PERAN PROFESI MODEL DAN BUKAN MODEL TERH
2
1
PERAN PROFESI MODEL DAN BUKAN MODEL TERHADAP HUBUNGAN
ANTARA PERSEPSI BENTUK TUBUH IDEAL DAN KEPERCAYAAN DIRI
Maria Rawisari Putri
mariarawisariputri@gmail.com
Ika Herani
Thoyyibatus Sarirah
Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan
antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri. Variabel X penelitian ini adalah persepsi bentuk
tubuh ideal, variabel Y penelitian adalah kepercayaan diri, dan variabel Moderator adalah profesi model
dan bukan model. Subjek yang digunakan sebanyak 70 individu dengan usia rata-rata 15 tahun sampai
dengan 18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Alat
pengumpul data berupa kuesioner yang menggunakan skala Likert. Analisis data menggunakan teknik
statistik Analisis Moderasi Sederhana Hayes dengan bantuan program SPSS 20.0 for Windows. Hasil
analisis data diperoleh nilai (p) yang signifikan pada hubungan persepsi bentuk tubuh ideal dan
kepercayaan diri sebesar 0.0059 (p < 0.05). Pada peran profesi model dan bukan model terhadap
kepercayaan diri diperoleh nilai (p) yang tidak signifikan yaitu sebesar 0.075 (p > 0.05). Selain itu, hasil
analisis data pada peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh
ideal dan kepercayaan diri diperoleh hubungan yang signifikan yaitu sebesar 0.049 (p < 0.05).
Kata Kunci : Persepsi Bentuk Tubuh Ideal, Kepercayaan Diri, Model dan Bukan Model.
This research was conducted to determine the role profession as model and not the model against the
relationship between the perception of the ideal body shape and self confidence. Variabel X of this
research is the perception of the ideal body shape, variabel Y of this research is the self confidence, and
variabel Moderation of this research is profession model and not a model. Subject of the research uses 70
people with an average age of 15 to 18 years old. Sampling techniques of the research uses purposive
sampling. Data collection of the study is a questionnaire, which uses Likert Scale. Data analysis of the
study uses techniques of statical techniques of Analysis Moderation Hayes by the following of program
SPSS 20.0 for Windows. Results of data analysis obtained by value (p) is significant in a relation of
perceptions of the ideal body shape and self confidence of 0.0059 (p < 0.05). In the role profession as
model and not the model against the self confidence the value (p) is not significant in the amount of 0.075
(p > 0.05). In addition, the data analysis on the role profession as model and not the model of the
relationship between the perception of the ideal body shape and self confidence gained significant
relationship that is equal to 0.049 (p < 0.05).
Keywords : The Perception of The Ideal Body Shape, Self Confidence, Model and Not a Model
3
satu faktor yang mendukung kepercayaan diri
LATAR BELAKANG
adalah daya tarik fisik, di mana individu akan
Dalam kehidupan bermasyarakat,
lebih percaya diri apabila memiliki fisik yang
kepercayaan diri sangat diperlukan oleh
sempurna. Individu tertentu seringkali merasa
2
bahwa keadaan fisiknya tidak sesuai dengan
individu untuk dapat bersosialisasi dengan
lingkungan. Tanpa adanya kepercayaan diri
akan banyak menimbulkan masalah pada diri
individu. Dengan adanya kepercayaan diri,
individu memiliki perasaan diterima dan
didukung
oleh
lingkungan
sosial,
serta
standar bentuk tubuh ideal, maka individu
tersebut akan merasa memiliki kekurangan
pada fisik atau penampilannya, meskipun
mungkin bagi individu lain sudah dianggap
potensi
menarik secara fisik (Siswanti, 2010).
Ketidakpuasan pada bentuk tubuh dapat
dirinya (Ghufron, 2011). Brenche dan Amich
menyebabkan individu merasa tidak percaya
(Patriani,
bahwa
diri, memiliki konsep diri yang kurang baik,
kepercayaan diri merupakan suatu perasaan
dan harga diri yang rendah (Asri & Setiasih,
cukup aman dan tahu tentang sesuatu yang
2004). Individu yang mempunyai kepercayan
dibutuhkan
individu
diri rendah lebih mudah menyerah dan tidak
sehingga tidak perlu membandingkan dirinya
dapat bebas mengekspresikan perasaannya
dengan individu lain.
Selain itu menurut Lautser (Alsa, 2006)
(Sari, 2006). Hal ini sejalan dengan teori
mampu
mengaktualisasi
2006)
dalam
segala
menyatakan
kehidupan
kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau
perasaan yakin atas kemampuan sendiri
sehingga individu yang bersangkutan tidak
terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat
bebas melakukan hal-hal yang disukai dan
bertanggung jawab atas segala perbuatan yang
dilakukan. Menurut Sari (2007) terdapat lima
Centi
(1997)
yang
mengatakan
bahwa
individu yang menerima dan puas dengan
keadaan dan penampilan fisiknya, pada
umumnya memiliki kepercayaan diri yang
lebih tinggi daripada mereka yang tidak.
Pendapat tersebut membuat pandangan bagi
sebagian besar perempuan bahwa memiliki
aspek yang membentuk kepercayaan diri,
bentuk tubuh ideal adalah suatu impian.
Menurut Insintos (Bani, 2002) ukuran
antara lain 1) optimis, 2) mandiri, 3) sportif,
tubuh yang ideal identik dengan langsing, jika
4) tidak takut, dan 5) mudah menyesuaikan
individu memiliki tubuh langsing berarti
diri.
memiliki tubuh yang indah, antara lain
Perkembangan kepercayaan diri individu
salah satunya dipengaruhi oleh penampilan
fisik. Hal ini sejalan dengan pendapat Harter
(Santrock, 2003) mengatakan bahwa salah
ditandai dengan perut yang rata, pinggang
yang tidak berlipat, paha dan betis yang
kencang,
dan
pergelangan
tangan
yang
berukuran sedang (untuk perempuan 13.97-
16.51 cm dan untuk laki-laki 16.51-17.78
4
Wirakusumah (1994) bentuk tubuh ideal
cm). Oleh karena itu, untuk bisa mewujudkan
adalah ukuran tubuh yang tidak terlalu kurus
impian tersebut individu berusaha keras
dan tidak terlalu gemuk, dan terlihat serasi
menjadikan ukuran tubuhnya menjadi ideal.
antara berat dan tinggi badan.
Persepsi bentuk tubuh ideal adalah proses
Penelitian Briawan (2008) menyatakan bahwa
72% perempuan mempunyai persepsi bahwa
bentuk tubuhnya masih belum ideal, dan
kebanyakan
merasa
dirinya
kegemukan.
Persepsi terhadap bentuk tubuh ideal dapat
mendatangkan pengaruh yang cukup besar,
persepsi ini
akan
mempengaruhi
upaya
pencapaian tubuh ideal.
Menurut Birtchnell et. al. (Myers &
Biocca, 1992) bentuk tubuh ideal perempuan
dalam masyarakat secara umum berangsurangsur menjadi semakin kurus dan tidak
masuk akal, telah menyebabkan perempuan
memiliki perkiraan yang berlebihan terhadap
berat tubuhnya. Bentuk tubuh ideal diartikan
sebagai bentuk dan ukuran tubuh yang dinilai
sempurna dan paling diinginkan oleh individu
(Bestiana, 2012). Menurut Honigman dan
Castle (Rini, 2004) citra tubuh merupakan
gambaran
yang
dimiliki
individu
serta
penilaian individu lain tentang penampilan
fisik
bentuk
tubuhnya.
Jadi,
dapat
disimpulkan bahwa persepsi bentuk tubuh
ideal adalah salah satu komponen dari citra
tubuh.
Persepsi tubuh ideal tidak hanya berbedabeda antara individu atau kelompok yang satu
dengan yang lain, namun juga dapat berubah
setiap waktu (Bestiana, 2012). Menurut
Lighstone (Siswanti, 2010) tubuh ideal adalah
persepsi, imajinasi, emosi dan sensasi fisik
individu dari dan terhadap tubuhnya. Menurut
di mana individu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensori yang
berkaitan dengan bentuk tubuh ideal terhadap
lingkungan
sekitarnya
(Natalia,
2011).
Menurut Natalia (2011) terdapat tiga aspek
persepsi bentuk tubuh ideal antara lain 1)
kognisi, 2) proses belajar, dan 3) proses
pemecahan masalah.
Tuntutan akan bentuk tubuh ideal
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor sosial, ekonomi, ekologi, dan budaya
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi
persepsi tubuh ideal yang dianut oleh
masyarakat (Bakhshi, 2008). Pada negara
dengan budaya yang lebih maju, bentuk tubuh
ideal
diasosiasikan
dengan
kebahagiaan,
kesuksesan, kemudahan, dan penerimaan
sosial. Bentuk tubuh yang dianggap ideal
berubah-ubah sesuai dengan zaman dan kultur
budaya dalam suatu masyarakat (Tiara, 2013).
Bentuk tubuh ideal yang saat ini menjadi
standar ideal di masyarakat adalah bentuk
tubuh seperti yang dimiliki oleh para model
(Tiara, 2013). Karena itu profesi sebagai
model memberikan ekspektasi tinggi pada
perempuan
Dengan
terhadap
adanya
mengakibatkan
tubuhnya
tuntutan
sendiri.
profesi
munculnya
ini
rasa
ketidakpuasan akan tubuh dan keinginan
untuk terus mencapai bentuk tubuh yang ideal
(Tiara, 2013). Standar ideal tersebut akan
mempengaruhi
persepsi,
penilaian
dan
penghargaan
terhadap
tubuh
yang
dimilikinya.
Perempuan yang langsing seperti para
model, seringkali digambarkan sebagai sosok
yang bahagia dan memiliki segala hal yang
diinginkan oleh kebanyakan perempuan, yaitu
pasangan yang tampan, teman-teman yang
baik hati dan rela berkorban untuknya,
kehidupan yang menyenangkan dan tidak
5
profesi yang sama dengan profesi lainnya,
tetapi bergerak dalam usaha menjual jasa
bidang busana, foto model dan periklanan.
Model yang dimaksud bukan hanya model
yang memperagakan busana di atas panggung,
tetapi juga model yang tampil di media cetak
ataupun media televisi. Menjaga bentuk tubuh
dan kondisi tubuh sangat penting dilakukan
pernah membosankan, karir yang sukses, dan
terutama bagi model.
Keinginan untuk memilki bentuk tubuh
kesehatan
2012).
ideal bukan hanya pada individu yang
Menurut Sanggarwaty (2003) yaitu model
berprofesi sebagai model saja, namun juga
merupakan suatu profesi yang sama dengan
pada bukan model. Menurut Eliana (2011)
profesi lainnya tetapi bergerak dalam usaha
berbagai usaha dilakukan individu baik yang
menjual jasa bidang busana, foto model dan
berprofesi sebagai model maupun bukan
periklanan. Hal yang sama juga dikemukakan
model
oleh Asokawati (Sanggarwaty, 2003) bahwa
mempertahankan bentuk tubuhnya sesuai
model adalah individu yang berprofesi dalam
keinginannya, mulai dari olahraga, diet ketat
dunia fashion, pertunjukan, foto model dan
bahkan sampai mengalami gangguan makan
dunia periklanan.
Individu yang berprofesi sebagai model
(eating disorders).
Demi mendapatkan penampilan yang
dituntut tidak hanya memiliki penampilan
menarik, mereka rela mengabaikan kesehatan
yang menarik, namun juga harus memiliki
tubuhnya. Menurut Amalia (2007) setiap
kemampuan
mampu
individu memiliki gambaran diri ideal seperti
menghadapi persaingan di dunia modeling.
apa yang diinginkannya, termasuk bentuk
Hal ini membuat tidak sedikit model yang
tubuh ideal seperti apa yang dimilikinya.
berhasil sukses hingga kancah internasional.
Tubuh menjadi simbol utama diri, sekaligus
Dari segi fisik, model harus memiliki
masyarakat (Synnott, 2003). Hal ini membuat
kelebihan secara fisik seperti rambut yang
sebagian besar perempuan membandingkan
indah, ukuran tubuh yang ideal, berat badan
tubuhnya dengan visual tubuh ideal dalam
ideal, kulit yang lembut, kulit bebas jerawat,
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang sudah
yang
baik
(Bestiana,
intelektual
agar
dan beberapa ciri fisik lainnya (Sanggarwaty,
2003).
Dunia model di Indonesia sudah semakin
maju
dan
membutuhkan
model
untuk
merubah
ataupun
dijelaskan, penelitian ini berttujuan untuk
mengetahui apakah profesi model dan bukan
yang
model menjadi moderasi terhadap hubungan
profesional (Sanggarwaty, 2003). Menurut
antara persepsi bentuk tubuh ideal dan
Sanggarwaty (2003) model merupakan suatu
kepercayaan diri. Dengan adanya penelitian
ini dapat diketahui secara mendetail apakah
6
Metode pengumpulan data dalam
terdapat peran profesi model dan bukan
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model terhadap hubungan antara persepsi
skala. Skala yang digunakan adalah skala
bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri.
METODE PENELITIAN
persepsi bentuk tubuh ideal dan skala
Desain Penelitian
ideal menggunakan skala yang sudah pernah
kepercayaan diri. Skala persepsi bentuk tubuh
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
korelasional yaitu penelitian yang bertujuan
untuk melihat hubungan antara satu variabel
dengan variabel lain (Arikunto, 2010).
digunakan sebelumnya berdasarkan penelitian
Natalia (2011) dengan dimensi persepsi
bentuk tubuh ideal menurut Indrawidjaya
(1986) yaitu 1) kognisi, 2) proses belajar, 3)
proses pemecahan masalah. Setelah dilakukan
penelitian oleh peneliti didapatkan reliabilitas
sebesar 0.731, dengan nilai koefisien korelasi
Partisipan Penelitian
berada diantara 0.260-0.554.
Populasi dalam penelitian ini adalah
Skala kepercayaan diri juga
remaja putri di kota Malang. Teknik sampling
menggunakan skala yang sudah pernah
yang digunakan adalah purposive sampling.
digunakan sebelumnya berdasarkan penelitian
Jumlah keseluruhan sampel dari penelitian ini
Sari (2006) dengan dimensi kepercayaan diri
adalah sebanyak 70 subjek, dengan masing-
menurut Anthony (1992) yaitu 1) optimis, 2)
masing 35 subjek yang berprofesi sebagai
mandiri, 3) sportif, 4) tidak takut, dan 5)
model dan 35 subjek yang bukan model.
mudah menyesuaikan diri. Setelah dilakukan
Karakteristik
yang
penelitian oleh peneliti didapatkan reliabilitas
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
sebesar 0.865, dengan nilai koefisien korelasi
kriteria memiliki rentang usia dari 15 tahun
berada diantara 0.219-0.576.
subjek
penelitian
Skala yang digunakan dalam penelitian
sampai dengan 18 tahun.
Peneliti menggunakan try out terpakai
ini dirancang menggunakan metode skala
pada penelitian ini karena terbatasnya jumlah
Likert dengan empat kategori pilihan, yaitu
subjek penelitian yang berprofesi sebagai
Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju
model pada rentang usia 15 tahun sampai
(TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS). Jenis
dengan 18 tahun. Pada metode try out
aitem yang digunakan dalam penelitian ini
terpakai, penyebaran skala atau pengambilan
terdapat dua macam, yaitu favourable dan
data hanya dilakukan satu kali saja. Subjek
unfavourable.
yang telah digunakan untuk data uji coba juga
pilihan STS mendapat skor 1, pilihan TS
akan digunakan sebagai data penelitian.
mendapat skor 2, pilihan S mendapat skor 3,
Untuk
aitem
favourable,
dan pilihan SS mendapat skor 4. Sebaliknya,
Data Penelitian
untuk
aitem
unfavourable, pilihan
STS
mendapat skor 4, pilihan TS mendapat skor 3,
7
standar deviasinya sebesar 10.12. Sedangkan
pilihan S mendapat skor 2, dan pilihan SS
mean pada subjek bukan model adalah
mendapat skor 1.
sebesar 90.89 dan standar deviasinya sebesar
Selanjutnya, metode analisis data yang
digunakan
dalam
penelitian
adalah
Peneliti melakukan analisis bootstrap
menggunakan analisis moderasi sederhana
moderasi sederhana (Hayes, 2012) dengan
Hayes dengan metode resampling bootstrap.
resampling sejumlah 5.000 kali dengan
Bootstrap
berbasis
interval kepercayaan koreksi bias 95 %.
resampling (pengambilan sampel berulang)
Analisis ini dilakukan untuk menguji tiga
dengan syarat pengembalian data dengan
hipotesis, yaitu (a) terdapat hubungan antara
harapan sampel tersebut mewakili populasi
persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan
sebenarnya (IBM, 2011).
diri, (b) terdapat peran profesi model dan
merupakan
ini
9.47.
metode
Kelebihan utama bootstrap adalah
bukan model terhadap kepercayaan diri, (c)
bersifat bebas asumsi dan dapat menghasilkan
terdapat peran profesi model dan bukan model
kekuatan penelitian yang lebih besar. Hal ini
terhadap hubungan antara persepsi bentuk
dilakukan dengan resampling yang dilakukan
tubuh ideal dan kepercayaan diri.
sejumlah ribuan kali dengan menggunakan
distribusi empiris. Hasil dari analisis ini
digunakan untuk menguji hipotesis dari
penelitian
sehingga
dapat
dijadikan
kesimpulan akhir dari penelitian. Perhitungan
analisis
moderasi
sederhana
Hayes
ini
dilakukan dengan bantuan program SPSS
Statistics 20 for Windows.
HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka didapatkan hasil bahwa
mean variabel persepsi bentuk tubuh ideal
pada subjek model sebesar 29.54 dan standar
deviasinya sebesar 4.29. Sedangkan mean
pada subjek bukan model adalah sebesar
27.31 dan standar deviasinya sebesar 3.98.
Selain itu,
mean variabel kepercayaan diri
pada subjek model adalah sebesar 94.89 dan
Tabel 1. Hubungan Antara Persepsi Bentuk
Tubuh Ideal dan Kepercayaan Diri
Variabel
Persepsi
Bentuk
Tubuh Ideal
dan
Kepercayaa
n Diri
B
se
p
2.35 0.82 0.0059
Signifikans
i
Signifikan
Hasil dari tabel 1 menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara persepsi bentuk
tubuh ideal dan kepercayaan diri. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai B (koefisien) = 2.35, se
= 0.82, dan (p) = 0.0059, dimana nilai (p) <
0.05 maka terdapat hubungan yang signifikan
antara persepsi bentuk tubuh ideal dan
kepercayaan diri.
8
Tabel 2. Peran Profesi Model dan Bukan
Model terhadap Kepercayaan Diri
Variabel
B
se
p
Profesi Model
dan Bukan
Model
terhadap
Kepercayaan
Diri
27.76
15.34
0.075
Signifikansi
Tidak
Signifikan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
antara persepsi bentuk tubuh ideal dan
kepercayaan diri. Hal ini sejalan dengan
pendapat Harter (Santrock, 2003) yang
mengatakan bahwa salah satu faktor yang
mendukung
Hasil dari tabel 2 menunjukkan bahwa tidak
terdapat peran profesi model dan bukan model
terhadap kepercayaan diri. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai B (koefisien) = 27.76, se = 15.34, dan
(p) = 0.075, dimana nilai (p) > 0.05 maka tidak
terdapat peran profesi model dan bukan model
yang signifikan terhadap kepercayaan diri.
Tabel 3. Peran Profesi Model dan Bukan
Model terhadap Hubungan Antara Persepsi
Bentuk Tubuh Ideal dan Kepercayaan Diri
Variabel
DISKUSI
B
se
p
Signifikansi
kepercayaan
diri
individu
adalah daya tarik fisik, di mana individu
akan lebih percaya diri apabila memiliki
fisik yang sempurna. Seringkali individu
tertentu merasa bahwa keadaan fisiknya
tidak sesuai dengan standar bentuk tubuh
ideal, maka individu tersebut akan merasa
memiliki
kekurangan
pada
fisik
atau
penampilannya, meskipun mungkin bagi
individu lain sudah dianggap menarik secara
fisik (Siswanti, 2010).
Ketidakpuasan pada bentuk tubuh dapat
menyebabkan individu merasa tidak percaya
diri, memiliki konsep diri yang kurang baik,
Persepsi
Bentuk
-1.07
Tubuh
Ideal dan
Kepercaya
an Diri
0.53
0.049
Signifikan
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa
terdapat peran profesi model dan bukan model
terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh
ideal dan kepercayaan diri. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai B (koefisien) = 1.07, se = 0.53, dan (p)
= 0.049, dimana nilai (p) < 0.05. Nilai (p) yang
dihasilkan adalah signifikan karena (p) < 0.05.
dan harga diri yang rendah (Asri & Setiasih,
2004).
Individu
yang
mempunyai
kepercayan
diri
rendah
lebih
mudah
menyerah
dan
tidak
dapat
bebas
mengekspresikan perasaannya (Sari, 2006).
Namun pendapat Centi (1997) mengatakan
bahwa individu yang menerima dan puas
dengan keadaan dan penampilan fisiknya,
pada umumnya memiliki kepercayaan diri
yang lebih tinggi daripada mereka yang
tidak.
Pendapat
tersebut
membuat
pandangan bagi sebagian besar perempuan
bahwa memiliki bentuk tubuh ideal adalah
9
suatu hal yang penting untuk menunjang
kepercayaan dirinya.
Berdasarkan peran profesi model dan
segala potensi dirinya (Ghufron, 2011).
Apabila dilihat berdasarkan peran
profesi model dan bukan model terhadap
bukan model terhadap kepercayaan diri,
hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal
didapatkan hasil bahwa tidak terdapat peran
dan kepercayaan diri, didapatkan hasil
profesi
terhadap
bahwa terdapat peran profesi model dan
kepercayaan diri. Hal ini karena individu
bukan model terhadap hubungan antara
yang berprofesi sebagai model dan bukan
persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan
model tidak memiliki masalah dengan
diri. Hal ini didukung dengan pendapat
kepercayaan diri. Selain itu, profesi sebagai
Daphne (1998) yang menyatakan bahwa
model
tidak
model memiliki persepsi bentuk tubuh ideal
mempengaruhi kepercayaan diri individu
yang tinggi, sedangkan individu yang bukan
karena individu tersebut tidak mengalami
model memiliki persepsi bentuk tubuh ideal
kekurangan secara fisik. Individu yang
yang rendah. Sehingga menurut pendapat
berprofesi sebagai model dan bukan model
Siswanti
merasa nyaman dan puas dengan bentuk
persepsi bentuk tubuh ideal ini akan
tubuh yang dimilikinya (Eliana, 2011).
mendatangkan pengaruh bagi kepercayaan
Sehingga hal ini membuat profesi model dan
diri individu.
Peran profesi model dan bukan model
model
dan
dan
bukan
model
model
bukan model tidak memiliki pengaruh
terhadap kepercayaan diri individu.
Meskipun individu yang berprofesi
(2010),
pandangan
mengenai
mempengaruhi persepsi bentuk tubuh ideal
dan
kepercayaan
diri.
Individu
yang
sebagai model dan bukan model memiliki
berprofesi sebagai model, memiliki persepsi
persepsi bentuk tubuh ideal yang berbeda-
terhadap bentuk tubuh ideal yang tinggi dan
beda,
tidak
memiliki keyakinan bahwa tubuh ideal
mempengaruhi kepercayaan dirinya karena
merupakan suatu hal yang penting bagi
individu mampu untuk mempersepsi bentuk
dirinya (Natalia, 2011). Tuntutan profesi
tubuhnya dengan tepat (Daphne, 1998).
sebagai model membuat individu jadi lebih
Selain itu, hal ini juga sesuai dengan
mengutamakan
pendapat Brenche dan Amich (Patriani,
individu pada umumnya. Hal ini sejalan
2006) yang menyatakan bahwa kepercayaan
dengan
diri merupakan suatu perasaan cukup aman
menyatakan bahwa bentuk tubuh ideal yang
dan tahu tentang sesuatu yang dibutuhkan
menjadi tuntutan profesi sebagai model
dalam kehidupan individu sehingga tidak
memberikan
perlu
perempuan terhadap tubuhnya sendiri.
Profesi sebagai model dituntut untuk
namun
hal
membandingkan
tersebut
dirinya
dengan
individu lain. Dengan kepercayaan diri,
maka
individu
mampu
mengaktualisasi
penampilan
pendapat
Tiara
ekspektasi
daripada
(2013)
tinggi
yang
pada
menjaga kebugaran, bahkan bisa dikatakan
bahwa tubuh merupakan modal utama
(Sanggarwaty, 2003. Para model perempuan
semua
individu
biasanya memiliki tubuh yang kurus, relatif
perubahan fisik.
akan
melalui
10
masa
rata dan tidak berbentuk (McCabe &
Munculnya persepsi bentuk tubuh ideal
Ricciardelli, 2001). Meskipun individu yang
dalam diri individu tidak terlepas dari peran
berprofesi sebagai model merasa tidak puas
media massa dalam menciptakan bentuk
terhadap bentuk tubuhnya, namun mereka
tubuh ideal yang dianut oleh masyarakat
tetap memiliki kepercayaan diri tinggi.
(Myers & Biocca, 1992). Hernita (2006)
Individu tersebut tidak mengalami gangguan
mengemukakan
persepsi dan merasa bahwa bentuk tubuhnya
standar tubuh ideal yang terus menerus
menjadi
masyarakat,
dipaparkan oleh media berdampak bagi para
sehingga individu mampu mempersepsi
perempuan di berbagai belahan dunia,
bentuk tubuhnya dengan tepat sehingga
termasuk Indonesia. Media menyampaikan
tetap memiliki kepercayaan diri yang tinggi
pesan-pesan
(Daphne, 1998).
perempuan langsing itu cantik, dan cantik
standar
ideal
di
Selain itu pada individu bukan model,
sebagian besar dari individu tersebut sudah
merasa puas dan nyaman dengan bentuk
tubuh yang dimiliki. Kenyamanan terhadap
bentuk tubuh dapat membuat individu lebih
mudah bersosialisasi dengan lingkungan
serta dapat meningkatkan rasa percaya diri
(Sari,
2006).
Individu
yang
memiliki
kepercayaan diri tinggi tidak akan terlalu
berorientasi pada penampilan diri semata,
karena
individu
merasa
yakin
atas
kemampuan dan potensi dirinya pada hal-hal
yang
lain
serta
mampu
menerima
kekurangan yang ada tanpa perlu merasa
kecewa, malu, dan rendah diri (Siswanti,
2010). Hal ini sejalan dengan pendapat
Hurlock (2002) yang menyatakan bahwa
individu yang menerima perubahan fisik
pada dirinya, menganggap hal tersebut
merupakan sesuatu yang wajar karena
itu
baik
bahwa
kepada
(Bestiana,
perkembangan
masyarakat
2012).
bahwa
Sehingga
pengaruh media membuat individu memiliki
keinginan untuk memiliki bentuk tubuh
ideal.
Individu yang puas dengan keadaan
dan penampilan fisiknya, pada umumnya
memiliki kepercayaan diri lebih tinggi
(Ghufron, 2011). Kepercayaan diri sangat
diperlukan
oleh
individu
untuk
dapat
bersosialisasi dengan lingkungan. Tanpa
adanya
kepercayaan
diri
akan
banyak
menimbulkan masalah pada diri individu.
Dengan adanya kepercayaan diri, individu
memiliki perasaan diterima dan didukung
oleh lingkungan sosial (Ghufron, 2011).
Hasil yang diperoleh dari pengujian
hipotesis antara dua variabel menunjukkan
bahwa sumbangan efektif variabel persepsi
bentuk tubuh ideal terhadap kepercayaan
diri individu yang berprofesi sebagai model
dan bukan model yaitu sebesar 4.86 % dan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar
95.14 % yang tidak diteliti dalam penelitian
11
dalam penelitian untuk mengurangi bias
ini. Faktor-faktor tersebut antara lain seperti
pengukuran.
citra tubuh, konsep diri, harga diri, dan
Bagi subjek model sebaiknya mampu
penerimaan diri. Hasil dari penelitian ini
menyadari
bahwa
bentuk
tubuh
yang
menjelaskan bahwa terdapat peran profesi
dimilikinya adalah bentuk tubuh yang
model dan bukan model terhadap hubungan
menjadi panutan di masyarakat, dengan
antara persepsi bentuk tubuh ideal dan
begitu individu yang berprofesi sebagai
kepercayaan diri.
model lebih mampu untuk menghargai dan
menjaga bentuk tubuhnya. Kemudian bagi
KESIMPULAN
subjek bukan model sebaiknya mampu
Berdasarkan penelitian yang telah
untuk memandang dirinya secara positif
dilakukan, keterbatasan dari penelitian ini
sehingga terhindar dari rasa tidak puas dan
yaitu : 1) menggunakan try out terpakai, 2)
tidak perlu membandingkan bentuk tubuh
faktor kelelahan, dan 3) kemungkinan
yang dimiliki dengan individu lain.
faking good.
Selain itu, berdasarkan hasil analisis
REFERENSI
data, diperoleh tiga kesimpulan yaitu : 1)
terdapat hubungan antara persepsi bentuk
Alsa, Asmadi. (2006). Hubungan Antara
tubuh ideal dan kepercayaan diri, 2) tidak
Dukungan Sosial Orang Tua Dengan
terdapat peran profesi model dan bukan
Kepercayaan
model terhadap kepercayaan diri, 3) terdapat
Penyandang Cacat Fisik. Jurnal
peran profesi model dan bukan model
Psikologi
terhadap hubungan antara persepsi bentuk
Semarang: Universitas Islam Sultan
tubuh ideal dan kepercayaan diri.
Agung.
Diri
Vol.
1,
Remaja
No.1.
3-6.
Amalia, L. (2007). Citra tubuh (Body
SARAN
Bagi peneliti selanjutnya dapat
mengganti
subjek
penelitian
misalnya
remaja laki-laki yang berprofesi sebagai
model maupun bukan model, sehingga akan
Image) Remaja Perempuan. Jurnal
Musawa.
Vol.
5,
No.
4.
4-7.
Ponorogo: STAIN Ponorogo.
Anthony,
Robert.
(1992).
Rahasia
didapatkan hasil penelitian yang lebih
Membangun
beragam antar jenis kelamin yang berbeda.
(Terjemahan Rita Wiryadi). Jakarta:
Selain
Bina Rupa Aksara.
itu
sebaiknya
peneliti
lebih
Kepercayaan
Diri,
memperhatikan tata bahasa dalam aitemaitem pada skala yang akan digunakan
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian:
Suatu
Pendekatan
Praktik (Edisi Revisi). Jakarta:
12
Pangan dan Status Gizi dengan Body
Rineka Cipta.
Image Pada Remaja di Bogor. Jurnal
Asri, D.N. & Setiasih. (2004). Penerapan
Metode Akupuntur
pada Wanita
Penyandang Obesitas. ANIMA. Vol.
19,
No.3.
Fakultas
286-296.
Psikologi
Surabaya:
Universitas
Gizi Indonesia Vol. 31, No.1. 16-20.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Centi. (1997). Mengapa Rendah Diri. Alih
bahasa: A.M Hardjana. Yogyakarta:
Kanisius.
Surabaya.
Daphne,
Amanda.
(1998).
Perbedaan
Bakhshi, Savita. (2008). Women’s Body
Kepuasan Citra Tubuh Remaja putri
Image and the Role of Culture: A
yang Berprofesi sebagai Model dan
Review of the Literature. Europe’s
yang
Journal of Psychology. Vol. 2, No. 7.
Model. Skripsi. Jakarta: Fakultas
377-384.
Psikologi Universitas Indonesia.
London:
London
Tidak
Berprofesi
sebagai
Metropolitan University.
Eliana, R. (2011). Gambaran Body Image
Bani, F. (2002). Studi Tentang Persepsi
pada
Model.
Skripsi.
Mahasiswa Terhadap Tubuh Ideal
Fakultas
dan Hubungannya dengan Upaya
Sumatera Utara.
Pencapaiannya.
Skripsi.
Jurusan
Masyarakat
Gizi
Sumberdaya
Keluarga
dan
Fakultas
Bestiana, Desi. (2012). Citra Tubuh dan
Tubuh
FISIP
Ideal
Universitas
Universitas
Bogor:
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Konsep
Psikologi
Medan:
Mahasiswi
Airlangga
Surabaya. Jurnal Antro Unair Vol.1,
No.1. 1-9. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Ghufron, N.M.,& Risnawita. S. R. (2011).
Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Arruzz Media.
Hernita. (2006). Tubuh Perempuan yang
Menjadi
Soal.
Diunduh
dalam
http://www.sekitarkita.com. Diakses
pada tanggal 16 Maret 2014 pukul
19:04.
Hurlock,
E.B.
(2002).
Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan
Brewis, A. Alexandra. (2011). Obesity:
Cultural
and
Perspectives.
London:
Biocultural
Sepanjang
Rentang
Kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Rutgers
University Press.
Briawan, D. (2008). Hubungan Konsumsi
IBM. (2011). IBM SPSS Bootstrapping 20.
New York: IBM Corporation.
13
Indrawidjaya, A.T. (1986).
Perilaku
15:24.
Organisasi. Bandung: Sinar Baru.
Marasabessy N. (2006). Hubungan Ukuran
Sanggarwaty, R. (2003). Kiat Menjadi
Tubuh Aktual dan Ekspose Media
Model
Massa
Gramedia Pustaka Utama.
Terhadap
Body
Image
Mahasiswa Putra dan Putri IPB.
Skripsi.
Bogor:
Masyarakat
Program
dan
Studi
Sumberdaya
Keluarga Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Profesional.
Jakarta:
Santoso, 2005. Metodologi Penelitian
Kuantitatf dan Kualitatif, Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Santrock, John.W. (2003). Adolescence:
Myers, Phillip N. & Biocca, Frank A.
(1992). The Elastic Body Image: The
Perkembangan
Remaja.
Jakarta:
Erlangga.
Effect of Television Advertising and
Programming
Distorsions
on
in
Body
Young
Image
Women.
Sari, Dian Mustika. (2006). Kepercayaan
Diri
Remaja
Journal of Communication Vol 42,
ditinjau
No.3.
Skripsi.
108-133.
Chapel
Hill:
Dari
yang
Overweight
Dukungan
Semarang:
Sosial.
Fakultas
Psikologi Unika Soegijapranata.
University of North Carolina.
Natalia, Marsyela. (2011). Motivasi Diet
Siswanti, Kristiasari Pasaribu. (2010).
pada Remaja Putri Ditinjau dari
Kepercayaan Diri pada Remaja Putri
Persepsi Terhadap Bentuk Tubuh
Ditinjau dari Body Image. Skripsi.
Ideal. Skripsi. Semarang: Fakultas
Semarang: Fakultas Psikologi Unika
Psikologi Unika Soegijapranata.
Soegijapranata.
Patriani, I.I. (2006). Kepercayaan Diri pada
Remaja
Penghuni
Panti
Asuhan
ditinjau dari Harga Diri. Skripsi.
Semarang: Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata.
Simbolisme, Diri, dan Masyarakat.
Bandung: Jalasutra.
Tiara, C. (2013). Citra Tubuh dan Bentuk
Perempuan Ideal di Masyarakat.
Rini, F. Jacinta. (2004). Mencemaskan
Penampilan.
Synnott, Anthony. (2003). Tubuh Sosial:
Diunduh
dalam
http://www.e-psikologi.com. Diakses
pada tanggal 24 Juli 2014 pukul
Jurnal Tingkat Sarjana Bentuk Seni
Rupa dan Desain Vol. 2, No.1. 1-3.
Bandung: ITB.
Wirakusumah, E. (1994). Cara Aman Dan
14
Efektif Menurunkan Berat Badan.
Jakarta:
Utama.
PT
Gramedia
Pustaka
1
PERAN PROFESI MODEL DAN BUKAN MODEL TERHADAP HUBUNGAN
ANTARA PERSEPSI BENTUK TUBUH IDEAL DAN KEPERCAYAAN DIRI
Maria Rawisari Putri
mariarawisariputri@gmail.com
Ika Herani
Thoyyibatus Sarirah
Program Studi Psikologi, FISIP Universitas Brawijaya
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan
antara persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri. Variabel X penelitian ini adalah persepsi bentuk
tubuh ideal, variabel Y penelitian adalah kepercayaan diri, dan variabel Moderator adalah profesi model
dan bukan model. Subjek yang digunakan sebanyak 70 individu dengan usia rata-rata 15 tahun sampai
dengan 18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Alat
pengumpul data berupa kuesioner yang menggunakan skala Likert. Analisis data menggunakan teknik
statistik Analisis Moderasi Sederhana Hayes dengan bantuan program SPSS 20.0 for Windows. Hasil
analisis data diperoleh nilai (p) yang signifikan pada hubungan persepsi bentuk tubuh ideal dan
kepercayaan diri sebesar 0.0059 (p < 0.05). Pada peran profesi model dan bukan model terhadap
kepercayaan diri diperoleh nilai (p) yang tidak signifikan yaitu sebesar 0.075 (p > 0.05). Selain itu, hasil
analisis data pada peran profesi model dan bukan model terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh
ideal dan kepercayaan diri diperoleh hubungan yang signifikan yaitu sebesar 0.049 (p < 0.05).
Kata Kunci : Persepsi Bentuk Tubuh Ideal, Kepercayaan Diri, Model dan Bukan Model.
This research was conducted to determine the role profession as model and not the model against the
relationship between the perception of the ideal body shape and self confidence. Variabel X of this
research is the perception of the ideal body shape, variabel Y of this research is the self confidence, and
variabel Moderation of this research is profession model and not a model. Subject of the research uses 70
people with an average age of 15 to 18 years old. Sampling techniques of the research uses purposive
sampling. Data collection of the study is a questionnaire, which uses Likert Scale. Data analysis of the
study uses techniques of statical techniques of Analysis Moderation Hayes by the following of program
SPSS 20.0 for Windows. Results of data analysis obtained by value (p) is significant in a relation of
perceptions of the ideal body shape and self confidence of 0.0059 (p < 0.05). In the role profession as
model and not the model against the self confidence the value (p) is not significant in the amount of 0.075
(p > 0.05). In addition, the data analysis on the role profession as model and not the model of the
relationship between the perception of the ideal body shape and self confidence gained significant
relationship that is equal to 0.049 (p < 0.05).
Keywords : The Perception of The Ideal Body Shape, Self Confidence, Model and Not a Model
3
satu faktor yang mendukung kepercayaan diri
LATAR BELAKANG
adalah daya tarik fisik, di mana individu akan
Dalam kehidupan bermasyarakat,
lebih percaya diri apabila memiliki fisik yang
kepercayaan diri sangat diperlukan oleh
sempurna. Individu tertentu seringkali merasa
2
bahwa keadaan fisiknya tidak sesuai dengan
individu untuk dapat bersosialisasi dengan
lingkungan. Tanpa adanya kepercayaan diri
akan banyak menimbulkan masalah pada diri
individu. Dengan adanya kepercayaan diri,
individu memiliki perasaan diterima dan
didukung
oleh
lingkungan
sosial,
serta
standar bentuk tubuh ideal, maka individu
tersebut akan merasa memiliki kekurangan
pada fisik atau penampilannya, meskipun
mungkin bagi individu lain sudah dianggap
potensi
menarik secara fisik (Siswanti, 2010).
Ketidakpuasan pada bentuk tubuh dapat
dirinya (Ghufron, 2011). Brenche dan Amich
menyebabkan individu merasa tidak percaya
(Patriani,
bahwa
diri, memiliki konsep diri yang kurang baik,
kepercayaan diri merupakan suatu perasaan
dan harga diri yang rendah (Asri & Setiasih,
cukup aman dan tahu tentang sesuatu yang
2004). Individu yang mempunyai kepercayan
dibutuhkan
individu
diri rendah lebih mudah menyerah dan tidak
sehingga tidak perlu membandingkan dirinya
dapat bebas mengekspresikan perasaannya
dengan individu lain.
Selain itu menurut Lautser (Alsa, 2006)
(Sari, 2006). Hal ini sejalan dengan teori
mampu
mengaktualisasi
2006)
dalam
segala
menyatakan
kehidupan
kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau
perasaan yakin atas kemampuan sendiri
sehingga individu yang bersangkutan tidak
terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat
bebas melakukan hal-hal yang disukai dan
bertanggung jawab atas segala perbuatan yang
dilakukan. Menurut Sari (2007) terdapat lima
Centi
(1997)
yang
mengatakan
bahwa
individu yang menerima dan puas dengan
keadaan dan penampilan fisiknya, pada
umumnya memiliki kepercayaan diri yang
lebih tinggi daripada mereka yang tidak.
Pendapat tersebut membuat pandangan bagi
sebagian besar perempuan bahwa memiliki
aspek yang membentuk kepercayaan diri,
bentuk tubuh ideal adalah suatu impian.
Menurut Insintos (Bani, 2002) ukuran
antara lain 1) optimis, 2) mandiri, 3) sportif,
tubuh yang ideal identik dengan langsing, jika
4) tidak takut, dan 5) mudah menyesuaikan
individu memiliki tubuh langsing berarti
diri.
memiliki tubuh yang indah, antara lain
Perkembangan kepercayaan diri individu
salah satunya dipengaruhi oleh penampilan
fisik. Hal ini sejalan dengan pendapat Harter
(Santrock, 2003) mengatakan bahwa salah
ditandai dengan perut yang rata, pinggang
yang tidak berlipat, paha dan betis yang
kencang,
dan
pergelangan
tangan
yang
berukuran sedang (untuk perempuan 13.97-
16.51 cm dan untuk laki-laki 16.51-17.78
4
Wirakusumah (1994) bentuk tubuh ideal
cm). Oleh karena itu, untuk bisa mewujudkan
adalah ukuran tubuh yang tidak terlalu kurus
impian tersebut individu berusaha keras
dan tidak terlalu gemuk, dan terlihat serasi
menjadikan ukuran tubuhnya menjadi ideal.
antara berat dan tinggi badan.
Persepsi bentuk tubuh ideal adalah proses
Penelitian Briawan (2008) menyatakan bahwa
72% perempuan mempunyai persepsi bahwa
bentuk tubuhnya masih belum ideal, dan
kebanyakan
merasa
dirinya
kegemukan.
Persepsi terhadap bentuk tubuh ideal dapat
mendatangkan pengaruh yang cukup besar,
persepsi ini
akan
mempengaruhi
upaya
pencapaian tubuh ideal.
Menurut Birtchnell et. al. (Myers &
Biocca, 1992) bentuk tubuh ideal perempuan
dalam masyarakat secara umum berangsurangsur menjadi semakin kurus dan tidak
masuk akal, telah menyebabkan perempuan
memiliki perkiraan yang berlebihan terhadap
berat tubuhnya. Bentuk tubuh ideal diartikan
sebagai bentuk dan ukuran tubuh yang dinilai
sempurna dan paling diinginkan oleh individu
(Bestiana, 2012). Menurut Honigman dan
Castle (Rini, 2004) citra tubuh merupakan
gambaran
yang
dimiliki
individu
serta
penilaian individu lain tentang penampilan
fisik
bentuk
tubuhnya.
Jadi,
dapat
disimpulkan bahwa persepsi bentuk tubuh
ideal adalah salah satu komponen dari citra
tubuh.
Persepsi tubuh ideal tidak hanya berbedabeda antara individu atau kelompok yang satu
dengan yang lain, namun juga dapat berubah
setiap waktu (Bestiana, 2012). Menurut
Lighstone (Siswanti, 2010) tubuh ideal adalah
persepsi, imajinasi, emosi dan sensasi fisik
individu dari dan terhadap tubuhnya. Menurut
di mana individu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensori yang
berkaitan dengan bentuk tubuh ideal terhadap
lingkungan
sekitarnya
(Natalia,
2011).
Menurut Natalia (2011) terdapat tiga aspek
persepsi bentuk tubuh ideal antara lain 1)
kognisi, 2) proses belajar, dan 3) proses
pemecahan masalah.
Tuntutan akan bentuk tubuh ideal
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor sosial, ekonomi, ekologi, dan budaya
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi
persepsi tubuh ideal yang dianut oleh
masyarakat (Bakhshi, 2008). Pada negara
dengan budaya yang lebih maju, bentuk tubuh
ideal
diasosiasikan
dengan
kebahagiaan,
kesuksesan, kemudahan, dan penerimaan
sosial. Bentuk tubuh yang dianggap ideal
berubah-ubah sesuai dengan zaman dan kultur
budaya dalam suatu masyarakat (Tiara, 2013).
Bentuk tubuh ideal yang saat ini menjadi
standar ideal di masyarakat adalah bentuk
tubuh seperti yang dimiliki oleh para model
(Tiara, 2013). Karena itu profesi sebagai
model memberikan ekspektasi tinggi pada
perempuan
Dengan
terhadap
adanya
mengakibatkan
tubuhnya
tuntutan
sendiri.
profesi
munculnya
ini
rasa
ketidakpuasan akan tubuh dan keinginan
untuk terus mencapai bentuk tubuh yang ideal
(Tiara, 2013). Standar ideal tersebut akan
mempengaruhi
persepsi,
penilaian
dan
penghargaan
terhadap
tubuh
yang
dimilikinya.
Perempuan yang langsing seperti para
model, seringkali digambarkan sebagai sosok
yang bahagia dan memiliki segala hal yang
diinginkan oleh kebanyakan perempuan, yaitu
pasangan yang tampan, teman-teman yang
baik hati dan rela berkorban untuknya,
kehidupan yang menyenangkan dan tidak
5
profesi yang sama dengan profesi lainnya,
tetapi bergerak dalam usaha menjual jasa
bidang busana, foto model dan periklanan.
Model yang dimaksud bukan hanya model
yang memperagakan busana di atas panggung,
tetapi juga model yang tampil di media cetak
ataupun media televisi. Menjaga bentuk tubuh
dan kondisi tubuh sangat penting dilakukan
pernah membosankan, karir yang sukses, dan
terutama bagi model.
Keinginan untuk memilki bentuk tubuh
kesehatan
2012).
ideal bukan hanya pada individu yang
Menurut Sanggarwaty (2003) yaitu model
berprofesi sebagai model saja, namun juga
merupakan suatu profesi yang sama dengan
pada bukan model. Menurut Eliana (2011)
profesi lainnya tetapi bergerak dalam usaha
berbagai usaha dilakukan individu baik yang
menjual jasa bidang busana, foto model dan
berprofesi sebagai model maupun bukan
periklanan. Hal yang sama juga dikemukakan
model
oleh Asokawati (Sanggarwaty, 2003) bahwa
mempertahankan bentuk tubuhnya sesuai
model adalah individu yang berprofesi dalam
keinginannya, mulai dari olahraga, diet ketat
dunia fashion, pertunjukan, foto model dan
bahkan sampai mengalami gangguan makan
dunia periklanan.
Individu yang berprofesi sebagai model
(eating disorders).
Demi mendapatkan penampilan yang
dituntut tidak hanya memiliki penampilan
menarik, mereka rela mengabaikan kesehatan
yang menarik, namun juga harus memiliki
tubuhnya. Menurut Amalia (2007) setiap
kemampuan
mampu
individu memiliki gambaran diri ideal seperti
menghadapi persaingan di dunia modeling.
apa yang diinginkannya, termasuk bentuk
Hal ini membuat tidak sedikit model yang
tubuh ideal seperti apa yang dimilikinya.
berhasil sukses hingga kancah internasional.
Tubuh menjadi simbol utama diri, sekaligus
Dari segi fisik, model harus memiliki
masyarakat (Synnott, 2003). Hal ini membuat
kelebihan secara fisik seperti rambut yang
sebagian besar perempuan membandingkan
indah, ukuran tubuh yang ideal, berat badan
tubuhnya dengan visual tubuh ideal dalam
ideal, kulit yang lembut, kulit bebas jerawat,
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang sudah
yang
baik
(Bestiana,
intelektual
agar
dan beberapa ciri fisik lainnya (Sanggarwaty,
2003).
Dunia model di Indonesia sudah semakin
maju
dan
membutuhkan
model
untuk
merubah
ataupun
dijelaskan, penelitian ini berttujuan untuk
mengetahui apakah profesi model dan bukan
yang
model menjadi moderasi terhadap hubungan
profesional (Sanggarwaty, 2003). Menurut
antara persepsi bentuk tubuh ideal dan
Sanggarwaty (2003) model merupakan suatu
kepercayaan diri. Dengan adanya penelitian
ini dapat diketahui secara mendetail apakah
6
Metode pengumpulan data dalam
terdapat peran profesi model dan bukan
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
model terhadap hubungan antara persepsi
skala. Skala yang digunakan adalah skala
bentuk tubuh ideal dan kepercayaan diri.
METODE PENELITIAN
persepsi bentuk tubuh ideal dan skala
Desain Penelitian
ideal menggunakan skala yang sudah pernah
kepercayaan diri. Skala persepsi bentuk tubuh
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
korelasional yaitu penelitian yang bertujuan
untuk melihat hubungan antara satu variabel
dengan variabel lain (Arikunto, 2010).
digunakan sebelumnya berdasarkan penelitian
Natalia (2011) dengan dimensi persepsi
bentuk tubuh ideal menurut Indrawidjaya
(1986) yaitu 1) kognisi, 2) proses belajar, 3)
proses pemecahan masalah. Setelah dilakukan
penelitian oleh peneliti didapatkan reliabilitas
sebesar 0.731, dengan nilai koefisien korelasi
Partisipan Penelitian
berada diantara 0.260-0.554.
Populasi dalam penelitian ini adalah
Skala kepercayaan diri juga
remaja putri di kota Malang. Teknik sampling
menggunakan skala yang sudah pernah
yang digunakan adalah purposive sampling.
digunakan sebelumnya berdasarkan penelitian
Jumlah keseluruhan sampel dari penelitian ini
Sari (2006) dengan dimensi kepercayaan diri
adalah sebanyak 70 subjek, dengan masing-
menurut Anthony (1992) yaitu 1) optimis, 2)
masing 35 subjek yang berprofesi sebagai
mandiri, 3) sportif, 4) tidak takut, dan 5)
model dan 35 subjek yang bukan model.
mudah menyesuaikan diri. Setelah dilakukan
Karakteristik
yang
penelitian oleh peneliti didapatkan reliabilitas
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
sebesar 0.865, dengan nilai koefisien korelasi
kriteria memiliki rentang usia dari 15 tahun
berada diantara 0.219-0.576.
subjek
penelitian
Skala yang digunakan dalam penelitian
sampai dengan 18 tahun.
Peneliti menggunakan try out terpakai
ini dirancang menggunakan metode skala
pada penelitian ini karena terbatasnya jumlah
Likert dengan empat kategori pilihan, yaitu
subjek penelitian yang berprofesi sebagai
Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju
model pada rentang usia 15 tahun sampai
(TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS). Jenis
dengan 18 tahun. Pada metode try out
aitem yang digunakan dalam penelitian ini
terpakai, penyebaran skala atau pengambilan
terdapat dua macam, yaitu favourable dan
data hanya dilakukan satu kali saja. Subjek
unfavourable.
yang telah digunakan untuk data uji coba juga
pilihan STS mendapat skor 1, pilihan TS
akan digunakan sebagai data penelitian.
mendapat skor 2, pilihan S mendapat skor 3,
Untuk
aitem
favourable,
dan pilihan SS mendapat skor 4. Sebaliknya,
Data Penelitian
untuk
aitem
unfavourable, pilihan
STS
mendapat skor 4, pilihan TS mendapat skor 3,
7
standar deviasinya sebesar 10.12. Sedangkan
pilihan S mendapat skor 2, dan pilihan SS
mean pada subjek bukan model adalah
mendapat skor 1.
sebesar 90.89 dan standar deviasinya sebesar
Selanjutnya, metode analisis data yang
digunakan
dalam
penelitian
adalah
Peneliti melakukan analisis bootstrap
menggunakan analisis moderasi sederhana
moderasi sederhana (Hayes, 2012) dengan
Hayes dengan metode resampling bootstrap.
resampling sejumlah 5.000 kali dengan
Bootstrap
berbasis
interval kepercayaan koreksi bias 95 %.
resampling (pengambilan sampel berulang)
Analisis ini dilakukan untuk menguji tiga
dengan syarat pengembalian data dengan
hipotesis, yaitu (a) terdapat hubungan antara
harapan sampel tersebut mewakili populasi
persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan
sebenarnya (IBM, 2011).
diri, (b) terdapat peran profesi model dan
merupakan
ini
9.47.
metode
Kelebihan utama bootstrap adalah
bukan model terhadap kepercayaan diri, (c)
bersifat bebas asumsi dan dapat menghasilkan
terdapat peran profesi model dan bukan model
kekuatan penelitian yang lebih besar. Hal ini
terhadap hubungan antara persepsi bentuk
dilakukan dengan resampling yang dilakukan
tubuh ideal dan kepercayaan diri.
sejumlah ribuan kali dengan menggunakan
distribusi empiris. Hasil dari analisis ini
digunakan untuk menguji hipotesis dari
penelitian
sehingga
dapat
dijadikan
kesimpulan akhir dari penelitian. Perhitungan
analisis
moderasi
sederhana
Hayes
ini
dilakukan dengan bantuan program SPSS
Statistics 20 for Windows.
HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka didapatkan hasil bahwa
mean variabel persepsi bentuk tubuh ideal
pada subjek model sebesar 29.54 dan standar
deviasinya sebesar 4.29. Sedangkan mean
pada subjek bukan model adalah sebesar
27.31 dan standar deviasinya sebesar 3.98.
Selain itu,
mean variabel kepercayaan diri
pada subjek model adalah sebesar 94.89 dan
Tabel 1. Hubungan Antara Persepsi Bentuk
Tubuh Ideal dan Kepercayaan Diri
Variabel
Persepsi
Bentuk
Tubuh Ideal
dan
Kepercayaa
n Diri
B
se
p
2.35 0.82 0.0059
Signifikans
i
Signifikan
Hasil dari tabel 1 menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara persepsi bentuk
tubuh ideal dan kepercayaan diri. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai B (koefisien) = 2.35, se
= 0.82, dan (p) = 0.0059, dimana nilai (p) <
0.05 maka terdapat hubungan yang signifikan
antara persepsi bentuk tubuh ideal dan
kepercayaan diri.
8
Tabel 2. Peran Profesi Model dan Bukan
Model terhadap Kepercayaan Diri
Variabel
B
se
p
Profesi Model
dan Bukan
Model
terhadap
Kepercayaan
Diri
27.76
15.34
0.075
Signifikansi
Tidak
Signifikan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
antara persepsi bentuk tubuh ideal dan
kepercayaan diri. Hal ini sejalan dengan
pendapat Harter (Santrock, 2003) yang
mengatakan bahwa salah satu faktor yang
mendukung
Hasil dari tabel 2 menunjukkan bahwa tidak
terdapat peran profesi model dan bukan model
terhadap kepercayaan diri. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai B (koefisien) = 27.76, se = 15.34, dan
(p) = 0.075, dimana nilai (p) > 0.05 maka tidak
terdapat peran profesi model dan bukan model
yang signifikan terhadap kepercayaan diri.
Tabel 3. Peran Profesi Model dan Bukan
Model terhadap Hubungan Antara Persepsi
Bentuk Tubuh Ideal dan Kepercayaan Diri
Variabel
DISKUSI
B
se
p
Signifikansi
kepercayaan
diri
individu
adalah daya tarik fisik, di mana individu
akan lebih percaya diri apabila memiliki
fisik yang sempurna. Seringkali individu
tertentu merasa bahwa keadaan fisiknya
tidak sesuai dengan standar bentuk tubuh
ideal, maka individu tersebut akan merasa
memiliki
kekurangan
pada
fisik
atau
penampilannya, meskipun mungkin bagi
individu lain sudah dianggap menarik secara
fisik (Siswanti, 2010).
Ketidakpuasan pada bentuk tubuh dapat
menyebabkan individu merasa tidak percaya
diri, memiliki konsep diri yang kurang baik,
Persepsi
Bentuk
-1.07
Tubuh
Ideal dan
Kepercaya
an Diri
0.53
0.049
Signifikan
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa
terdapat peran profesi model dan bukan model
terhadap hubungan antara persepsi bentuk tubuh
ideal dan kepercayaan diri. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai B (koefisien) = 1.07, se = 0.53, dan (p)
= 0.049, dimana nilai (p) < 0.05. Nilai (p) yang
dihasilkan adalah signifikan karena (p) < 0.05.
dan harga diri yang rendah (Asri & Setiasih,
2004).
Individu
yang
mempunyai
kepercayan
diri
rendah
lebih
mudah
menyerah
dan
tidak
dapat
bebas
mengekspresikan perasaannya (Sari, 2006).
Namun pendapat Centi (1997) mengatakan
bahwa individu yang menerima dan puas
dengan keadaan dan penampilan fisiknya,
pada umumnya memiliki kepercayaan diri
yang lebih tinggi daripada mereka yang
tidak.
Pendapat
tersebut
membuat
pandangan bagi sebagian besar perempuan
bahwa memiliki bentuk tubuh ideal adalah
9
suatu hal yang penting untuk menunjang
kepercayaan dirinya.
Berdasarkan peran profesi model dan
segala potensi dirinya (Ghufron, 2011).
Apabila dilihat berdasarkan peran
profesi model dan bukan model terhadap
bukan model terhadap kepercayaan diri,
hubungan antara persepsi bentuk tubuh ideal
didapatkan hasil bahwa tidak terdapat peran
dan kepercayaan diri, didapatkan hasil
profesi
terhadap
bahwa terdapat peran profesi model dan
kepercayaan diri. Hal ini karena individu
bukan model terhadap hubungan antara
yang berprofesi sebagai model dan bukan
persepsi bentuk tubuh ideal dan kepercayaan
model tidak memiliki masalah dengan
diri. Hal ini didukung dengan pendapat
kepercayaan diri. Selain itu, profesi sebagai
Daphne (1998) yang menyatakan bahwa
model
tidak
model memiliki persepsi bentuk tubuh ideal
mempengaruhi kepercayaan diri individu
yang tinggi, sedangkan individu yang bukan
karena individu tersebut tidak mengalami
model memiliki persepsi bentuk tubuh ideal
kekurangan secara fisik. Individu yang
yang rendah. Sehingga menurut pendapat
berprofesi sebagai model dan bukan model
Siswanti
merasa nyaman dan puas dengan bentuk
persepsi bentuk tubuh ideal ini akan
tubuh yang dimilikinya (Eliana, 2011).
mendatangkan pengaruh bagi kepercayaan
Sehingga hal ini membuat profesi model dan
diri individu.
Peran profesi model dan bukan model
model
dan
dan
bukan
model
model
bukan model tidak memiliki pengaruh
terhadap kepercayaan diri individu.
Meskipun individu yang berprofesi
(2010),
pandangan
mengenai
mempengaruhi persepsi bentuk tubuh ideal
dan
kepercayaan
diri.
Individu
yang
sebagai model dan bukan model memiliki
berprofesi sebagai model, memiliki persepsi
persepsi bentuk tubuh ideal yang berbeda-
terhadap bentuk tubuh ideal yang tinggi dan
beda,
tidak
memiliki keyakinan bahwa tubuh ideal
mempengaruhi kepercayaan dirinya karena
merupakan suatu hal yang penting bagi
individu mampu untuk mempersepsi bentuk
dirinya (Natalia, 2011). Tuntutan profesi
tubuhnya dengan tepat (Daphne, 1998).
sebagai model membuat individu jadi lebih
Selain itu, hal ini juga sesuai dengan
mengutamakan
pendapat Brenche dan Amich (Patriani,
individu pada umumnya. Hal ini sejalan
2006) yang menyatakan bahwa kepercayaan
dengan
diri merupakan suatu perasaan cukup aman
menyatakan bahwa bentuk tubuh ideal yang
dan tahu tentang sesuatu yang dibutuhkan
menjadi tuntutan profesi sebagai model
dalam kehidupan individu sehingga tidak
memberikan
perlu
perempuan terhadap tubuhnya sendiri.
Profesi sebagai model dituntut untuk
namun
hal
membandingkan
tersebut
dirinya
dengan
individu lain. Dengan kepercayaan diri,
maka
individu
mampu
mengaktualisasi
penampilan
pendapat
Tiara
ekspektasi
daripada
(2013)
tinggi
yang
pada
menjaga kebugaran, bahkan bisa dikatakan
bahwa tubuh merupakan modal utama
(Sanggarwaty, 2003. Para model perempuan
semua
individu
biasanya memiliki tubuh yang kurus, relatif
perubahan fisik.
akan
melalui
10
masa
rata dan tidak berbentuk (McCabe &
Munculnya persepsi bentuk tubuh ideal
Ricciardelli, 2001). Meskipun individu yang
dalam diri individu tidak terlepas dari peran
berprofesi sebagai model merasa tidak puas
media massa dalam menciptakan bentuk
terhadap bentuk tubuhnya, namun mereka
tubuh ideal yang dianut oleh masyarakat
tetap memiliki kepercayaan diri tinggi.
(Myers & Biocca, 1992). Hernita (2006)
Individu tersebut tidak mengalami gangguan
mengemukakan
persepsi dan merasa bahwa bentuk tubuhnya
standar tubuh ideal yang terus menerus
menjadi
masyarakat,
dipaparkan oleh media berdampak bagi para
sehingga individu mampu mempersepsi
perempuan di berbagai belahan dunia,
bentuk tubuhnya dengan tepat sehingga
termasuk Indonesia. Media menyampaikan
tetap memiliki kepercayaan diri yang tinggi
pesan-pesan
(Daphne, 1998).
perempuan langsing itu cantik, dan cantik
standar
ideal
di
Selain itu pada individu bukan model,
sebagian besar dari individu tersebut sudah
merasa puas dan nyaman dengan bentuk
tubuh yang dimiliki. Kenyamanan terhadap
bentuk tubuh dapat membuat individu lebih
mudah bersosialisasi dengan lingkungan
serta dapat meningkatkan rasa percaya diri
(Sari,
2006).
Individu
yang
memiliki
kepercayaan diri tinggi tidak akan terlalu
berorientasi pada penampilan diri semata,
karena
individu
merasa
yakin
atas
kemampuan dan potensi dirinya pada hal-hal
yang
lain
serta
mampu
menerima
kekurangan yang ada tanpa perlu merasa
kecewa, malu, dan rendah diri (Siswanti,
2010). Hal ini sejalan dengan pendapat
Hurlock (2002) yang menyatakan bahwa
individu yang menerima perubahan fisik
pada dirinya, menganggap hal tersebut
merupakan sesuatu yang wajar karena
itu
baik
bahwa
kepada
(Bestiana,
perkembangan
masyarakat
2012).
bahwa
Sehingga
pengaruh media membuat individu memiliki
keinginan untuk memiliki bentuk tubuh
ideal.
Individu yang puas dengan keadaan
dan penampilan fisiknya, pada umumnya
memiliki kepercayaan diri lebih tinggi
(Ghufron, 2011). Kepercayaan diri sangat
diperlukan
oleh
individu
untuk
dapat
bersosialisasi dengan lingkungan. Tanpa
adanya
kepercayaan
diri
akan
banyak
menimbulkan masalah pada diri individu.
Dengan adanya kepercayaan diri, individu
memiliki perasaan diterima dan didukung
oleh lingkungan sosial (Ghufron, 2011).
Hasil yang diperoleh dari pengujian
hipotesis antara dua variabel menunjukkan
bahwa sumbangan efektif variabel persepsi
bentuk tubuh ideal terhadap kepercayaan
diri individu yang berprofesi sebagai model
dan bukan model yaitu sebesar 4.86 % dan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar
95.14 % yang tidak diteliti dalam penelitian
11
dalam penelitian untuk mengurangi bias
ini. Faktor-faktor tersebut antara lain seperti
pengukuran.
citra tubuh, konsep diri, harga diri, dan
Bagi subjek model sebaiknya mampu
penerimaan diri. Hasil dari penelitian ini
menyadari
bahwa
bentuk
tubuh
yang
menjelaskan bahwa terdapat peran profesi
dimilikinya adalah bentuk tubuh yang
model dan bukan model terhadap hubungan
menjadi panutan di masyarakat, dengan
antara persepsi bentuk tubuh ideal dan
begitu individu yang berprofesi sebagai
kepercayaan diri.
model lebih mampu untuk menghargai dan
menjaga bentuk tubuhnya. Kemudian bagi
KESIMPULAN
subjek bukan model sebaiknya mampu
Berdasarkan penelitian yang telah
untuk memandang dirinya secara positif
dilakukan, keterbatasan dari penelitian ini
sehingga terhindar dari rasa tidak puas dan
yaitu : 1) menggunakan try out terpakai, 2)
tidak perlu membandingkan bentuk tubuh
faktor kelelahan, dan 3) kemungkinan
yang dimiliki dengan individu lain.
faking good.
Selain itu, berdasarkan hasil analisis
REFERENSI
data, diperoleh tiga kesimpulan yaitu : 1)
terdapat hubungan antara persepsi bentuk
Alsa, Asmadi. (2006). Hubungan Antara
tubuh ideal dan kepercayaan diri, 2) tidak
Dukungan Sosial Orang Tua Dengan
terdapat peran profesi model dan bukan
Kepercayaan
model terhadap kepercayaan diri, 3) terdapat
Penyandang Cacat Fisik. Jurnal
peran profesi model dan bukan model
Psikologi
terhadap hubungan antara persepsi bentuk
Semarang: Universitas Islam Sultan
tubuh ideal dan kepercayaan diri.
Agung.
Diri
Vol.
1,
Remaja
No.1.
3-6.
Amalia, L. (2007). Citra tubuh (Body
SARAN
Bagi peneliti selanjutnya dapat
mengganti
subjek
penelitian
misalnya
remaja laki-laki yang berprofesi sebagai
model maupun bukan model, sehingga akan
Image) Remaja Perempuan. Jurnal
Musawa.
Vol.
5,
No.
4.
4-7.
Ponorogo: STAIN Ponorogo.
Anthony,
Robert.
(1992).
Rahasia
didapatkan hasil penelitian yang lebih
Membangun
beragam antar jenis kelamin yang berbeda.
(Terjemahan Rita Wiryadi). Jakarta:
Selain
Bina Rupa Aksara.
itu
sebaiknya
peneliti
lebih
Kepercayaan
Diri,
memperhatikan tata bahasa dalam aitemaitem pada skala yang akan digunakan
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian:
Suatu
Pendekatan
Praktik (Edisi Revisi). Jakarta:
12
Pangan dan Status Gizi dengan Body
Rineka Cipta.
Image Pada Remaja di Bogor. Jurnal
Asri, D.N. & Setiasih. (2004). Penerapan
Metode Akupuntur
pada Wanita
Penyandang Obesitas. ANIMA. Vol.
19,
No.3.
Fakultas
286-296.
Psikologi
Surabaya:
Universitas
Gizi Indonesia Vol. 31, No.1. 16-20.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Centi. (1997). Mengapa Rendah Diri. Alih
bahasa: A.M Hardjana. Yogyakarta:
Kanisius.
Surabaya.
Daphne,
Amanda.
(1998).
Perbedaan
Bakhshi, Savita. (2008). Women’s Body
Kepuasan Citra Tubuh Remaja putri
Image and the Role of Culture: A
yang Berprofesi sebagai Model dan
Review of the Literature. Europe’s
yang
Journal of Psychology. Vol. 2, No. 7.
Model. Skripsi. Jakarta: Fakultas
377-384.
Psikologi Universitas Indonesia.
London:
London
Tidak
Berprofesi
sebagai
Metropolitan University.
Eliana, R. (2011). Gambaran Body Image
Bani, F. (2002). Studi Tentang Persepsi
pada
Model.
Skripsi.
Mahasiswa Terhadap Tubuh Ideal
Fakultas
dan Hubungannya dengan Upaya
Sumatera Utara.
Pencapaiannya.
Skripsi.
Jurusan
Masyarakat
Gizi
Sumberdaya
Keluarga
dan
Fakultas
Bestiana, Desi. (2012). Citra Tubuh dan
Tubuh
FISIP
Ideal
Universitas
Universitas
Bogor:
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Konsep
Psikologi
Medan:
Mahasiswi
Airlangga
Surabaya. Jurnal Antro Unair Vol.1,
No.1. 1-9. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Ghufron, N.M.,& Risnawita. S. R. (2011).
Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Arruzz Media.
Hernita. (2006). Tubuh Perempuan yang
Menjadi
Soal.
Diunduh
dalam
http://www.sekitarkita.com. Diakses
pada tanggal 16 Maret 2014 pukul
19:04.
Hurlock,
E.B.
(2002).
Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan
Brewis, A. Alexandra. (2011). Obesity:
Cultural
and
Perspectives.
London:
Biocultural
Sepanjang
Rentang
Kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Rutgers
University Press.
Briawan, D. (2008). Hubungan Konsumsi
IBM. (2011). IBM SPSS Bootstrapping 20.
New York: IBM Corporation.
13
Indrawidjaya, A.T. (1986).
Perilaku
15:24.
Organisasi. Bandung: Sinar Baru.
Marasabessy N. (2006). Hubungan Ukuran
Sanggarwaty, R. (2003). Kiat Menjadi
Tubuh Aktual dan Ekspose Media
Model
Massa
Gramedia Pustaka Utama.
Terhadap
Body
Image
Mahasiswa Putra dan Putri IPB.
Skripsi.
Bogor:
Masyarakat
Program
dan
Studi
Sumberdaya
Keluarga Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Profesional.
Jakarta:
Santoso, 2005. Metodologi Penelitian
Kuantitatf dan Kualitatif, Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Santrock, John.W. (2003). Adolescence:
Myers, Phillip N. & Biocca, Frank A.
(1992). The Elastic Body Image: The
Perkembangan
Remaja.
Jakarta:
Erlangga.
Effect of Television Advertising and
Programming
Distorsions
on
in
Body
Young
Image
Women.
Sari, Dian Mustika. (2006). Kepercayaan
Diri
Remaja
Journal of Communication Vol 42,
ditinjau
No.3.
Skripsi.
108-133.
Chapel
Hill:
Dari
yang
Overweight
Dukungan
Semarang:
Sosial.
Fakultas
Psikologi Unika Soegijapranata.
University of North Carolina.
Natalia, Marsyela. (2011). Motivasi Diet
Siswanti, Kristiasari Pasaribu. (2010).
pada Remaja Putri Ditinjau dari
Kepercayaan Diri pada Remaja Putri
Persepsi Terhadap Bentuk Tubuh
Ditinjau dari Body Image. Skripsi.
Ideal. Skripsi. Semarang: Fakultas
Semarang: Fakultas Psikologi Unika
Psikologi Unika Soegijapranata.
Soegijapranata.
Patriani, I.I. (2006). Kepercayaan Diri pada
Remaja
Penghuni
Panti
Asuhan
ditinjau dari Harga Diri. Skripsi.
Semarang: Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata.
Simbolisme, Diri, dan Masyarakat.
Bandung: Jalasutra.
Tiara, C. (2013). Citra Tubuh dan Bentuk
Perempuan Ideal di Masyarakat.
Rini, F. Jacinta. (2004). Mencemaskan
Penampilan.
Synnott, Anthony. (2003). Tubuh Sosial:
Diunduh
dalam
http://www.e-psikologi.com. Diakses
pada tanggal 24 Juli 2014 pukul
Jurnal Tingkat Sarjana Bentuk Seni
Rupa dan Desain Vol. 2, No.1. 1-3.
Bandung: ITB.
Wirakusumah, E. (1994). Cara Aman Dan
14
Efektif Menurunkan Berat Badan.
Jakarta:
Utama.
PT
Gramedia
Pustaka