STUDY PENGARUH KUAT TEKAN SEMEN PEMBORAN

STUDY PENGARUH KUAT TEKAN SEMEN PEMBORAN CLASS – G
DENGAN PEMAKAIAN ADDITIVE
CFR-2 DAN LIGNOSULFAT
TERHADAP VARIASI WAKTU DAN TEMPERATUR

Arif Eka Rahmanto,Trisakti University

baik

Abstract
Dalam kegiatan pemboran tidak akan
pernah

lepas

dari

proses

maka


kita

dapat

menambahkan

beberapa additive sebagai pembanding uji

cementing.

kuat tekan. Additive yang di bandingkan

Terutama untuk pemboran dalam lebih dari

adalah : CFR – 2 ( Cement Fraction

6000 ft serta sumur sumur panas bumi.

Reducers ), Lignosulfonat


Dimana pada kondisi tertentu dibutuhkan

dengan adanya uji kuat tekan ini dapat

sement yang tahan temperature tinggi dan

dijadikan

sudah pasti harus memiliki kekuatan atau

referensi dalam perencanaan penyemenan

ketahanan semen yang tinggi pula.

khususnya untuk sumur MIGAS. Sehingga

Oleh karna itu sebagai seorang

sebagai


Diharapkan

salah

satu

sumber

kegagalan dalam proses cementing dapat di

enginer sangat perlu mengetahui sifat – sifat

minimallisir.

fisik sement. Terutama yang berkaitan

1. Pendahuluan

dengan kuat tekan ( compressive strength ).


Kegiatan penyemenan sumur minyak

Untuk itu kita dapat melakukan percobaan

adalah

uji tekanan dengan menggunakan semen

pekerjaan pemboran.

class – G, Sement type ini sangat bagus

keberhasilan sebuah proses pemboran tidak

untuk penyemenan suhu yang tinggi serta

terlepas

memiliki ketahanan yang cukup bagu dan


Penyemenan atau cementing adalah suatu

sesuai dengan standart international yaitu

proses penempatan bubur semen pada

API Spec. 10 ( America Petroleum Institut

annulus, celah

)dan ASTM ( America Society for Testing

dinding sumur. Dengan maksud untuk

Material ). Untuk mendapatkan hasil yang

melakukan pembatasan antara casing dengan

merupakan


dari

bagian

pada

Oleh karena itu

kegiatan

antara

dari

cementing.

casing dengan

Arif Eka Rahmanto 1 of 26


formasi

guna

memcegah

timbulnya

komunikasi antar zone yang satu dengan

yang lainya. Dalam melakukan penyemenan
kita harus mempertimbangkan

beberapa faktor yaitu :
1. Perencanaan yang matang.
2. Pelaksanaan teknis yang baik.
3. Peralatan yang memadai.

1. Melindungi dan melekatkan casing


4. Bahan - bahan yang digunakan.
Kegagalan dalam suatu kegiatan

pada dinding formasi.
2. Menutup daerah hilang sirkulasi dan

penyemenan merupakan suatu kerugian

mengisolasi

yang sangat besar, baik berupa kerugian

casing agar tidak terjadi komunikasi

material, waktu, tenaga, maupun biaya.

antar lapisan.

lapisan


dibelakang

Selain dari 4 faktor diatas. Maka ada

3. Mencegah

beberapa syarat yang perlu di perhatikan

fluida

dalam proses penyemenan, adalah sebagai

tinggi ke celah antara casing dan

berikut :

formasi, yang dapat menimbulkan

 Terdapatnya kolom semen yang


 Letak casing harus tepat ditengah –

terhadap

casing

maupun

lubang

sumur.

 Pemilihan seman dan additif harus
tepat sesuai dengan kedalaman serta
kondisi formasi.
Adapun

tujuan

yang


atau

bertekanan

dipermukaan
4. Menutup sumur yang ditinggalkan.
5. Memperkecil gas ratio dan water

tengah sumur.

 Kualitas daya ikat semen yang baik

formasi

gas

masalah yang yang membahayakan

cukup pada selang kedalaman yang
telah di tentukan.

penyusupan

ratio.
6. Memperbaiki casing yang pecah.
7. Memperbaiki

kesalahan

letak

perforasi.
8. Menutup

zona

yang

tidak

di

butuhkan.
Oleh

karena

itu

semen

harus

melakukan kegiatan

mempunyai sifat-sifat fisik yang dapat

cementing pada suatu sumur antara lain

berfungsi dengan baik pada kondisi masing-

untuk :

masing

sumur

seperti

temperatur,

kedalaman, dan tekanan.
Arif Eka Rahmanto 2 of 26

mempunyai harga lebih besar dari pada
Adapun gaya yang berkerja pada casing (
selubung ) sumur minyak meliputi :

harga shear bond strength.
Oleh sebab itu Penelitian ini lebih

1. Gaya horizontal, yaitu gaya yang
disebabkan oleh tekanan formasi.
2. Gaya vertikal, yaitu gaya yang

memfokuskan diri pada compressive
strength dengan

menggunakan bubur

semen ( slurry ) yang sesuai dengan

disebabkan oleh berat rangkaian pipa

ketentuan

selubung disamping gaya lainnya,

ketentuan internasional yaitu API (

seperti goncangan selama pemboran

America Petroleoum Institut ) serta

dan

ASTM (

gaya

selama

melakukan

perforasi.

laboratorium

serta

America Society for Testing

Material ).

Salah satu sumber kegagalan proses
penyemenan ini adalah karena kurang
memperhitungkan

uji

gaya

di

dalam

selubung sumur minyak. Gaya yang
dimaksud adalah :
1. Shear Bond Strength .
2. Compressive Strength.
Pada kedalaman dan temperatur

Adapun tema atau judul penelitian
ini adalah
semen

study pengaruh kuat tekan

pemboran

kelas

G

terhadap

pemakaian additive Lignosulfonat dan
Cement Fraction Reducers – 2 ( CFR-2)
dengan Variasi Temperatur ( 150 F – 250
F ) dan waktu ( 16 jam – 168 jam ).
Penelitian

ini

akan

laboratorium

dilakukan

teknik

tertentu, gaya tersebut akan sangat besar

Universitas Trisakti.

sehingga dapa menyebabkan kerusakan

Diharapkan

pada

pemboran

dengan

dilakukan

pada sement. Untuk itu sangat perlu

penelitian ini, maka hasil yang akan

untuk dilakukanya penelitian terhadap

didapat adalah kuat tekan ( Compressive

Shear Bond strength dan Compressive

Strength)

Strength.

menggunakan

Compressive Strength ( Kuat Tekan )

yang

optimal

additiv

tertentu

dengan
pada

variasi temperatur dan waktu.

yang merupakan salah satu gaya di

Dengan demikian kita dapat melihat

dalam selubung sumur serta merupakan

data – data hasil pengujian yang

bagian yang sangat berpengaruh karena

dilakukan di laboratorium tersebut dan

pada umumnya compressive strength

dari hasil tersebut kita dapat mengambil
Arif Eka Rahmanto 3 of 26

beberapa kesimpulan sebagaimana yang

paling umum dapat di kelompokan menjadi

seharusnya

2 macam yaitu :

dipenuhi

perbandingan
terhadap

dari

kuat

pemakaian

hasil

tekan

sement

additiv

dengan

2. 1. 1 Primary Cementing

variasi temperatur dan waktu. Sehingga
bisa

dijadikan

bahan

pertimbangan

Adalah suatu kegiatan penyemenan
yang dilakukan untuk pertama kali setelah

dalam merencanakan kegiatan pemboran

casing

di suatu lapangan.

sumur.Tujuan

diturunkan

kedalam

dilakukanya

lubang
primary

cementing adalah :

 Melekatkan casing ke batuan

2. TEORI DASAR

formasi.

Dalam sebuah kegiatan pemboran

 Melindungi

sumur minyak, gas. Tidak terlepas dari
tahapan penyemenan yang bertujuan untuk

casing

terhadap

tekanan formasi.

melekatkan casing pada dinding sumur.

 Menutup zona lost circulation.

Sebelum melakukan proses tersebut maka

 Mencegah karat pada casing.

terlebih dahulu dibuat bubur sement (
Slurry).

 Mencegah runtuhnya formasi.

Bubur sement adalah campuran yang

 Membuat pemisah antar zona –

berasal dari air, bubuk semen tertentu serta
additiv. Bubuk sement yang digunakan

zona.

adalah sement kelas G yang telah sesuai
dengan standart API spec 10, yang khusus

Dari tujuan tersebut diatas maka terdapat

untuk sement pemboran.

beberapa tahapan yang umum dilakukan

2. 1 Kegiatan Penyemenan ( cementing )

pada saat Primary Cementing yang terdiri

Pada dasarnya kegiatan penyemenan
bertujuan untuk melekatkan casing pada

dari :


Penyemenan

Conductor

Casing,

dinding lubang sumur, melindungi casing

adalah casing yang terdapat di

dari pengaruh fluida pemboran yang bersifat

permukaan dengan kedalaman yang

korosi dan memisahkan zona satu dengan

rendah. Untuk menjaga agar formasi

zona

itu

tidak runtuh dan sebagai pondasi

penyemenan Kegiatan penyemenan yang

utama. Serta sebagai tempat untuk

yang

lainnya.

Oleh

sebab

Arif Eka Rahmanto 4 of 26

meletakan


BOP

(

Blow

casing

Out

casing

pada

tahapan

sebelumnya.

Preventer ) dan rangkaian well head.
Penyemenan Surface casing, adalah :
casing yang terletak lebih dalam dari

2. 1. 2 Secondary Cementing

pada Conductor casing. Berfungsi

Adalah kagiatan penyemenan yang

menjaga formasi agar tidak runtuh,

dilakukan setelah primary cementing, atau

serta menutupi zona – zona yang

dengan kata lain penyemenan tahap ke 2.

tidak rata ( caving zone). Selain itu

Tujuan penyemenan ini adalah :

 Memperbaiki penyemenan jika

juga berfungsi untuk menjaga lubang





sumur dari tekanan di luar casing

ada

maupun di dalam casing.

Primary Cementing .
 Memisahkan

Penyemenan Intermediate casing.
Adalah

:

penyemenan

kerusakat

yang

pada

zona

tahap

produktif

dengan zona non – produktif.

dilakukan lebih dalam lagi dari pada
tahap

surface

casing.

Berfungsi

sebagai pemisah antara zona stabil
dan

unstabil,

dalam beberapa tahapan yaitu :


Squeieze

Cementing,

adalah

:

untuk

mengatasi

loss,

melindungi

kegiatan tahap 2 dalam penyemenan

formasi sumur, sebagai pembatas

yang bertujuan untuk memperbaiki

zona air dengan minyak.

hasil penyemenan pada primary

masalah



Dalam secondary Cementing dapat dibagi

zona

casing.

cementing jika kurang memuaskan

Adalah : penyemenan dilakukan

dan memperbaiki kebocoran yang

setelah tahap intermediate casing

terjadi

atau

penyemenan ini dapat dilakukan

Penyemenan

Production

penyemenan

tahap

akhir.

pada

casing.

Berfungsi untuk melindungi zona

selama

produksi minyak atau gas, serta

berlangsung, komplesi maupun saat

sebagai pengontrol lapisan yang akan

workover.

di produksi, serta sebagai pelindung



operasi

Kegiatan

pemboran

Re – Cementing, adalah : kegiatan

dari korosi. Pada umumnya diameter

penyemenan yang termasuk tahap

casing produksi lebih kecil dari pada

kedua. Adapun tujuan dilakukannya
penyemenan

ini

adalah

untuk

Arif Eka Rahmanto 5 of 26



menyempurnakan primary cementing

Pada

yang gagal dan untuk memperluas

dikontrol dengan menghindari kerusakan

perlindungan

semen akibat Sulfat. Magnesium atau

casing

diatas

top

saat

pembentukannya

dapat

Sodium Sulfat bereaksi dengan lime

sement.
:

membentuk Magnesium atau Sodium

termasuk penyemenan tahap kedua

Hidroksida dan Kalsium Sulfat. Kalsium

yang terakhir kali dilakukan setelah

Sulfat

primary cementing selesai. Tujuan

menghasilkan Kalsium Sulphoaluminate

Plug-back

yang memiliki ukuran partikel yang

Plug-back

Cementing,

Cementing

adalah

adalah

:

Menutup atau meninggalkan sumur (

ini

bereaksi

dengan

C3A

lebih besar.

abandonmet well ), Untuk menutup

Oleh sebab itu penggantian ruang

zona air agar dapat mengurangi

C3A menyebabkan semen mengalami

water oil ratio pada open hole

ekspansi dan pecah. Untuk itu semen

completion.

yang dikenal dengan

High Sulphate

Resistant (HSR) cement, kandungan
2.2. Komposisi Semen

C3A harus dijaga agar berada dibawah

Pada umumnya terdapat 4 (empat)
senyawa kimia yang berperan sebagai
senyama aktif dalam semen. Bila semen
mengalami

hidrasi,

memberikan

pengaruh

pembentukan

sennyawa
besar

kekuatan

ini

dalam
semen

keringnya. Senyawa-senyawa tersebut
antara lain :

memberikan

kandungan C3A ini masih diperbolehkan
mencapai 15%.
2. Tricalcium silicate (C3S)
Senyawa ini dibentuk oleh reaksi
antara CaO dan SiO2. Senyawa C3S

semen Portland yang menempati 40%

C3A terbentuk dari perpaduan CaO
Al203.

semen awal (early strength) yang tinggi,

merupakan komponen utama dalam

1. Tricalcium Aluminate (C3A)

dan

3%. Tetapi untuk mendapatkan kekuatan

Meskipun

C3A

tidak

pengaruh

besar

pada

kekuatan akhir semen keringnya, tetapi
berperan penting dalam pembentukan
kekuatan awal semen (early strength).

– 50% untuk retarder semen dan 60 65% untuk semen dengan kekuatan awal
yang tinggi. C3S memberikan kontribusi
yang

besar

untuk

semua

tahapan

pembentukan kekuatan semen terutama
pada tahap awal (early strength).
Arif Eka Rahmanto 6 of 26

mengenai data ASTM dan API dapat dilihat

3. Dicalcium Silicate (C2S)
Senyawa ini juga dihasilkan oleh
reaksi antara CaO dan SiO2,

sangat

pada tabel 2.2
2.3 Additive semen

penting dalam pembentukan kekuatan

Berbagai jenis additive telah banyak

akhir semen. Karena C2S mengalami

digunakan dalam penyemenan sumur-sumur

proses hidrasi yang lambat, maka tidak

minyak dan gas dengan mempertimbangkan

mempengaruhi waktu pengerasan awal

kondisi

semen.

temperatur, dan tekanan.

4. Tetracalcium

berbagai

C4AF dibentuk dari CaO, Al203,
Fe203. Senyawa ini hanya memberikan
pengaruh kecil pada kekuatan semen.
semen

dengan

daya

tahan

terhadap sulfat yang tinggi, spesifikasi
API

menetapkan

kandungan

C4AF

bahwa
dan

jumlah
dua

kali

kandungan C3A tidak boleh melampaui
24%.
Dari penjelasan diatas maka, ke
empat senyawa tersebut adalah dasar dari
penentuan type atau kelas pada sement.

lihat pada tabel 2.1.

jenis

operator
additive

kedalaman,

menggunakan
semen

untuk

berbagai kebutuhan, antara lain untuk :


Menambah dan mengurangi berat



bubur semen.



dengan biaya yang relatif rendah.



waktu pengerasan (thickening time).



Mengurangi water loss.



terhadap cairan korosif.



Untuk lebih jelas mengenai komposisi
senyawa semen portland tersebut dapat di

seperti

Beberapa

Aluminoferrite

(C4AF)

Untuk

sumur

Menambah volume bubur semen

Mempercepat atau memperlambat

Meningkatkan kekuatan.

Menaikan

daya

tahan

semen

Mencegah hilangnya sirkulasi bubur
semen.

Oleh sebab itu maka, ada beberapa additive
yang

sering

digunakan

dalam

proses

pemboran, yaitu :
Selain Standart Portland kita juga
dapat menggunakan standart ASTM dan api
yang Terdiri dari beberapa tipe
komposisi

semen. Adapun

serta

penjelasan

2.3.1 Accelerators
Accelerators adalah zat yang dapat
mempercepat proses pengerasan pada bubur
semen, sehungga thickening time menjadi
lebih singkat. Biasanya dipakai untuk
Arif Eka Rahmanto 7 of 26

penyemenan

sumur

dangkal,

dimana

temperaturnya masih rendah. Accelerator
yang biasa digunakan adalah Calcium
Chloride (CaCl2), Sodium Chloride (SaltNaCl), Gypsum Cement, Sodium Silicate
(Na2SiO2), air laut.
Cara lain untuk mempercepat proses
pengerasan bubur semen adalah dengan
memperbesar

densitas

semen

atau

mengurangi jumlah air.




Memiliki specific gravity antara 4,5
– 5,0.



Memerlukan sedikit air.



(strength) dari semen.



terhadap waktu pemompaan semen.



lain

Tidak

memperkecil

Mempunyai

efek

kekuatan

sangat

kecil

Dapat digabungkan dengan additive

Tidak mengganggu kegiatan Well
Logging.

2.3.2 Light Weight Additive
Additive
membuat

bubur

ini

berfungsi

semen

lebih

untuk

2.3.4 Retarder

ringan.

Retarder

adalah

additive

yang

Digunakan untuk penyemenan pada formasi

digunakan untuk memperpanjang waktu

yang lemah dan tidak kuat menahan berat

proses pengerasan bubur semen. Biasanya

kolom semen. Light weight additive yang

additive ini digunakan untuk penyemenan

biasa digunakan adalah :

sumur-sumur dalam yang bertemperatur

Bentonite Gilsonite, Coal, Expanded parlite,

tinggi.

Nitrogen, Microsphere, Diatomaceous Earth,

mengeras sebelum target tercapai.

Artificial pozzolan dan Sodium Silicate
(Na2SiO2).

Sehingga

bubur

semen

tidak

Retarder dapat digunakan untuk
sumur-sumur yang memiliki temperatur
dasar sumur antara 170°F - 500°F dan

2.3.3 Heavy Weight Additive
Additive
pemberat

bubur

ini

memiliki kedalaman 6000 – 25000 feet.

berfungsi

ditambahkan retarder secara teratur kedalam

digunakan untuk penyemenan pada formasi

bubur semen. Jumlah retarder yang akan

yang

tinggi,

digunakan harus diperhitungkan terhadap

sehingga tekanan dalam kolom semen

kadar air didalam bubur semen. Karena

mampu mengimbangi tekanan formasi.

kadar air yang tinggi dapat melarutkan

tekanan

Additive

Agar semen tidak mengeras maka perlu

ini

memiliki

semen.

untuk

cukup

Heavy weight additive harus memiliki sifat :
Arif Eka Rahmanto 8 of 26

retarder dan membawanya terpisah dari



Dapat bertindak sebagai bridging
agent (penghambat), contoh dari

bubur semen.

additive ini adalah : bentonite, latex,
organic polymer;

2.3.5 Lost Circulation – Control Agents
Additive jenis ini digunakan untuk
menanggulangi kehilangan bubur semen

2.3.7 Friction Reducer

pada saat proses penyemenan. Ada dua cara

Additive

ini

berfungsi

untuk

untuk menanggulangi kehilangan bubur

mengurangi kekentalan bubur semen, serta

semen. Pertama dengan mengurangi densitas

membuat turbulensi aliran bubur semen

bubur semen dan yang kedua adalah dengan

pada laju pemompaan yang rendah. Friction

menambahkan material penyumbat, seperti

reducer juga sering dikenala dengan nama

serbuk gergaji, bubur kayu, plastik, gilsonit,

cement dispersant.

cellophane,

dan

mika

kadang-kadang

digunakan bentuk suspensi dari campuran

2.3.8 Dispersants

bentonite dan minyak diesel. Cara lain

Dispersant

adalah

dengan

menambahkan

nitrogen

sebagai

'Friction

juga

dapat

reducers'.

disebut

Dispresant

dapat ditambahkan ke slurry , untuk slurry

kedalam system lumpur.

tipis yang cukup yang dapat ditempatkan ke
dalam

2.3.6 Filtration Control Agents
Additive
mencegah
semen

turbulenceat

rendah

annular

ini

digunakan

untuk

velocities (pompa harga), atau ke slurry

terjadinya

pengerasan

bubur

tanpa

sebelum

waktunya,

melindungi

menggunakan

dispersants

yang

weightin

terdiri

dari

agent.
lignin

formasi yang sensitif dan memperbaiki

turunannya, asam organik, dan / atau

Squeeze Cementing.

organik Polimer sintetik. Ukuran distribusi,

Additive ini harus memenuhi syaratsyarat tertentu, antara lain :




Dapat

membentuk

reactivity dari semen adalah tahapan, dan
particle

lapisan

film

menutup dinding yang permeable;
Dapat membentuk emulsi apabila

konsentrasi

slurry

di

dalam

menentukan kekuatan yang electrostatik
bonding.
Jarak

antara

partikel

(particle

bercampur dengan zat cair, sehingga

concertation) menentukan probabilitas yang

filtrat tidak mudah lolos;

berlebihan eletrostatic bonding kekuatan
Arif Eka Rahmanto 9 of 26

(gellation) atau kurang bonding kekuatan

Akan tetapi Kelas / jenis tersebut

(solid pemisahan). Selama hydration reaksi

memiliki persamaan yaitu untuk API kelas

pada permukaan partical, ionisasi dari

A, B dan C sama dengan ASTM kelas I, II,

permukaan

lemah,

II. Sedangkan kelas IV dan V tidak ada hub

menyebabkan massa dari perticles dapat

dengan API. Pada beberapa kelas semen

menggumpalkan (flocculate).

terbagi lagi memjadi beberapa macam

molekul

induces

ketahanan semen terhadap Sulfat, yaitu :

2.4. Bahan Penelitian.
Dalam

penelitian

ini

kita

mengggunakan bahan yang sesuai dengan



Ordinary ( O)



Moderate Sulfat Resistance ( MSR)



High Resistance ( HSR)

standart API dan ASTM. Campuran bubur
Sement yang biasa di dalam kemasan

sement yang akan kita uji adalah bubuk

karung atau sack, dengan berat per sack

semen kelas G,

semen pada umumnya 94 lb dan memiliki

2. 4. 1 Klasifikasi Semen
Pengklasifikasian

bubuk

semen

didasari atas kondisi sumur dan sifat – sifat
semen yang disesuaikan dengan kondisi
sumur tersebut, seperti : kedalaman sumur,
temperature, tekanan, dan kandungan yang
terdapat

pada

fluida

formasi.

Pengklasifikasian semenyang paling sering
digunakan adalah :
1. ASTM (America Society for Testing
Material), Klasifikasin terbagi menjadi 5
jenis ( I, II, III, IV, V ).

berat jenis 3.12 gr/cc. Standarisasi untuk
bubuk semen ini sesuai dengan API Spec 10
yang dikhusukan untuk semen pemboran.
Adapun klasifikasi jenis semen menurut API
adalah :


Kelas A

:

Digunakan untuk

penyemenan selubung sampai kedalaman
maksimum 1830 meter (6000 ft) dengan
temperatur 80° C. Semen ini hanya dalam
bentuk ordinary atau dengan kata lain semen
biasa yang digunakan hanya untuk kondisi
normal saja.

2. API (America Petroleoum Institut),



Klasifikasi terbagi menjadi 8 jenis, yaitu :

sampai kedalaman maksimum 1830 meter

A, B, C, D, E, F, G, H.

(6000 ft) dengan temperatur 80 °C .Dapat

Kelas B :

Digunakan untuk sumur

digunakan juga untuk ketahanan sulfat kelas
Arif Eka Rahmanto 10 of 26

menengah dan tinggi ( Moderat Sulfat

ini mengandung

Resistant and High Sulfat Resistant) . tipe

digunakan pada MSR (Moderat Sulfat

semen B ini lebih sedikit mengandung C3A

Resistant) dan HSR ( High Sulfat Resistant).

dibandingkan denganseman tipe A.


Kelas C :

Digunakan pada sumur



Silikat Kalsium. Dapat

Kelas H : Digunakan sebagai semen

pemboran

dasar

untuk

kedalaman

dengan kedalaman maksimum 1830 meter

maksimum sampai 2440 meter (8000 ft)

(6000 ft) dengan temperatur 80° C . Tipe ini

dapat

dapat digunakan pada kondisi membutuhkan

akselerator dan retarder . Jenis semen ini

sifat kekuatan awal yang tinggi. Terdapat

hampir sama dengan Tipe semen kelas G

tipe Ordinary, MSR dan HSR .

yang membedakan hanya pada butiran



Kelas D :

dengan kedalaman

digunakan

dengan

penambahan

Digunakan untuk sumur

semen kelas H lebih besar. Dipasaran hanya

1830 meter (6000 ft)

tersedia dalam bentuk MSR (Moderat Sulfat

sampai kedalaman maksimum 3050 meter

Resistant)

(10000 ft) dengan kondisi temperatur dan



tekanan sedang. Terdapat 2 jenis produk

dasar pemboran untuk kedalaman 3660

yaitu tidak tahan Sulfat dan tah terhadap

meter

Sulfat.

maksimum 4880 meter (16000 ft) pada



Kelas E :

Digunakan untuk sumur

Kelas J :

(12000

Digunakan untuk semen

ft)

sampai

kedalaman

kondisi temperatur dan tekanan yang amat

dengan kedalaman 3050 meter (10000 ft)

tinggi

sampai kedalaman maksimum 4270 meter

penambahan akselerator dan retarder.

(14000 ft) dengan kondisi Temperatur dan
tekanan tinggi.


Kelas F :

atau

dapat

digunakan

dengan

Komposisi senyawa kimia untuk
type semen menurut API berdasarkan

Digunakan untuk sumur

dengan kedalaman 3050 meter (10000 ft)

ketahanan terhadap Sulfat, dpat dilihat pada
tabel 2.3

sampai kedalaman maksimum 4880 meter
(16000 ft) dengan kondisi temperatur dan
tekanan tinggi.


2. 4. 2 LIGNOSULFONAT
Lignosulfonat adalah termasuk salah

Kelas G : Digunakan sebagai semen

satu additive yang memiliki sifat dispersant.

pemboran dasar untuk kedalaman 2440

Lignosufonate sangat stabil pada kondisi

meter (8000 ft), dapat juga digunakan

pada temperatur 125 °C – 150°C ( 257°F -

dengan akselerator dan retarder. Jenis semen

302°F). Lignosulfonat berbentuk bubuk
Arif Eka Rahmanto 11 of 26

Gambar2.1
Lignosulfonate
2. Temperature stability : 150 °C
yang sangat halus berwarna hitam
kecoklatan.

Adapun

sifat

fisik

3. Solubility : fresh and salt water

dari

4. Kategory : Non – toxic

lignosulfonate adalah :
1. Bulk Density : 640 kg/m3 (40.0
lbs/ft3)

Lignosufonate yang digunakan dapat dilihat
pada gambar 2.1 berbentuk butiran halus.

2.4.3 CFR – 2 ( Cementing Fraction

di gunakan untuk cementing. Tersedia dalam

Reducers )

dua macam

Cementing Fraction Reducers adalah
additive yang termasuk reaterder dan juga

CFR-2 yaitu serbuk dan liquid. Dapat dilihat
pada Gambar.

memiliki sifat dispersant, additive ini khusus

Gambar 2.1
CFR - 2
Arif Eka Rahmanto 12 of 26

penyemenan. Adapun sifat – sifat dasar
semen adalah : Densitas, Thickening Time,

2.5 Sifat – Sifat Fisik Semen
Bubur semen yangakan digunakan
pada

kegiatan

pemboran

haruslah

Filtration

Loss,

Water

Cement

(WCR), Waiting On Cement, Permeabilitas

disesuaikan dengan sifat – sifat formasi yang

Compressive

akan disemen. Hal ini sangat berpengaruh

Strength,Viskositas, Hidrasi Semen.

pada

keberhasilan

suatu

Ratio

Strength

,

Shear

Bond

kegiatan

Dari sifat – sifat fisik diatas tidak semuanya

membahas tentang kuat tekan (Compressive

yang akan di uji atau di teliti. Tetapi

Strength ).

penelitian ini lebih memfokuskhan atau
pada

umumnya

compressive

strength

mempunyai harga lebih besar dari pada

2.5.1 Compressive Strength
Kekuatan pada semen dapat dibagi

harga shear strength. Pengujian compressive

menjadi dua, yaitu compressive strength dan

strength

shear bond strength. Compressive strength

dengan menggunakan alat water bath dan

didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam

mortar

hidrolis.

menahan

semen

dalam

tekanan-tekanan

horizontal,

pada

laboratorium

Kemampuan

menahan

sedangkan shear bond strength didefinisikan

ditentukan dari persamaan :

sebagai kemampuan semen untuk menahan

F = 0,969 × Se × d × H

tekanan/beban dari arah vertical. Pada

Dimana :

temperatur tinggi akan terjadi gangguan

F

pada

batuan semen begeser, lb

kekuatan

semen

seiring

dengan

dilakukan

selubung

tekanan

dapat

= Harga pembebanan maksimal sampai

bertambahnya temperatur, hal ini lebih

Se = Compressive strength batuan semen,

dikenal dengan “strength retrogetion”. Hal

psi

ini mengubah komposisi komponen semen

d = Diameter luar casing, inch

dan menyebabkan kekuatan dari semen

H = Ketinggian kolom semen, ft

hilang.
Dalam mengukur kekuatan semen,
sering

kali

yang

diukur

hanyalah

compressive strength, hal ini dikarenakan

Besarnya harga atau nilai compressive
strength sangat di pengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu :
Arif Eka Rahmanto 13 of 26

1. Temperatur.

5. Menyekat

antara

lapisan

yang

ini,

kami

permeable.

2. Kadar pemakaian air ( water cement
ratio) pada bubur semen.

3. PENELITIAN
Dalam

3. Jumlah additif yang dicampurkan.

penelitian

menggunakan 4 aditive dengan variasi
4. Jenis atau type semen.
5. Pengkondisian

yang berbeda. Dapat dibagi menjadi 2

semen

kelompok penelitian, Yaitu :

pada

laboratorium, yaitu proses dimana bubur

Additif Lignosufonat dan CFR -2

semen yang telah dicetak dimasukhan

dengan variasi waktu 16 jam dan 168

kedalam alat Water Bath atau Curing

jam.

Chamber pada temperatur, tekanan dan
waktu tertentu.
3.1 PROSEDUR
Strength
rekomendasikan

minimum
oleh

yang

API

(

di

America

PENELITIAN

DAN PERALATAN
COMPRESSIVE

STRENGTH

Petroleum Institute ) untuk dapat dilanjutkan

Pengujian ini dilakukan berdasarkan

pada tingkat operasi pemboran adalah 6, 7

standart dan persyaratan yang telah di

mpa ( 1000 psi). Oleh karena itu untuk dapat

tentukan oleh API dan ASTM, serta

mencapai strength yang diinginkan, maka

pengkondisian disesuaikan dengan suhu

semen harus memenuhi beberapa fungsi,

yang

diantarnya adalah :

pemboran berlangsung. Persiapan pengujian

1. Dapat

melindungi

dan

menahan

casing.

di

sebenarnya

laboratorium

pada

saat

antara

kegiatan

lain

dengan

mempersiapkan peralatan, bubur semen

2. Menahan guncangan selama kegiatan

yang disesuaikan dengan kebutuhan ( lihat
lampiran A) dan prosedur kerja yang akan

pemboran berlangsung.

dilakukan.
3. Menahan

tekanan

hidrolik

yang

tinggi.
4. Menyekat lubang dari fluida formasi
yang korosif.

Ruang lingkup pengujian ini hanya
pada

compressive

strength

saja,

tidak

melakukan pengujian terhadap sifat fisik
semen yang lain.
Arif Eka Rahmanto 14 of 26

3.1.1 Pelaksanaan Pengujian Kuat Tekan

masing. Spesifikasi peralatan dan prosedur

( Compressive Strength )

pengujian dapat dilihat tabel API Spec. 10.

Pada

pengujian

compressive

3.1.3 Analisa pengujian Kuat Tekan

strength, didapatkan kekuatan dari semen

(Compressive Strength)

kelas “G” terhadap additive CFR – 2 dan

Percobaan

Lignosulfonat dengan variasi waktu dan

mengetahui kekuatan dari semen dalam

temperature, mampu menahan tekan dan

menahan gaya tekan dalam satuan pound

gaya dari arah vertikal maupun arah

square inch (psi). Dalam operasi dilapangan,

horizontal. Untuk menghitung kuata tekan

kuata tekan sangat berhubungan dengan

semen digunakan persamaan berikut :

WOC (Wait On Cement).

kuat

tekan

adalah

untuk

a. Peralatan percobaan kuat tekan :

Kuat tekan =

1. Sciepher

Gaya yang dilakukan saat penekanan (lb)

(pengukur

ketebalan

kubus sample semen)

Luas permukaan sample kubus (inch²)
* Dimana satuan kuat tekan adalah pound

2. Minyak pelumas

per square inch (psi)

3. Strength testing machine
4. Cover plate kaca

3.1.2 Pembuatan Suspensi Semen dan

5. Mold dengan ukuran 2×2 inchi

Penambahan Additive

6. Water bath (150°F - 250°F ) atau
(65,5 - 121 °C)

Setiap

kelas

semen

mempunyai

7. Water curing bath non-pressure

spesifikasi tertentu pada slurry atau bubur

8. Sieve 200 mesh

semen, sebagaimana terlihat pada tabel

9. Alat timbang elaktric dan manual.

(2.3), dalam pengujian ini semen yang

b. Prosedur Pembuatan Kubus Sample :

digunakan adalah semen kelas “G” dimana

− Siapkan cetakan semen dengan

penetuan komposisi bubur semen harus

badan mold ( Cetakan ) sudah

sesuai dengan standart API. Untuk itu semen

dilapisi dengan minyak pelumas.

kelas “G” harus memenuhi berat yang telah



Jika pemberian minyak pelumas

ditentukan oleh API . Air yang dipakai

terlalu banyak akan mengotori slurry

untuk mencampur bubur semen memiliki

dan pada sudut mold sample.

persentase air ( Water Cement Ratio) adalah
44% untuk semen kelas G dari berat masing-



Persiapkan sample semen (sementara
water bath dipanaskan)
Arif Eka Rahmanto 15 of 26







kedalam

− Jalankan mixer dengan kecepatan

mold. Tutup mold dengan cover

rendah, yaitu pada 4000 rpm dan

kaca.

masukan

Masukan mold kedalam water bath

mixing

selama waktu yang ditentukan (16

pengadukan

jam atau 1 minggu).

kecepatan 12000 rpm selama 35 detik.

Siapkan

bubur

semen

semen.
container

Kemudian
dan

dengan

tutup

lanjut

kan

menggunakan

− Lalu tuangkan bubur semen tadi

45 menit sebelum waktu akhir

kedalam cetakan.

sample kubus harus diangkat dan
didinginkan dalam air.

d.

c. Prosedur pembuatan bubur semen :

− Siapkan bubuk semen yang akan
digunakan sesuai dengan
dinginkan

menurut

- Posisi sample kubus bagian yang
diletakan dai atas adalah sisi yang

yang

sejajar dengan dinding mold sebelah

rencana

kiri dan kanan.

pengujian ( lihat lampiran A).

− Ukur air dengan Water Cement Ratio

- Sisi atas dari sample kubus
menghadap ke praktikan

(WCR) yang diinginkan dlam WCR

- Posisi sample kubus harus diagonal

= 44% untuk semen kelas G.

− Siapkan additive yang digunakan

- Bila lebih dari satu mold perhatikan
nomor urutnya.

yaitu CFR -2 dan Lignosulfonat

- Catat kemempuan kuat tekan setiap

sesuai dengan rencana pengujian

sample dalam satuan lb.

(lihat Lampiran A).

− Masukan bubuk semen dan additive

Prosedur Pengujian Kuat Tekan :

Bahan yang digunakan adalah semen “G”

yang digunakan kedalam mixer lalu

dan

campurkan dengan air dan D – 47

pengukuran kuat tekan ialah hydraulic

(deaformer)

hanya beberapa tetes

pressure dengan peralatan antara lain pompa

saja ( 2 – 4 tetes ) untuk mengatasi

hidrolik, motor, bearing block machine,

masalah

agar

hidrolik mortar dan manometer pengukur

gelembung udara tidak terikut dalam

tekanan. Peralatan yang digunakan antara

bubur semen.

lain :

gelembung

udara

peralatan

yang

digunakan

untuk

1.Water Bath
2.Alat penguji kuat tekan
Arif Eka Rahmanto 16 of 26

3. Alat pencampur semen (mixing container)

tinggi. Temperatur yang digunakan antara

4.Cetakan semen ( mold )

(80°F - 250°F ) atau (26,6°C -

Untuk alat yang digunakan pada
pengujian

kuat

tekan

berikut

adalah

menggunakan

air

121 °C)

secukupnya

sampai

cetakan semen terendam semua.

penjelasanya :

5. Alat pengujian kuat tekan ( compressive

1. Alat untuk menimbang bubuk semen

strength )

adalah : timbangan yang terbagi menjadi 2

Alat

macam yaitu electric dan non electric.

kemampuan semen terhadap tekanan yang

2. Alat pencampur (mixer) ini mempunyai

diberikan. Alat yang digunakan ber merk

dua

kecepatan

CARVER dengan hasil pengukur terbagi

pengadukan, yaitu putaran rendah dan

menjadi 2 type yaitu dengan satuan TON

putaran tinggi. Alat ini juga mempunyai

dan POUND. Pada pengujian ini kita

pengatur

menggunakan satuan pound ( lbs).

pilihan

pengaturan

waktu

otomatis

yang

akan

ini

digunakan

untuk

mengukur

menghentikan pengadukan pada waktu yang
diinginkan.

Bubur

semen

yang

sudah

3.2 Tata Cara Pelaksanaan Pengujian

tercampur dengan aditif dimasukan dalam

Ada beberapa pengerjaan yang dilakukan di

suatu cetakan kubus dan dimasukan ke

laboratorium antara lain sebagai berikut :

dalam

1. Penyiapan bubur semen yang digunakan

perendam

dengan

pengatur

temperatur agar proses hidrasi bubur semen

Bubur semen yang telah disiapkan

sesuai dengan proses hidrasi bubur semen

pada

pada keadaan di dalam sumur.

Metode

3. Dalam percobaan ini memakai cetakan

temperature dan waktu . Untuk temperatur

semen dengan ukuran 2×2 inchi dan

dilakukan pada 65,5°C dan 121°C selama

mendapatkan 3 sampel lalu cetakan semen

waktu curing 16 jam dan 168 jam (1

ini dimasukan kedalam water bath. Fungsi

minggu).

cetakan

kemudian

Curing

terhadap

dilaksanakan
perubahan

alat ini agar hasil bubur semen berbentuk

Dalam percobaan ini dibutuhkan

kubus dan dapat dilakukan proses pengujian.

cetakan sample yang berbentuk kubus

4.

dengan ukuran 2×2 inchi, cetakan sample ini

Water bath alat ini berguna untuk

peredam dan mengkondisikan bubur semen

diperlukan

seperti

pengukuran compressive strength standard

pada

keadaan

lubang

sumur

sebenarnya yaitu basah dan bertemperatur

untuk

diperlukan

untuk

API.
Arif Eka Rahmanto 17 of 26

Pengkondisian

suspensi

dengan Water Bath. Dilaksanakan

semen

3.3

dalam

Semen dan Kuat Tekan

Pengujian

Kestabilan

Kestabilan

water bath yang berupa bak air terbuka serta

Kekuatan

kekuatan

dalam

didalamnya dilengkapi oleh pemanas, serat

komposisi penyemenan pada suhu yang

peralatan pengontrol suhu yang berguna

tinggi

agar suhu dalam water bath tersebut merata

pengujian menunjukan kuat tekan akan

diperlukan suatu sistem sirkulasi yang

bertambah

menerus. Prosedur pengkondisian di water

dimana bila kurang dari temperature tersebut

bath adalah sebagai berikut :

maka akan terjadi penurunan kekuatan

o Isi

water

bath

dengan

air

sangat

semen

berpengaruh,

sampai

yang

berdasarkan

temperatur

disebabkan

121°C,

“strength

retrogession”. Oleh karna itu pengujian ini

secukupnya.
o Aktifkan sistem kontroler, atur jarum

menggunakan 2 jenis additive yaitu CFR – 2

penunjuk pada suhu pengkondisian

(

yang diinginkan. Tunggu hingga

Lignosulfonat. Dari 2 additive tersebut dapat

suhu yang diinginkan tercapai.

dilihat perbedaan kekuatan tekan yang

o Setelah

suhu

yang

diinginkan

tercapai masukkan cetakan sampel
yang

berisi

suspensi

semen

kedalaman water bath.

Cement

Fraction

Reducers

berdasarkan variasi temperature dan waktu.
Pada pengujian terhadap kuat tekan
dilakukan dengan peralatan Hidrolik Press

maka sample lainnya diletakan dalam air

16 jam atau 168 jam ( 1 minggu) .

dengan kondisi permukaan.

Untuk
standard

2×2

dan

dan jika lebih dari satu sampel yang diuji,

o Pengkondisian ini dilakukan selama

cetakan

),

sampel

kubik

Prosedur

inchi,

untuk

berikut :

pengujiannya

adalah

sebagai

pengkondisian 24 jam penempatan

1. Bersihkan permukaan sampel dari

dalam water bath cetakan dibuka dan

tetesan air dan pasir atau gerusan

setelah dingin sampel diukur.

butiran semen agar tidak menempel

o Setelah 24 jam, angkat sampel dan
didinginkan selama beberapa menit.
o Setelah sample dingin, pengujian kua
tekan

terhadap

dilakukan.

sampel

dapat

pada bearing block mesin penguji.
2. Periksa permukaan sampel apakah
sudah
belum

benar-benar
harus

menggunakan

rata,

apabila

diratakan

dengan

gerinda.

Ratanya

Arif Eka Rahmanto 18 of 26

permukaan

sampel

menentukan

persentatifnya data pengujian.

Penelitian di bagi menjadi 2 kelompok,

3. Sampel semen diletakan dalam blok
bearing

dan

atur

4. HASIL PENELITIAN
sehingga di daat hasil sebagai berikut :

supaya

tepat

permukaan

blok

4.1 Additive Lignosufonat dan CFR -2

bearing diatasnya dan blok bearing

dengan variasi waktu 16 jam dan 168

dibawahnya.

jam.

ditengah-tengah

4. Pompa tuas secara manual dan

Dari

hasil

test

pengujian

perhatikan jarum manometer sampai

menggunakan hydraulic press

didapatkan pembebanan maksimum

sampel semen kelas G dengan memakai 2

ketika

additive sebagai pembanding. Dapat dilihat

batuan

dicatat

pecah.

harga

Kemudian
pembebanan

terhadap

hasil pengujian sebagai berikut :

maksimum sampel tersebut.

1. Lignosulfonat pada temperature

5. Lakukan test pada 3 sampel lalu catat

150 º F (65,5 ºC ) dan waktu 16 jam. Data

data rata – rata kekuatan tekan

yang di peroleh adalah: compresive strength

sampel, sesuai dengan additive yang

yang tertinggi didapat pada titik komposisi

digunakan.

0,2 % dengan nilai compresive strentgh 1475

Kemudian lakukan perhitungan kuat
tekan

semen

dengan

psi/inch. Dapat dilihat pada tabel 4.1

menggunakan

rumus :

2.

CFR – 2 ( Cement Fraction

Reducers ) pada variasi temperature dan

Cs = P × (A1/A2)
Dimana :

waktu 150 º F ( 65,5 ºC ) dan 16 jam. Data
yang di peroleh adalah : compresive strength

Cs = compressive strength, psi

yang tertinggi didapat pada titik komposisi

P

0,4 %

= Pembebanan maksimum, psi

A1 = Luas penampang blok bearing
dari hidrolik mortar, inchi²
A2 = Luas permukaan sampel, inchi²

dengan nilai compresive strentgh

2291,665 psi/inch. Dapat dilihat pada tabel
4.1.
3. Lignosulfonat pada temperature
250 º F (121 ºC ) dan waktu 16 jam. Data
yang di peroleh adalah: compresive strength
yang tertinggi didapat pada titik komposisi
0.2 % dengan nilai compresive strentgh

Arif Eka Rahmanto 19 of 26



1666,665psi/inch. Dapat dilihat pada tabel

4.1

Untuk temperatur 250 ºF dengan
variasi waktu 168 jam didapat :

4. CFR – 2 ( Cement Fraction

2312,5 psi/inch.

Reducers ) pada variasi temperature dan
waktu 250 º F (121ºC ) dan 16jam. Data

5. KESIMPULAN

yang di peroleh adalah : compresive strength

Dari hasil penelitian yang telah

yang tertinggi didapat pada titik komposisi

dilakukan maka kita dapat menyimpulkan

0,3%

dengan nilai compresive strentgh

beberapa point berdasarkan additive yang

1916,663 psi/inch. Dapat dilihat pada tabel

digunakan seperti tersebut diatas yaitu aditif

4.1.

CFR-2 dan Lignosulfat
Untuk penelitian 168 jam ( 1

minggu)

kami

hanya

mengambil

titik

puncak dari masing masing komposisi

terhadap variasi

waktu dan temperature yang dimana juga
dapat dilihat pada grafik terlampir agar
mendapatkan penglihatan yang maksimal.

additive, yaitu :
1. Lignosulfonate dengan komposisi 0,2 %
(variasi 16 jam, temperatur 150 ºF) didapat
harga compresive strength adalah :




5.1. Additive Lignosufonat dan CFR -2

Untuk temperatur 150ºF dengan

dengan variasi waktu 16 jam dan 168

variasi waktu 168 jam didapat :

jam.

2291,665 psi/inch

Dari hasil penelitian maka didapat 7 point

Untuk temperatur 250 ºF dengan

kesimpulan yaitu :

variasi waktu 168 jam didapat :
2721,21 psi/inch

1.

Semakin

banyak

penambahan

%

2. CFR – 2 dengan komposisi 0, % (variasi

additive baik lignosulfonat maupun

16 jam, temperatur 150 ºF) didapat harga

CFR -2 tidak lantas menaikan nilai

compresive strength adalah :

Compressive Strenght ( Kuat Tekan )



Untuk temperatur 150ºF dengan

2.

Titik puncak kuat tekan additive

variasi waktu 168 jam didapat : 1750

tergantung dari % additive, waktu

psi/inch

serta temperature.
3.

Proses pembuatan sampel sangat
berpengaruh pada pengujian,karna
Arif Eka Rahmanto 20 of 26

sampel yang baik akan menghasilkan
data yang akurat. Sampel yang baik

1. API Specification for Material and

adalah tidak adanya cacat atau lubang

Testing for well cements, API Spec.

yang disebabkan oleh gelembung

10, 4 Edition, 1988

udara yang masuk atau kesalahan

4.

2. ASTM Standart on Cement Manual

pada waktu proses menutup sampel.

Of Cemen Testing, Philadelphia

Pada pengujian dengan variasi waktu

(1975) Part 13.

16 jam dan temperature 150 ºF – 250

5.

6. DAFTAR PUSTAKA

3. Rabia, Hussain, Well Engineering &

ºF didapat besar yang tertinggi adalah

Construction,

CFR – 2 sedangkan Lignosulfat

4. Specification

for

Material

and

kurang bagus.

Testing for well cements, API Spec.

Pada Pengujian dengan variasi waktu

10, Dallas (Jan.1982)

168 jam ( 1minggu ) didapat hasil
dengan variasi temperature 150 ºF –

5. Sales

and

Service

Catalog,

Haliburton Service, Ducan, OK.

250 ºF, kuat tekan yang bagus adalah
lignosufonat.
6. Dari

Point 4

dan

5

maka

lignosulfonat tidak cocok untuk
temperature
waktu

yang

Lignosulfonat

rendah
rendah
bekerja

dengan
pula.
dengan

baik pada waktu dan temperature
yang tinggi.
7. Dari point 6 maka CFR – 2 tidak
bagus untuk temperature yang
tinggi dan waktu yang lama,
tetapi akan bekerja dengan baik
pada temperature rendah dan
waktu yang singkat.

Arif Eka Rahmanto 21 of 26

LAMPIRAN

Arif Eka Rahmanto 22 of 26

Tabel 2.1
Tipe komposisi Semen Portland 1

Cement

C3S

C2S

C3A

C4AF

Class

Tricalcium

Dicalcium

Tricalcium

Tetracalcium

silicate

Silicate

Aluminate

Aluminoferrite

A

53

24

8

8

B

47

32

5

12

C

58

16

8

8

D

26

54

2

12

E

26

54

2

12

F dan G

50

30

5

12

H

50

30

5

12

Tabel 2.2
Dasar komposisi semen menurut ASTM dan API 2

Arif Eka Rahmanto 23 of 26

Tabel 2.3

Komposisi senyawa kimia berdasarkan ketahanan Sulfat 4

Arif Eka Rahmanto 24 of 26

Tabel 4.1
Hasil Pengujian Compressive strength pada additive CFR -2 dan Lignosulfonat dengan
variasi waktu 16 jam dan 168 jam dan Temperatur 150 F dan 250 F

perhitungan berdasarkan sampel
Komposisi

CFR 2
Temperatur 150 °F

penambahan
aditif ( % )
0

16 jam

Temperatur 250 °F

168 jam

16 jam

168 jam

1250

1957,5

0.1

1312,5

2020,415

0.2

1375

2083,333

0.3

1833,325

1916,663

0.4

2291,665

0.5

1791,65

1666,625

0.6

1291,665

1583,25

0.7

1250

1416,5

1750

Komposisi

0

2312,5

Lignosulfonat
Temperatur 150 °F

penambahan
aditif ( % )

1750

16 jam

168 jam

Temperatur 250° F
16 jam

168 jam

1250

1441,5

0.1

1362,5

1554

0.2

1475

0.3

1466,665

1499,998

0.4

1458,3325

1333,333

0.5

1008,3325

1281,228

0.6

558,3325

1229,125

0.7

0

1125

2291,665

1666,665

2721,21

Arif Eka Rahmanto 25 of 26

GRAFIK PERBANDINGAN HASIL PENGUJIAN TERHADAP ADITIF
CFR 2 DAN LIGNOSULFAT

Arif Eka Rahmanto 26 of 26