PROPOSAL PENELITIAN MONITORING DAN EVALU

PROPOSAL PENELITIAN
MONITORING DAN EVALUASI
PENYAMPAIAN INFORMASI PUBLIK
BADAN NARKOTIKA NASIONAL

I.

LATAR BELAKANG PENELITIAN
Dalam konteks melihat keberhasilan pelaksanaan program Penyampaian Informasi Publik
Badan Narkotika Nasional Melalui Kegiatan sosialisasi baik melalui media cetak,
eletronik dan online, maka dirasakan perlu untuk melakukan kegiatan monitoring pada
saat program belum terselesaikan. Monitoring program pada saat berjalan dapat
mengidentifikasikan kesuksesan atau kegagalan secara nyata atau potensial sedini
mungkin dan sewaktu-waktu bisa menyesuaikan operasionalnya (kegiatan). menurut
Casely & Kumar (1987) definisi monitoring pada dasarnya prinsip adalah sama, yaitu:
‘Monitoring adalah penilaian yang terus menerus terhadap fungsi kegiatan-kegiatan
proyek didalam konteks jadwal-jadwal pelaksanaan dan terhadap penggunaan inputinput proyek oleh kelompok sasaran didalam konteks harapan harapan rancangan’.
Untuk itu, maka salah satu bentuk monitoring yang adalah pengkajian efektifitas dan
efisiensi pada saat program sosialisasi telah berjalan.
Monitoring berfokus khusus pada keefektifan dan dampak langsung dari masing-masing
kegiatan yang dilaksanakan dalam program sosialisasi. Dalam telaah ulang kita menilai

apakah kegiatan penyampaian informasi publik di bidang pencegahan, penanggulangan
dan pemberatasan Narkoba telah menghasilkan keluaran sesuai rencana dan apa dampak
keluaran telah membantu tercapainya tujuan proyek atau program, yakni mengurangi
jumlah dan peredaran Narkoba.
Melalui kegiatan monitoring maka dapat diperoleh gambaran mengenai keberhasil
program, informasi untuk mengetahui kemajuan menurut yang disetujui sebelumnya di
dalam rencana dan jadwal rutin yang dikumpulkan.

1

Setelah program sosialisasi telah selesai dilakukan Menurut Isaac dan Michael (1984 : 6)
sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi.Hal ini dikarenakan kita akan melihat
apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam perencanaan awal. Untuk itu, pelaksanaan program penyampaian informasi publik
perlu dilakukan evaluasi untuk memberikan penilaian akhir apakah program telah
berjalan dan bekerjanya sesuai dengan rencana dan telah memberikan keluaran program
sesuai yang diharapkan. Melalui kegiatan evaluasi, maka akan tersedia informasiinformasi yang berguna bagi pihak Pusat Komunikasi Publik untuk menentukan
kebijakan yang akan diambil di masa mendatang.
Secara teoritis, evaluasi menurut Worthen dan Sanders (1979) adalah mencari sesuatu
yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang

suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Keberhasilan program
penyampaian informasi publik Badan Narkotika Nasional dapat dilihat dari dampak atau
hasil yang dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep
yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan
perbandingan antara output dan inoutnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan
input untuk menghasilkan output lewat suatu proses (Sudharsono 1994 : 2)
Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana program
tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan dapat
dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru sehubungan dengan
program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk
menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision
maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan
sebuah program.
Evaluasi sebagaimana disampaikan oleh Sudharsono (1994:3) dapat dilakukan melalui
bentuk penelitian ilmiah, yakni sebuah penelitian yang melakukan kegiatan pengumpulan
informasi tentang hasil yang telah dicapai oleh sebuah program yang dilaksanakan secara
2

sistematik dengan menggunakan metodologi ilmiah sehingga darinya dapat dihasilkan

data yang akurat dan obyektif.
II.

PERMASALAHAN PENELITIAN
Mengingat pentingnya untuk meng-indentifikasi keberhasilan program penyampaian
informasi publik Badan Narkotika Nasionalyang telah dilakukan oleh Badan Narkotika
nasional melalui kegiatan sosialisasi di media televisi, online dan eletronik, maka
dirasakan perlu untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program
pada saat telah berakhir. Monitoring dan Evaluasi ini penting dilakukan untuk
memperoleh gambaran apakah strategi komunikasi tersebut telah secara efektif, efisien,
tepat sasaran dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Secara khusus, permasalahan

penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah program penyampaian informasi publik Badan Narkotika Nasional telah
terlaksana secara efektif dan efisien?
2. Apakah program penyampaian informasi publik Badan Narkotika Nasional
berdampak terhadap pencegahan, penangulangan dan pemberantasan Narkoba di
Indonesia?


III.SIGNIFIKANSI PENELITIAN
Signifikasi penelitian ini bagi Badan Narkotika Nasional adalah sebagai berikut:
1.

m
emperlihatkan keberhasilan atau kegagalan program penyampaian informasi publik;

2.

m
emperlihatkan apakah program penyampaian informasi public telah memberikan
dampak bagi pencegahan, penangulangan dan pemberantasan Narkoba di Indonesia.

IV. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan monitoring dan evaluasi program ada dua yaitu:
3

1.


mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan penyampaian informasi publik
Badan Narkotika Nasional;

2.

mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari pengalaman mengenai
pengelolaan proyek, keluaran, manfaat, dan dampak dari program Penyampaian
Informasi Badan Narkotika Nasional yang baru selesai dilaksanakan, maupun yang
sudah berfungsi, sebagai umpan balik bagi pengambilan keputusan dalam rangka
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian proyek selanjutnya.

V. KERANGKA KONSEP


Konsep Monitoring
Secara sederhana monitoring dimengerti sebagai kegiatan observasi yang berlangsung
terus menerus untuk memastikan dan mengendalikan keserasian pelaksanaan program
dengan perencanaan yang telah ditetapkan.

Karena itu monitoring bisa dimengerti


sebagai sebuah proses pengumpulan dan analisis informasi (berdasarkan indikator yg
ditetapkan)

secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan program/proyek.

Pengumpulan data atau informasi dalam monitoring dimaksudkan untuk mengetahui
kenyataan yang sebenarnya dalam pelaksanaan program yang dipantau. Sasaran
monitoring adalah kelangsungan program dan komponen-komponen program yang
mencakup input, proses, output dan outcome. Hasil dari monitoring dapat dijadikan
bahan asupan untuk tindakan penyempurnaan program/proyek itu selanjutnya.
Secara umum fungsi monitoring mempunyai nilai yang sama bobotnya dengan fungsi
perencanaan. Conor (1974) menjelaskan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan,
separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan dan setengahnya lagi
fungsi oleh pengawasan atau monitoring. Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk
mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang dilaksanakan dengan rencana
yang telah disusun. Monitoring digunakan pula untuk memperbaiki kegiatan yang
menyimpang dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber,
serta untuk mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien mungkin.
4


Pihak yang melakukan monitoring adalah pengelola program dan atau tenaga
profesional yang diberi tugas khusus untuk memonitor pelaksanaan program. Fokus
monitoring adalah pada program yang sedang dilaksanakan. Bukan pada konteks
kegiatan yang harus dilakukan oleh pelaksana program. Monitoring menitikberatkan
pada aspek kuantitatif dalam pelaksanaan program yang dapat menjadi bahan untuk
kegiatan evaluasi.
Monitoring dapat mengguanakan pendekatan langsung dan tidak langsung.
Pendekatan langsung dilakukan apabila pihak yang memonitor melakukan
kegiatannya pada lokasi program yang sedang dilaksanakan. Teknik-teknik yang
sering digunakan dalam pendekatan ini adalah wawancara dan observasi. Kedua
teknik ini digunakan untuk memantau kegiatan, peristiwa, komponen, proses, hasil
dan pengaruh program yang dilaksanakan. Pendekatan tidak langsung digunakan
apabila pihak yang memonitor tidak terjun langsung ke lapangan, namun dengan
menelaah laporan berkala yang disampaikan oleh pada penyelenggara program, atau
dengan mengirimkan kuesioner secara berkala kepada para penyelenggaranya atau
pelaksana program.
Langkah-langkah pokok untuk melakukan monitoring adalah sebagai berikut.
Pertama, menyusun rancangan monitoring, seperti untuk menghimpun data atau
informasi tentang pelaksanaan program yang hasilnya akan dibagikan dan diserahkan

kepada pengelola untuk memperbaiki pelaksanaan program, b) sasaran atau aspekaspek yang akan dimonitor, c) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
program, d) pendekatan metode, teknik dan instrumen monitoring, e) waktu dan
jadwal kegiatan monitoring, dan f) biaya monitoring. Rancangan ini didiskusikan
dengan pengelola dan penyelenggara program untuk memperoleh masukan bagi
penyempurnaannya. Hasil penyempurnaan ini dapat disebut program monitoring.
Kedua, melaksanakan kegiatan monitoring dengan menggunakan pendekatan metode,
teknik dan isntumen yang telah ditetapkan dalam langkah pertama. Ketiga, menyusun
dan menyerahkan laporan monitoring kepada pihak pengelola atau penyelenggara
program untuk digunakan bagi perbaikan atau pengembangan program.
5

Berdasarkan tipe dan jenis monitoring , bisa dikalsifikasikan menjadi tiga, yakni 1)
Aspek masukan (input) proyek antara lain mencakup : tenaga manusia, dana, bahan,
peralatan, jam kerja, data, kebijakan, manajemen dsb. yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan proyek; 2) Aspek proses / aktivitas yaitu aspek dari proyek
yang mencerminkan suatu proses kegiatan, seperti penelitian, pelatihan, proses
produksi, pemberian bantuan dsb; 3) Aspek keluaran (output), yaitu aspek proyek
yang mencakup hasil dari proses yang terutama berkaitan dengan kuantitas (jumlah)



Konsep Evaluasi
Pengertian konsep evaluasi terkadang tak bisa dipisahkan dengan monitoring.
Pengertian pakar mengenai arti evaluasi seperti (Casely & Kumar 1987 ), menyatakan
bahwa ‘Evaluasi adalah penilaian berkala rehadap relevansi, penampilan, efisiensi
dan dampak proyek tentang waktu, daerah atau populasi’.

Sedangkan evaluasi

sebagaimana dikemukakan oleh Louisa Gosling dan Mike Edwards adalah
“assessment at one point in time of the impact of a piece of work and the extend to
which stated objectivies have beem achieved” (1995:98). Oleh karena itu Evaluasi
adalah suatu teknik penilaian kualitas program yang dilakukan secara berkala melalui
metode yang tepat.
Pada hakekatnya evaluasi diyakini sangat berperan dalam upaya meningkatkan
kualitas operasional suatu program dan berkontribusi penting dalam memandu
pembuat kebijakan di seluruh strata organisasi. Dengan menyusun, mendesain
evaluasi yang baik dan menganalisis hasilnya dengan tajam, kegiatan evaluasi dapat
memberi gambaran tentang bagaimana kualitas operasional program, layanan,
kekuatan dan kelemahan yang ada, efektivitas biaya dan arah produktif potensial
masa depan. Dengan menyediakan informasi yang relevan untuk pembuat kebijakan,

evaluasi dapat membantu menata seperangkat prioritas, mengarahkan alokasi sumber
dana, memfasilitasi modifikasi dan penajaman struktur program dan aktivitas serta
memberi sinyal akan kebijakan penataan ulang personil dan sumber daya yang
dimiliki. Disamping itu, evaluasi dapat dimanfaatkan untuk menilai dan
meningkatkan kualitas serta kebijakan program.
6

Evaluasi pada umumnya berkaitan dengan upaya pengumpulan, pengolahan, analisis,
deskripsi dan penyajian data atau informasi sebagai masukan untuk pengambilan
keputusan (decision making). Berkaitan dengan tujuan evaluasi, Anderson (1978)
merumuskan tujuan penilaian sebagai berikut:
1. Memberi masukan untuk perencanaan program;
2. Memberi masukan untuk keputusan tentang kelanjutan, perluasan dan
penghentian program;
3. Memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat;
4. Memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi penilaian
Evaluasi bisanya dilakukan baik oleh orang dalam maupun orang luar untuk
membantu Pihak Terkait dan pembuat keputusan dan menerapkan pelajaran yang
sudah dipetik. Evaluasi berfokus khusus pada dampak dan sustanibilitas. Evaluasi
dapat dilakukan, pada tahapan: 1) Perencanaan (Ex-ante Evaluation); 2) Program /

Kegiatan sedang berjalan (On-going Evaluation); 3) Program / Kegiatan selesai
dibangun (Terminal Evaluation) dan Program / Kegiatan sudah berfungsi (Ex-post
Evaluation)
Ada dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
menyediakan informasi untuk meningkatkan atau memperbaiki produk atau proses,
sedangkan evaluasi sumatif menyediakan efektivitas jangka pendek atau informasi
dampak jangka penjang untuk menentukan apakah akan mengadopsi atau tidak suatu
produk atau proses. Evaluasi sumatif akan muncul jika suatu cara baru telah
dilakukan atau diimplementasikan secara penuh dalam beberapa waktu bahkan tahun.
Scriven (1967) adalah orang pertama yang membedakan antara evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Kemudian Stufflebeam juga membedakan sesuai di atas yaitu
Proactive Evaluation untuk melayani pemegang keputusan dan Retroactive
Evaluation untuk keperluan pertanggung jawaban. Evaluasi dapat mempunyai dua
fungsi yaitu fungsi formatif, evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan
kegiatan yang sedang berjalan. Fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk pertanggung
jawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu
7

pengembangan implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program,
pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari
mereka yang terlibat.


Konsep Persepsi
Dalam ranah teori psikologi sosial, dikenal dua macam persepsi, yakni persepsi
material dan persepsi sosial. Dalam studi persepsi material, objek stimulinya
merupakan sesuatu yang dapat diraba-rasakan, sementara unsur mediasinya langsung,
proses interpretasinya juga sederhana, namun lebih objektif (terukur). Sementara itu,
untuk persepsi sosial, objek stimulinya tak dapat diraba-rasakan; tidak bisa responsif
(impresif); unsur mediasi kerap/bisa tak langsung; proses interpretasi kompleks; dan
cenderung subjektif.
Persepsi menurut Krecht (1992) adalah suatu “hasil dari sebuah proses kognitif yang
kompleks dan menghasilkan suatu gambaran unik tentang kenyataan yang boleh jadi
berbeda dengan kenyataannya”. Pendapat di atas tidak jauh berbeda dengan pendapat
Kotler (et.al.1996:196-197) yang menyatakan bahwa tindakan seseorang akan
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap suatu produk atau situasi yang dihadapinya.
Ini artinya, bahwa baik buruknya persepsi sesorang terhadap sesuatu sangat
tergantung kepada masing-masing individu dalam menyeleksi, mengorganisasikan
dan menginterpretasikan stimulus yang mempengaruhi inderanya ke dalam gambaran
yang nyata. Latar belakang pengetahuan dan pendidikan, pengalaman, lingkungan
sosial, tujuan hidup dan cita-cita subjek juga turut menentukan persepsi subjek
terhadap sesuatau yang dikehendaki dan akan diwujudkan.
Menurut Krecht (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sosial pada diri
manusia adalah adanya variable-variable latar atau suasana dari objek stimulus
terhadap variable diri perseptor. Variable perseptor terdiri dari 1) faktor pengalaman;
2) faktor intelegensi; 3) faktor kemampuan menghayati stimuli; 4) faktor ingatan; 5)
disposisi kepribadian; 6) faktor sikap terhadap objek stimulus; 6) faktor kecemasan;
dan 7) faktor harapan.
8

Konsep Komunikasi Massa



Komunikasi secara sederhana dapat dimengerti sebagai sebuah proses penyampaian
pesan

proses penyampaian pesan (informasi/message) dari komunikator/sumber

kepada komunikan. Penerima melalui media tertentu untuk menghasilkan efek/tujuan
tertentu dengan mengharapkan feedback/umpan balik. Hovland, Janis, and Kelley
(1953) mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: ”Communication is the process
by which an individual (the communicator) transmit stimuli (usually verbal) to modify
the behaviour of other individual (the audience)” Definisi tersebut jelas
mengutarakan tujuan komunikasi adalah mempengaruhi komunikan agar bersikap
atau mengambil tindakan sesuai yang diinginkan komunikator.
Untuk itu, dalam sebuah komunikasi paling tidak ada 7 unsur komunikasi yang ada,
yakni:
1. Penyampai pesan/komunikator/sumber/Source
2. Pesan/Message
3. Penerima pesan/Receiver
4. Media/Channel
5. Efek/tujuan/Destination
6. Umpan balik/Feedback
7. Gangguan/Noise
Salah satu bentuk dari komunikasi adalah komunikasi massa, yang pada intinya
adalah sebuah proses komunikasi dengan menggunakan media massa. Media Massa
disini meliputi Media cetak (surat kabar, majalah, tabloid, etc) dan Media Non-Cetak
(Radio, TV, Internet, Film, etc) hal ini sesuai dengan pendapat Jalaluddin Rakhmat
yang mengatakan bahwa Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak
atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Senada dengan Jalaluddin, Joseph R. Dominick mengemukakan bahwa Komunikasi
massa adalah suatu proses dimana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan
9

satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang
besar, heterogen, dan tersebar.
Berdasarkan prosesnya, komunikasi massa ada dua, yakni komunikasi primer, yakni
proses komunikasi yang tidak menggunakan media tetapi menggunakan lambang atau
simbol sebagai media satu-satunya.Lambang atau simbol ini terbagi menjadi dua,
yang pertama adalah verbal menggunakan lambang/simbol/pesan yang berupa katakata yang tertulis; kedua, non-verbal, menggunakan bahasa tubuh/ekpresi wajah.
Proses komunikasi yang kedua adalah komunikasi sekunder, yakni proses
penyampaian dan penerimaan pesan dengan menggunakan media sebagai sarana
komunikasi, media yang digunakan bisa berupa media massa atau media non-massa
(interpost media).
 Konsep Berita
Secara umum pengertian berita ialah pemberitahuan oleh seseorang kepada orang lain
mengenai suatu hal atau kejadian. Mitchel V. Chanley (Syamsul:2001) menyebutkan
pengertian berita adalah “laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang
faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut
kepentingan mereka”. Hal ini sejalan dengan pendapat Muda (2003) pengertian berita
adalah “suatu fakta atau ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta
dianggap penting bagi sejumlah pembaca, pendengar maupun penonton”.
Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa walaupun ada fakta
tetapi jika tidak dinilai penting, aktual dan menarik oleh sejumlah besar orang maka
hal tersebut masih belum bisa diangkat menjadi bahan berita.
Berdasarkan jenis, berita dapat dikategorikan menjadi tiga jenis (Muda:2003), yaitu:
1) Hard News. Berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik
secara individu, kelompok atau organisasi; 2) Soft News/Feature. Berita yang tidak
terkait dengan aktifitas namun memiliki daya tarik bagi permisanya; 3) Investigative
report, merupakan berita yang berdasarkan penyelidikan atau penelitian mengenai
suatu topik atau permasalahan tertentu. Setiap kategori berita tersebut mengandung
10

apa yang disebut sebagai nilai berita (news value), yakni seperangkat kriteria untuk
menilai apakah sebuah kejadian cukup penting untuk diliput.
Berdasarkan nilai berita, sebuah program acara berita kemudian diklasifikasikan lagi
menurut sifatnya pada keterikatan waktu atau tidak. Secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga, antara lain:
1. News bulletin (berita harian)
Berita yang penyajiannya sangat terikat waktu (time concern) dan
penyajiannya kepada khalayak harus secepat mungkin. Berdasarkanya
jenisnya news bulletin memiliki bentuk straight news (berita langsung), berita
penting yang segera harus disampaikan ke publik. Ia kadang disebut juga
dengan hard news, spot news, atau breaking news. Jika tidak segera
disampaikan berita tersebut akan ketinggalan dan tidak akan bernilai berita
ketika disampaikan lagi (Wahyudi, 1992).
2. News Magazine (berita berkala).
Menjadi istilah magazine, karena topik atau tema yang disajikan mirip dengan
topi-topik atau tema yang terdapat dalam suatu majalah (Morissan,2008:200).
Berita yang penyajiannya kepada khalayak tidak terikat waktu (timeless) dan
penyajiannya kepada khalayak tidak perlu secepat mungkin (Wahyudin, 1992).
Pada umumnya, news magazine disajikan dalam bentik Package (PKG).
Package adalah laporan berita lengkap dengan narasi (voice over) yang
direkam ke dalam pita kaset. Narasi dalam package dibacakan oleh seorang
oengisi suara atau dubber yang biasanya adalah repoter atau penulis berita.
Dengan kata lain format berita package adalah format yang komprehensif
dengan intro dibacakan presenter sedangkan naskah dibacakan atau
dinarasikan sendiri oleh reporter atau pengisi suara. (Morrissan:2008)
3. Informational News.
Informational news adalah penjelasan dan keterangan lebih lanjut dari satu
item/butir berita. Pembahasan pada item beritanya adalah masalah hangat yang
menjadi pembicaraan orang secara luas dan memiliki nilai berita. Selain itu,
11

juga dapat membahas komentar atau opini, pengumuman, dokumenter,
repotase, serta dialog ( Wahyudi,1992)
 Proses Produksi TV Magazine
Berdasarkan jenis klasifikasi nilai berita, maka dapat terlihat ada perbedaan prinsip
antara proses produksi news bulletin dan news magazine. Pada news bulletin mutlak
harus diproduksi melalui pendekatan jurnalistik, sedangkan news magazine dapat
diproduksi melalui pendekatan artistik walaupun pada prinsip dasarnya tetap pada
nilai aktualitas. Proses produksi arstitik jurnalistik adalah proses produksi informasi
yang mengutamakan keindahan dan memasukkan tatacara yang berlaku dalam
jurnalistik, sehingga karya yang dihasilkan adalah karya artistik yang memiliki nilai
lebih jurnalistik.
News magazine bukanlah majalah cetak, melainkan majalah udara audio visual.
Menghindari talking head terlalu panjang adalah untuk mencegah terjadinya acara
terasa lamban dan membosanka. Karena suatu uraian daris eseorang sedapat-dapatnya
75% tersaji dalam gambar-gambar ilustrasi dari uraian. Untuk itu

dalam proses

produksi news magazine menurut Fred Wibowo (2007) perlu diperhatikan beberapa
hal berikut:
1. Perencanaan
Produser news menyeleksi dan menyusun rubrik dan materi produksi
sedemikian rupa sehingga antara format yang satu dan format yang lain cukup
bervariasi dan semakin meningkat daya tariknya. Karena durasi yang cukup
panjang apabila sebuah program kurang bervariasi dan menarik maka akan
ditinggalkan penontonnya.
Dalam perencanaanya juga, diusahakan agar rubrik-rubrik harus tersaji dengan
seimbang dan menarik. Rubrik yang kurang menarik perlu dikurangi
waktunya, sementara rubrik yang menarik dapat diperpanjang sedikit.
Keseimbangan dalam hal ini bukan didasari oleh waktu yang sama, melainkan
daya tarik program terhadap permisanya.
12

Rubrik news dalam magazine tetap menuntut aktualitas materi berita.
Meskipun begitu, jangka waktu aktualitas tidak secepat straight news yang
setiap waktu dan jam terus dipantau. Materi news magazine berjangka waktu
aktual sepanjang satu terbitan ke terbitan berikutnya. Oleh karena itu,
peristiwa-peristiwa menarik sepanjang minggu dalam jangka satu edisi dapat
menjadi materi berita yang aktual
2. Pelaksanaan Produksi
Dalam perencanaan, prosedur menentukan terlebih dahulu sajian utama dari
program yang diproduksi. Kemudian setiap reporter mulai mencari dan
mengumpulkan materi produksi. Kekurangan materi gambar berarti program
dapat membosankan. Setelah materi yang terseleksi cukup, dimulailah
menyusun dan memasukan mater-materi itu ke dalam rubrik yang tersedia.
Penulisan naskah untuk presenter dilakukan paling akhir sesudah penyusunan
rubrik selesai. Naskah sajian disusun untuk mempersatukan, menghidupkan
dan memberi makna pada program. Setelah itu semua siap, kemudian program
siap diproduksi.
News magazine yang dikemas dalam format dokumenter dan narasi voice over
akan membuat program tersebut menjadi lebih kaya. Program dokumenter itu
merupakan rangkain kejadian atau peristiwa-peristiwa yang menarik. Banyak
kemungkinan yang dapat diproduksi dalam program news magazine. News
magazine dan feature merupakan dua format program yang sangat kaya dan
sangat bercorak audio visual, yakni cepat, bervariasi, kaya, mendalam dan
menarik. Oleh karena itu, program tersebut dapat menarik minat banyak
penonton sekaligus bermanfaat.

VI.

KERANGKA

PEMIKIRAN

MONITORING

EVALUASI
13

Berdasarkan perumusan masalaah dan kerangka konsep, maka kerangka pemikiran
evaluasi adalah sebagai diperlihatkan diagram 1 dibawah ini:
Diagram 1. Kerangka Pemikiran Monitoring Evaluasi

Berdasarkan diagram tersebut diatas, dapat dilihat bahwa proses monitoring evaluasi
yang akan dilakukan ada lima tahap. Dari lima tahap tersebut, Tahap 2 adalah tahap yang
paling penting, untuk menentukan pertanyaan evaluasi dan pembuatan instrumen
pengukuran, setelah tahapan dua dilakukan maka tahapan selanjut adalah pengumpulan
data lapangan persepsi pemangku kepentingan. Data yang didapatkan kemudian diolah
dengan mengunakan SPSS 18, untuk mengetahui korelasi antara program penyampaian
informasi publik dengan dampaknya terhadap pencegahan, pemberatasan dan
penanggulangan Narkoba. Berdasarkan data tersebut, maka diperoleh informasi apakah
program penyampaian informasi publik Badan Narkotika Nasional melalui kegiatan
penyampaian informasi publik, telah efektif (positif) atau tidak efektif (negatif).
14

Tahap kelima, adalah laporan hasil evaluasi kepada Badan Narkotika Nasional sebagai
pihak yang berkepentingan. Hasil evaluasi tersebut jika dinilai bahwa program belum
mencapai hasil yang dikehedaki, maka dilakukan perbaikan program. Namun, jika hasil
evaluasi baik dan mendukung, maka kemungkinan besar program penyampaian informasi
public tersebut bisa direduplikasi kembali pada tahun berikutnya.
VIII. METODE PENELITIAN
1. Target dan Lokasi Evaluasi:
Target monitoring evaluasi sesuai dengan target khalayak penyampaian informasi
public Badan Narkotika Nasional. Lokasi monitoring evaluasi ini dilakukan di lima
wilayah penyalahgunaan Narkoba tertinggi di Indonesia. Dari enam wilayah tersebut
tersebut akan dipilih secara purposif satu kabupaten/kota yang menjadi locus
penelitian, yakni sebagai berikut.
1.

Propinsi Jawa Timur, Kota Surabaya;

2. Sumatera Utara, Kota Medan;
3. Papua, Kota Jayapura;
4. DKI Jakarta;
5. Sulawesi Selatan, Kota Makassar;
6. Bali, Kota Depansar.
Alasan pemilihan enam propinsi tersebut dilandasi oleh asumsi bahwa:
1. Menggambarkan pembagian geografis kewilayahan Indonesia, sehingga dari
pembagian dan pemilihan tersebut dapat mengambarkan pelaksanaan program
penyampaian informasi publik Badan Narkotika Nasional;
2. Enam wilayah tersebut merupakan wilayah yang tinggi tingkat penyalahgunaan
Narkoba di Indonesia dibandingkan wilayah lain.

2. Tipe Monitoring Evaluasi
15

Teknik monitoring yang digunakan adalah mengunakan metode penelitian kuantitatif.
Berdasarkan tipenya, maka evaluasi yang dilakukan terhadap program penyampaian
informasi publik Badan Narkotika Nasionalmelalui kegiatan TV Magazine adalah
evaluasi sumatif. Karena evaluasi dilakukan dipakai untuk pertanggung jawaban,
keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan
implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban,
seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.
Pada akhirnya hasil sumatif digunakan untuk melakukan evaluasi akhir mengenai
pencapain program dan apakah program sejenis tetap perlu dilakukan untuk masa
mendatang atau tidak.
3. Teknik Monitoring Evaluasi
Teknik monitoring evaluasi yang digunakan adalah mengunakan metode penelitian
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini berbeda dengan kualitatif, bukan hanya terbatas
pada perbedaan sumber data antara data yang dilaporkan melalui huruf, lukisan, foto
dibandingkan dengan data yang sifatnya numerik (angka), namun lebih kepada
perbedaan asumsi yang dibangun. Pada penelitian kualitatif teori dan hipotesis tidak
dibangun secara a priori, sedangkan pada kuantitatif, hal tersebut dibangun secara
priori.

Oleh karena itu, penelitian kuantitatif karena muncul dari ilmu alam,

menekanan kepada pendekatan deduktif(umum-khusus) dalam penelitian. Penelitian
kualitatif lebih bertujuan untuk memahami suatu permasalahan tertentu dalam
kehidupan komunitas dan masyarakat tertentu dengan teori tertentu. Adapun cara
yang dilakukan adalah melalui survey persepsi masyarakat.Untuk lebih lengkapnya
sebagai berikut:


Survey :

Survai merupakan metode pengumpulan data dalam penelitian

kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang
terstruktur dan sistematis dengan mengambil sampel dari keseluruhan populasi
yang diteliti. Jenis metode survai yang digunakan, yaitu face to face interview.
Dalam survai jenis ini, pewawancara/peneliti mewawancarai langsung responden
16

di lapangan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan
data monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif , yakni
data yang bisa diukur melalui kuesioner
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer
berdasarkan hasil kuesioner.
3. Target populasi
Target populasi adalah masyarakat yang tinggal di wilayah penelitian
4. Unit Sampel Penelitian
Unit Sampel untuk penelitian kuantitatif adalah masyarakat. Adapun
alasanmya pemilihannya disebabkan kelompok ini merupakan target permisa
sosialisasi yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional. Adapun kriteria
responden adalah sebagai berikut:
Kriteria Unit Sampel adalah sebagai berikut:
a. Berusia 17 tahun atau lebih (dewasa);
b. Warga Negara Indonesia (WNI);
c. Pernah Melihat Program Penyampaian Informasi Publik Badan
Narkotika Nasional atau Pasien/keluarga yang direhabilitasi oleh
BNN
3. Metode Pengolahan Data
Data diolah dengan mengunakan komputer dengan tahapan sebagai berikut:
1.

Validasi Awal, dilakukan dengan melihat kelengkapan dan
konsistensi isian yang dilakukan oleh peneliti lapangan. Apabila isian tidak
lengkap, tidak konsisten dan tidak rasional maka kuesioner didrop dan tidak
dapat digunakan lagi.

2.

Validasi Akhir/ editing praentri. Validasi dilakukan lagi dengan
melihat kembali dengan lebih cermat, kelengkapan dan konsistensi isian.
17

3.

Penyusunan Program Pengolahan mengunakan SPSS versi 18.

4.

Entri Data. Data pertanyaan yang telah terisi dan benar kemudian
diinput kedalam program pengolahan.

5.

Editing. Setelah data masuk, diperiksa kembali, apabila masih ada
kesalahan dilakukan editing ulang.

6.

Tabulasi. Data yang telah masuk, diolah dengan program aplikasi
Statistical program for Social Sciences (SPSS) 18, sehingga menghasilkan
tabel-tabel data.

3.

Struktur Peneliti
Berikut dibawah ini Struktur Peneliti
Unit Organisasi

Peranan and Tanggungjawab

Tingkat Nasional
§

Menyusun

Kuesioner,

Research

Panduan

instrumen Penelitian
§ Pengawasan

Degsin,

FGD

dan

pelaksanaan

penelitian
Team Management Nasional
Team Management §
akan memberikan laporan (progres
Nasional
report)

penelitian

secara

berkala

kepada Badan Narkotika Nasional.
§
Menjamin bahwa Koordinator
wilayah bisa melakukan penelitian
secara efektif dan efisien.
Tingkat Kotamadya
§

Melakukan penelitian lapangan

terhadap sampel
§ Melakukan observasi
§ validasi hasil penelitian
18

§

Menyusun

laporan

penelitian

kepada team koordinator

19