MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN TEORI B (2)

1

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
“TEORI BELAJAR SIBERNETIK”
Untuk Memenuhi Persyaratan Pada Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen pengampu: Husamah, Spd., M.pd.

Oleh :
Kelompok 5
1. MOURIA BIDARINJANI

(201710070311094)

2. SITI MUBASIROH

(201710070311099)

3. DHEBA INDAR T.

(201710070311115)


4. AFWAN RAHMAD D.

(201710070311119)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2

Malang, April 2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Belajar dan Pembelajaran dengan judul
“Teori Belajar Siberentik” ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini mungkin kami mengalami kesulitan dan kendala yang
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan wawasan serta pola pikir kami.
Namun berkat keyakinan, keinginan, dan usaha dengan sungguh-sungguh akhirnya semua
hambatan itu dapat kami atasi dengan baik.

Kami menyadari sedalam-dalamnya bahwa kami tidaklah sempurna dalam pembuatan
makalah ini. Dengan demikian kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat memenuhi
persyaratan dalam Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran ini dan dapat bermanfaat
bagi kami serta para pembaca lainnya.
Tidak lupa kami berterimakasih kepada rekan-rekan yang telah banyak membantu
dalam proses pembuatan Makalah ini. Sekian dari kami.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, April 2018

Penyusun

3

DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I


BAB II

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang....................................................................... 4

1.2

Rumusan Masalah ................................................................. 4

1.3

Tujuan ................................................................................... 4

ISI
A. Belajar dalam Pandangan Teori Sibernetik .............................. 5
B. Teori Pemrosesan Informasi ..................................................... 9
C. Kondisi Internal dan Eksternal Siswa ...................................... 10

D. Teori Belajar Menurut Landa ................................................... 13
E. Teori Belajar Menurut Pask and Scott....................................... 14

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19

4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Istilah sibernetika/sibernetik atau dalam bahasa Inggris disebut cybernetics berasal
dari bahasa Yunani Kuno, kybernetes yang berarti pilot , jurumudi, kemudi atau
gubernur, akar kata yang sama dengan pemerintah (Umpleby 2006; Uno, 2010). Istilah
sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara bagaimana umpan balik (feedback)
memungkinkan untuk berlangsungnya proses komunikasi.
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar

memang memegang peranan penting, namun yang lebih penting lagi adalah pengolahan
sistem informasi. Dengan kata lain, sistem informasi dipandang sangat memegang
peranan penting dalam memudahkan penyampaian materi pembelajaran yang akan
disajikan kepada siswa.

1.2.

Rumusan Masalah
1. Apa pandangan teori sibernetik tentang belajar?
2. Apa saja devinisi sibernetik menurut para ahli?
3. Apa saja teori yang ada pada teori belajar sibernetik?

1.3.

Tujuan
1. Mengetahui pandangan teori sibernetik tentang belajar.
2. Mengetahui devinisi sibernetik menurut para ahli
3. Mengetahui teori yang ada pada teori belajar sibernetik

5


BAB II
ISI
A. Belajar dalam Pandangan Teori Sibernetik
Istilah sibernetika/sibernetik atau dalam bahasa Inggris disebut cybernetics berasal
dari bahasa Yunani Kuno, kybernetes yang berarti pilot , jurumudi, kemudi atau
gubernur, akar kata yang sama dengan pemerintah (Umpleby 2006; Uno, 2010).
Istilah ini pertama kali digunakan dalam bahasa Inggis tahun 1945 oelh Nobert
Wiener, seorang ilmuwan dari Massachussets Institute of Technology (MIT), dalam
buku berjudul Cybernetics untuk menggambarkan kecerdasan buatan (artificial
intelligence). Nobert Wiener mendefinisikan cybernetics sebagai, “control and
communication in animal and machine” (Umpleby, 2006; Malik, 2014).
Sejumlah devinisi telah diberikan oleh para ahli. Stafford Beer mendefinisikan
sibernetik sebagai “science of effective organitization.” Gregory Bateson mengatakan
bahwa sibernetik lebih merupakan bentuk daripada substansi. Gordon Pask
mendefinisikan sibernetik sebagai “the art of manipulating defensible metaphoros”.
Para ahli organisasi menganggap bahwa teori sibernetik sebagai sebuah ilmu tentang
pemrosesan informasi, pengambilan keputusan, pembelaaran, adaptasi, dan organisasi
yang terjadi pada individu, kelomopok, organisasi, negara, atau mesin (umpleby
2006).

stilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara bagaimana umpan balik
(feedback) memungkinkan untuk berlangsungnya proses komunikasi.
Menueut Capra (2002) sistem cybernetic terwujud dalam berbagai bidang, yaitu:
1. Bidang ekonomi yang dikenal dengan konsep invisible hands,
2. Dalam bidang kekuasaan, yang terwujud dalam konsep check and balances di
konstitusi,

6

3. Bidang berfikir, yang terwujud dalam cara berfikir Hegel, yaitu tesis-antitesis dan
seintesis.
Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi
(penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan antar sistem, pengontol
(feedback)dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan. Prinsip dasar
teori sibernetik yaitu menghargai adanya “perbedaan”, bahwa suatu hal akan memiliki
perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring
perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai: INPUT – PROSES –
OUTPUT (Malik, 2014).
Teori sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan
teori-teori belajar yang telah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan

dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi (Uno, 2010). Menurut teori
belajar sibernetik belajar adalah mengolah informasi (pesan pembelajaran), proses
belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi (Kosmiyah, 2002). Sekilas, teori
sibernetik mempunyai persamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses
belajar dibandingkan hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori
sibernetik, namun lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan
dipelajari siswa. Informasi inilah yang akan menentukan proses (Budiningsih, 2012).
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar
memang memegang peranan penting, namun yang lebih penting lagi adalah
pengolahan sistem informasi. Dengan kata lain, sistem informasi dipandang sangat
memegang peranan penting dalam memudahkan penyampaian materi pembelajaran
yang akan disajikan kepada siswa. Asumsi lain dari teori sibernatik adalah bahwa
tidak ada satu proses belajar manapun ynag ideal untuk segala sesuatu dan cocok
untuk semua siswa, karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi
(Suciati & Prasetya, 2001; Budiningsih, 2012). Menurut teori belajar sibernetik,
pebelajar menggunakan jenis-jenis memori yang berbeda selama belajar karena
situasinya berbeda-beda.

7


Aliran sibernetik tampaknya melahirkan teori belajar berdasarkan analisis tugas
karena pengolahan informasi diperlukan dalam analisis tugas. Tanpa informasi yang
jelas tugas tidaka akan terselesaikan dengan baik (Suprihatiningrum, 2013).
Sehubungan dengan proses tesebut umpan balik dan tindakan korektif merupakan
salah satu prinsip pokok dalam teori sibernetik. Menurut Scheerens (2003) ada 4
prinsip kunci sibernetik, yaitu:
1. Sistem harus mempunyai kapasitasuntuk merasakan, memonitor dan meneliti
aspek signifikan dari lingkungan mereka;
2. Mereka harus mampu menghubungkan informasi dengan norma yang berlaku
yang memandu prilaku sistem;
3. Sistem harus mampu mendeteksi penyimpangan yang signifikan dari normanorma;
4. Mereka harus mampu memulai tindakan korektif ketika ketidaksesuaian
terdeteksi”. Orientasi ini lebih mendekati gagaan tentang responsivitas terhadap
batasan lingkungan dibanding terhadap efektivitas dalam pengertian produktivitas
dan pencapaian tujuan.
Teori sibernetik merupakan cabang dari psikologi sibernetik (psikosibernetik),
yaitu suatu studi perbandingan antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan
sistem elektro mekanik, seperti komputer. Menurut Nurhadi (2013) psikosibernetik
merupakan psikologi personaliti kreatif (creative personality) yang memfokuskan
kajiannya pada self-image yang terdapat pada pikiran bawah sadar.Psikosibernetik

berprinsip bahwa pikiran bawah sadar merupakan mekanisme dalam mencapai tujuan
yang disebut “servo-mechanism”, yang terdiri atas otak, dan sistem saraf yang
digunakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan. Hal itu berarti bahwa manusia
memiliki pikiran yang beroprasi secara otomatis seperti mesin yang bekerja
kerasdalam mencapai tujuan (goal striving machine). Sepemahaman dengan maltz,
Whittingham (2008) memandang bahwa mekanisme psikosibernetik sebagai versi
termostat pada otak. Tugas termostat adalah untuk menjaga daerah sekitarnya atau
badan pada temperatur konstan.

8

Berdasarkan teori sibernetik, ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja
manusia seperti mekanisme mesin elektronik. Mereka menganggap siswa (pebelajar)
sebagai suatu sistem yang yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri (selfregulated feedback). Sistem kendali umpan balik ini, baik pada manusia atau mesin
(seperti komputer) mempunyai tiga fungsi, yakni: (1) menghasilkan gerakan/tindakan
sistem terhadap target yang diinginkan (untuk mencapai tujuan tertentu yang
diinginkan), (2) membandingkan dampak dari tindakannya tersebut apakah sesuai
atau tidak dengan jalur/rencana yang seharusnya (mendeteksi kesalahan), dan (3)
memanfaatkan kesalahan (error) untuk mengarahkan kembali ke arah/ jalur
seharusnya (Uno, 2010).

Lebih lanjut menurut Uno (2010) para ahli sibernetik menginterpretasikan
manusia sebagai suatu sistem kontrol yang dapat mrngarahkan tindakannya dan
memperbaiki tindakan dengan berdasar pada umpan balik. Dengan demikian, belajar
dalam konteks sibernetik merupakan proses mengalami konsekuensi lingkungan
secara sensorik dan melibatkan prilaku koreksi diri (self-corrective behavior) oleh
karena itu, pembelajaran harus didesain sedemikian sehingga tercipta suatu
lingkungan yang dapat menghasilkan umpan balik yang optimal bagi siswa.
Menurut Nurwahid (2013) kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada
teori sibernetik, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis,
Kapabilitas belajar sapat disajikan lebih lengkap,
Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai,
Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya, kontrol

belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu,
6. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk
kerja yang diharapkan.
Kelemahan teori sibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi yang
dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar (Nurwahid, 2013).

9

Teori sibernetik dikritik sebab tidak membahas proses belajar langsung sehingga hal
ini menyulitkan penerapannya.

B. Teori Pemosesan Informasi
Menurut Suminar (2010) model proses pengolahan informasi memandang memori
manusia seperti computer yang mengambil dan mendapatkan informasi, mengolah
dan mengubahnya dalam bentuk dan isi kemudian menyimpan dan menampilkan
informasi pada saat dibutuhkan.
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada asumsi (1) Bahwa antar
stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi dimana pada
masing-masing tahapan dibutuhkan

sejumlah waktu tertentu (2) stimulus akan

mengalami perubahan bentuk ataupun isi dan (3) salah satu dari tahapan mempunyai
kapasitas yang terbatas. Ketiga asumsi tersebut menjadi dasar pengembangan teori
tentang komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi.
Komponen pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan fungsi, bentuk,
kapasitas, bentuk informasi dan proses terjadinya lupa dijelaskan melalui 3 komponen
berikut (Baharuddin & Wahyuni, 2008 ; Suminar, 2010; Budiningsih,2012).
1. Sensory Memory/ Sensory Register/Sensory Receptor (SM/SR)
Merupakan komponen utama dalam sistem informasi. Sensory informasi
menerima informasi atau stimuli dari lingkungan (Sinar, udara, bau, panas, warna, dan
lain-lain ) terus menerus melalui alat-alat penerima (reseptor) atau alat indera.
2. Working memory (WM) dan Short Term Memory (STM)
Merupakan bagian dari memori manusia, komponen kedua yang menangkap
yang diberi perhatian oleh individu dan menyimpanan informasi menjadi pikiranpikiran. Informasi yang masuk dari Short Term Memory (STM) berasal dari Sensory
Memory (SM) dan dapat pula dari Long Term Memory.

10

3. Long Term Memory (LTM)
Merupakan bagian dari sistem memory manusia yang menyimpan informasi
untuk sebuah periode yang cukup lama. Long Term Memory (LTM) diperkirakan
memiliki kapasitas yang sangat besar dan sangat lama untuk menyimpan informasi,
namun hanya sedikit saja yang diaktifkan, dikarenakan hanya informasi yang ada dan
sedang dipikirkan dan dikerjakan oleh ingatan atau memory. Long Term Memory
(LTM) diasumsikan berisi (a) Semua pengetahuan yang dimiki individu. (b)
Mempunyai kapasitas tidak terbatas (c) sekali informasi disimpan pengetahuan
tersebut tidak akan hilang atau terhapus. Persoalan Lupa pada tahapan ini dikarenakan
oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan informasi yang diperlukan.
C. Kondisi Internal dan Eksternal Siswa
Belajar bukan sesuatu yang bersifat alamiah, namun terjadi dengan kondisikondisi tertentu, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Sehubungan hal tersebut,
Menurut Suminar (2010) pengelolaan pembelajaran dalam teori belajar sibernetik,
menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang memperhatikan kondisi
internal dan eksternal. Mengacu pada pendapat Suminar (2010) uraian masing-masing
kondisi internal dan eksternal siwa adalah sebagai berikut.
1. Kondisi Internal
Kondisi internal siswa mempengaruhi proses belajar melalui proses
pengolahan informasi, dan sangat penting untuk diperhatikan oleh guru dalam
mengelola pembelajaran antara lain (Suminar, 2010):
a. Kemampuan awal siswa
Kemampuan awal siswa adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki
siswa, merupakan prasyarat sebelum mengikuti pembelajaran. Tanpa adanya
kemampuan awal (prasyarat) maka siswa tidak akan mampu mengikuti proses
pembelajaran dengan baik. Kemampuan awal siswa dapat diukur melalui tes awal,
interview atau cara lain yang cukup sederhana.
b. Motivasi

11

Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah
laku kearah tujuan tertentu. Motivasi instrinsik lebih menguntungkan karena dapat
bertahan lama. Kebutuhan untuk berprestasi yang bersifat instrinsik relative stabil,
karena ini berorientasi pada tugas-tugas belajar yang memberikan tantangan.
c. Perhatian
Perhatian merupakan strategi untuk menerima dan memilih stimulus yang relevan
untuk diprooses lebih lanjut diantara sekian banyak stimulus yang dating dari luar.
Perhatian dapat mengarahkan diri ke tugas yang diberikan,melihat masalahmasalah yang akan diberikan,memilih dan memberikan focus pada masalah yang
akan diselesaikan, dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan.Faktor-faktor
yang mempengaruhi perhatian seseorang adalah faktor internal yang mencakup:
minat, kelelahan dan karakteristik pribadi, sedangkan faktor eksternal mencakup:
intensitas stimulus, stimulus yang baru, keragaman stimulus, warna, gerak, dan
penyajian stimulus secara berkala dan berulang-ulang.
d. Persepsi
Persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali dan menafsirkan informasi
sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan
(Scachter, 2011). Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks yang
menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasiyang diperoleh dari
lingkungannya. Persepsi sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang. Persepsi
seseorang menjadi lebih mantap dengan meningkatnya pengalaman.
e. Ingatan
Ingatan adalah suatu system aktif yang menerima, menyimpan dan mengeluarkan
kembali informasi. Ingatan sangat selektif, teriri dari tiga tahap, yaitu ingatan
sensorik, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang (relative permanen).
Penyimpanan informasi jangka panjang dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu
melalui kejadian-kejadian khusus, gambaran (image), atau yang berbentuk verbal
bersifat abstrak. Daya ingat sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh siswa.

12

f. Lupa
Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan didalam ingatan jangka
panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang telah diperoleh karena
beberapa hal, yaitu 1) tidak ada informasi yang menarik perhatian, 2) kurang
pengulangan atau tidak ada pengelompokan informasi yang diperoleh, 3)
mengalami kesulitan dalam mencari kembali informasi tersimpan, 4) ingatan telah
aus dimakan waktu atau rusak,5) ingatan tidak pernah dipakai, 6) materi tidak
dipelajari sampai benar-benar dikuasai, dan 7) adanya gangguan dalam bentuk
informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali.
g. Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang
mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Ada tiga faktor yang mempengaruhi
retensi, yaitu: materi yang dipelajari pada permulaan (original learning), melajar
melebihi penguasaan (overlearning), dan pengulangan dengan interval waktu
(spaced review).
h. Transfer
Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah dipelajari, dapat
mempengaruhi proses dalam mempelajari materi yang baru. Transfer belajar atau
transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, sikap atau respons-respons lain dari satu situasi ke situas ilain.
2. Kondisi Eksternal
Kondisi eksternal yang sangat berpengaruh terhadapproses belajar dengan
proses pengolahan informasi antara lain (Suminar, 2010):
a. Kondisi Belajar

13

Kondisi belajar,merupakan masukan yang dapat menyebabkan adanya modifikasi
tingkah laku yang dapat dilihat sebagai akibatdari adanya proses belajar. Gagne
mengklasifikasikan ada 5 macam hasil belajar, yakni:1) Keterampilan intelektual
atau pengetahuan procedural yang mencakup belajar diskriminasi, konsep,prinsip
dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui materi yang disajikan dalam
pembelajaran dikelas. 2) Strategi kognitif, kemampuan untuk memecahkan
masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing
individu

dalam

memperhatikan

belajar,

mengingat

dan

berfikir.

3)

Informasiverbal, kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata
dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.4) Keterampilan
motorik, kemampuan untuk melaksanakan dan mengkordinasi gerakan-gerakan
yang berhubungan dengan otot. 5) Sikap, suatu kemampuan internal yang
mempengaruhi perilaku seseorang, dan dan didasari oleh emosi, kepercayaan serta
faktor intelektual.
b. Tujuan Belajar
Tujuan belajar merupakan komponen system pembelajaran yang sangat penting,
sebab komponen-komponen lain dalam pembelajaran harus bertolak dari tujuan
belajar yang hendak dicapai dalam proses belajarnya. Tujuan belajar yang
dinyatakan secara spesifik dapat mengarahkan proses belajar, dapat mengukur
tingkat ketercapaian tujuan belajar, dan dapat meningkatkan motivasi belajar.
c. Pemberian Umpan Balik
Pemberian umpan balik, merupakan suatu hal yang sangat penting bagi siswa,
karena memberikan informasi tentang keberhasilan, kegagalan dan tingkat
kompetensi.
D. Teori Belajar Menurut Lada
Salah satu penganut aliran sibernatik adalah Lev N. Landa. Ia membedakan ada
dua macam proses berfikir, yaitu prose berpikir algoritmik dan proses berpikir
heuristik. Uraian dari masing-masing proses berfikir tersebut.

14

1. Proses Berfikir Algoritmik
Merupakan Proses berfikir sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus
menuju satu target tujuan tertentu. Landa menyebutkan bahwa proses algoritmik
proses yang terdiri dari serangakaian operasi yang elementer yang terbentuk secara
seragam dan regular dibawah kondisi yang didefinisikan untuk memecakan berbagai
masalah.
2. Cara Berfikir Heuristik
Merupakan cara berfikir devergen, menuju beberapa target atau tujuan sekaligus.
Memahami suatua konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya
menuntut seorang untuk menggunakan cara berfikir heuristik.
E. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott
Gordon Pask sebenarnya adalah seorang yang kehidupan karirnya berkisar di
dunia

seni.

Kontribusi

utamanya

adakah

mengenai

“aesthetically-potent

environments” yang diartikan sebagai “karya seni yang erupakan sebuah system yang
berevolusi secara independen atau dengan melibatkan interaksi”. Pask mengatakan
lingkungan estetis potensial adalah suatu lingkungan yang dirancang menyenangkan.
Hal ini berarti bahwa untuk menggali potensi ataupun dalam aktivitas belajar,
lingkungan sekitar harus sedemikian rupa agar menjadi lingkungan yang
menyenangkan, sehingga memudahkan seseorang untuk belajar.
Gordon Pask mendalami sibernetik bersama koleganya Bernard Scott. Teori
belajar Pask dan Scott termasuk dalam rumpun teori pemrosesan informasi, dimana
proses belajar sangat ditentukan dengan sistem informasi yang dipelajari. Menurut
teori pemrosesan informasi, suatu informasi akan mengalami tahapan diterima,
disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan. Informasi diterima

15

disensori reseptor, kemudian disandi di working memory, dan disimpan di long term
memory. Informasi yang tersimpan di LTM tidak akan terhapus atau hilang.
Teori belajar menurut teori Pask dan Scott yaitu agar siswa mampu mengkaji
materi yang telah dipelajari dan yang telah didapati dari gurunya, serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Menurut Pask dan Scott, ada 2 macam
cara berpikir, yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir menyeluruh.
1. Serialis
Pendekatan serialis yang dikemukakan Pask dan Scott memiliki kesamaan
dengan pendekatan algoritmik. Siswa tipe serialis cenderung berpikir secara
algoritmik terutama dalam mempelajari bidang eksakta seperti matematika. Seorang
yang memiliki gaya serialis memilih belajar dengan berproses dalam langkah langkah
kecil yang logis, berusaha untuk mendapatkan kejelasan pada setiap bagian sebelum
melangkah lanjut, mengejar jalur linear dalam tugas pembelajaran serta menghindari
penyimpangan. Siswa yang menggunakan strategi penggunaan langkah langkah yang
telah ditetapkan secara hirarkis merupakan pembelajaran yang memiliki gaya
pengajaran serialis.
2. Wholist
Cara ber[ikir menyeluruh wholist adalah berpikir yang cenderung melompat
ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Siswa tipe wholist
atau menyeluruh cenderung mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum
kemudian bergerak ke yang lebih khusus atau lebih detail. Seorag wholist memilih
untuk belajar dalam car acara yang berbeda, dan mendekati ide idedari sudut pandang
yang berbeda pula. Pembelajar yang menggunakan strategi pengajran yang fleksibel
dan kontekstual, tidak terikat oleh langkah langkah hirarkis pentahapan pembelajaran
merupakan pembealajar yang memiliki gaya pengajaran holostik.
Pendekatan yang berorientasi pada pengelolahan informasi menekankan
beberapa hal seperti ingatan jangka pendek, ingatan jangka panjang, dan sebagainya
yang berhubungan dengan apa yang terjadi pada otak kita dalam proses pengelolahan

16

informasi. Namun, menurut teori sibernetik ini, agar proses belajar berjalan seoptimal
mungkin, bukan hanya cara kerja otak kitayang perlu dipahami, tapi juga lingkungan
yang mempengaruhi mekanisme itupun perlu diketahui. Dari model ini dikembangkan
prinsip belajar seperti proses mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan
bermakna, proses mental mampu menyandi informasi secara bermakna, dan bermuara
pada pengorganissian dan pengaktualisasian informasi.
Teori Pask dan Scott selain dikembangkan dari teori sibernetik juga
dikembangkan dari conversation theory. Teori ini menganggap sosial system as
symbolic, dimana orientasinya pada system Bahasa yang tanggapannya bergantung
pada penafsiran seseorang atau salah satu perilaku orang lain, dan makna tersebut
disepakati melalui percakapan. Teori tersebut juga menjelaskan interaksi antara dua
atau leboh system kognitiv, seperti guru dan siswa atau perspektif berbeda dalam satu
individu.
Conversation memiliki beberapa kategori sebagai berikut:
a. Monolog, conversation yang lebih kepada proses internal pada diri individu
b. Dialoge, digunakan untuk mencari mufakat
c. Dialektic, percakapan untuk mendapatkan kebenaran dari argument logis yang
berfokus pada pemikiran analitika dan informasi factual
d. Contruction, percakapan digunakan untuk membuat sesuatu yang baru
Dampak pengiring kegiatan pembelajaran berlandaskan teori Pask dan Scott
sebagai berikut
a. Sikap positif, guru yang menguasai teori ini tidak semata mta menilai hasil akhir
melainkan proses berpikir siswa sehingga akan membuat siwa lebih diargai. Hal
ini juga akan merubah pemikiran mereka bahwa materi itu sulit menjadi materi itu
mengasyikkan, serta membuat siswa mau dengan tekun mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan sesegera mungkin

17

b. Kemandirian, kemandirian siswa akan terbentuk dari cara sisa mwnuangkan
sendiri hasil membaca buku materi dan dengan dibantu oleh guru saat mereka
mengalami kesulitan. Jadi guru tidak secara terus mendikte siswa dalam
menyelesaikan masalah melainkan membimbing mereka sesuai dengan kesulitan
mereka.
c. Kreativitas, pemberian kesempatan kepada siswa untuk memahami materi dengan
membaca dari buku teks dan mencoba sendiri terlebih dahulu memecahkan
masalah dengan pemahamannya menjadika siswa kreatif dalam berpikir.
Implementasi teori belajar Pask dan Scott dalam kegiatan pembelajaran ialah
dengan memproses informasi yang menitikberatkan pada system informasi belajar.
Teori Pask dan Scott menghendaki siswa memproses informasi secara sistematik,
linear, konvergen, dan menuju satu tujuan. Siswa dapat menyelesaikan permasalahan
mulai dari pengertian awal, diteruskan sampai mendekati hasil dan menarik
kesimpulan. Menhendaki siswa untuk mampu berpikir melompat kedepan dan
langsng kegambaran lengkap adalah maksud lain teori Pask dan Scott.

18

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
1. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Proses
belajar memang memegang peranan penting, namun yang lebih penting
lagi adalah pengolahan sistem informasi.
2. Sejumlah devinisi telah diberikan oleh para ahli. Stafford Beer
mendefinisikan sibernetik sebagai “science of effective organitization.”
Gregory Bateson mengatakan bahwa sibernetik lebih merupakan bentuk
daripada substansi. Gordon Pask mendefinisikan sibernetik sebagai “the
art of manipulating defensible metaphoros”. Para ahli organisasi
menganggap bahwa teori sibernetik sebagai sebuah ilmu tentang
pemrosesan informasi, pengambilan keputusan, pembelaaran, adaptasi, dan
organisasi yang terjadi pada individu, kelomopok, organisasi, negara, atau
mesin
3. Teori yang ada pada teori belajar sibernetik
a. Teori Pemosesan Informasi
b. Teori Belajar Menurut Landa
c. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott.

19

DAFTAR PUSTAKA
Husamah, Pantiwati, Y., Restian, A., & Sumarsono, P. 2018. Belajar dan Pembelajaran.
Malang: UMM Press.