PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN SELF REGULATED LEARNING SISWA SMA NEGERI 1 NAGREG : Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung.

(1)

ABSTRAK………

KATA PENGANTAR………

DAFTAR ISI……… DAFTAR TABEL……… DAFTAR BAGAN………

DAFTAR GAMBAR………

i ii vi viii ix x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……….

B. Rumusan Masalah………

C. Tujuan Penelitian……….

D. Hipotesis Penelitian………

E. Manfaat Penelitian……….

F. Metodologi Penelitian……….

BAB II : BIMBINGAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF DALAM MENINGKATKAN SELF REGULATED LEARNING

A. Teori Metakognitif………..

B. Bimbingan Belajar………..

C. Teori Self Regulated Learning……… D. Kaitan Teori Metakognitif dengan self-regulated learning dan

Penelitian Terdahulu Yang Relevan………

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian………..

B. Definisi operasional……….

C. Pengembangan Instrumen Penelitian……….. D. Pengembangan Program Bimbingan Belajar………...

E. Subjek Penelitian……….

F. Prosedur dan Tahap-Tahap Penelitian ……… G. Langkah-Langkah Implementasi Program Bimbingan Belajar…………

H. Analisis Data……….

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian………

B. Pembahasan Hasil penelitian……….

1 10 11 11 11 12 16 37 41 70 80 81 83 89 99 102 106 109 111 158


(2)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan………..

B. Rekomerndasi………..

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. SURAT-SURAT………..

B. ALAT PENGUMPUL DATA………..

C. DATA PENELITIAN………..

D. PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR………

RIWAYAT HIDUP

178 179 183

186 191 212 232


(3)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

TABEL Hal

3.1Kisi-Kisi Instrument Self Regulated Learning (Sebelum Uji Coba)... 3.2Hasil Uji Validitas Instrument………. 3.3Kriteria Koefisien Reliabilitas………. 3.4Kisi-Kisi Instrument Self Regulated Learning (Setelah Uji Coba)... 3.5Kisi-Kisi Kuesioner Terbuka Uji Validasi Isi Program…….. ..……….. 3.6Kisi-Kisi Kuesioner Tertutup Uji Validasi Isi Program……….. 3.7Kisi-kisi Uji kepraktisan Program Bimbingan Belajar………. 3.8Kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa……… 3.9 Populasi Penelitian……..………...

3.10.Subjek Penelitian………..

3.11 Pola Skor Opsi Alternatif Respons Model Summated Ratings……. 3.12 Tabel konversi pengelompokan tingkat Self Regulated Learning…..

4.1 Gambaran umum Self Regulated Learning……… 4.2 Gambaran Prosentase Fase-fase Self Regulated Learning ... … 4.3 Gambaran Fase Forethought……….. 4.4 Gambaran Fase Performance or volitional control……… 4.5 Gambaran Fase Accurate Self Reflection ... … 4.6 Hasil Uji Validitas Isi Program Bimbingan Belajar………. 4.7 Hasil Uji Kepraktisan Program Bimbingan Belajar ... … 4.8 Gambaran umum Self Regulated Learning ( program hipotetik) ... … 4.9 Rincian Prosentase SRL siswa Berdasarkan Fase dan indikator…...… 4.10 Rencana Operasional Program Bimbingan Belajar………

4.11 Rangkuman Pelaksanaan Program……….

4.12 Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Pelaksanaan Program… 4.13 Rekapitulasi Jurnal Harian Siswa Selama Treatment………. 4.14 Perbandingan Tingkat SRL sebelum dan sesudah Intervensi………...

4.15 Perbandingan Fase-Fase SRL sebelum dan sesudah intervensi……… 4.16 Struktur Program Bimbingan Belajar………. 4.17 Rekapitulasi Hasil Observasi Guru /Wali Kelas Terhadap Perilaku Siswa Setelah Treatment………

83 86 88 88 93 94 95 96 97 99 107 118 112 117 119 121 122 125 126 132 132 139 148 150 152 154 156 168 175


(4)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung


(5)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR GRAFIK

4.1Gambaran Umum Self Regulated Learning... 4.2Gambaran Prosentase Fase-Fase Self Regulated Learning... 4.3Perbandingan Tingkat SRL Sebelum dan Sesudah Intervensi... 4.4Perbandingan Fase-Fase SRL Sebelum dan Sesudah Intervensi...

117 212 148 150


(6)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR GAMBAR

1.1 Rancangan Pre Eksperimental Satu Kelompok Prates-Postes……….. 2.1Model Formal Pemantauan Metakognitif Flavell,JH……….. 2.2Phases and Subprocesses of Self Regulation………

2.3Triadik Self Regulation Learning... 2.4Hubungan Antara Pemantauan Metakognitif dan Fase-Fase Self

Regulated learning………....

2.5Kerangka Pikir Penelitian... 3.1 Rancangan Eksperimen Uji Keefektifan Program Bimbingan Belajar... 3.2 Alur Riset Pengembangan Program………

13 24 57 58 77 79 105 106


(7)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat-Surat Penelitian ... 2. Alat Pengumpul Data Penelitian ... 3. Data Kuantitatif ... 4. Program Bimbingan Belajar ...

186 191 212 232


(8)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan proses yang penting untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan yang bermakna, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat. Lebih jelas tentang makna pendidikan tercantum dalam UUSPN RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 1, yang berbunyi sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah pun telah merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan yang diharapkan bangsa Indonesia dalam UUSPN RI Nomor 20 tahun 2003 Bab II pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada


(9)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami hambatan dalam belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut.

Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat digunakan


(10)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk mengetahui apakah siswa gagal atau berhasil mencapai KKM ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar yang tercantum di rapor.

Keberhasilan siswa dalam mencapai nilai di atas KKM ditentukan oleh kemampuan siswa dalam belajar mandiri yaitu keterampilan mengatur kegiatan belajar dan mengontrol perilaku belajar ,juga dapat menggunakan strategi belajar efektif dengan cara mengetahui tujuan, arah, strategi serta sumber-sumber yang mendukung untuk belajar. Penelitian Sedanayasa (2003) menemukan adanya penguasaan keterampilan belajar siswa di sekolah menengah atas umumnya masih rendah.

Untuk mencapai keterampilan belajar, siswa membutuhkan

self-regulated learning (SRL) dalam belajar. SRL dibutuhkan siswa agar mereka

mampu mengatur dan mengarahkan dirinya sendiri, mampu menyesuaikan dan mengendalikan diri, terutama bila menghadapi tugas-tugas yang sulit. Schunk (1989), mengemukakan bahwa siswa dikatakan melakukan

self-regulation dalam belajar bila mereka secara sistematis mengatur perilaku dan

kognisinya dengan memperhatikan aturan yang dibuat sendiri, mengontrol berjalannya suatu proses belajar dan mengintegrasikan pengetahuan, melatih untuk mengingat informasi yang diperoleh, serta mengembangkan dan mempertahankan nilai-nilai positif belajarnya.

Pada sisi lain, self-regulated learning menekankan pentingnya inisiatif karena SRL merupakan belajar yang terjadi atas inisiatif. Siswa yang memiliki


(11)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

inisiatif menunjukkan kemampuan untuk menggunakan pemikiran, perasaan, strategi dan tingkah lakunya yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan (Zimmerman, 2002).

Nilai positif lain dari SRL adalah siswa yang sudah tahu pasti tujuan dari kegiatan belajarnya akan mengarahkan segala pemikiran, perasaan, penerapan starategi, dan tingkah lakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mempertahankan prestasi akademiknya (Paris & Newman, 1990). Maka, betapa efektifnya belajar jika siswa memiliki keterampilan

self-regulated learning (SRL).

Fakta empirik dari sejumlah hasil penelitian ,seperti penelitian yang dilakukan Sukir (1995) dan M.N. Wangid (2006) menyatakan bahwa masih banyak siswa yang tidak mempunyai motivasi dan kemandirian dalam belajar seperti tidak memiliki jadwal belajar tetap, belajar sambil menonton TV atau mendengarkan radio, tidak menyelesaikan tugas, dan hanya belajar pada waktu menghadapi ujian saja. Dari hasil penelitian R. R. Sri Pujiatin (2004) ditemukan bahwa sebagian besar siswa tidak mengetahui cara atau strategi belajar efektif.

Hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa prestasi siswa SMA negeri 1 Nagreg dalam bidang akademis pada umumnya tergolong rendah, jika dilihat dari ketercapaian nilai diatas KKM dalam suatu bidang pelajaran. Saat kenaikan kelas rata-rata dalam satu kelas X masih ada tiga siswa yang tidak tuntas dalam tiga mata pelajaran. Begitu juga di kelas XI terutama di kelas XI


(12)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

IPS dan XI Bahasa, bahkan ada lima orang siswa yang tidak tuntas dalam tiga mata pelajaran.

Berdasarkan wawancara informal dan observasi lapangan prestasi belajar yang rendah ini diperkirakan salah satunya berhubungan dengan motivasi belajar yang rendah. Belum terbangunnya motivasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa ditunjukkan dengan rendahnya persentasi siswa yang mengerjakan tugas dengan usaha optimal dan tepat waktu. Ditemukan juga rendahnya usaha dan kemauan siswa dalam meminta perbaikan (remedial) kepada guru mata pelajaran yang nilainya belum tuntas. Bahkan masih ditemukan beberapa siswa kelas XII yang masih memiliki nilai tidak tuntas selama di kelas X dan XI.

Disamping motivasi belajar instrinsik belum terbangun, siswa di SMAN 1 Nagreg belum banyak yang memiliki kemandirian belajar, yang diantaranya ditunjukkan dengan masih banyak siswa yang tidak memiliki jadwal belajar rutin setiap hari, mereka belajar saat akan ujian dengan metode

klasik ‘belajar kebut semalam’ (SKS). Bahkan setelah guru BK melakukan

kunjungan rumah kepada salah satu siswa yang mengalami nilai tidak tuntas sampai delapan mata pelajaran, diketahui bahwa siswa tersebut menurut orangtuanya tidak pernah belajar di rumah.

Di Sekolah Menengah Atas (SMA), penanggulangan permasalahan dan pembimbingan terhadap siswa dapat dilakukan oleh guru dan guru bimbingan dan konseling (BK). Upaya penanggulangan dan pembimbingan


(13)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut akan lebih efektif bila dilakukan secara terprogram dan melalui kerjasama antara guru bidang studi dengan wali kelas atau dengan guru BK, dan dengan berbagai pihak terkait lainnya di lingkungan sekolah tersebut. Hal ini penting karena permasalahan dan tingkah laku belajar siswa terbentuk dan dapat dikembangkan oleh lingkungan (Guerin, Corey, Kann dan Hanna dalam Daharnis, 2005) agar program dan kerjasama penanggulangan permasalahan (berkenaan dengan prestasi, dan kegiatan belajar sebagaimana dikemukakan di atas) dan/atau program pembimbingan terhadap mahasiswa dapat disusun dengan baik sehingga terjadi peningkatan self regulated learning dan prestasi belajar siswa.

Kedudukan guru bimbingan dan konseling (BK) dalam pendidikan di sekolah adalah membantu perkembangan yang optimal dari setiap siswa melalui bidang pembinaan yang meliputi ranah akademik, karir, pribadi dan sosial. Secara spesifik guru BK harus mampu meningkatkan kompetensi siswa yang meliputi (a) ranah Akademik- siswa mampu belajar untuk belajar

(Learning to Learn), (b) ranah karier/vokasional- siswa mampu belajar untuk

menghasilkan (Learning to Earn) dan (c) ranah pribadi/sosial- siswa mampu belajar untuk hidup (Learning to Life).

Tujuan khusus yang terkait dengan upaya bantuan yang dapat dilakukan oleh guru BK dalam ranah akademik adalah membantu siswa agar memiliki (1) keterampilan untuk belajar artinya para siswa dibantu untuk dapat memperoleh sikap, pengetahuan dan keterampilan yang memberikan


(14)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sumbangan bagi efektivitas belajar di sekolah hingga melintasi sepanjang rentang kehidupannya (2) kegemilangan skolastik artinya para siswa dapat merampungkan jenjang sekolah dengan persiapan akademik yang esensial dalam penentuan pilihan di antara opsi-opsi substansial pasca-sekolah-lanjutan termasuk sekolah, salah satunya (3) sukses akademik menuju sukses hidup artinya para siswa dapat memahami hubungan antara bidang akademik dengan dunia kerja dan antara kehidupan dalam rumah dengan di tengah masyarakat.

Guru BK harus mampu menyusun program bimbingan belajar/ akademik yang dapat membantu generasi muda memilih pengalaman yang cocok untuk mereka yang nantinya dapat menjadikan mereka mumpuni menaklukkan sebagian besar situasi pembelajaran yang dihadapi. Semua siswa harus memiliki pengetahuan dasar-dasar baru tentang "Era Informasi" atau "Era Teknologi" termasuk keterampilan pengambilan keputusan, penuntasan masalah, berpikir kritis, membuat timbangan logis, perancangan tujuan, keterampilan dalam menggunakan perangkat teknologi, keterampilan melakukan transisi, keterampilan interpersonal dan kecakapan untuk melakukan pengorganisasian dan pengelolaan informasi.

Hal ini sejalan dengan tuntutan terhadap sejumlah kemampuan yang harus dimiliki siswa yang termuat dalam standar kompetensi lulusan (Permendiknas nomor 23 Tahun 2006), bahwa lulusan SMA hendaknya : (1) memiliki kemampuan mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan


(15)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan pekerjaannya ;(2) menunjukkan cara berpikir logis, kritis, dan inovatif dalam mengambil keputusan; (3) menunjukkan sikap kompetitif untuk mendapatkan hasil yang baik; (4) memiliki kemampuan menganalisis, dan memecahkan masalah kompleks; (5) menghasilkan karya kreatif, baik individu atau kelompok dan(6) menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi.

Untuk mengatasi masalah belajar seperti yang dikemukakan sebelumnya dan untuk mengembangkan self regulated learning siswa maka disusunlah program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif. Teori metakognisi dari Flavell (1971) yang menyatakan bahwa pengetahuan tentang metakognitf dan keterampilan menggunakan strategi metakognitif dalam paradigma konstruktivisme melahirkan siswa ideal yaitu seorang pelajar yang memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri (self-regulated learner). Siswa yang memiliki self regulated learning adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif, atau biasa disebut academic

learning skill, yang dipadu dengan kontrol diri dan motivasi yang tetap

terpelihara, Jadi siswa yang menjadi self regulated learner adalah seorang yang mampu (skill) dan mau (will) belajar. Bagi self regulated learner, motivasi belajar adalah untuk belajar itu sendiri bukan karena ingin mendapatkan nilai, atau motivasi eksternal lainnya.

Metakognitif memiliki arti penting dalam sebuah proses pembelajaran, karena pengetahuan tentang proses kognitif kita sendiri dapat memandu kita


(16)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam menata suasana dan menyeleksi strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita di masa mendatang. Strategi metakognitif merupakan salah satu kecakapan aspek kognitif yang penting dikuasai oleh seorang peserta didik dalam belajar atau memecahkan masalah. Strategi metakognitif ini dapat dipelajari oleh peserta didik, artinya guru dapat mengajarkannya. Guru BK dapat menciptakan lingkungan metakognitif yang meningkatkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang baik, yang berhasil memecahkan masalah dan menjadi pembelajar seumur hidup (long

life learner).

Ketertarikan peneliti dalam menggunakan strategi metakognitif dalam mengembangkan self regulated learning siswa juga diperkuat oleh hasil penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) Darmiany (2008) tentang penerapan belajar eksperiensial melalui pemanfaatan metakognisi, motivasi dan siswa aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri yang terbukti berhasil mengembangkan self regulated learning mahasiswa Program Studi S-1 FMIPA Pendidikan Matematika UM semester genap tahun pelajaran 2007/2008. Selain itu menurut penelitian Wahidin (2004), pelajar yang mendapat latihan keterampilan berpikir, skor kemampuan berpikirnya lebih tinggi daripada pelajar yang tidak mendapat latihan berpikir.

Melalui kerangka bimbingan konseling komprehensif, seorang guru BK dapat menyusun program bimbingan belajar yang bertujuan meningkatkan kompetensi siswa dalam ranah akademik. Langkah awal guru


(17)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BK dapat menghimpun data dengan menggunakan instrumen untuk melihat dan mendata bagaimana tingkat self regulated learning dalam diri siswa. Untuk meningkatkan self regulated learning dalam diri siswa , guru BK dapat memberikan layanan dasar yang meliputi layanan klasikal pemberian informasi cara belajar efektif dan keterampilan metakognitif. Guru BK dapat melakukan layanan responsif dalam mengatasi kesulitan belajar siswa melalui strategi metakognitif. Melalui layanan perencanaan individual guru BK dapat membimbing setiap siswa untuk memiliki tujuan dan target pencapaian prestasi belajar serta mampu memonitoring keberhasilan belajarnya sendiri. Terakhir melalui dukungan system, guru BK dapat berkolaborasi dengan guru mata pelajaran lain dalam mengobservasi proses belajar siswa di kelas dan memantau kemajuan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan fenomena, temuan teori dan hasil penelitian terdahulu yang terkait, disusunlah program layanan bimbingan belajar melalui strategi metakognitif yang bertujuan meningkatkan self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tentang kurangnya siswa memiliki motivasi belajar instrinsik, kurang kemandirian dalam belajar dan kurangnya wawasan siswa tentang strategi belajar efektif maka disusun program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif yang bertujuan meningkatkan


(18)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg. Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: ”Program bimbingan belajar seperti apa yang dapat meningkatkan self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg?

Secara rinci pertanyaan penelitian dideskripsikan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg? 2. Bagaimana rumusan program bimbingan belajar melalui strategi

metakognitif yang dapat meningkatkan self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg?

3. Bagaimana efektivitas program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dalam meningkatkan self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program bimbingan belajar melalui strategi metakognif dalam meningkatkan self regulated

learning siswa SMAN 1 Nagreg. Secara operasional penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran berikut ini:

1. Tingkat self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg.

2. Rumusan program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dalam meningkatkan self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg.

3. Keefektifan program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dalam meningkatkan self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg


(19)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu D. Hipotesis Penelitian

”Program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dapat

meningkatkan self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg.”

E. Manfaat Penelitian

Manfaat teoritik. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

konseptual tentang penggunaan strategi metakognitif dalam layanan bimbingan belajar yang dapat meningkatkan self regulated learning siswa.

Manfaat empirik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

bagi (1) bagi peserta didik, yaitu membantu mengembangkan self regulated

learning yang berkorelasi positif dengan prestasi belajar, (2) bagi guru

bimbingan dan konseling/ konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru bimbingan dan konseling/konselor dalam menyusun program yang bertujuan meningkatkan self regulated learning siswa SMA, (3) bagi guru bidang studi , hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang prinsip-prinsip strategi metakognitif yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, (4) bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik SMA sehingga akhirnya meningkatkan kualitas lulusan lembaga pendidikan yang dipimpinnya, dan (5) bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.


(20)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Research & Development (R&D) merupakan pendekatan yang

dipilih untuk melaksanakan penelitian ini, dengan embedded mixed

method research design (Creswell, 2008). Pendekatan R&D

digunakan dalam pengembangan dan validasi suatu produk atau model pendidikan (Borg, W.R., & Gall, M.D, 1983; 1989). Serangkaian kegiatannya, dikemas dalam tiga kelompok kegiatan inti, yaitu: studi pendahuluan, pengembangan dan validasi, serta uji efektifitas produk.

Untuk menguji efektifitas produk program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif maka penulis menggunakan metode penelitian pre-eksperimental dengan rancangan Satu Kelompok Prates-Postes (One – Group Pretest-Posttest Design).

Pre test treatment posttest

Kel.Eksperimen O1 X O2

Gambar 1.1.Rancangan Pre-eksperimental satu-kelompok Prates-Postes.


(21)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pemilihan sampel untuk menentukan tingkat SRL, menggunakan random sampling . Artinya semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subyek penelitian.

Sedangkan untuk melihat efektivitas program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif metode pemilihan sampel yang digunakan adalah Purposeful sampling, yaitu sampel diambil dengan maksud dan tujuan tertentu atau dengan kata lain Seseorang atau sekelompok orang diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa mereka memilki informasi yang diperlukan bagi penelitian.

Dalam uji efektivitas, kriteria sampelnya adalah siswa SMA kelas XI yang mengalami prestasi belajar rendah dan mempunyai tingkat self

regulated learning yang sangat rendah.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian adalah instrumen inventori yang menjaring tingkat self regulated learning siswa berbentuk Rating Scale berdasarkan skala likert.

4. Tahapan Kegiatan Penelitian

Secara konseptual menurut Borg & Gall (2003) studi penelitian dan pengembangan terbagi dalam beberapa tahapan. Tahap studi

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh informasi awal untuk


(22)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tahap Penyusunan program hipotetik bimbingan belajar melalui strategi metakognitif untuk meningkatkan self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg dilakukan berdasarkan kajian teoritik dan temuan studi pendahuluan.

Tahap Uji rasional dilakukan untuk mengetahui ketepatan program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dalam meningkatkan

self regulated learning. Uji rasional dilakukan melalui: (1) validasi isi

produk yaitu program layanan belajar melalui strategi metakognitif dan instrumen self regulated learning yang dilakukan oleh para ahli, dan (2) Validasi empiris, dilakukan oleh rekan sejawat sesama guru BK/konselor.

Tahap uji Efektivitas program dilakukan pengujian efektivitas progarm bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dalam meningkatkan self regulated learning dengan metode pre eksperimental desain pretest-posttest satu-kelompok.

5. Analisis Data

Data dalam tahap studi pendahuluan, dianalisis secara deskriptif-naratif. Pendeskripsian dilakukan berdasarkan pada prosentase aspek teoretik-nya yaitu siswa yang rendah self regulated learningnya .Data dalam tahap pengembangan dan validasi, juga dianalisis secara deskriptif-naratif. Itu dilakukan berdasarkan kritik, saran ahli terkait


(23)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan validitas isi dan tingkat peluang penerapan program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dan tingkat keterbacaan instrumen

self regulated learning, ditambah jawaban, kritik, dan saran dari rekan

sejawat.

Data diperoleh dari Rating Scale berdasarkan skala likert pada hasil tes instrumen yang menjaring tingkat self regulateg learning siswa kemudian dianalisis dengan statistik uji perbedaan rata-rata, yaitu uji-t (t-test) yang dilakukan melalui bantuan Program SPSS 18,0 for Windows. Tes ini menentukan apakah perbedaan antara mean pretest dan posttest itu secara statistik signifikan.

6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA negeri 1 Nagreg kabupaten Bandung.


(24)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Tujuan akhir yang diharapkan dari penelitian ini adalah tersusunnya program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif untuk meningkatkan self

regulated learning. Strategi penelitian yang dipandang tepat dalam penelitian ini

adalah penelitian dan pengembangan. Penelitian dan pengembangan merupakan penelitian terapan (applied research). Menurut Borg & Gall (2003) penelitian dan

pengembangan merupakan “… a process used to develop and validate educational product”. Produk yang dimaksud adalah program bimbingan belajar

melalui strategi metakognitif untuk meningkatkan self regulated learning.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan model mixed method research design (Creswell, 2003). Dipilihnya model mixed

method research design dalam penelitian ini karena pendekatan kuantitatif dan

pendekatan kualitatif digunakan secara terpadu dan saling mendukung. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji kondisi empirik gambaran tingkat self regulated learning siswa dan menguji keefektifan program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif untuk meningkatkan self regulated learning. Sementara pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui validitas rasional


(25)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif untuk meningkatkan self

regulated learning.

B. Definisi Operasional

1. Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif

Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum menurut Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003), prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut (1)identifikasi kasus, (2)identifikasi masalah, (3)diagnosis, (4)prognosis, (5) remedial atau referral dan (6) evaluasi dan follow up.

Metakognitif secara konseptual menurut Flavell (1976) adalah

knowing about knowing - pengetahuan tentang pengetahuan atau kemampuan

individu untuk mengelola dan memantau masukan, penyimpanan, pencarian dan pengambilan isi memori sendiri sehingga individu dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyeleksi strategi kognitif yang tepat untuk memecahkan masalah.

Bimbingan belajar melalui strategi metakognitif adalah upaya guru Bimbingan dan Konseling/konselor dalam membantu siswa SMA negeri 1 Nagreg kelas XI tahun ajran 2011/2012 untuk memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif ,membantu siswa untuk menggunakan strategi belajar


(26)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

efektif dan mendorong siswa untuk melakukan evaluasi dan refleksi diri setelah belajar yang digunakan dalam memecahkan masalah belajar.

2. Self Regulated Learning

Secara konseptual Self regulated learning disebut juga pembelajaran dengan pengaturan diri. Self regulated learner adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana pengetahuan bekerja serta kapan menggunakan pengetahuan itu (Bandura, 1991, Howard-Rose& Winne,1993; Schunk & Zimmerman, 1994,Winne, 19935 dalam Slavin 1997).

Secara operasional Self regulated learning dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa SMA Negeri 1 Nagreg kelas XI tahun ajaran 2011/2012 untuk mengelola diri dalam belajar yang ditandai dengan : 1) dapat menetapkan tujuan belajar dan membuat perencanaan strategis untuk mencapai tujuan belajar sesuai dengan keyakinan dan motivasi dalam diri ; 2) dapat mengatur dan mengontrol diri untuk melakukan strategi belajar dan : 3) dapat merefleksi kemajuan diri dalam belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Ada beberapa fase untuk memiliki kemampuan Self regulated


(27)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a) Forethought adalah fase pemikiran, yang meliputi kemampuan siswa

untuk mengidentifikasi motivasi dan keyakinan akan kemampuan diri dalam belajar, proses penetapan tujuan dan perencanaan strategis dalam belajar,

b) Performance or Volitional Control adalah fase kinerja yang meliputi

kemampuan siswa untuk mengontrol diri dan melakukan strategi belajar yang efektif, inovatif dan kreatif,

c) Accurate Self-Reflection adalah fase evaluasi yang meliputi kemampuan

siswa untuk mengevaluasi dan merefleksi diri setelah menunjukkan kinerja belajar.

C. Pengembangan Instrumen Penelitian 1)Inventori self regulated learning

Alat untuk mengungkap tingkat self regulated learning sebelum dan sesudah mengikuti bimbingan belajar melalui strategi metakognitif. Menurut Gall, Gall & Borg (2003:189), inventori dikategorikan sebagai self report measure yaitu instrumen paper-pencil yang item-itemnya menghasilkan skor numerik. Dalam pengukuran dengan menggunakan self-report pada umumnya individu diminta untuk mengungkapkan apakah dia memiliki sifat-sifat, pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan yang digambarkan dalam butir-butir inventori. Kisi-kisi Instrumen dikembangkan dari definisi operasional dan variabel penelitian yang dalamnya mengandung aspek-aspek dan indikator untuk kemudian


(28)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Adapun kisi-kisi sebelum instrumen penelitian divalidasi, dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Instrumen Self Regulated Learning (sebelum Uji Coba)

Fase Indikator Pernyataan

(+)

Pernyataan (-) 1.Forethought 1.1.Siswa dapat mengidentifikasi kemampuan

dirinya dalam belajar

1.2. Siswa dapat mengidentifikasi nilai-nilai motivasi instrinsik dalam belajar

1.3. Siswa dapat menetapkan tujuan belajar 1.4.Siswa dapat membuat perencanaan strategis dalam belajar No.2,3,4,9, 10,11 No.17 No. 19 No.20,22,23 No.1,5,6,7,8 No.12,13,14 ,15,16, N0. 18 No.21,25 2.Performance or Volitional Control\

2.1. Siswa dapat memberikan penguatan dan instruksi kepada diri untuk konsisten dalam belajar

2.2. Siswa dapat memfokuskan perhatian saat belajar

2.3.Siswa menggunakan strategi efektif dalam belajar atau menyelesaikan tugas.

2.4.Siswa memeriksa kembali strategi belajar yang sudah dan belum dilaksanakan

2.5.Siswa melaksanakan ide-ide inovatif dan kreatif dalam meningkatkan prestasi belajar

No.29,30,33 ,35 No.37 No.38,41,42 No.43 No.44,46,48 ,49,50,51 No.26, 27,28,31,34 No.36 No.39,40, No.45,47

3.Accurate Self-Reflection

3.1.Siswa melakukan analisis sebab akibat untuk keberhasilan dalam belajar.

3.2.Siswa melakukan analisis sebab akibat untuk kegagalan dalam belajar

No.54,

No.

No.52,53


(29)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.3.Siswa mengevaluasi tingkat kepuasan diri dalam belajar.

55,57,58 No.61,62,65 67,68,69

No.63,64,66 ,70

2. Uji Validitas Instrumen Self Regulated Learning

Instrumen yang valid adalah sebuah alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Sugiyono, 2007:267). Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam inventori yang mengungkap kemampuan self-regulated

learning siswa SMA Negeri I Nagreg. Pada tahap pengujian validitas

berdasarkan teori tentang aspek-aspek yang akan diukur, instrumen penelitian ini ditimbang baik secara konten, konstruk dan kebahasaan oleh beberapa orang ahli, kepada pembimbing dan 3 orang ahli lainnya di luar pembimbing untuk dimintai pendapat dan koreksinya (expert judgement). Dalam penelitian ini, penimbangan ahli bidang bimbingan dan konseling atas instrument di berikan oleh Dr. Ilfiandra, M.Pd, Nurhudaya, M.Pd, dan Lia Apriliani, M.Pd (ketua MGBK Kabupaten Bandung).Setelah instrumen direvisi berdasarkan saran para ahli, maka instrumen diuji keterbacaannya kepada 5 orang siswa SMA dan kemudian direvisi kembali, baik dalam penggunaan kata-kata atau pun struktur kalimatnya sehingga seluruh pernyataan dalam instrumen tidak mengandung ambiguitas dan cukup dapat dimengerti oleh reponden.Instrumen kemudian diujicobakan kepada sampel yang memiliki karakteristik yang sama


(30)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan responden penelitian. Setelah data ditabulasikan, dilakukan pengujian validitas alat pengumpul data dengan memanfaatkan program komputer Microsoft Excel 2007 dan bantuan program SPSS 18 for windows dan memakai rumus korelasi Bivariate Pearson (product-moment Pearson), dengan rumus sebagai berikut :

rix = n ix− i x n i2i 2 n x2x 2

(Priyatno, 2008) Keterangan:

rix = Koefisien korelasi item-total (bivariate pearson) i = Skor item

x = Skor total

n = Banyaknya subjek

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

a. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). b. Jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau

item-item pernyataan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Berdasarkan hasil perhitungan nilai validitas dengan kriteria r hitung ≥ 1,7 (n=30 dengan sig. 0,05) diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid adalah sebanyak 52 dari 70 item. Sedangkan 18 item lainnya dinyatakan tidak


(31)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

valid dan tidak dapat digunakan dalam penelitian (Hasil validitas terlampir). Berikut disajikan item-item pernyataan yang valid dan tidak valid dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Item Instrumen Kemampuan self-regulated learning

No item pernyataan yang valid No item pernyataan

yang tidak valid 1,2,3,4,6,9,11,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25

,26,27,29,30,32,33,34,35,36,37,38,39,40,42,43,44, 45,47,49,51,53,54, 56,57,58,59,60,61,62,63,65,66,70

5,7,8,10,28,31,41,42,43,46 ,48,50,52,55,64,67,68,69

4. Uji Reliabilitas Instrumen Self Regulated Learning.

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran (Syaodih, 2005: 229). Satu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai apabila instrumen yang digunakan mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama. Instrumen yang dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas instrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam


(32)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kondisi yang berbeda. Pada penelitian ini uji reliabilitas menggunakan rumus

Cronbach’s Alpha yang kemudian dihitung dengan bantuan program SPSS 18.0 sebagai berikut:

r11 = 1 1 − ó2 ó12

Arikunto (2002: 156) keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pernyataan

ó2 = jumlah varian butir ó1

2

= varian total

Guilford (1954, dalam Furqon, 1999) mengatakan harga reliabilitas berkisar antara -1 sampai dengan +1, harga reliabilitas yang diperoleh berada di antara rentangan tersebut. Dimana makin tinggi harga reliabilitas instrumen maka semakin kecil kesalahan yang terjadi, dan makin kecil harga reliabilitas maka semakin tinggi kesalahan yang terjadi. Kriteria koefisien reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

TABEL 3.3

Kriteria Koefisien Reliabilitas <0,20

0,21-0,40 0,41-0,70 0,71-0,90 0,91-1,00

Derajat keterandalannya sangat rendah. Derajat keterandalannya rendah

Derajat keterandalannya sedang. Derajat keterandalannya tinggi. Derajat keterandalannya sangat tinggi


(33)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik Cronbach's Alpha dengan menggunakan Program SPSS.18,0 diperoleh angka reliabilitas sebesar 0.88. Nilai tersebut menunjukkan instrument yang diuji coba berada pada koefisien reliabilitas tinggi, karena angka reliabilitasnya berada diatas rentang nilai 0,70-0,90.

Setelah melalui penimbangan ahli (expert judgement) , uji validitas, dan uji reliabilitas , berikut kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel 3.4 :

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Self Regulated Learning (Setelah Uji Coba)

Fase Indikator Pernyataan

(+)

Pernyataan (-)

1.Forethought 1.1.Siswa dapat mengidentifikasi kemampuan dirinya dalam belajar

1.2. Siswa dapat mengidentifikasi nilai-nilai motivasi instrinsik dalam belajar

1.3. Siswa dapat menetapkan tujuan belajar 1.4.Siswa dapat membuat perencanaan strategis dalam belajar

No.2 No.5 No. 7 No.9,10 No.1 No.3,4 N0. 6 No.8 2.Performance or Volitional Control

2.1. Siswa dapat memfokuskan perhatian saat belajar

2.2. Siswa dapat memberikan penguatan dan instruksi kepada diri untuk konsisten dalam belajar

2.3.Siswa memeriksa kembali strategi belajar yang sudah dan belum dilaksanakan 2.4.Siswa melaksanakan ide-ide inovatif dan kreatif dalam meningkatkan prestasi belajar No.12,13 No.14 No.16 No.18,20 No.11 No.15 No.17 No.19


(34)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3.Accurate Self-Reflection

3.1.Siswa melakukan analisis sebab akibat untuk keberhasilan dalam belajar.

3.2.Siswa melakukan analisis sebab akibat untuk kegagalan dalam belajar

3.3.Siswa mengevaluasi tingkat kepuasan diri dalam belajar

No.22

No. 25,26

No.27,28

No.21,23

No. 24

No.29

D. Pengembangan Program Bimbingan Belajar

Pengembangan produk merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan dalam sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (R & D). Adapun tahapan dalam pengembangan produk yang berupa program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Draf Program

Setelah memperoleh landasan teoritis mengenai konsep metakognitif dan self

regulated learning serta data awal mengenai gambaran self regulated learning, maka kegiatan berikutnya dalam pengembangan program adalah

menyusun draft program berisi pedoman umum operasional program yang meliputi :(1) Rasional; (2) Visi dan Misi; (3) Deskripsi Kebutuhan; (4) Tujuan; (5) Komponen Program; (6) Sasaran Intervensi; (7) Rencana Operasional; (8) Pengembangan Tema/Topik; (9) Satuan Layanan BK; (10) Kualifikasi Konselor; dan (11) Penilaian/Evaluasi.


(35)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sedangkan perangkat program yang berisi pedoman khusus operasional program meliputi: (1) Modul Satuan Layanan BK dan (2) Modul materi yang berkaitan program bimbingan belajar.

2. Uji Rasional

Uji rasional program dalam penelitian ini melalui dua jenis pengujian yaitu: uji validasi isi program dan uji empris.

a. Uji Validasi Isi program

Uji validasi isi program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif pada penelitian ini menggunakan teknik Delphi yang diberikan oleh tiga orang pakar/ahli bimbingan dan konseling. Teknik Delphi pada awalnya dipahami sebagai cara untuk memperoleh pendapat ahli tanpa harus ber tatap muka bersama dalam satu forum. Teknik Delphi yang dikembangkan oleh Dalkey dan Helmer (1963) di Rand Corporation pada 1950-an, merupakan metode luas digunakan dan diterima untuk mencapai konvergensi pendapat tentang pengetahuan dunia nyata yang diminta dari para ahli dalam bidang tertentu. Didasarkan pada alasan bahwa, "dua kepala lebih baik dari satu, atau ... n kepala lebih baik dari satu" (Dalkey, 1972, hal 15). Teknik Delphi dirancang sebagai proses komunikasi kelompok yang bertujuan untuk melakukan pemeriksaan rinci dan diskusi tentang isu tertentu untuk penetapan tujuan, penyelidikan kebijakan, atau memprediksi terjadinya peristiwa masa depan (Ulschak, 1983; Turoff & Hiltz, 1996; Ludwig, 1997). Survei umum mencoba


(36)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk mengidentifikasi "apa yang ada," sedangkan teknik Delphi upaya untuk mengatasi "apa yang bisa / harus" (Miller, 2006). Dalam literature, Teknik Delphi diterapkan di berbagai bidang seperti perencanaan program, penilaian kebutuhan, penentuan kebijakan, dan pemanfaatan sumber daya. Dalam penelitian ini teknik Delphi digunakan untuk mengumpulkan data tentang apa yang harus ada dalam sebuah program bimbingan belajar . Cyphert dan Gant (1971), Brooks (1979), Ludwig (1994, 1997), dan Custer, Scarcella, dan Stewart (1999) menunjukkan bahwa tiga tahapan seringkali cukup untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dan untuk mencapai konsensus dalam kebanyakan kasus. Pembahasan berikut ini adalah tentang proses uji kelayakan program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif yang menggambar proses teknik Delphi.

Tahap 1: Pada putaran pertama, proses Delphi dimulai dengan membuat

kuesioner terbuka berfungsi sebagai landasan meminta informasi spesifik tentang isi program BK(Custer, Scarcella, & Stewart, 1999). Setelah menerima tanggapan penimbang, peneliti perlu mengubah informasi yang dikumpulkan ke dalam kuesioner terstruktur dengan baik.

Tahap 2: Pada putaran kedua, setiap penimbang menerima kuesioner kedua

tentang kelayakan program secara rasional dan diminta untuk meninjau item kelayakan program berdasarkan informasi yang diberikan di tahap pertama (Jacobs, 1996).


(37)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tahap 3 :Pada putaran terakhir, hasil penilaian penimbang yang dapat

bervariasi dari tiga sampai lima (Delbecq, Van de Ven, Gustafson, 1975; Ludwig, 1994) diolah oleh peneliti menggunakan ukuran tendensi sentral (mean, median, dan modus). Dalam uji kelayakan untuk pengembangan program dalam penelitian ini menggunakan ukuran mean, berdasarkan skala Likert (Hill & Fowles, 1975; Eckman, 1983; Jacobs, 1996).

b. Uji Empriris

Uji empris dilakukan melalui uji keterbacaan dan uji kepraktisan program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dalam meningkatkan self

regulated learning dengan teknik group discussion dari para praktisi

bimbingan dan konseling. Dalam penelitian ini uji kepraktisan dilakukan oleh guru BK SMAN 1 Nagreg.

3. Kisi-kisi Instrumen Uji Rasional

Instrumen untuk uji validasi isi program pada teknik Delphi tahap satu berbentuk kusioner terbuka dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5.

Kuesioner Terbuka Uji Validasi Isi Program Bimbingan Belajar

No Aspek yang Dinilai Saran

1. Rumusan Rasional 2. Rumusan Visi dan Misi 3 Rumusan Tujuan


(38)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5. Struktur Program

6. Komponen Program 7. Rencana Operasional

8. Pengembangan Tema/Topik 9. Satuan Layanan BK

10. Kualifikasi Konselor 11. Evaluasi

(Sumber Data: Ahli BK & Praktisi)

Instrumen untuk uji validasi isi program pada teknik Delphi tahap dua berbentuk kuesioner tertutup memakai empat alternatif skala penilaian yaitu: kurang memadai = satu ; cukup memadai = dua ; memadai = tiga dan sangat memadai = empat. Kisi-kisi instrumen berbentuk kusioner tertutup dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Kuesioner Tertutup Uji Validasi lsi Program Bimbingan Belajar

No Aspek yang Dinilai Item

1. Rumusan Rasional 1

2. Rumusan Visi dan Misi 2

3 Rumusan Tujuan 3

4. Deskripsi Kebutuhan 4

5. Struktur Program 5

6. Komponen Program 6


(39)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 8. Pengembangan Tema/Topik 8

9. Satuan Layanan BK 9

10. Kualifikasi Konselor 10

11. Evaluasi 11

(Sumber Data: Ahli BK & Praktisi)

Sedangkan validasi kepraktisan program berbentuk penilaian deskriptif berisi empat pernyataan sebagai berikut : tidak dapat melaksanakan / mempraktekkan program = satu ; dapat melaksanakan / mempraktekkan program jika dilatih terlebih dahulu = dua ; dapat melaksanakan / mempraktekkan program setelah mempelajari dengan seksama = tiga ; siap melaksanakan / mempraktekkan program. Kisi-kisi validasi kepraktisan program dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut :

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Uji Kepraktisan Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA

Tahap dan Jenis Kemampuan item

A. Tahap kegiatan awal 1. Penetapan tujuan 2. Penetapan sasaran 3. Kesesuaian materi

4. Rancangan skenario/langkah-langkah kegiatan

1 2 3 4 B. Tahap Implementasi/Pelaksanaan

1. Ketuntasan penyampaian materi 2. Pencapaian tujuan

3. Pemanfaatan waktu

5 6 7


(40)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4. Pemanfaatan Media/alat bantu 5. Kejelasan langkah kegiatan

6. Keterlibatan personil sekolah lainnya

8 9 10 Tahap Kegiatan Akhir

1. Rancangan evaluasi 2. Pelaksanaan evaluasi 3. Rencana tindak lanjut

11 12 13 (Sumber Data: Ahli BK & Praktisi)

Berikut ini disajikan kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa (on

task) pada pelaksanaan bimbingan belajar melalui strategi metakognitif untuk

meningkatkan self regulated learning pada siswa SMA Negeri 1 Nagreg.

Tabel 3.8.

Kisi-kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated

Learning pada Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

NO AKTIVITAS YA TIDAK

1 Memperhatikan saat guru BK/konselor menjelaskan

2 Mau mengikuti permainan kelompok

3 Menunjukkan antusiasme atau semangat dalam

mengikuti aktivitas 4 Aktif bertanya

5 Menjawab pertanyaan dari guru atau teman

6 Memberikan pendapat dalam kelompok

7 Dapat bekerjasama dalam kelompok

8 Mengerjakan tugas yang diberikan guru BK/konselor 9 Menyelesaikan tugas tepat waktu


(41)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu E. Subjek penelitian

Subjek penelitian disesuaikan dengan tahap-tahap yang ditempuh dalam pengembangan program bimbingan. Pada saat analisis kebutuhan dan peluang akan program bimbingan, yang menjadi subjek penelitian adalah guru BK SMAN 1 Nagreg dan siswa kelas XI SMAN 1 Nagreg. Pada tahap pengembangan program hipotetik, untuk validasi isi dan konseptual , subjek penelitiannya adalah pakar bimbingan dan konseling yang ada di perguruan tinggi. Selanjutnya pada tahap validasi emprik untuk uji operasional program yang dijadikan subjek penelitian adalah guru BK atau konselor. Pada tahap uji efektivitas program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif untuk meningkatkan self regulated learning , subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMAN 1 Nagreg.

Populasi penelitian pada tahap studi pendahuluan adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Nagreg. Jumlah populasi ditampilkan dalam Tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9 Populasi Penelitian

No. Kelas Anggota Populasi

1. XI BAHASA 37

2. XI IPA 1 35

3. XI IPA 2 36

4. XI IPA 3 36

5. XI IPA 4 37


(42)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

7. XI IPS 2 34

Total 251

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 1997:109). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah teknik simple random sampling. Pengambilan sampel dilakukan peneliti dengan mencampur subjek-subjek dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Penentuan sampel dilakukan dengan patokan apabila subjeknya kurang dari 100, dapat dipergunakan sampel sebesar 50%, dan jika berada diantara 100-1000, maka dipergunakan sampel sebesar 15%-50% dari jumlah populasi. Secara operasional, pengambilan sampel dilakukan dengan menuliskan nomor absen siswa pada kertas kecil, kemudian digulung dan dimasukan kedalam gelas khusus yang telah disediakan. Selanjutnya kertas-kertas yang bertuliskan nomor absen dikocok dan dikeluarkan, sehingga muncul satu orang berdasarkan nomor absen yang tertulis.

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Riduwan (2009:65) sebagai berikut:

S= 15% + 10001000−

−100 (50%-15%)

S= sampel n= populasi S= 15% + 10001000−251

−100 (50%-15%)

S= 15% + 749

900 (35%)

S= 15% + 0,83 (35%) S= 15% + 29,13% S= 44,%


(43)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sampel dalam penelitian adalah 44% X 251 = 110,44 dibulatkan menjadi 110. Jumlah siswa yang diteliti sebanyak 110, diambil dari hasil kocokan yang dilakukan pada masing-masing kelas.

Untuk uji efektivitas program digunakan metode pemilihan sampel non-probabilitas sampling. Individu dipilih bukan karena kesempatan tapi dengan tujuan lain. Jenis non-probablilitas sampling yang dipilih dalam penelitian ini adalah Purposeful sampling, yaitu sampel diambil dengan maksud dan tujuan tertentu atau dengan kata lain Seseorang atau sekelompok orang diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa mereka memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian.

Dalam uji efektivitas melalui metode penelitian pre-eksperimental, kriteria sampelnya adalah siswa SMA kelas XI tahun pelajaran 2011-2012 yang mengalami prestasi belajar rendah dan mempunyai tingkat self regulated

learning yang sangat rendah.

Secara keseluruhan subjek dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut :

Tabel 3.10 Subjek Penelitian

Tahap Penelitian Subjek penelitian jumlah

Studi pendahuluan 1. Siswa kelas XI SMAN 1 Nagreg 2. Guru BK SMAN 1 Nagreg

110 2 Validasi Program 1. Pakar BK

2. Guru BK

3 2 Ujicoba Program Kelompok pre-ekspermental (siswa 39


(44)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu kelas XI SMAN 1 Nagreg)

F. Prosedur dan Tahap-Tahap Penelitian

Secara konseptual Borg & Gall (2003) menyusun langkah-langkah pendekatan penelitian dan pengembangan yaitu : (1) studi pendahuluan (research

and information collecting); (2) perencanaan (planning); (3) pengembangan

produk awal ( develop preliminary form of product); (4) revisi produk awal (main

product revision); (5) uji coba terbatas (main field testing); (6) revisi produk

ujicoba (operational product process); (7) ujicoba lebih luas (operasional field

testing); (8) finalisasi produk (final product revision); (9) diseminasi dan

implementasi produk (dissemination and implementation).

Secara lebih rinci tahapan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap I Studi Pendahuluan.

Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh informasi awal untuk merancang program hipotetik dan pengembangan program. Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh data tentang : (1) pelayanan bimbingan belajar yang sudah diberikan di SMAN 1 Nagreg, (2) permasalahan yang dialami siswa (3) gambaran tingkat self regulated learning siswa, (4) gambaran fase-fase self regulated learning siswa. Studi pendahuluan terdiri dari dua kegiatan, yaitu (1) studi pustaka dan (2) kajian empiris self regulated


(45)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

learning, konsep bimbingan belajar, konsep metakognitif, hasil penelitian

terdahulu tentang self regulated learning dan kefektifan program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif. Sumber-sumber yang digunakan untuk mendapatkan data dan fakta tentang self regulated learning, konsep bimbingan belajar, dan konsep metakognitif adalah buku teks, jurnal, artikel, dan laporan penelitian yang relevan. Telaah empiris dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang program bimbingan belajar yang telah diberikan di SMAN 1 Nagreg, permasalahan siswa SMAN 1 NAGREG dan gambaran self regulated learning yang diungkap melalui inventori self

regulated learning yang disebar kepada siswa kelas XI SMAN 1 nagreg yang

menjadi sampel penelitian. Semua data digunakan untuk menyusun program hipotetik bimbingn belajar. Melalui studi pendahuluan ini dihasilkan potret awal kebutuhan pelaksanaan bimbingan belajar melalui strategi metakognitif untuk meningkatkan self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg.

2. Tahap II Penyusunan Program Hipotetik

Penyusunan program hipotetik bimbingan belajar melalui strategi metakognitif untuk meningkatkan self regulated learning siswa SMAN 1 Nagreg dilakukan berdasarkan kajian teoritik dan temuan studi pendahuluan. Penyusunan program dilakukan dengan merumuskan komponen-komponen program dan isi masing-masing program. Penyusunan program hipotetik diikuti dengan mempersiapkan materi-materi program bimbingan belajar


(46)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

melalui strategi metakognitif. Pada tahap ini juga dirumuskan prosedur dan instrumen untuk mengevaluasi program

3. Tahap III Uji Rasional

Uji rasional merupakan uji kelayakan program untuk mengetahui ketepatan program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dalam meningkatkan

self regulated learning. Kegiatan yang dilakukan pada uji rasional adalah : 1)

Uji validasi isi program sehingga kelayakan dapat dipertanggungjawabkan. Validasi isi program dilakukan melalui teknik Delphi, yang dilakukan oleh pakar/ahli bimbingan dan konseling yang mengkaji kelayakan sebuah program dengan melakukan validasi teori, menilai kelaikan program, isi program dan keterkaitan antar komponen program. Dengan demikian diperoleh masukan-masukan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengembangan program; 2) Uji validasi empiris, yang merupakan uji keterbacaan dan uji kepraktisan yang dilakukan oleh praktisi bimbingan dan konseling di sekolah (guru BK atau konselor).

4. Tahap IV Uji Efektivitas Program

Pada tahap ini dilakukan pengujian efektivitas progarm bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dalam meningkatkan self regulated learning dengan metode pre eksperimental desain pretest-posttest satu-kelompok. Metode pre eksperimental desain pretest-posttest satu-kelompok melibatkan tiga langkah: (1) pemberian pretest yang mengukur variabel terikat; (2)


(47)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

implementasi perlakuan eksperimen (variabel bebas) untuk para partisipan; dan (3) pemberian posttest yang mengukur kembali variabel terikat. Efek-efek perlakuan eksperimen ditentukan dengan membandingkan skor-skor pretest dan posttest. Metode pre eksperimental desain pretest-posttest satu-kelompok yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:

Gambar.3.1.

Rancangan Pre-Eksperimental Uji Keefektifan Program bimbingan belajar

Keseluruhan rancangan penelitian dapat digambarkan dalam skema berikut : .

TAHAP

KEGIATAN

HASIL

Studi Pendahuluan

Pengembangan & Validasi program -Penimbangan ahli -validasi empirik -Revisi program Uji -kajian literatur -Kondisi Objektif lapangan -Rancangan Uji Efektivitas Draft program Operasional program Program

Pretest Posttest

Kelompok eksperiment (KE) Treatment Treatment bimbingan belajar Kelompok eksperiment (KE)


(48)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.2. Alur Riset Pengembangan Program G. Langkah-Langkah Implementasi Program Bimbingan Belajar

Pelaksanaan bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dalam meningkatkan Self Regulated Learning (SRL) dilaksanakan berdasarkan prosedur bimbingan belajar menurut Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) yang ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Identifikasi Kasus

Identifikasi kasus yang merupakan upaya guru BK/konselor dalam menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi lapangan dan melihat rata-rata prestasi akademik siswa SMA Negeri 1 Nagreg.


(49)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Identifikasi masalah merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik atau masalah belajar yang dihadapi siswa. Untuk mengidentifikasi masalah siswa dilakukan wawancara informal kepada para siswa yang memiliki prestasi rendah dan berdasarkan observasi guru/ wali kelas mengalami hambatan dalam belajar.

3. Diagnosis

Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan factor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa dalam belajar.Dalam penelitian ini diagnosis dilakukan dengan menyebar instrument Self

Regulated Learning (SRL) kepada siswa SMA Negeri 1 Nagreg kelas XI

yang terpilih sebagai sampel penelitian. 4. Prognosis

Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan alternatif pemecahan masalah. Dalam penelitian ini proses prognosis merupakan bagian dari tahap pengembangan dan validasi program bimbingan belajar melalui strategi metakognitif.

5. Remedial dan Referal

Remedial dalam penelitian ini merupakan pemberian layanan bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dalam meningkatkan Self Regulated


(1)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sebagai berikut: (1) studi pendahuluan (research and information

collecting); (2) perencanaan (planning); (3) pengembangan produk

awal ( develop preliminary form of product); (4) revisi produk awal

(main product revision); (5) uji coba terbatas (main field testing); (6)

revisi produk ujicoba (operational product process); (7) ujicoba lebih luas (operasional field testing); (8) finalisasi produk (final product

revision); (9) diseminasi dan implementasi produk (dissemination and implementation).

c. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan rancangan quasi experiment dengan desain nonequivalent control-two group. Desain ini memiliki keuntungan lebih jika dibandingkan dengan desain Satu Kelompok Prates-Postes (One – Group Pretest-Posttest Design) yang dipakai

dalam penelitian ini. Dalam desain nonequivalent control-two group, peserta penelitian tidak dipilih secara acak untuk menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan kedua kelompok diberikan

pretest dan posttest untuk mengetahui tingkat self regulated learning

antara kelompok control dan kelompok eksperimen sehingga peneliti benar-benar yakin bahwa peningkatan tingkat self regulated learning pada kelompok eksperimen disebabkan oleh pemberian intervensi bimbingan belajar melalui strategi metakognitif dan bukan akibat pengaruh variabel bebas yang lain misalnya motivasi ekstrinsik berupa


(2)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keinginan untuk mendapat pujian dari guru atau teman sebagai anak yang pandai.


(3)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin.(2003).Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya Amabile (1983). Learning Motivation (Online). Tersedia

http://semangatbelajar.com/tag/motivasi-belajar. (30 Desember 2010). Altschuld,J.W.(2003). Delphi Technique. Lecture, Applied evalution design. Ohio, USA :The Ohio State University.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arumningtyas, K. (2009). Strategi self-Regulated Learning pada Mahasiswa yang

Mengerjakan Skripsi. Skripsi pada Fakultas Psikologi UNPAD Bandung:

tidak diterbitkan.

Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boekaerts, et al. (2000). Handbook of Self-Regulation. San Diego, USA: Academic Press.

Blakey, Elaine & Spence, Sheila. (1990). Developing Metacognition. ERIC Clearinghouse on Information Resources Syracuse NY.

Creswell, John.W. (1994). Research Design (Qualitative & Quantitative

Approaches). Thousand Oaks: Sage Publication Inc.

Darmiany (2008) Penerapan belajar eksperiensial dalam mengembangkan self

regulated learning mahasiswa Program Studi S-1 FMIPA Pendidikan

Matematika UM semester genap tahun pelajaran 2007/2008. Jurnal ABKIN

:tidak diterbitkan.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Duckworth, et al. (2009). Self-regulated learning: a literature review. London: Centre for Research on the Wider Benefits of Learning Institute of Education. Flavell, J.H. (1979). Metacognitve and cognitive monitoring : a new area of cognitive


(4)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu developmental inquiry . American psychologist.

Furqon. (1999).Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Gall, Meredith.D. , & Gall,Joyce. P.,& Borg, Walter. R.(2003). Educational

Research. USA. Pearson Education.

Hsu & Sandford. (2007). Delphi Technique: Making Sense Of Consensus. Practical Assesment, Research & Evaluation,vol 12, No 10. The Ohio StateUniversity & Oklahoma State university. Available online: http:// pareonline. net/getvn .asp?v=12&n=10.

Leslie, Chris. (2006) Metacognition through Group Practice in the New Media Classroom.Journal ASCA vol .9.

Prayitno dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : P2LPTK Depdikbud.

Prayitno (2003), Panduan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.

Priyatno, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution)

untuk Analisis Data & Uji Statistik. Yogyakarta: Mediakom.

Pujiatin, Sri R.R. (2004). Perkembangan Self Regulated Learning yang Diperoleh

Melalui Pemahaman Bacaan dan Membuat Ringkasan pada Anak SMA. Tesis

tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Purdi, N, Hattie. J., & Douglas. G. (1996). Student conception of learning and their

use of self-regulated learning strategies: A cross-cultural comparison. Journal of educational psychology. American Psycological Association Inc.

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sedanayasa (2003). Model Bimbingan dan konseling untuk meningkatkan

Keterampilan belajar siswa SMA. Desertasi tidak diterbitkan. Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia: Program Pasca Sarjana.


(5)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum (SMU) Buku IV,

Jakarta : IPB.

Sugiyono (2006).Memahami Penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Suyanto, Nugroho. (2008). Self Regulated Learning Bagi Anak Berbakat. Tersedia http://mandikdasmen.aptisi3.org/index.php?option=comcontent&task=view&i d= 13&itemid=37.(9 Januari 2011).

Universitas Pendidikan Indonesia (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI : UPI University Press.

Wahidin.(2004). Program Bimbingan Kelompok dengan Teknik latihan Mnemonik

Untuk Meningkatkan Daya Ingat Siswa. Desertasi tidak diterbitkan. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia: Program Pasca Sarjana.

Wangid, M.N. (2006). Kemampuan Self-regulated Learning Pada Siswa SLTPN I

Bantul Yogyakarta. Disertasi tidak diterbitkan. Universitas negeri Malang:

Program Pascasarjana .

Willis, S. S. (2004). Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta. Winkel, W.S. (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta :

Gramedia.

Yusuf, S., dan Nurihsan, J. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.

Zimmerman, J, Barry. (1989). “A Social Cognitive View of Self Regulated Academic

Learning.” Journal Of Educational Psychology. 81, (3), 2-23.

Zimmerman, J, Barry. (1990). “Self-Regulated Learning and Academic Achievement: An Overview.” Journal Of Educational Psychology. 25, (1), 3-17.

Zimmerman, J, Barry. (1993). Basic Concep of Self-Regulated Learning.(Online) .Tersedia http://www.siu.edu/-educ314/selfrg.htm.. (30 Desember 2010). Zimmerman, J, Barry. (1994). Dimensions of academic self-regulation. A conceptual

framework for education. In D.H. Schunk & B.J Zimmerman (Eds), Self- regulated learning and performance: Issues and Education applications (pp.


(6)

Hessy Widiyastuti, 2012

Program Bimbingan Belajar Melalui Strategi Metakognitif Untuk Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa SMA Negeri 1 Nagreg

: Studi Research & Development di SMA Negeri 1 Nagreg Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Zimmerman, J, Barry. (1998). Academic studying and the development of personal