PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

(1)

commit to user

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN ANIMASI

FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

SKRIPSI

Oleh :

Nur Kholis Novianto K.2307043

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Oleh :

Nur Kholis Novianto K.2307043

Skripsi

Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari : Kamis Tanggal : 21 Juli 2011


(4)

commit to user

iv

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Kamis Tanggal : 21 Juli 2011


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Nur Kholis N. K2307043. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

(STAD) BERBANTUAAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) berbantuan animasi flash pada materi Gerak.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan model Kurt Lewin dan model Kolaboratif yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus diawali tahap persiapan kemudian dilanjutkan tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 36 siswa dengan penelitian dikhususkan pada materi Gerak. Data diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan diskusi dengan guru, observer dan siswa, pre-test & post-test, catatan observer, kamera & handycam dan kajian dokumen. Data-data dari hasil penelitian diolah dan dianalisis secara kualitatif yang dilakukan dalam tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbantuan animasi flash dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kemampuan kognitif siswa pada materi Gerak kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktivitas belajar pada tiap siklus. Dari indikator aktivitas yang ditentukan terjadi peningkatan aktivitas belajar positif tiap siklus, dari 72,43% di siklus I menjadi 84,23% di siklus II dan 89,75% di siklus III. Sedangkan aktivitas belajar negatifnya semakin berkurang dalam tiap siklus, yaitu 27,57% di siklus I menjadi


(6)

commit to user

vi

meningkat dalam setiap siklus dengan peningkatan nilai rata-rata pre-test ke post-test, yakni 58,82 menjadi 88,68 dengan rata-rata gain ternormalisasi 0,73 pada siklus I, 49,00 menjadi 88,68 dengan rata-rata gain ternormalisasi 0,78 pada siklus II dan 50,43 menjadi 77,86 dengan rata-rata gain ternormalisasi 0,55 pada siklus III.

Kata Kunci : pembelajaran kooperatif, STAD, flash, aktivitas belajar, kemampuan kognitif


(7)

commit to user

vii ABSTRACT

Nur Kholis N. K2307043. THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE ASSISTED BY FLASH ANIMATION TO IMPROVE THE STUDENT LEARNING ACTIVITIES AND COGNITIVE ASPECT. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty , Sebelas Maret University, july 2011.

The aims of this research to improve the students learning activity and cognitive aspect by using cooperatif learning model Student Team Achievement Divisions (STAD) type assisted by flash animation media in VIIB class of SMP 10 Surakarta at academic year 2010/ 2011 on subject matter “Motion”.

This research is a classroom action research with kurt lewin and collaborative model that was held in three cycles. The cycles were started by preparation phase then were continued by implementation phase, observation phase and reflection phase.. The research subject is the student of VII.B of smp 10 surakarta at academic year of 2010/2011, which is consist of 36 studentsand the research was specialized on motion chapter. The data was collected through observation, interview and discusion with the teacher, observer and the student, the result of pretest and post-test, observer notes, documentation using camera and handycam and referrence document. The datas of research result were processed and analized qualitatively into three component,they were reduction data, reserving data and making conclution.

Based on result of research, it can be concluded that The application using cooperatif learning model Student Team Achievement Divisions (STAD) type assisted by flash animation media can improve the student learning activities on subject matter Motion at VIIB class of SMP 10 Surakarta of academic year 2010/2011. It can be seen from the observation result of learning activities each cycle. Based on the indicators of activities which have been determined,its occured incresing of positif learning activities each cycle, from 72.43% in cycle I become 84.23% in cycle II and 89.75% in cycle III. While the negatif learning activities more decrese in each cycle, they are 27.57% in cycle I become 15,77% in cycle II and 10.25% in cycle III. Student’s cognitif aspect also increase each cycle with the incresing average point of pre-test to post-test is 58.82 become


(8)

commit to user

viii

normalized gain in cycle II, and 50.43 become 77.86 with 0.55 of normalized gain in cycle III.

Keyword : Cooperatif learning, STAD, Flash Animation, Learning activities, kognitif aspect.


(9)

commit to user

ix MOTTO

“Khoirunnas ,anfa’uhu linnas”, Sebaik-baik manusia adalah manusia yang berguna bagi orang lain. (HR Bukhari Muslim)

“Aku adalah pribadi yang BEDA, karena BEDA itu hanya mempunyai dua kemungkinan (The Best & The Worst). Dan kalaupun saat ini aku menjadi pribadi yang terjelek, setidaknya dalam setiap langkahku adalah langkah menuju yang terbaik”. ( Penulis)

“ Menjadi Ahli Ilmu itu lebih mulia daripada Ahli Harta, maka tuntutlah ilmu, gali sedalam-dalamnya dan gunakan untuk kemaslahatan orang banyak. Semakin diamalkan, insyaalloh semakin banyak pahala yang terkumpul, amiiin”. (Penulis) ”Suatu saat nanti kita pasti MENYESAL, bukan atas seberapa banyaknya kesalahan yang kita perbuat, tetapi karena kita TIDAK BERBUAT APA-APA ”. Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain, buatlah karya yang besar dan berikan yang terbaik yang kita miliki. (Penulis)


(10)

commit to user

x

Makalah Skripsi ini dipersembahkan kepada : Orangtua ku, Ibu Siti Waidah, S.Pd.SD dan Bapak Panut, S.Pd.SD yang telah memberikan kasih sayang, doa restu dan nasehat yang belum bisa terbalas.


(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd.,M.Si.,Ph.D. Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi ini.

3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing I Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd.,M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak Haryanto, S.Pd. Selaku Kepala SMP Negeri 10 Surakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

7. Ibu Endang Purwaningsih,S.Pd. Selaku guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri 10 Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya, salam kompak selalu.

9. Ibu dan Bapak yang telah memberikan do’a restu dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.


(12)

commit to user

xii luangku.

11.Saudari Atna Fresh Violina Marrysca, terimakasih atas segala doa, kesabaran dan semangat yang telah diberikan.

12.Mbak Nufy dan mbak Ana yang telah banyak memberi saran dalam proses penelitian ini

13.Sahabat-sahabatku Fisika 2007 untuk segala dukungan, persahabatan, dan bantuannya.

14.Keluarga besar Pendidikan Fisika FKIP UNS, semoga dapat mencetak generasi pendidik yang dapat bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

15.Keluarga besar Karang Taruna, Ikatan Pemuda-pemudi Karangturi (IKPK) yang memberi banyak motivasi untuk berkembang.

16.Teman-teman dari Teacher Training Programs of PASIAD, terimakasih atas segala ilmu dan semangat yang sudah diberikan.

17.Teman-teman kost An-Nur putra yang selalu memberi warna tersendiri untuk segala dukungan dan kekeluargaannya.

18.Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Juli 2011 Penulis


(13)

commit to user

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vii

HALAMAN MOTTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ……… .... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ……… . xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 7

2. Pembelajaran Kooperatif... 8

a. Tipologi Pembelajaran Kooperatif ... 9

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 10

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif... 12

3. Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) ... 13


(14)

commit to user

xiv

b. Media Pembelajaran Berbasis Penggunaan Animasi

Macromedia Flash ... 20

c. Karakteristik Pembelajaran Fisika Menggunakan Animasi Flash ... 21

5. Aktivitas Belajar ………. ... 22

6. Kemampuan Kognitif ... 23

7. Penelitian Tindakan Kelas ... 24

B. Penelitian Relevan ... 28

C. Kerangka Pemikiran ... 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

1. Tempat Penelitian ... 31

2. Waktu Penelitian ... 31

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 31

C. Metode Penelitian ... 32

D. Prosedur Penelitian ... 33

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 36

1. Data Penelitian ... 36

2. Teknik Pengumpulan Data ... 36

a. Pengamatan/ Observasi ... 36

b. Wawancara atau Diskusi ... 37

c. Kajian Dokumen ... 38

d. Kamera dan Handycam ... 38

e. Tes ... 38

F. Analisis Data ... 38

1. Reduksi Data ... 38

2. Penyajian Data ... 39

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi ... 39

G. Pemeriksaan Validitas Data ... 40


(15)

commit to user

xv

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… ... 43

A. Keadaan Pra Siklus ……… 43

B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ………. .... 45

1. Tahap Perencanaan ……….. ... 45

2. Tahap Pelaksanaan ………. ... 46

3. Tahap Pengamatan……….. ... 48

4. Tahap Refleksi ………... 50

C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ……….. . 51

1. Tahap Perencanaan ……….. ... 51

2. Tahap Pelaksanaan ………. ... 52

3. Tahap Pengamatan……….. ... 55

4. Tahap Refleksi ………... 56

D. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III ……….. 57

1. Tahap Perencanaan ……….. ... 58

2. Tahap Pelaksanaan ………. ... 58

3. Tahap Pengamatan……….. ... 61

4. Tahap Refleksi ………... 63

E. Pembahasan dan Pengambilan Keputusan ... 64

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… 68

A. Kesimpulan ……… 68

B. Saran ……… 68

DAFTAR PUSTAKA ……… 70


(16)

commit to user

xvi

Hal Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok

Belajar Konvensional ……… ... 11

Tabel 2.2 Perbedaan Antara Penelitian Formal Dengan Classroom Action Research ... 28

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 48

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus II ... 55

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siklus III ... 62

Tabel 4.4 Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa ... 64


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Prosedur Pelaksanaan PTK... 25

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 30

Gambar 3.1 Skema Analisis Data ... 39

Gambar 3.2 Skema pemeriksaan Validitas Data ... 41

Gambar 4.1 Animasi Gerak Bersifat Relatif ……… ... 47

Gambar 4.2 Kegiatan Diskusi Kelompok... 48

Gambar 4.3 Animasi Flash Siklus II ……… ... 53

Gambar 4.4 Kegiatan Diskusi Kelompok Siklus II ... 54

Gambar 4.5 Animasi Flash Siklus III ... 59

Gambar 4.6 Kegiatan Diskusi Kelompok Siklus III ………... 60

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa ... 65


(18)

commit to user

xviii

Hal

Lampiran 1 Silabus ... 73

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 80

Lampiran 3 Lembar Kerja Diskusi (LKD) ... 115

Lampiran 4 Tes Kognitif ... 127

Lampiran 5 Hasil Tes Kognitif ……… ... 138

Lampiran 6 Lembar Observasi ... 141

Lampiran 7 Hasil Wawancara ……… ... 152

Lampiran 8 Surat Validasi Isi ... 160

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian ... 171

Lampiran 10 Lain-lain ……… ... 175


(19)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sebagai suatu upaya untuk meningkatkan prestasi siswa didik. KTSP dikembangkan oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau propinsi untuk pendidikan menengah sesuai dengan relevansinya. KTSP bukanlah kurikulum yang hanya menekankan pada penguasaan materi atau konsep (based concept) tapi juga pencapaian kompetensi (based competency). Dengan demikian diharapkan pencapaian kompetensi siswa juga meningkat sehingga sesuai dengan standar isi dan standar kelulusan pada KTSP.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi Fisika di SMP Negeri 10 Surakarta, Ibu Endang Purwaningsih, S.Pd., beliau mengemukakan bahwa untuk kelas VII.B materi Pemuaian yang lulus hanya 10 % dengan batas tuntas kelulusan dengan nilai 62. Hal ini menunjukkan hasil belajar Fisika siswa rendah dan belum mencapai target standart ketuntasan karena kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator dalam KTSP adalah 75 %. Selain itu, dari beberapa siswa yang kami wawancarai mengemukakan bahwa pembelajaran Fisika dalam pembelajaran tersebut berlangsung kurang menarik bagi siswa. Terbukti dari observasi yang dilakukan ternyata beberapa siswa asyik bermain sendiri dan hampir semua siswa bersikap pasif dan kurang banyak bertanya tentang materi yang siswa merasa belum jelas.

Rendahnya hasil belajar siswa diduga karena beberapa faktor diantaranya siswa kurang memperhatikan saat guru mengajar karena pembelajaran Fisika masih diajarkan secara konvensional. Selain itu pemahaman materi Fisika siswa juga masih rendah karena siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses penemuan suatu konsep seperti melakukan kegiatan pengamatan, siswa cenderung lebih banyak


(20)

commit to user

menerima informasi (Teacher Center) sehingga konsep yang didapat siswa tersebut tidak tertanam dalam ingatan siswa. Selama proses pembelajaran siswa seharusnya ikut dilibatkan secara langsung agar siswa memperoleh pengetahuan dari pengalaman belajarnya.

Pada PP No 19 tahun 2005 pasal 19 ayat (1) dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sedangkan ayat (3) menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Untuk itu maka perlu dikembangkan suatu model pengajaran yang menyenangkan, efektif dan efisien.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi kondisi pembelajaran Fisika di atas adalah model pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams Achievement Divisons). Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Pada model pembelajaran ini, bukan lagi guru yang mendominasi jalannya pembelajaran Teacher Center tetapi siswa yang dituntut lebih aktif dalam pembelajaran sehingga lebih cenderung ke Student Center.

Perkembangan teknologi yang pesat menghasilkan media pembelajaran yang menarik dan lebih interaktif. Salah satunya dengan memanfaatkan program Macromedia Flash, tetapi program tersebut jarang dimanfaatkan pada pembelajaran Fisika karena pembuatannya cukup rumit dan membutuhkan banyak waktu. Pembelajaran yang menggunakan media Flash ini juga membutuhkan persiapan lebih karena harus memakai laptop/ perangkat komputer dan LCD .


(21)

commit to user

3 Berdasarkan latar belakang dan tinjauan terhadap beberapa hasil penelitian yang sejenis maka dalam mengajarkan mata pelajaran Fisika di kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta tim peneliti sepakat untuk menerapkan MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Student Teams Achievement

Divisions) BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA . B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka masalah dapat diidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru IPA Fisika kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran 2010/ 2011 yaitu:

1. Fisika sebagai salah satu ilmu dalam bidang sains merupakan salah satu mata pelajaran yang sering kali disajikan kurang menarik dalam pembelajaran.

2. Pembelajarann Fisika jarang disajikan secara Student Centre dan lebih cenderung disajikan secara Teacher Centre.

3. Model Pembelajaran kooperatif masih jarang digunakan dalam pembelajaran Fisika.

4. Kurang tepatnya model pembelajaran Fisika dalam menyampaikan materi tertentu selama ini menyebabkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa kurang optimal.

5. Pemanfaatan program Macromedia Flash belum dilakukan guru dalam pembelajaran Fisika.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah agar penelitian ini dapat mencapai tujuan, ruang lingkup dan arahan yang jelas. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:


(22)

commit to user

1. Subyek Penelitian :

Subyek penelitian adalah siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran 2010/ 2011.

2. Model dan Media Pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbantuan media animasi flash.

3. Materi Pelajaran

Materi pelajaran IPA Fisika dibatasi pada materi pokok Gerak. 4. Obyek Penelitian

a. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa terdiri dari aktivitas positif dan aktivitas negatif dengan indikator sebagai berikut:

Tabel 1.1. Indikator Aktivitas Belajar Siswa

ASPEK INDIKATOR ITEM ITEM

+ -

Oral activities

Siswa bertanya jika ada hal yang kurang jelas kepada guru.

1 1

Siswa memberikan ide/ gagasan untuk memecahkan masalah dalam diskusi kelompok.

1 1

Visual activities Siswa membaca buku materi Fisika 2 2

Writing Activities

Siswa menulis hasil pemecahan masalah dalam diskusi.

3 3

Siswa membuat ringkasan materi / catatan 3 3

Mental Activities

Siswa menganalisa soal yang ada di LKS 4 4 Siswa mengerjakan soal yang ada di LKS 4 4 Listening activities Siswa mendengarkan penjelasan dari teman yang

sedang diskusi dalam kelompok.


(23)

commit to user

5 b. Kemampuan Kognitif Siswa.

Kemampuan kognitif siswa yang dimaksud adalah kemampuan kognitif siswa dari pre-test dan post-test.

5. Target Ketercapaian

a. Aktivitas Belajar Siswa

- Rata-rata aktivitas positif siswa lebih dari 85,00 % - Rata-rata aktivitas negatif siswa kurang dari 15,00 % b. Kemampuan Kognitif Siswa

Peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan rata-rata gain ternormalisasi kelas lebih dari 0,50.

D. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) berbantuan animasi flash dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta pada materi pokok Gerak? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Divisions) berbantuan animasi flash dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta pada materi pokok Gerak?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Meningkatnya aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) berbantuan animasi flash.“


(24)

commit to user

F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

a) Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

b) Siswa lebih mudah dalam menerima atau menyerap materi pelajaran sehingga diharapkan agar tujuan pembelajaran Fisika dapat tercapai secara optimal.

2. Bagi guru

a) Sebagai masukan bagi guru untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi siswa dalam proses pembelajaran .

b) Memberikan kesempatan guru untuk lebih menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar.

3. Bagi sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembelajaran pada bidang studi Fisika di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

4. Bagi peneliti

a) Meningkatkan efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) berbantuan animasi flash . b) Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.


(25)

commit to user

7

7 BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau objek belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang (Suliana dalam penelitian supardi, 2005: 5). Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh seorang pelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, dalam Jurnalnya yang berjudul Promoting Cooperatif Learning in Science and Mathematics Education (2006: 35) mengemukakan bahwa :

”The quality of education that teachers provide to student is highly dependent upon what teachers do in the classroom”

Jadi, kualitas pendidikan yang didapat siswa tergantung pada apa yang dikerjakan guru di dalam kelas. Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh pelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar.

Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring. Selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran (Dimyati&Mudjiono, 2008: 38).


(26)

commit to user

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan, dalam Jurnalnya yang berjudul Promoting

Cooperatif Learning in Science and Mathematics Education (2006: 36)

mengemukakan bahwa :

Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks.

Jadi, pembelajaran kooperatif berlandaskan kepercayaan bahwa pembelajaran paling efektif yaitu saat siswa aktif terlibat dalam mengutarakan ide dan bekerja secara kerja sama untuk mengerjakan tugas akademik. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita Lie (2005: 32-35), unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan,

b. Tanggung Jawab Perseorangan.

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.


(27)

commit to user

9 c. Tatap Muka.

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.

d. Komunikasi Antar Anggota.

Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat. e. Evaluasi Proses Kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja dengan lebih efektif.

Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan. (Slavin, 2008: 100).

a. Tipologi Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008: 26-28) memiliki berbagai macam perbedaan, tetapi dapat dikategorisasikan menurut enam karakteristik prinsipal berikut ini:

1) Tujuan Kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Dalam metode pembelajaran tim siswa, ini bisa berupa sertifikat atau rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Tanggung jawab individual. Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama adalah dengan menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kuis individual atau penilaian lainnya., seperti dalam model pembelajaran siswa. Yang kedua adalah


(28)

commit to user

spesialisasi tugas, dimana tiap siswa diberikan tanggung jawab khusus untuk sebagian tugas kelmpok.

3) Kesempatan sukses yang sama. Karakteristik unik dari metode pembelajaran tim siswa adalah penggunaan metode skor yang memastikan semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam timnya.

4) Kompetisi tim. Studi tahap awal dari STAD dan TGT menggunakan kompetisi antar Tim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerjasama dengan anggota timnya.

5) Spesialisasi Tugas. Unsur utamamnya adalah tugas untuk melaksanakan subtugas terhadap masing-masing anggota kelompok.

6) Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok. Kebanyakan metode pembelajaran kooperatif menggunakan pengajaran yang mempercepat langkah kelompok. b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pebelajaran dan bukannya menjadi masalah. (Slavin, 2008: 4-5).

Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Killen dalam Trianto (2007: 43-44) membandingkan beberapa hal terkait kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional sebagai berikut :


(29)

commit to user

11

Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya ”mendompleng” keberhasilan ”pemborong”

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan

Kelompok belajar biasanya homogen

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pimpinannya dengan cara masing-masing

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan


(30)

commit to user

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung

Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas

(Killen (1996) dalam Trianto, 2007: 43-44) c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatf. Langkah-langkah itu menurut Trianto (2007:48-49) terbagi menjadi fase-fase sebagai berikut:

Fase-1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam belajar Fisika.

Fase-2. Menyajikan informasi; siswa mendapatkan informasi dari demonstrasi atau melalui bahan bacaan yang disajikan guru.


(31)

commit to user

13 Fase-3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar; guru menjelaskan kepada siswa mengenai pembentukan kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4. Membimbing kelompok; guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat pengerjaan tugas kelompok.

Fase-5. Evaluasi; guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6. Memberikan penghargaan; guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

3. Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Scott Amstrong dalam Jurnalnya yang berjudul Effect on Student Achievement and Attitude (2008: 1), beliau berpendapat

STAD has been described as the simplest of a group of cooperative learning techniques referred to as Student Team Learning Methods”.

Jadi, STAD adalah teknik pembelajaran kooperatif paling sederhana dari metode pembelajaran kelompok. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Hal tersebut juga dikuatkan oleh Joan Benek-Rivera dan Vinita E Mathew dalam Journal of Management


(32)

commit to user

Education (2004: 108) yang berjudul Active Learning with Jeopardy : Students Ask the Question yang mengungkapkan

For most class sizes, it is a good idea to have students group compete with one another. Group can range from 3 to 5 members each. The number of

groups does not to be limited, as scores can be kept for multiple groups….”

Jadi, untuk kelas yang terdiri dari banyak siswa sangat bagus apabila dibuat kelompok yang kompetitif. Jumlah kelompok dapat disesuaikan, dapat berisi 3 sampai 5 siswa dalam satu kelompok.

Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.

Menurut Slavin (2008, 143-147) metode STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu:

a. Presentasi kelas

Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa siswa harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu siswa mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis siswa menentukan skor tim.


(33)

commit to user

15 b. Tim atau kelompok

Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

d. Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis siswa dibandingkan dengan skor awal.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat siswa.

Berdasarkan nilai perkembangan yang diperoleh tim terdapat tiga tingkat penghargaan yang diberikan untuk prestasi tim:


(34)

commit to user

1). Super Team (Tim istimewa)

Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata lebih besar dari kelompok lainnya.

2). Great Team (Tim hebat)

Diberikan kepada kelompok yang memperoleh skor rata-rata terbaik kedua 3). Good Team (Tim baik)

Diberikan kepada kelompok dengan skor rata-rata terbaik ketiga.

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif STAD juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain :

a) Perangkat Pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP), buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabnya.

b) Membentuk kelompok kooperatif

Menentukan anggota kelompok agar kemampuan siswa dalam kelompok heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya relatif homogen.

c) Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis/ pre test.

d) Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.


(35)

commit to user

17 e) Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

(Trianto, 2007: 52-53) Hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap pelaksanaan STAD adalah pemilihan anggota kelompok. Heterogenitas harus menjadi dasar utama dalam setiap pemilihan anggota suatu kelompok. Bahan belajar yang diberikan kepada siswa hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga bahan ajar tersebut bisa dilanjutkan pada proses pembelajran selanjutnya (kerja kelompok). Dalam hal memberikan pengakuan atau penghargaan dalam kelompok tidak serta merta berdasarkan pengamatan saja, guru juga dapat menerapkan prinsip poin individu dan poin kelompok, yang mana secara individual siswa akan memperoleh poin individu. Demikian juga dengan poin kelompok yang merupakan gabungan dari poin individu yang diperoleh setiap anggota kelompok .

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang terdiri dari beberapa komponen atau langkah-langkah dan membutuhkan persiapan yang matang dalam penerapannya.

4. Media Pembelajaran

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula tugas dan peranan guru sejalan dengan jumlah anak yang memerlukan pendidikan. Harus diakui bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar melainkan hanya salah satunya. Siswa dapat belajar dari beraneka sumber. Siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja.

Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad (2007 : 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,


(36)

commit to user

keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah adalah media. Secara khusus, media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Media adalah sebuah menu perantara atau pengantar saja. Media adalah segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan pesan, pesan itulah yang harus dapat sampai kepada peserta didik. Andersen dalam Wijaya Kusumah (2008: 31) mengatakan bahwa media adalah perlengkapan yang digunakan untuk memperjelas pesan dan memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa dengan pesan. Interaksi akan berjalan baik apabila media yang yang digunakan dapat menyampaikan pesan yang di inginkan. Jadi pengertian media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima.

Kegunaan media pembelajaran menurut penelitian Wijaya Kusumah (2008: 32) adalah :

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan)

b. Mengatasi keterbatasan ruang,waktu, dan daya indera, misalnya :

1). Objek yang terlalu besar–dapat digantikan dengan realitas, gambar, film atau model.

2). Objek yang kecil–dibantu dengan proyektor mikro, film atau gambar. 3). Gerak yang terlalu lambat atau cepat, dapat dibantu dengan timelapse

atau highspeed photography.

4). Kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lampau dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, photo ataupun secara verbal

5). Objek-objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat disajikan dalam model, diagram, dan lain-lain.

6). Konsep yang terlalu luas (gunung berapi,gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan sebagainya.

c. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk :

1). Menimbulkan kegairahan belajar

2). Memungkinkan interaksi lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan,


(37)

commit to user

19 3). Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

Dari uraian di atas, media sangat membantu dalam pembelajaran, terlebih bagi guru yang ingin melaksanakan pembelajaran yang interaktif dan menarik. Maka guru dapat memanfaatkan media animasi flash dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan kognitif siswa terhadap mata pelajaran Fisika.

a. Media Pembelajaran Berbasis Komputer

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi juga semakin mengembangkan bentuk dan variasi media pembelajaran. Menurut Thompson dalam Dedy Dwitagama (2010: 320) Komputer yang digunakan dalam pembelajaran dapat memberikan manfaat, yakni saat digunakan komputer meningkatkan motivasi pembelajaran. Para siswa akan menikmati kerja komputer ini dan komputer memberikan tantangan disamping komputer menampilkan perpaduan antar teks, gambar (foto), film (video), animasi gerak, dan suara secara bersamaan maupun bergantian.

Wankat & Oreonovicz dalam Made Wena (2009: 205) menjelaskan bahwa keuntungan utama metode pembelajaran berbasis komputer adalah memberi kemudahan bagi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran lebih lanjut. Demikian pula pembelajaran berbasis komputer memiliki beberapa keuntungan antara lain sebagai berikut.

1). Dapat mengakomodasi siswa yang lamban karena dapat menciptakan iklim belajar yang efektif dengan cara yang lebih individual.

2). Dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan karena tersedianya animasi grafis, warna, dan musik.

3). Kendali berada pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan.

Disamping itu, menurut Made Wena (2009: 205) pembelajaran komputer juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut


(38)

commit to user

2). Jika tampilan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau hanya merupakan tampilan seperti buku teks biasa, maka siswa cepat bosan.

3). Guru yang tidak memahami aplikasi program komputer tidak dapat merancang pembelajaran lewat media komputer, ia harus bekerja sama dengan ahli programmer komputer grafis, juru kamera, dan teknisi komputer.

Mengacu pada beberapa keuntungan dan kelemahan yang diperoleh, maka penggunaan komputer dalam pembelajaran diyakini mampu membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran berbasis komputer dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan oleh guru.

b. Media Pembelajaran Berbasis Penggunaan Animasi Macromedia Flash Program Macromedia Flash 8 merupakan software milik perusahaan Macromedia dan merupakan pengembangan dari Flash versi sebelumnya. Macromedia Flash sendiri merupakan sebuah program aplikasi standar authoring tool professional yang digunakan untuk membuat animasi yang sangat menakjubkan untuk keperluan pembangunan situs web yang interaktif dan dinamis. Selain itu, aplikasi ini juga dapat digunakan untuk membuat animasi logo, movie, game, pembuatan navigasi pada situs web, banner, tombol animasi, menu interaktif, interaktif form isian, e-card, screen saver dan pembuatan keseluruhan isi situs web atau pembuatan aplikasi-aplikasi web lainnya.

Movie-movie Flash memiliki ukuran file yang kecil sehingga dapat di download secara cepat dan dapat ditampilkan dengan ukuran layar yang dapat disesuaikan dengan keinginan. Aplikasi Flash merupakan sebuah standar aplikasi industri perancangan animasi web yang tak tertandingi dengan peningkatan pengaturan dan perluasan kemampuan integrasi yang lebih tinggi lagi.

Area kerja Flash dirancang secara khusus agar ruang kerja yang digunakan dapat diatur dan lebih mudah dipahami oleh pemakai pemula maupun para desainer Flash


(39)

commit to user

21 yang telah berpengalaman. Hasil yang dihasilkan berupa animasi menarik yang diharapkan dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelajaran, khususnya Fisika.

c. Karakteristik Pembelajaran Fisika Menggunakan Animasi Flash

Fisika adalah bagian dari Sains, dimana Sains merupakan hasil serangkaian proses ilmiah yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep dari interaksi manusia dengan lingkungannya. Proses yang dimaksud meliputi penyelidikan, penyusunan, dan pengajuan gagasan-gagasan. Pelajaran Sains (termasuk Fisika) berkaitan dengan kegiatan mengumpulkan data, mengamati, mengukur, menghitung, menganalisis, mencari hubungan antara dua kejadian, dan menghubungkan konsep-konsep. Oleh karena itu, dibutuhkan media yang dapat memvisualisasikan kejadian-kejadian alam ke dalam kelas. Dengan media animasi dari Macromedia Flash, diharapkan dapat membantu pola pikir siswa (khususnya siswa SMP yang masih sulit berfikir abstrak ) untuk mempelajari Fisika. Siswa akan lebih mudah menangkap konsep-konsep Fisika yang di animasikan, baik berupa contoh penerapan hukum-hukum Fisika, kejadian alam yang berkaitan dengan fisika, ataupun konsep-konsep yang berhubungan dalam bentuk mikro (sangat kecil).

Kegunaan lain dari animasi (gambar bergerak) adalah, dapat memperlihatkan pada siswa contoh perilaku yang diinginkan, atau contoh interaksi manusia, dan dapat menyajikan masalah yang akan dipecahkan siswa. Dale dalam Azhar Arsyad (2009: 23) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar bermanfaat, terlebih lagi dalam pembelajaran Fisika sangat perlu untuk membuat media yang dapat menggambarkan konsep-konsep Fisika secara nyata. Oleh karena itu, peneliti memandang animasi Flash ini sangat perlu untuk diterapkan dalam pembelajaran Fisika.


(40)

commit to user

5. Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Dalam proses belajar, aktivitas peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru agar proses belajar mendapat hasil yang optimal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 31), “Aktivitas berarti keaktifan, kegiatan, kesibukan dalam bekerja atau berusaha”. Jadi aktivitas belajar siswa adalah setiap kegiatan atau kesibukan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan menurut Sardiman (2001: 93), “Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”. Jadi orang yang belajar harus aktif, karena tanpa aktivitas kegiatan pembelajaran tidak mungkin dapat terjadi.

Dalam merancang pembelajarannya, seorang guru harus mampu mengarahkan dan mengoptimalkan keaktifan yang telah dimiliki oleh setiap siswa. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah–sekolah tradisional. Menurut Paul B. Diedrich yang dikutip oleh Sardiman (2010: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan menjadi 8 aktivitas diantaranya :

1) Visual activities meliputi kegiatan membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, atau pekerjaan orang lain,

2) Oral Activities termasuk menyatakan pendapat,

3) Listening activities termasuk kegiatan mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato,

4) Writing activities meliputi menulis karangan, cerita, laporan, angket, menyalin,

5) Drawing activities meliputi kegiatan menggambar, membuat grafik, peta, diagram,

6) Motor activities contohnya: melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasi, bermain, berkebun, beternak,

7) Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan dan aktivitas,

8) Emosional activities, termasuk menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tegang.


(41)

commit to user

23 dengan klasifikasi di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam belajar cukup kompleks dan bervariasi. Berbagai macam kegiatan tersebut harus berusaha diciptakan di dalam kelas agar siswa tidak merasa bosan dalam belajar. Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini adalah visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, dan mental activities.

6. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif bisa diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk pemecahan masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Tanpa kemampuan kognitif, mustahil siswa dapat memahami faedah dan menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran yang diikuti. Itulah sebabnya pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab.

Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar secara umum dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan menurut Bloom, hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu “...ranah kognitif, afektif, dan ranah psikomotorik” (Nana Sudjana, 2009: 22).

Bloom dan beberapa ahli pendidikan memiliki pendapat yang sama dalam mengklasifikasikan kemampuan kognitif. Klasifikasi kemampuan kognitif tersebut dalam Nana Sudjana (2009: 23-29) adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge)

Kemampuan kognitif ini mencakup ingatan siswa akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat meliputi fakta, kaidah, dan prinsip yang diketahui.

b. Pemahaman (comprehension)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal itu meliputi pengertian terhadap hubungan antar faktor, hubungan antar konsep, hubungan sebab akibat, dan penarikan kesimpulan. c. Penerapan (application)


(42)

commit to user

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan suatu kaidah atau prinsip pada suatu kasus atau masalah yang konkret dan baru atau penggunaan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adapun kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar bersama-sama dengan hubungan antar bagian-bagian itu.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru meliputi menggabungkan berbagai informasi menjadi suatu kesimpulan atau konsep.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama pertanggungjawaban pendapat tersebut yang berdasarkan kriteria tertentu, kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.

Kemampuan kognitif mempunyai enam tingkatan, tetapi penguasaan tiap tingkatan itu berdasarkan jenjang perkembangan usia dan kedewasaan anak didik. Pada jenjang SMP kemampuan kognitif yang harus dikuasai adalah tingkat satu sampai tingkat tiga, yaitu dari pengetahuan sampai aplikasi.

7. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) merupakan sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 3) “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Hal ini sejalan dengan pendapat Mohammad Ali Salmani Nodoushan (2009: 220) di dalam papernya yang berjudul Improving Learning and Teaching Through Action Research . Beliau berpendapat:


(43)

commit to user

25

“….it was argued that action research, unlike traditional forms of qualitative and quantitative research, focuses only on classroom problems that require informed decisions and solutions.”.

Jadi, Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada di dalam kelas tersebut.

Kemmis dan Carr dalam Wijaya Kusumah dan Dedy Dwitagama (2010: 8) mengemukakan Penelitian Tindakan merupakan suatu bentuk penelitian refleksi diri (self reflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran. dalam penjelasan lebih lanjut Kemmis dan Carr memasukkan bidang pendidikan didalamnya. Ini berarti bahwa guru ikut terlibat dalam penelitian tindakan kelas. Namun demikian guru peneliti akan belajar banyak hal tentang proses perubahan itu sendiri, yaitu bahwa mereka memerlukan orang lain dalam proses belajar mengajar.

Kurt Lewin dalam Wijaya Kusumah dan Dedy Dwitagama (2010: 28) PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1. Prosedur pelaksanaan PTK

Mohammad Asrori (2008: 68) mengemukakan bahwa sebenarnya ada beberapa macam model penelitian tindakan kelas yang dapat digunakan. Namun, model yang tampaknya tidak terlalu sulit untuk dilakukan oleh guru dikelas adalah penelitian tindakan model siklus. Model ini dikembangkan oleh Kemmis dam Mc Taggart pada tahun 1988 dari deaklin University of Australia. Model penelitian tindakan kelas ini mengandung empat komponen, yaitu :

a. Rencana (Planning)

Pada komponen ini, guru sebagai peneliti merumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa.

Tindakan Observasi Refleksi


(44)

commit to user

b. Tindakan (Action )

Pada komponen ini guru melakukan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang telah direncanakan, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa yang diinginkan. c. Pengamatan (Observation)

Pada komponen ini guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan tersebut memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak.

d. Refleksi (Reflection )

Pada komponen ini, guru mengkaji dan mempertimbangkan secara mendalam tentang hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan itu dengan mendasakan pada berbagai kriteria yang telah dibuat. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dapat melakukan perbaikan terhadap rencana awal yang telah dibuatnya jika masih terdapat kekurangan sehingga belum memberikan dampak perbaikan dan peningkatan yang meyakinkan.

Komponen-komponen dalam suatu kelas yang dapat dikaji melalui penelitian tindakan kelas, menurut Suhardjono (2007: 58), meliputi :

1). Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pemebelajaran di kelas/ lapangan/ laboratorium/ bengkel, ketika sedang asyik mengerjakan pekerjaan rumah di malam hari, atau ketika sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.

2). Guru, dapat dicermati ketika guru yang bersangkutan sedang mengajar di kelas, sedang membimbing siswa-siswa yang sedang berdarmawisata, atau mengadakan kunjungan ke rumah siswa.

3). Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa.

4). Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar, dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar, yang diamati adalah guru, siswa, atau keduanya.

5). Hasil pembelajaran, merupakan produk yang harus ditingkatkan, pasti terkait dengan tindakan unsur lain, yaitu proses pembelajaran, peralatan atau sarana pendidikan, guru, dan siswa itu sendiri.


(45)

commit to user

27 6). Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang melingkungi siswa di rumahnya. Bentuk perlakuan atau tindakan yang dapat dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif.

7). Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur/direkayasa dalam bentuk tindakan. Unsur pengelolaan, yang jelas-jelas merupakan gerak kegiatan sehingga mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan. Dalam hal ini yang digolongkan sebagai kegiatan pengelolaan misalnya cara pengelompokan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan pemilik siswa, dan sebagainya.

Salah satu ciri penelitian tindakan kelas adalah adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, dan siswa) dan peneliti (dosen, widyaswara) dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Suhardjono (2009: 63) menyatakan bahwa ”Kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti sangat penting dalam bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi. Terutama dalam kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan tindakan, menganalisis data, menyeminarkan hasil dan menyusun laporan”.

Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian formal. Penelitian formal bertujuan menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum. Penelitian tindakan lebih bertujuan memperbaiki kinerja. Perbedaan antara penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) disajikan dalam tabel 2.2 :


(46)

commit to user

Tabel 2.2. Perbedaan Antara Penelitian Formal Dengan Classroom Action Research No. Ketentuan Penelitian Formal Penelitian CAR

1. Pelaku Dilakukan orang lain Dilakukan oleh guru yang bersangkutan

2. Sampel Harus representatif Tidak harus representatif 3. Instrumen Harus valid dan reliabel Tidak harus valid dan reliabel 4. Statistik Analisis statistik yang

baik

Tidak harus menggunakan statistik

5. Hipotesis Hipotesis harus jelas Tidak mensyaratkan Hipotesis 6. Teori Harus berlandaskan

teori yang telah ada

Teori tidak terlalu berpengaruh

7. Fungsi Menguji Teori Memperbaiki praktik

pembelajaran secara langsung (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 10). Dengan Penelitian tindakan kelas, guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran di kelas. Guru juga dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas, guru juga dapat memperbaiki praktik pembelajaran yang dilakukan menjadi berkualitas dan lebih efektif.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Susilowati (2006), model pembelajaran kooperatif STAD dilaporkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh Dikdik Krisnadi, (2009) bekerjasama dengan guru SMP N 1 Malang berhubungan dengan penerapan model kooperatif STAD memperlihatkan bahwa penerapan model ini dapat meningkatkan prestasi dan motivasi siswa dalam mempelajari Fisika, dan siswa meminta supaya pembelajaran seperti ini dapat diteruskan oleh guru.


(47)

commit to user

29 Lilik Sri Wahyuti (2009), dari hasil penelitian dalam thesisnya mengenai model pembelajaran kooperatif STAD diperoleh beberapa temuan antara lain guru dalam mengelola pembelajaran cukup baik, dan dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, guru mampu melatihkan keterampilan proses dengan baik, mengubah pembelajaran dari Teacher Center menjadi Student Center, serta dapat meningkatkan proporsi jawaban benar siswa. Siswa dengan aktivitas tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dari siswa dengan aktivitas sedang ataupun rendah, Hasil belajar yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa mengalami pembelajaran konvensional. Rosa Dewi Pratiwi (2010) dalam penelitiannya melaporkan bahwa media pembelajaran berbantuan animasi Flash ternyata dapat mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas proses (keaktifan) dan hasil belajar siswa (kepuasan belajar dan kemampuan kognitif siswa).

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka peneliti menganggap bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan animasi Flash dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran Fisika.

C. Kerangka Pemikiran

Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Apabila input berkualitas namun proses belajar mengajar tidak mendukung, maka outputnya belum tentu berkualitas pula. Proses belajar mengajar berperan penting dalam menghasilkan output yang berkualitas.

Guru sebagai pengajar mempunyai tanggung jawab yang besar dalam proses kegiatan belajar siswa disekolah. Setiap guru harus mengetahui besar kecilnya partisipasi siswa. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan seorang guru. Guru dapat menggunakan metode dan media pembelajaran yang merupakan salah suatu upaya dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.


(48)

commit to user

Upaya untuk meningkatkan partisipasi pada proses pembelajaran Fisika masih terdapat kekurangan dari segi proses, yaitu pada saat penyampaian materi Fisika yang masih menggunakan metode ceramah. Sehingga siswa bersifat pasif dalam proses belajar mengajar karena hanya mendengar dan mencatat materi yang diberikan oleh guru. Peneliti ingin mengadakan pembaharuan dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif yaitu model kooperatif tipe STAD berbantuan animasi flash yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa melalui diskusi kelompok sehingga situasi pembelajaran Fisika menjadi lebih menarik dan hidup. Melalui model tersebut, maka hasil yang diharapkan adalah peningkatan aktivitas siswa sehingga berdampak terhadap keluaran atau output yang baik pula. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir

Pembelajaran Awal : Masih menerapkan pembelajaran konvensional

(teacher center)

Kondisi Awal Siswa : Aktivitas belajar & kemampuan kognitif Rendah

Aktivitas belajar & kemampuan kognitif siswa meningkat Penerapan model pembelajaran

(STAD) berbantuan animasi Flash Student’s Team Achievement Division

Siklus .1

Refleksi .1

Siklus .2

Refleksi .2

Siklus .3

Refleksi .3


(49)

commit to user

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Surakarta , Jl. Kartini No.12 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Sekolah tersebut dipilih karena pernah dipakai peneliti untuk magang Praktek Pengalaman Lapangan (PPL), sehingga peneliti mengetahui kondisi sekolah, siswa, dan permasalahan dalam pembelajaran di sekolah tersebut (khususnya dalam pembelajaran IPA Fisika). Sarana dan prasarana di sekolah tersebut juga sangat mendukung dalam penelitian ini seperti tersedianya perangkat komputer, LCD, dan laboratorium IPA yang dapat dirancang untuk diskusi kelompok.

2. Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan April Tahun ajaran 2010/2011 Adapun tahap-tahap pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul skripsi, permohonan pembimbing, pembuatan proposal penelitian, survey ke sekolah yang digunakan untuk penelitian, permohonan ijin penelitian, menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari Silabus, Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, soal-soal kognitif, dan lembar observasi.

b. Tahap pelaksanaan, meliputi: semua kegiatan yang berlangsung di lapangan seperti, pelaksanaan penelitian dan pengambilan data.

c. Tahap penyelesaian, meliputi: menganalisis data dan menyusun laporan penelitian.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 10 Surakarta semester genap Tahun Pelajaran 2010/2011. Pemilihan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling karena didasarkan pada pertimbangan yaitu subjek tersebut mempunyai permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi pada saat observasi awal sehingga penggunaan model dan media


(50)

commit to user

penelitian ini adalah aktivitas belajar, kemampuan kognitif siswa, dan penerapan model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Divisions) berbantuan animasi flash.

C. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan model CAR (Classroom Action Research)/ Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelas dan atau meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 16), model penelitian tindakan kelas secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Sebelum tahapan-tahapan tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu diawali oleh suatu tahapan Pra PTK.

Tahapan Pra PTK merupakan suatu refleksi terhadap masalah yang ada di kelas. Permasalahan yang terdapat di kelas diidentifikasi, dianalisis, dan kemudian dirumuskan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah masih rendahnya aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa. Tahap

perencanaan adalah kegiatan merancang suatu tindakan yang dapat

menyelesaikan permasalahan kelas. Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari semua perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu berupa penerapan model kooperatif tipe STAD. Pelaksana dari tindakan adalah peneliti dan proses jalannya tindakan diamati oleh guru dan observer dengan mengacu pada lembar observasi yang telah dibuat. Tahap selanjutnya adalah tahap pengamatan. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan berisi tentang pelaksanaan tindakan dari rencana yang telah dibuat serta dampaknya terhadap proses pembelajaran. Pengamatan difokuskan pada aktivitas belajar dan kemampuan kognitif yang dicapai siswa. Tahap refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan dan memproses data yang diperoleh dari pengamatan. Refleksi dilakukan guru dan peneliti untuk menganalisis proses, hambatan, kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilaksanakan sehingga dapat menjadi


(1)

commit to user

E. Pembahasan dan Pengambilan Keputusan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh beberapa hal diantaranya; pada siklus I siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan, bahkan siswa masih kaget dengan metode yang digunakan meskipun mereka mengaku senang dan dapat memotivasi siswa untuk belajar. Pada siklus II siswa nampak mulai paham dan terbiasa dengan metode yang digunakan sehingga banyak siswa yang sudah mulai berani untuk melakukan tanya jawab dengan guru maupun teman satu kelompoknya, bahkan ada siswa yang mulai berani mengemukakan pendapatnya. Peningkatan aktivitas belajar siswa terlihat dari siklus II dan siklus III. Pada siklus III siswa nampak sudah dapat belajar mandiri, mereka banyak yang berdiskusi dengan temannya bahkan hampir yang tidak ada yng bertanya pada guru karena telah paham dengan jawaban guru. Aktivitas belajar siswa dalam tiga siklus dapat dilihat dalam tebel berikut:

Tabel 4.4. Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa

SIKLUS 1

OBSERVER 1 ( Endang Purwaningsih, S.Pd )

OBSERVER 2 ( Dewanto

Kamas )

OBSERVER 3

( Didit Karyadi ) Rata-rata

Aktivitas

+ 72 % 72,8 % 72,5 % 72,43 %

Aktivitas

- 28 % 27,2 % 27,5 % 27,57 %

SIKLUS 2

OBSERVER 1 ( Endang Purwaningsih, S.Pd)

OBSERVER 2 ( Anggraeni )

OBSERVER 3

( Vita Maftuhah ) Rata-rata

Aktivitas

+ 86,84 % 76,47 % 89,38 % 84,23 %

Aktivitas

- 13,16 % 23,53 % 10,62 % 15,77 %

SIKLUS 3

OBSERVER 1 ( Endang Purwaningsih, S.Pd)

OBSERVER 2 ( Surani )

OBSERVER 3

( Laila Agustina ) Rata-rata

Aktivitas

+ 94,29 % 83,58 % 91,38 % 89,75 %

Aktivitas

- 5,71 % 16,42 % 8,62 % 10,25 %

Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar positif tiap siklus, dari 72,43% di siklus I menjadi 84,23% di siklus II dan 89,75% di siklus III. Sedangkan aktivitas belajar negatifnya semakin berkurang dalam tiap


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65 siklus, yaitu 27,57% di siklus I menjadi 15,77% di siklus II dan 10,25% di siklus III. Peningkatan aktivitas positif dan menurunnya aktivitas belajar negatif dalam pembelajaran Fisika di kelas VIIB SMPN 10 Surakarta selama tiga siklus penelitian tindakan kelas dapat lebih jelas terlihat pada grafik berikut:

Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa

Penelitian ini juga menghasilkan peningkatan kemampuan kognitif siswa dari pre-test ke post-test dalam tiap siklus. Berikut adalah data kemampuan kognitif siswa dalam 3 siklus :

Tabel 4.5. Kemampuan Kognitif Siswa

Tindakan

Pre-test Post-test

Belum

Tuntas Tuntas

Nilai

rata-rata

Belum

Tuntas Tuntas

Nilai rata-rata Rata-rata gain-ternormalisasi

Siklus I 18 16 58,82 2 32 88,68 72,51%

Siklus II 32 4 49,00 2 33 88,86 78,16%

Siklus III 28 8 50,43 5 30 77,86 55,33%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam setiap pre-test jumlah siswa yang tuntas ( nilai > 63) lebih sedikit daripada siswa yang sudah tuntas.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Siklus I Siklus II Siklus III

72.5 85.23 89.75 27.57 15.77 10.25 Ak tiv it a s B ela ja r (%) Tindakan

Grafik Perbandingan Aktivitas Belajar

Aktivitas Positif (%) Aktivitas Negatif (%)


(3)

commit to user

Akan tetapi setelah dilakukan tindakan berupa pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan animasi flash terjadi peningkatan yang sangat signifikan, yakni hampir semua siswa tuntas atau jumlah siswa yang tuntas jauh lebih besar daripada siswa yang belum tuntas. Peningkatan kemampuan kognitif siswa dalam setiap siklus juga dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas yang secara lebih jelas dapat dilihat dalam grafik berikut :

Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa

Berdasarkan grafik tersebut terlihat bahwa selalu terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa dalam dari pre-test ke post-test dalam tiap siklus. Secara umum dalam tindakan siklus I siswa sudah sedikit lebih tahu tentang materi yang akan diajarkan karena dalam tindakan pra siklus sudah sedikit disinggung sehingga jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas hampir berimbang pada pre-testnya. Tindakan siklus II dilakukan untuk menyempurnakan siklus I dan terlihat siswa sudah siap untuk melaksanakan pembelajaran sehingga nilai post-test siswa sangat bagus. Dalam siklus III terjadi penurunan nilai post-test dari siklus-siklus sebelumnya. Berdasarkan testimoni siswa, hal ini terjadi karena siswa sudah merasa jenuh karena dalam tiga kali pelaksanaan siklus terjadi di ruang yang sama, dengan konsep pembelajaran yang sama dan media yang sama, walaupun begitu masih terjadi peningkatan nilai yang signifikan dari pre-test ke post-test.

58.82

49 50.43

88.68 88.86

77.86

72.51 78.16

55.33

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus I Siklus II Siklus III

Nila

i

Tindakan Siklus

Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Siswa

Rata-rata pre test

Rata-rata post test

Rata-rata Gain ternormalisasi (%)


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67 Dari analisis penelitian ini didapatkan keterangan tambahan bahwa siswa akan jenuh apabila dalam pembelajaran tidak dilakukan variasi model pembelajaran.

Secara keseluruhan dalam penelitian ini terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus ke siklus berikutnya dan terjadi peningkatan kemampuan kognitif dari pre-test ke post-test dalam tiap tindakan siklus dilihat dari gain ternormalisasinya, dan penggunaan media pembelajaran dengan animasi flash dapat meningkatkan dan menarik perhatian siswa terhadap materi pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbantuan animasi

Flash dalam meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa di kelas VII.B SMP Negeri 10 Surakarta dikatakan berhasil.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) berbantuan animasi flash dapat meningkatkan

aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siwa kelas VIIB SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 semester genap.

Peningkatan aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa ini dapat terlihat dari hal-hal sebagai berikut.

1. Meningkatnya rata-rata aktivitas positif siswa di dalam pembelajaran, dari

72,1% di siklus I menjadi 84,23% di siklus II dan 89,75% di siklus III.

2. Menurunnya rata-rata aktivitas negatif siswa di dalam pembelajaran, dari

27,57% di siklus I menjadi 15,77% di siklus II dan 10,25% di siklus III.

3. Nilai kemampuan kognitif siswa meningkat dari pre-test ke post-test yaitu :

58,82 menjadi 88,68 di siklus I; 49,00 menjadi 88,86 di siklus II; dan 50,43 menjadi 77,86 di siklus III.

4. Rata-rata gain ternormalisasi lebih dari 0,50 yaitu, 0,73 di siklus I, 0,78 di

siklus II dan 0,55 di siklus III.

5. Jumlah siswa yang tuntas (nilai > 63) meningkat dalam tiap siklus yakni dari

16 siswa menjadi 32 siswa di siklus I, 4 siswa manjadi 33 siswa di siklus II dan 8 siswa menjadi 30 siswa di siklus III.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan keterbatasan dalam penelitian ini diajukan beberapa saran yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, guru dan sekolah sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division (STAD) dalam pembelajaran Fisika dapat dijadikan model alternatif

bagi sekolah maupun guru karena dengan model ini siswa dapat terlibat secara aktif, meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan kognitif siswa.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

2. Penggunaan media animasi flash dalam pembelajaran Fisika sangat dianjurkan

terlebih lagi dalam materi yang abstrak karena siswa akan lebih jelas dalam memahami konsep Fisika secara audio-visual.

3. Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik, seorang guru

hendaknya selalu aktif dalam melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

4. Pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah apabila diberikan aplikasi

konsep materi tersebut dalam materi sehari-hari atau diberikan tambahan penyelesaian soal-soal.

5. Model pembelajaran yang paling jelek bukanlah model pembelajaran

konvensional tetapi model pembelajaran yang itu-itu saja sehingga dalam pembelajaran hendaklah digunakan model pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak jenuh.

6. Pembuatan animasi flash sebaiknya menggunakan berbagai macam variasi

warna, jenis animasi maupun tulisan agar siswa tidak jenuh ketika digunakan dalam pembelajaran yang selanjutnya.


Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 1 34

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

0 1 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP.

0 0 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BERBANTUAN ANIMASI DAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA.

0 0 33