DIKLATSAR PECINTA ALAM ANTARA PENDIDIKAN

DIKLATSAR PECINTA ALAM
DI PERSIMPANGAN ANTARA PENDIDIKAN SPORTIFITAS DAN RELIGIUSITAS
Oleh : Rinayanti Ln

Pendidikan baik secara formal di sekolah maupun secara informal di keluarga
dan secara non formal di masyarakat, dilaksanakan untuk mencapai maksud agar
setiap anak didik sebagai warga masyarakat Indonesia menjadi manusia yang utuh.
Pendidikan tidak hanya berarti menyampaikan pengetahuan, tetapi juga
merekomendasikan nilai-nilai yang benar, baik, indah dan transedental (Sauri S ,
2004:41)
Pendidikan sebagai interaksi edukatif, diantaranya memerlukan persyaratanpersyaratan tertentu seperti dikemukakan oleh Rohani A dan Ahmadi A, (1995:9798), yakni sebagai berikut:
1. ada tujuan yang akan dicapai;
2. ada bahan yang mengisi proses;
3. ada guru/instruktur yang melaksanakan;
4. ada peserta didik yang aktif mengalami;
5. ada metode tertentu untuk mencapai tujuan.
Untuk menjadi warga negara yang baik, banyak wadah organisasi yang
membina dan membekali para peserta didik agar kelak memiliki sikap, wawasan
dan berprilaku yang baik. Salah satu wadah pembinaan yang dipersiapkan untuk
mendidik karakter, kecakapan, menumbuhkan nilai kecintaan kepada lingkungan,
menimbulkan kesadaran akan eksistensi peserta didik sebagai makhluk dari Khaliknya dan memiliki kesediaan dan pelayanan terhadap orang lain adalah Himpunan

Pecinta Alam.

A. Organisasi Pecinta Alam
Keberadaan organisasi pecinta alam di masyarakat luas maupun di lingkungan
dunia pendidikan formal pada awalnya sering diharapkan menjadi wadah untuk
menempa diri pada lingkungan alam bebas. Sehingga organisasi pecinta alam di
dalam melaksanakan kegiatannya sering disebut dengan olah raga alam bebas.
Berbagai program kegiatan akan dialami oleh calon anggota, sebelum mereka
berhak mendapat keanggotaan organisasi pecinta alam tertentu, di mana pada

akhirnya diharapkan dapat memunculkan
mencintai kelestarian alam.

generasi

yang

tangguh

sekaligus


Dalam perkembangannya aktivitas organisasi pecinta alam secara kwantitas
semakin meningkat dan cukup menggembirakan, namun secara kwalitas perlu
pembinaan yang lebih baik dan terarah. Meskipun mencintai alam semula bersifat
hobi semata, namun dengan tumbuhnya organisasi pecinta alam yang memberi
wadah aktivitas yang terprogram kegiatan, di lapangan maupun kegiatan-kegiatan
yang lain dapat meningkatkan prestasi maupun profesionalisme.
Kegiatan himpunan pecinta alam merupakan bagian dari kegiatan
ekstrakurikuler. Adapun tentang definisi ekstrakurikuler berikut ini dikemukakan
oleh John M. Echol dan Hasan Sadily (9:1979), bahwa kegiatan dapat diartikan
sebagai salah satu kesibukan. Berdasarkan pengertian tersebut, kegiatan dapat
diartikan pula sebagai suatu partisipasi atau suatu keterlibatan seseorang.
Sedangkan pengertian ekstrakurikuler menurut Indra Djati Sidi (1:1992) adalah
kegiatan ekstra atau tambahan (tentu tidak wajib) yang dilakukan manusia di luar
jadwal aktivitas kurikuler yang wajib seperti kuliah, praktikum, seminar dan
berbagainya.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan siswa atau mahasiswanya di luar kampus
yang bertujuan agar siswa/mahasiswa dapat memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan mendorong pembinaan sikap, nilai dan penerapan
pengetahuan dan kemampuan yang lebih dipelajari dari berbagai mata kuliah

dalam kurikulum baik program ini maupun non-inti.
Selanjutnya Djati Sidi, Indra (2:1992) mengemukakan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler adalah suatu wadah serta proses kerja sama sejumlah mahasiswa
yang terlibat dan terikat dalam hubungan formal dalam rangkaian hierarki untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ekstrakurikuler memberikan pelatihan bagi
mahasiswa tentang kepemimpinan, berorganisasi, kemampuan mengelola,
sosialisasi yang kurang atau tidak terdapat dalam kegiatan kurikuler. Selain itu
kegiatan ekstrakurikuler memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
memperluas spektrum wawasan dalam berbagai hal yang merupakan salah satu
pernyataan agar seseorang dapat lebih kreatif dan inovatif.
Menurut Sumaatmadja, Nursid (54: ), tentang wadah kegiatan yang bersifat
ekstrakurikuler adalah sebagai berikut :
Gerakan Pramuka dan Himpunan Pecinta Alam, yang secara khusus memiliki
program dan pembina yang berhubungan dengan pendidikan lingkungan. Hanya
yang perlu ditekankan di sini yaitu bahwa pembinaan sikap mental yang luhur
terhadap kesadaran ruang, kesadaran ekologi, dan kesadaran lingkungan harus
secara sungguh-sungguh tertanam disini.

Secara tersirat dikemukakan bahwa sikap mental yang luhur merupakan tujuan
utama pembinaan generasi muda dalam kegiatan himpunan pecinta alam. Untuk itu

dalam pelaksanaan kegiatannya perlu dirancang suatu program yang terintegrasi
meliputi aspek mental, fisik, materil dan spiritual. Langkah awal Himpunan Pecinta
Alam dalam upaya mencapai tujuan tersebut adalah Pendidikan dan Latihan Dasar
(DIKLATSAR), yang harus dijalankan oleh calon anggota, untuk meraih predikat
anggota dan selanjutnya berkiprah sebagai anggota dan menjalankan status dan
perannya sebagai anggota pecinta alam.
Organisasi pecinta alam dalam melaksanakan kegiatannya termasuk ke dalam
kategori olah raga alam bebas, di mana olah raga alam bebas ini memiliki beberapa
aspek yang harus terpenuhi, yakni aspek cinta alam, aspek rekreasi, serta aspek
pendidikan jasmani dan rohani.
Aspek cinta alam mengandung unsur pendidikan dan unsur religius. Unsur
pendidikan memiliki fungsi sebagai upaya pewarisan nilai-nilai dan kepercayaan.
Nilai-nilai seperti kejujuran, solidaritas, gotong-royong. Pendidikan juga berfungsi
memberi latihan kepada generasi muda untuk memegang fungsi dan peranan
dalam masyarakat.
Menurut Iqbal (K.G. Saiyidain, BA., M.Ed., dialihbahasakan oleh M.I. Soelaeman,
1981;171):
Pendidikan itu hendaknya bersifat dinamis dan kreatif dan diarahkan untuk
memupuk dan memberikan kesempatan gerak kepada semangat kreatif yang
bersemayam dalam diri manusia serta mempersenjatainya dengan kemauan dan

kemampuan untuk menguasai bidang seni dan ilmu pengetahuan yang baru,
kecerdasan dan kekuatan. Jadi pendidikan dimaksud hendaknya merupakan
pendidikan yang diilhami oleh suatu keyakinan yang optimis tentang tujuan akhir
manusia.

Organisasi pecinta alam dalam melaksanakan kegiatannya termasuk ke dalam
kategori olah raga alam bebas, di mana olah raga alam bebas ini memiliki beberapa
aspek yang harus terpenuhi, yakni aspek cinta alam, aspek rekreasi, serta aspek
pendidikan jasmani dan rohani.
Aspek cinta alam mengandung unsur pendidikan dan unsur religius. Unsur
pendidikan memiliki fungsi sebagai upaya pewarisan nilai-nilai dan kepercayaan.
Nilai-nilai seperti kejujuran, solidaritas, gotong-royong. Pendidikan juga berfungsi
memberi latihan kepada generasi muda untuk memegang fungsi dan peranan
dalam masyarakat.
Menurut Iqbal (K.G. Saiyidain, BA., M.Ed., dialihbahasakan oleh M.I. Soelaeman,
1981;171):

Pendidikan itu hendaknya bersifat dinamis dan kreatif dan diarahkan untuk
memupuk dan memberikan kesempatan gerak kepada semangat kreatif yang
bersemayam dalam diri manusia serta mempersenjatainya dengan kemauan dan

kemampuan untuk menguasai bidang seni dan ilmu pengetahuan yang baru,
kecerdasan dan kekuatan. Jadi pendidikan dimaksud hendaknya merupakan
pendidikan yang diilhami oleh suatu keyakinan yang optimis tentang tujuan akhir
manusia.

Penjabaran kegiatan pendidikan yang menggambarkan interaksi edukatif yang
bersifat normatif adalah adanya kesamaan keyakinan tentang tujuan pendidikan
atau proses belajar mengajar yang akan dilakukan. Misalnya, guru atau instruktur
dan peserta didik harus meyakini bahwa Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa
Indonesia. Demikian pula dalam proses Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR)
Anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam, instruktur dan peserta didik harus
meyakini bahwa Kode Etik Pecinta Alam merupakan pedoman hidup dalam
mencintai alam dan lingkungan sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Himpunan pecinta alam sebagai salah satu wadah pembinaan generasi muda
dengan sengaja membina peserta didiknya sesuai dengan ketentuan moral yang
tertuang dalam Kode Etik Pecinta Alam, sebagai peserta didik dituntut memiliki
kemampuan dan nilai lebih dalam menginternalisasikan nilai yang tertuang dalam
kode etik tersebut yang dapat dijadikan sebagai pedoman tingkah laku.
Pendidikan dan Latihan Dasar Pecinta Alam (DIKLATSAR PA ) pada prinsipnya
mencakup 6 (enam) nilai dalam Kode Etik Pecinta Alam, namun semua nilai tersebut

menunjukkan arah agar sikap seorang pecinta alam sejati adalah seseorang yang
memiliki sikap religius yang tinggi, karena nilai-nilai yang terkandung dalam Kode
Etik memiliki makna kecintaan manusia kepada Tuhannya, kecintaan manusia
kepada alam ciptaan Tuhan, kecintaan manusia kepada makhluk ciptaan Tuhannya
dan mengekspresikan kecintaan manusia kepada Tuhannya, dalam bentuk menjaga
dan memelihara alam agar serasi dan seimbang. Harapan yang muncul setelah
peserta didik menjadi seorang anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam akan
memiliki kepribadian yang lebih baik serta memegang teguh nilai-nilai yang
terkandung dalam Kode Etik Pecinta Alam.
Harus diakui, masih sedikit sekali organisasi pecinta alam yang telah
melakukan kegiatan pendidikan dengan melibatkan berbagai aspek secara integral,
meskipun telah ada di beberapa organisasi pecinta alam di kota besar. Kemiskinan
muatan ‘multi aspek’ dalam tubuh organisasi pecinta alam inilah yang perlu
menjadi bahan keprihatinan.
Pada kenyataannya nilai yang tertuang dalam Kode Etik Pecinta Alam, belum
seluruhnya dimiliki oleh setiap anggota kelompok pecinta alam. Masih terdapat
pengertian yang salah kaprah terhadap bentuk-bentuk kegiatan yang dilaksanakan

kelompok pecinta alam. Pada pelaksanaannya kegiatan pendidikan pecinta alam
pada umumnya lebih memberikan kesan kepada kegiatan yang bersifat

menumbuhkan kekuatan fisik semata, sehingga pelaksanaan pendidikan dasar
himpunan pecinta alam lebih diwarnai dengan kegiatan fisik di lapangan sedangkan
aspek non fisik berupa kegiatan kerohanian yang menyentuh nilai-nilai dan
memunculkan sikap religius pada anggotanya seperti diskusi tentang kebesaran
Allah dengan segala hasil ciptaan-Nya atau kegiatan melakukan ibadah shalat
secara berjamaah jarang dilakukan dan biasanya kegiatan tersebut dianggap
sebagai kegiatan bersifat pribadi dan individual. Pada akhirnya fenomena seperti itu
menumbuhkan kesan di masyarakat bahwa himpunan pecinta alam adalah
kelompok pemuda yang urakan, bebas, hura-hura, dan cenderung tidak peduli
terhadap lingkungan disekitarnya.
Tidaklah heran bilamana pada anggota yang dihasilkan dari pendidikan dasar
tersebut masih terdapat individu-individu yang berperilaku seenaknya yang
menandakan bahwa mereka belum betul-betul menghayati nilai-nilai yang
hendaknya dimiliki oleh seorang pecinta alam. Perilaku seenaknya dan kurang
bertanggung jawab seperti membabat tanaman dan pepohonan seenaknya untuk
lokasi mendirikan tenda dan membuat api unggun, membuang sampah seenaknya,
atau bahkan membawa dan meminum minuman keras. Individu-individu seperti itu
jelas belum sesuai dengan tujuan pendidikan dasar atau Kode Etik Pecinta Alam,
namun demikian individu-individu seperti itu seringkali masih dijumpai pada
kelompok-kelompok pecinta alam.

Idealnya manusia sebagai khalifah Allah SWT dimuka bumi wajib memelihara alam,
sebagaimana Allah SWT menciptakan dan memeliharanya dalam keadaan teratur,
tertib, seimbang dan indah. Dimana satu sama lain komponennya saling tergantung
atau patuh kepada aturan-aturan Allah SWT karena alam ini diperuntukan Allah SWT
bagi manusia, maka manusia wajib mengolah dan memanfaatkannya sesuai dengan
amanah yang memberikannya (disarikan oleh Z.S. Nainggolan, Al-Quran Surah AlBaqarah; 2:164, Al-Hajj; 22:5-7, Al-Naml; 27:88, Al-Mulk; 67:1-5, Al-Sajadah; 32:7,
Al-Jumu’ah; 62:1, Al-Naml; 16:14-18).
Fenomena sosok pecinta alam yang belum dapat mengamalkan dan
menginternalisasikan nilai-nilai yang tertuang dalam Kode Etik Pecinta Alam,
menyebabkan pentingnya penekanan visi dan misi organisasi pecinta alam dalam
melaksanakan pendidikan dan latihan dasar (DIKLATSAR) yang bertujuan
membentuk anggota yang memiliki fisik dan mental yang tangguh dalam
kehidupannya sehari-hari.
Jika melihat uraian karakteristik Himpunan Pecinta Alam dan Kode Etik yang
dimiliki, maka betapa pentingnya Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR) bagi
calon anggota Himpunan Pecinta Alam, karena sebagai salah satu program yang
bersifat ekstrakurikuler, maka Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam memiliki

tanggung jawab untuk menjadikan anggotanya sebagai anggota yang memiliki
kepribadian yang ideal.


B. Tujuan DIKLATSAR PA
Bila mengacu kepada nilai–nilai yang tertuang dalam Kode Etik Pecinta Alam
maka, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan Diklatsar PA hendaknya merupakan
integrasi dari kegiatan yang bersifat pendidikan jasmani dan rohani. Ada baiknya ,
uraian berikut ini dijadikan sebagai acuan penentuan tujuan Diklatsar PA , yakni :
Tujuan pendidikan dasar mahasiswa pecinta alam, sebagai organisasi
ekstrakurikuler mendukung usaha-usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kegiatannya yang bersifat fisik dan non fisik sehingga diharapkan seorang anggota
himpunan pecinta alam lebih memahami dan menghayati dirinya sebagai seorang
yang memiliki nilai lebih dalam memandang dirinya sebagai makhluk al-Khaliqnya,
dalam memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh
Allah SWT, dalam memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungan sosialnya.
Untuk mengungkapkan gambaran empiris tentang perubahan perilaku, tingkat
internalisasi nilai-nilai dalam Kode Etik Pecinta Alam dalam sikap religius Pecinta
Alam setelah mengikuti pendidikan dasar Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam, serta
upaya dalam menemukan format pendidikan dasar Himpunan Mahasiswa Pecinta
Alam yang sesuai dengan peningkatan prestasi, menyangkut materi pendidikan
dasar, metode, dan evaluasi.
Membuat “Kurikulum” Program DIKLATSAR PA, dalam format yang disesuaikan

secara normatif, tergantung kepada dimana “home base” organisasi tersebut
berada, misalnya; Kurikulum antara Org PA yang profesional, seperti Skygers, ORAD,
Atau Penyelenggara ‘Out bond’, akan berbeda dengan Kurikulum Diklatsar PA LPTK
atau Diklatsar PA Universitas.
Sudah saatnya Pecinta Alam memiliki satu kurikulum dasar dalam melaksanakan
pendidikan secara nasional. meskipun begitu tidak bisa dipungkiri bahwa masingmasing organisasi memiliki kurikulum sendiri, yang diklaim mungkin terbaik
menurut mereka dibandingkan kurikulum Diklatsar PA yang lain. Untuk
mempersatukannya memang agak sulit, namun bukan berarti tidak bisa, diperlukan
ekstra kerja keras, dari semua pihak dan yang paling utama adalah adanya
fasilitator yang bisa mempersatukan PA-PA ini. dan fasiltator yang paling tepat
adalah pemerintah.
Secara tersirat dikemukakan bahwa sikap mental yang luhur merupakan
tujuan utama pembinaan generasi muda dalam kegiatan himpunan pecinta alam.
Untuk itu dalam pelaksanaan kegiatannya perlu dirancang suatu program yang
terintegrasi meliputi aspek mental, fisik, materil dan spiritual. Langkah awal

Himpunan Pecinta Alam dalam upaya mencapai tujuan tersebut adalah Pendidikan
dan Latihan Dasar (DIKLATSAR), yang harus dijalankan oleh calon anggota, untuk
meraih predikat anggota dan selanjutnya berkiprah sebagai anggota dan
menjalankan status dan perannya sebagai anggota pecinta alam.
Organisasi pecinta alam dalam melaksanakan kegiatannya termasuk ke dalam
kategori olah raga alam bebas, di mana olah raga alam bebas ini memiliki beberapa
aspek yang harus terpenuhi, yakni aspek cinta alam, aspek rekreasi, serta aspek
pendidikan jasmani dan rohani.
Aspek cinta alam mengandung unsur pendidikan dan unsur religius. Unsur
pendidikan memiliki fungsi sebagai upaya pewarisan nilai-nilai dan kepercayaan.
Nilai-nilai seperti kejujuran, solidaritas, gotong-royong. Pendidikan juga berfungsi
memberi latihan kepada generasi muda untuk memegang fungsi dan peranan
dalam masyarakat.
Makna religius yang terdapat pada aspek mencitai alam, maksudnya adalah
dengan mengenal alam semesta maka manusia akan percaya adanya Yang Maha
Kuasa, Maha Pencipta. Dalam kesempatan menikmati betapa indahnya alam
semesta manusia mulai bertanya pada dirinya, seperti dikemukakan oleh RF.
Beerling : ... pada dasarnya manusia yang berfikiran secara filsafat senantiasa
meninjau dirinya sendiri. Biarpun dia tidak tegas mempersoalkan dirinya sendiri.
Demikian juga di dalam al-Qur’an (QS. Al-Jatsiyah; 12-13) disebutkan bahwa :
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar
dengan seijin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian dari kesenangan dan
mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia menunjukkan unukmu apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi semuanya sebagai rahmat daripada-Nya.
Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat kekuasaan Allah bagi kaum
yang berfikir. (QS. Al-Jatsiyah; 12-13)

Konsep di atas menunjukkan bahwa dalam kegiatan mencintai alam setiap
insan pecinta alam terlibat dalam proses bersikap setia dan taat akan aturan atau
tata nilai dan kaidah-kaidah organisasi pecinta alam.
Aspek rekreatif, artinya bahwa rekreasi adalah aktivitas di waktu senggang.
Rekreasi merupakan aktivitas yang sehat bagi mental, sosial dan fisik sebagai
pelengkap dari aktivitas kegiatan sehari-hari, karena itu kegiatan rekreasi
diperlukan oleh setiap individu. Aktivitas pecinta alam akan memberikan kesegaran
baik fisik maupun mental, menumbuhkan rasa gembira dan puas diri serta
membangun kembali vitalitas tubuh dan sifat-sifat energik dalam kehidupan seharihari baik bersifat kelompok maupun individu.

Aspek pendidikan jasmani dan olah raga, adalah suatu proses pendidikan
seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan
secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka
memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan
kecerdasan dan pembentuk watak.
Unsur-unsur dasar aktivitas jasmani, yaitu : (1) pembentuk watak, (2) pembentuk
prestasi, (3) pembentuk sosial, serta (4) pertumbuhan badan.
Ada berbagai alasan atau penyebab mengapa manusia melakukan olah raga.
Alasan tersebut diantaranya adalah faktor lingkungan. Sedangkan motivasi manusia
melakukan olah raga, yaitu :
1. Penyesuaian terhadap lingkungan hidup sendiri (sekitar tempat tinggal, sekolah
atau tempat pekerjaan),
2. Penyesuaian geofisik, iklim mempengaruhi pilihan seseorang (perairan, padang
rumput, gunung-gunung),
3. Penyesuaian harapan (tingkatan, golongan, tempat bekerja, pengalihan status),
4. Sikap meniru dari olahragawan yang sukses,
5. Penyesuaian pada lingkungan baru.
Pada dasarnya pendidikan dan latihan dasar (DIKLATSAR) Himpunan
Mahasiswa Pecinta Alam memiliki tujuan untuk membentuk manusia yang takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai keimanan dan ketakwaan dalam kehidupan individu, masyarakat dan
kehidupan bernegara di Indonesia merupakan nilai yang sangat mendasar, sebagai
konsekuensi dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila, yang harus
dihayati dan diamalkan oleh seluruh warga negara Indonesia. Karena tanpa
memiliki keimanan yang benar dan ketakwaan yang mantap tidak mungkin tercapai
masyarakat modern berdasarkan Pancasila yang dicita-citakan masyarakat
Indonesia (Djamari, 1994:2).
Ketakwaan individu terhadap Tuhan Yang Maha Esa menentukan kadar
hubungan dengan sesamanya. Oleh karena itu sesungguhnya merupakan kewajiban
luhur bagi manusia untuk selalu membina sifat cinta kasih dalam dirinya agar
pribadinya lebih dekat dengan Tuhannya. Manusia ditugaskan untuk menebarkan
cinta dan kasih sayangnya bukan hanya antar manusia saja, melainkan kepada
segenap isi alam, baik benda hidup maupun benda mati, seperti air, tanah,
pepohonan dan sebagainya. Sebagaimana firman Allah Taala (QS. 26:183) berikut
ini: “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan berbuat kerusakan”.

Dilihat dari tanggung jawabnya manusia adalah makhluk yang ditugaskan untuk
memakmurkan bumi, mengelola, dan melestarikannya. Al-Qur’an memberi syarat
tentang perilaku manusia terhadap alam yaitu ketika Allah berdialog dengan
malaikat, pada saat Adam as diciptakan (Nurdin, Muslim dkk., 1995:269) :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) ini orang yang akan membuat kerusakan
padanya, dan menumpah darah, padahal kami senantiasa bertasbih memuji
Engkau? Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau
ketahui (QS. 2:30).

Dengan perkataan lain orang yang bertakwa adalah orang yang melaksanakan
rukun iman dan Islam atau apa yang disandang oleh orang muslim. Terlepas apakah
konotasinya lengkap atau tidak, konsep takwa adalah konsep Islam yang
disumbangkan kepada Tujuan Pendidikan Nasional (Yusuf Amir Feisal, 1995:73).
Berdasarkan uraian diatas, jelaslah dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan dan
Latihan Dasar (DIKLATSAR) Pecinta Alam merupakan operasionalisasi tujuan
pendidikan nasional dalam kegiatan ekstrakurikuler dimana Pancasila ditempatkan
sebagai falsafah pendidikan, dan menempatkan ketakwaan manusia Indonesia pada
posisi yang paling utama. Dengan demikian seorang anggota himpunan pecinta
ditempa sedemikian rupa dalam DIKLATSAR, untuk lebih dapat melihat, merasakan,
mengaggumi ciptaan-Nya, sehingga diharapkan makin kuat dalam hal agama dan
imannya dan dijabarkan dalam sikap yang religius.

C. Nilai-nilai dalam Kode Etik Pecinta Alam
Organisasi Pecinta Alam sebagai organisasi yang dengan sengaja membina
peserta didiknya sesuai dengan ketentuan moral yang ada dalam Kode Etik Pecinta
Alam, dituntut untuk membina anggotanya agar memiliki kemampuan lebih
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, hal ini dimungkinkan
mengingat bahwa nilai-nilai dalam Kode Etik Pecinta Alam disusun secara sistematis
dan memiliki makna yang sangat tinggi.
Berikut ini adalah keseluruhan nilai yang terdapat dalam Kode Etik Pecinta
Alam yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku dan ketentuan moral para
anggota Himpunan Pecinta Alam.

KODE ETIK PECINTA ALAM SE-INDONESIA

Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.
Pecinta Alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan
tanggung jawab kami kepada Tuhan, bangsa dan tanah air.
Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam adalah sebagai makhluk yang
mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Sesuai dengan hakekat di atas dengan kesadaran kami menyatakan :
1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan
kebutuhannya,
3. Mengabdi kepada Bangsa dan tanah air,
4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat,
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas
pecinta alam,
6. Berusaha saling membantu serta saling menghargai dalam pelaksanaan
pengabdian terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air,
7. Selesai.

Apabila dikaji isi dari butir-butir nilai yang dalam Kode Etik Pecinta Alam yang
terdapa di atas, maka kiranya cukup lengkap untuk dijadikan pedoman bagi seluruh
anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam, baik yang terdapat di lingkungan
pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi, untuk bersikap dan berperilaku
dalam rangka hidup sebagai manusia yang mencintai Alam Lingkungannya sebagai
Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Disamping nilai-nilai moral lainnya yang telah
dijadikan pedoman hidup seluruh Bangsa yang nilai-nilai yang terdapat dalam
Pancasila yang dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia dalam rangka hidup
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Selaku anggota Himpunan Pecinta Alam, peserta didik senantiasa berpegang
kepada janji moral, yaitu Kode Etik Pecinta Alam, ketentuan moral tersebut
merupakan prinsip dasar yang dipakai sebagai pedoman menjalankan segala
aktivitasnya dalam program kegiatan organisasinya.
Setiap nilai yang terdapat dalam Kode Etik Pecinta Alam menunjukkan suatu
hubungan, baik vertikal maupun horizontal. Kewajiban ini harus dilakukan dalam
perbuatan nyata oleh setiap anggota, sebagai realisasi dari nilai-nilai yang telah

diterima dan dipahami dalam Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR) Pecinta
Alam.
Hubungan horizontal sebagai suatu kondisi dalam manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial mempunyai naluri dan kewajiban agar bergaul dan
berinteraksi dengan sesamanya.
Terlebih lagi hubungan vertikal, yakni antara manusia dengan Tuhan-nya, segala
tingkah laku dan sikap manusia pada dasarnya bertujuan untuk menunjukkan
kesadaran manusia sebagai makhluk Tuhan, sehingga perilaku yang muncul
diharapkan dapat mencerminkan sikap religius yang tinggi, yang dijabarkan dalam
interaksi, dengan sesama manusia, dengan lingkungan alam dan yang terutama
dengan Tuhannya.

D. Proses Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR)
Proses Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR) pada organisasi pecinta
alam mengikuti kaidah-kaidah pendidikan dan pengajaran yang dilakukan di sekolah
pada umumnya. Yang membedakannya terletak pada lingkup kegiatannya.
Pendidikan sekolah merupakan pendidikan formal, sedangkan DIKLATSAR
merupakan kegiatan non-formal dan bersifat ekstrakurikuler. Sedangkan proses
yang terjadi adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru atau
instruktur dan peserta didik.

E. Sikap Religius Anggota Pecinta Alam yang Sesuai dengan Nilai-nilai dalam Kode
Etik Pecinta Alam
Sikap merupakan suatu kesiapan dari individu untuk bertindak. Kesiapan yang
dimaksudkan adalah berhubungan dengan pemikiran dan perasaannya terhadap
sesuatu obyek sebelum individu tersebut tertindak. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Witherington (1982:10), mengemukakan : “Sikap adalah hal yang
berhubungan dengan cara-cara berpikir dan berasa terhadap soal-soal yang
mengandung nilai”.
Ellis (tanpa tahun:228), mengemukakan tentang sikap, yaitu “Attitude involve
some knowledge of situation. However, the essential aspect of the attitude is found
in the fact that some characteristic feeling or emotion is experinced and as we
would accordingly espect, some definite tendency to action is associated”.
Menurut Ellis, yang sangat memegang peranan penting di dalam sikap adalah faktor
perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi atau respons, atau
kecenderungan untuk bereaksi.

Dalam beberapa hal, sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah
laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif,
yaitu senang (like), atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakannya atau
menjauhi / menghindari sesuatu.
Dari definisi-definisi sikap yang telah diuraikan di atas, jika diperhatikan
sebagian besar dari definisi atau pendapat tersebut selalu tercantum kata
kecenderungan, yang memberikan arti adanya kesediaan atau kesiapan mental dan
syaraf yang berpengaruh dan bersifat mengarahkan respon individu terhadap obyek
atau situasi. Jadi sikap belum merupakan tindakan melainkan baru merupakan
suatu kesiapan (readiness). Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Nurkancana,
Wayan dan Sunartana (1982:249) bahwa sikap akan memberi arah kepada
perbuatan dan tindakan seseorang.
Berdasarkan gambaran di atas, maka sikap religius terbentuk atau berubah,
bermula dari stimulus yang telah diterima berupa materi DIKLATSAR PECINTA ALAM
melalui proses perhatian, pengertian. Jadi melalui komponen kognisi dan afeksi.
Oleh karena itu keberhasilan proses tersebut di atas tergantung dari kemampuan
belajar anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam, yang pada umumnya
ditunjukan atau dapat dilihat dari prestasinya.
Akhirnya dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sikap
religius yang sesuai dengan nilai-nilai Kode Etik Pecinta Alam adalah kesiapan atau
kecenderungan bertindak religius dari para anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta
Alam yang sesuai dengan nilai-nilai dalam Kode Etik Pecinta Alam. Yang terdiri dari
komponen kognisi yakni pemahaman anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam
terhadap sikap religius yang sesuai dan nilai-nilai yang tertuang dalam Kode Etik
Pecinta Alam, komponen afeksi yakni keyakinan emosional anggota Himpunan
Mahasiswa Pecinta Alam terhadap sikap religius yang sesuai dan nilai-nilai yang
tertuang dalam Kode Etik Pecinta Alam, dan komponen konasi yakni kecenderungan
untuk berperilaku dari anggota Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam yang sesuai
nilai-nilai yang tertuang dalam Kode Etik Pecinta Alam dimana kecenderungan
tersebut mungkin positif atau mungkin negatif.

F. Nilai Sportifitas dalam DIKLATSAR PA
Manusia adalah gabungan antara aspek fisik, mental, spiritual, sehingga bila
terjadi proses pendidikan hendaknya mencakup multiaspek tersebut.
Dalam Diklatsar kegiatan operasional biasanya dikembangkan dalam berbagai
divisi kegiatan misalnya :, divisi Hutan Gunung, Arung Jeram, Penelusuran Gua,
Panjat Tebing dan divisi lingkungan.

Inilah kegiatan PA yang disebut dengan kegiatan yang menumbuhkan nilai
sportifitas, karena disamping mempersyaratkan kondisi fisik yang prima, juga
diperlukan nilai sportifitas yang tinggi pada sikap dari setiap anggota PA tersebut.
Dalam perkembangannya, kegiatan operasional pada pecinta Alam seringkali
mengalami pasang surut tergantung kepada kuantitas peminat, dalam hal ini
anggota PA yang memutuskan untuk memilih ‘spesialisasi tersebut.
Untuk mengatasi keadaan tersebut ada baiknya ditempuh beberapa langkah,
misalnya adanya pendivisian dan pembuatan kurikulum operasional. Pendivisian
dimaksudkan agar regenerasi di masing-masing divisi terus berjalan dan kurikulum
operasional merupakan acuan berkegiatan bagi anggota Pecinta Alam di dalamnya
terdapat materi-materi operasional dan materi penunjang lainnya. Dari kurikulum
operasional ini dibuat sebuah schedule kegiatan sebagai panduan untuk semua
kegiatan operasional. Pengaturan jadwal kegiatan lapangan dibuat agar tidak terjadi
benturan jadwal kegiatan antara sesama divisi di operasional dan bidang-bidang
lain
di
dalam
organisasi
PA
tersebut.
G. Penutup
Tulisan ini hanya sekedar ‘percikan’ ide yang terlontar begitu saja, berdasarkan
pengamatan dari diklatsar-diklatsar yang kerap dilaksanakan oleh organisasi PA,
khususnya di Perguruan Tinggi.
Tulisan ini merupakan ‘percikan ‘ unek-unek, bahwa Diklatsar keseringan secara
operasional lebih mengarahkan peserta didik agar memiliki fisik yang kuat dan
tangguh melalui latihan-latihan (exercise) fisik tegas dan disiplin,..Namun pada
kenyataannya, bahwa aktifitas penguatan fisik ini jarang diimbangi dengan
kegiatan-kegiatan yang bersifat rohaniah/keagamaan/religius, secara terstruktur
terdapat dalam kurikulum Diklatrsar PA. Sehingga keseringan dilakukan secara
individual… Bukankah kalau kurikulum tersebut bersifat multiaspek antara fisik,
mental, spiritual,.. kelak diharapkan sosok Pecinta Alam adalah sosok yang sportif,
tangguh dan religius,..sebagaiamana tujuan awalnya ingin mencintai alam, berarti
ingin mencintai Pencipta Alam, sebagai penjabaran dari pengakuan adanya Sang
Maha Pencipta.. Wallahu Alam.

(Summary Tesis penulis dan rangkuman berbagai sumber)