PERSEPSI DAN PREFERENSI KENYAMANAN PEJAL

IV.

4.1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Jl. P.B Sudirman terletak di Kota Denpasar tepatnya di . . . Kawasan Jalan

P.B Sudirman merupakan kawasan campuran, yaitu kawasan yang terdiri dari
berbagai fungsi kegiatan yang berbeda, diantaranya yaitu : perkantoran,
pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa. Aktivitas dikawasan jalan ini sangat
ramai dan beragam dari PNS, pegawai swasta, Karyawan, TNI, siswa, Mahasiswa,
dan masyarakat umum. Fungsi jalur pedestrian di Jl. P.B Sudirman sangat
beragam, diantaranya yaitu : sebagai jalur pejalan kaki, sebagai ruang menunggu
angkutan umum, bersosialisasi, berdagang, serta sebagai tempat jogging.
Keramaian di Jl. P.B Sudirman ini terjadi hampir disepanjang jalur jalan,
dengan waktu keramaian (peak hour) terjadi pada jam-jam tertentu yaitu pada
pagi hari 07.00 – 09.00 WITA, siang hari 12.00 – 14.00 WITA, dan sore hari
16.00 – 17.00 WITA, namun pada akhir pekan keramaian terjadi pada malam hari
19.00 – 21.00 WITA dan pada saat pagi hingga sore hari kondisi jalan lancar.

Kondisi jalur pedestrian di sepanjang Jl. P.B Sudirman Denpasar dinilai
tidak layak digunakan bagi penyandang tunanetra dikarenakan terdapat beberapa
lubang pada pedestrian yang bisa membahayakan tunanetra, kondisi elevasi atau
ketinggian pedestrian yang tidak konsisten, kurang tersedianya jalur pemandu
(ubin pengarah dan ubin peringatan) bagi tunanetra, beberapa bagian pedestrian
yang tidak dapat diakses akibat keberadaan vegetasi dan elemen perkerasan
lainnya, serta area penyebrangan yang kurang aman. Selain permasalahan
tersebut, pada Rabu, 24 Juni 2015 para penyandang disabilitas Tunanetra yang
tergabung dalam Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) wilayah Bali dan Kota

Denpasar, menggelar aksi damai menuntut kepada pemerintah dalam penyediaan
fasilitas trotoar yang aksesibel bagi penyandang disabilitas.
4.2

Hasil dan Pembahasan

4.2.1 Inventarisasi
4.2.1.1 Aksesibilitas
Jl. P.B Sudirman termasuk dalam klasifikasi jalan kolektor menurut
jenisnya. Menurut UU No 38 Tahun 2004, Jalan Kolektor merupakan jalan umum

yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pebagi dengan ciri perjalanan
jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jl. P.B
Sudirman dapat diakses dari berbagai arah, diantaranya yaitu : Jl. Waturenggong,
Jl. Buntu, Gg. Al-Amin, Gg. 1, Jl. Ir. Ida Bagus Oka, Jl. Serma Mandra, Jl. Serma
Jodog, Jl. Dr. Goris, Jl. Serma Kawi, Jl. Swakarya Baru, Jl. Raya Puputan, Jl.
Dewi Sartika, Jl. Slamet Riyadi II, Jl. Patih Jelantik, Jl. Yos Sudarso, Jl. Tendean,
dan Jalan Sutoyo.
4.2.1.2 Dimensi pedestrian
Berdasarkan dokumentasi, survei langsung dan pengukuran di lokasi
penelitian mengenai kondisi yang ada saat ini diketahui lebar jalur pedestrian di Jl.
P.B Sudirman dimulai dari 50 cm hingga 170 cm, dengan panjang 1.574 km pada
kedua sisi timur dan barat jalan. Pebatas antara jalan dengan pedestrian berupa
kanstin dengan ketinggian antara 15 cm hingga 35 cm.

4.2.1.3 Bahan/material pedestrian
Bahan/material yang digunakan dalam membentuk jalur pedestrian di
sepanjang Jl. P.B Sudirman yaitu pavving berwarna merah dengan karakter kuat,
tahan cuaca, dan bertekstur halus, sehingga terasa sedikit licin saat turun hujan.

Tidak semua jalur pedestrian dilengkapi dengan guiding block (jalur pemandu),

namun terdapat beberapa area jalur pedestrian yang telah dilengkapi dengan
guiding blocks yang terdiri dari ubin pengarah (bertekstur garis-garis) dan ubin

peringatan (bertekstur bulat) berwarna kuning.
4.2.1.4 Street furniture
Street furniture (perabot jalan) yang ada di sepanjang jalur pedestrian Jl.

P.B Sudirman diantaranya yaitu : 3 unit Halte, 2 unit signage (papan informasi)
mengenai larangan membuang sampah sembarangan, marka jalan, serta rambu
lalu lintas.
4.2.1.5 Tanaman tepi jalan
Berikut merupakan tanaman tepi jalan yang terdapat di sepanjang jalur
pedestrian

Jl.

P.B

Sudirman


yang

dikelompokkan

berdasarkan

pola

pertumbuhannya :
1.

Rumput (grass) merupakan tanaman dari famili Poaceae (nama lama
Graminae) memiliki stolon merayap di atas tanah, rhizom atau umbi di

bawah tanah, dan tahan dari injakan.
2.

Tanaman penutup tanah (ground cover) merupakan tanaman yang memiliki
percabangan yang banyak, menjalar, atau menganak, tajuk menutupi tanah
dengan rapat, dan tinggi kurang dari 0.5 m.


3.

Semak (shrubs) merupakan tanaman yang tidak memiliki batang utama,
percabangan banyak, atau berumpun dengan banyak anakan, tinggi mencapai
3 m.

4.

Perdu merupakan tanaman yang memiliki batang utama dengan ketinggian
s.d. 3 m (perdu kecil), s.d. 5 m (perdu besar).

5.

Pohon (tree) merupakan tanaman yang memiliki batang utama yang jelas,
tinggi diatas 5 m.

6.

Tanaman memanjat merupakan tanaman yang dapat memanjat pada benda

yang dapat dipaanjat, seperti batang pohon, semak, tembok, dan tiang.
Tabel Tanaman Tepi Jalan

Kelompok Tanaman
Rumput

Nama Tanaman Tepi Jalan
1. Rumput jepang (Zoysia japonica)
2. Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa)
3. Rumput lamuran (Eulalia amaura)

Ground cover

1. Lily brazil (Dianella ensifolia)
2. Jaburan Hijau (Ophiopogon jaburan)
3. Jaburan putih (Ophiopogon jaburan)
4. Lantana (Lantana montevidendis)

Semak


1. Tapak dara (Vinca rosea)
2. Bugenvil (Bougainvillea variegate)
3. Aglonema (Aglaonema commutatum)
4. Dendron jari (Philodendron selloum)
5. Lidah mertua (Sanseviera trifasciata)
6. Wali songo (Schefflera arboricola)
7. Iris kuning (Dietes bicolor)
8. Roalia (Ruellia brittoniana)
9. Azela putih (Rhododendron simsii)
10. Song of Sri Lanka (Draceana reflexa)
11. Krokot (Alternathera sp.)
12. Melati kosta (Psederanthemum reticulatum)
13. Jempiring (Codiaeum reticulatum)
14. Kana (Canna indica)
15. Sri rejeki (Aglonema sp)
16. Lily bangkok (Hymenocallis lithoralis)
17. Bayam-bayaman merah (Irsine herbsti)

18. Pisang kodok (Calathea lutea)
19. Pisang karibia (Heliconia caribaea)

20. Soka (Ixora sp)
21. Mawar (Rosa centifolia)
22. Euporbhia (Euphorbia milii)
23. Pandan hias (Pandanus tectorius)
24. Alang-alang merah (Imperata cylindrical “red”)
25. Adam hawa (Tradescantia spathacea)
26. Teh-tehan (Acalypha siamensis)
27. Zig zag plant (Pedilanthus tithymaloides variegatus)
28. Alocasia (Alocasia macrorrhiza)
29. Song of Jamaica (Draceana reflexa “song of
Jamaica”)
30. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Perdu

1. Puring (Codiaeum variegatum)
2. Pucuk merah (Syzygum oleina)
3. Palem waregu (Rhapis exelsa)
4. Palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens)
5. Bambu kuning (Bambusa vulgaris vittata)


Pohon

1. Bintaro (Carbera odollam)
2. Palem raja (Roystonea elata)
3. Palem putri (Adonidia merrillii)
4. Ketapang (Terminalia catappa)
5. Pisang (Musa sp)
6. Manga (Mangifera indica)
7. Glodokan tiang (Polyalthia longifolia)
8. Beringin (Fiscus benjamina)
9. Blimbing wuluh (Averrhoa blimbi)
10. Waru (Hibiscis tiliaceus)
11. Papaya (Carica papaya)
12. Dadap merah (Erythrina fusca)
13. Mengkudu (Morinda citrifolia)

14. Jepun (Plumeria rubra)
15. Kelapa (Cocos nucifera)
Tanaman memanjat


1. Alamanda kuning (Allamanda cathartica)

4.2.2 Analisis
Tahapan analaisis akan dilakukan penilaian mengenai kondisi fisik
terhadap jalur pedestrian di Jl. P.B Sudirman. Berikut merupakan tiga standar
yang digunakan dalam kriteria penilaian mengenai kondisi fisik pada jalur
pedestrian Jl. P.B Sudirman :
1.

Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006)

2.

Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.30/PRT/M/2014)

3.


Time-Server Standards for Landscape Architecture

4.2.2.1 Aksesibilitas
Berdasarkan dokumentasi dan survei yang dilakukan di lokasi penelitian,
berikut merupakan hasil analisis mengenai

kondisi aksesibilitas di jalur

pedestrian Jl. P.B Sudirman saat ini :
1.

Analisis : Beberapa jalur pedestrian tidak dapat diakses dikarenakan terdapat
kendaraan yang terparkir di jalur pedestrian.

(Gambar kemdaraan yang terparkir di jalur pedestrian)
Standar : Aktivitas kendaraan bermotor tidak diperbolehkan memanfaatkan
fasilitas di ruang pejalan kaki (PMPU, 2014).
2.

Analisis : Terdapat beberapa area yang tidak menyediakan jalur pedestrian
(jalur pedestrian terputus).

(Gambar jalur pedestrian yang terputus)
Standar :
3.

Analisis : Terdapat beberapa pedagang bensin yang menghalagi pejalan kaki.

(Gambar pedagang bensin yang meletakkan dagangannya di jalir pedestrian)
Standar : Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu, lubang
drainase/gorong-gorong dan benda lainnya yang menghalangi (PMPU, 2006).
4.

Analisis : Area pemberhentian sementara kurang aksesibel dikarenakan
terdapat tiang dan marka pengarah lalu lintas yang menghambat pejalan kaki.

(Gambar area pemberhentian sementara yang kurang aksesibel)
Standar : Ruang untuk area pemberhentian sementara harus diturunkan
ketinggiannya dari median jalan, serta bebas hambatan (PMPU, 2014).
5.

Analisis : Terdapat beberapa area jalur pedestrian yang rusak, sehingga
menganggu kenyamanan serta keamanan pejalan kaki.

(Gambar kondisi jalur pedestrian yang rusak)
Standar : Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus
tetapi tidak licin (PMPU, 2006).
6.

Analisis : Tidak tersedianya area pemberhentian sementara di beberapa area
penyeberangan.

(Gambar tidak tersedianya area pemberhentian sementara pada median jalan)

Standar : Pada lokasi dengan arus lalu lintas dua jalur, perlu disediakan
median pada lokasi penyeberangan, sehingga penyeberang jalan cukup
berkonsentrasi pada satu arah saja (PMPU, 2014).
4.2.2.2 Dimensi pedestrian
Berdasarkan dokumentasi dan survei yang dilakukan di lokasi penelitian,
berikut merupakan hasil analisis mengenai kondisi dimensi (lebar dan ketinggian)
pedestrian di jalur pedestrian Jl. P.B Sudirman saat ini :
1.

Analisis : Terdapat beberapa pedestrian tidak bisa diakses dikarenakan lebar
pedestrian hanya mencapai 50 cm.

(Gambar lebar pedestrian hanya mencapai 50 cm)
Standar : Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah
dan 160 cm untuk dua arah (PMPU, 2006). Zona pejalan kaki tidak boleh
kurang dari 1,2 m yang merupakan lebar minimum yang dibutuhkan untuk
orang yang membawa anjing, pengguna alat bantu jalan dan para pejalan kaki
(PMPU, 2014).
2.

Analisis : Terdapat sambungan pedestrian dengan lebar yang tidak sama.

(Gambar lebar sambungan pedestrian yang tidak sama)

Standar :
3.

Analisis : Berkurangnya luasan pedestrian bebas hambatan akibat material
lain yang menghalangi pejalan kaki.

(Gambar material lain yang mengurangi luasan pedestrian)
Standar : Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah
dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang
rambu-rambu, lubang drainase/gorong-gorong dan benda lainnya yang
menghalangi (PMPU, 2006).
4.

Analisis : Ketinggian/elevasi pedestrian tidak konsisten, tinggi pedestrian
mencapai 35 cm.

(Gambar ketinggian/elevasi pedestrian yang tidak konsisten)
Standar : Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus
tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan,
kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1.25 cm. Tepi
pengaman/kanstin dibuat setinggi maksimum 10 cm dan lebar 15 cm
sepanjang jalur pedestrian (PMPU,2006). Perbedaan tinggi maksimal antara

ruang pejalan kaki dan jalur kendaraan bermotor adalah 20 cm. Sementara
perbedaan ketinggian dengan jalur hijau 15 cm (PMPU, 2014).
5.

Analisis : Perbedaan ketinggian/elevasi jalur pedestrian dengan area pintu
masuk dan keluar gedung sangat signifikan.

Standar : Terdapat tempat-tempat untuk berpindah/naik turun kendaraan
(PMPU, 2006). Ram (ramp) diletakkan di setiap persimpangan, prasarana
ruang pejalan kaki yang memasuki enterance bangunan, dan pada titik-titik
penyeberangan (PMPU,2014).
4.2.2.3 Bahan/material pedestrian
Berdasarkan dokumentasi dan survei yang dilakukan di lokasi penelitian,
berikut merupakan hasil analisis mengenai bahan/material pedestrian di jalur
pedestrian Jl. P.B Sudirman saat ini :
1.

Analisis : Terdapat beberapa pavving yang hilang dan digenangi air.

(Gambar pavving yang hilang)
Standar : Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus
tetapi tidak licin (PMPU, 2006). Jenis material yang digunakan untuk
prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki adalah bahan yang dapat menyerap
air (tidak licin), tidak menyilaukan, perawatan dan pemeliharaan yang relativ

murah, dan cepat kering (air tidak menggenang jika hujan turun) (PMPU,
2014).
2.

Analisis : Terdapat lubang di beberapa jalur pedestrian.

(Gambar pedestrian yang berlubang)
Standar : Hindari adanya lubang dan jeruji yang dapat menimbulkan bahaya
bagi pejalan kaki (PMPU, 2006).
3.

Analisis : Terdapat beberapa material penutup pedestrian kurang aksesibel
(permukaan tidak rata).

(Gambar penutup pedestrian yang kurang aksesibel)
Standar : Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus
tetapi tidak licin, hindari sambungan atau gundukan pada permukaan (PMPU,
2006).
4.

Analisis : Tidak tersedianya jalur pemandu pada beberapa bagian pedestrian.

(Gambar tidak tersedianya jalur pemandu pada beberapa area jalur pedestrian)
Standar : Pada pedestrian yang menghubungkan antara jalan dan bangunan
harus menggunakan ubin tekstur pemandu (guiding blocks) (PMPU, 2006).
Jalur difabel, diletakkan di sepanjang prasarana jaringan pejalan kaki (PMPU,
2014).
5.

Analisis : Tidak tersediannya ubin peringatan dan jalur pemandu menuju
zebra cross.

(Gambar tidak tersedianya ubin peringatan dan jalur pemandu menuju zebra
cross)

Standar : Di depan jalur lalu-lintas kendaraan harus menggunakan ubin
tekstur (guiding blocks) (PMPU, 2006). Ketika penyandang cacat
menyeberang jalan, tingkat pedestriannya harus disesuaikan sehingga mereka
mudah melaluinya. Jika jalan tersebut digunakan oleh orang tunanetra,
berbagai perubahan dalam tekstur pedestrian dapat digunakan sebagai tandatanda praktis. Ram (ramp) diletakkan disetiap persimpangan, prasarana ruang
pejalan kaki yang memasuki enterance bangunan, dan pada titik-titik
penyeberangan (PMPU, 2014)
6.

Analisis : Tidak tersediannya ubin peringatan pada area pertemuan antara
gang menuju jalan utama.

(Gambar tidak tersedianya ubin peringatan pada area pertemuan gang menuju
jalan utama)
Standar : Di depan pintu masuk/keluar dari dan ke tangga atau fasilitas
persilangan dengan perbedaan ketinggian lantai harus menggunakan ubin
tekstur (guding blocks) (PMPU, 2006). Jika jalan tersebut digunakan oleh
orang tunanetra, berbagai perubahan dalam tekstur pedestrian dapat
digunakan sebagai tanda-tanda praktis (PMPU, 2014).
7.

Analisis : Tidak tersedianya ubin peringatan serta jalur pemandu menuju
halte.

(Gambar tidak tersedianya ubin peringatan serta jalur pemandu menuju halte)
Standar : Di pintu masuk/keluar pada terminal transportasi umum atau area
penumpangan harus menggunakan ubin tekstur pemandu (guiding blocks)
(PMPU, 2006).
8.

Analisis : Tidak tersedianya ubin peringatan pada pintu masuk dan keluar
gedung pusat aktivitas.

(Gambar tidak tersedianya ubin peringatan pada pintu masuk dan keluar
gedung pusat aktivitas)
Standar : Di depan pintu masuk/keluar dari dan ke tangga atau fasilitas
persilangan dengan perbedaan ketinggian lantai harus menggunakan ubin
tekstur (guding blocks) (PMPU, 2006). Jika jalan tersebut digunakan oleh
orang tunanetra, berbagai perubahan dalam tekstur pedeatrian dapat
digunakan sebagai tanda-tanda praktis (PMPU, 2014).
4.2.2.4 Street furniture
Fasilitas sarana ruang pejalan kaki sebagai penunjang aksesibilitas pejalan
kaki adalah drainase, jalur hijau, lampu penerangan, tempat duduk, pagar
pengaman, tempat sampah, marka dan perambuan, papan informasi (signage),
halte/shelter bus dan lapak tunggu, serta telepon umum (PMPU, 2014).
Berdasarkan dokumentasi dan survei yang dilakukan di lokasi penelitian, berikut
merupakan hasil analisis mengenai street furniture di jalur pedestrian Jl. P.B
Sudirman saat ini :
1.

Analisis : Tidak tersedianya lampu penerangan di sepanjang jalur pedestrian.
Standar : Lampu penerangan diletakkan pada jalur amenitas. Terletak setiap
10 m dengan tinggi maksimal 4 m, dan bahan yang digunakan adalah bahan
dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak (PMPU, 2014).

2.

Analisis : Tidak tersediannya tempat duduk sementara bagi pejalan kaki.

Standar : Tempat beristirahat/duduk harus ada maksimal setiap 900 cm
(PMPU, 2006). Tempat duduk diletakkan pada jalur amenitas. Terletak setiap
10 m dengan lebar 40 – 50 cm, panjang 150 cm dan bahan yang digunakan
adalah bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak (PMPU,
2014).
3.

Analisis : Tidak tersedianya tempat sampah di sepanjang jalur pedestrian.
Standar : Tempat sampah harus tersedia sepanjang jalur pedestrian dengan
jalur pemandu menuju street furniture (PMPU, 2006). Tempat sampah
diletakkan pada jalur amenitas. Terletak setiap 20 m dengan besaran sesuai
kebutuhan, dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan durabilitas tinggi
seperti metal dan beton cetak (PMPU, 2014).

4.

Analisis : Tidak tersedianya papan informasi (light sign) di area halte.
Standar : Papan informasi diletakkan di atas loket/informasi pada ruang
tunggu terminal/tempat pemberhentian bus (PMPU, 2006). Marka dan
perambuan, papan informasi (signage) diletakkan pada jalur amenitas, pada
titik interaksi sosial, pada jalur dengan arus pedestrian padat, dengan besaran
sesuai kebutuhan, dan bahan yang digunakan terbuat dari bahan yang
memiliki durabillitas tinggi, dan tidak menimbulkan afek silau (PMPU,
2014).

5.

Analisis : Terdapat tiang listrik dengan tegangannya yang menghambat dan
membahayakan pejalan kaki.

(Gambar tiang listrik dengan tegangannya yang menghambat dan
membahayakan pejalan kaki)
Standar : Dibutuhkan pagar pengaman pada titik tertentu yang berbahaya dan
memerlukan perlindungan dengan tinggi 90 cm, dan bahan yang digunakan
adalah metal/beton yang tahan terhadap cuaca, dan diletakkan pada jalur
amenitas (PMPU, 2014).
4.2.2.5 Zebra cross
Berdasarkan dokumentasi dan survei yang dilakukan di lokasi penelitian,
berikut merupakan hasil analisis mengenai zebra cross di jalur pedestrian Jl. P.B
Sudirman saat ini :
1.

Analisis : Tidak tersedianya zebra cross pada persimpangan jalan.

(tidak tersedianya zebra cross pada persimpangan jalan)
Standar : tempat penyeberangan orang ditandai dengan zebra cross (PMPU,
2014).
2.

Analisis : Terdapat marka pengarah lalu lintas yang menghalangi pejalan
kaki.

(Gambar marka pengarah lalu lintas yang menghalangi pejalan kaki)
Standar :
4.2.2.6 Traffic light
Berdasarkan dokumentasi dan survei yang dilakukan di lokasi penelitian,
hasil analisis mengenai traffic light di jalur pedestrian Jl. P.B Sudirman saat ini
adalah tidak tersedianya traffic light bagi pejalan kaki di beberapa area
penyeberangan.

(Gambar tidak tersedianya traffic light bagi pejalan kaki di beberapa area
penyeberangan)
Adapun standar dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tahun 2014
menyatakan bahwa apabila arus lalu lintas kendaraan dan arus pejalan kaki cukup
tinggi, tempat penyeberangan orang dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu
lintas (traffic light).
4.2.2.7 Tanaman tepi jalan
Berdasarkan dokumentasi dan survei yang dilakukan di lokasi penelitian,
hasil analisis mengenai tanaman tepi jalan di jalur pedestrian Jl. P.B Sudirman
saat ini adalah terdapat beberapa tanaman tepi jalan menghambat pejalan kaki.

(Gambar tanaman tepi jalan yang menghambat pejalan kaki)
Adapun standar dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tahun 2006
menyatakan bahwa Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu,
lubang drainase/gorong-gorong dan benda-benda lainnya yang menghalangi.
4.2.3 Sintesis
4.2.4 Rekomendasi
V.
5.1

Simpulan

5.2

Saran

SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Allport FH. 1962. Theories of Perception and The Concept of Sturctures. New
York : Willey and Sons.
Arif Hendra. 2008. Kajian Aksesibilitas Difabel pada Ruang Publik Kota Studi
Kasus : Lapangan Merdeka (TESIS). Medan: Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara Medan.
Badan Pusat Statistik Kota Denpasar. 2015. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Rasio Jenis Kelamin di Masing-masing Kecamatan dan Desa di Kota
Denpasar, 2015. http: //bali.bps.go.id/tabel_detail. php?ed = 604001 & od
=4&id=4 (Diakses pada tanggal 12 Desember 2016).
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Pemerintah Kota Denpasar, 2015. Dinas Sosial
Dan Tenaga Kerja Kota Denpasar, Data PMKS Kota Denpasar, URL:
http://tenagakerja.denpasarkota.go.id/index.php/detaildownload/4627/DAT
APMKS-KOTA-DENPASAR (Diakses pada tanggal 2 Desember 2016).
Hakim, Rustam. Hardi Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur
Lansekap. Jakarta : Bumi Aksara.