PENGARUH PENJUALAN BERSIH TERHADAP LABA

PENGARUH PENJUALAN BERSIH TERHADAP LABA KOTOR SUATU
PERUSAHAAN
Livia Chandra
Universitas Atma Jaya Makassar

ABSTRAK
Studi ini meneliti pengaruh penjualan bersih terhadap laba kotor pada suatu
perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui tentang teori penjualan bersih, teori laba kotor dan pengaruh
peningkatan/penurunan penjualan bersih terhadap laba kotor suatu perusahaan.
Pengumpulan data perusahaan dilakukan selama dua sampai tiga minggu.
Penggunaan data dalam penelitian ini terdiri atas 36 perusahaan publik yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2015. Perusahaan tersebut menerbitkan
laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember selama periode
pengamatan 2010-2015.
Hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan antara
penjualan bersih terhadap laba kotor suatu perusahaan. Peningkatan dan penurunan
tingkat penjualan bersih akan mengakibatkan perubahan terhadap laba kotor suatu
perusahaan.
Kata kunci: penjualan bersih dan laba kotor


1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha saat ini, maka persaingan
perusahaan, khususnya antar perusahaan yang sejenis akan semakin ketat. Untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat
tersebut, maka diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang
dilakukan oleh pihak manajemen dengan baik. Bagi pihak manajemen, selain dituntut
untuk dapat mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan secara efisien dan efektif, juga dituntut untuk dapat menghasilkan
keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan di
masa yang akan datang. Dalam hal ini, perusahaan juga dituntut untuk mampu
menentukan kinerja perusahaan yang baik, sehingga perusahaan akan dapat menjamin
kelangsungan hidupnya (Guntur & Widyawati, 2014).
Persaingan pasar telah menciptakan pergolakan, tekanan, resiko dan
ketidakpastian organisasi. Puncak tuntutan organisasi yaitu menjawab segala
ancaman dan kesempatan dalam lingkungan bersaing, dan mereka mendesain serta
menggunakan sistem pengendalian yang tepat untuk mencapai tujuan (Ikhsan &
Rasdianto, 2005). Perkembangan ekonomi mendorong peningkatan dan pertumbuhan
dunia usaha, hal ini berarti semakin banyak peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
memperoleh keuntungan yang lebih banyak. Demikian pula, persaingan yang tajam

dalam dunia bisnis saat ini mendorong perusahaan untuk mengimplementasikan
strategi yang tepat agar dapat memenangkan persaingan dan mencapai kinerja yang
lebih baik, untuk mencapai hal tersebut salah satunya menentukan kebijakan
penjualan yang menguntungkan bagi perusahaan (Guntur & Widyawati, 2014). Saat
ini, telah banyak perusahaan yang memproduksi dan memasarkan produk baru untuk
menambah keuntungan yang mereka dapatkan. Namun di samping itu, penjualan
produk yang lama akan semakin menurun dan mendapatkan keuntungan yang
semakin sedikit. Kenaikan atau penurunan keuntungan perusahaan sangat
mempengaruhi kondisi perusahaan di masa akan datang.

Kondisi laba suatu perusahaan merupakan salah satu faktor penentu berhasil
atau tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya (Darmawan & Alifka,
2012).

Setiap

perusahaan

akan


memformulasikan,

mengimplementasi,

dan

mengevaluasi keputusan yang membuat perusahaan tersebut dapat memperoleh
tujuannya (David & David, 2017). Pada dasarnya, setiap perusahaan dalam
menjalankan usahanya bertujuan memperoleh laba, dan juga perusahaan akan selalu
berusaha agar laba selalu meningkat. Perolehan laba yang besar akan mengundang
investor untuk bergabung dalam menanamkan modalnya di perusahaan.
Laporan keuangan selain sebagai sumber informasi juga
pertanggungjawaban

dan

juga

menggambarkan


indikator

kesuksesan

sebagai
suatu

perusahaan dalam mencapai tujuannya. Salah satu jenis laporan keuangan adalah
laporan laba rugi di mana pengertiannya adalah ringkasan dari pendapatan dan biaya
perusahaan selama periode tertentu, dan diakhiri dengan laba atau rugi bersih untuk
periode tersebut. Laporan laba rugi suatu perusahaan terdiri dari berbagai jenis seperti
laba kotor, laba bersih dan lain-lain. Laba kotor yang terdapat pada suatu perusahaan
biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penjualan dan harga pokok
penjualan (Darmawan & Alifka, 2012).
Untuk memperoleh laba yang maksimum, perusahaan harus menghasilkan
produk dengan cara dan dalam bentuk volume penjualan sehingga akhirnya akan
didapat pendapatan penjualan. Volume penjualan diartikan sebagai seluruh jenis
barang yang disediakan/diserahkan kepada konsumen atau pelanggan tanpa
memandang jumlah rupiah relative tiap jenis produk tersebut ataupun sering tidaknya
produk tersebut dihasilkan, sedangkan pendapatan penjualan adalah kenaikan modal

pemilik karena adanya penjualan produk kepada konsumen (Guntur & Widyawati,
2014).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah bahwa persentase penjualan yang
meningkat akan mempengaruhi kondisi perusahaan di masa akan datang. Namun
keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh kondisi laba perusahaan tersebut.

peneliti ingin mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh penjualan terhadap laba
kotor dalam suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini masalah yang akan dijawab adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan penjualan bersih?

1.3.

2.

Apa yang dimaksud dengan laba kotor?

3.


Bagaimana pengaruh penjualan bersih terhadap laba kotor perusahaan?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menilai pengaruh penjualan bersih terhadap

laba kotor dalam suatu perusahaan.
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui teori mengenai penjualan bersih.
2. Untuk mengetahui teori mengenai laba kotor.
3. Untuk menguji pengaruh penjualan bersih terhadap laba kotor perusahaan.
1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi seorang
pemula dalam dunia bisnis.
2. Sebagai bahas referensi bagi pihak yang ingin melakukan penelitian
dengan objek yang sama namun latar belakang yang berbeda.

2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1.

Teori Penjualan Bersih
“Selling adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk mencari pembeli,

mempengaruhi

dan

memberi

petunjuk

agar

pembeli

dapat

menyesuaikan


kebutuhannya dengan produksi yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian
mengenai harga yang menguntungkan bagi kedua belah pihak”. Sedangkan menurut
Basu Swastha mengatakan bahwa manajemen penjualan adalah perencanaan,
pengarahan, dan pengawasan personal selling, termasuk penarikan, pemilihan,

perlengkapan, penentuan rute, supervise, pembayaran, dan motivasi sebagai tugas
diberikan kepada salesman. Dan menurut Force One Selling and Distribution
Consultan, menjual adalah proses interaksi antara calon pembeli dan calon penjual
dalam menjajaki sebuah transaksi barang atau jasa yang saling dibutuhkan kedua
pihak (Warni & Chuimaroh, 2012). Adapun syarat utama menjual adalah :


Ada calon pembeli dan calon penjual.



Proses interaksi komunikasi dan persepsi.




Menjajaki sebuah transaksi / pertukaran kepentingan.



Barang, jasa, ide, gagasan, rencana, keyakinan, prinsip.

Semua manusia pada dasarnya harus atau wajib melakukan tugas menjual
apapun profesi, agama, etis, umur, pendidikan, jenis kelamin, tanpa kecuali. Bagi
perusahaan pada umumnya memiliki 3 tujuan umum dalam penjualan yaitu sebagai
berikut:


Mencapai volume penjualan tertentu



Mendapatkan laba tertentu.




Menunjang pertumbuhan perusahaan.

Penjualan Bersih
Definisi Penjualan Bersih/Neto (Net Sales) adalah hasil penjualan kotor
sesudah dikurangi dengan berbagai potongan serta pengurangan lainnya seperti
diskon penjualan dan retur penjualan. Penjualan dalam perusahaan dagang sebagai
salah satu unsur dari pendapatan perusahaan. Unsur-unsur dalam penjualan bersih
terdiri dari:- penjualan kotor;- retur penjualan;- potongan penjualan;- penjualan
bersih. Untuk mencari penjualan besih adalah sebagai berikut:
Penjualan bersih= penjualan kotor – retur penjualan – potongan penjualan.
2.2.

Teori Laba Kotor
Laba kotor merupakan hasil dari penjualan bersih dikurangi dengan harga

pokok penjualan. “Laba kotor (gross profit) adalah penjualan bersih dikurangi harga

pokok penjualan”. Menurut Soemarso, pengertian laba bruto adalah selisih antara
penjualan bersih dengan harga pokok penjualan disebut laba bruto (Gross Profit) atau

margin kotor (Gross Margin). Disebut bruto karena jumlah ini masih harus dikurangi
dengan jumlah biaya-biaya usaha. Menurut Ahmad Belkaoli “Laba kotor atas
penjualan, merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan. Laba
ini dinamakan laba kotor hasil penjualan bersih sebelum dikurangi dengan beban
operasi lainnya untuk periode tertentu.” M. Tuanakotta mengemukakan Laba Kotor
yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan HPP. Menurut Amin
Widjaja Tunggal bahwa “laba bruto atau margin bruto adalah kelebihan penjualan di
atas harga pokok penjualan.” Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia laba kotor
adalah “hasil penjualan bersih dikurangi biaya produksi.” Menurut Wikipedia bahasa
Indonesia, “Dalam akuntansi, laba kotor adalah keuntungan penjualan adalah
perbedaan antara pendapatan dengan biaya untuk membuat suatu produk atau
penyediaan jasa sebelum dikurangi biaya overhead, gaji, pajak dan pembayaran
bunga. Perhatikan bahwa ini berbeda dari laba usaha (laba sebelum bunga dan
pajak).” Dalam buku Intermediate Accounting edisi IFRS volume 1,“Gross profit is
revenue less cost of goods sold. The reporting of gross profit provides a useful
number for evaluating performance and predicting future earnings”(Warni &
Chuimaroh, 2012).

2.3.

Teori Pengaruh Penjualan Bersih terhadap Laba
Dalam hal ini untuk mengetahui hubungan antara volume penjualan dengan

laba dapat dilihat pada komponen-komponen dalam laporan laba rugi perusahaan
yang saling terkait yang menyatakan adanya hubungan yang erat mengenai hubungan
antara keduanya. Karena dalam hal ini dapat diketahui bahwa laba akan timbul jika
penjualan produk lebih besar dibandingkan dengan harga pokok penjualan yang
dikeluarkan. Faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya laba adalah
pendapatan. Pendapatan dapat diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan

perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang
diperoleh perusahaan itu sendiri karena tujuan utama perusahaan pada umumnya
adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan laba merupakan faktor
yang menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Seperti diketahui
bahwa pendapatan utama perusahaan dagang adalah pendapatan penjualan biasa
disingkat menjadi penjualan, yang menunjukkan penambahan dalam ekuitas pemilik
dari pengiriman persediaannya kepada para pelanggan. (Penjualan bersih adalah
pendapatan penjualan dikurangi dengan berbagai pengurangan penjualan). Beban
utama dari perusahaan dagang adalah harga pokok penjualan. Pada saat persediaan
dijual kepada pelanggan maka biaya persediaan menjadi beban bagi perusahaan.
Kelebihan pendapatan penjualan dari harga pokok penjualan disebut sebagai laba
bruto (gross profit).
2.4.

Pengembangan Hipotesis
Menurut Andri Hipotesis nol ini adalah suatu hipotesis tentang tidak adanya

perbedaan. Hipotesis ini pada umumnya diformulasikan untuk ditolak. Apabila
ditolak, maka hipotesis tandingan atau hipotesis alternatif atau hipotesis satu (Ha atau
H1) yang diterima. Hipotesis pengganti ini merupakan hipotesis penelitian dari si
pembuat eksperimen, yang dinyatakan secara operasional. Hipotesis penelitian adalah
prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diuji. Bila dikehendaki membuat
keputusan mengenai perbedan-perbedaan, diuji H0 terhadap H1, maka H1 merupakan
pernyataan yang diterima jika H0 ditolak. Hipotesis nol menyatakan bahwa rata-rata
kedua populasi itu sama, sedangkan hipotesis tandingannya menyatakan bahwa ratarata keduanya tidak sama (berbeda).
Uji Hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari
analisa data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun dari observasi (tidak
terkontrol). Dalam statistik sebuah hasil bisa dikatakan signifikan secara statistik jika
kejadian tersebut hampir tidak mungkin disebabkan oleh faktor yang kebetulan,
sesuai dengan batas probabilitas yang sudah ditentukan sebelumnya. Uji hipotesis
kadang disebut juga "konfirmasi analisa data". Keputusan dari uji hipotesis hampir

selalu dibuat berdasarkan pengujian hipotesis nol. Ini adalah pengujian untuk
menjawab pertanyaan yang mengasumsikan hipotesis nol adalah benar.
Peneliti menyebutkan bahwa tingkat penjualan saat ini semakin meningkat
dengan pemasaran produk bervariasi. Secara global, penjualan kini memicu
persaingan yang sangat ketat dengan cara memikat para pelanggan dan mencapai
tujuan untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Sehingga para manajemen
dituntut untuk mengambil keputusan yang tepat dan menghasilkan keuntungan
kepada perusahaan. Pencapaian keberhasilan suatu perusahaan dapat terlihat dari
laporan keuangan yang dibentuk. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut:
H 0 = penjualan bersih berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan
H a = penjualan bersih tidak berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan

3. METODE PENELITIAN
3.1.

Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Data
Populasi penelitian ini adalah beberapa perusahaan publik yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2015. Sampel yang digunakan yaitu datadata 36 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2015
yang menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember
selama periode pengamatan 2010-2015. Pengumpulan data perusahaan dilakukan
selama dua sampai tiga minggu yang dilakukan oleh seluruh anggota dengan
pemindahan data beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
berisi laporan keuangan ke program aplikasi Microsoft Excel dan dilakukan
penggabungan sebagai data yang akan diteliti.
3.2.

Variabel dan Pengukuran

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penjualan dan variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah laba kotor.
Penjualan adalah transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan baik
secara tunai maupun kredit, sehingga pembeli mendapatkan kemudahan dalam hal
pembayaran dan hal ini juga salah satu yang dapat meningkatkan jumlah pembeli
maupun pembelian yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi pada laba.
Pengukuran variabelnya berdasarkan rupiah pada tahun 2010-2015.
Laba kotor adalah selisih lebih pendapatan penjualan dengan harga pokok
produksi dalam jangka waktu (periode) tertentu. Analisis laba kotor adalah analisis
yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke satu periode,
serta sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut antara dua atau lebih periode.
Selanjutnya dengan diketahui penyebabnya, dapat digunakan untuk memutuskan
kebijakan ke depan yang berkaitan dengan laba tersebut. Pengukuran variabelnya
berdasarkan rupiah pada tahun 2010-2015.
3.3.

Metode Analisis Data


Analisis Regresi
Analisis Regresi digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

yaitu penjualan bersih terhadap variabel dependen yaitu laba kotor, untuk menjawab
hipotesis 1 dan 2 secara matematik ditunjukkan dengan persamaan (1) dan (2) sebagai
berikut: (Sumarno, 2005)
Y = 1 X1 + 2 X2 + . (1)
Y = 1 X1 + 2 X2 + 3 X1X2 + . (2)
Keterangan:
Y
1, 2 , 3
X1 , X2, dan
X1X2
X1X3

= variabel dependen
= koefisien regresi
X3
= variabel independen
= interaksi dari X1 dan X2
= interaksi dari X1 dan X3



= error
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Analisis Koefisien Regresi Sederhana
Analisis regresi berperan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel

penjualan terhadap laba perusahaan. Oleh karena itu, sebelum diuraikan pembahasan
mengenai analisis regresi, maka terlebih dahulu akan disajikan hasil olahan data
regresi dengan menggunakan SPSS versi 16: (Asri, 2017)
a. Analisis Model Summary
Model Summary
Std.

Change Statistics

Error of
R

Adjuste the

Squar d
Model

R

1
a.

e

.838a .703
Predictors:

R

F

R Estimat Square Chan

Square e
.701

4.36093
E11

Change ge
.703

459.2
46

Sig.

F

df1

df2

Change

1

194

.000

(Constant),

penjualan
Model Summary, pada bagian ini terdapat nilai koefisien determinasi RSquare = 0.703 (70,3%). Ini menunjukkan bahwa sebesar 70,3% variasi variabel
dependent (laba) dapat dijelaskan oleh variabel independent (penjualan bersih),
artinya pengaruh variabel independen terhadap perubahan variabel dependen adalah
70,3%, sedangkan sisanya sebesar 29,7% dipengaruhi oleh variabel lain selain
variabel independen penjualan bersih.
b. Analisis Anova

ANOVAb
Sum of
Model
1

Squares

Df

Mean Square

F

Sig.

Regression

8.734E25

1

8.734E25

459.246

.000a

Residual

3.689E25

194

1.902E23

Total

1.242E26

195

a. Predictors: (Constant), penjualan
b. Dependent Variable: laba
Anova, pada bagian ini ditampilkan tabel analisis varian (Anova). Dari tabel
di atas didapat nilai F = 459,246 yang dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis
atau F-test dalam memprediksi kontribusi variabel-variabel independent (penjualan
bersih) terhadap variabel dependent (laba kotor).
Hipotesis:
H 0 = penjualan bersih berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan.
H a = penjualan bersih tidak berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan.

Dengan menentukan level of significant = 5% (0,05) dan degree of freedom
untuk df1 = 1 dan df2 = 194, maka didapat dari tabel (dalam buku statistik) F-tabel =
3,84.
Oleh karena F-hitung = 459,246 > F-tabel (0.05)= 3,84, maka kesimpulannya
bahwa variabel independent (penjualan bersih) dengan signifikan memberikan
kontribusi terhadap variabel dependent (laba kotor).
c.

Analisis Koefision

Coefficientsa
Standar
dized
Unstandardize Coeffici

Model
1

d Coefficients ents

Correlations

Statistics

Std.

Zero- Parti

Toler

B

Error

Beta

(Cons 1.393E 3.419E
tant)
penju
alan

Collinearity

10

10

.210

.010

t

Sig. order al

Part ance VIF

.408 .684
.838

21.4
30

.000 .838

.838 .838 1.000

1.00
0

Coefficients, pada bagian ini ditampilkan nilai koefisien regresi (lihat: nilainilai pada kolom B pada Unstandardized Coefficients di bawah ini) sehingga
terbentuk persamaan regresi:
Y = a + b penjualan

= 1.393E10 + 0,210penjualan

Pada bagian Unstandardized Coefficients ini ditampilkan juga Standard Error
dari masing-masing variabel. Nilai pada kolom Beta, ditampilkan Z-score. Pada
kolom berikutnya ditampilkan nilai t dari masing-masing variabel, yang dapat
dimanfaatkan untuk menguji keberartian (t-Test) koefisien regresi yang didapatkan.
Proses pengujiannya menyerupai F-test, yaitu “t hitung” dibandingkan dengan nilai “t
tabel” (Kusnadi, 2009).
Maka, pada variabel independen (penjualan bersih) memiliki nilai signifikan
yaitu 0,000 atau