POLITIK LINGKUNGAN GLOBAL STUDI KASUS SI

ABSTRAK
Pemanasan global atau global warming sudah menjadi isu global, karena tidak hanya
dialami atau menimpa Negara kepualauan termasuk Indonesia, melainkan hampir seluruh warga
bumi. Masalah pemanasan global (global warming) mulai diangkat ke permukaan pada
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi (Earth Summit) di Rio de Janerio, Brazil tahun 1992.
Sebelum diselenggarakan KTT tersebut, persoalan seputar pemanasan global (global warming)
seakan disepelekan, dan dianggap sebagai hal yang biasa terjadi dalam setiap kehidupan atau
interaksi antar manusia. Akan tetapi dengan berbagai penelitian atau riset dan ditandai dengan
beragam tanda-tanda dan dampak, pemanasan global (global warming) semakin mendapatkan
perhatian secara internasional. KTT terakhir tentang bumi yang diselenggarakan di kota Kyoto
Jepang tahun 1997, semakin mematenkan dunia bahwa pemanasan global (global warming)
merupakan musuh utama umat manusia yang mendiami bumi, sehingga diperlukan upaya untuk
mengatasi secara menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan. Dalam makalah ini dibahas tentang
pengertian pemanasan global, penyebab, dan dampak yang ditimbulkannya serta strategi
mengatasinya, baik secara internasional, nasional maupun individual.
Kata-kata kunci : pemanasan global (global warming), strategi mengatasi.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pemanasan global (global warming) merupakan isu global, karena tidak hanya dialami atau
menimpa bangsa Indonesia saja, melainkan hampir seluruh warga bumi merasakan dampak

yang ditimbulkannya. Pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang
panjang matahari (inframerah atau gelombang panas) yang dipancarkan oleh bumi, sehingga
tidak dapat lepas ke angkasa dan akibatnya suhu di atmosfer bumi memanas. Pemanasan global
disebabkan oleh gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Pemanasan global
merupakan ancaman serius terhadap Negara kepualau dan kehidupan di planet bumi. Hal itu
tampak dari fakta mencairnya es di Kutub Utara dan Selatan, meningkatnya level permukaan air
laut, perubahan iklim/cuaca yang semakin ekstrem, gelombang panas menjadi semakin ganas,
dan habisnya gletser sumber air bersih dunia. Pemanasan global berdampak negatif terhadap
Negara kepualauan dunia. Indonesia telah mengambil langkah konkret untuk merespons
pemanasan global berupa pembentukan institusi nasional untuk mengatur Mekanisme
Pembangunan Bersih. KTT PBB untuk perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, 7-18
Desember 2009 Pemanasan global (global warming) dapat diartikan juga sebagai peningkatan
rata-rata temperatur udara dan air di dekat permukaan tanah di planet bumi dalam tahun-tahun
terakhir ini dan diperkirakan akan terus berlangsung atau berkelanjutan. Secara terminologi,
pemanasan global (global warming) adalah suatu contoh spesifik dari istilah perubahan iklim
yang lebih luas. Dapat juga mengacu pada pendinginan global. Dalam penggunaan umum,
istilah ini mendasarkan pada pemanasan umum dan mengimplikasikan pengaruh manusia.
UNFCCC yang merupakan Forum Kerangka Kerja Konvensi Perubahan Iklim PBB,
menggunakan istilah perubahan iklim (climate change) untuk perubahan yang disebabkan oleh
manusia dan tingkat perubahan iklim, untuk perubahan-perubahan lainnya. Meningkatnya

pemanasan global (global warming) sangat memprihatinkan masa depan bumi. Jika hal tersebut
tidak segera diatasi, akibatnya bisa sangat fatal: lapisan es di kutub akan mencair dan permukaan
air laut akan naik hal ini akan mengancam Negara-negara kepualauan termasuk indonesia.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana ancaman global warming terhadap Negara-negara kepualauan di dunia khususnya di
Indonesia?

B. ANTARA TEORI DAN REZIM GLOBAL WARMING
Masalah pemanasan global mendapat perhatian dunia setelah Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) yang diadakan oleh PBB pada bulan Juni 1992 di Rio de Janeiro yang lebih dikenal
sebagai KTT Bumi (Earth Summit). Setelah KTT Bumi telah diadakan beberapa pertemuan
internasional dan hasil yang penting adalah Rapat Tahunan COP (Conference Of the Party) III di
Kyoto pada tahun 1997 yang diadakan oleh UNFCCC (United Nation Framework Convention
on Climate Change).
Rapat tersebut mengeluarkan Kyoto Protocol. Isi kesepakatan ini adalah kewajiban bagi
negara maju yang disebut Annex I Countries untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
sebesar 5% dibawah level tahun 1990 pada periode 2008 sampai 2012. Dengan keputusan ini
banyak negara maju diperkirakan tidak akan bisa memenuhi target untuk mengurangi emisi di
negaranya. Oleh karena itu muncul sistem perdagangan emisi (tradeable emission permit) yang
memperbolehkan negara berkembang menjual emisi yang masih rendah kepada negara maju

yang kelebihan emisi.
Efek rumah kaca merupakan suatu kondisi terperangkapnya radiasi matahari kedalam,
oleh karena radiasi yang masuk ke dalam bumi sebagian di pantulkan kembali menuju menuju ke
udara. Efek rumah kaca berasal dari kerusakan lapisan ozon di atmosfir oleh karena peningkatan
aktifitas zat karbon dioksida (CO2) yang terlepas dari pabrik-pabrik, asap kendaraan, kebakaran
hutan, dan lain-lain. Gas karbon yang terlepas ke atosmfer dapat menyebabkan semakin
menipisnya lapisan hingga terjadi kebolongan di lapisan ozon, hal tersebut berdampak pada
radiasi yang di lepaskan matahari langsung terpampar ke bumi tanpa melalui lapisan ini. Kondisi
ini memicu perubahan iklim dan peningkatan suhu bumi.
Kerusakan alam ini pertama kali di kemukakan oleh Svante Arrhenius, yang mengatakan
bahwa hasil pembakaran minyak mentah dan gas alam, membebaskan karbon dioksida keudara.
Menurut teori Arrhenius, peningkatan yang cepat dalam pemakaian batu bara di Eropa selama
revolusi industry akan menaikkan konsentrasi karbon dioksida dan menyebabkan kenaikan yang
berangsur-angsur dalam temperatur global.1 Tetapi secara keseluruhan kerusakan lapisan bumi
tersebut di timbulkan oleh gas yang di keluarkan dari pembakaran bahan bakar fosil dan
1

Christopher Flavin (1992) “Tantangan Masalah Lingkungan Hidup” Dampak rumah kaca,
halaman 53-54.


menyebabkan pemanasan atmosfer bumi. Permintaan ketersediaan energi menghasilkan lebih
dari setengah dari emisi karbon global di hasilkan oleh negara industri.2
Dengan semakin meningkatnya perubahan suhu bumi memicu mencairnya es di kutub
utara maupun selatan. Menurut; Richard S Williams Jr dari Vrije Universiteit Brussel, dengan
mencairnya seluruh permukaan es di kutub utara dan selatan dapat mengakibatkan kenaikan
permukaan air laut hingga mencapai 66 meter. Beberapa kota besar di dunia yang terletak di
pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki daratan rendah akan tengelam. 3 Laju kenaikan suhu
bumi ini, bahkan mencapai rekor tertinggi pada 10 tahun terakhir. Peningkatan suhu permukaan
bumi telah menyebabkan pemuaian air laut dan mencairnya salju-salju abadi yang pada
gilirannya akan menyebabkan naiknya permukaan air laut khususnya terhadap wilayah pesisir.
dari perhatian masyarakat internasional internasional terhadap kerusakan dan krisis yang
terjadi di alam, isu lingkungan hidup mulai mengaitkan negara sebagai salah satu aktor yang
paling berpengaruh, di samping organisasi nonpemerintah dan individu. Menurut Caroline
Thomas (1992:155 dalam Faripasha, 2009:28), Respon masyarakat internasional terhadap isu
perubahan Global warming dapat dibagi ke dalam 3 fase yaitu;
Fase pertama, adalah fase meningkatnya kerjasama para ilmuwan dalam mengembangkan
wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan perubahan iklim. Fase ini meliputi periode
sebelum tahun 1972, tetapi selanjutnya perhatian semakin bertambah sejak Konferensi
Stockholm tahun 1972 hingga tahun 1988.
Fase kedua meliputi periode antara tahun 1988 hingga 1990, pada fase ini pemanasan global

masuk ke dalam wacana politik, dan negara-negara mengadakan serangkaian pertemuan untuk
berdiskusi, bagaimana merespon pemanasan global dan selanjutnya akhir dari pertemuanpertemuan itu memunculkan gagasan untuk membentuk panel ilmuwan.
Fase ketiga adalah periode setelah tahun 1990, pada fase ini negara-negara mulai
menegosiasikan sebuah konvensi internasional pemanasan global, lewat komite negosiasi antar
pemerintah (International Negotiating Committee/INC) untuk membuat kerangka konvensi.
2

National Geograpihc Indonesia; Luap laut akankah menengelamkan kita?, edisi September
2013, halaman 60-67
3
Richard W. Mansbach & Kristen L. Rafferty (2012) “Pengantar Politik Global” Lingkungan
kebaikan bersama global, hal; 793-794.

Negosiasi tentang perubahan iklim terus diselenggarakan oleh INC hingga KTT Bumi UNCED
tahun 1992 di Rio de Janeiro.
Kans dan Mingst (2004:155) menjelaskan adanya keterkaitan antara keamanan, ekonomi,
lingkungan, dan hak asasi manusia dalam isu lingkiungan hidup. Negara kemudian memiliki
peranan yang paling penting untuk dapat mengatur isu-isu yang saling berkaitan tersebut agar
sedekat mungkin dengan keselarasanmengenai distribusi biaya pengelolaan lingkungan,
pertanyaan mengenai kedaulatan negara dan kebebasan bertindak (Hurrel & Kingburry, 2006).4

C. PERMASALAHAN
1. Ancaman Global Warming Bagi Negara Kepulauan Di Dunia
Perubahan iklim terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang, antara
50-100 tahun. Meskipun perlahan, dampaknya sebagaian besar permukaan bumi menjadi panas.
Berikut merupakan data-data dari IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) yang
menggambarkan kondisi perubahan iklim yang terjadi saat ini bahwa telah terjadi kenaikan suhu
rata-rata sebesar 0,76 derajat Celcius antara periode 1850 – 2005, 11 dari 12 tahun terakhir
(1995-2006) merupakan tahun-tahun dengan rata-rata suhu terpanas sejak dilakukan pengukuran
suhu pertama kali pada tahun 1850. Kenaikan permukaan air laut global rata-rata sebesar 1,8mm
per tahun antara periode 1961 – 2003. serta telah terjadi kekeringan yang lebih intensif pada
wilayah yang lebih luas sejak tahun 1970an, terutama di daerah tropis dan sub-tropis. Karena
naiknya suhu bumi bisa mencairkan es di daerah kutub. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel
on Climate Change), dalam 100 tahun terakhir telah terjadi peningkatan air laut setinggi 10-25
cm. Sementara menurut laporan Greenpeace, diperkirakan pada tahun 2100 mendatang akan
terjadi peningkatan air laut setinggi 19-95 cm. Peningkatan air laut setinggi 1 meter akan
mengakibatkan hilangnya pulau atau daratan di dunia sebagai contoh hilangnya daratan Mesir
1%, Belanda 6%, Bangladesh 17,5% dan 80%atol di kepulauan Marshall serta tenggelamnya
pulau-pulau di, Fiji, Samoa, Vanutu, Jepang, Filipina, serta Indonesia. Hal ini berarti puluhan juta
orang yang hidup di pesisir pantai harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi.


44

http://berita.plasa.msn.com/nasional/republika/dnpi-2000-pulau-di-indonesia-terancam-hilangtenggelam. Di akses hari selasa tanggal 04 desember 2013 pukul 12.31 WIB

2. Ancaman Global Warming Bagi Pulau-Pulau Di Indonesia
Akibat pemanasan global, permukaan laut Indonesia naik 0,8 cm per tahun dan
berdampak pada tenggelamnya pulau-pulau nusantara hampir satu meter dalam 15 tahun ke
depan. Demikian Deputi Menteri Lingkungan Hidup bidang Konservasi SDA dan Pengendalian
Kerusakan Lingkungan “Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi pihak yang sangat
merasakan dampak pemanasan global ini perlahan tetapi pasti jika tak diatasi sejak sekarang,”
Tercatat sebanyak 24 pulau kecil di Indonesia telah lenyap, baik akibat kejadian alam, maupun
ulah manusia. Namun, itu belum seberapa. Yang lebih mengkhawatirkan, 2.000 pulau lain di
Tanah Air juga terancam tenggelam akibat dampak pemanasan global. Hal itu diungkapkan oleh
Menteri Kelautan dan Perikanan RI. ke-24 pulau ini hilang akibat tsunami Aceh pada 2004,
abrasi, dan kegiatan penambangan pasir yang tidak terkendali. Pulau-pulau ini di antaranya Pulau
Gosong Sinjai di NAD akibat tsunami, Mioswekel di Papua akibat abrasi, dan Lereh di
Kepulauan Riau akibat penambangan pasir.
Pemanasan global, menjadi ancaman paling konkret dan berbahaya bagi pulau-pulau lain
di Tanah Air. Menurut analisis bersama Departemen Kelautan Perikanan RI dan PBB, pada tahun
2030, sekitar 2.000 pulau kecil di Indonesia akan lenyap. kenaikan permukaan laut bisa

mencapai lebih dari 2 meter jika tidak ada penanganan serius dalam menghentikan laju
pemanasan global. Tidak hanya di pulau-pulau kecil, dalam simulasi dampak Global Warming,
sebagian wilayah pesisir utara Jakarta akan tenggelam. Ancaman tenggelamnya pulau akibat
kenaikan permukaan laut, bukanlah isapan jempol. “Sekarang, telah betul-betul terjadi,” contoh
negara Kepulauan Kiribati dan Tuvalu. “Presiden Kiribati telah meminta warga dunia untuk
menampung warganya karena ‘negeri’ mereka telah hilang,” tuturnya. Warga-warga dari
negara yang berada di Samudra Pasifik ini telah ditampung di Australia dan Selandia Baru.
Data dampak pemanasan global lainnya misalnya mencairnya glasier di pegunungan Himalaya,
meningkatnya frekuensi badai di Kepulauan Pasifik Selatan, pemutihan karang secara massal dan
berdampak pada kematian di Great Barrier Reef Australia, berkurangnya persediaan air bersih di
sungai Mekong dan lain-lain. indikasi pemanasan global lain yang begitu jelas dirasakan
misalnya kenaikan suhu yang ekstrem beberapa waktu belakangan ini misalnya suhu di
Kalimantan yang biasanya sekitar 35 derajat Celcius naik menjadi 39 derajat Celcius. Di
Sumatra, tambahnya, yang biasanya berkisar pada 33-34 derajat naik menjadi 37 derajat, dan di

Jakarta yang biasanya 32-34 naik menjadi 36 derajat Celcius. pemanasan global itu akibat
meningkatnya kegiatan manusia yang terkait dengan penggunaan bahan bakar fosil, kegiatan
melepas emisi (efek rumah kaca) dan menyebabkan tertahannya radiasi matahari dalam atmosfer
bumi ditambah lagi dengan penebangan hutan.
Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Rahmat Witoelar, mengatakan

dampak perubahan iklim dirasakan langsung oleh negara-negara berkembang. Sejumlah
pulau di Indonesia berpotensi ikut terkena dampaknya. ''Di Indonesia saja, sedikitnya
terdapat 2.000 pulau terancam akibat kenaikan air laut, ''Hal itu juga dialami oleh Maladewa
yang diprediksi 20 hingga 30 tahun mendatang akan tenggelam.'' Rahmat mengatakan warga
Maladewa banyak yang sudah mempunyai kewarganegaraan ganda. Itu sebagai antisipasi negara
kepulauan tersebut tenggelam. "Pantai utara Indonesia juga terancam.5
D. Solusi Global Warming Bagi Negara Kepualauan
Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai warga Bumi untuk turut berperan serta mengatasi
peristiwa Pemanasan Global (Global Warming) yang sedang dialami Bumi, dimulai dari hal-hal
kecil yang dapat dilakukan oleh semua orang dari rumah tempat kita tinggal, diantaranya seperti
hal-hal berikut ini:
a. Konservasi dan efisiensi energi
Penghematan energi, bukan semata-mata untuk alasan ekonomi seperti Kepres No. 10/2005,
tetapi juga untuk alasan konservasi energi. Potensi terbesar untuk penghematan energi adalah di
dunia industry, dimana sebagian besar energi yang lain adalah sektor transportasi dan rumah
tangga, baik dalam penggunaan listrik maupun bahan bakar lainnya.
b. Eliminasi CFC
Eliminasi CFC sangat diperlukan karena gas-gas tersebut dapat menyumbangkan 20% dari efek
rumah kaca pada tahun 2030. Oleh karena itu, harus segera diambil tindakan guna penghapusan
5


http://berita.plasa.msn.com/nasional/republika/dnpi-2000-pulau-di-indonesia-terancam-hilang-tenggelam
diakses 3 desember 2013 pukul 00.30 WIB
6
. http://rioardi.wordpress.com/2009/10/06/24-pulau-di-indonesia-hilang-ribuan-lainnya-terancam
diakses 3 desember 2013 pukul 00.30 WIB
7
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/05/konsep-pemanasan-global-global-warming.html
diakses 3 desember 2013 pukul 00.30 WIB

penggunaan CFC secara menyeluruh. Penggantian Freon atau CFC dengan gas lain dalam
system atau peralatan pendingin udara perlu segera dilakukan.
c. Menukar bahan bakar
Emisi gas rumah kaca dari penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi) yang bervariasi atau
menggantinya dengan bahan bakar dari bahan baku tumbuh-tumbuhan atau biogas. Untuk
produksi jumlah panas atau listrik yang sama, gas alam menghasilkan CO 2 40% lebih rendah
dibandingkan dengan batu bara, dan sekitar 25% lebih rendah daripada minyak. Sehingga dengan
menukar sumber bahan bakar dari minyak bumi ke gas alam dan biogas dapat mengurangi emisi
CO2.
d. Teknologi energy yang dapat diperbaharui (renewable)

Upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dapat dilakukan dengan mengembangkan suatu
teknologi yang dapat menekan emisi penyebab efek rumah kaca, seperti PLTA, pemanas air
dengan tenaga matahari, penggunaan tenaga angin dikonversi menjadi listrik maupun
penangkapan metana dari tempat sampah dan kotoran manusia atau hewan menjadi energy atau
listrik.
e. Reboisasi kehutanan
Untuk menyerap 10% emisi CO2 yang ada di atmosfer saat ini dapat dilakukan dengan tanaman
areal seluas Zambia atau Turki, sedangkan untuk menyerap semua emisi tahunan diperlukan
menanam seluas Australia (Notoatmodjo, 2007 : 356)
penanganan secara serius dan berkelanjutan agar permasalahan yang muncul

dapat

dipecahkan secara menyeluruh. Langkah-langkah tersebut antara lain meliputi :
1. Secara internasional, melalui (a) penerapan protokol Kyoto, pengurangan pengunaan gas dan
penurunan tingkat emisi (b) peningkatan peran lembaga SIDS di PBB agara isu kenaikan
permukaan air laut menjadi perhatian utama di lembaga (c) membentuk forum kajian
internasional yang khusus membicarakan SIDS (d) gerakan moral peduli lingkungan
internasional
2. Secara nasional, melalui (a) pembentukan badan yang secara khusus memangani masalahmasalah kepulauan, (b) mengadakan pusat riset dan penelitian di bidang global warming
khususnya acaman keanikan air laut, (c) pengembangan energi alternatif (d) budaya hemat
energi dan (e) .kebijakan penanggulangan emisi industri.

3. Secara individual, meliputi (a) mengurangi pengunaan energi bahan bakar minyak (b)
mengurangi pembakaran sampah dan lebih mengutamakan daur ulang sampah (c) melestarikan
dan menjaga eksistensi hutan sebagai penyerap gas emisi.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Arief, 1996. Teori Pembangunan Dunia Ketiga, PT. Gramedia
Jakarta. Gore, Al., 2007. Suatu

Kebenaran

yang

Pustaka Utama,

Tidak

Menyenangkan,

Pemanasan Global (Global Warming).
Faripasha, Erik. (2009). Dinamika Kemunculan Rezim Lingkungan Global dan Politik
Lingkungan

Hidup

Global. Diakses

pada

tanggal

3

desember

2013,

dari:

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131877-T%2026745-Kebijakan%20luar-Tinjauan
%20literatur.pdf
Hurrel, Andrew & Kingbury, Benedict. (2006). “The International Politics of The Environment:
Introduction”. Dalam Dewi Utariah, The International Politics of The Environment.
Diakses

pada

tanggal

3

desember

2013

dari:

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2009/05/the_international_politics_of_the_environment.pdf
Kodra, AS. Hadi dan Syaukani HR, 2004. Bumi Makin Panas, Banjir
Menyibak Tragedi Kehancuran Hutan, Yayasan

Makin Luas,

Nuansa Cendekia, Bandung.

Kans, Margaret P. & Mingst, Karen A. (2004). International Organizations: The Politics and
Processes of Global. London: Lynne Rienner Publishers, Inc.
Stokke, Olav Schram. (2006). Determining the Effectiveness of International Regimes. Diakses
pada tanggal 3 desember 2013, dari:
http://www.svt.ntnu.no/iss/fagkonferanse2007/intern/papers/olav.s.stokke@fni.noStokkeDe
termRegimeEffectiveness.PDF
Todaro, P. Michael, 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga,
Jakarta. Suara

Penerbit Erlangga,

Merdeka. 2007. “Hemat Energi, Selamatkan Bumi” 20 April. Suara

Merdeka. 2007. “3,5 Juta

Hektar

Hutan

Lenyap

Setiap Tahun” 23 April. Suara

Merdeka. 2007. “ Menengok Protokol Kyoto ” 26 April. Suara Merdeka. 2007. “Panas
Global, Tanggung Jawab Siapa?” 5 Juni

GLOBAL WARMING MENGANCAM NEGARA KEPUALAUAN

(STUDI KASUS “ GLOBAL WARMING” DI INDONESIA)

Untuk memenuhi tugas kelompok Politik Lingkungan Global

Disusun

Oleh :
Manap

20110510008

Muhammad Faizal Alfian

20110510167

Rizki Sandra Zenita

20110510

Suliatina Indriyani

20110510272

Riza

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Dokumen yang terkait

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22