KETERKAITAN MANUSIA MASYARAKAT DAN HUKUM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hukum adalah semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam tingkah laku

tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian
jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta,
umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda dan sebagainya. 1
Sedangkan pengertian manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam
situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta
turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai
kemungkinan.2 Masyarakat juga memiliki pengertian manusia yang hidup bersama,
sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang dan bercampur atau bergaul dalam waktu
yang cukup lama serta berkumpulnya, manusia akan menimbulkan manusia-manusia
baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturanperaturan yang mengatur hubungan antarmanusia bahwa sadar bahwa mereka
merupakan satu-kesatuan. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terikat satu dengan
lainnya.3
Pengertian tentang hukum, manusia, serta masyarakat ada hal yang terkait
dengan 3 hal tersebut. Ketiganya memiliki hubungan dan saling berinteraksi. Manusia
merupakan bagian dari masyarakat dan di dalam masyarakat terdapat lebih dari satu
manusia yang saling berinteraksi satu sama lain. Dalam berinteraksi yang erat kaitannya
dengan hidup saling bersosialisasi tersebut hukum memiliki peran tersendiri. Di tengahtengah masyarakat hukum memiliki peran penting untuk mengatur dan membatasi
1 Pengertian hukum menurut M.H. Tirtaamidjata, S.H., diakses melalui http://hukumon.blogspot.com/2012/06/pengertian-hukum-menurut-para-ahli.html.
2 Pengertian manusia menurut PAULA J. C & JANET W. K diakses melalui

http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html.
3 Pengertian masyarakat menurut Soerjono Soekanto yang diakses melalui http://fatih-io.biz/pengertianmasyarakat-menurut-para-ahli.html.

perilaku manusia dalam bermasyarakat agar tercipta suatu keharmonisan bersama dan
sebagai dasar acuan bagi manusia dalam bertindak di masyarakatnya. Dalam
pembahasan makalah ab ini akan membahas lebih rinci tentang fungsi hukum bagi
manusia dalam bermasyarakat.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara manusia dengan hukum ?
2. Bagaimana sistem hukum menurut Freedman dan hubungannnya dengan sistem
hukum Indonesia dalam lingkup pengaturan masyarakat ?
3. Mengapa hukum sangat diperlukan dalam mengatur manusia dalam kehidupan
bermasyarakat ?
4. Bagaimana hukum bekerja untuk menjalankan fungsinya bagi manusia dalam
kehidupan bermasyarakat ?
5. Apa fungsi hukum untuk mengatur manusia dalam hidup bermasyarakat ?
Tujuan Masalah
1. Untuk menjelaskan hubungan antara manusia dengan hukum.
2. Untuk menjelaskan sistem hukum menurut Freedman dan hubungannnya dengan

sistem hukum Indonesia dalam lingkup pengaturan masyarakat.
3. Untuk menjelaskan hukum sangat diperlukan dalam mengatur manusia dalam
kehidupan bermasyarakat.
4. Untuk menjelaskan bagaimana hukum bekerja menjalankan fungsinya bagi
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Untuk menjelaskan fungsi hukum untuk mengatur manusia dalam hidup
bermasyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Hubungan antara Manusia dengan Hukum

Di

dunia

ini

manusialah


yang

bekuasa.Yang

mengeksploitasi

dan

mengeksplorasi dunia ini adalah manusia. Karena kekuasaannya itulah maka manusia
merupakan pusat atau titik sentral dari keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di
dunia ini. Dengan demikian manusia merupakan subjek dan bukan objek. Sebagai
subjek manusia mempunyai kepentingan di dunia ini, mempunyai tuntutan yang
diharapkan untuk dipenuhi atau dilaksanakan, mempunyai kebutuhan hidup.Sejak
manusia dilahirkan sampai meninggal, sejak dulu sampai sekarang, bahkan diwaktu
mendatang, dimana-mana, yang mampu maupun yang tidak mampu, manusia selalu
mempunyai kepentingan, mempunyai tuntutan atau kebutuhan yang diharapkan untuk
dipenuhi. Dalam kenyataanya kepentingan-kepentingan manusia selama ini selalu
diancam atau diganggu oleh berbagai bahaya, yang merupakan kendala untuk dapat
dilaksanakan atau dipenuhinya harapannya. Alam sering mengganggu kepentingan

manusia dalam berbagai bencana. Tetapi gangguan atau bahaya terhadap kepentingan
manusia itu datangnya juga dari manusia sendiri. Oleh karena kepentingan manusia
selalu diganggu oleh bahaya disekelilingnya, maka manusia menginginkan adanya
perlindungan terhadap kepentingan-kepentingannya, jangan sampai selalu diganggu
oleh berbagai bahaya tersebut. Maka kemudian terciptalah perlindungan kepentingan
berbentuk kaedah sosial termasuk di dalamnya kaedah hukum. Tatanan kaedah sosial
dapat dibagi dua, yaitu kaedah sosial dengan aspek kehidupan pribadi dan kaedah
socsial dengan aspek kehidupan antar pribadi.4 Kaedah sosial dengan aspek kehidupan
pribadi yaitu kaedah agama dan kaedah kesusilaan, sedangkan kaedah sosial dengan
aspek kehidupan antar pribadi adalah kaedah sopan santun dan kaedah hukum. Tujuan
kaedah agama dan kaedah kesusilaan adalah agar manusia menjadi sempurna, agar
supaya tidak ada manusia menjadi jahat. Kedua kaedah tersebut ditujukan kepada sikap
batin manusia sebagai individu. Kalau kaedah agama ditujukan kepada iman, maka
kaedah kesusilaan ditujukan kepada akhlak.5
4 Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto, SH,.MA Perihal kaedah hukum, Penerbit Aluni Bandung
1978.
5 Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H. , Manusia dan Hukum diakses melalui
http://sudiknoartikel.blogspot.com/2012/08/manusia-dan-hukum.html pada 15 Agustus 2012.

2. Sistem Hukum menurut Freedman dan Hubungannnya dengan Sistem Hukum

Indonesia dalam Lingkup Pengaturan Masyarakat
Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil atau tidaknya Penegakan
hukum bergantung pada: Substansi Hukum, Struktur Hukum/Pranata Hukum dan
Budaya Hukum. Pertama: Substansi Hukum: Dalam teori Lawrence Meir Friedman
hal ini disebut sebagai sistem substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum
itu dilaksanakan. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang
berada dalam sistem hukum yang mencakup keputusan yang mereka keluarkan,
aturan baru yang mereka susun. Substansi juga mencakup hukum yang hidup (living
law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law books). Sebagai
negara yang masih menganut sistem Cicil Law Sistem atau sistem Eropa Kontinental
(meski sebagaian peraturan perundang-undangan juga telah menganut Common Law
Sistem atau Anglo Sexon) dikatakan hukum adalah peraturan-peraturan yang tertulis
sedangkan peraturan-peraturan yang tidak tertulis bukan dinyatakan hukum. Sistem
ini mempengaruhi sistem hukum di Indonesia. Salah satu pengaruhnya adalah adanya
asas Legalitas dalam KUHP. Dalam Pasal 1 KUHP ditentukan “tidak ada suatu
perbuatan pidana yang dapat di hukum jika tidak ada aturan yang mengaturnya”.
Sehingga bisa atau tidaknya suatu perbuatan dikenakan sanksi hukum apabila
perbuatan tersebut telah mendapatkan pengaturannya dalam peraturan perundangundangan. Teori Lawrence Meir Friedman yang Kedua adalah Struktur
Hukum/Pranata Hukum. Dalam teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut
sebagai sistem Struktural yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu

dilaksanakan dengan baik. Struktur hukum berdasarkan UU No. 8 Tahun 1981
meliputi; mulai dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Badan Pelaksana Pidana
(Lapas). Kewenangan lembaga penegak hukum dijamin oleh undang-undang.
Sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain. Terdapat adagium yang
menyatakan “fiat justitia et pereat mundus”-meskipun dunia ini runtuh hukum harus
ditegakkan. Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat penegak

hukum yang kredibilitas, kompeten dan independen. Seberapa bagusnya suatu
peraturan perundang-undangan bila tidak didukung dengan aparat penegak hukum
yang baik maka keadilan hanya angan-angan. Sehingga dapat dipertegas bahwa
faktor penegak hukum memainkan peran penting dalam memfungsikan hukum.
Kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas penegak hukum rendah maka akan ada
masalah. Demikian juga, apabila peraturannya buruk sedangkan kualitas penegak
hukum baik, kemungkinan munculnya masalah masih terbuka.Teori Lawrence Meir
Friedman yang Ketiga adalah Budaya Hukum. Kultur hukum menurut Lawrence
Meir Friedman (2001:8) adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukumkepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya. Kultur hukum adalah suasana
pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum
digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. Budaya hukum erat kaitannya dengan
kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka

akan tercipta budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat
mengenai hukum selama ini. Secara sederhana, tingkat kepatuhan masyarakat
terhadap hukum merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum. Hubungan
antara tiga unsur sistem hukum itu sendiri tak berdaya, seperti pekerjaan mekanik.
Struktur diibaratkan seperti mesin, substansi adalah apa yang dikerjakan dan
dihasilkan oleh mesin, sedangkan kultur hukum adalah apa saja atau siapa saja yang
memutuskan untuk menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta memutuskan
bagaimana mesin itu digunakan. Dikaitkan dengan sistem hukum di Indonesia, Teori
Friedman tersebut dapat kita jadikan patokan dalam mengukur proses penegakan
hukum di Indonesia. Polisi adalah bagian dari struktur bersama dengan organ jaksa,
hakim, advokat, dan lembaga permasyarakatan. Interaksi antar komponen pengabdi
hukum ini menentukan kokoh nya struktur hukum. Walau demikian, tegaknya hukum
tidak hanya ditentukan oleh kokohnya struktur, tetapi juga terkait dengan kultur
hukum di dalam masyarakat. Dari beberapa definisi tersebut, dapat diartikan bahwa
berfungsinya sebuah hukum merupakan pertanda bahwa hukum tersebut telah
mencapai tujuan hukum, yaitu berusaha untuk mempertahankan dan melindungi
masyarakat dalam pergaulan hidup. Tingkat efektivitas hukum juga ditentukan oleh
seberapa tinggi tingkat kepatuhan warga masyarakat terhadap aturan hukum yang

telah dibuat. Menurut Achmad Ali


jika suatu aturan hukum dapat ditaati oleh

sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya, maka dapat diartikan bahwa
aturan hukum tersebut efektif. Namun demikian meskipun sebuah aturan yang ditaati
dapat dikatakan efektif, derajat keefektivannya masih bergantung pada kepentingan
mentaatinya. Jika ketaatan masyarakat terhadap suatu aturan hukum karena
kepentingan yang bersifat compliance (takut sanksi), maka derajat ketaatannya
dinilai sangat rendah. Berbeda ketika ketaatannya berdasarkan kepentingan yang
bersifat internalization, yakni ketaatan karena aturan hukum tersebut benar-benar
cocok dengan nilai intrinsik yang dianutnya, maka derajat ketaatan seperti inilah
yang merupakan derajat ketaatan tertinggi.6
Dalam uraian diatas tentang sistem hukum menurut Freedman yang terdiri
dari Struktur hukum, Substansi hukum, dan Budaya hukum saling terkait. Dalam hal
lain ketiga sub-sistem tersebut juga memiliki fungsi bagi manusia dalam
bermasyarakat sesuai aturan yang sah berlaku.Struktur hukum yang memiliki banyak
unsur hukum yang tertulis dan tidak tertulis berupa aturan-aturan dan sumber hukum
yang memuat hal-hal tertentu dimuat dalam berbagai UU, pasal-pasal dan peraturan
lainnya yang secara langsung dibuat guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan keteraturan dimana kehidupan bermasyarakat akan mengacu dan dibatasi oleh

hal-hal yang sudah diatur dan secara sah disepakati hal ini akan membuat masyarakat
berperilaku secara hati-hati jika ada suatu pelanggaran akan ada sanksi yang akan di
dapat sebagaimana yang telah diatur sebelumnya dalam struktur hukum. Hal ini telah
menunjukan bahwa hukum telah menyediakan suatu peraturan dan bisa dikatakan
hukum memiliki fungsi bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat.Selanjutnya
substansi hukum yang isinya terdiri dari para penegak dan instasi hukum juga sangat
dibutuhkan untuk menjalankan dan memberlakukan struktur hukum agar bisa
dipatuhi masyarakat. Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat
penegak hukum yang kredibilitas, kompeten dan independen sehingga selain struktur
hukum yang bisa mengatur masyarakat, substansi hukum juga mampu mengaturnya
juga.Budaya hukum dimana yang dimaksudkan adalah erat kaitannya dengan
6 Orinton.Legal Counsellor, Perdebatan Teori Hukum Friedman, diakses melalui
http://orintononline.blogspot.com/2013/02/perdebatan-teori-hukum-friedman.html pada 12 February
2013.

kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka
akan tercipta budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat
mengenai hukum selama ini. Keteraturan juga tidak akan dicapai tanpa kesadaran
masyarakat untuk mau patuh dan tunduk kepada hukum untuk mengatur kehidupan
bermasyarakatnya.Hal-hal diatas telah menunjukkan bahwa hukum memiliki sistem

hukum yang mampu mengatur dan memiliki fungsi bagi manusia dalam
kehidupannya bermasyarakat.
Dari penjabaran ini, maka diketahui bahwa kerja hukum sebagai alat
pengaturan masyarakat adalah bersifat sistemis. Yakni kerja sinergis yang sempurna
antara komponen komponen yang dibutuhkan agar tujuan hukum dapat terlaksana
dan mencapai sasarannya (memberikan keadilan bagi individu-individu dalam
masyarakat) yang satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan, yaitu: substansi
hukum yangbaik, struktur hukum yang kokoh (memiliki kekuatan dan berintegritas),
serta kultur yang kondusif (kesesuaian ideologi hukum dengan budaya masyarakat
yang bersangkutan) untuk penegakan hukum tersebut.7

3. Hukum

Diperlukan

dalam

Mengatur Manusia

dalam

Kehidupan

Bermasyarakat
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan.
Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi
societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa
dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat,
maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas
berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai
“semen perekat” tersebut adalah hukum. Bagaimana hal ini terjadi? Manusia,
disamping bersifat sebagai makhluk individu, juga berhakekat dasar sebagai makhluk
sosial, mengingat manusia tidak dilahirkan dalam keadaaan yang sama (baik fisik,
7 Joeni Arianto Kurniawan, Dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya,
Disampaikan pada LKMM Tingkat Menengah FTK ITS, Surabaya 9 Mei 2008 tentang Manusia dan Hukum.

psikologis, hingga lingkungan geografis, sosiologis, maupun ekonomis) sehingga
dari perbedaan itulah muncul inter dependensi yang mendorong manusia untuk
berhubungan dengan sesamanya. Berdasar dari usaha pewujudan hakekat sosialnya
di atas, manusia membentuk hubungan sosio-ekonomis di antara sesamanya, yakni
hubungan di antara manusia atas landasan motif eksistensial yaitu usaha pemenuhan
kebutuhan hidupnya (baik fisik maupun psikis). Dalam kerangka inter relasi manusia
di atas motif eksistensial itulah sistem hubungan sosial terbentuk. Usaha
perealisasian motif eksistensial dalam suatu sistem hubungan sosial bersifat sangat
kompleks akibat dari kuantitas dan heterogenitas kebutuhan di dalam kemajemukan
manusia dengan pluralitas perbedaanya itu, oleh karena itu upaya yang dilakukan
dalam kompleks inter relasi ini meniscayakan kebutuhan akan satu hal keteraturan.
Hanya dengan prasyarat keteraturanlah, maka usaha perealisasian motif eksistensial
dari masing-masing individu manusia di dalam kebersamaan antar sesamanya dapat
terwujud, mengingat bagaimanapun di sisi lain manusia masih juga berhakekat
sebagai makhluk individual sehingga sebuah kepentingan pemenuhan kebutuhan
hidup (motifeksistensial) seorang manusia akan berhadapan dengan kepentingan
manusia lain. Konflik kepentingan ini secara alami akan mendorong manusia untuk
saling berkompetisi dan saling mengalahkan di antara sesamanya, kondisi ini pada
ujungnya jika dilakukan secara tidak terkendali akan melahirkan kekacauan (chaos),
dan jika hal ini sudah terjadi maka justru eksistensi manusia itu sendiri yang
terancam. Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk
suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah
tatanan sosial (social order) yang bernama masyarakat. Guna membangun dan
mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia
membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si
pengatur(kekuasaan).Dari sinilah hukum tercipta, yakni sebagai bagian pranata
pengatur disamping pranata lain yaitu kekuasaan, dan sifat hubungan antara hukum
dan kekuasaan ini layaknya dua permukaan mata uang karena kedua unsur pranata
pengatur ini berhubungan secara sistemik sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan,
keberadaan yang satu meniscayakan keberadaan yang lain. Untuk menciptakan
keteraturan maka dibuatlah hukum sebagai alat pengatur, dan agar hukum tersebut

dapat memiliki kekuatan untuk mengatur maka perlu suatu entitas lembaga
kekuasaanyang dapat memaksakan keberlakuan hukum tersebut sehingga dapat
bersifat imperatif. Sebaliknya, adanya entitas kekuasaan ini perlu diatur pula dengan
hukum untuk menghindari terjadinya penindasan melalui kesewenang-wenangan
ataupun dengan penyalah gunaan

wewenang. Mengenai hubungan hukum dan

kekuasaan ini, terdapat adagium yang populer: “Hukum tanpa kekuasaan hanyalah
angan-angan, dan kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman”.8
4. Kerja Hukum untuk Menjalankan Fungsinya bagi Manusia dalam
Kehidupan Bermasyarakat
Fungsi hukum bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat haruslah
mampu berfungsi secara efektif dan ideal dan memberi manusia jati diri dalam
hidup di lingkungan masyarakatnya. Untuk memfungsikan dirinya, hukum
haruslah dapat bekerja secara efisien dalam mengendalikan dan memenuhi
kebutuhan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia yang merupakan
bagian dari masyarakat agar mampu memasyarakatkan manusia itu sendiri untuk
bisa bersosialisasi dan berbaur dengan manusia lainnya dan membentuk kesatuan
masyarakat ideal.
Dengan latar belakang kompleksitas antar manusia bermotifkan
kepentingan masing-masing, maka akan mendorong manusia untuk saling
berkompetisi dan berebut saling mengalahkan antar sesamanya yang dapat
berujung pada kekacauan. Kekacauan di sini dapat bermakna dua hal: Pertama,
kekacauan dalam arti sebenarnya di mana yang terjadi bukanlah suatu tatanan
sosial yang teratur melainkan pola kehidupan antar manusia yangtidak terkendali
dan mengancam eksistensi manusia itu sendiri. Kedua, adalah kekacauan dalam
arti semu yaitu terciptanya suatu tatanan masyarakat namun yang dijalankan tidak
secara ideal melalui sistem kekuasaan yang otokratis (sewenang-wenang)
sehingga walaupun individu manusia berada dalam suatu tatanan sosial namun
8 Joeni Arianto Kurniawan, Dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya,
Disampaikan pada LKMM Tingkat Menengah FTK ITS, Surabaya 9 Mei 2008 tentang Manusia dan Hukum.

mereka tatap merasa terancam eksistensinya. Hukum dihadirkan untuk menciptakan
keteraturan dengan mencegah atau mengatasi segala bentuk kekacauan sebagaimana

di atas. Adanyainter dependensi (hakekat sosial) mendorong manusia untuk
melakukan inter relasi di antara sesamanya guna merealisasikan kepentingan atas
dasar motif eksistensialnya masing-masing (hakekat individual). Inter relasi
dengan latar belakang inter dependensi ini memaksa
saling bertemu untuk melakukan

manusia-manusia yang

bargainingdi antara mereka demi saling

terpenuhinya kepentingan eksistensial masing-masing, dan proses

bargaining

yang terjadi ini tidak lain adalah proses tawar-menawar di antara kepentingankepentingan yang saling berhadapan. Proses bargaining of interestyang ideal
(fair) adalah proses tawar menawar yang bersifat

equal, yaitu proses tawar-

menawar oleh mereka yang berkedudukan seimbang dan yang dilakukan secara
seimbang pula, sehingga proses inter relasi-inter dependensi yang terjadi bersifat
saling memenuhi satu sama lain dan masing-masing pihak merasa terpuaskan oleh
adanya hubungan tersebut dikarenakan kepentingan masing-masing telah dipenuhi
oleh adanya pihak lawan tanpa ada satu pihak yang merasa dirugikan. Fungsi
kerja dari hukum adalah menciptakan norma equalityini, yaitu dengan mengatur
kepentingan-kepentinganyang saling berhadapan agar dapat bertemu secara
seimbang dan agar proses bargainingatas kepentingan-kepentingan tersebut juga
berjalan seimbang. Secara lebih dalamlagi, proses penyeimbangan kepentingan
ini dilakuan mula-mula dengan cara penciptaan normahak dan kewajiban atas
kepentingan yang berhadapan tersebut, untuk kemudian diciptakannorma
penyeimbangan atas hak dan kewajiban yang ada itu. Oleh karena itu, pada
hakekatnya secara sederhana hukum tidak lain 3 adalah pengaturan tentang hak
dan kewajiban setiap individu manusia sebagai bagian dari suatu tatanan sosial
masyarakat. Penyeimbangan kedudukan kepentingan antar manusia yang saling
berhadapan perlu dilakukan mengingat adanya pluralistik perbedaan latar
belakang dari masing-masing manusia yang ada agar hubungan inter dependensi
yang berlangsung tidak bersifat parasitisme (merugikan dan menindas salah satu
pihak) akibat adanya perbedaan kekuatan sumber daya, melainkan dapat benarbenar bersifat mutualisme (saling menguntungkan secara fair). Sehingga, mereka

yang berada sebagai pihak yang lemah secara sumber daya / kekuatan sosialekonomisnya dapat terkuatkan dengan cara perlindungan maksimal atas hak-hak
mereka, sedangkan mereka yang berada sebagai pihak yang lebih kuat sumber
dayanya dapat dibatasi kekuatan dan kekuasaannya itu dengan cara penciptaan
norma-norma imperatif yang bersifat limitatif seperti melalui pembebanan
kewajiban-kewajiban tertentu. Di sisi lain, adanya posisi yang seimbang antar
pihak yang saling berinterakasitidak akan berarti apa-apa jika proses bargaining
kepentingan-kepentingan yang ada tidak berjalan secara seimbang pula. Maka,
perlu diciptakan norma penyeimbangan hak dan kewajiban di dalam masingmasing kepentingan tersebut. Setiap subyek yang telah bersepakat untuk
berhubungan dengan subyek lain atas landasan pemenuhan kepentingan diri
masing-masing berkewajiban memenuhi kebutuhan pihak lawan melalui
pemberian sumber dayayang dimilikinya dan pada saat yang sama ia mempunyai
hak agar kebutuhannya dipenuhi oleh pihak lawan atas sumber daya yang dimiliki
oleh pihak lawannya itu, dan hal ini bersifat timbal balik. Terciptanya suatu inter
relasi yang telah dapat bersifat seimbang dalam hubungan hak dan kewajibannya
di antara manusia yang telah berkedudukan seimbang pula inilah yang dinamakan
dengan istilah keadilan. Dengan demikian dapat terlihat bahwa eksistensi hukum
diciptakan untuk menciptakan ketertiban melalui pemenuhan keadilan di antara
tiap-tiap individu di dalam masyarakat, sehingga dapat diketahui bahwa tujuan
hukum yang pertama dan utama adalah memberikan keadilan secara sosial
(keadilan dalam kebersamaan) bagi tiap-tiap individu di dalam tatanan sosial yang
bernama masyarakat.9
5. Fungsi Hukum di Dalam Masyarakat
Fungsi hukum dalam masyarakat sangat beraneka ragam, bergantung
pada berbagai faktor dan keadaan masyarakat. Disamping itu, fungsi hukum
dalam masyarakat yang belum maju juga akan berbeda dengan yang terdapat
dalam masyarakat maju. Dalam setiap masyarakat hukum lebih berfungsi untuk
9 Joeni Arianto Kurniawan, Dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya,
Disampaikan pada LKMM Tingkat Menengah FTK ITS, Surabaya 9 Mei 2008 tentang Manusia danHukum.

menjamin keamanan dalam masyarakat dan jaminan pencapaian struktur sosial
yang diharapkan oleh masyarakat. Namun, dalam masyarakat yang sudah maju
hukum, hukum menjadi lebih umum, abstrak, dan lebih berjarak dengan
konteksnya.Secara umum dapat dikatakan bahwa ada beberapa fungsi hukum
dalam masyarakat. Yaitu :
1. Fungsi Menfasilitasi
Dalam hal ini termasuk menfasilitasi antara pihak-pihak tertentu sehinggga
tercapai suatu ketertiban.
2. Fungsi Represif
Dalam hal ini termasuk penggunaan hukum sebagai alat bagi elite penguasa
untuk mencapai tujuan-tujuannya.
3. Fungsi Ideologis
Fungsi ini termasuk menjamin pencapaian legitimasi, hegemoni, dominasi,
kebebasan, kemerdekaan, keadilan dan lain-lain.
4. Fungsi Reflektif
Dalam hal ini hukum merefleksi keinginan bersama dalam masyarakat
sehingga mestinya hukum bersifat netral.
Selanjutnya Aubert mengklasifikasi fungsi hukum dalam masyarakat, antara
lain:
1. Fungsi mengatur ( Govermence )
2. Fungsi Distribusi Sumber Daya
3. Fungsi safeguart terhadap ekspektasi masyarakat
4. Fungsi penyelesaian konflik
5. Fungsi ekpresi dari nilai dan cita-cita dalam masyarakat.
Menurut Podgorecki, bahwa fungsi hukum dalam masyarakat adalah sebagai
berikut :
1. Fungsi Integrasi

Yakni bagaimana hukum terealisasi saling berharap ( mutual expectation )
dari masyarakat.
2. Fungsi Petrifikasi
Yakni bagaimana hukum melakukan seleksi dari pola-pola perilaku manusia
agar dapat mencapai tujuan-tujuan sosial.
3. Fungsi Reduksi
Yakni bagaimana hukum menyeleksi sikap manusia yang berbeda-beda dalam
masyarakat yang kompleks sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam hal ini, hukum berfungsi untuk mereduksi kompleksitas ke pembuatan
putusan-putusan tertentu.
4. Fungsi Memotivasi
Yakni hukum mengatur agar manusia dapat memilih perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai dalam masyarakat.
5. Fungsi Edukasi
Yakni hukum bukan saja menghukum dan memotivasi masyarakat, melainkan
juga melakukan edukasi dan sosialisasi.
Selanjutnya, menurut Podgorecki, fungsi hukum yang aktual harus dianalisis
melalui berbagai hipotesis sebagai berikut :
1. Hukum tertuis dapat ditafsirkan secara berbeda-beda, sesuai dengan sistem
sosial dan ekonomi masyarakat.
2. Hukum tertuis ditafsirkan secara berbeda-beda oleh berbagai sub kultur dalam
masyarakat. Misalnya, hukum akan ditafsirkan secara berbeda-beda oleh
mahasiswa, Dosen, advokat, polisi, hakim, artis, tentara, orang bisnis,
birokrat dan sebagainya.
3.Hukum tertulis dapat ditafsrkan secara berbeda-beda oleh berbagai
personalitas

dalam

masayarakat

yang

diakibatkan

oleh

berbedanya

kekuatan/kepentingan ekonomi, politik, dan psikososial. Misalnya golongan
tua lebih menghormati hukum daripada golongan muda. Masyarakat tahun
1960-an akan lebih sensitif terhadap hak dan kebebasan dari pekerja.

4. Faktor prosedur formal dan framework yang bersifat semantik lebih
menentukan terhadap suatu putusan hukum dibandingkan faktor hukum
substantif.
5. Bahkan jika sistem-sistem sosial bergerak secara seimbang dan harmonis,
tidak berarti bahwa hukum hanya sekedar membagi-bagikan hadiah atau
hukuman.Dalam suatu sistem bahwa antara hukum, kekuasaan dan politik
sangat erat kaitannya serta studi tentang hubungan antara komponen hukum,
kekuasaan dan politik juga merupakan bidang yang mendapat bagian dari
sosiaologi hukum.
Fungsi hukum menurut masyarakat yaitu, hukum merupakan sarana perubahan
sosial. Dalam hal ini, hukum hanyalah berfungsi sebagai ratifikasi dan legitimasi
saja sehingga dalam kasus seperti ini bukan hukum yang mengubah masyarakat,
melainkan perkembangan masyarakat yang mengubah hukum.
Sikap dan kehidupan suatu masyarakat berasal dari berbagai stimulus sebagaia
berikut :
1. Berbagai perubahan secara evolutif terhadap norma-norma dalam masyarakat.
2. Kebutuhan dadakan dari masyarakat karena adanya keadaan khusus atau
keadaan darurat khususnya dalam hubungan distribusi sumber daya atau
dalam hubugan dengan standar baru tentang keadilan.
3. Atas inisiatif dari kelompok kecil masyarakat yang dapat melihat jauh ke
depan yang kemudian sedikit demi sedikit mempengaruhi pamndangan dan
cara hidup masyarakat.
4. Ada ketidak adilan secara tekhnikal hkum yang meminta diubahnya hukum
tersebut.
5. Ada ketidak konsistenan dalam tubuh hukum yang juga meminta perubhan
terhadap hukum tersebut.
6. Ada perkembangan pengetahuan dan tekhnologi yang memunculkan bentukan
baru untuk membuktikan suatu fakta.

Kemudian dalam suatu masyarakat terdapat aspek positif dan negatif dari
suatu gaya pemerintahan yang superaktif. Negatifnya adalah kecenderungan
menjadi pemerintahan tirani dan totaliter. Sedangkan positifnya adalah bahwa
gaya pemerintahan yang superaktif tersebut biasanya menyebabkan banyak
dilakukannya perubahan hukum dan perundang-undangan yang dapat
mempercepat terjadinya perubahan dan perkembangan dalam masyarakat.
Perkembangan masyarakat seperti ini bisa kearah positif, tetapi bisa juga
kearah yang negatif.10

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
10 Dra. Muhibbah, S2 Hukum UID. Fungsi Hukum dalam Masyarakat diakses melalui
http://s2hukum.blogspot.com/2010/03/fungsi-hukum-dalam-masyarakat.html pada 14 Maret 2010
pukul 20.00 WIB.

Dalam kenyataanya kepentingan-kepentingan manusia selama ini selalu diancam
atau diganggu oleh berbagai bahaya, yang merupakan kendala untuk dapat dilaksanakan
atau dipenuhinya harapannya, maka manusia menginginkan adanya perlindungan
terhadap kepentingan-kepentingannya, jangan sampai selalu diganggu oleh berbagai
bahaya tersebut. Kemudian terciptalah perlindungan kepentingan berbentuk kaedah
sosial termasuk di dalamnya kaedah hukum. Menurut Lawrence Meir Friedman berhasil
atau tidaknya Penegakan hukum bergantung pada: Substansi Hukum, Struktur
Hukum/Pranata Hukum dan Budaya Hukum. Manusia dan hukum adalah dua entitas
yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal
yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya).
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur
tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social
order) yang bernama masyarakat. Guna membangun dan mempertahankan tatanan
sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang
terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur(kekuasaan).Dari sinilah hukum
tercipta, yakni sebagai bagian pranata pengatur disamping pranata lain yaitu kekuasaan.
Hukum dihadirkan untuk menciptakan keteraturan dengan mencegah atau mengatasi
segala bentuk kekacauan. Fungsi

kerja dari hukum adalah menciptakan norma

equalityini, yaitu dengan mengatur kepentingan-kepentinganyang saling berhadapan
agar dapat bertemu secara seimbang dan agar proses bargainingatas kepentingankepentingan tersebut juga berjalan seimbang. Secara lebih dalam lagi, proses
penyeimbangan kepentingan. Fungsi hukum yakni Fungsi Menfasilitas, Fungsi
Represif, Fungsi Ideologis, Fungsi Reflektif.

SARAN
Agar hukum bisa dibilang memadai dan berjalan secara optimal dalam mengatur
manusia dalam bermasyatakat, hukum harus memilik kriteria baik pada sub-sub
sistemnya. Struktur hukum harus berisi aturan-aturan yang sesuai dengan ideologi

bangsa dan disesuaikan dengan budaya Indonesia serta mampu mempertahankan
national interest pada suatu negara. Substansi hukum harus terdiri dari orang-orang yang
menjunjung tinggi keadilan dan memiliki kerja bagus, kredibilitas dan kompeten dalam
melaksanakan agenda hukum. Kultur hukum sendiri bersumber pada kesadaran
masyarakat, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran yang tinggi
sehingga rasa kepatuhan masyarakat terhadap hukum juga tinggi pula.

DAFTAR PUSTAKA

http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-hukum-menurut-para-ahli.html.

http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html.
http://fatih-io.biz/pengertian-masyarakat-menurut-para-ahli.html
http://sudiknoartikel.blogspot.com/2012/08/manusia-dan-hukum.html pada 15 Agustus
2012.
http://orintononline.blogspot.com/2013/02/perdebatan-teori-hukum-friedman.html pada
12 February 2013.
http://s2hukum.blogspot.com/2010/03/fungsi-hukum-dalam-masyarakat.html
Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto, SH,.MA Perihal kaedah hukum, Penerbit
Aluni Bandung 1978.

MAKALAH
KETERKAITAN MANUSIA, MASYARAKAT, DAN HUKUM
Fungsi Hukum bagi Manusia dalam Bermasyarakat

Oleh :

Yuni Kurnia
145120401111014
A HI-2
Dosen :Dani Harianto, S.H., M.H.

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
Mei 2015