BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Dukuh 01 Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Project Based Learning

  Pembelajaran Berbasis Proyek atau sering disebut dengan Project Based

  

Learning (PBL), dilakukan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan

  dengan membuat proyek atau karya yang terkait dengan materi dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa (Ridwan, 2014). Proyek yang akan dibuat terkait dengan kebutuhan para siswa dan dapat digunakan oleh siswa didalam kelas, produk yang dihasilkan juga bisa berupa produk yang sederhana seperti majalah dinding. Model PBL ini merupakan model yang mencakup pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan, keterampilan melakukan investigasi dan keterampilan membuat karya. Siswa haruslah fokus pada penyelesaian masalah atau pertanyaan yang memandu mereka dalam memahami konsep dan prinsip yang berkaitan dengan proyek. Guru berperan membantu peserta didik dalam merencanakan proyek, menganalisa rancangan atau sketsa proyek jika diminta oleh kelompok, mengurus kebutuhan kerja sama yang mungkin diperlukan, akan tetapi tidak memberikan arahan tentang bagaimana menyelesaikan proyek yang direncanakan peserta didik. Pemahaman peserta didik secara mendalam tentang konsep dan prinsip merupakan sasaran yang dikehendaki dalam melibatkan mereka dalam sebuah proyek.

  Tahap pertama pembelajaran adalah menyampaikan tujuan pembelajaran, kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa dan materi ajar yang harus dikuasai, selanjutnya siswa membentuk kelopok belajar dan mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan tujuan pembelajaran atau materi pembelajaran. Kelompok membuat rancangan karya untuk mengatasi atau menjawab permasalahan yang diidentifikasi, kemudian mengerjakan proyek dan berupaya memahami konsep dan prinsip yang terkait materi ajar secara mendalam. Tahap terakhir pembelajaran berbasis proyek adalah menampilkan proyek yang telah dibuat. Tahap ini merupakan bagi siswa dan rekan-rekan yang membantu dalam membuat proyek, siswa juga mendapatkan kesempatan untuk mengenalkan dan menjelaskan proyek yang telah dibuat. proyek, siswa juga mendapatkan kesempatan untuk mengenalkan dan menjelaskan proyek yang telah dibuat.

  Gambaran tahap pembelajaran PBL menurut Ridwan (2014) secara umum:

  Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi dan kompetensi yang akan dicapai Peserta didik mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik yang dikaji, pertanyaan juga dapat diajukan oleh guru p Kelompok membuat rencana proyek terkait dengan penyelesaian masalah yang diidentifikasi Guru atau sekolah memfasilitasi pameran atas karya yang dihasilkan oleh peserta didik Kelompok membuat proyek atau karya dengan memahami konsep atau prinsip terkait materi pelajaran

Gambar 2.1 Tahap pembelajaran PBL menurut Ridwan

  John Dewey pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media dan menggunkan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru beradasarkan pengalaman siswa dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang menuntut kreativitas siswa, pada pembelajaran berbasis proyek terkandung karya siswa sebagai hasil belajar melalui perbuatan / pengalaman langsung yang merupakan konsep dari pendekatan konstruksivisme.

  Langkah-langkah pada Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek) menurut Keser & Karagoca ada 6 langkah:

Gambar 2.2 Langkah-langkah PBL dari Keser & Karagoca

  a. Penentuan Proyek Siswa menetukan tema yang telah ditentukan oleh guru, siswa mendapat kesempatan untuk memilih proyek yang akan dikerjakan baik dalam kelompok atau individu asalkan tidak menyimpang dari tugas yang diberikan oleh guru.

  b. Perencanaan langkah-langkah penyelesaian proyek Siswa merancang atau menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan proyek yang telah dibuatnya. Kegiatan perencanaan ini terdiri dari aturan dalam proses pengerjaan proyek, memilih aktivitas yang mendukung pengerjaan proyek, pengintegrasian sebagai yang mungkin menyelesaikan proyek, perencanaan sumber/bahan/alat yang mendukung penyelesaian proyek, dan kerja sama dalam kelompok.

  c. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek Siswa didampingi guru melakukan penjadwalan dalam pengerjaan proyek.

  d. Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru Kegiatan yang dilakukan dalam mengerjakan proyek adalah 1). Membaca, 2). Meneliti, 3). Observasi, 4). Interview, 5). Merekam, 6). Berkarya seni, 7).

  Mengunjungi objek proyek atau, 8). Akses internet. Guru bertanggung jawab dalam pemonitoran siswa dalam mengerjakan proyek hingga selesai. Guru juga menyiapkan rubrik yang dapat merekan aktivitas siswa dalam menyelesaikan proyek.

  e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek Hasil produk yang selesai dikerjakan akan di publikasikan pada siswa, guru atau masyarakat dalam penerapan produk pembelajaran.

  f. Evaluasi proses dan proyek Pada akhir pembelajaran guru dan siswa akan melakukan refleksi terhadap aktivitas dan proyek, pada tahap evaluasi siswa diberi kesemparan untuk mengemukakan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan.

2.1.2 Karakteristik Project Based Learning

  Pengertian Model Project Based Learning (PBL) adalah pemanfaatan Proyek dalam belajar mengajar, dengan tujuan memperdalam pembelajaran, proyek ini juga berfungsi untuk menguji dan menilai kompetensi siswa. Dalam PBL ini siswa mengembangkan sendiri investigasi mereka dengan kelompok atau individu, siswa secara aktif terlibat dalam pendefinisian masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan aktifitas lainnya. Kaarakteristik PBL secara umum:

  a) Siswa mengambil keputusan sendiri dalam kerangka kerja b) Siswa berusaha memecahkan masalah sendiri

  c) Siswa merancang proses yang akan ditempuh untuk mencari solusi

  d) Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi, serta mencoba berbagai macam bentuk komunikasi e)

  Siswa bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri informasi

  f) Evaluasi dilakukan selama proyek berlangsung

  Model ini menciptakan lingkungan belajar dimana siswa membangun pengetahun mereka sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator.

  Kelebihan Project Based Learning 1.

  Meningkatkan motivasi belajar siswa 2. Meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah 3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran 4. Mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan komunikasi

5. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber 6.

  Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata Kelemahan Project Based Learning 1.

  Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah 2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak 3. Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional yang berpusat pada guru

  Siswa yang memiliki kelemahan pada percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan

2.2 Hasil Belajar

  Hamalik (2008) mengatakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan perkembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

  Sedangkan menurut Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat dan perubahan perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada kemampuan langsung. Miller at all dalam Herman (2014) yang dimaksud hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah memperoleh atau menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa memiliki hubunga dengan pengalaman belajar.

  Menurut Gagne hasil belajar (Learning Outcomes) terbagi menjadi 5 kelompok yaitu Intelectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor

  

skill, and attitude. Gagne menekankan pada pentingnya kondisi internal dan

  eksternal dalam suatu pembelajaran agar memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Kondisi eksternal bertujuan untuk merangsang ingatan siswa, penginformasian tujuan pembelajaran, pembimbing materi yang baru, memberikan kesempatan kepada siswa yang menghubungkannya dengan informasi baru

  Dari pendapat para tokoh tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku yang lebih baik yang merupakan wujud hasil belajar, siswa dapat belajar melalui pengalaman yang dialaminya.

  Dalam taksonomi bloom terdapat 3 ranah yaitu, kognitif, ranak afektif dan ranak psikomotor.

  1. Ranah kognitif pada teori Bloom terdapat 6 tingkatan dalam berpikir, yaitu mengingat (Remember), memahami (Understand), menerapakan (Apply), menganalisis (Analyz), Mengevaluasi (Evaluate), menciptakan (create)

   Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari ingatan yang telah lalu, mengingat brperan penting dalam pe mbelajaran yang bermakna dan memecahkan masalah.  Memahami (Understand) C2

  Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pengertian, bacaan dan komunikasi  Menerapkan (Apply) C3

  Menerapkan merupapakan proses yang berkelanjutan, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunkan prosedur baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjakan teratur sehingga siswa mampu melaksanakan prosedur dengan mudah, kemudian munculnya permasalahan-permasalahan baru pada siswa, dan siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang repat untuk menyelesaikan permasalah.  Menganalisis (Analyz) C4

  Menganalisis merupakan pemecahan suatu masalah dengan memisahkan tiap bagian dari permasalahan dan mencari tahu keterkaitan terebut dapat menjadi masalah. Kemampuan mengeanalisis merupakan kemampuan yang banyak dituntut pada kegiatan di sekolah. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan analisis sering kali cenderung lebih penting dari dimensi kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan mencipta.  Mengevaluasi (Evaluate) C5

  Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunaka adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Standar tersebut dapat berupa kualitatif atau kuantitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Tidak semua kegiatan dimensi proses kognitif merupakan penilaian. Perbedaan penilain yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteri yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan oleh siswa merupakan kegiatan evaluasi.  Menciptakan (Create) C6

  Mencipta mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa undur menjadi bentuk atau pola yang berbeda sebelumnya.

2. Ranah Afektif

  Pada ranah afektif mencakup semua emosi, yang uraikan menjadi 5 kategori, yaitu:  Penerimaan (receiving)

  Kategoro pertama ini mengacu pada kemampuan merespon terhada stimulasi/rangsangan.  Menanggapi (Responsive)

  Siswa berpartisipasif dalam pembelajaran dan termotivasi untuk melakukan tindakan.  Nilai (Value)

  Kemampuan yang menunjukkan bahwa siswa dapat membedakan hal yang baik dan buruk pada kejadian atau objek dan diekspresiakn dalam perilaku.  Karakter (Characterization)

  Tujuan dari kategori ini adalah berhubungan dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa, kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan

3. Ranah Psikomotor

  Ranah psikomotorik ini meliputi gerakan jasmani, keterampilan motorik, dan fisik. Pada ranah terdapat 4 poin yaitu:  Meniru Kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan contoh yang diamatinya walaupun belum dimengerti maknanya atau hakikat dari keterampilan itu.

   Memanipulasi Kemampuan dalam melakukan suatu tindakan serta memilih sesuatu yang diperlukan dari apa yang diajarkan.

   Pengalamiahan Penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan dijadikan sebagai contoh telah menjadi kebiasaan dan gerakan-gerakan yang telah ditampilkan lebih meyakinkan.

   Artikulasi Suatu tahapan dimana seseorang dapat melakukan suatu keterampilan yang lebih kompleks, terutama yang berhubungan dengan gerakan interpretatif.

2.3 Pembelajaran IPA

  Pembelajaran IPA yang cocok untuk anak-anak di sekolah dasar di Indonesia adalah menggunakan pendekatan yang mencakup kesesuaian atara situasi belajar anan dan situasi kehidupan nyata masyarakat, menemukan ciri-ciri esensial dari situasi kehidupan yang berbeda-beda akan meningkatkan kemampuan menalar, berprakarsa dan berpikir kreatif pada anak didik. Model belajar yang cocok untuk anak Indonesia ialah belajar melalui pengalaman (learning by doing), model pembelajaran ini dapat meningkatkan daya ingat anak karena belajar menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada disekitar mereka.

  Menurut Tisno Hadisubroto dalam Herry (2014,19) pembelajaran IPA di sekolah dasar, Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peran penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak terjadi secara spontan sejak lahir sampai anak berumur 12 tahun. Efisiensi pengalaman langsung tergantung pada konsistesi antara model dan objek dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak siap mengembangkan konsep tertentu jika anak telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya adalah perkembangan kognitif yang hirarkis dan integratif.

  Tujuan pembelajaran IPA menurut BSNP (2011:13) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA meliputi:

  1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam penciptannya.

  2. Mengembangkan pengetahuan pemahaman konsep-konsep Sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

  4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

  5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  Menurut Samatowa (2011:10), beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran IPA di SD adalah:

  1. Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya, siswa telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari. Pemahaman akan pengetahuan pengetahuan apa yang dibawa siswa dalam pembelajaran akan membantu siswa untuk meraih pengetahuan yang seharusnya mereka miliki.

  2. Aktivitas siswa melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA. Dengan berbagai aktivitas nyata, siswa akan dihadapkan langsung dengan fenomena yang akan dipelajari, sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar yang interaktif.

3. Dalam pembelajaran IPA, kegiatan bertanya menjadi bagian yang penting.

  Melalui kegiatan bertanya, siswa akan berlatih menyampaikan gagasan dan memberikan respon yang relevan terhadap suatu masalah yang dimunculkan. Pembelajaran

  IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah

Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran IPA di SD kelas IV Semester I

  Kompetensi Inti Kompetensi Dasar KI 1 : Menerima dan menjalankan

  3.6 Memahami sifat-sifat cahaya ajaran agama yang dianutnya. melalui pengamatan dan KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, medeskripsikan penerapannya dalam disiplin, tanggung jawab, santun, kehidupannya sehari-hari peduli dan percaya diri dalam

  4.5 Membuat karya/model yang berinteraksi dengan keluarga, teman memanfaatkan sifat-sifat cahaya. dan guru. KI 3 : Memahami pengetahuan faktual

  3.6 Memahami sifat-sifat cahaya dengan cara mengamati (melihat, melalui pengamatan dan mendengar, membaca) dan menanya medeskripsikan penerapannya dalam berdasar rasa ingin tahu tentang kehidupannya sehari-hari dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang

  4.5 Membuat karya/model yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. memanfaatkan sifat-sifat cahaya

  KI 4 : Menyampaikan pengetahuan dalam bahasa yang faktual dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan sikap anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan penelitian yang sudah ada sebelumnya yang dijadikan rujukan dalam membuat penelitian, adapun penelitian yang sebelumnya diantaranya:

  Muhamad Fajar Dismawan (2014) dengan judul “Model Project Based

  Learning

  untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar” penelitian tersebut dilakukan pada kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat. Peningkatan hasil belajar terlihat setelah penulis menerapkan Model Project

  Based Learning , dengan nilai rata-rata yang mengalami peningkatan pada

  setiap siklusnya, pada siklus I rata yang dicapai 57,22, siklus II meningkat menjadi 62.52 dan siklus II nilai rata-rata 82,21.

  Rizky Agung Pratiwi (2015) dengan judul “Penerapan Model Problem

  Based Learning Berbantuan LKS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

  belajar IPA” peneliti melakukan penelitian tersebut pada kelas IV SD Negeri

  1 Purworejo, 27,27 % dari KKM yang ditentukan. Pada kelas ini ada 22 siswa, sedangkan yang mendapatkan nilai tuntas hanya 6 siswa. Pada siklus I tercatat 68,18% kentutasan yang dicapai, sedangkan pada siklus II 86,36% ketuntasan yang dicapai siswa.

  Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah ada, dapat dilihat bahwa dengan menggunaka Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Bagan 2.3 Kerangka Berpiki Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir

  Kualitas pendidikan Matematika rendah yaitu ditandai dengan:

  1. Kurangnya memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah

  2. Siswa kurang responsif dalam menanggapi pertanyaan guru

  3. Dibuktikan dengan hasil IPA siswa yang masih rendah, dari 37 siswa 33 siswa belum tuntas sebanyak 89,2% dan dan 4 siswa sebanyak 10,8%

  Peningkatan kualitas pembelajaran Matematika ditandai dengan:

  1. Siswa menjadi lebih aktif dalam bertanya dan percaya diri dengan pendapatnya 2. Hasil belajar IPA meningkat dengan mencapai batas KKM yang ditentukan

  Melaksanakan pembelajaran IPA menggunakan model

  Project Based Learning

  dengan sintaks sebagai berikut:

  1. Penentuan project

  2. Perencanaan langakah-langkah penyelesaian

  3. Penyusunan jadwal penyelesaian project

  4. Penyelesaian project dengan fasilitasi dan monitoring guru

  5. Penyusunan laporan dan presentasiublikasi hasil project

  6. Evaluasi proses dan hasil project

2.5 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis yang dirumuskan adalah jika model Project Based Learning diterapkan maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Dukuh 01 Salatiga, semeter 1 Tahun 2017.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Siswa Kelas V SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Siswa Kelas V SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran

0 0 18

4.1.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1.1. Pra siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Siswa Kelas V SDN Barukan 02 Kecamatan Tenga

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Siswa Kelas V SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran

0 0 14

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas 3 SDN 02 Genengadal Pur

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi

0 0 24

Tabel 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Pada Kondisi Awal Kriteria Frekuensi Presentase Angka Ketuntasan Belajar

0 0 62

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi

0 0 69