilakukan pada perairan dalam (deep water) atau perairan tak terbatas (unrestricted water).
  • Kondisi perairan atau linkungan yang tenang (calm environment).

  • Kondisi sarat penuh (sesuai dengan garis air pada musim panas), even keel.
  • Steady approach pada saat speed test.

  IMO telah merekomendasikan beberapa kriteria standar untuk manuverabilitas kapal. Kriteria tersebut harus dipenuhi oleh sebuah kapal saat beroperasi baik di perairan yang dalam (deep water) maupun di perairan terbatas atau beroperasi di sekitar pelabuhan atau di perairan yang dangkal (restricted and shallow water).

  Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :

Tabel 2.2 Standar Manuverabilitas Kapal Oleh IMO (Resolusi MSC 137 (76) 2002

  (Sumber : IMO, 1987)

  Manuver yang digunakan dalam percobaan di laut mengikuti rekomendasi dari

  maneuvering trial code of ITTC (1975) and the IMO circular MSC 389 (1985). IMO

  juga menentukan penampilan dari beberapa hasil pada poster, bucklet dan maneuvering bucklet pada IMO resolution A.601 (15) (1987).

2.5 Karakteristik Sistem Distribusi Penumpang

  Sistem pendistribusian yang digunakan sangat mempengaruhi kecepatan distribusi penumpang yang berpengaruh pada kelancaran proses embarkasi debarkasi pada dermaga. Sistem distribusi ini dipengaruhi oleh sistem ruang dan sirkulasi.

2.5.1 Sistem Distribusi Horizontal

  a. Sistem terpusat (centralized system)

  Pada sistem ini seluruh penumpang, barang serta kendaraan diwadahi dalam satu dermaga. Pola ruang yang digunakan dapat berbentuk linear maupun terpusat.

Gambar 2.13 Skema Sistem Terpusat

  (Sumber : Google)

  b. Sistem unit (desentralized system)

  Pada sistem ini seluruh muatan di susun dalam unit-unit modular menurut pengelompokkan tertentu, dimana kelompok diwadahi dalam dermaga yang berbeda.

Gambar 2.14 Skema Sistem Unit

  (Sumber : Google)

  2.5.2 Sistem Distribusi Vertikal

  Sistem ini didasarkan pada jumlah penumpang, ketersediaan lahan, tipe lalu lintas yang ditangani dan konsep distribusi yang digunakan. Sistem vertikal ini terdiri dari :

  a. Sistem satu paras Dalam sistem ini seluruh penumpang diproses pada paras yang sama, artinya sistem ini ekonomis dan layak untuk volume penumpang yang kecil (dibawah 1 jt/tahun).

  b. Sistem dua paras Sistem ini memiliki karakteristik yang baik. Dalam sistem ini, aliran penumpang datang, aliran penumpang berangkat dan dipisahkan. Begitu juga dengan barang. Digunakan untuk lalu lintas yang besar (lebih dari 2 juta pertahun).

  c. Sistem tiga paras Biasanya paling sering digunakan pada kondisi pelabuhan yang sangat sibuk. Merupakan pengembangan dari sistem 2 paras. Pada sistem ini distribusi antara penumpang datang, penumpang berangkat dan barang dipisahkan sama sekali.

  2.5.3 Komponen-Komponen Aktifitas Pelabuhan

  Dalam suatu sistem pelabuhan, maka akan melihat sekumpulan komponen- komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya yang meliputi :

  • Kapal • Penumpang • Calon penumpang yang diantar (kiss & ride)
  • Calon penumpang yang membawa kendaraan sendiri dan memarkir kendaraannya (park & ride)
  • Pejalan kaki

a. Kapal

  Dari lintasan rutenya, kapal datang dari sisi danau, kemudian menurunkan penumpang-penumpangnya. Setelah penumpang turun, maka kapal akan menunggu beberapa lama (tergantung pada jadwal), untuk menaikkan penumpangnya kemudian pergi kembali menelusuri lintasan rutenya. Terkadang, dengan alasan tertentu, kapal harus diperbaiki atau dilakukan perawalan kecil terlebih dahulu seperti mengganti bahan bakar (bunker), membuang limbah. Untuk kapal yang harus berangkat dari dermaga di pagi hari, maka kapal harus menginap di tempat penyimpanan, artinya menambatkan kapal di dermaga.

  Dengan demikian, fungsi dermaga bagi kapal adalah ;

  • Tempat kapal dapat bersandar
  • Tempat kapal menurunkan penumpang
  • Tempat kapal menaikkan penumpang
  • Tempat kapal mendapatkan perawatan kecil
  • Tempat kapal disimpan untuk sementara

  b. Penumpang

  Untuk penumpang, kegiatan di dermaga dimulai dengan datangnya penumpang, baik datang dengan kendaraan pribadi, truk, bus besar ataupun datang dengan moda transportasi lainnya. Sesampainya di dermaga, maka penumpang turun dari kapal. penumpang akan keluar dari dermaga, berjalan kaki / menggunakan kendaraan lain.

  Dengan demikian, fungsi dermaga bagi seorang penumpang adalah :

  • Tempat penumpang turun dan mengakhiri perjalanan dengan kapal
  • Tempat penumpang menunggu kapal yang akan dinaikinya
  • Tempat penumpang naik ke kapal
  • Tempat penumpang berganti dengan moda transportasi lainnya (bus, truk, mobil atau berjalan kaki) keluar menuju gerbang pelabuhan.

  c. Kiss & Ride

  Bagi calon penumpang yang diantar dengan kendaraan oleh orang lain, maka ketika sampai di area parkir, penumpang akan turun untuk segera membeli tiket di loket. Selanjutnya menuju ke ruang tunggu, di mana ruang tunggu yang dimaksud berdekatan dengan dermaga, dan menunggu beberapa saat sampai kapal yang dimaksud tiba di dermaga. Selanjutnya penumpang naik ke kapal dan bersama kapal meninggalkan dermaga.

  

Dengan demikian, fungsi dermaga bagi calon penumpang jenis Kiss &

Ride adalah :

  • Tempat kendaraan penghantar datang dan langsung pergi
  • Tempat dapat membeli tiket
  • Tempat menunggu
  • Tempat naik angkutan diluar pelabuhan

  d. Park & Ride

  Bagi calon penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi ke pelabuhan, maka terlebih dahulu penumpang akan memarkir kendaraannya di area parkir dan menuju loket untuk membeli tiket. Selanjutnya penumpang akan menunggu di ruang tunggu di mana ruang tunggu yang dimaksud berdekatan dengan dermaga, dan menunggu beberapa saat sampai kapal yang dimaksud tiba di dermaga. Kemudian penumpang naik ke kapal dan bersama kapal meninggalkan dermaga.

  

Dengan demikian, fungsi dermaga bagi calon penumpang jenis Park &

Ride, adalah :

  • Tempat kendaraannya dapat diparkir selama dia melakukan perjalanan
  • Tempat membeli tiket
  • Tempat dia harus menunggu • Tempat naik bis dan memulai perjalannya.
  • Tempat dia mengakhiri perjalannya dengan bis untuk kemudian menggunakan kendaraan yang diparkir untuk pulang ke rumah

  e. Pejalan Kaki

  Bagi seorang pejalan kaki yang ingin menggunakan kapal untuk melakukan kegiatan penyeberangan, maka penumpang harus datang ke pelabuhan dengan berjalan kaki. Sesampainya di pelabuhan maka penumpang ini akan membeli tiket. Selanjutnya penumpang akan menuju ke ruang tunggu di mana kapal yang dimaksud berdekatan dengan dermaga, dan menunggu beberapa saat sampai kapal yang diimaksud tiba di dermaga, kemudian naik ke kapal dan meninggalkan dermaga.

  

Dengan demikian, fungsi dermaga bagi calon penumpang pejalan kaki,

adalah :

  • Tempat membeli tiket
  • Tempat menunggu • Tempat naik ke kapal dan memulai perjalanannya.
  • Tempat mengakhiri perjalanannya dengan kapal untuk kemudian menggunakan kendaraan / angkutan di luar gerbang pelabuhan untuk pulang ke rumah. Jika kesemua komponen di atas diakomodasi dalam sebuah pelabuhan maka mekanisme yang ada secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 2.15 Mekanisme Aktifitas Penumpang Di Pelabuhan

  (Sumber : Analisis Penulis, 2014)

2.4 Kenyamanan

2.4.1 Definisi Kenyamanan

  Aspek kenyamanan dermaga berkaitan dengan kelengkapan fasilitas baik dari sisi darat (pelabuhan), maupun dari sisi danau (kapal). Fasilitas seperti kamar kecil dan ruang tunggu yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi pengguna jasa dermaga, serta tingkat kebersihan pelabuhan maupun kapal.

  Kenyamanan pada ruang terbuka menurut Rustam Hakim 1993) adalah penentu bagaimana ruang terbuka dan fasilitasnya mempengaruhi pengunjung dalam menikmati suguhan yang ditawarkan oleh ruang terbuka itu sendiri. Menurut Project

  

For Public Space (PPS) suatu tempat yang berhasil adalah dapat diakses dan

  mempunyai keterkaitan (linkage), nyaman dan memiliki pemandangan yang bagus, dan dapat menampung segala aktivitas yang mampu berfungsi dengan baik.

  Wujud Kriteria Pengukuran

Gambar 2.16 Kriteria Ruang Publik

  (Sumber Suwarto (2009) menyebutkan terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kenyamanan, yaitu antara lain :

  a) Sarana dan Prasarana Pelayanan angkutan penyeberangan pada umumnya sudah semakin diperluas.

  Pada awalnya angkutan ini ditujukan sebagai penghubung antar pulau sebagai pengganti jembatan. Namun perkembangannya jauh lebih pesat, tidak hanya sebagai pengganti jembatan dalam arti jarak pendek, tetapi telah melayani angkutan antar pulau dengan jarak relatif jauh. Akan tetapi, dengan semakin jauhnya jarak angkutan penyeberangan ini, harus pula diikuti dengan peningkatan kualitas, terutama dari segi keselamatan (Munawar, 2007:5). Adanya peningkatan kualitas akan mampu menambah jumlah arus penumpang maupun barang yang dibongkar-muat pada suatu pelabuhan penyeberangan.

  Untuk penyelenggaraan jenis angkutan penyeberangan diperlukan adanya suatu sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi standar keamanan yang ditetapkan seperti perawatan pengadaan kapal dengan standar keamanan yang tinggi serta pembangunan pelabuhan-pelabuhan yang memadai. Sarana dan prasarana pelabuhan meliputi fasilitas pelabuhan, fasilitas dermaga, serta jenis armada kapal yang beroperasi pada pelabuhan tersebut (Suwarto, 2009).

  b) Aksesibilitas

  Aksesibilitas atau keterjangkauan adalah konsep yang menghubungkan antara sistem tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya (Manullang, 2006). Keberadaan dermaga pada pelabuhan erat terkait dengan mudah tidaknya suatu dermaga dijangkau oleh penumpang.

  Salah satu syarat pembangunan kawasan pelabuhan harus ada hubungan yang mudah dijangkau dengan berbagai moda angkutan seperti area parkir dan ruang tunggu. Lokasi yang jauh dari angkutan akan mempersulit penumpang untuk beralih moda angkutan (Iskandar, 2011:17). Pelabuhan yang ideal adalah pelabuhan yang mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, baik dari segi lokasi, jarak, waktu, dan biaya.

  c) Sumber Daya Manusia

  Setiap petugas operasional pelabuhan seharusnya mempunyai latar belakang pendidikan kepelabuhan, minimal memiliki kursus ASDP (Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) (Suwarto, 2009). Dengan demikian hal-hal yang bersifat teknis dalam kegiatan kepelabuhan seperti perawatan sarana dan prasarana pelabuhan serta pelayan penumpang dapat dilakukan secara optimal.

2.4.2 Faktor-Faktor Kenyamanan

  Menurut Hakim (1993) faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan adalah :

  1. Sirkulasi

  Sirkulasi sangat berpengaruh terhadap pola pergerakan dari ruang yang satu ke ruang yang lain. Pembagian sirkulasi menurut fasilitasnya adalah sebagai berikut : Sirkulasi Manusia, yaitu meliputi jalur pedestrian yang saling berhubungan

  • dengan aktivitas di dalamnya. Hal ini perlu di perhatikan dalam perencanaan dermaga dalam mewadahi aktivitas manusia naik turun kapal.
  • menuju dermaga.

  Sirkulasi kendaraan, yaitu meliputi area parkir dalam mencapai kemudahan

  2. Kebisingan

  Sebagai tipologi dari ruang terbuka publik, dermaga mengalami tingkat kebisingan yang tinggi pada saat embarkasi debarkasi penumpang dari kapal ferry. Hal ini merupakan salah satu masalah yang mengganggu kenyamanan penumpang. Dalam mengatasinya dapat dikurangi dengan menanam tanaman-tanaman tertentu sebagai elemen penyaring kebisingan.

  3. Keamanan

  Faktor keamanan merupakan salah satu masalah yang penting karena masalah ini dapat menghambat aktivitas yang akan dilakukan. Faktor keamanan yang dimaksud tidak sebatas kejahatan saja tetapi juga terhadap hal-hal lain misalnya keamanan konstruksi dari segi material dermaga yang menyangkut keselamatan dalam embarkasi debarkasi dari kapal ferry.

  4. Keindahan

  Faktor keindahan merupakan hal yang perlu diperhatikan mencakup kepuasan batin dan panca indera sehingga rasa nyaman dapat di peroleh. Hal ini dapat dilihat dari kondisi dermaga berupa material yang diguunakan, lampu-lampu, variasi pohon dan tanaman.

  5. Kebersihan

  Faktor kebersihan merupakan sesuatu yang dapat menambah nilai ketertarikan suatu tempat serta menambah nilai kenyamanan pada dermaga. Hal ini dapat terpenuhi dengan ketersediaan tempat sampah di tempat tertentu.

  6. Iklim atau cuaca

  Salah satu hal yang mempengaruhi kenyamanan secara thermal adalah radiasi matahari, angin dan curah hujan. Sinar Matahari berpengaruh terutama pada siang hari maka perlu adanya

  • peneduh. Dengan adanya peneduh, diharapkan sinar matahari langsung dapat berkurang.

  7. Aroma

  Pada daerah pembuangan sampah, maka bau yang tidak sedap akan tercium oleh orang yang berada atau melalui daerah tersebut. Hal ini dapat dikurani dengan ditanami poho atau semak yang dapat mengurangi bau.

Dokumen yang terkait

KATA PENGANTAR - Analisis Pengaruh Pendapatan Konsumen, Harga, Brand smartphone, Dan Kualitas Smartphone Terhadap Keputusan Masyarakat Kota Medan Dalam Memilih Smartphon

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan dan Fungsi Utama Lahan - Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Batunadua Kota Padangsidimpuan

0 7 21

Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Batunadua Kota Padangsidimpuan

0 0 13

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Degradasi Lingkungan 2.1.1. Pengertian Degradasi Lingkungan - Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 19

KATA PENGANTAR - Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 4 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang Komunikasi Pemasaran 2.1.1 Pengertian Komunikasi Pemasaran - Pengaruh Iklan Televisi dan Selebriti Pendukung terhadap Kesadaran Merek Wardah pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

0 0 21

KATA PENGANTAR - Pengaruh Iklan Televisi dan Selebriti Pendukung terhadap Kesadaran Merek Wardah pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

0 0 16

BAB I - Inheritance For The Future

0 0 10

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Usia Menarke pada Remaja Putri di SMP Negeri 30 Medan

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Remaja - Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Usia Menarke pada Remaja Putri di SMP Negeri 30 Medan

0 0 17