Pengaruh Interaksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans Terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Oleh Antibiotik dan Antifungal Secara In Vitro.

(1)

iv

ABSTRAK

PENGARUH INTERAKSI Staphylococcus aureus DAN Candida albicans TERHADAP DAYA HAMBAT PERTUMBUHAN OLEH

ANTIBIOTIK DAN ANTIFUNGAL SECARA IN VITRO

Albert, 2012. Pembimbing I : Triswaty Winata dr.,M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr.,MH

Staphylococcus aureus dan Candida albicans merupakan flora normal pada saluran napas bagian atas yang sama-sama menyebabkan infeksi saluran nafas bagian atas dan biasa muncul pada penderita yang mengalami penurunan imunitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek interaksi antara Staphylococcus aureus dan Candida albicans terhadap perubahan daya hambat oleh obat antibiotik dan antifungal serta koloni yang terlihat di sekitar cakram antibiotik dan antifungal.

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan metode pencampuran dua suspensi mikroorganisme yaitu Staphylococcus aureus dan Candida albicans dan melakukan pengamatan zona inhibisi dengan metode “disc diffusion” menggunakan cakram antifungal nistatin dan antibiotik kloramfenikol pada agar Mueller-Hinton yang dibandingkan dengan kontrol positif serta dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik dari sekitar cakram kloramfenikol dan nistatin dan kemudian pengolahan data menggunakan dengan metode analisis statistik One-way ANAVA dan uji Post Hoc HSD dengan data dinyatakan berbeda nyata bila ρ <0.005.

Hasil penelitian menunjukkan pencampuran kedua jenis kuman membentuk rata-rata zona inhibisi Kloramfenikol sebesar 28,87 mm kemudian dibandingkan dengan kontrol positif yaitu cakram Kloramfenikol yang berisi Staphylococcus aureus saja menghasilkan zona inhibisi sebesar 29,96 mm dan dengan pemeriksaan mikroskopik didapatkan koloni Staphylococcus aureus menempel dengan koloni Candida albicans. Pada cakram Nistatin membentuk rata-rata zona inhibisi sebesar 28,70 mm kemudian dibandingkan dengan kontrol positif yaitu cakram Nistatin yang berisi Candida albicans menghasilkan zona inhibisi sebesar 28,70 mm dengan pemeriksaan mikroskopik didapatkan koloni Staphylococcus aureus saja.

Dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan daya hambat pada antibiotik Kloramfenikol terhadap Staphylococcus aureus bila berinteraksi dengan Candida albicans, sedangkan pada cakram Nistatin tidak terjadi perubahan daya hambat terhadap Candida albicans walaupun berinteraksi dengan Staphylococcus aureus.

Kata Kunci : Staphylococcus aureus, Candida albicans, antibiotik, antifungal, daya hambat


(2)

v ABSTRACT

THE EFFECT OF INTERACTION OF Staphylococcus aureus AND Candida albicans TOWARDS GROWTH INHIBITION BY IN VITRO

ANTIBIOTIC AND ANTIFUNGAL

Albert Gunawan, 2012. 1st Supervisor : Triswaty Winata dr.,M.Kes 2nd Supervisor : Budi Widyarto Lana dr.,MH

Staphylococcus aureus and Candida albicans are normal flora on upper respiratory tract. Both microorganisms are causing upper respiratory tract infections and frequently manifests in immunocompromised people.

The aim of this study is to determine the interaction’s on the change of inhibition zone by the antibiotic and antifungal and colonies were visible around the disc antibiotics and antifungal.

This study is an experimental laboratory research, using the mixture of two suspensions of microorganisms and observing the inhibition zone from nystatin and chloramphenicole on Mueller-Hinton agar with disc-diffusion method compared with the positive control and followed by microscopic examination of the surrounding of the chloramphenicol and nystatin discs and then the zones of inhibition are analyzed by using One-way ANOVA and HSD table, the data is considered significant if it is <0.005.

Experiment’s result shows that mix of two germs type formed average Chloramphenicol inhibition’s zone as big as 28,87 mm then compared with positive control that is chloramphenicol disc that contain Staphylococcus aureus generated inhibition’s zone as big as 29,96 mm and microscopic test showed that Staphylococcus aureus colony patch with Candida albicans colony. Nistatin disc generate average inhibitions zone as big as 28,70 mm then compared to positive control that is Nistatin disc contained Candida albicans generate inhibition’s zone as big as 28,70 mm and microscopc test aquired only Staphylococcus aureus colony.

It can be concluded that reduction happened on inhibition ability of chloramphenicol antibiotik to Staphylococcus aureus if interacted with Candida albicans, while nistatin disc not occured any difference on inhibitions ability to Candida albicans although interacted with Staphylococcus aureus.

Keywords: Staphylococcus aureus, Candida albicans, antibiotic, antifungal, inhibition of


(3)

viii

DAFTAR ISI

JUDUL DALAM ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.6 Hipotesis Penelitian ... 4

1.7 Metode Penelitian ... 4

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Candida albicans ... 5

2.1.1 Taksonomi Candida albicans ... 5

2.1.2 Faktor Virulensi ... 6

2.1.3 Manifestasi Klinis akibat infeksi Candida albicans ... 7

2.2 Staphylococcus aureus ... 8


(4)

ix

2.2.2 Faktor Virulensi ... 9

2.2.3 Manifestasi Klinis akibat Infeksi Staphylococcus aureus ... 11

2.3 Anti fungal Nistatin ... 12

2.3.1 Asal dan Struktur Kimia ... 12

2.3.2 Mekanisme Kerja ... 12

2.3.3 Sediaan dan Dosis ... 13

2.3.4 Efek Samping ... 13

2.3.5 Indikasi ... 13

2.4 Antibiotik Kloramfenikol ... 13

2.4.1 Asal dan Struktur Kimia ... 13

2.4.2 Efek Anti Mikroba ... 14

2.4.3 Farmakokinetik ... 14

2.4.4 Efek Samping ... 14

2.4.5 Indikasi ... 15

2.4.6 Sediaan dan Dosis ... 15

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan / Subjek Penelitian ... 17

3.1.1 Alat dan Bahan ... 17

3.1.2 Subjek Penelitian ... 18

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2 Metode Penelitian ... 18

3.2.1 Desain Penelitian ... 18

3.2.2 Variabel Penelitian ... 19

3.2.3 Besar Sampel Penelitian ... 19

3.2.4 Prosedur Kerja ... 19

3.2.4.1 Persiapan Mikroorganisme Uji ... 19

3.2.4.2 Sterilisasi Alat ... 22

3.2.4.3 Persiapan Media Agar ... 23

3.2.5 Metode Analisis ... 23


(5)

x

3.2.5.2 Penentuan Pemeriksaan Campuran Koloni Candida

albicans dan Staphylococcus aureus ... 24

3.2.5.3 Penentuan Tes Sensitivitas Antibiotik dan Antifungal ... 25

3.2.5.4 Pengamatan dan Pencatatan Hasil Penelitian ... 25

3.2.5.5 Hipotesis Statistik ... 26

3.3 Kriteria Uji...………. ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 27

4.1.1 Pengamatan Tes Sensitivitas Antibiotik dan Antifungal Pada Agar Mueler-Hinton ... 27

4.1.2 Hasil Pengamatan Mikroskopik dari Campuran Koloni Staphylococcus aureus dan Candida albicans ... 29

4.2 Pembahasan ... 31

4.3 Uji Hipotesis ... 32

4.3.1 Hipotesis Penelitian ... 32

4.3.2 Hal Yang Mendukung ... 32

4.3.3 Hasil Yang Tidak Mendukung ... 32

4.3.4 Simpulan ... 32

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 36


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Tes Sensitivitas Antibiotika dan Antifungal ... 27 Tabel 4.2 ANOVA Satu Arah pada Zona Inhibisi yang dibentuk oleh Campuran Koloni Staphylococcus aureus dan Candida albicans pada Antibiotik

dan Antifungal ... 28 Tabel 4.3 Uji Post hoc HSD pada Zona Inhibisi yang dibentuk oleh Campuran

Koloni Staphylococcus aureus dan Candida albicans pada

Antibiotik dan Antifungal ... 29 Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Koloni Campuran Staphylococcus aureus dan

Candida albicans yang Tumbuh di Sekeliling Cakram Kloramfenikol dan Cakram Nistatin ... 30


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran Hifa Pada Pemeriksaan Germ Tube... 5

Gambar 2.2 Koloni Staphylococcus aureus Pada Agar LAD ... 7

Gambar 2.3 Gambaran Staphylococcus aureus pada pewarnaan Gram ... 7


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Identifikasi Kuman ... 37

Lampiran 2 Studi Pendahuluan ... 38

Lampiran 3 Penelitian Hari - 1 ... 39

Lampiran 4 Penelitian Hari - 2 ... 40

Lampiran 5 Penelitian Hari - 3 ... 41


(9)

36

LAMPIRAN.1 FOTO IDENTIFIKASI KUMAN

Gambar 1.1 Gambaran koloni Candida albicans pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA)

Gambar 1.2 Gambaran Koloni Staphylococcus aureus pada Lempeng Agar Darah (LAD)


(10)

37

LAMPIRAN 2. FOTO STUDI PENDAHULUAN

Gambar 2.1 Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Staphylococcus aureus dan Candida albicans di sekitar cakram Nistatin

Gambar 2.2 Zona inhibisi yang terbentuk dari Staphylococcus aureus dan Candida albicans di sekitar cakram Nistatin (kiri) dan Kloramfenikol (kanan)

Gambar 2.3 Hasil pemeriksaan Mikroskopik Staphylococcus aureus dan Candida albicans di sekitar cakram Kloramfenikol


(11)

38

LAMPIRAN 3. FOTO PENELITIAN HARI - 1

Gambar 3.1 Zona Inhibisi yang terbentuk di sekitar cakram Kloramfenikol (kiri) dan Nistatin (kanan)

Gambar 3.2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopis di sekitar cakram Kloramfenikol


(12)

39

LAMPIRAN 4. FOTO PENELITIAN HARI KE – 2

Gambar 4.1 Zona inhibisi di sekitar cakram Kloramfenikol (kanan) dan Nistatin (kiri)

Gambar 4.2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopis di sekitar cakram Nistatin


(13)

40

LAMPIRAN 5. FOTO PENELITIAN HARI KE – 3

Gambar 5.1 Zona inhibisi di sekitar cakram Nistatin (kiri) dan cakram Kloramfenikol (kanan)

Gambar 5.2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopis di sekitar cakram Kloramfenikol


(14)

41

LAMPIRAN 6. STATISTIK HASIL PERCOBAAN

Descriptives

zona

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 3 28.7000 .00000 .00000 28.7000 28.7000 28.70 28.70

2 3 29.9667 .05774 .03333 29.8232 30.1101 29.90 30.00

3 3 28.8700 .01000 .00577 28.8452 28.8948 28.86 28.88

4 3 28.7000 .00000 .00000 28.7000 28.7000 28.70 28.70

Total 12 29.0592 .55259 .15952 28.7081 29.4103 28.70 30.00

ANOVA

Zona

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.352 3 1.117 1301.757 .000

Within Groups .007 8 .001


(15)

42 Multiple Comparisons Dependent Variable:zona (I) kelompok (J) kelompok Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD 1 2 -1.26667* .02392 .000 -1.3433 -1.1901

3 -.17000* .02392 .000 -.2466 -.0934

4 .00000 .02392 1.000 -.0766 .0766

2 1 1.26667* .02392 .000 1.1901 1.3433

3 1.09667* .02392 .000 1.0201 1.1733

4 1.26667* .02392 .000 1.1901 1.3433

3 1 .17000* .02392 .000 .0934 .2466

2 -1.09667* .02392 .000 -1.1733 -1.0201

4 .17000* .02392 .000 .0934 .2466

4 1 .00000 .02392 1.000 -.0766 .0766

2 -1.26667* .02392 .000 -1.3433 -1.1901

3 -.17000* .02392 .000 -.2466 -.0934

LSD 1 2 -1.26667* .02392 .000 -1.3218 -1.2115

3 -.17000* .02392 .000 -.2252 -.1148

4 .00000 .02392 1.000 -.0552 .0552

2 1 1.26667* .02392 .000 1.2115 1.3218

3 1.09667* .02392 .000 1.0415 1.1518

4 1.26667* .02392 .000 1.2115 1.3218

3 1 .17000* .02392 .000 .1148 .2252

2 -1.09667* .02392 .000 -1.1518 -1.0415

4 .17000* .02392 .000 .1148 .2252

4 1 .00000 .02392 1.000 -.0552 .0552

2 -1.26667* .02392 .000 -1.3218 -1.2115


(16)

43 Multiple Comparisons Dependent Variable:zona (I) kelompok (J) kelompok Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD 1 2 -1.26667* .02392 .000 -1.3433 -1.1901

3 -.17000* .02392 .000 -.2466 -.0934

4 .00000 .02392 1.000 -.0766 .0766

2 1 1.26667* .02392 .000 1.1901 1.3433

3 1.09667* .02392 .000 1.0201 1.1733

4 1.26667* .02392 .000 1.1901 1.3433

3 1 .17000* .02392 .000 .0934 .2466

2 -1.09667* .02392 .000 -1.1733 -1.0201

4 .17000* .02392 .000 .0934 .2466

4 1 .00000 .02392 1.000 -.0766 .0766

2 -1.26667* .02392 .000 -1.3433 -1.1901

3 -.17000* .02392 .000 -.2466 -.0934

LSD 1 2 -1.26667* .02392 .000 -1.3218 -1.2115

3 -.17000* .02392 .000 -.2252 -.1148

4 .00000 .02392 1.000 -.0552 .0552

2 1 1.26667* .02392 .000 1.2115 1.3218

3 1.09667* .02392 .000 1.0415 1.1518

4 1.26667* .02392 .000 1.2115 1.3218

3 1 .17000* .02392 .000 .1148 .2252

2 -1.09667* .02392 .000 -1.1518 -1.0415

4 .17000* .02392 .000 .1148 .2252

4 1 .00000 .02392 1.000 -.0552 .0552

2 -1.26667* .02392 .000 -1.3218 -1.2115

3 -.17000* .02392 .000 -.2252 -.1148


(17)

44

zona

kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Tukey HSDa 1 3 28.7000

4 3 28.7000

3 3 28.8700

2 3 29.9667

Sig. 1.000 1.000 1.000

Tukey Ba 1 3 28.7000

4 3 28.7000

3 3 28.8700

2 3 29.9667

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


(18)

45

RIWAYAT HIDUP

Nama : Albert Gunawan

NRP : 0910097

Agama : Budha

Tempat/Tanggal Lahir : Jambi, 19 Mei 1991

Alamat : Jln. Darmawangsa No.7, Kenali Asam Atas, Jambi

Riwayat Pendidikan :

TK Xaverius II Jambi (1995-1997) SD Xaverius II Jambi (1997-2003) SMP Xaverius I Jambi (2003-2006) SMA Xaverius I Jambi (2006-2007) SMAN 1 Jambi (2007-2009)


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kandidiasis oral merupakan infeksi yang diakibatkan oleh kolonisasi jamur Candida terutama Candida albicans di dalam mulut dan merupakan jamur komensal. Penyakit ini terjadi akibat penggunaan steroid dan antibiotik dalam jangka waktu lama maupun penurunan sistem imun penderita. Di Amerika Serikat, pasien dengan HIV terkena infeksi kandidiasis oral di mukosa mulut.1

Infeksi Saluran Pernafasan Atas adalah manifestasi klinis dari berbagai macam penyakit contohnya faringitis, merupakan penyakit yang paling sering dijumpai dan banyak diakibatkan oleh berbagai bakteri, salah satunya Staphylococcus aureus dan juga merupakan bakteri komensal didalam mulut. Di Amerika Serikat, penyakit ini merupakan penyakit umum yang sering dijumpai dan menyebabkan seseorang tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik. Insidensi meningkat seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh seseorang sehingga sering menyerang penderita dengan usia diatas 60 tahun dan bayi yang baru lahir. Pengobatan terhadap bakteri ini harus hati-hati disebabkan bakteri ini resisten terhadap antibiotik β laktam.2

Kloramfenikol merupakan antimikroba yang penggunaannya telah meluas sejak tahun 1950 dan merupakan antimikroba yang pada dosis normal hanya bersifat bakteriostatik. Obat ini mempunyai mekanisme kerja menghambat sintesis protein. Spektrum antibakteri Kloramfenikol meliputi Streptococcus pyogenes, Corynebacterium diphtheria, Staphylococcus aureus. Penggunaan obat ini harus dalam pengawasan ketat karena efek sampingnya terhadap sistem hematopoietik yang besar.3

Nistatin merupaka golongan antifungal yang sering dipakai secara topikal dibandingkan secara sistemik karena efek toksiknya yang besar. Mekanisme kerja


(20)

2

Nistatin adalah merusak membran sel jamur dan spesifik untuk infeksi yang disebabkan jamur Candida albicans.4

Terjadi penurunan daya tahan tubuh seseorang yang salah satunya diakibatkan oleh infeksi HIV, dapat menyebabkan interaksi kedua kuman tersebut yang dapat memperberat infeksi pasien. Pada penderita HIV sering terjadi mix infection antara Candida albicans dengan kuman-kuman oral di antaranya Staphylococcus aureus dan dalam interaksi ini diduga bahwa Candida albicans berperan penting dalam resistensi antibiotik.5 Oleh karena itu, maka akan diteliti apakah terdapat perubahan daya hambat antibiotik Kloramfenikol dan antinfungal Nistatin pada interaksi Candida albicans dan Staphylococcus aureus.

1.2Identifikasi Masalah

Apakah tejadi penurunan daya hambat pada cakram Kloramfenikol pada media yang diinokulasi Staphylococcus aureus dan Candida albicans

Apakah tejadi penurunan daya hambat pada cakram Nistatin pada media yang diinokulasi Staphylococcus aureus dan Candida albicans

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah

Untuk mengetahui apakah efek interaksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans terhadap pemberian antibiotik Kloramfenikol dan antifungal Nistatin. Tujuan penelitian ini adalah

Mempelajari interaksi yang terjadi antara Staphylococcus aureus dan Candida albicans agar dapat menentukan pengobatan yang lebih optimal bila terjadi infeksi dari kedua kuman tersebut sekaligus.


(21)

3

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat akademis adalah mempelajari interaksi yang terjadi antara Staphylococcus aures dengan Candida albicans.

Manfaat praktis adalah menggunakan pengobatan yang tepat bila terjadi infeksi yang disebabkan interaksi kedua kuman.

1.5Kerangka Pemikiran

Pada penderita HIV terjadi kolonisasi berlebihan dari berbagai bakteri komensal maupun jamur komensal pada rongga oral penderita. Interaksi bakteri dan jamur yang akan dibahas adalah Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Interaksi kedua kuman telah menyebabkan pasien kesulitan makan dan kehilangan nafsu makan yang mana dapat memperberat penurunan daya tahan tubuh penderita itu sendiri.

Pada penelitian oleh Carlson dkk menyebutkan adanya pertumbuhan jamur di daerah mesenterium dan omentum pada cavitas abdominal dalam tubuh mencit disertai adanya pertumbuhan bakteri di daerah pertumbuhan jamur. Kesimpulan menyebutkan bahwa adanya stimulasi pertumbuhan bakteri akibat pengaruh pertumbuhan jamur Candida albicans.6

Juga disebutkan pada penelitian oleh Harriot dkk menyebutkan bahwa interaksi Candida albicans dan Staphylococcus aureus yang ditanam dalam serum menyebabkan Staphylococcus aureus resisten terhadap vankomisin. Mekanisme pembentukan biofilm tersebut dikarenakan hifa Candida albicans mengeluarkan biofilm yang menyelubungi Staphylococcus aureus (Harriot, 2009).7

1.6 Hipotesis

Terdapat penurunan daya hambat pada cakram Kloramfenikol pada media yang diinokulasi Staphylococcus aureus dan Candida albicans


(22)

4

Tidak terdapat penurunan daya hambat pada cakram Nistatin pada media yang diinokulasi Staphylococcus aureus dan Candida albicans

1.7Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara eksperimental laboratorik dengan metode pencampuran kedua jenis kuman untuk melihat bentuk interaksi kedua kuman terhadap zona inhibisi yang terbentuk di sekitar antibiotik dan antifungal serta secara mikroskopis.

Data yang diukur adalah zona inhibisi yang terbentuk di sekitar antibiotik dan antifungal pada campuran koloni Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah dengan α = 0.05. Kemaknaan ditentukan dari nilai ρ ≤ 0.05. Apabila terdapat perbedaan, ditentukan menggunakan uji Post Hoc HSD.

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Kristen Maranatha.


(23)

33

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

- Pada interaksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans terjadi penurunan zona inhibisi pada cakram Kloramfenikol.

- Pada interaksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans tidak terjadi perubahan zona inhibisi pada cakram Nistatin.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran sebagai berikut :

- Dilakukan penanaman pada agar LAD pada koloni Staphylococcus aureus yang telah berinteraksi dengan jamur Candida albicans, dilihat ada tidaknya perubahan pola pertumbuhan.

- Dilakukan percobaan interaksi jamur Candida albicans dengan bakteri lainnya apakah terdapat interaksi yang sama dengan percobaan ini.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

1. Scully C. Mucosal Candidiasis. [New York]: WebMD; 2011 [updated

2011 November 8]. Available from:

<http://emedicine.medscape.com/article/1075227-overview#a0199>. 2. Meneghetti, A. Upper Respiratory Tract Infection. [New York]: WebMD;

2011 [updated 2011 November 8]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/302460-overview#a0199.

3. Rianto S, Loecke SK. Golongan tetrasiklin dan kloramfenikol. Dalam: Sulistia GG, Rianto S, Frans DS, Purwantyastuti, Nafrialdi, editor. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta: Gaya Baru; 2007. hal. 694-704.

4. Bahroelim B, Rianto S. Obat Jamur. Dalam: Sulistia GG, Rianto S, Frans DS, Purwantyastuti, Nafrialdi, editor. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta: Gaya Baru; 2007. hal. 571-84.

5. Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and

Related Disorders. In: Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York: McGraw-Hill; 2012.

6. Carlson E, Johnson G. Protection by Candida albicans of Staphylococcus aureus in the establishment of dual infection in mice. Infect. Immun. 1985; [cited 2011 December 11]; 50(3):655-9. Available from:

http://iai.asm.org/content /50/3/655.

7. Harriot MM, Noverr MC. Candida albicans and Staphylococcus aureus Form Polymicrobial Biofilms: Effects on Antimicrobial Resistance. Antimicrob. Agents Chemother. 2009; [cited 2011 December 13]; 53(9): 3914-22.

8. Vazquez JA, Sobel JD. Candidiasis. In: Dismukes WE, Pappas PG, Sobel JD, editors. Clinical Mycology. New York: Oxford University Press; 2003. p. 143-187.

9. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA, editors. Jawetz, Melnick, and Adelberg's Medical Microbiology. 25th ed. New York: McGraw-Hill; 2010.

10. Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS, editors. Bailey and Scott’s Diagnostic Microbiology. 12th ed. Philadelphia: Elsevier-Mosby; 2007.


(25)

11.Vasanthakumari R, editor. Textbook of Microbiology. New Delhi: BI Publications; 2007.

12. Turnidge J, Rao N, Chang FY, Fowler Jr. VG, Kellie SM, Arnold S, et al. Staphylococcus aureus. [Place unknown]: Guided Medline Search; 2008 [updated 2012 December]. Available from:

http://www.antimicrobe.org/sample_staphylococcus.asp.

13. Ryan KJ, Ray CG, editors. Sherris Medical Microbiology An Introduction to Infectious Diseases. 4th ed. New York: McGraw-Hill; 2004.

14. Deck DH, Winston LG. Tetracyclines, Macrolides, Clindamycin, Chloramphenicol, Streptogramins & Oxazolidiones. In: Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ, editors. Basic and Clinical Pharmacology. 12th ed. New York: McGraw-Hill/Lange; 2012.

15. Pereira CA, Romeiro RL, Costa ACBP, Machado AKS, Junqueira JC, Jorge AOC. Susceptibility of Candida albicans, Staphylococcus aureus, and Streptococcus mutans biofilms to photodynamic

inactivation: an in vitro study. Lasers Med Sci, 2011; [cited 2011

December 16]; 26: 341-8.

16. Harriot MM, Noverr MC. Ability of Candida albicans mutants to induce Staphylococcus aureus vancomycin resistance during polymicrobial biofilm formation. Antimicrob. Agents Chemother. 2010; [cited 2012 July 10]; 54(9): 3746-55.


(1)

2

Nistatin adalah merusak membran sel jamur dan spesifik untuk infeksi yang disebabkan jamur Candida albicans.4

Terjadi penurunan daya tahan tubuh seseorang yang salah satunya diakibatkan oleh infeksi HIV, dapat menyebabkan interaksi kedua kuman tersebut yang dapat memperberat infeksi pasien. Pada penderita HIV sering terjadi mix infection antara Candida albicans dengan kuman-kuman oral di antaranya Staphylococcus aureus dan dalam interaksi ini diduga bahwa Candida albicans berperan penting dalam resistensi antibiotik.5 Oleh karena itu, maka akan diteliti apakah terdapat perubahan daya hambat antibiotik Kloramfenikol dan antinfungal Nistatin pada interaksi Candida albicans dan Staphylococcus aureus.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah tejadi penurunan daya hambat pada cakram Kloramfenikol pada media yang diinokulasi Staphylococcus aureus dan Candida albicans

Apakah tejadi penurunan daya hambat pada cakram Nistatin pada media yang diinokulasi Staphylococcus aureus dan Candida albicans

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah

Untuk mengetahui apakah efek interaksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans terhadap pemberian antibiotik Kloramfenikol dan antifungal Nistatin. Tujuan penelitian ini adalah

Mempelajari interaksi yang terjadi antara Staphylococcus aureus dan Candida albicans agar dapat menentukan pengobatan yang lebih optimal bila terjadi infeksi dari kedua kuman tersebut sekaligus.


(2)

3

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademis adalah mempelajari interaksi yang terjadi antara Staphylococcus aures dengan Candida albicans.

Manfaat praktis adalah menggunakan pengobatan yang tepat bila terjadi infeksi yang disebabkan interaksi kedua kuman.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pada penderita HIV terjadi kolonisasi berlebihan dari berbagai bakteri komensal maupun jamur komensal pada rongga oral penderita. Interaksi bakteri dan jamur yang akan dibahas adalah Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Interaksi kedua kuman telah menyebabkan pasien kesulitan makan dan kehilangan nafsu makan yang mana dapat memperberat penurunan daya tahan tubuh penderita itu sendiri.

Pada penelitian oleh Carlson dkk menyebutkan adanya pertumbuhan jamur di daerah mesenterium dan omentum pada cavitas abdominal dalam tubuh mencit disertai adanya pertumbuhan bakteri di daerah pertumbuhan jamur. Kesimpulan menyebutkan bahwa adanya stimulasi pertumbuhan bakteri akibat pengaruh pertumbuhan jamur Candida albicans.6

Juga disebutkan pada penelitian oleh Harriot dkk menyebutkan bahwa interaksi Candida albicans dan Staphylococcus aureus yang ditanam dalam serum menyebabkan Staphylococcus aureus resisten terhadap vankomisin. Mekanisme pembentukan biofilm tersebut dikarenakan hifa Candida albicans mengeluarkan biofilm yang menyelubungi Staphylococcus aureus (Harriot, 2009).7

1.6 Hipotesis

Terdapat penurunan daya hambat pada cakram Kloramfenikol pada media yang diinokulasi Staphylococcus aureus dan Candida albicans


(3)

4

Tidak terdapat penurunan daya hambat pada cakram Nistatin pada media yang diinokulasi Staphylococcus aureus dan Candida albicans

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara eksperimental laboratorik dengan metode pencampuran kedua jenis kuman untuk melihat bentuk interaksi kedua kuman terhadap zona inhibisi yang terbentuk di sekitar antibiotik dan antifungal serta secara mikroskopis.

Data yang diukur adalah zona inhibisi yang terbentuk di sekitar antibiotik dan antifungal pada campuran koloni Staphylococcus aureus dan Candida albicans. Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah dengan α = 0.05. Kemaknaan ditentukan dari nilai ρ ≤ 0.05. Apabila terdapat perbedaan, ditentukan menggunakan uji Post Hoc HSD.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Kristen Maranatha.


(4)

33

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

- Pada interaksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans terjadi penurunan zona inhibisi pada cakram Kloramfenikol.

- Pada interaksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans tidak terjadi perubahan zona inhibisi pada cakram Nistatin.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran sebagai berikut :

- Dilakukan penanaman pada agar LAD pada koloni Staphylococcus aureus yang telah berinteraksi dengan jamur Candida albicans, dilihat ada tidaknya perubahan pola pertumbuhan.

- Dilakukan percobaan interaksi jamur Candida albicans dengan bakteri lainnya apakah terdapat interaksi yang sama dengan percobaan ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Scully C. Mucosal Candidiasis. [New York]: WebMD; 2011 [updated

2011 November 8]. Available from:

<http://emedicine.medscape.com/article/1075227-overview#a0199>. 2. Meneghetti, A. Upper Respiratory Tract Infection. [New York]: WebMD;

2011 [updated 2011 November 8]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/302460-overview#a0199.

3. Rianto S, Loecke SK. Golongan tetrasiklin dan kloramfenikol. Dalam: Sulistia GG, Rianto S, Frans DS, Purwantyastuti, Nafrialdi, editor. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta: Gaya Baru; 2007. hal. 694-704.

4. Bahroelim B, Rianto S. Obat Jamur. Dalam: Sulistia GG, Rianto S, Frans DS, Purwantyastuti, Nafrialdi, editor. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta: Gaya Baru; 2007. hal. 571-84.

5. Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and

Related Disorders. In: Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York: McGraw-Hill; 2012.

6. Carlson E, Johnson G. Protection by Candida albicans of Staphylococcus aureus in the establishment of dual infection in mice. Infect. Immun. 1985; [cited 2011 December 11]; 50(3):655-9. Available from:

http://iai.asm.org/content /50/3/655.

7. Harriot MM, Noverr MC. Candida albicans and Staphylococcus aureus Form Polymicrobial Biofilms: Effects on Antimicrobial Resistance. Antimicrob. Agents Chemother. 2009; [cited 2011 December 13]; 53(9): 3914-22.

8. Vazquez JA, Sobel JD. Candidiasis. In: Dismukes WE, Pappas PG, Sobel JD, editors. Clinical Mycology. New York: Oxford University Press; 2003. p. 143-187.

9. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA, editors. Jawetz, Melnick, and Adelberg's Medical Microbiology. 25th ed. New York: McGraw-Hill; 2010.

10. Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS, editors. Bailey and Scott’s Diagnostic Microbiology. 12th ed. Philadelphia: Elsevier-Mosby; 2007.


(6)

11. Vasanthakumari R, editor. Textbook of Microbiology. New Delhi: BI Publications; 2007.

12. Turnidge J, Rao N, Chang FY, Fowler Jr. VG, Kellie SM, Arnold S, et al. Staphylococcus aureus. [Place unknown]: Guided Medline Search; 2008 [updated 2012 December]. Available from:

http://www.antimicrobe.org/sample_staphylococcus.asp.

13. Ryan KJ, Ray CG, editors. Sherris Medical Microbiology An Introduction to Infectious Diseases. 4th ed. New York: McGraw-Hill; 2004.

14. Deck DH, Winston LG. Tetracyclines, Macrolides, Clindamycin, Chloramphenicol, Streptogramins & Oxazolidiones. In: Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ, editors. Basic and Clinical Pharmacology. 12th ed. New York: McGraw-Hill/Lange; 2012.

15. Pereira CA, Romeiro RL, Costa ACBP, Machado AKS, Junqueira JC, Jorge AOC. Susceptibility of Candida albicans, Staphylococcus aureus, and Streptococcus mutans biofilms to photodynamic inactivation: an in vitro study. Lasers Med Sci, 2011; [cited 2011 December 16]; 26: 341-8.

16. Harriot MM, Noverr MC. Ability of Candida albicans mutants to induce Staphylococcus aureus vancomycin resistance during polymicrobial biofilm formation. Antimicrob. Agents Chemother. 2010; [cited 2012 July 10]; 54(9): 3746-55.