PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOGNITIF SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Anne Resmisari 0900283

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


(2)

2013

Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan

Brain Based Learning

untuk

Meningkatkan Kemampuan Kognitif

Siswa

Oleh Anne Resmisari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Anne Resmisari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

ANNE RESMISARI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. David Edison Tarigan, M.Si NIP. 195606171980021001

Pembimbing II

Dra. Heni Rusnayati, M.Si NIP. 196102021989012001

Mengetahui


(4)

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIM. 196807031992032001


(5)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Anne Resmisari NIM. 0900283

Pembimbing I : Drs. David Edison Tarigan, M. Si Pembimbing II : Dra. Heni Rusnayati, M. Si

ABSTRAK

Studi pendahuluan pada kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri kota Bandung menunjukkan bahwa persentase jumlah siswa dengan nilai di bawah nilai KKM lebih besar daripada persentase jumlah siswa yang telah memenuhi nilai KKM berdasarkan nilai ulangan harian Fisika. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki kemampuan kognitif di bawah standar yang ditentukan sekolah tersebut. Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan penelitian berkaitan dengan kemampuan kognitif siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil peningkatan kemampuan kognitif siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan desain one group

pretest-posttest design. Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen pretes dan posttes berupa pilihan ganda berjumlah

16 soal pada jenjang mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan menganalisis (C4). Hasil pretes dan posttes diolah menggunakan penghitungan rata-rata gain ternormalisasi. Kemudian diperoleh bahwa peningkatan kemampuan kognitif siswa sebesar 0,7 (kategori tinggi) sedangkan peningkatan pada jenjang C1-C2 pada kategori tinggi dan jenjang C3-C4 pada kategori sedang.

Kata kunci : kemampuan kognitif, model pembelajaran kooperatif tipe STAD, pendekatan Brain Based Learning


(6)

ABSTRACT

The introduction studies in class XI science in one of the high schools in Bandung shows that the percentage of students with scores below KKM value is greater than the percentage of students who have met the KKM based daily test values of Physics. This shows that the majority of students have the cognitive ability under specified standards of the school. Based on this research has been done related to

the student’s cognitive abilities. This study aims to determine the profile increase

student’s cognitive abilities through the application of cooperative learning model STAD with Brain Based Learning approach. The research method used is a quasi experimental design with one-group pretest-posttest design. In this study sample was selected by purposive sampling technique. Post test and pre test instruments consists of 16 multiple choice questions on a considering level (C1), understanding (C2), apply (C3) and analyze (C4). Post test and pre test results processed by average of normalized gain. Then obtained that increase student’s cognitive abilities by 0.7 (high category), while an increase in the level of C1-C2 in the high category and the level of C3-C4 in the medium category.

Keyword: cognitive abilities, STAD the type of cooperative learning, Brain Based Learning approach


(7)

BAB II

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………..

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Penelitian ... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Struktur Organisasi ...

KEMAMPUAN KOGNITIF, MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN PENDEKATAN BRAIN BASED

LEARNING ...

A.Kemampuan Kognitif ... B.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment

Division (STAD) ...

C.Pendekatan Brain Based Learning ... D.Kaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,

Pendekatan Brain Based Learning dan Kemampuan Kognitif Siswa ... E. Materi Teori Kinetik Gas di SMA ...

BAB III METODE PENELITIAN ... A. Jenis Penelitian ...

i ii iii iv vi vii 1 1 4 5 5 5 7 7 9 10 14 15 20 20


(8)

B. Desain Penelitian ... C. Populasi dan Sampel ... D. Prosedur Penelitian ... E. Intrumen Penelitian ... F. Teknik Pengumpulan Data ... G. Teknik Pengolahan Data ... H. Hasil Uji Coba Instrumen Tes ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Pelaksanaan Penelitian ... B. Analisis Keterlaksanaa Pembelajaran ... C. Hasil Penelitian ... D. Profil Peningkatan Kemampuan Kognitif pada Setiap Jenjang ... E. Pembahasan Hasil Penelitian ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

20 20 22 23 23 23 28

30 30 31 32 34 35

39 39 39

41 43


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 mengenai standar proses, pelaksanaan pembelajaran di sekolah terdiri atas tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, guru mempersiapkan kondisi peserta didik baik secara psikis maupun fisik serta mengajukan pertanyaaan-pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya, kegiatan inti yang terdiri dari proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, elabolasi dan konfirmasi guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dan guru. Pembelajaran diarahkan untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan terakhir dalam proses pembelajaran yaitu kegiatan penutup, pada kegiatan ini guru bersama peserta didik membuat simpulan pelajaran serta melakukan penilaian atau refleksi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Seluruh kegiatan pada proses pembelajaran ini mengarahkan siswa agar aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga pembelajaran bersifat students centered.

Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan mengacu pada teori belajar tertentu. Teori belajar merupakan penjelasan mengenai terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses dalam pikiran siswa. Teori belajar yang sesuai dengan Permendinas No. 41 tahun 2007 mengenai standar proses yaitu teori belajar kontruktivis. Prinsip dari teori belajar ini adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa namun siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya.


(10)

Terdapat tiga prinsip dalam Fisika, yaitu proses, produk dan sikap. Dalam pembelajaran, proses dapat dinilai sebagai aspek psikomotor, produk merupakan aspek kognitif dan sikap merupakan aspek afektif. Namun ketiganya tidak selalu dapat dinilai pada setiap kompetensi dasar (KD) melainkan terdapat beberapa KD yang hanya memungkinkan dilakukan penilaian pada aspek tertentu saja, misalnya aspek kognitif yaitu KD yang bersifat abstrak sehingga tidak memungkinkan disajikan dalam bentuk praktikum. Sehingga memungkinkan pada pembelajaran Fisika hanya dilakukan penilaian pada aspek kognitif saja.

Berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran Fisika yang dilakukan di salah satu SMA Negeri kota Bandung yang menempati cluster 2, guru menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa. Kegiatan ini dilakukan satu arah yaitu hanya bersumber dari guru saja sehingga pembelajaran menjadi kurang interaktif. Siswa hanya memperhatikan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru sehingga pembelajaran kurang menantang. Selain itu pada pembelajaran tidak ada sistem penghargaan untuk siswa yang berprestasi sehingga siswa kurang termotivasi untuk mendapat prestasi pada pembelajaran tersebut. Secara keseluruhan, pembelajaran yang berlangsung bersifat teacher centered. Hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada kelas XI IPA di sekolah tersebut, diperoleh data persentase jumlah siswa yang telah mencapai nilai KKM (tuntas) dan persentase jumlah siswa yang belum mencapai nilai KKM (belum tuntas) di sekolah tersebut sebesar 75 berdasarkan nilai ulangan harian Fisika. Persentase jumlah siswa yang belum mencapai nilai KKM pada kelas XI-IPA 1 sampai XI-IPA 6 berturut-turut 66%, 80%, 87%, 80%, 78%, dan 77%. Hal ini menunjukkan bahwa pada satu kelas mayoritas siswa memiliki kemampuan kognitif yang rendah.

Suatu kelas pasti terdiri dari siswa dengan tingkat kemampuan akademis yang berbeda-beda. Namun tujuan dari pembelajaran Fisika haruslah dapat dicapai oleh seluruh siswa. Untuk mengatasi permasalahan seperti ini, siswa dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tim yang anggotanya terdiri dari berbagai macam latar belakang, baik prestasi belajar maupun jenis kelamin. Dengan cara


(11)

seperti ini siswa-siswa dalam satu tim saling mendukung untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran seperti ini merupakan inti dari model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto, 2009: 56). Johnson & Johnson menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok (Trianto, 2009: 57). Dengan menerapkan model ini pembelajaran menjadi lebih interaktif sebab pembelajaran tidak saja bersumber dari guru melainkan lebih banyak terjadi interaksi antarsiswa maupun antara guru dan siswa.

Meskipun dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama untuk mencapai keberhasilan, namun tetap diperlukan suatu kompentisi sebagai sarana yang efektif untuk memotivasi siswa melakukan yang terbaik. Kompetisi dapat tetap dilakukan antar tim. Berdasarkan prestasi yang diperoleh tim, setiap tim diurutkan dalam tingkatan penghargaan kelompok. Pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Divisions (STAD). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vitariyanti (2009), pembelajaran Fisika dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Selain menggunakan model pembelajaran kooperatif, dalam melaksanakan pembelajaran guru juga memerlukan cara pandang atau pendekatan tertentu dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Salah satu jenis pendekatan pembelajaran student centered yang sesuai dengan teori belajar kontruktivis adalah Brain Based Learning. Pendekatan Brain Based Learning atau pembelajaran berbasis kemampuan otak didasarkan pada pemikiran bahwa setiap siswa memiliki organ yang penting dalam pembelajaran yaitu otak yang memiliki cara alamiah dalam belajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Salmiza Saleh

(2012) dalam jurnalnya yang berjudul “The Effectiveness of the Brain Based

Teaching Approach in Enhanching Scientific Understanding of Newtonian Physics among Form Four Students” menunjukkan bahwa pendekatan Brain


(12)

Based Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa SMP di Malaysia

mengenai konsep-konsep Newton dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Menurut Jensen dalam bukunya yang berjudul Brain Based

Learning, pembelajaran yang menantang merupakan pembelajaran yang sesuai

dengan mekanisme otak dalam belajar sehingga pembelajaran dengan pendekatan ini akan lebih menantang dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis melakukan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain

Based Learning sebab model dan pendekatan ini akan menghasilkan pembelajaran

yang interaktif, menantang dan memotivasi sesuai dengan yang tertuang dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 mengenai standar proses. Adapun judul penelitian yang dilaksanakan adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Brain Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Keberhasilan proses pembelajaran tidak hanya dapat dilihat dari hasil belajar saja melainkan harus diketahui juga bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran tersebut berlangsung. Kemampuan kognitif siswa yang rendah dapat dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk menyelesaikan permasalahan mengenai rendahnya kemampuan kognitif siswa, digunakanlah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based

Learning atau pendekatan pembelajaran yang berbasis kemampuan otak. Sehingga

dengan menerapkan model serta pendekatan pembelajaran ini dapat diketahui peningkatan kemampuan kognitif siswa.

Penelitian dilaksanakan pada salah satu kelas XI IPA di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Adapun kemampuan kognitif yang diteliti dibatasi pada jenjang mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan menganalisis (C4) dengan materi pembelajaran teori kinetik gas pada kelas XI semester 2. Terdapat dua variabel dalam penelitian yang dilaksanakan yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud adalah model pembelajaran


(13)

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning, sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan kemampuan kognitif siswa.

Permasalahan dalam penelitian yang dilaksanakan dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana profil peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profil peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa baik bagi penulis khususnya dan guru di lapangan pada umumnya.

E. Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian E. Struktur Organisasi

BAB II KEMAMPUAN KOGNITIF, MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD DAN PENDEKATAN BRAIN BASED

LEARNING

A. Kemampuan Kognitif

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment


(14)

C. Pendekatan Brain Based Learning

D. Kaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Pendekatan Braib Based Learning dan Kemampuan Kognitif Siswa

E. Materi Teori Kinetik Gas di SMA BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian B. Desain Penelitian C. Populasi Dan Sampel D. Prosedur Penelitian E. Intrumen Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Pengolahan Data H. Hasil Uji Coba Instrumen Tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian

B. Analisis Keterlaksanaa Pembelajaran C. Hasil Penelitian

D. Profil Peningkatan Kemampuan Kognitif pada Setiap Jenjang E. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan


(15)

20

O1 X O2 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian kualitatif yang telah dikuantitasi dengan metode quasi-eksperimental. Desain ini dipilih sebab dalam pelaksanaan penelitian tidak dapat sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretes posttes design, desain ini dipilih karena penelitian hanya menggunakan satu kelas untuk diberi

treatment dan dilakukan pretes dan posttes pada kelas tersebut. Dengan pola

desain sebagai berikut:

keterangan: O1 = skor pre tes

O2 = skor post tes

X = treatment yang diberikan

(Sugiyono, 2009: 111)

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2010:173). Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian yang dilaksanakan adalah seluruh siswa kelas XI IPA tahun ajaran 2012/2013 di salah satu SMA Negeri kota Bandung.

Sementara itu, sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174). Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah salah satu


(16)

21

kelas XI IPA tahun ajaran 2012/2013 di salah satu SMA Negeri kota Bandung. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa penelitian yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa sehingga kelas yang dipilih merupakan kelas dengan persentase jumlah siswa yang belum memenuhi nilai KKM terbanyak dibandingkan dengan populasinya berdasarkan nilai ulangan harian Fisika.


(17)

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilaksanakan disajikan dalam diagram alur sebagai berikut:

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian Studi Pendahuluan

Perumusan masalah dan tujuan penelitian

Penyusunan instrumen dan bahan ajar

Menentukan populasi dan sampel

Pre tes

Pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif

Post tes

Pengolahan dan analisis

Kesimpulan dan rekomendasi

Judgement Instrumen

Analisis hasil uji coba dan perbaikan instrumen


(18)

E. Instrumen Penelitian

1. Lembar Observasi

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2010: 199). Observasi yang dilaksanakan merupakan observasi terstruktur dengan instrumen berupa lembar pengamatan kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam bentuk daftar check list (Lampiran 1).

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 193). Instrumen tes yang diberikan pada pretes dan posttes berupa pilihan ganda dan instrumen kuis berupa uraian singkat.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian pretes dan posttes oleh siswa, pengisian lembar observasi oleh beberapa orang observer serta pengisian kuis yang dikerjakan oleh siswa pada setiap pertemuan. Pretes dan posttes dilakukan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa sebelum dan setelah dilaksanakannya pembelajaran. Sementara itu observasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan pembelajaran serta keterlaksanaan aktivitas siswa. Adapun kuis dilaksanakan pada setiap pertemuan bertujuan untuk mengevaluasi pemahaman siswa setelah pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuannya. Selain itu, kuis juga bertujuan untuk menentukan tingkatan penghargaan setiap tim.

G. Teknik Pengolahan Data

1. Tes

Sebelum digunakan sebagai pre tes dan post tes, instrumen di judgment oleh tiga yang kompeten yaitu dua orang dosen dan satu orang guru (hasil


(19)

judgment dapat dilihat pada lampiran 2) kemudian instrumen diuji coba. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.

a. Validitas item

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Perhitungan validitas butir soal dapat dilakukan dengan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2011: 211) yaitu:

√{ } { }

keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = banyaknya sampel X = skor item

Y = skor total

Tabel 3.1

Interpretasi Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Kriteria 0,00 ≤ ≤ 0,20 Sangat rendah 0,20 ≤ ≤ 0,40 Rendah 0,40 ≤ ≤ 0,60 Sedang 0,60 ≤ ≤ 0,80 Tinggi 0,80 ≤ ≤ 1,00 Sangat tinggi

(Arikunto, 2011: 75 ) b. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan keajegan suatu instrumen untuk memberikan hasil yang relatif sama apabila instrumen tersebut digunakan beberapa kali. Dengan menggunakan metode belah dua, reliabilitas dapat dihitung menggunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:

(Arikunto, 2011: 93) keterangan:


(20)

⁄ ⁄ = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan

c. Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan kemampuan soal untuk membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Daya pembeda dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Tabel 3.2

Interpretasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Kriteria

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

Negatif Tidak baik

(Arikunto, 2011: 218) d. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto, 2011: 208). Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:

keterangan:

P = tingkat kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = jumlah seluruh peserta tes

Tabel 3.3

Interpretasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Kriteria

1,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah


(21)

Setelah dilakukan uji coba intstrumen tes, yang selanjutnya dilakukan adalah menganalisis kemudian akan dilaksanakan pretes sebelum pembelajaran dan posttes setelah pembelajaran. Setelah diperoleh data, selanjutnya akan dilakukan analisis dengan cara menghitung rata-rata

N-Gain dari skor pretes dan posttes. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan kognitif siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Brain Based Learning.

N-Gain dihitung dengan menggunakan rumus:

dengan kriteria peningkatan sebagai berikut:

g  0,7 Peningkatan dalam kategori tinggi 0,3

g < 0,7 Peningkatan dalam kategori sedang g < 0,3 Peningkatan dalam kategori rendah

(Hake, 1999) Setelah mendapatkan nilai N-Gain pada setiap siswa, maka dihitung rata-ratanya.

Selama tiga hari pembelajaran dilakukan kuis pada setiap pertemuannya. Hasil kuis ini digunakan untuk menentukan poin peningkatan setiap anggota tim yang pada akhirnya menentukan tingkatan prestasi tim dengan menghitung rata-rata poin peningkatan dalam satu tim. Dengan kriteria poin peningkatan sebagai berikut:

Nilai Kuis Poin

Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5

10 – 1 poin di bawah nilai awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas nilai awal 20

Lebih dari 10 poin di atas nilai awal 30

Kertas jawaban sempurna (terlepas dari nilai awal) 30


(22)

Nilai kuis pada pertemuan pertama dibandingkan dengan nilai awal yaitu nilai rata-rata ulangan harian sebelumnya.

Terdapat tiga macam tingkatan penghargaan tim yaitu:

Kriteria Penghargaan

1 GREAT TEAM

2 VERY GOOD TEAM

3 GOOD TEAM

(diadaptasi dari Slavin, 2005: 160)

b. Hasil Observasi

Untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dari hasil observasi, dilakukan perhitung persentase keterlaksanaan kegiatan yang telah diobservasi. Observasi dilakukan pada kegiatan guru dan kegiatan siswa.

 Keterlaksanaan model pembelajaran

Keterlaksanaan model pembelajaran dapat diketahui dengan menghitung persentase keterlaksanaan kegiatan guru.

 Keterlaksanaan aktivitas siswa

Keterlaksanaan aktivitas siswa dapat diketahui dengan menghitung persentase keterlaksanaan aktivitas siswa berdasarkan hasil observasi.


(23)

Tabel 3.4

Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Persentase (%) Kriteria

100 Seluruhnya terlaksana

79 - 99 Hampir seluruhnya terlaksana 51 - 78 Sebagian besar terlaksana

50 Setengahnya terlaksana

26 – 49 Hampir setengahnya terlaksana 1 - 25 Sebagian kecil terlaksana

0 Tidak ada yang terlaksana

(koentjaraningrat, 1986: 257) Berdasarkan kriteria keterlaksanaan pembelajaran di atas, penulis menentukan kembali kriteria keterlaksanaannya yaitu persentase 79-100 termasuk pada kategori terlaksana dan persentase kurang dari 79 termasuk pada kategori tidak terlaksana.

H. Hasil Uji Coba Instrumen Tes

1. Reliabilitas

Berdasarkan hasil uji instrumen yang dilakukan terhadap siswa kelas XI di salah satu SMA Negeri kota Bandung, diperoleh hasil bahwa instrumen yang akan digunakan memiliki r11 sebesar 0,82 yang lebih besar dari r tabel

(Lampiran 3) pada taraf siginifansi 1% sehingga instrumen yang digunakan adalah reliabel.

2. Validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran Berikut ini rekapitulasi hasil uji instrumen :

Tabel 3.5

Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Ket Indeks Kategori indeks Kategori indeks Kategori

1. 0,23 Rendah 0,20 Cukup 0,88 Mudah Digunakan

2. 0,33 Rendah 0,30 Cukup 0,88 Mudah Digunakan

3. 0,20 Rendah 0,05 Jelek 0,98 Mudah Tidak

digunakan

4. 0,36 Rendah 0,25 Cukup 0,88 Mudah Digunakan

5. 0,39 Rendah 0,25 Cukup 0,88 Mudah Digunakan


(24)

digunakan

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Ket. Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori

7. 0,40 Rendah 0,25 Cukup 0,88 Mudah Digunakan

8. 0,50 Cukup 0,30 Cukup 0,85 Mudah Digunakan

9. 0,57 Cukup 0,40 Cukup 0,78 Mudah Digunakan

10. 0,64 Tinggi 0,60 Baik 0,65 Sedang Digunakan

11. 0,60 Tinggi 0,55 Baik 0,68 Sedang Digunakan

12. 0,58 Tinggi 0,35 Cukup 0,83 Mudah Digunakan

13. 0,30 Rendah 0,20 Cukup 0,93 Mudah Digunakan

14 0,23 Rendah 0,10 Jelek 0,95 Mudah Tidak

Digunakan

15. 0,44 Cukup 0,25 Cukup 0,88 Mudah Digunakan

16. 0,05 Sangat

rendah 0 Jelek 0,90 Mudah

Tidak Digunakan

17. 0,61 Tinggi 0,55 Baik 0,68 Sedang Digunakan

18. 0,49 Cukup 0,50 Baik 0,75 Mudah Digunakan

19. 0,22 Rendah 0,50 Baik 0,98 Mudah Digunakan

20. 0,50 Tinggi 0,30 Cukup 0,85 Mudah Digunakan

Berdasarkan data yang telah diolah tersebut, jumlah soal yang digunakan sebagai instrumen pretes dan posttes dalam penelitian adalah sebanyak 16 soal pilihan ganda (dapat dilihat pada lampiran 4) dengan jumlah soal pada jenjang C1 sebanyak 2 soal, C2 sebanyak 5 soal, C3 sebanyak 5 soal dan C4 sebanyak 4 soal.


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Penelitian yang telah dilaksanakan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based

Learnig. Kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning adalah sebesar 0,7 yang dihitung menggunakan gain ternormalisasi yang dirata-ratakan dan termasuk pada kategori tinggi.

2. Peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning pada jenjang C1 sebesar 0,8 termasuk pada kategori tinggi dan pada jenjang C2 sebesar 0,9 termasuk pada kategori tinggi. Sementara itu, peningkatan pada jenjang C3 dan C4 sebesar 0,6 termasuk pada kategori sedang.

B.Saran

1. Kepada Guru

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based

Learning dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa sehingga model

dan pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Kepada Peneliti

a. Kemampuan kognitif yang diteliti adalah pada materi pembelajaran teori kinetik gas kelas XI. Bagi peneliti selanjutnya kiranya dapat meneliti peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based


(26)

Learning pada materi pembelajaran Fisika lain yang hanya bisa

dilakukan penilaian pada aspek kognitif.

b. Bagi peneliti selanjutnya kiranya dapat meneliti peningkatan kemampuan afektif dan psikomotor siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning pada materi pembelajaran Fisika yang lainnya.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, M B S. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan

Program Virtual Laboratories Electricity pada Materi Rangkaian Listrik Arus Searah untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMA. Tesis pada PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dahtiar, A. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together

(NHT) dengan Perdekatan Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Djamarah, S B dan A Z. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Foster, B. (2005). Terpadu Fisika SMA untuk Kelas XI Semester 2. . Erlangga: Jakarta.

Hake, RR. (2013). Analyzing Change/Gain Scores [online]. Tersedia: http://www.physics.indiana [5 Juli 2013].

Jensen, E. (2008). Brain-Based Learning Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamajaya. (2008). Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas XI Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung:

Grafindo.

Kanginan, M. (2002). Fisika untuk SMA Kelas XI Semester 2. Erlangga: Jakarta. Mahfudz, A. (2013). Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik [online]. Tersedia:

http://abdurrohimmahfudz.blogspot.com/p/ranah-kognitif-afektif-dan-psikomotorik.html [10 Juli 2013]

NN. (2012). Taksonomi Bloom [online]. Tersedia:


(28)

Nurhadyani, D. (2010). Penerapan Brain Based Learning dalam Pembelajaran

Matematika untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas IX suatu SMP Negeri di Kabupaten Bandung). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Saleh, S (2012). “The effectiveness of the brain based teaching approach in enhanching scientific understanding of Newtonian physics among form four students”. International Journal of Environmental & Science. 7, (1), 107-122 Slavin, R E (2005). Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. (diterjemahkan

oleh: Narulita Yusron). Bandung: Nusamedia.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Vitariyanti, A N. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(1)

28

Annie Resmisari, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan Brain Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4

Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Persentase (%) Kriteria

100 Seluruhnya terlaksana

79 - 99 Hampir seluruhnya terlaksana 51 - 78 Sebagian besar terlaksana

50 Setengahnya terlaksana

26 – 49 Hampir setengahnya terlaksana 1 - 25 Sebagian kecil terlaksana

0 Tidak ada yang terlaksana

(koentjaraningrat, 1986: 257) Berdasarkan kriteria keterlaksanaan pembelajaran di atas, penulis menentukan kembali kriteria keterlaksanaannya yaitu persentase 79-100 termasuk pada kategori terlaksana dan persentase kurang dari 79 termasuk pada kategori tidak terlaksana.

H. Hasil Uji Coba Instrumen Tes

1. Reliabilitas

Berdasarkan hasil uji instrumen yang dilakukan terhadap siswa kelas XI di salah satu SMA Negeri kota Bandung, diperoleh hasil bahwa instrumen yang akan digunakan memiliki r11 sebesar 0,82 yang lebih besar dari r tabel

(Lampiran 3) pada taraf siginifansi 1% sehingga instrumen yang digunakan adalah reliabel.

2. Validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran Berikut ini rekapitulasi hasil uji instrumen :

Tabel 3.5

Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Ket

Indeks Kategori indeks Kategori indeks Kategori

1. 0,23 Rendah 0,20 Cukup 0,88 Mudah Digunakan

2. 0,33 Rendah 0,30 Cukup 0,88 Mudah Digunakan

3. 0,20 Rendah 0,05 Jelek 0,98 Mudah Tidak

digunakan

4. 0,36 Rendah 0,25 Cukup 0,88 Mudah Digunakan

5. 0,39 Rendah 0,25 Cukup 0,88 Mudah Digunakan


(2)

29

Annie Resmisari, 2013

digunakan

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Ket.

Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori

7. 0,40 Rendah 0,25 Cukup 0,88 Mudah Digunakan

8. 0,50 Cukup 0,30 Cukup 0,85 Mudah Digunakan

9. 0,57 Cukup 0,40 Cukup 0,78 Mudah Digunakan

10. 0,64 Tinggi 0,60 Baik 0,65 Sedang Digunakan

11. 0,60 Tinggi 0,55 Baik 0,68 Sedang Digunakan

12. 0,58 Tinggi 0,35 Cukup 0,83 Mudah Digunakan

13. 0,30 Rendah 0,20 Cukup 0,93 Mudah Digunakan

14 0,23 Rendah 0,10 Jelek 0,95 Mudah Tidak

Digunakan

15. 0,44 Cukup 0,25 Cukup 0,88 Mudah Digunakan

16. 0,05 Sangat

rendah 0 Jelek 0,90 Mudah

Tidak Digunakan

17. 0,61 Tinggi 0,55 Baik 0,68 Sedang Digunakan

18. 0,49 Cukup 0,50 Baik 0,75 Mudah Digunakan

19. 0,22 Rendah 0,50 Baik 0,98 Mudah Digunakan

20. 0,50 Tinggi 0,30 Cukup 0,85 Mudah Digunakan

Berdasarkan data yang telah diolah tersebut, jumlah soal yang digunakan sebagai instrumen pretes dan posttes dalam penelitian adalah sebanyak 16 soal pilihan ganda (dapat dilihat pada lampiran 4) dengan jumlah soal pada jenjang C1 sebanyak 2 soal, C2 sebanyak 5 soal, C3 sebanyak 5 soal dan C4 sebanyak 4 soal.


(3)

39

Annie Resmisari, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan Brain Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Penelitian yang telah dilaksanakan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based

Learnig. Kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning adalah sebesar 0,7 yang dihitung menggunakan gain ternormalisasi yang dirata-ratakan dan termasuk pada kategori tinggi.

2. Peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning pada jenjang C1 sebesar 0,8 termasuk pada kategori tinggi dan pada jenjang C2 sebesar 0,9 termasuk pada kategori tinggi. Sementara itu, peningkatan pada jenjang C3 dan C4 sebesar 0,6 termasuk pada kategori sedang.

B.Saran

1. Kepada Guru

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based

Learning dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa sehingga model

dan pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Kepada Peneliti

a. Kemampuan kognitif yang diteliti adalah pada materi pembelajaran teori kinetik gas kelas XI. Bagi peneliti selanjutnya kiranya dapat meneliti peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based


(4)

40

Annie Resmisari, 2013

Learning pada materi pembelajaran Fisika lain yang hanya bisa

dilakukan penilaian pada aspek kognitif.

b. Bagi peneliti selanjutnya kiranya dapat meneliti peningkatan kemampuan afektif dan psikomotor siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan Brain Based Learning pada materi pembelajaran Fisika yang lainnya.


(5)

41

Annie Resmisari, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pendekatan Brain Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arif, M B S. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan

Program Virtual Laboratories Electricity pada Materi Rangkaian Listrik Arus Searah untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMA. Tesis pada PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dahtiar, A. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together

(NHT) dengan Perdekatan Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Djamarah, S B dan A Z. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Foster, B. (2005). Terpadu Fisika SMA untuk Kelas XI Semester 2. . Erlangga: Jakarta.

Hake, RR. (2013). Analyzing Change/Gain Scores [online]. Tersedia: http://www.physics.indiana [5 Juli 2013].

Jensen, E. (2008). Brain-Based Learning Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamajaya. (2008). Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas XI Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung:

Grafindo.

Kanginan, M. (2002). Fisika untuk SMA Kelas XI Semester 2. Erlangga: Jakarta. Mahfudz, A. (2013). Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik [online]. Tersedia:

http://abdurrohimmahfudz.blogspot.com/p/ranah-kognitif-afektif-dan-psikomotorik.html [10 Juli 2013]

NN. (2012). Taksonomi Bloom [online]. Tersedia:


(6)

42

Annie Resmisari, 2013

Nurhadyani, D. (2010). Penerapan Brain Based Learning dalam Pembelajaran

Matematika untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas IX suatu SMP Negeri di Kabupaten Bandung). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Saleh, S (2012). “The effectiveness of the brain based teaching approach in enhanching scientific understanding of Newtonian physics among form four students”. International Journal of Environmental & Science. 7, (1), 107-122 Slavin, R E (2005). Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. (diterjemahkan

oleh: Narulita Yusron). Bandung: Nusamedia.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Vitariyanti, A N. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD Melalui Brain Based Learning untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Pengembangan Karakter Siswa SMP Kelas VIII

2 21 226

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika (PTK Pembelajaran Matematika

0 3 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

0 4 87

PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNINGUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA.

0 2 49

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Tentang Operasi Bilangan Bulat Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Stad.

0 2 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP.

2 6 39

PENERAPAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP.

0 0 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BRAIN BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

0 0 7

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP

0 0 15