View of Peran Perbankan Syariah bagi Masyarakat Kecil sebagai Upaya dalam Mengatasi Kemiskinan di Indonesia

  • Disadari atau tidak, Perbankan syariah telah menjadi gardu terdepan dalam proyek pengembangan ekono- mi Islam di dunia, termasuk di Indo- nesia. Sehingga seiring dengan itu, kehadiran perbankan syariah sebagai
  • Rizal Fahlevi, Lc., M.Si., lahir di

  17 Vol. 9, No. 1, Mei 2018 Pendahuluan

  Bekasi, 19 Januari 1989. Pendidikan S1 Jurusan Syariah Islamiyah Universitas Al-Azhar, lulus tahun 2011 dan S2 Kon- sentrasi Ekonomi dan Keuangan Syariah Universitas Indonesia, lulus tahun 2015. saat ini adalah Dosen Tetap di Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam UNISMA Bekasi. bagian dari sistem perbankan nasio- nal setidaknya dituntut secara tegas dapat memberikan nuansa berbeda dalam menyelesaikan permasalahan- permasalahan fundamental bangsa secara bersama-sama. Sejak diber- lakukannya ketentuan dual banking

  system dari UU No. 7 Tahun 1992, kemudian diperkuat dengan UU No.

  10 tahun 1998, dan ditegaskan dengan turunnya UU Perbankan Syariah secara spsifik UU No.21 tahun 2008, menunjukkan bahwa pergerakan syariah menglami tren kenaikan positif. Walaupun akumu- lasi secara agregat dilihat dari pangsa

  Peran Perbankan Syariah bagi Masyarakat Kecil sebagai Upaya dalam Mengatasi Kemiskinan di Indonesia Rizal Fahlevi*

  (Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam UNISMA Bekasi; Ema

  Abstract: The role of sharia banking in overcoming poverty in Indonesia has started to increase but not yet optimal. This is due to the fact that the contracts are still commercial-oriented, short-term and sensitive to interest movements and dominate the non-profit sharing (murabaha) contracts on the practice of sharia banking which can only be enjoyed by a handful of middle and upper class people with income ratio in Above average, not yet optimal innovative products sharia banking that can touch the majority of the poor where in the aggregate most of t he Muslims. The purpose of this study is to analyze the not optimal role of sharia banking in overcoming poverty by exploring what should be done to improve the role of Islamic banking for the small community. The analytical method used is qualitative. While the analytical tool used is descriptive and literature study is a very important source. The recommendation of research result indicates that the need to optimize banking products in small and medium enterprises, the need to optimize the role of sharia banking as a model of social intermediation, it is necessary to establish an effective selling price murabaha. The need for (benchmark) Islamic finance, the need to optimize the real role of sharia economy.

  Keywords: Sharia Banking, Small Communities, Poverty in Indonesia

  , Vol. 9, No. 1, Mei 2018 18 pasar

  3 Peran perbankan syariah dalam

  4 Ibid

  3 Ibid

  belum optimalnya peran perbankan syariah dalam mengatasi kemiskinan, yang diantara penyebabnya yaitu

  4 Paper ini akan menganalisa

  terhadap isu-isu ketim- pangan pendapatan, pengen-tasan kemiskinan, maupun keadilan sosial.

  concern

  mengatasi kemiskinan di Indonesia sudah mulai meningkat namun belum optimal. Hal ini antara lain karena kontrak-kontrak yang diterapkan ma- sih berorientasi komersil, berjangka pendek dan sensitif dengan per- gerakan bunga. Dan mendominasinya akad non-bagi hasil (murabahah) pada praktek perbankan syariah yang hanya dapat dinikmati oleh segelintir masyarakat menengah ke atas dengan rasio pendapatan di atas rata-rata, belum optimalnya produk inovatif perbankan syariah yang dapat me- nyentuh mayoritas masyarakat mis- kin dimana secara agregat kebanyak- an dari mereka adalah muslim. Sehingga pada akhirnya kehadiran perbankan syariah dinisbatkan tidak jauh beda dengan perbankan konven- sional yang telah lama ada karena kehadirannya belum mampu menja- wab permasalahan bangsa secara fundamental yaitu kemiskinan. Maka sudah seharusnya perbankan syariah mempunyai peranan dalam masyara- kat sebagai manifestasi ajaran Islam yang

  menengah ke atas ataupun masyara- kat miskin.

  (market share

  2 Data diolah dari www. bi. go.id

  Peran Intermediasi Sosial Perbankan Syariah: Inisiasi Pelayanan Keuangan bagi Masya- rakat Miskin. Jurnal Keuangan dan Per- bankan, Vol. 16. No.2 Mei. Hal 238-252

  1 M. Syafii Antonio. 2012.

  (kemaslahatan dunia akhirat) artinya kehadiran per- bankan syariah seharusnya dapat di- rasakan oleh semua golongan masya- rakat, baik dari masyarakat golongan

  falah

  bankan syariah yang tengah ber- langsung banyak dikritik dikarenakan belum mampu bergerak pada hakikat perbankan syariah sebenarnya. Per- bankan syariah sebagai turunan dari sistem ekonomi Islam semestinya diarahkan pada tujuan ekonomi Islam seutuhnya yaitu

  2008 tentang Perbankan Syariah pada tanggal 16 Juli 2008, pengem- bangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Perkembangan bank syariah cukup impresif, dengan rata- rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.

  ) perbankan syariah masihrelatif kecil jika di- bandingkan dengan market share perbankan nasional lainnya.

1 Undang- Undang No. 21 Tahun

2 Di sisi lain, perkembangan per-

  19 Vol. 9, No. 1, Mei 2018 kontrak-kontrak akad dalam perbank- an syariah yang masih beriorentasi komersil, berjangka pendek dengan pergerakan bunga, sementara itu akad-akad kebaikan pun lebih bersifat komersil dan muatan pemberdayaan ekonomi lemah kurang terasa dan membahas sekligus mengeksplorasi apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan peran perbankan sya- riah bagi masyarakat kecil.

  Data yang digunakan dalam tulisan ini bersumber dari berbagai macam rujukan baik buku, jurnal maupun publikasi laporan perbankan syariah yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia serta sumber lainnya yang terkait. Metode yang digunakan adalah kuali- tatif. Sementara alat analisis yang dipakai adalah bersifat deskriptif. Studi kepustakaan, baik yang berasal dari buku teks, hasil penelitian, maupun jurnal/majalah merupakan sumber yang sangat penting.

  Kurang Optimalnya Perbankan Syariah dalam Mengatasi Kemis- kinan

  Perbankan syariah seharusnya memegang tanggung jawab lebih besar terhadap kesejahteraan sosial dan komitmen religius demi tercapai- nya tujuan ekonomi Islam termasuk juga keadilan sosial, distribusi pen- dapatan/kekayaan yang merata dan mengentaskan angka kemiskinan di Indonesia. Penulis-penulis seperti se- perti Al Harran (1990), Akhtar (1996, 1998), El Gamal (2006) dan dusuki

  (2008) percaya terhadap potensi perbankan syariah yang luar biasa untuk ikut serta dalam peranannya sebagai intermediasi sosial dan me- layani kebutuhan masyarakat miskin yang seringkali diabaikan oleh sektor perbankan konvensional.

  Pada masa awal, lembaga ke- uangan yang menggunakan instrumen syariah banyak bergerak pada pela- yanan bagi masyarakat miskin pedesaan. Seperti halnya Mith Ghamr di Mesir memfokuskan diri pada pembangunan ekonomi, pengentasan kemiskinan, pembelajaran budaya hidup hemat di kalangan masyarakat muslim yang miskin. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, orientasi dari lembaga keuangan syariah (termasuk perbankan syariah) lebih didominasi pada doktrin me- ngejar keuntungan

  (high profit maxi- mization doctrine ). Pada akhirnya

  pergerakan lembaga keuangan syariah hanya dapat memberikan pelayanan bagi masyarakat kaya, sementara itu masyarakat miskin yang tidak me- miliki pemahaman tentang lembaga keuangan bank tidak pernah diikut sertakan, padahal mayoritas muslim. Fenomena tersebut seutuhnya tidak merefleksikan alasan utama per- bankan syariah sebagai lembaga yang berbasis pada syariah dan nilai-nilai Islam.

  5 Secara keseluruhan, perbankan

  syariah tidak hanya memperhatikan pada perolehan keuntungan semata.

  5 Ibid

  , Vol. 9, No. 1, Mei 2018 20 Perbankan syariah merupakan suatu sistem yang bertujuan memberikan kontribusi positif terhadap tercapai- nya tujuan sosial-ekonomi dari masyarakat muslim, sebagaimana telah terangkum dalam

  maqashid syariah

  sebagai suatu entitas bisnis yang bernafaskan syariah, perbankan syariah diharapkan dapat memenuhi tujuan ekonomi Islam yakni memas- tikan bahwa kekayaan dapat berputar secara adil dan merata tanpa mendzhalimi pihak-pihak yang benar- benar berhak mendapatkannya.

  nyak lembaga keuangan syariah yang lebih condong menawarkan atau bahkan mengarahkan nasabah kepada produk dengan akad murabahah da- lam setiap transaksi pembiayaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa akad murabahah memiliki kelebihan yaitu; lembaga keuangan syariah langsung dapat menghitung keuntungan yang didapat dari akad murabahah terse- but. Dengan akad murabahah lemba- ga kuangan syariah dapat menjaga nilai uang yang dikeluarkan sama nilainya pada saat pengembalian beberapa tahun ke depan. Produk dengan akad murabahah ini dalam pengambilan keuntungan mengguna- kan rumus yang sama dengan lem- baga keuangan konvensional. Karena itu produk pembiayaan dengan akad murabahah menjadi produk unggulan

  Treatise on Maqasid al Shariah. Alih bahasa oleh El Mesawi, M.E.T. London: The International Insti- tute of Islamic Thought, 123. di beberapa lembaga keuangan sya- riah, karena memiliki kepastian keuntungan. Kontrak yang masih berorientasi komersil, jangka pendek dan bunga

  Kontrak-kontrak yang masih berorientasi komersil, jangka pendek dan bunga dipengaruhi beberapa indi- kator, diantaranya: Penyalahgunaan penetapan margin

  Penyalahgunaan dalam menetap- kan margin. Penggunaan margin yang sembarangan dan meluas, menggoda orang untuk memungut suku bunga melalui nama lain. Bila deretan mar- jin pada harga pembelian tidak dikendalikan, mungkin menyebabkan timbulnya suatu sistem kredit dengan bunga yang menggunakan nama lain.

6 Realita di lapangan masih ba-

  7 Berdasarkan kondisi dan alasan

  praktik murabahah di bank syariah maka ada semacam kecaman atau penilaian masyarakat terhadap prak- tik bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank konvensional. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh BI menunjukkan bahwa 15% responden menilai bank syariah tidak ada beda- nya dengan bank konvensional, hanya beda bungkusannya. Kalangan terse- but juga menilai bahwa bank syariah dalam mengambil keuntungan lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional Kondisi inilah yang

6 Ibn, A. 2006.

  7 Muhammad Abdul Mannan,

  Teori dan Praktek Ekonomi Islam (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), h. 224.

8 Penetapan tingkat marjin akad

9 Dari hasil penelitian

10 Bank syariah harus tidak men-

  10 Firmansyah,

  11 Muhammad, Op.Cit., h. 142.

  merupakan hal penting karena untuk menghindari adanya ketidakadilan pada satu pihak, yaitu pembeli. Padahal, ketidakadilan ke- giatan ekonomi merupakan salah satu aspek yang dilarang dalam Islam. Nuryadin berpendapat bahwa dalam Islam, harga harus ditentukan sede- mikian rupa sehingga dapat membe- rikan keadilan bagi kedua belah pihak, yakni pihak penjual dan pihak

  murabahah

  yang tinggi ini, secara tidak langsung akan dapat menye- babkan inflasi yang lebih besar. Sehingga perlu dicari formulasi yang tepat, karena mengaitkan marjin dengan bunga baik di atasnya mau- pun di bawahnya tetaplah bukan cara yang baik. Penentuan harga jual dan tingkat marjin yang jelas pada akad

  11 Penetapan marjin keuntungan murabahah

  Evaluasi Penerapan Metode Penentuan Harga Jual Beli Murabahah (Studi Kasus pada BMT Berkah Madani). Skripsi. Tidak Dipublikasikan (Jakarta: Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI, 2007). marjin yang hanya mengacu pada suku bunga merupakan langkah yang keliru dan dapat merusak reputasi bank syariah. Dalam prakteknya, mungkin tingginya marjin yang diambil oleh pihak bank syariah adalah untuk mengantisipasi naiknya suku bunga yang besar di pasar atau inflasi, sehingga jika terjadi kenaikan suku bunga yang besar, maka bank syariah tidak mengalami kerugian secara riil namun apabila suku bunga di pasar tetap stabil atau bahkan turun, maka marjin murabahah akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pada bank konvensional.

  21 Vol. 9, No. 1, Mei 2018 harus dicarikan solusinya. Karena selama ini kalangan tersebut menilai bahwa lembaga syariah selalu identik dengan harga murah. Sehingga jika terjadi penjualan barang oleh lemba- ga keuangan syariah dengan harga lebih tinggi dibandingkan harga jual konvensional, maka lembaga keuang- an syariah dinilai lebih tidak Islami.

  pembiayaan murabahah di perbankan syariah harus tidak hanya mengguna- kan rujukan suku bunga bank konvensional.

  9 Muhammad, Muhammad, Manaje-

  Produk Unggulan Bank Syariah Konsep, Prose- dur, Penetapan Margin dan Penerapan Pada Perbankan Syariah ”, Jurnal Kajian Ekonomi dan Kemasyarakatan, Vol. 4 No. 2 . (2011), 42-63.

  8 Prayogo, “Murabahah

  . Cara penetapan

  murabahah

  jadikan tingkat suku bunga sebagai rujukan dalam penentuan harga jual produk

  ) pada suku bunga perbankan konven- sional, meskipun dilakukan secara tidak langsung.

  benchmark

  yang dilakukan oleh Firmansyah didapatkan kesimpulan bahwa masih terdapat unsur ribawi dalam proses penentuan harga jual murabahah , yakni masih merujuk (

  men Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005). h. 126.

12 Harga yang dapat mem-

  per annum

13 Sistem Penetapan Harga

  Hakim dalam papernya Problem Pengem- bangan Produk dalam Bank Syariah.

  14 Dikutip dari Dr. Cecep Maskanul

  Melihat problematika peran per- bankan syariah yang belum optimal dalam mengatasi kemiskinan, maka diperlukan rekomendasi yang dapat ditawarkan dari berbagai rujukan, sebagai solusi dalam meningkatkan peran perbankan syariah bagi masya- rakat kecil. Berikut rekomendasi yang penulis:

  14 Rekomendasi

  dari harga beli sebesar Rp. 100 juta dan dalam jangka waktu dua tahun, berarti ada dua harga dalam satu akad pembiayaan. Jika nasabah sudah mencicil hutangnya sampai 20 bulan lalu menunggak, dan baru bisa melunasi sesudah 2 tahun setengah, maka harga jualnya tidak lagi sebesar harga beli + 24 %, tetapi harga beli + 30 %. Itu sebabnya mengapa bank syariah mendapat kri- tik tajam dari sebagian masyarakat, karena penentuan harga seperti ini tidak berbeda dengan penentuan tingkat bunga dalam bank konven- sional.

  per annum

  . Dalam syariah harga jual tidak boleh dua kali dalam satu akad. Artinya jika bank dan nasabah menyepakati tingkat keuntungan 12 %

  , Vol. 9, No. 1, Mei 2018 22 pembeli.

  berikan keadilan bagi kedua belah pihak adalah yang tidak memberikan keuntungan di atas normal atau ting- kat kewajaran bagi penjual dan harga yang telah disetujui oleh pihak penjual dan pembeli.

  Analisis Penetapan Tingkat Marjin Akad Pembia- yaan Murabahah: Studi Kasus pada Baitul Maal wa Tamwil Ahmad Yani Malang, Malang; Universitas Brawijaya, hal. 2.

  13 Baskoro Perdana Putra,

  Perspektif Islam. Jurnal Ekonomi Islam: Mazahib. Vol. 4 No. 1, Juni 2007. h. 86.

  12 Nuryadin, Birusman. Harga dalam

  Padahal jika prinsip perbankan syariah benar- benar dijalankan, para bankir tidak akan menghadapi kesulitan. Masalah yang jadi bahan perdebatan adalah berapa tingkat keuntungan yang ha- rus dibebankan kepada nasabah seba- gai penghasilan bank. Untuk produk jual beli seperti Murabahah, Istisna dan Salam, bank dapat menentukan tingkat keuntungan seperti halnya dalam perbankan konvensional, missalnya 12%. Tingkat keuntungan ini lalu ditambahkan kepada harga

  meru- pakan hal yang paling banyak meng- undang perdebatan adalah penentuan harga, terutama untuk produk pem- biayaan. Hal ini disebabkan adanya faktor rujukan ( benchmark) sebagai bahan perbandingan .

  Pricing)

  Penentuan Harga (

  Lihat http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/- jimfeb/article/viewFile/536/479, diakses 28 desember 2014, pukul 22:10. beli dan menjadi harga jual kepada nasabah. Tapi persoalannya tidak se- lesai sampai disitu. Perdebatan ter- jadi setelah timbul pertanyaan apakah tingkat keuntungan itu lumpsum atau

  23 Vol. 9, No. 1, Mei 2018 Optimalisasi Produk Perbankan dalam Usaha Mikro Kecil dan menengah

  micro credit .

  2011.

  15 Dwi Agung Nugraha Arianto.

  Pilar kedua yaitu pemberian pinjaman. Pinjaman itu lebih baik daripada pemberian dari sedekah, karena keti- ka seseorang melakukan pinjaman

  pinjaman lunak (soft loan).

  Kedua,

  ). Pilar pertama adalah memberikan sedekah atau sumbangan bagi masyarakat miskin tanpa mengharapkan adanya timbal balik. Dana ini dialokasikan untuk keperluan masyarakat miskin yang bersifat kebutuhan dasar.

  charity

  Intermediasi sosial Tawaran pilar-pilar model yang ditawarkan yaitu: Pertama , sedekah/ sumbangan (

  15 Perbankan Syariah sebagai Model

  dari pemerintah misalnya, program pangan, kesehatan, pemukiman pen- didikan, keluarga berencana, maupun usaha yang bersifat produktif missal- nya melalui pinjaman dalam bentuk

  Jika kita analisis prinsip bagi hasil dan profit sharingnya pada produk

  transfer payment

  Perbankan syariah harus mem- perlihatkan kinerjanya untuk ikut membantu memberikan pinjaman me- lalui produk perbankannya. Jika fung- si ini berjalan baik, maka lem-baga keuangan tersebut dapat mengha- silkan nilai tambah. Aktifitas eko- nomi di sini tidak membedakan anta- ra usaha yang dilaksanakan tersebut besar atau kecil, karena yang membe- dakan hanya besarnya nilai tambah berdasarkan skala usaha. Hal ini berarti bahwa usaha kecilpun jika memanfaatkan lembaga keuangan juga akan memberikan kenaikan nilai tambah, sehingga upaya meningkat- kan pendapatan masyarakat salah satunya dapat dilakukan dengan cara yang produktif dengan memanfaatkan jasa intermediasi lembaga keuangan, termasuk usaha produktif yang dila- kukan oleh masyarakat miskin. Pengentasan kemiskinan dapat dilak- sanakan melalui banyak sarana dan program baik yang bersifat langsung maupun tak langsung. Usaha ini dapat berupa

  ini benar- benar dijalankan oleh perbankan sya- riah dan diperuntukkan bagi masya- rakat miskin atau pelaku usaha kecil yang ingin mengembangkan usaha- nya, maka masyarakat atau pelaku usaha kecil akan merasa terbantu dalam pembiayaan dan permodalan. Sesuai yang telah dijelaskan di bebe- rapa paper bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mengalami kekurangan modal atau pembiayaan dan belum tersentuh oleh lembaga- lembaga keuangan.

  musyakarakah

  dan

  mudha- rabah

  , keduanya sangat menguntung- kan dan tidak membebankan kepada pihak manapun. Jika prinsip

  musyaka- rakah

  dan

  mudharabah

  Peranan al-Mudharabah Sebagai Salah Satu Produk Perbankan Syariah dalam Upaya Mengentskan Kemiskinan di Indonesia, Jurnal Ekonoi dan pensisikan, Volume 8 No. 2, November. hal 164-185 Gambar 1. Pilar-pilar Perbankan Syariah sebagai model intermediasi sosial

  Penetapan Harga Jual Murabahah yang Efesien Sebaiknya, penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara Rasullullah ketika berdagang. Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara transparan menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk setiap komoditas dan berapa keuntungan wajar yang diinginkan. Cara yang dilakukan oleh Rasullullah ini dapat dilakukan sebagai salah satu metode bank syariah dalam menentukan har- ga jual produk murabahah. Dengan demikian, secara matematis harga jual barang oleh bank kepada calon nasabah pembiayaan murabahah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

  17

  (financing).

  Pilar ketiga ialah memberikan pembiayaan yang akan mendidik masyarakat miskin untuk memanfaatkan dana tersebut dalam kegiatan usaha produktif.

  Keempat, m enyimpan dana (saving).

  Pilar keempat ini dimaksudkan untuk memberikan pelajaran lebih kepada masyarakat miskin agar mereka me- miliki perencanaan kedepan yang lebih matang dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk meng- antisipasi kebutuhan yang akan datang.

  Kelima,

  adanya unit usaha khusus. Yaitu sebagai wadah edukasi masyarakat miskin untuk peningkat- an SDM agar menjadi nasabah yang mempunyai kapabilitas dalam mela- kukan bisnis.

  16

  Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery

  • Keuntungan

  17 Muhammad, Manajemen Bank

  Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 135. Sri Dewi Anggadini, Penerapan Margin Pembiayaan Mura- bahah Pada Bmt As-Salam Pacet-Cianjur, Jurnal Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol. 9. No.2., hal 191 . Prayogo, Op.Cit., h. 77.

  , Vol. 9, No. 1, Mei 2018 24 berarti mereka sedang membutuhkan dana. Pad tahap kedua dan pertama, peran intermediasi sosial yang terkait dengan program-program edukatif di- lakukan, bagaimana mereka memaha- mi potensi diri mereka, kewirausa- haan, disiplin dalam membayar cicilan utang dll. Ketiga, pemberian pembiayaan

  Cost Recovery = Proyeksi Biaya Operasi /

  Target Volume Pembiayaan

  Marjin = (cost recovery +

16 M. Syafii Antonio. Op.cit

  25 Vol. 9, No. 1, Mei 2018 Adanya (

  Margin Pembiayaan Murabahah Pada Bmt As-Salam Pacet – Cianjur: Jurnal Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol. 9. No.2.

  Problem Pengembangan Produk dalam Bank Syariah

  Skripsi. Tidak Dipubli- kasikan. Jakarta: Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI. Hakim, Cecep Maskanul.

  Evaluasi Pene- rapan Metode Penentuan Harga Jual Beli Murabahah (Studi Kasus pada BMT Berkah Madani).

  , Jurnal Ekonomi dan pendidikan, Volume 8 No. 2, November. Firmansyah. (2007).

  Sebagai Salah Satu Produk Perbankan Syariah dalam Upaya Mengentskan Kemiskinan di Indonesia

  (2011). Peranan al-Mudharabah

  Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 16. No.2 Mei. Arianto, Dwi Agung Nugraha.

  Intermediasi Sosial Perbankan Syariah: Inisiasi Pelayanan Ke- uangan bagi Masyarakat Miskin .

  Antonio, M. Syafii. (2012). Peran

  Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa. Anggadini, Sri Dewi. Penerapan

  Benchmark

  Teori dan Praktek Ekonomi Islam.

  Daftar Pustaka Abdul Mannan, Muhammad. (1997).

  Op.Cit. pengelolaan yang optimal, berpotensi besar mengatasi berbagai permasa- lahan bangsa baik ekonomi maupun sosial.

  Tumbuhnya sektor riil, partum- buhan ekonomi bisa dirasakan masya- rakat secara lebih adil dam merata. Selain itu, sektor syariah yang tidak bisa dianggap remeh adalah peran sosial ekonomi syariah melalui ins- trumen-instrumennya seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf. Melalui

  (masa- kin).

  dan si miskin

  (aghnia)

  Praktek perbankan syariah yang adil, yang berbasis bagi hasil selain menguntungkan juga berhasil meng- gaet nasabah dengan indikasi partum- buhannya yang sangat pesat. Selain itu, praktek sektor keuangan syariah senantiasa bersesuaian dengan sektor riil, yang pelaku utamanya adalah masyarakat menengah ke bawah. Makin besar porsi sektor keuangan syariah beroperasi makin besar pula sektor riil yang beroperasi sehingga tidak terjadi ketimpangan antara sek- tor riil dan sektor moneter serta makin sempitnya jurang pemisah si kaya

  Perlu adanya usaha terus me- nerus mengembangkan teknis keu- angan untuk memberikan alternatif bagi perbankan syariah terhadap pro- duk keuangan di dunia konvensional. Adanya rujukan ( benchmark ) keuang- an syariah merupakan contoh yang paling jelas dalam hal ini.

  ) Keuangan Syariah

18 Kesimpulan

18 Dr. Cecep Maskanul Hakim.

  , Vol. 9, No. 1, Mei 2018 26 Ibn, A. 2006.

  Treatise on Maqasid al Shariah . Alih bahasa oleh El

  Mesawi, M.E.T. London: The International Institute of Islamic Thought Muhammad. (2005).

  Manajemen Bank Syariah

  . Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Nuryadin, Birusman. (2007).

  Harga dalam Perspektif Islam

  . Jurnal Ekonomi Islam: Mazahib. Vol. 4 No. 1, Juni 2007.

  Prayogo. (2011).

  Murabahah Produk Unggulan Bank Syariah Konsep, Prosedur, Penetapan Margin dan Penerapan Pada Perbankan Syariah , Jurnal Kajian Ekonomi dan Kemasyarakatan, Vol. 4 No.

  2 . Putra, Baskoro Perdana. Analisis

  Penetapan Tingkat Marjin Akad Pembiayaan Murabahah: Studi Kasus pada Baitul Maal wa Tamwil Ahmad Yani Malang,

  Malang; Universitas Brawijaya.