KETERKAITAN MANUSIA DAN ARSITEKTUR docx

KETERKAITAN MANUSIA DAN ARSITEKTUR
A. PENGERTIAN ARSITEKTUR
Arsitektur adalah merupakan buah pemikiran manusia dalam bentuk fisik yang mencerminkan
kehidupan dan pola-pola kebudayaan yang terbentuk pada masa penciptaanya. Antropolgi sebagai
ilmu yang mempelajari manusia sebagai objeknya dapat menerangkan proses-proses penciptaan karya
arsitektur sebagai lambang kebudayaan tersebut. Proses diawali oleh gagasan melalui tindakan hingga
akhirnya terbentuk hasil karya fisik. Sehingga sedikit perubahan yang terjadi pada tahap gagasan
berarti akan terjadi perubahan pula pada karya akhirnya. Namun demikian, keberadaan konsep
estetika sebagai wujud gagasan yang abstrak selalu dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing
individunya maupun pengalaman kolektif yang dialami kelompok masyarakat tertentu. Melalui kajian
antropologi dapat dikupas makna dari hasil fisik kebudayaan arsitektur yang terkandung didalamnya.
B. PENGERTIAN MANUSIA
Berikut ini adalah pengertian dan definisi manusia menurut beberapa ahli:



Nicolaus D. & A. Sudiarja
manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan
tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.




Abineno J. I
manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang
terbungkus dalam tubuh yang fana”.



Upanisads
manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan
fisik.



Sokrates
manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar.



Kees Bertens
manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak dinyatakan.




I Wayan Watra
manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.



Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany
manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan
manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.



Erbe sentanu
manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah
ciptaan tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain.




Paula J. C & Janet W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung
jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan
unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan

C. KETERKAITAN MANUSIA DAN ARSITEKTUR
Di dalam ilmu arsitektur, Antropologi Arsitektur dipergunakan sebagai salah satu cabang ilmu
pembelajaran yang mempelajari tentang segala aktivitas, kebudayaan dan tingkah laku atau perilaku
manusia. Arsitektur adalah ilmu merancang dan membangun yang berkaitan dengan bangunan dan
teknologi bahan, namun kita tidak boleh melupakan bahwa yang menghuni bangunan tersebut adalah
manusia. Jadi kita merancang suatu bangunan untuk ditinggali oleh manusia yang menghuni dan
manusia tersebut harus merasa nyaman dan aman untuk tinggal dalam bangunan tersebut agar desain
kita bisa dikatakan berhasil. Kita tidak bisa merancang suatu bangunan hanya berdasarkan pada
kemajuan teknologi bangunan saja, menggunakan bahan modern yang hebat dan mudah digunakan
tanpa pernah memperhatikan unsur vital dalam bangunan itu sediri, dalam hal ini manusia yang
tinggal didalamnya. Mempelajari antropologi arsitektur akan sangat berguna dalam proses
perancangan, hal ini disebabkan kita dapat menggunakan antropologi arsitektur sebagai komponen
dan bahan pertimbangan tambahan dalam merancang suatu bangunan. Jadi kita mendapat tambahan
elemen untuk dipertimbangkan selain yang sudah biasa kita gunakan seperti, besaran ruang, studi

bentuk, kajian teori, dan hal – hal lainnya. Selain itu hasil rancangan kita juga akan lebih humanisme
dan nyaman untuk ditinggali. Dengan dipelajarinya antropologi arsitektur, maka kita dapat
menciptakan suatu desain yang berwawasan manusia dan mewujudkan bangunan yang ekologis
seperti yang ditekankan pada Pola Ilmiah Pokok Unika Soegijapranata. Diharapkan dengan semakin
berkembangnya kemajuan jaman, manusia tidak semakin maju dari segi teknologi saja, tapi juga maju
dari segi kebudayaan. Dengan makin banyaknya desain yang berwawasan kebudayaan dan
humanisme, maka diharapkan dapat tercipta pula lingkungan yang ekologis dan bangunan yang
nyaman dan ramah lingkungan. Aspek Sosial Budaya Dalam Arsitektur – Keterkaitan Antropolgi dan
Arsitektur.
Manusia sebagai kajian dari antropologi adalah sebagai objek yang dipelajari baik sebagai
individu ataupun kelompok. Dalam perkembangan manusia, naungan adalah hal pertama yang dibuat
oleh manusia jauh sebelum mereka mengenal api. Naungan atau tempat tinggal sementara pada jaman
pra sejaraha adalah hasil karya insting manusia yang butuh tempat terlindung dari segala ganguan dari
cuaca atau problem alam lainnya. Moore and Allen menjelaskan bahwa manusia hidup dalam ruang

yang tidak terbatas. Arsitektur memotong atau membatasi ke-“tidak terbatas”-an ini, sehingga
memberi makna bagi kegiatan manusia yang berlangsung di dalamnya. Rapaport mengungkapkan
bahwa arsitektur bermula sebagai tempat bernaung. Oleh karena itu banyak anggapan di masyarakat
bahwa arsitektur adalah sesuatu yang berhubungan dengan bangunan sebagai tempat tinggal. Pada
awalnya arsitektur lebih terkait kepada bangunan, terutama bangunan untuk tempat tinggal yang

masih banyak dipengaruhi oleh adat, sehingga pembuatannya banyak memasukkan unsur adat.
Kemudian dengan semakin majunya zaman, maka hasil karya arsitektur semakin bermacam-macam
bentuknya. Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture), berarti seni dan ilmu membangun
bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = tukang, maka
architecture adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan sebagai suatu pengungkapan
hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan Antropologi selajutnya memberikan
tafsiran yang dapat dipakai oleh para arsitek dalam membaca perubahan tata ruang,
nilai/symbol/makna estetika dari karya arsitektur (meening/deep meening dari manusia yang akan
menempati ruang). Antropologi Arsitektur berdasarkan pada penilaian estetika dari sebuah
ruang/bangunan. Analisisnya ditujukan ke masalah-masalah: 1. Konsep-konsep ruang dan
kelanjutannya, 2. Perilaku membangun, hunian dan pemukiman, dalam memandang kondisi-kondisi
keberadaan manusia Antropologi Arsitektur dalam hal ini berperan menganalisis aspek-aspek sosialbudaya dalam pembangunan-penggunaan sebuah karya arsitektur. Selama ini Teknik Arsitektur
(Arsitektur murni) hanya melihat aspek fisiknya saja. Apabila dilihat dari proses yang terjadi, maka
tahap gagasan merupakan awal terjadinya proses ber-arsitektur tersebut. Proses diawali oleh gagasan
melalui tindakan hingga akhirnya terbentuk hasil karya fisik. Sehingga sedikit perubahan yang terjadi
pada tahap gagasan berarti akan terjadi perubahan pula pada karya akhirnya. Namun demikian,
keberadaan konsep estetika sebagai wujud gagasan yang abstrak selalu dipengaruhi oleh pengalaman
masing-masing individunya maupun pengalaman kolektif yang dialami kelompok masyarakat
tertentu. Pengalaman ini meliputi: pengembangan kepercayaan terhadap kekuasaan dan kekuatan yang
lebih tinggi; hubungan sosial dengan orang atau kelompok lain; ekspresi kepribadian individual

kepada lingkungan masyarakat di sekitarnya; mengupas makna-makna yang dapat diterima oleh
lingkungan (Mulder, 1975, dalam Koentjaraningrat, 2005). Pengalaman yang berbeda-beda antar
individu akan menghasilkan perbedaan dalam rumusan bentuk estetika masing-masing. Dalam sebuah
kelompok masyarakat, perbedaan rumusan bentuk estetika tercermin dalam sistem nilai
kebudayaannya. Hal ini yang akan menentukan munculnya berbagai gaya dalam arsitektur. Perbedaan
gaya dalam karya arsitektur yang terjadi antar daerah dan waktu disebabkan karena adanya perbedaan
rumusan bentuk estetika masingmasing. Perbedaan Aspek Sosial Budaya Dalam Arsitektur –
Keterkaitan Antropolgi

dan Arsitektur

dalam

rumusan

bentuk

estetika,

sekaligus


akan

menggambarkan kondisi pengalaman yang diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, “karya
arsitektur” dalam sebuah masyarakat dapat menjadi alat untuk membaca kondisi pengalaman dan
sistem nilai kebudayaan dalam masyarakat tersebut. Sebaliknya, gagasan mengenai setting perilaku

dalam masyarakat merupakan hasil dialog dari perilaku sebagai tindakan dan desain sebagai artifak
kebudayaan. Sebagai contoh gambaran hubungan antara kebudayaan dengan arsitektur adalah
perkembangan gaya dalam dunia arsitektur itu sendiri. Melihat kehidupan manusia keseluruhan, maka
usaha manusia di dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya merupakan faktor utama dalam menjaga
kelangsungan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia adalah sandang, pangan, ruang hidup atau
pemukiman, pendidikan, dan kesehatan. Dari unsur tersebut, ruang memegang peranan yang penting.
Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologi emosiaonal (Persepsi),
maupun dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak serta menghayati, berfikir dan juga
menciptakan ruang untuk menyatakan bentuk dunianya. Ciptaan yang artistic disebut Ruang
Arsitektur. Ruang Arsitektur ini menyangkut interaksi ruang dalam dan ruang luar, yang memerlukan
penataan yang lebih lanjut.
ARSITEKTUR ADALAH WUJUD FISIK DARI KEBUDAYAAN Kebudayaan fisik merupakan
wujud hasil dalam sebuah kebudayaan. Sehingga pada wujud terakhir ini kebudayaan memiliki bentuk

paling nyata diantara bentuk yang lain. Pada wujud inilah kebudayaan seringkali sudah memiliki
bentuk benda, sehingga dapat dilihat, disentuh dan dirasakan. Untuk membantu memahami Arsitektur
sebagai sebuah wujud kebudayaan dapat dilakukan telaah melalui kacamata di atas. Untuk itu
kegiatan ber-arsitektur perlu dipahami sebagai sebuah proses, dari ideologi yang melandasi, konsep,
metode dan teknik yang digunakan, hingga hasil karya. Unsur yang akan selalu ada dalam proses
penciptaan “karya arsitektur” adalah “keindahan”. Keindahan selalu menjadi latar belakang atau
tuntutan dalam sebuah “karya arsitektur”. Keindahan merupakan gagasan mengenai bentuk estetika
yang pada akhirnya akan diwujudkan menjadi sebuah karya fisik melalui teknik dan metode dalam
arsitektur. Dalam hal ini bentuk estetika merupakan sebuah gagasan yang muncul dalam sebuah
kebudayaan. Estetika merupakan wujud kedua dari kebudayaan atau merupakan wujud gagasan.
Arsitektur merupakan wujud fisik yang secara nyata dapat dilihat, disentuh dan dirasakan
kehadirannya dalam masyarakat. Wujud fisik ini, baik dalam skala bangunan tunggal maupun sebuah
lingkungan

buatan,

dapat

difahami


sebagai

sebuah

artefak.

Sebuah

“karya

arsitektur”

mengkomunikasikan kondisi masyarakat di mana artefak tersebut berada. Artefak merupakan wujud
akhir yang timbul akibat adanya gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan, wujud fisik.
Kebudayaan dalam wujud fisik merupakan bagian terluar dari lingkaran konsentris kerangka
kebudayaan (Koentjaraningrat, 2005). Ruang dan hirarki yang tergantung didalamnya merupaka
bagian dari arsitektur dimana penyusunanya dipengaruhi oleh pola pikir manusia yang berupa cita
rasa , budaya , dan penyelarasan dengan alam sekitarnya. Antropologi merupakan kajian bagaimana
tentang pola ruang itu terbangun dan hirarki ruang terjadi, dimana arsitektur sebagai cerminan dari
budaya masyarakatnya. Berikut adalah beberapa contoh kajian antropologi arsitektur yang dilihat dari

proses terbentuknya akibat dari kebutuhan manusia akan penjelmaan dari kebudayaan lokal. Aspek
Sosial Budaya Dalam Arsitektur – Arsitektur pra-Yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa

Yunani yang kaya dengan mitologi dan seni. Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama
sebagai bagian dari ritual pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-Yunani kuno tersebut
menjadi dasar terbentuknya konsep nilai ke-estetika-an pada saat itu terfokus pada terciptanya
bangunan-bangunan megah dan besar sebagai upaya mendekatkan manusia terhadap mitos dewa-dewi
alam semesta (Fletcher, 2004). Gambar 1. Parthenon Yunani Sumber : www.google.com Secara umum
zaman modern sendiri merupakan masa di mana seluruh cabang ilmu berkembang dengan sangat
pesat. Penemuan mesin, revolusi Industri dan penemuan material baru menimbulkan berbagai
perubahan dalam masyarakat secara cepat. Sehingga perkembangan ilmu-ilmu tersebut juga
memunculkan berbagai gaya dan aliran dalam dunia arsitektur sendiri. Minimalisme, fungsionalisme,
industrialisme, konstruktifisme dan rasionalisme merupakan gambaran adanya berbagai gaya
arsitektur yang muncul pada zaman modern ini. Meski terdapat berbagai macam gaya arsitektur,
kondisi kebudayaan masyarakatnya yang terbentuk tetap dalam koridor ideologi yang cenderung
humanis, monoton dan rasionalis akibat perkembangan ilmu itu sendiri. Zaman postmodern secara
garis besar berusaha lepas dari batasan-batasan ketat yang ada pada zaman modern. Dekonstruksi,
simbiosisme, eklektisisme, feminisme dan hibridisme memberi gagasan pada kebebasan dan
kemajemukan. Meski diwarnai oleh berbagai nama gaya atau aliran, ternyata semua tetap merujuk
pada pembebasan manusia yang pada era modern terbelenggu ketat oleh struktur-struktur konsensus

dan makna tunggal. Pada era post-modern ini filsafat strukturalisme hingga poststrukturalisme
menjadi landasan ideologis nilainilai budaya masyarakatnya (Ikhwanuddin, 2005).
Telaah Antropologi Arsitektur sebagai sebuah wujud kebudayaan dapat dilakukan melalui
keempat wujud kebudayaan, yakni: nilai nilai budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan
fisik. Karya arsitektur sebagai sebuah wujud kebudayaan yang secara nyata dapat dilihat, disentuh,
dan dirasakan dapat dipahami sebagai sebuah artefak. Artefak merupakan wujud akhir yang timbul
akibat adanya gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan (wujud fisiknya). Perbedaan gaya dalam
karya arsitektur yang terjadi antar daerah dan waktu disebabkan karena adanya perbedaan rumusan
bentuk estetika masing-masing. Perbedaan dalam rumusan bentuk estetika, sekaligus akan
menggambarkan kondisi pengalaman yang diterima oleh masyarakat.