PENGAMATAN PENYAKIT HAWAR PADA DAUN JABO

PENGAMATAN PENYAKIT HAWAR PADA DAUN JABON DENGAN METODE POSTULAT KOCH
Kelompok 2:
Dea Dinda Handayani (E44100018), Gunawan Rukmana (E44100026), Rummi Azzahra Gumilar
(E44100035), Yahdiyani Silmi (E44100038), Anisah Fitri Ana (E441000), Aip Heryana (E441000), Pak
Dino, yang anak SC
ABSTRACT
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Postulat Koch merupakan salah satu metode yang dilakukan untuk membuktikan penyebab suatu
penyakit. Dalam metode ini terdapat empat kriteria yang menjadi syarat suatu patogen apakah benar-benar
dapat menimbulkan penyakit pada inangnya. Kriteria tersebut adalah (1) mikroorganisme tertentun selalu
ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang timbulkan, (2) mikroorganisme dapat diisolasi dan
ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium, (3) biakan murni tersebut dapat diinjeksikan kepada
inagnya kembali dan (4) biakan murni tersebut dapat diisolasi kembali dari inang yang telah terinfeksi.
Postulat Koch hanya dapat digunakan dalam pembuktian jenis patogen yang tidak parasit obligat.
Artinya patogen ini dapat hidup jika tanpa ada inangnya sehingga dapat dibiakkan dalam laboratorium.
Metode Postulat Koch ini dilakukan pada tanaman jabon () yang terkena penyakit hawar daun jabon
(Anthocephalus cadamba Roxb.Miq). Dalam sistem klasifikasi tumbuhan, tanaman jabon termasuk ke dalam
kingdom plantae, sub kingdom Tracheobionta, Divisi Magnoliophyta, Kelas Magnoliopsida, Ordo Rubiales,
Famili Rubiaceae, Genus Anthocephalus, Spesies Anthocephalus cadamba Roxb. Miq. (Warisno dan Dahana
2011).

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui jenis patogen penyebab penyakit hawar pada daun
jabob, serta melakukan uji kembali setelah patogen dibiakkan, apakah patogen tersebut menunjukkan gejala
yang sama dengan tanaman inangnya.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah semai jabon,media PDA, alkohol 70%, air steril,
kapas steril, tabung reaksi, cawan petri, gunting, jarum ose, alat suntik, enlemeyer, pinset dan laminar flow.
Metode yang dilakukan yaitu pengamatan gejala dan tanda, isolasi, pemurnian, inokulasi, dan reisolasi.
Pengamatan gejala dan tanda dilakukan pada semai jabon merah dan jabon putih. Pengambilan sampel daun

untuk diisolasi untuk tahap isolasi, tahapnya: menyiapkan daun jabon yang telah dibasahi dengan alkohol
70%, kemudian sampel daun diletakkan pada media PDA, pengamatan dilakukan selama seminggu.
Pemurnian dilakukan supaya diperoleh biakan murni dari cendawan, karena dimungkinkan dalam biakan
terjadi kontaminasi. Prinsip pemurnian sama dengan metode untuk mendapat koloni tunggal. Hifa cendawan
yang berkembang pada biakan di pindahkan lagi kedalam media PDA.
Inokulasi dilakukan setelah mendapat biakan murni dari metode pemurnian. Biakan cendawan ditempelkan
pada tanaman sehat, pengamatan dilakukan selama seminggu, apakah terdapat gejala dan tanda yang sama.
Reisolasi dari pembiakan murni patogen sama seperti pada proses isolasi. Reisolasi patogen dilakukan
dengan mengambil daun yang diinokulasikan dengan cendawan Rhizoctonia spp, daun yang terserang hawar
diambil dengan memotong daun berukuran 0,5 cm × 0,5 cm dengan bagian kurang lebih antara daun sehat
dan daun hawar sama sebanyak 2 potong, kemudian dibiakkan pada media PDA secara aseptik. Pengamatan

pertumbukan patogen dilakukan seminggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Asosiasi (Pengamatan Gejala dan Tanda)
Tahapan yang pertama dilakukan adalah pengamatan asosiasi antara gejala dengan tanda penyakit
yang ditimbulkan dengan adanya patogen pada tanaman yang sakit. Gejala adalah kelainan atau
penyimpangan dari keadaan normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit, dan gejala dapat
dilihat dengan mata telanjang. Sedangkan tanda adalah semua struktur patogen yang terdapat pada
permukaan tanaman yang dapat dilihat secara makroskopik (khususnya pada penyakit yang disebabkan oleh
jamur dan bakteri).
Pengamatan ini dilakukan pada 2 jenis tanaman jabon yaitu jabon merah (Antocephalus machropyllus)
dan jabon putih (Antocephalus cadamba). Pada tanaman jabon merah, mengamati dua tanaman. Adapun
gejala yang tampak pada kedua tanaman tersebut antara lain, pada tanaman pertama tampak daun berlubang,
kering seperti terbakar serta batang seperti tersayat. Sedangkan untuk tanaman kedua tampak daun kering
seperti terbakar, daun hancur dan berwarna coklat. Untuk jabon putih, mengamati tiga tanaman yaitu pada
tanaman pertama terlihat daun berwarna kuning atau menguning. Tanaman kedua tampak pada daun terdapat
karat dan batang seperti tersayat. Pada tanaman ketiga daun berbecak dan daun menggulung di bagian
bawah.

Gejala dan tanda penyakit bercak daun pada umumnya sama pada setiap tanaman yang terserang yaitu
terbentuknya daerah yang mati pada daun (nekrosis). Luas daerah nekrosis bervariasi mulai dari yang kecil

sampai yang besar dengan bentuk dari yang tidak beraturan sampai yang beraturan. Begitu pula dengan
warna bercak atau daerah nekrosis tadi beragam mulai dari kuning, coklat hingga hitam (Semangun 2000).

Daun yang menguning pada jabon putih

Daun kering, coklat dan hancur pada jabon
merah

Terdapat karat pada daun jabon putih

Daun berlubang dan kering
pada jabon merah

Daun terdapat bercak dan menggulung di bagian bawah (jabon putih)

Isolasi dan Pemurnian
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu
medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme dilakukan karena untuk
mengidentifikasi mikroorganisme diperlukan satu macam organisme saja. Prinsip isolasi adalah memisahkan
satu jenis mikroorganisme dengan lainnya dengan menumbuhkannya pada media padat sehingga dapat

membentuk koloni sel pada media tersebut (Krisno 2011).
Pengamatan dilakukan selama seminggu, setelah daun yang terkena penyakit hawar yang disebabkan oleh
Rhizoctonia spp ditanam di media PDA. Pertumbuhan hifa pada cawan petri dimulai pada hari ketiga. Dari
dua keping daun yang diambil, satu keping daun tterkontaminasi bakteri sehingga pemurnian dilakukan pada
satu keping daun yang lain. Pemurnian dilakukan ketika hifa sudah mulai tumbuh. Pemurnian dilakukan
selama dua kali, namun dari kedua pemurnian tersebut terdapat kontaminasi bakteri.

Isolasi Rhizoctonia
berhifa.

spp yang sedah

Hasil pemurnian Rhizoctonia spp

Inokulasi dan Uji Petenogenesis
Setelah dilakukan pemurnian, hasil pemurnian diinokulasikan pada daun semai jabon yang sehat. Perlakuan
yang dilakukan melukai daun dengan jarum, kemudian menempelkan pada daun. Pengamatan dilakukan
selama dua minggu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah biakan murni tersebut memberikan gejala
dan tanda yang sama dengan inang yang terkena penyakit.


Daun jabon yang sudah diinokulasi dengan
biakan murni

Hasil inokulasi setelah 4 hari

Hasil inokulasi setelah 12 hari
Hasil inokulasi setelah 7 hari

Reisolasi
Proses reisolasi patogen diambil dari bibit yang terserang patogen, reisolasi dilakukan terhadap bibit yang
menunjukan gejala yang sama seperti gejala pada pengamatan awal. Dengan demikian akan diperoleh biakan
murni patogen penyebab penyakit.
Hasil reisolasi yang berasal dari daun semai jabon yang sudah diinokulasi menunjukkan hasil yang sama
dengan hasil isolasi pada tahap petama.

Reisolasi daun jabon yang terkena hawar

KESIMPULAN
Tahap kegiatan Postulat Koch yang terdiri dari asosiasi (pengamatan gejala dan tanda), isolasi, pemurnian,
inokulasi, dan reisolasi berhasil dilakukan. Pada tahap inokulasi gejala yang ditimbulkan sama dengan gejala

pada inang sebelumnya, begitu pula tahap reisolasi menunjukkan hasil yang sama dengan tahap isolasi di
awal kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardian. 2009. Gejala penyakit tanaman. http://ardian88.blogspot.com / gejala-penyakit-tanaman.html [20
April 2013]
Krisno Agus. 2011. Isolasi mikroorganisme dalam proses pembuatan enzim sebagai hasil produk bidang
industri. http://aguskrisno.wwordpress.com [20 April 2013].
Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia . Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Warisno, Dahana Kres. 2011. Peluang Investasi Jabon Tanaman Kayu Masa Depan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25