PENGARUH KEMISKINAN TERHADAP DUNIA PENDI (1)

PENGARUH KEMISKINAN TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
Dicky Permadiyanto

14423205

Latief Hermansyah

14423206

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR


Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengaruh Kemisikinan terhadap Dunia Pendidikan” ini
dengan lancar sebagai salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Zein Muttaqin, SEI, MSI selaku pengampu dalam mata kuliah Bahasa
Indonesia.
2. Rekan – rekan yang selalu member motivasi kepada kami dalam membuat
makalah ini.
Demikian makalah ini dibuat. Kami meminta maaf karena makalah ini masih
banyak kekurangannya. Maka dari itu, kami mengharap kritik dan saran dari
pembaca proposal ini.

Yogyakarta, Desember 2016

Penyusun

DAFTAR ISI


Kata Pengatar .................................................................................................................. i
Daftar Isi ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemiskinan dan Pendidikan ............................................................. 3
a. Kemiskinan ................................................................................................... 3
b. Pendidikan..................................................................................................... 4
B. Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan ............................................................. 6
C. Dampak Kemisikinan Terhadap Pendidikan ...................................................... 7
D. Upaya Menanggulangi Kemisikinan Agar Meningkatkan Mutu Pendidikan ..... 8

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 11

Daftar Isi ........................................................................................................................iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemiskinan adalah fenomena yang sejak lama terjadi diindonesia dan tidak dapat
dipungkiri lagi besarnya dampak yang di timbulkan. Dewasa ini, kemiskinan sering menjadi
perbincangan hangat di forum dunia namun belum menunjukan penurunan angka kemiskinan
yang signifikan. Kemiskinan tidak hanya menarik perhatian Indonesia tetapi juga dunia, baik
negara maju maupun Negara berkembang.
Kemiskinan menurut Van Den Berg (2001) merupakan istilah yang terkait pengertian
relative maupun absolut. Seseorang atau keluarga dianggap miskin atau hidup dalam
kemiskinan jika pendapatan mereka atau akses mereka terhadap barang atau jasa relative
rendah dibandingkan orang lain dalam perekonomian. Kemiskinan juga dapat dilihat sebagai
tingkat absolut pendapatan atau standar hidup.
Kemiskinan merupakan hal yang kompleks. Kemiskinan berkaitan erat dengan
kualitas sumber daya manusia. Kemiskinan muncul karena sumber daya manusia yang tidak
berkualitas, begitu pula sebaliknya. Membangun pengertian kemiskinan bukanlah perkra
yang mudah karena kemiskinan mencakup beberapa dimensi. Dimensi kemiskinan dapat
diidentifikasi menurut ekonomi, sosial, politik. Kemiskinan secara ekonomi dapat diartikan
sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Kemiskinan ini dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumber daya
yang tersedia dan membandingkannya dengan ukuran baku.
Kemiskinan menjadi fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan
di negara ini selalu bersamaan dengan masalah laju pertumbuhan penduduk yang kemudian
menghasilkan pengangguran, ketimpangan sosial dalam distribusi pendapatan nasional
maupun pembangunan dan pendidikan yang menjadi modal utama untuk dapat bersaing
didunia kerja. Di zaman sekarang untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas maka
perlu diimbangi dengan biaya sehingga masyarakat berekonomi lemah tidak mampu untuk
membayarnya. Akibatnya, pendidikan dan pengetahuan yang mereka miliki dibawah standar.
Bahkan banyak anak-anak yang tidak sekolah dan putus sekolah karena kemiskinan.
Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena pendidikan
memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan ketrampilan.
Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan
memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi
semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa.
Dalam upaya mengentaskan dan memutuskan mata rantai kemiskinan, salah satu titik
berat yang harus diberikan perhatian yang serius adalah anak-anak. Pemerintah seharusnya
bisa menjamin dan memenuhi hak-hak mereka. Alokasi anggaran untuk kepentingan publik
juga seharusnya lebih berpihak pada pembangunan generasi penerus dan diarahkan untuk
memenuhi hak-hak anak dalam rangka mengembangkan potensi diri serta memberikan bekal

kemampuan untuk masa depan mereka. Penghematan anggaran juga sepatutnya dilakukan
oleh para wakil rakyat jika memang mereka benar-benar serius dan tulus mewakili rakyat dan
menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat, termasuk anak-anak yang hidup dalam
kemiskinan, mengingat masih begitu banyak dan akan lebih banyak lagi barisan anak-anak

yang harus ditolong akibat semakin kerasnya deraan kehidupan ekonomi yang semakin
memprihatinkan akhir-akhir ini.
Oleh sebab itulah, kemiskinan dan pendidikan dapat diasumsi sebagai dua hal yang
berkaitan dan masih menjadi lingkar setan di dunia, khususnya negara indonesia, serta butuh
perhatian khusus terkait hal tersebut.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana dampak kemiskinan terhadap mutu pendidikan ? dan bagaimana
menanggulanggi kemiskinan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan ?

C. Tujuan Masalah
Agar kita dapat mengetahui dampak dari kemiskinan terhadap pendidikan, sehingga kita
dapat mengantisipasi dan menanggulangi kemiskinan agar dapat meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia ini.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kemiskinan dan Pendidikan
a. Kemiskinan
Pada umumnya, permasalahan mengenai pendidikan dan kemiskinan di negara
berkembang hampir serupa. Umunya, negara-negara ini menghadapi dilema; apakah
pertumbuhan ekonomi yang lebih dahulu dipacu ataukah pendidikan yang lebih baik.
Persoalan ini sukar dijawab, sehingga ia lebih merupakan sebuah lingkaran setan (Azra,
1999).. Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena pendidikan
memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan.
Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan
memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi
semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa. Tidak terkecuali, keadilan
dalam memperoleh pendidikan harus diperjuangkan dan seharusnya pemerintah berada di
garda terdepan untuk mewujudkannya. Penduduk miskin dalam konteks pendidikan sosial
mempunyai kaitan terhadap upaya pemberdayaan, partisipasi, demokratisasi, dan
kepercayaan diri, maupun kemandirian. Pendidikan nonformal perlu mendapatkan prioritas
utama dalam mengatasi kebodohan, keterbelakangan, dan ketertinggalan sosial ekonominya.
Pendidikan informal dalam rangka pendidikan sosial dengan sasaran orang miskin selaku

kepala keluarga (individu) dan anggota masyarakat tidak lepas dari konsep learning society
adult education experience yang berupa pendidikan luar sekolah, kursus keterampilan,
penyuluhan, pendidikan dan latihan, penataran atau bimbingan, dan latihan (Supriatna, 1997).
Menurut (Dwi. 2010), kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal
yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, halhal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan dapat didefenisikan
sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya kekurangan materi pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standard kehidupan yang berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan Secara umum kemiskinan diartikan sebagai
kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau dasar.
Dalam bahasa Arab kata miskin terambil dari kata sakana yang berarti diam atau
tenang, sedang kata masakin ialah bentuk jama’ dari miskin yang menurut bahasa diambil
dari kata sakana yang artinya menjadi diam atau tidak bergerak karena lemah fisik atau sikap
yang sabar dan qana’ah (Sidi, 1985). Kemiskinan merupakan kondisi masyarakat karena
pengaruh kebijakan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga
menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan (Djoko, & Muliawan, 2009).
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut,
kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut
apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang
tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada
di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan

sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya (Nur Kholis, 2014).
(Sharp, et.al dalam Kuncoro, 2003; Subandi, 2008) mengidentifikasikan ada tiga
penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu:




Secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya sehingga menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang,
Kemiskinan timbul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia,
Kemiskina muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Adanya keterbelakangan,
ketidak sempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya
produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang
diterima.


Faktor lain yang menyebabkan kemiskinan, antara lain:
a. Semakin meningkatnya
tersedia sangat minim.

jumlah

penduduk

sementara

lapangan

kerja

yang

Meledaknya jumlah penduduk yang tidak di imbangi dengan lapangan kerja yang
memadai sehingga menciptakan pengagguran, dan dari pengangguran tersebut terciptalah
kemiskinan.
b. Tidak meratanya pendidikan.

Pendidikan yang tidak merata terutama di daerah terpencil memberikan peran yang cukup
besar dalam menambah angka kemiskinan, pendidikan selama ini lebih mengutamakan di
kota-kota besar, sehingga hanya masyarakat kota saja yang memiliki pendidikan yang cukup.
Sedangkan masyarakat di pelosok tetap di bayang-bayangi oleh kemiskinan.
c. Banyaknya pejabat yang melakukan tindakan korupsi
Tindakan korupsi yang di lakukan oleh para pejabat yang tidak bertanggung jawab yang
hanya memikirkan pribadi tanpa memikirkan orang-oarang yang di rugikan. Jumlah uang
yang di korupsi oleh para koruptor sudah tidak terhitung lagi dan telah merugikan Negara.
Seharusnya uang tersebut di gunakan untuk biaya megurangi kemiskinan.
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha untuk
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dari pengertian diatas bahwa melalui pendidikan dapat dilihat, yaitu:




Orang Mengalami Perubahan Sikap dan Tata laku
Orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku
Proses pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.


b. Pendidikan
Pendidikan berasal dari bahasa yunani yaitu “Peadagogie”. Secara Etimologi
kata peadagogie adalah “pais” yang artinya “anak” dan “again” yang berarti “bimbing”. Jadi
terjemahan bebas kata peadagogie adalah “bimbingan yang diberikan kepada anka”. Menurut

termonologi yang lebih luas pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tujuan hidup dan penghidupan
yang lebih tinggi dalam arti mental.
Di bidang pendidikan, salah satu masalah kunci adalah tingginya angka putus sekolah
di masyarakat miskin pada saat mereka melanjutkan pendidikan dari SD ke SMP. Yang
menjadi masalah utama adalah kurangnya akses masyarakat miskin untuk melanjutkan dari
SMP ataupun SMK, baik bersifat fisik maupun finansial. Akses finansial terbatas akibat
tingginya biaya menciptakan halangan bagi pendidikan masyarakat miskin pada tingkat
pendidikan menengah pertama. Sekitar 89 persen anak dari keluarga miskin menyelesaikan
sekolah dasar, tetapi hanya 55 persen yang menyelesaikan sekolah menengah pertama.
Diagnosa menunjukkan bahwa manfaat pendidikan (return to education) meningkat seiring
dengan dengan meningkatnya pendidikan. Pada tahun 2002, peningkatan upah pekerja pria di
perkotaan (pedesaan) akibat dari tambahan satu tahun pendidikan untuk seseorang yang
hanya mengecap satu tahun pendidikan dapat mencapai 8,3 persen (dan 6,0 persen untuk
pedesaan); setelah lima tahun pendidikan, manfaat yang didapat (return)-nya adalah 10,0
persen (dan 7,6 persen untuk pedesaan), serta setelah delapan tahun pendidikan adalah 11,1
persen (dan 8,8 persen untuk pedesaan) (The Word Bank Jakarta).
Investasi di bidang pendidikan harus dilakukan dengan fokus pada perbaikan akses
dan keterjangkauan sekolah menengah serta pelatihan ketrampilan bagi masyarakat miskin,
sambil terus meningkatkan mutu dan efisiensi sekolah dasar. Untuk memperbaiki pendidikan
masyarakat miskin pada tingkat sekolah menengah diperlukan intervensi dari sisi penawaran
dan permintaan. Pada sisi penawaran, perlu disediakan lebih banyak ruang kelas dan gedung
sekolah menengah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkonversi gedung sekolah dasar bila
terjadi kelebihan persediaan. Pada sisi permintaan, sekolah menengah dan sekolah menengah
kejuruan dapat dibuat lebih terjangkau bagi masyarakat miskin dengan mentargetkan bantuan
kepada siswa miskin melalui beasiswa atau bantuan tunai bersyarat (CCT). Untuk
memperbaiki mutu pendidikan dasar, prioritas tindakan yang bisa diambil adalah
melaksanakan program untuk memperbaiki manajemen guru sehingga jumlah guru di sekolah
berkurang tetapi mutunya meningkat dan jumlah yang ditempatkan di wilayah terpencil
bertambah.
Fungsi Pendidikan
Lembaga pendidikan dikaitkan dengan berbagai fungsi. Dalam kaitan ini ada ahli sosiologi
yang membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes adalah fungsi yang
tercantum dalam kurikulum, sedangkan fungsi laten adalah kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum) atau kurikulum yang tidak disadari tapi tetap berfungsi untuk menanamkan
pengetahuan, keterampilan atau nilai tertentu
Fungsi Manifes
a) Mempersiapkan anggota masyarakat untuk untuk mencari nafkah
b) Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi
kepentingan masyarakat
c) Melestarikan kebudayaan
d) Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi dan
sebagainya.

Fungsi laten
a)
b)
c)
d)

Pemupukan keremajaan
Pengurangan pengendalian orang tua
Penyediaan sarana untuk pembangkangan
Dipertahankannya kelas sosial

B. Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan
Hadis-hadis Rasul saw yang memuji terhadap sekap zuhud dalam menempuh hidup
duniawi ini sama sekali sama sekali tidak menyinggung tentang terpujinya kemiskinan.
Adapun sifat zuhud dapat menumbuhkan rasa puas dalam menerima sesuatu. Orang yang
dikatakan zuhud dalam arti yang sebenarnya adalah orang yang berharta, dan sanggup
menjadikan hartanya dibawah kekuasaannya, bukan ia yang dikuasai atau diperhamba oleh
hartanya.
Islam menilai bahwa kekayaan itu satu kenikmatan sebagai karunia Allah yang harus
disyukuri. Kemiskina itu suatu cobaan, suatu bencana, yang hanya dengan pertolongan Allah
ia dapat dihindari. Karena itu Islam telah memberikan beberapa jalan untuk mengatasinya
(Yusuf Al-Qardawy, 1996).
Pandangan Islam, yang melihat fakta kefakiran/kemiskinan sebagai perkara yang
sama, bahkan, pada zaman kapan pun, kemiskinan itu sama saja hakikatnya. Islam
memandang bahwa masalah kemiskinan adalah masalah tidak terpenuhinya kebutuhankebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat Islam telah menentukan kebutuhan primer itu
(yang menyangkut eksistensi manusia) berupa tiga hal, yaitu sandang, pangan dan papan.
Dapat di pahami bahwa tiga perkara (yaitu sandang, pangan,dan papan) tergolong pada
kebutuhan pokok (primer), yang berkait erat dengan kelangsungan eksistensi dan kehormatan
manusia. Apabila kebutuhan pokok (primer) ini tidak terpenuhi, maka dapat berakibat pada
kehancuran atau kemunduran umat manusia. Karena itu, Islam menganggap kemiskinan itu
sebagai ancaman yang biasa dihembuskan oleh setan, sebagaimana firman Allah Swt dalam
surah Al-Baqarah ayat 268 yang artinya “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan
kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat jahat...”
Allah swt juga memberikan kekayaan kepada Raul-Nya (Nabi Muhammad), yang
semula dalam keadaan miskin menjadi kaya, sebagaimana diterangkan Allah dalam surah
Adh-Dhuha:8 yang artinya “Dan Ia (Allah) telah mendapati engkau (Muhammad) dalam
keadaan miskin, lalu menjadikan engkau orang yang berkecukupan.” Selain dari firman
Allah terdapat hadits nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani yang artinya
“Sebaik-baik harta yang berguna adalah milik orang salih.”
Bila kemiskinan merupakan bahaya bagi agama dalam segi akidah dan kepercayaan,
tidak sedikit pula bahayanya terhadap segi etika dan moral. Kekecewaan dan keputusasaan
orang miskin lebih-lebih yang hidup ditengah-tengah orang kaya, banyak mendorong mereka
untuk bertindak yang tidak dibenarkan oleh budi luhur dan akhlaq mulia.

C. Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan
Menurut (Ahmad, 2009), bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah
kebutuhan. Sama dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan, ada bangsa
yang terkecil adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama.
Hampir semua jenjang sekolah Negeri sudah menjadi lembaga komersialisasi karena
tidak lagi berbicara pada persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh kurikuler, tetapi justru
besarnya biaya masuk untuk sekolah. Pada kenyataannya, pelaksanaan wajib belajar
dihalang-halangi, karena untuk masuk sekolah dasar pun kini harus membayar mahal
sehingga masyarakat miskin tidak mungkin dapat membayarnya. Bagi masyarakat dan
orangtua yang kaya, anaknya akan dapat bersekolah di sekolah negeri, sedangkan yang
miskin akan gagal dan tidak bersekolah.
Untuk masuk ke sekolah swasta, masyarakat miskin tidak mungkin mampu
membayarnya. Akibatnya, banyak anak bangsa yang tidak akan memperoleh kesempatan
memperoleh pendidikan. Sungguh satu hal yang memperihatinkan. Sebab, pada Negara yang
usianya lebih dari 60 tahun, banyak anak bangsanya yang akan menjadi buta huruf dan
tertinggal karena kemiskinan dan Negeri ini akan tertinggal karena kualitas sumber daya
manusianya tidak mampu bersaing dengan Negara-Negara lain.
Dampak kemiskinan terhadap pendidikan sangat besar. jika kemiskinan tidak segera
di atasi maka untuk mencapai pendidikan yang bermutu sangat sulit, karena di zaman yang
modern seperti sekarang ini persaingan sangat ketat, segala sesuatu membutuhkan
sumberdaya yang berkualitas dan mampu bersaing. Jika tidak maka akan sangat sulit. Bagi
masyarakat yang mampu mungkin tidak masalah, karena mereka memiliki cukup materi
untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dengan berbagai jalan salah satunya
dengan kursus.
Kemiskinan akan menghambat individu untuk mengonsumsi nutrisi bergizi,
mendapatkan pendidikan yang layak serta menikmati lingkungan yang menunjang bagi hidup
sehat. Dari sudut pandang ekonomi kesemuanya itu akan menghasilkan sumber daya manusia
yang kurang berkualitas, atau dapat dikatakan memiliki tingkat produktivitas yang rendah.
Hal ini juga berimbas pada terbatasnya upah/pendapatan yang dapat mereka peroleh.
Sehingga dalam perkembangannya hal ini akan mempengaruhi tingkat pembangunan
manusia di suatu daerah (Christina, 2011)
Semua warga negara memiliki hak yang sama yaitu berhak untuk menuntut ilmu.
Tetapi karena kemiskinan hak tersebut kemudian terabaikan. Lebih ironis lagi, banyak anakanak yang rela bekerja untuk membantu orang tuanya sehingga waktu belajar mereka habis di
gunakan untuk bekerja, sehingga generasi muda penerus bangsa ini tidak memiliki modal
pengetahuan yang cukup untuk menghadapi persaingan global dimasa depan. Dalam era
pasar global bukan saja persaiangan usaha melainkan juga persaingan untuk mendapat
pekerjaan bukan saja dengan individu satu bangsa tetapi dengan individu dari berbagai
bangsa jadi dengan tantangan ini kita harus segera memperbaiki mutu pendidikan kita.
Lebih dari itu kita bisa tahu sebagian besar dari peserta didik tertanam dalam pikiran
mereka bahwa tujuan pendidikan yang mereka jalani hanyalah untuk persaiangan mendapat
pekerjaan sebenarnya ini yang lebih mengerikan dalam memandang masa depan bangsa
kita.Bangsa yang jumlah penduduknya mencapai 250 juta jiwa, hanya bersaing mendapat
pekerjaan. Semestinya pandangan ini harus diubah, pada negara maju pendidikan bukan

sebagai langkah untuk mendapat pekerjaan tetapi sebagai langkah memperkaya pengetahuan
dan wawasan, sehingga mereka mampu melihat peluang yang ada dalam menciptakan usaha.
Buah pemikiran bahwa pendidikan adalah senjata untuk mendapat posisi pekerjaan
haruslah diubah dengan pendidikan untuk menciptakan lapangan kerja setidaknya untuk
individu itu sendiri. Karena seiring meningkatnya jumlah penduduk jika tidak dibarengi
dengan meningkatnya lapangan kerja maka persaingan untuk mendapat kerja sangat tinggi,
maka kemiskinan akan semakin parah
Sementara jika dilihat dari segi pengajar, tidak sedikit guru yang juga hidup dalam
garis kemiskinan terutama mereka yang hanya tenaga pengajar honorer. Sehingga guru yang
hidup dalam garis kemiskinan harus melalukan kegiatan ekonomi lain untuk memenuhi
kehidupanya. Karena pengaruh lain itulah mereka tidak dapat mengajar secara maksimal
dalam menyampaikan materi, penilaian dan pedekatan social bagi muridnya. Semestinya ini
juga harus diperhatikan pemerintah. Tidak bisa dipungkiri masih banyak tenaga guru honorer
yang dibayar jauh dari standar upah. Bahkan guru yang sudah diangkat sebagai Pegawai
Negeri Sipil saja masih banyak yang memiliki permasalahan ekonomi. Dalam pengamatan
penulis, banyak pungutan liar birokrasi yang memberatkan guru dalam memperoleh hak
mereka, tentu hal ini sangat memberatkan guru.
Guru atau profesi guru adalah profesi khusus. Profesi guru tidak sama dengan
pegawai negeri lain. Tugasnya terikat pada waktu dan tempat. Karena itu, penggajian pada
guru harus berbeda dari pegawai negeri lainnya, agar mereka dapat bekerja dengan tenang
dan tidak perlu memikirkan untuk pungutan-pungutan yang tidak sah. Apabila penghasilan
guru sudah dapat memenuhi kebutuhan pokoknya, diharapkan berbagai pungutan tidak
terjadi. Jika melanggar berbagai ketentuan itu, mereka harus dikenai sanksi. Kepada
pengelola pendidikan dan komite sekolah, harus selalu ada koordinasi dengan sekolah agar
ketentuan- ketentuan kurikuler, terutama dalam penerimaan murid baru, dapat berjalan
menurut ketentuan yang ada sehingga peninggkatan mutu pendidikan dapat berjalan.
Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Pendidikan yang diselenggarakan oleh negara yang bertujuan agar warga negaranya
mendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat mengurangi tingkat ketertinggalan dan
keterbelakangan suatu daerah. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan
meningkatkan produktivitas orang tersebut, karena ilmu dan pengetahuan diperoleh lebih
banyak. Peningkatan produktivitas dapat meningkatkan pendapatan individu. Peningkatan
pendapatan individu tersebut dapat meningkatkan konsumsi mereka, dan dapat terhindar dari
kemiskinan. Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk memperoleh keahlian
maupun keterampilan untuk mengembangkan diri di dalam maupun diluar sekolah dan
berlangung seumur hidup. Pendidikan merupakan salah satu modal dasar manusia harus
dipenuhi untuk mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sektor pendidikan
memainkan peran utama untuk membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk
menyerap teknologi modern dan mengembangkan kapasitas produksi agar tercipta
pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Purnama Yanthi & Marhaeni, Piramida
Vol.XI no.2)

D. Upaya Menanggulangi Kemiskinan Agar Meningkatkan Mutu Pendidikan
Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan membutuhkan manusia yang berkualitas
sebagai modal dasar bagi pembangunan. Manusia dalam peranannya merupakan subjek dan

objek pembangunan yang berarti manusia selain sebagai pelaku dari pembangunan juga
merupakan sasaran pembangunan. Dalam hal ini dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana
untuk mendorong peran manusia dalam, pembangunan. Oleh karenanya dibutuhkan investasi
untuk dapat menciptakan pembentukan sumber daya manusia yang produktif. Investasi pada
modal manusia diharapkan akan berpengaruh positif terhadap kinerja perekonomian yang
salah satunya dapat diamati dari aspek tingkat pendidikan, kesehatan dan tingkat kemiskinan.
Investasi modal manusia ini yang mencakup pengembangan Sumber Daya Manusia
membutuhkan kebijakan pemerintah yang tepat sasaran dalam mendorong peningkatan
kualitas SDM. Pendidikan adalah hal yang pokok untuk mencapai kehidupan yang layak.
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam membentuk kemampuan sebuah negara
berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar
tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan (Todaro, 2006; Christina 2011)
Sangat sulit untuk untuk memberantas kemiskinan secara utuh,tetapi setidaknya
mengurangi angka kemiskinan. Berbagai cara yang di lakukan oleh pemerintah namun pada
kenyataanya kemiskinan masih sangat memperihatinkan. Pengembangan dan perbaikan
daerah terpencil Pemberian Bantuan Langsung tunai (BLT) yang di tujukan kepada
masyarakat yang kurang mampu, dan pendidikan gratis sampai tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Namun pada kenyataanya berjalan dengan maksimal.
Perbaikan dan pengembangan kampung misalnya, dana yang seharusnya di gunakan,
tetapi justru di selewengkan oleh oknum dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi
kepentingan pribadi. Begitupun dengan program BLT dan pengobatan gratis masih banyak
terjadi pelanggaran-pelanggaran dan penyimpangan misalnya masyarakat yang seharusnya
berhak menerima justru tidak mendapatkan haknya, begitu pun sebaliknya. serta program
pendidikan gratis sampai jenjang SMP, pada kenyataannya tetap ada bebagai macam
pungutan-pungutan yang memberatkan para orang tua.
Upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kemiskinan agar mutu pendidikan
meningkat antara lain:
a) Menciptakan banyak lapangan pekerjaanMenciptakan banyak lapangan pekerjaan
yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan sumberdaya yang ada di
daerah tersebut, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.
b) Menyamaratakan pendidikan termasuk di daerah terpencil yang sulit untuk di jangkau
agar mereka juga dapat merasakan pendidikan sehinnga meskipun bermukim di
daerah terpencil tetapi tetap memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.
c) Memberikan modal usaha bagi masyarakat yang kurang mampu.
d) Salah satu faktor kemiskinan adalah karena tidak adanya pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan yang di miliki. untuk mengatasinya perlu adanya peminjaman
modal bagi masyarakat yang tidak mampu agar mereka memiliki penghasilan,
sehinnga sebagian dari penghasilanya dapat disisihkan untuk membiayai pendidikan.
Bahkan juga dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan.
e) Memberantas korupsi
f) Masalah korupsi di Indonesia memang sangat memperihatinkan, bahkan menurut
pemberitaan diberbagai media, Indonesia adalah salah satu Negara yang terkorup.
Tidak terhitung uang yang di ambil oleh para koruptor demi kebutuhan dan
kepentingan pribadi, yang seharusnya uang tersebut di gunakan untuk menanggulangi
kemiskinan dan untuk memperbaiki kualitas pendidikan.

Islam mendorong penyediaan pelayanan publik dasar yang berpihak pada masyarakat luas
(pro-poor public services). Terdapat tiga bidang pelayanan publik yang mendapat perhatian
Islam secara serius: birokrasi, pendidikan dan kesehatan. Di dalam Islam, birokrasi adalah
amanah untuk melayani publik, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan.
Selain itu, Islam juga mendorong pembangunan pendidikan dan kesehatan sebagai sember
produktivitas untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat rumit dan memberikan dampak
keberbagai bidang terutama pendidikan. Berbagai cara yang telah dilakukan oleh pemerintah
untuk mengatasi kemiskinan. Mulai dari pemberian BLT bagi masyarakat ekonoimi lemah,
Indonesia Pintar, pendidikan gratis, perbaikan dan perkembangan kampung. Namun, pada
kenyataannya angka kemiskinan tetap tinggi. Faktor kemiskinan diantaranya meningkatkan
jumlah penduduk yang tidak disertai dengan kualitas sumber daya manusia, tidak meratanya
pendidikan, serta banyaknya pejabat negara yang melakukan tindakan korupsi.
Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan sangat besar karena pendidikan
memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan keterampilan.
Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan
memberikan pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi
semangat untuk terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa. Tidak terkecuali, keadilan
dalam memperoleh pendidikan harus diperjuangkan dan seharusnya pemerintah berada di
garda terdepan untuk mewujudkannya. Penduduk miskin dalam konteks pendidikan sosial
mempunyai kaitan terhadap upaya pemberdayaan, partisipasi, demokratisasi, dan
kepercayaan diri, maupun kemandirian. Pendidikan nonformal perlu mendapatkan prioritas
utama dalam mengatasi kebodohan, keterbelakangan, dan ketertinggalan sosial ekonominya
Dampak kemiskinan terhadap dunia pendidikan salah satuynya banyaknya anak-anak
yang tidak sekolah dan putus sekolah karena tidak adanya biaya. Solusi yang dapat dilakukan
untuk menanggulangi kemiskinan diantaranya dengan menyamaratakan pendidikan disemua
wilayah termasuk didaerah-daerah yang terpencil, menciptakan lapangan kerja, memberikan
bantuan berupa modal usaha kepada masyarakat yang berekonomi lemah, serta memberantas
korupsi.

Daftar Pustaka









Sidi Gazalba, Ilmu Islam2: Asas Agama Islam, cet 2, Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1985, hlm. 134.
H. Sudantoko, Djoko, S.Sos.,MM & Hamdani Muliawan, S.E, 2009, Dasar-Dasar
Pengantar Ekonomi Pembangunan, Jakarta, PT. PP Mardi Mulyo
Dr.Syekh Yusuf Al-Qardawy, Muhammad, 1996, Konsep Islam Dalam Mengentaskan
Kemiskinan, Surabaya, PT Bina Ilmu
Drs. Subandi, M.M, 2008, Ekonomi Pembangunan, Jakarta, Alfabeta
Al-Quran dan Terjemahannya
Azra, Azyumardi, 1999, Pendidikan Nasional versus Kemiskinan dalam Esei-esei
Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Tjahya, Supriatna, 1997, Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan,
Bandung: Humaniora Utama Press.

Jurnal
o Nur Kholis, 2014, Pendidikan Islam Dalam Usaha Mengatasi Kemisikinan, Jurnal
Kependidikan Voll 2 No 2, Sumber http://download.portalgaruda.org/
o Cokorda Istri Dian Purnama Yanthi & A.A.I.N. Marhaeni, Pengaruh Pendidikan
Terhadap Persentase Penduduk Miskin, PIRAMIDA Vol. XI Wayan Windia No. 2
Sumber http://ojs.unud.ac.id/
o Usmalidanti, Christina, 2011, Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Pengeluaran
Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan
Manusia
Di
Provinsi
Jawa
Tengah
Tahun
2007-2009,
Sumber
http://eprints.undip.ac.id/30995/1/Skripsi020.pdf

Online




Dwi, Eky. 2010. Penyebab kemiskinan di Indonesia, (www.tempatebo.co.cc, di akses
12 Desember 2016)
Djauzak, Ahmad. 2009. Dampak kemiskinan terhadap pendidikan www.kompas.com
The World Bank Jakarta, Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di
Indonesia, dapat diakses dihttp://indopov.org/files/Ikhtisar.pdf