PENGGUNAAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MEMINIMALKAN KUANTITAS MISKONSEPSI PADA MATERI KALOR.

(1)

v DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Hipotesis Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 7

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF, MEDIA SIMULASI VIRTUAL, PEMAHAMAN KONSEP DAN MISKONSEPSI A. Pendekatan Konseptual Interaktif ... 10

B. Media Simulasi Virtual ... 14

C. Pemahaman Konsep ... 18

1. Menerjemahkan ...18

2. Menafsirkan ...18

3. Mengekstrapolasi. ...19

D. Miskonsepsi dan Identifikasinya ... 20

1. Miskonsepsi ... 20

2. Certainty of response Index CRI) ... 22

3. Identifikasi Miskonsepsi dengan CRI ... 24

E. Materi Subyek Kalor ... 25

1. Kalor dan Perubahan Wujud Zat ... 25

2. Perpindahan Kalor ... 30

a. Perpindahan kalor secara konduksi ... 30

b. Perpindahan kalor secara konveksi ... 32


(2)

vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 37

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 38

C. Alur Penelitian ... 39

D. Instrumen Penelitian ... 40

1. Tes Pemahaman Konsep...40

2. CRI untuk tes Miskonsepsi ... 40

3. Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran... ... 40

E. Analisis tes ... ... 41

1. Validitas butir soal ... ... 41

2. Reliabilitas tes ... 43

3. Tingkat Kemudahan ... ... 44

4. Daya Pembeda ... ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ………... . 46

G. Jadwal Kegiatan Penelitian ………....50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian... 51

1. Peningkatan pemahaman konsep kalor………. .. 51

a. Deskripsi peningkatan pemahaman konsep……. ... 51

b. Uji statistik peningkatan pemahaman konsep .……...52

1). Uji normalitas ………... 52

2). Uji homogenitas varians data …………. ... 53

3). Uji hipotesis …….... ... 53

c. Deskripsi peningkatan pemahaman konsep tiap label konsep indikator pemahaman ………54

2. Identifikasi miskonsepsi dengan metode CRI …...………… 56

a. Hasil identifikasi miskonsepsi setiap item pertanyaan ... 56

b. Hasil identifikasi miskonsepsi setiap sub konsep ……… 57

3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan media simulasi virtual ………... 59

B. Pembahasan.……… ... 60

1. Peningkatan pemahaman konsep siswa ……… 60

2. Peningkatan pemahaman konsep siswa pada setiap indikator pemahaman ... 61

3. Identifikasi miskonsepsi pada setiap item pertanyaan ……. ….. 62

4. Identifikasi miskonsepsi pada masing-masing sub konsep……....63

5. Tanggapan siswa terhadap media simulasi virtual …………. . 64

6. Hasil observasi keterlaksanaan pendekatan konseptual interaktif menggunakan media simulasi virtual ………...65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68


(3)

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan besar dalam proses pembelajaran fisika saat ini kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran adalah merupakan proses aktif yang berlangsung antara guru, siswa dan materi subjek, sehingga hasil pembelajaran tidak tergantung pada apa yang disampaikan guru saja, tetapi bagaimana siswa mengolah informasi yang diterima dan memprosesnya berdasarkan pengertian dan pengetahuan yang dimilikinya. Penggunaan metode konvensional telah mendominasi proses belajar mengajar selama ini. Kelemahan lain dari metode pengajaran fisika secara konvensional adalah pengajaran yang terlampau matematis, setiap pembahasan konsep fisika terlalu cepat melibatkan pemakaian konsep matematika tidak mempedulikan apakah siswa betul-betul telah paham konsep. Hal inilah yang kemudian mengesankan fisika itu rumit dan ditakuti, padahal sangat boleh jadi sumber kerumitan itu bukan dari konsep fisikanya melainkan justru dari perumusan matematikanya.

Hasil studi literatur menunjukkan bahwa pemahaman konsep fisika sebagian siswa masih rendah, hal ini sejalan dengan apa yang ditemui penulis selama melakukan studi lapangan bahwa masih banyak siswa yang memiliki pemahaman konsep fisika yang kurang baik. Untuk mengatasi persoalan ini nampaknya perlu dilakukan perubahan dalam pembelajaran dan penggunaan


(5)

media pembelajaran fisika. Pembelajaran konvensional yang berfokus pada guru dan penggunaan media yang seadanya sudah tidak cocok lagi digunakan dalam pembelajaran yang mengutamakan penanaman konsep.

Perkembangan sains dan teknologi yang semakin pesat, membuat pekerjaan dan informasi dapat diterima dengan mudah menggunakan media komputer. Media ini berkembang seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang begitu pesat. Dengan adanya perkembangan TIK yang semakin pesat, memungkinkan untuk dikembangkan suatu media pembelajaran yang baru. Media yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran yang menggunakan media komputer adalah media simulasi virtual. Media simulasi komputer dapat mereduksi situasi nyata dari gejala keilmuan. Pengunaan media simulasi virtual dapat meningkatkan daya serap siswa dan konsentrasi sehingga siswa aktif pada pembelajaran fisika (Jong-Heon Kim et al, 2005). Simulasi dapat menvisualisasi gejala fisika menjadi sebuah peristiwa yang sebenarnya sehingga dapat mempermudah pemahaman dan pengertian siswa terhadap materi yang dipelajari. Komputer sebagai pembuka cakrawala dunia, dapat memberikan sumbangsih yang cukup berarti dalam dunia pendidikan, dimana penggunaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah-sekolah.

Beberapa tahun terakhir ini berbagai upaya perubahan pembelajaran telah dicoba dikembangkan dan kemungkinan penerapannya telah dikaji melalui serangkaian aktivitas penelitian. Hasilnya cukup memberi harapan, dari proses penelitian nampak bahwa penggunaan pendekatan baru tersebut dapat lebih


(6)

meningkatkan pemahaman konsep-konsep fisika dibanding dengan pendekatan konvensional. Berbagai pendekatan baru yang telah dikembangkan tersebut antara lain : Concept First - A Small Group Aproach to Physics Teaching (R. Gautreau and L. Novemsky, 1997), Promoting Conceptual Change Using Collaborative Group in Quantitative Gateway Courses (Calvin. S. et. al., 1999), Using interactive Lecture Demonstrations to Create an Active Leaming Environment (D.R. Sokoloff and R. K. Thomton, 1997), Interactive Conceptual instruction (Antti Savinainen and Philip Scott, 2001), dan Peer lnstruction ( Mazur, 1997).

Salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika adalah Interactive Conceptual instruction yang dikembangkan oleh Antti Savinainen dan Philip Scott dengan ciri-ciri pembelajaran: berfokus pada penanaman konsep, menggunakan metode demonstrasi atau eksperimen, sistem kolaborasi dalam kelompok kecil, dan mengutamakan interaksi kelas (diskusi). Pembelajaran dimulai dengan penanaman konsep terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan metode demontrasi yang berguna untuk menfokuskan siswa dan selanjutnya siswa yang berada dalam kelompok melakukan interaksi sesama siswa atau diskusi. Pendekatan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa melalui diskusi, siswa dapat mengemukakan pandangannya tentang suatu konsep. Dengan demikian diharapkan upaya peningkatan pemahaman konsep-konsep fisika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran ini dapat memberikan hasil yang lebih optimum. Pendekatan pembelajaran ini disebut sebagai pendekatan konseptual interaktif.


(7)

Pembelajaran fisika bagi siswa telah dimulai sejak dari pendidikan dasar, namun kesalahan dalam memahami suatu konsep tetap terbawa oleh siswa sampai kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. E. Van den Berg ( 1991:10), mengatakan bahwa miskonsepsi merupakan konsep siswa yang sungguh berbeda dengan konsep para ilmuan. Miskonsepsi terjadi secara universal diseluruh dunia dan dalam berbagai lingkungan sosial budaya, bahasa dan etnik, di tingkat SMA miskonsepsi terjadi pada sub pokok bahasan listrik dan magnet, termodinamika dan cahaya, Konsepsi dan miskonsepsi telah terbentuk dari masa kanak-kanak dalam berinteraksi dengan alam. Miskonsepsi. Salah satu materi yang diajarkan di kelas X semester genap adalah materi kalor yang merupakan bagian dari termodinamika.

Kalor dipilih sebagai materi dalam pembelajaran ini didasarkan atas beberapa pertimbangan dalam materi kalor terdapat fenomena fisis yang tidak dapat dilihat secara nyata dan terbatasnya alat peraga yang dimiliki, materi kalor memerlukan pemahaman konsep sebelum memahami rumus, tetapi pada kenyataannya pembelajaran yang dilakukan lebih fokus pada penyelesaian soal, terbatasnya sarana dalam mempelajari kalor diperlukan media simulasi virtual dalam mempelajari materi ini, adakalanya siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep sehingga terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Pembelajaran konseptual interaktif menggunakan media simulasi virtual diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep-konsep kalor dan mengurangi terjadinya miskonsepsi supaya hasil belajar yang diperoleh lebih baik.


(8)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep dan lebih meminimalkan kuantitas miskonsepsi siswa pada materi kalor dibandingkan dengan pembelajaran konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual?”

Dari rumusan di atas, penulis merinci kembali beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan pemahaman konsep kalor antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif menggunakan media simulasi virtual dengan siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual?

2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan pemahaman konsep tiap indikator pemahaman antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif menggunakan media simulasi virtual dengan siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual?

3. Bagaimanakah perbandingan kuantitas miskonsepsi siswa pada setiap sub konsep kalor antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif menggunakan media simulasi virtual dengan siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual?


(9)

4. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran konseptual interaktif dalam materi kalor?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkaji penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif materi kalor untuk mendapatkan gambaran keunggulannya dalam meningkatkan pemahaman konsep dan meminimalkan kuantitas miskonsepsi siswa. Tujuan lain dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif menggunakan media simulasi virtual pada materi kalor.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang keunggulan penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep dan meminimalkan kuantitas miskonsepsi siswa materi kalor, yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang terkait atau yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini.


(10)

E. Hipotesis Penelitian 1. Asumsi

Pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif yang memiliki prosedur dan proses-proses selama pembelajarannya, seperti menggunakan metode demonstrasi atau eksperimen, sistem kolaborasi dalam kelompok kecil dan mengutamakan interaksi atau diskusi kelas dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan beberapa keterampilan dan berkomunikasi secara baik. Media simulasi virtual dapat menampilkan fenomena yang tidak memungkinkan untuk dihadirkan di kelas secara nyata sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep dan meminimalkan kuantitas miskonsepsi siswa.

2. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pada materi kalor dibandingkan dengan pembelajaran konseptual interaktif tanpa menggunakaan media simulasi virtual. (H1: A1> A2)

F. Definisi Operasional

Untuk memberikan konsep yang sama dan menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan defenisi operasional sebagai berikut ini:


(11)

1. Pendekatan Konseptual Interaktif menggunakan media simulasi virtual. Pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif yang dikembangkan dalam penelitian ini, memiliki empat ciri utama, yaitu : berfokus pada penanaman konsep, menggunakan metode demonstrasi atau eksperimen, sistem kolaborasi dalam kelompok kecil, dan mengutamakan interaksi kelas (diskusi). Media simulasi virtual merupakan media pembelajaran dengan menggunakan software flash pada program komputer. Media simulasi virtual dapat menampilkan fenomena yang tidak memungkinkan untuk dihadirkan di kelas secara nyata. Simulasi fenomena yang digunakan dalam pembelajaran ini didapat dari berbagai situs internet dan selain itu dibuat sendiri oleh peneliti dalam pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif, media simulasi digunakan pada sesi pemahaman konsep.

2. Pemahaman Konsep

Pemahaman Konsep merupakan ukuran kemampuan siswa dalam memaknai suatu konsep yang diberikan. Indikator pemahaman konsep dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis yaitu menerjemahkan, menafsirkan dan mengekstrapolasi. Dalam penelitian ini pemahaman konsep siswa diukur sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan tes pemahaman konsep berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator pemahaman konsep.

3. Miskonsepsi

Miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu konsepsi atau struktur kognitif yang melekat dengan kuat dan stabil dibenak siswa yang sebenarnya menyimpang


(12)

dari konsepsi yang dikemukakan para ilmuan, sehingga dapat menyesatkan para siswa dalam memahami gejala alamiah. Miskonsepsi merupakan keadaan dimana konsepsi yang dimiliki oleh siswa tidak sama dengan konsepsi para ahli. Dalam penelitian ini miskonsepsi siswa dianalisis dengan metode CRI (Certainty of Respons Index).


(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan pemahaman konsep dan kuantitas miskonsepsi siswa digunakan metode eksperimen semu dengan desain “randomized control group pretest- posttest design”. Sedangkan metode deskriptif untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif. Desain ini menggunakan dua kelas yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan media simulasi virtual pada pendekatan konseptual interaktif dan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual. Terhadap dua kelas dilakukan pretest dan posttest untuk melihat peningkatan pemahaman konsep sebelum dan setelah pembelajaran. Pada lembar jawaban posttest juga tuliskan CRI untuk mengetahui kuantitas miskonsepsi. Desain penelitian seperti ditunjukan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O X1 O


(14)

Keterangan:

X1 = perlakuan menggunakan media simulasi virtual pendekatan

pembelajaran konseptual interaktif

X2 = perlakuan pembelajaran konseptual interaktif tanpa media

simulasi virtual O = pretest dan posttest

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas X yang terdiri dari 7 kelas pada salah satu SMA di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Sampel penelitian diambil dua kelas yang dipilih secara acak sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pemilihan secara acak didapatkan kelas X-A sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 30 orang siswa dan kelas X-B sebagai kelas kontrol dengan jumlah 29 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009.


(15)

C. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan seperti ditunjukan pada Gambar 3.1.

Studi Pendahuluan dan Observasi

Tes awal (Pretest) Rencana pembelajaran

Analisis Indikator Pemahaman Konsep Siswa

Perumusan Masalah Penelitian Studi pemahaman Konsep Siswa

dan miskonsepsi

Studi Bahan Kajian

Analisis Konsep Bahan Kajian

Pembelajaran konseptual interaktif dengan simulasi virtual

Pembelajaran konseptual interaktif tanpa simulasi virtual

Pengolahan dan Analisis data Tes akhir (Posttest)

Rancangan Tes

Angket Tanggapan Siswa

Kesimpulan


(16)

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian digunakan tes sebagai berikut: soal tes tertulis pemahaman konsep, angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran, lembar CRI untuk mengetahui kuantitas miskonsepsi siswa.

1. Tes Pemahaman Konsep

Tes ini bersifat konseptual yang dibuat dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan lima pilihan. Setiap soal dibuat untuk menguji pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup dalam materi kalor. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat pretest untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap konsep, yang kedua pada saat posttest dengan tujuan untuk mengukur pemahaman konsep siswa sebagai hasil pembelajaran menggunakan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif. 2. CRI untuk tes miskonsepsi

CRI digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi, setiap siswa selain diminta untuk menjawab setiap soal yang diberikan, juga mereka diminta untuk membubuhkan nilai CRI untuk setiap jawaban yang dipilihnya pada setiap soal yang diberikan. Skala nilai CRI yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 0 - 5 sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan, et al.(1999:296). Setiap kriteria skala CRI diganti dengan persentase unsur tebakan dalam menjawab suatu pertanyaan (soal).

3. Angket Tanggapan Siswa terhadap pembelajaran

Angket digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa terhadap penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan


(17)

pendekatan konseptual interaktif materi kalor. Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dengan lima kategori tanggapan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak ada komentar (N), tidak setuju (ST), dan sangat tidak setuju (STS).

E. Analisis Tes

Pengolahan data menyangkut validitas butir soal, reliabilitas tes, tingkat kemudahan dan daya pembeda soal yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program Anates Versi4. Ketentuan-ketentuan yang digunakan bagi keperluan pengujian kesahihan tes di atas adalah:

1. Validitas Butir soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson: (Arikunto, 2006).


(18)

Keterangan

= koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = skor item Y = skor total N = jumlah siswa

Koefisien korelasi selalu terdapat antara –1,00 sampai +1,00. Namun karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan adanya hubungan kebalikan antara dua variabel sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua variabel (Arikunto, 2008).

Interpretasi untuk besarnya koefesien korelasi seperti ditunjukan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,800 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,600 < ≤ 0,800 Tinggi

0,400 < ≤ 0,600 Cukup

0,200 < ≤ 0,400 Rendah

0,00 < ≤ 0,200 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa tingkat validitas tes penelitian cukup bervariasi sebagaimana ditunjukkan Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Rekapitulasi Jumlah Soal Berdasarkan validitas butir soal.

Tk. signifikansi Jumlah Soal % No. Soal

Sangat signifikan 7 28 2,7,10,14,16,18,23

Signifikan 13 52 1,3,4,5,6,8,9,12,15,17,19,21,25,


(19)

Dari 25 soal yang diujicobakan, soal yang sangat signifikan dan signifikan saja yang digunakan sebagai instrumen penelitian dan 5 soal yang tidak signifikan, soal tersebut dibuang. Perhitungan detil dapat dilihat pada (lampiran B.1) 2. Reliabilitas tes

Untuk mengetahui reliabilitas tes yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik yakni metode belah dua. Pada saat penskoran, skor tes dibagi menjadi dua dan setiap siswa akan memperoleh dua macam skor yang diperoleh dari soal-soal bernomor ganjil dan skor bernomor genap berupa koefisien rxy atau koefisien ganjil-genap (Arikunto, 2006) yaitu

= ∑ − ∑ ∑

∑ − ∑ ∑ − ∑

Keterangan:

= koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor item ganjil

Y = skor item genap N = jumlah sampel

Reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan dari distribusi yang digunakan. Pada penelitian ini untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus Spearman-Brown (Arikunto, 2006) yaitu :

2 / 21 / 1 2 / 21 / 1 11 1 2 r r x r + = r11 = reliabilitas tes


(20)

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2008), seperti ditunjukan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,800 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,600 < ≤ 0,800 Tinggi

0,400 < ≤ 0,600 Cukup

0,200 < ≤ 0,400 Rendah

0,00 < ≤ 0,200 Sangat Rendah

Berdasarkan analisis Anates Versi4, reliabilitas tes sebesar sebesar 0,85 termasuk kategori sangat tinggi dan rata-rata skor uji coba tes mencapai 15,68. Perhitungan yang lebih detil dapat dilihat pada (lampiran B.2).

3. Tingkat Kemudahan

Uji tingkat kemudahan dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2008) :

X

J B

P=

dengan P adalah indeks kemudahan, B adalah banyaknya siswa yang menjawab soal benar dan JX adalah jumlah seluruh siswa peserta tes. Kategori tingkat

kemudahan seperti ditunjukan pada Tabel 3.5.

Batasan Kategori

0,00 < ≤ 0,30 Soal Sukar

0,30 < ≤ 0,70 Soal Sedang

0,70 < ≤ 1,00 Soal Mudah


(21)

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa tingkat kemudahan tes penelitian cukup bervariasi sebagaimana ditunjukkan Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Rekapitulasi Jumlah Soal Berdasarkan Tingkat Kemudahan

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 20 soal yang dijadikan instrumen penelitian, 9 soal diantaranya termasuk pada kategori mudah, 5 soal termasuk pada kategori sedang, dan sisanya sebanyak 6 soal termasuk pada kategori sukar. (Perhitungan secara detil dapat di lihat pada (lampiran B.3).

4. Daya Pembeda

Uji daya pembeda, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan (Arikunto, 2006) :

B B A A

J B J B

D= −

dengan D merupakan indeks daya pembeda, BA adalah banyaknya peserta tes

kelompok atas yang menjawab soal dengan benar. BB adalah banyaknya peserta

tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar, JA merupakan banyaknya

peserta tes kelompok atas, dan JB adalah banyaknya peserta tes kelompok bawah.

Kategori daya pembeda seperti ditunjukan pada Tabel 3.7.

Tk. Kemudahan Jumlah Soal % No. Soal

Mudah 9 45 1, 2, 3, 4, 7, 8, 12, 13, 16

Sedang 5 25 5, 10, 11,

19, 20


(22)

Tabel 3.7. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 < # ≤ 0,20 Jelek

0,20 < # ≤ 0,40 Cukup

0,40 < # ≤ 0,70 Baik

0,70 < # ≤ 1,00 Baik sekali

Hasil analisis daya pembeda item menunjukkan bahwa dari 20 soal yang digunakan dalam penelitian, 11 item diantaranya memiliki tingkat daya pembeda yang baik, 7 item diantaranya memiliki tingkat daya pembeda yang cukup, dan 2 item diantaranya memiliki tingkat daya pembeda yang sangat baik. Perhitungan secara detail dapat dilihat pada lembar (lampiran B.4), sebagaimana ditunjukkan Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Rekapitulasi Jumlah Soal Berdasarkan Daya Pembeda

Daya Pembeda Jumlah Soal % No. Soal

Baik Sekali 2 10 10, 19

Baik 11 55 1, 2, 4, 5, 6, 11, 14,

16, 17, 18, 20

Cukup 7 35 3, 7, 8, 9, 12, 13, 15

Jelek 0 0 -

Tidak Baik/Dibuang 0 0 -

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Terdapat beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian yaitu: skor pemahaman konsep, data CRI dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran dianalisis dengan uji statistik.


(23)

2. Pengolahan Data

Untuk pengolahan data guna kepentingan analisis, digunakan teknik pengolahan data sebagai berikut:

a. Peningkatan pemahaman konsep sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung berdasarkan skor gain yang dinormalisasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain masing-masing siswa. Untuk memperoleh skor gain yang dinormalisasi digunakan rumus: e Mak e Pos S S S S gain N Pr Pr − − = − Keterangan:

Spos = skor posttest

Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum ideal

Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan pemahaman konsep materi kalor dengan kriteria seperti yang ditunjukan Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Kategori Penguasaan Konsep

Batasan Kategori

− $%&' > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ − $%&' ≤ 0,7 Sedang

− $%&' < 0,3 Rendah

b. Untuk pengidentifikasian terjadinya miskonsepsi maka digunakan metode CRI (Certainty of Response Index) yang dikembangkan oleh Saleem Hasan et al,


(24)

(1999), seperti yang telah diuraikan bab II bagian D, perihal identifikasi miskonsepsi dengan CRI.

Pengolahan dan analisis data penelitian menggunakan uji statistik berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas untuk data-data yang dikumpulkan menggunakan uji Chi-Kuadrat (Ruseffendi, 1998).

( )

=

(

)

e e o f f f x 2 2 dimana:

fo = Frekuensi observasi fe = Frekuensi ekspektasi

Kriteria: Data dikatakan berdistribusi normal jika:

x

hitung2 =

x

tabel2 b. Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians dua buah peubah bebas dengan uji statistik F (Ruseffendi, 1998) yaitu :

2 2 2 1 s s

F = dengan F = Nilai hitung s12 = Varians terbesar 2

2

s = Varians terkecil


(25)

a. Uji perbedaan dua rerata

Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata skor pretest dan posttest pemahaman konsep dilakukan dengan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik parametrik (uji t) satu ekor (one tail) dengan taraf signifikan α = 0,05. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji statistik dengan rumus: (sugiyono, 2008)

) = *̅ −

,-./ ' − 1 0 + 2' − 130' + ' − 2 4 5 1' +' 61 Keterangan:

*̅ = rata-rata gain kelas eksperimen ,- = rata-rata gain kelas kontrol nx = jumlah sampel kelas eksperimen

ny = Jumlah sampel kelas kontrol

S1 = varians kelas eksperimen

S2 = varians kelas kontrol

Dengan kriteria pengujian: jika tHitung > tTabel maka Ha diterima pada taraf

signifikansi (α = 0,05) dan derajat kebebasan dk = (nx + ny - 2). b. Analisis Data Angket Skala Likert

Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS (sangat tidak setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif ketegori STS (sangat tidak setuju) diberi skor


(26)

tertinggi, makin menuju ke SS (sangat setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun.

G. Jadwal Kegiatan Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 7 s/d 30 Mei 2009. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kegiatan pembelajaran fisika di kelas X SMA tempat penelitian. Pembelajaran konseptual interaktif menggunakan media simulasi virtual untuk kelas eksperimen sedangkan pembelajaran konseptual interaktif tanpa media simulasi virtual pada kelas kontrol dilakukan di ruang belajar siswa. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan

1. Senin, 11 mei 2009 Penyampaian Tujuan Pretest pemahaman konsep 2. Selasa, 12 mei 2009 penyampaian tujuan

Pretest pemahaman konsep

3. Rabu, 13 mei 2009 RPP1/ pembelajaran konseptual interaktif menggunakan media simulasi virtual kelas A dan tanpa media simulasi kelas B

4. Senin, 18 mei 2009 RPP2/ pembelajaran konseptual interaktif menggunakan media simulasi virtual kelas A dan tanpa media simulasi kelas B

5. Selasa, 19 mei 2009 RPP3/ pembelajaran konseptual interaktif menggunakan media simulasi virtual kelas A dan tanpa media simulasi kelas B

6. Rabu, 20 mei 2009 RPP4/ pembelajaran konseptual interaktif menggunakan media simulasi virtual kelas A dan tanpa media simulasi kelas B

7. Senin, 25 mei 2009 Posttest pemahaman konsep dan CRI Sebaran angket siswa kelas A


(27)

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pada kalor dibandingkan dengan pembelajaran konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual.

2. Penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pada setiap indikator pemahaman yaitu pada indikator translasi, interpretasi dan ekstrapolasi dibandingkan dengan pembelajaran konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual.

3. Penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif pada sub konsep Kalor, Perubahan Wujud dan Perpindahan Kalor dapat lebih meminimalkan kuantitas miskonsepsi dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konseptual interaktif konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual.

4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran konseptual interaktif secara keseluruhan adalah baik atau positif,


(29)

siswa merasa senang, termotivasi, terlatih bekerja sama dalam kelompok dan siswa memiliki pemahaman konsep yang lebih mantap.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif pada materi kalor, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan

konseptual interaktif yang memiliki sesi-sesi antara lain demontrasi, sesi penggunaan media simulasi virtual, kolaborasi dalam kelompok untuk menyelesaikan ALPS dan dilanjutkan dengan diskusi kelas diperlukan pengaturan waktu yang cukup sehingga semua sesi pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

2. Mengingat penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran konseptual interaktif pada topik kalor mendapatkan tanggapan positif dari siswa, maka perlu untuk diujicobakan pada konsep lain yang lebih komplek sesuai dengan karakteristik media simulasi virtual.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2004). Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Menengah.

Gauttreau, R. Novemsky, L (1997)” Concept First-Small group Approach to Physics Learning “ Physics Education Research. American Journal of Physics 65(5),418-428

Hake, R. R (1998). “Interactive-engagement versus Traditional methods : A Six Thousand-Student Survey of Mechanic test Data for Introductory physics Course. Physic Education Research American Journal of Physics 66(1), 64-74

Hasan, S , Bagayoko D dan Kelley,E L (1999) Misconceptions and the Certainty of Response Index (CRI)” Physics education research American journal of physics34 (34)5 . 294-299

Jalaludin, D. (2007). Pelajaran Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Depok: Arya Duta.

Jong-Heon Kim.Sang-Tae Park, Heebok-Heeman Lee. (2005).Correcting Misconception Using Unrealistic Virtual Reality Simulation in Physics Education (Online). Tersedia:http://www.formatex.org/micte2005 Kanginan, M.. (2007). Pelajaran Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Liliasari, (2005). “Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia

Melalui Pendidikan Sains”. Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA. UPI, Bandung.


(31)

Mazur, E. (1997). Peer Instruction : A user manual, Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Rochman, H.S. (2007). Pengaruh pembelajaran Berbasis Multimedia Terhadap

Hasil Belajar Fisika. Skripsi FPMIPA UPI.

Ruseffendi. H.E.T (1998). Statistik Dasar untuk penelitian Pendidikan. Bandung: CV Andira.

Sa’dudin (2006). Pengembangan Software Multimedia Interaktif sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMA pada Materi asam basa Arrhenius dan ph larutan. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sagala,S. (2005) Konsep Belajar dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Savinainen-Scott, P. (2002) Using the Force Concept Inventory to monitor student

Learning and to Plan Teaching. Physics Education, Vol 37(1), 53-58

http://www.iop.org/journals/physed ( 15 oktober 2008)

Setiawan, A.- Ariyanto. (2006). Model Pembelajaran Hypermedia Kinematika Partikel untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Mahasiswa. Laporan PPKP Dikti Tahun Anggaran 2006. Bandung: FPTK UPI.

Subagya. (2006) Peningkatan Hasil Belajar SMA pada Materi Alkena dengan Software Pembelajaran Multimedia Interaktif. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung tidak diterbitkan.

Sudjana, ( 2002). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Suhandi, Andi & Rusdiana, Dadi, Tayubi, Y.R., (2003). Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Konseptual Secara Interaktif. Laporan Penelitian Hibah Perguruan Tinggi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2008). Statistik untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.

Sukardi, M. (2008). Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Suparno.P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.


(32)

Tipler, P. A. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Van den berg, E (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi , Salatiga ;

universitas Kristen satya kencana.

Widhiyanti, Tuszie, (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis pada Topik Sifat Koligatif Larutan. Tesis Program Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Yasin, A. (2007). Model Pembelajaran Empiris Induktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Sel Elektrokimia. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(1)

(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pada kalor dibandingkan dengan pembelajaran konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual.

2. Penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep pada setiap indikator pemahaman yaitu pada indikator translasi, interpretasi dan ekstrapolasi dibandingkan dengan pembelajaran konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual.

3. Penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif pada sub konsep Kalor, Perubahan Wujud dan Perpindahan Kalor dapat lebih meminimalkan kuantitas miskonsepsi dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konseptual interaktif konseptual interaktif tanpa menggunakan media simulasi virtual.

4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran konseptual interaktif secara keseluruhan adalah baik atau positif,


(3)

siswa merasa senang, termotivasi, terlatih bekerja sama dalam kelompok dan siswa memiliki pemahaman konsep yang lebih mantap.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif pada materi kalor, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran dengan pendekatan konseptual interaktif yang memiliki sesi-sesi antara lain demontrasi, sesi penggunaan media simulasi virtual, kolaborasi dalam kelompok untuk menyelesaikan ALPS dan dilanjutkan dengan diskusi kelas diperlukan pengaturan waktu yang cukup sehingga semua sesi pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

2. Mengingat penggunaan media simulasi virtual pada pembelajaran konseptual interaktif pada topik kalor mendapatkan tanggapan positif dari siswa, maka perlu untuk diujicobakan pada konsep lain yang lebih komplek sesuai dengan karakteristik media simulasi virtual.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2004). Silabus Kurikulum 2004. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Menengah.

Gauttreau, R. Novemsky, L (1997)” Concept First-Small group Approach to Physics Learning “ Physics Education Research. American Journal of Physics 65(5),418-428

Hake, R. R (1998). “Interactive-engagement versus Traditional methods : A Six Thousand-Student Survey of Mechanic test Data for Introductory physics Course. Physic Education Research American Journal of Physics 66(1), 64-74

Hasan, S , Bagayoko D dan Kelley,E L (1999) Misconceptions and the Certainty of Response Index (CRI)” Physics education research American journal of physics34 (34)5 . 294-299

Jalaludin, D. (2007). Pelajaran Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Depok: Arya Duta.

Jong-Heon Kim.Sang-Tae Park, Heebok-Heeman Lee. (2005).Correcting Misconception Using Unrealistic Virtual Reality Simulation in Physics Education (Online). Tersedia:http://www.formatex.org/micte2005 Kanginan, M.. (2007). Pelajaran Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Liliasari, (2005). “Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia

Melalui Pendidikan Sains”. Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA. UPI, Bandung.


(5)

Mazur, E. (1997). Peer Instruction : A user manual, Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Rochman, H.S. (2007). Pengaruh pembelajaran Berbasis Multimedia Terhadap

Hasil Belajar Fisika. Skripsi FPMIPA UPI.

Ruseffendi. H.E.T (1998). Statistik Dasar untuk penelitian Pendidikan. Bandung: CV Andira.

Sa’dudin (2006). Pengembangan Software Multimedia Interaktif sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMA pada Materi asam basa Arrhenius dan ph larutan. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sagala,S. (2005) Konsep Belajar dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta. Savinainen-Scott, P. (2002) Using the Force Concept Inventory to monitor student

Learning and to Plan Teaching. Physics Education, Vol 37(1), 53-58 http://www.iop.org/journals/physed ( 15 oktober 2008)

Setiawan, A.- Ariyanto. (2006). Model Pembelajaran Hypermedia Kinematika Partikel untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Mahasiswa. Laporan PPKP Dikti Tahun Anggaran 2006. Bandung: FPTK UPI.

Subagya. (2006) Peningkatan Hasil Belajar SMA pada Materi Alkena dengan Software Pembelajaran Multimedia Interaktif. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung tidak diterbitkan.

Sudjana, ( 2002). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Suhandi, Andi & Rusdiana, Dadi, Tayubi, Y.R., (2003). Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Konseptual Secara Interaktif. Laporan Penelitian Hibah Perguruan Tinggi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2008). Statistik untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.

Sukardi, M. (2008). Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Suparno.P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.


(6)

Tipler, P. A. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Van den berg, E (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi , Salatiga ;

universitas Kristen satya kencana.

Widhiyanti, Tuszie, (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis pada Topik Sifat Koligatif Larutan. Tesis Program Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Yasin, A. (2007). Model Pembelajaran Empiris Induktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Sel Elektrokimia. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN SIMULASI KOMPUTER MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP SUHU DAN KALOR.

1 1 71

Penerapan Pembelajaran Konseptual Interaktif Dengan Pendekatan Multirepresentasi Untuk Meningkatkan Konsistensi Ilmiah Dan Menurunkan Kuantitas Mahasiswa Yang Miskonsepsi Pada Materi Termodinamika.

4 29 49

PENGGUNAAN CONCEPTUAL CHANGE MODEL BERBANTUAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL UNTUK MENURUNKAN KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMK PADA MATERI FLUIDA STATIS.

3 14 41

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF BERBANTUAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PADA MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI PERUBAHAN KONSEPTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MENURUNKAN KUANTITAS SISWA YANG MISKONSEPSI.

1 2 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ECIRR BERBANTUAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA.

2 10 64

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSEPTUAL INTERAKTIF BERBANTUAN MEDIA CMAPTOOLS TERHADAP KUANTITAS MISKONSEPSI DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMA.

5 5 36

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA SIMULASI KOMPUTER PADA PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSEPTUAL INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA.

0 0 48

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN BERORIENTASI PENDALAMAN KONSEPTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MENGETAHUI TINGKAT MISKONSEPSI SISWA TERKAIT MATERI SUHU DAN KALOR.

1 2 42

PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTI REPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN KONSEP GERAK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MEMPERKECIL KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP.

4 10 41

PENGGUNAAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSEPTUAL INTERAKTIF DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KAITANNYA DENGAN FENOMENA FISIS MATERI LISTRIK STATIS.

0 1 36