TERAPAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMAS

TERAPAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)
Oleh: Jalaluddin Rumi Prasad*

(*Ikatan Geografiwan Universitas Gadjah Mada)
I.

Management Support System (DSS dan EIS)
Abad 21 adalah abad di mana pemodelan interaksi, interelasi, dan interdependensi dalam
sebuah fenomena di dunia nyata sangat bergantung pada teknologi informasi/sistem informasi.
Dengan sistem informasi pembuat keputusan terhadap berbagai fenomena yang dihadapi dapat
membuat perencanaan, distribusi, mekanisme produksi, hingga hubungan antar organisasi
dilakukan secara lebih akurat. Sistem informasi juga dapat membantu penyelesaian masalah dan
dapat memberikan peluang untuk meraih keunggulan bersaing secara tepat waktu dan tepat
lokasi.
Tabel 1.
Fokus sistem informasi berdasarkan tipe
Type of Information System

Focus

Expert Systems


Knowledge – from experts

Decision Support Systems

Decision – interactive support

Executive Information Systems

Information – for executives

Management Information Systems

Information – for managerial end users

Transaction Processing Systems

Data – from business operations

Sistem informasi memiliki fokus terhadap fungsinya masing-masing (tabel 1). Sistem

informasi yang digunakan akan berbeda disetiap manajemen, fungsi, dan tanggung jawab
terhadap organisasi. Sebab, sebagai end-user (pemakai informasi) harus mempunyai
pengetahuian yang spesifik bagaimana sistem informasi mempengaruhi fungsional-fungsional
organisasi. Misalnya, manajer distribusi dan pemasaran sebuah produk harus mengetahui
bagaimana sistem informasi digunakan dalam aktivitas distribusi dan pemasaran. Sehingga
informasi yang diperoleh dari sistem informasi pemasaran sangat membantu dalam
pengambilan keputusannya.

Gambar 1. Tipe sistem informasi sebagai pendukung terhadap setiap hirarki manajemen

Gambar diatas memberikan gambaran bahwa dari setiap sistem informasi akan berbeda,
mengikuti hirarki manajemen organisasi berdasar fungsi dan peran manajemen masing-masing
di sebuah level sistem. Pertama, Support Operational System, mendukung level operasional
bisnis dan level operasional manajemen, terdiri dari tipe Enterprise Collaboration Systems,
Process Control System, Trancaction Processing Systems. Sistem ini melayani manajer
operasional dengan cara mencatat aktivitas transaksi di dalam organisasi. Biasanya data yang
tersedia harus dengan mudah didapat, akurat, dan belum kadaluarsa, contoh : Persediaan bahan
baku. Kedua, Support Management System, mendukung level taktikal manajemen, dan level
stategik manajemen, terdiri dari management Information Systems, Decision Support Systems,
Executive Information Systems. Sistem ini melayani manajer taktikal dan eksekutif dengan cara

memonitor, mengendalikan, mengambil keputusan. Data yang didapat berupa data berkala
mengenai suatu aktivitas, contoh : Penentuan harga jual produk.
Pada tabel (tabel 2) di bawah diperlihatkan spesifik tipe-tipe sistem informasi yang
dihubungkan pada tiap-tiap level pengguna (user) di dalam organisasi. Organisasi memiliki
Executive Information Systems (EIS) pada level stratejik, Management Information Systems (MIS)
dan Decision Support Systems (DSS) pada level manajemen, Enterprise Collaboration Systems
(ECS) pada operational level, dan Transaction Processing Systems (TPS) pada level operasional
bisnis. Tipe informasi ini akan secara khusus melayani setiap fungsi masing-masing area. Karena
itu tipe sistem yang didapat di dalam organisasi dirancang untuk pekerja, manajer di setiap level
dan informasi fungsional seperti sales, marketing, manufacturing, keuangan, akuntansi, dan
sumber daya manusia.
Tabel 2.
Pengguna dan sistem pada tipe sistem informasi
Tip
e

Input

EIS


Pengumpulan data; eksternal,
internal

Grafik, Simulasi,
interaktif

Proyeksi jawaban
pertanyaan

Manajer senior

DSS

Sejumlah data untuk
dianalisis; model2 analitik
dan alat2 bantu analisis

Interaktif, simulasi,
analisis


Laporan2 khusus,
analisis keputusan,
jawaban pertanyaan

Staf ahli, atau manajer

MIS

Rangkuman data; sejumlah
besar data, model2
sederhana

Laporan rutin, model2
sederhana, analisis
level rendah

Rangkuman dan
laporan akhir

Manajemen madya


ECS

Dokumen; jadwal

Pengolahan dokumen,
penjadwalan,
komunikasi

Dokumen, jadwal,
surat

Manajer, petugas administrasi

PCS

Spesifikasi desain robotic

Pemodelan, simulasi


Model-model grafis

Staf ahli, staf teknis

TPS

Transaksi;even-even

Pensortiran,
pengkombinasian,
pembaruan

Laporan rinci, daftar,
rangkuman

Personil operasi, pengawas,
supervisor

I.1. Decision Support Systems


Proses

output

User

Dengan mengerti komponen dan filosofis dari DSS memungkinkan untuk membicarakan
lebih rinci apa yang dimaksud dengan decision support. DSS dirancang untuk mendukung
masalah semistruktur dan analisa masalah tidak terstruktur. Masalah tidak terstruktur adalah
cerita tidak rutin, dimana tidak ada algoritma (rumus) untuk pemecahan masalah, sehingga tidak
dapat dipecahkan dengan suatu persamaan sedangkan masalah semistruktur berbagi antara
terstruktur dengan masalah tidak terstruktur. Masalah terstruktur adalah berulang-ulang dan
rutin untuk algoritma yang diketahui dan akan mendukung pemecahan masalah.
Saat ini informasi dapat dikumpulkan sebanyak mungkin melalui berbagai media yang
dimiliki, namun belum tentu dapat dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan pada waktu
yang tepat secara efisien dan efektif. Kemampuan mengambil keputusan yang cepat dan cermat
akan menjadi kunci keberhasilan dalam persaingan global di waktu mendatang, memiliki banyak
informasi saja tidak cukup, bila tidak mampu meramunya dengan cepat menjadi alternatifalternatif terbaik untuk pengambilan keputusan. Perkembangan teknologi informasi telah
memungkinkan pengambilan keputusan dilakukan secara lebih cepat dan cermat.
Decision Support Systems berfokus pada pengambilan keputusan dan memungkinkan

terjadinya komunikasi dan koordinasi antara berbagai bidang maupun tingkat manajemen.
Adapun dasar-dasar mengenai pengambilan keputusan dapat diuraikan sebagai berikut:


Pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi merupakan hasil suatu proses
komunikasi dan partisipasi yang terus dari keseluruhan organisasi.



Pendekatan dapat dilakukan melalui yang bersifat individual/kelompok,
sentralisasi/desentralisasi, partisipasi/tidak partisipasi, demokrasi/konsensus.



Persoalan pengambilan keputusan pada dasarnya adalah bentuk pemilihan dari berbagai
alternatif tindakan yang mungkin dipilih melalui mekanisme tertentu untuk
menghasilkan keputusan yang terbaik.




Penyusunan model keputusan adalah suatu cara untuk mengembangkan hubunganhubungan logika yang mendasari persoalan keputusan ke dalam suatu model matematis
yang mencerminkan hubungan yang terjadi antara faktor-faktor yang terlibat.

Pada dasarnya DSS merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem informasi manajemen
terkomputerisasi (Computerized management Information System) yang dirancang sedemikian
rupa seingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Interaktif dimaksudkan untuk memudahkan
integrasi antara berbagai komponen dalam proses pengambilan keputusan, seperti prosedur,
kebijakan, teknik analisis, serta pengalaman dan wawasan manajerial guna membentuk suatu
kerangka keputusan yang bersifat fleksibel.
DSS memiliki kapabilitas dialog untk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan,
output ditujukan untuk personil organisasi dalam semua tingkatan, memiliki subsistemsubsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi, sebagai kesatuan sistem,
membutuhkan struktur data yang komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi

seluruh tingkatan manajemen, pendekatan easy to use. DSS yang efektif adalah kemudahannya
untuk digunakan dan memungkinkan pemakai memilih pendekatan-pendekatan baru dalam
membahas masalah, kemampuan sistem beradaptasi secara cepat dapat menghadapi masalah
baru dan menangani dengan mengadaptasi perubahan yang terjadi.
Pada Suatu DSS terdapat 3 komponen dasar yang utama untuk menentukan kapablitas teknis
DSS yaitu :







User Interface Management (perangkat lunak penyelenggara dialog), → Software yang
memungkinkan user menggunakan database dan membuat model untuk mengolah
databasenya ataupun formula yang sesuai dengan keinginan user.
Model Management (manajemen basis model), → Suatu model adalah abstrak
representasi yang menggambarkan komponen atau hubungan dari fenomena. Suatu
model dapat menjadi phisic seperti model pesawat, suatu model matematika (seperti
suatu persamaan) atau suatu model verbal (seperti penjabaran prosedure untuk menulis
suatu pesanan).
Data Management (manajemen basis data), → DSS database adalah koleksi dari
database saat ini dan data historis dari beberapa aplikasi di dalam organisasi atau
kelompok untuk mudah diakses dengan aplikasi yang sesuai. Kemampuan yang
dibutuhkan dari manajemen database sebagai berikut:
- Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui pengambilan
dan ekstraksi data
- Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara cepat dan mudah
- Kemampuan untuk menggambarkan sruktur data logikal sesuai dengan pengertian
pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat menentukan
kebutuhan penambahan dan pengurangan.
- Kemampuan untuk menangani data secara personil sehingga pemakai dapat
mencoba berbagai alternatif pertimbangan personil
- Kemampuan untuk mengelola berbagai variasi data

I.2. Excecutive Information System (EIS)
EIS difokuskan terhadap penyediaan informasi sesuai dengan spesifikasi end-user, status
access terhadap penggunaan time series data untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) dan
penggunaan secara terintegrasi dari informasi eksternal untuk memberikan suatu konteks dari
model dunia yang sebenarnya terhadap data internal organisasi. Penerapan EIS yang berhasil
akan meminimalkan penggunaan laporan-laporan dalam bentuk hard-copy, namun tetap
memberikan informasi-informasi yang paling mutakhir kepada eksekutif. Adapun komponen
utama dari EIS, antara lain:


Sarana presentasi informasi yang memiliki fungsi untuk : Menyajikan data rutin dan
merinci suatu informasi (Drill-Down), Pemantauan kecenderungan (Trend), Laporan
pengecualian (exception Report), Multimedia analisa.





Sarana pembentukan keputusan (DSS), yang dapat membantu
menjelaskan penyimpangan yang terjadi, membentuk suatu model,
bersifat subyektif.
Sarana sistem permintaan secara multi dimensi dan time
mempermudah pembacaan informasi dan pengambilan keputusan
sudah dalam bentuk Matriks dan per periodik waktu.

eksekutif dalam
melihat hal yang
series, sehingga
karena informasi

Secara sederhana, EIS merupakan alat bantu pengambilan keputusan bagi level eksekutif
berdasarkan data yang diolah/analisis. Konsep-konsep dasar manajemen EIS;





Management by exception merupakan perbandingan antara kinerja yang dianggarkan
dan kinerja aktual, EIS bisa mengidentifikasikan pengecualian secara otomatis yang
membuatnya diperhatikan oleh eksekutif.
Peran utama EIS adalah membuat sintesa/sari dari informasi bervolume besar, sehingga
menghasilkan suatu gambaran/model mekanisme dari operasional perusahaan.
CSFs merupakan hasil analisis manajemen terhadap tujuan tertentu yang diajukan dalam
bentuk penetapan elemen kritis agar tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif.

Banyak faktor yang dibutuhkan untuk menentukan keberhasilan dari EIS, diantaranya komitmen
dari pemangku kebijakan, sumberdaya manusia, manajemen data, dan lain sebagainya. Faktorfaktor penentu keberhasilan dari EIS;








Sponsor eksekutif yang mengerti dan berkomitmen, Usaha EIS yang paling berhasil
adalah yang pemakai utamanya adalah puncak eksekutif.
Sponsor operasi bekerjasama dengan eksekutif pemakai dan spesialis informasi untuk
memastikan bahwa pekerjaan itu terlaksana.
Staf jasa informasi yang sesuai, harus tersedia staf yang mengerti teknologi informasi
dan juga mengerti cara eksekutif menggunakan sistem ini.
Teknologi informasi yang sesuai, penerapan EIS tidak berlebihan dalam memasukan
perangkat keras/lunak yang tidak perlu, sistem itu harus sesederhana mungkin dan
harus memberikan tepat seperti yang eksekutif inginkan.
Manajemen data, eksekutif harus mampu mengetahui seberapa mutakhir data, dan
mampu mengikuti analisis data.
Kaitan yang jelas dengan tujuan bisnis, sebagian besar EIS yang berhasil dirancang utnuk
memecahkan masalah-masalah spesifik atau memenui kebutuhan yang dapat ditangani
oleh teknologi informasi.

KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan sebelumnya, telah dipahami bahwa terdapat perbedaan antara DSS
dan MIS pada cakupan dimensi (tabel 3). DSS dirancang untuk mendukung dan mengkatkan
proses pengambilan keputusan. DSS dikembangkan untuk mendukung keputusan dari tingkat
menengah ke atas, berbeda dengan EIS yang berkonsentrasi pada tingkat manajemen paling
atas. EIS dirancang untuk membantu eksekutif atau manajer senior untuk melakukan

pemantauan terhadap perencanaan strategis perusahaan maupun untuk membantu dalam
melakukan perencanaan strategis di masa yang akan datang.
Tabel 3.
Perbedaan cakupan dimensi pada DSS dan MIS
Dimensi

II.

DSS

MIS

Philosophy

Provide integrated tools, data, models, and
language to users

Provide structured information to end users

System analysis

Establish what tool are used in the decision
process

Identify information requirements

Design

Iteratve process

Deliver system based on frozen requirements

Pengembangan Aplikasi SIG sebagai DSS
Mencermati berbagai fenomena data dan informasi bereferensi geografis, Masyarakat terdiri
dari dua kelompok: (1) para pengambil keputusan publik yang akhirnya mempertimbangkan dan
menyetujui sebuah konsep/model penerapan dalam hal ini pihak pemerintah, dan (2)
masyarakat biasa, baik yang terorganisasi dari berbagai kelompok keilmuwan maupun pada
tingkatan swasta. Dalam penanganan data bereferensi geografis, saat ini Sistem Informasi
Geografi (SIG) semakin banyak digunakan baik di sektor publik maupun swasta untuk membantu
proses pemetaan secara spasial dan pengelolaan basis datanya.
Namun ada beberapa persepsi, bahwa SIG hanya digunakan untuk penyimpanan data dan
output grafis dalam bentuk peta. Mungkin ada alasan yang berbeda untuk pernyataan tersebut
karena belum banyak yang memahami manfaat dari penggunaan sistem informasi geografis
selain untuk pemetaan dan penanganan basis data spasial semata. Sistem komersial yang saat ini
beredar tidak memiliki alat pemodelan yang memadai, sehingga sulit untuk digunakan kecuali
pengguna memiliki akses ke perangkat lunak tambahan yang memungkinkan mereka untuk
menggunakan alat (software) ini, meskipun dalam kasus tertentu terdapat integrasi modul SIG
untuk menjadi sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision Support System - DSS) masih
bermasalah dalam penerapannya. Hal ini juga didukung oleh kenyataan bahwa sistem saat ini
tidak benar-benar mendukung kebutuhan pengguna atau mendukung hanya bagian dari proses
pengembangan rencana.
II.1. Spatial Decision Support System (SDSS)
SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang memberikan empat kemampuan untuk
menangani data berefernsi geografi yaitu pemasukan, pengelolaan atau manajemen data
(penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis serta keluaran berupa peta.
Salah satu cara untuk SIG terintegrasi dengan para pelaku dalam proses pengambilan keputusan
adalah melalui pengembangan SIG kedalam DSS sehingga menjadi sistem pendukung keputusan
spasial atau Spatial Decision Support System (SDSS), yang pada gilirannya tergantung pada
pengembangan model matematika yang user-friendly melalui penggunaan sistem pakar.

DSS merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang mengintegrasikan sumber data
dengan
pemodelan dan alat-alat analisis, memfasilitasi pengembangan, analisis, dan
memeringkatkan berbagai alternatif dan membantu dalam pengelolaan ketidakpastian dapat
meningkatkan pemahaman masalah secara keseluruhan. Sehingga, berurusan dengan masalah
tidak jelas atau tidak terstruktur dibuat lebih efisien dengan cara mengeksplorasi dengan
pengambil keputusan konsekuensi dari tindakan tertentu, merubah sebuah pemecahan masalah
menjadi suatu masalah pemilihan. DSS memungkinkan pendekatan terstruktur dan sistematis,
dengan memecah masalah menjadi serangkaian tindakan dinamis dan siklus untuk menghasilkan
proses pemecahan masalah yang efektif dan transparan.
Pemodelan dalam proses pengambilan keputusan diperlukan karena proses pembuatan
suatu keputusan bukanlah proses yang mudah dan harus melalui beberapa tahap untuk
mendapatkan keputusan yang tepat. Pengelolaan SDA berkelanjutan membutuhkan pemikiran
ulang tentang bagaimana pengambil keputusan bernegosiasi dan mengatur pemanfaatan SDA.
Pengelolaan SDA tergantung pada tindakan informasi dari pengguna individu dan pengelola dari
beberapa sumber daya. Semakin dikenalnya keterkaitan komprehensif antara subsistem alam,
ekonomi dan manusia membuat sistem lingkungan pengelolaan berkelanjutan yang lebih
kompleks.
Tujuan, perangkat kebijakan dan nilai-nilai dari kelompok (pemerintah, perencana dan
masyarakat) yang berbeda beragam dan sering ada distribusi yang tidak merata dalam
kekuasaan, yang menyebabkan konflik yangmenghambat pembangunan berkelanjutan. Berbagai
isu dan masalah yang memerlukan keputusan oleh lembaga pemerintah atau swasta
memunculkan aneka ragam solusi dalam hal metodologi dan kombinasi alat yang spesifik untuk
memecahkan masalah secara tepat.
DSS untuk Pengelolaan SDA dirancang untuk mendukung masalah keputusan terdepan dan
memaksimalkan efektivitas tujuan pengelolaan lingkungan. Perangkat ini biasanya terdiri dari
berbagai berpasangan lingkungan dan model sosial-ekonomi, database dan perangkat penilaian
yang terintegrasi di bawah Graphic User Interface (GUI) dan sering didukung oleh perangkat SIG.
Dimensi spasial sangat penting karena mempromosikan data dan model integrasi melalui
referensi spasial umum dan membuat interface lebih intuitif. Untuk alasan ini, suatu DSS sering
menjadi Spasial DSS, dengan mengintegrasikan fungsi spasial atau penghubung dengan
perangkat SIG yang ada.
SDSS membantu tercapainya pengelolaan berkelanjutan SDA ketika dirancang dengan baik
dan menjadi alat yang berguna bagi para pembuat keputusan, "memungkinkan penggunaan
yang lebih efektif dan kolektif dari informasi dalam menangani pertanyaan yang kompleks dan
sering kurang terstruktur". Bahkan, ini ada usulan bahwa praktek yang efektif pengelolaan
ekosistem tidak memungkinkan tanpa bantuan SDSS yang canggih memadai.
Dalam beberapa kasus, SDSS diperlukan untuk mengelola penggunaan sumber daya dan
eksploitasi (tingkat operasional). Dalam kasus lain, SDSS mendukung perencanaan strategis,
dalam pembuatan kebijakan dan perencanaan untuk skenario mana yang analisis dan alat
simulasi sangat membantu. Sebagai contoh, keputusan mengenai pemulihan ekosistem atau

peningkatan aliran material lain di bidang pengelolaan SDA merupakan keputusan masyarakat.
Tujuan pengelolaan menggambarkan keadaan yang diinginkan (atau skenario masa depan), yang
harus dicapai untuk memenuhi tujuan legislatif atau lainnya. Para pengambil keputusan dapat
berinteraksi dengan sistem dan membandingkan situasi negara/hadir saat ini dengan keadaan
yang diinginkan (diproyeksikan) yang diberikan oleh tujuan pengelolaan. Beberapa tindakan
dapat diturunkan untuk menganalisis bagaimana untuk mencapai sasaran (indikator). Proyeksi
iklim, ekonomi agro dan perubahan demografis harus dipandang sebagai pengaruh penting.
Atau, SDSS dapat digunakan untuk menilai dampak dari keputusan pengelolaan tertentu
(misalnya perluasan kegiatan kehutanan di daerah tertentu) atau dampak perubahan iklim
terhadap lingkungan. Dalam kasus keputusan pengelolaan yang baru, skenario mewakili
perkembangan masa depan/ perubahan dapat dinilai dan dibandingkan dengan situasi saat ini
dan/ atau terhadap tindakan yang berkelanjutan.
Penggunaan aplikasi SIG dalam rangka membantu pengambilan keputusan di Indonesia telah
banyak digunakan di berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta (konsultan) seperti
penyusunan rencana tata ruang wilayah dan kota maupun pada pembuatan program aplikasi
berbasis komputer yang dilakukan oleh lembaga pemerintah. Hal ini akan mempermudah para
pengambil kebijakan untuk memahami persoalan secara lebih mendalam tanpa harus
mengeluarkan biaya yang terlalu besar untuk melakukan survei dan observasi lapangan secara
langsung. Sistem yang terkoneksi secara online akan memungkinkan pengguna berinteraksi
dengan pengambil kebijakan baik antara staf dengan pimpinannya maupun interaksi dengan
pengguna (masyarakat) yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi stakeholder
sebelum mengambil keputusan yang tepat sasaran.
II.2. Contoh penerapan
Negara Bagian Victoria, Australia, beberapa lembaga yang bergerak di bidang lingkungan
bekerjasama dengan badan pemerintah menuju sebuah inisiatif bersama untuk
mengembangkan Spatial Decision Support System (SDSS) untuk terintegrasinya seluruh Daerah
Aliran Sungai (DAS) dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Tujuan dari proyek
tersebut adalah untuk mengembangkan dan menunjukkan bagaimana sebuah SDSS dapat
membantu pelaksanaan kebijakan dan strategi pengelolaan yangberkelanjutan, serta
pembangunan kembali kebijakan yang berkelanjutan, menggunakan Westernport dan DAS-nya
sebagai studi kasus, dan penelitian tersebut selanjutnya diberi nama "The Westernport (WP)
Project".
Di belahan dunia lainnya seperti Uni Eropa RTD menyebut sebuah proyek MULINO (Sistem
Pendukung Keputusan multi-sektoral, terpadu dan Operasional Pemanfaatan Berkelanjutan
Sumber Daya Air pada Skala DAS) bertujuan untuk memberikan kontribusi, dengan
mengembangkan DSS untuk membantu dalam pengelolaan sumber daya air. Tujuan khusus-DSS
Mulino adalah meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan berusaha untuk mencapai
pendekatan yang benar-benar terintegrasi ke pengelolaan DAS. Melalui integrasi teknik
pemodelan sosio-ekonomi dan lingkungan dengan fungsi GIS dan multi-kriteria keputusan alat
bantu, MULINO-DSS bertujuan untuk menjadi alat operasional yang memenuhi kebutuhan

pengelola pengelolaan air di Eropa dan memfasilitasi pelaksanaan Water Framework Directive
Uni Eropa.

III.
IV.

Pengembangan Aplikasi SIG sebagai EIS
Bersambung…
Pengembangan Aplikasi SIG sebagai MIS
Bersambung…

CATATAN PENULIS: “Jika anda menemukan karya ini dari internet; paper ini tidak saya rekomendasikan
untuk menjadi rujukan karya ilmiah terpublikasi, karena penulis tidak mencantumkan rujukan pada
setiap kutipannya. Silahkan di copas, tapi tidak menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis terhadap
karya anda”

REFERENSI SEMENTARA
Buede, D. (1986). Structuring Value Attributes. Interfaces, 16(2), 52-62.
Forgionne, G. (1991). Decision technology systems: a vehicle to consolidate decision making support.
Information. Processing and Management. 27(6), 679-797.
Forgionne, G. (2000). Decision-Making Support System Effectiveness: the Process to Outcome Link.
Information, Knowledge, Systems Management, 2 (2000) , 169-188.
Forgionne, G. & Kohli, R. (2000). Management Support System Effectiveness: further Empirical Evidence.
Journal of the Association for Information Systems, May issue, 1, article 3, 1-37.
Forgionne, G., Mora, M., Gupta, J. & Gelman, O. (2005). Decision-Making Support Systems. In: M.
Khosrow-Pour (Ed). Encyclopedia of Information Science and Technology, Hershey, PA: Idea
Group, 759-765.
Mora, M., Forgionne, G., Cervantes, F., Garrido, L., Gupta. J.N.D., & Gelman, O. (2005). Toward a
Comprehensive Framework for the Design and Evaluation of Intelligent Decision-making Support
Systems (i-DMSS). Journal of Decision Systems, 14(3), 321-344.
Nichols, J. & Goul, M. (2005). Synergizing the Artificial Intelligence and Decision Support Research
Streams: Over a Decade of Progress with New Challenges on the Horizon. In: Gupta, J.N.D,
Forgionne, G., and Mora, M. (Eds.), Intelligent Decision-making Support Systems: Foundations,
Applications and Challenges, Series: Decision Engineering, London: Springer, 54-67.

Simon, H.A., Dantzing, G., Hogart, R., Plott, C., Raiffa, H., Schelling, T., Shepsle, K., Thaler, R., Tversky, A. &
Winter, S. (1987). Decision Making and Problem Solving. Interfaces, 17(5), 11-31.
Turban, E., & Watson, H. (1994). Integrating expert systems, executive information systems and decision
support systems. In: P. Gray (Ed), Decision support and executive information systems,
Englewood Cliffs, Prentice-Hall, 399-407.