PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN

KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Evira Agustina

0807566

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Evira Agustina, 2014

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN

KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP

Oleh : Evira Agustina NIM. 0807566

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Selly Feranie,M.Si NIP 197411081999032004

Pembimbing II

Mimin Iryanti, M.Si NIP 197712082001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

DR. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001


(3)

Penerapan Model Pembelajaraan

Kooperatif TIPE STAD untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Aspek Kognitif dan

Kemampuan Interpretasi Grafik Siswa SMP

Oleh Evira Agustina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Evira Agustina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Evira Agustina, 2014 ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN

KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP Evira Agustina

NIM. 0807566

Pembimbing I : Dr. Selly Feranie, M.Si Pembimbing II : Mimin Iryanti, S.Si, M.Si

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA-UPI

ABSTRAK

Hasil studi pendahuluan memperlihatkan bahwa kemampuan interpretasi grafik siswa SMP masih rendah. Padahal menurut Depdiknas tujuan pembelajaran harus mengembangkan keterampilan proses sains salah satunya yaitu kemampuan interpretasi grafik. Selain itu hasil belajar aspek kognitif siswa yang tergolong rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dan kemampuan interpretasi grafik sebagai inpak penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pre Experimental Design sedangkan desain penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest-Posttest Design. Penelitian ini dilakukan di kelas VII pada salah satu SMP Negeri di Bandung. Pengambilan data untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa dilakukan dengan menggunakan instrumen tes dalam bentuk pilihan ganda. Hasil penelitian yang dilakukan pada 35 orang siswa menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0,57 dan termasuk dalam kategori sedang serta peningkatan kemampuan interpretasi grafik siswa dengan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0,60 dan termasuk dalam kategori sedang.

Kata kunci: Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division), hasil belajar Aspek Kognitif, Kemampuan Interpretasi Grafik


(5)

IMPLEMENTATION OF STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL TO IMPROVE COGNITIVE ASPECT AND INTERPRETATION OF GRAPH

SKILL OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS Evira Agustina

NIM. 0807566

Supervisor I : Dr. Selly Feranie, M.Si Supervisor II : Mimin Iryanti, S.Si, M.Si

ABSTRACT

The result of previous research shows that interpretation of graph skills of junior high school students are still low. Whereas Depdiknas states that the one of the aims of learning is to develop science process skill that includes interpretation of graph skill. Besides the cognitive learning outcomes are considered low. This research aims to get description of students' cognitive aspect development and graph interpretation of graph as the impact of the implementation of STAD (Student Team Achievement Division) cooperative learning model. The research using Pre Experimental research method and One Group Pretest-Posttest Design. This research was conducted in seventh grade of one of Bandung public junior high school. The data were collected using multiple choices test to measure the development of students' achievement. The result shows from the test, that was conducted to 35 students, shows there was rise in students' achievement with the normalized gain average <g> 0.57 and was included in moderate category, meanwhile the normalized gain average point <g> for interpretation of graph skill is 0.60 and was categorized in moderate category.


(6)

vii Evira Agustina, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN A. Pembelajaran Kooperatif ... 9

B. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 11

C. Keterampilan Proses Sains ... 15

D. Kemampuan Interpretasi Grafik ... 17

E. Belajar dan Hasil Belajar ... 18

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar aspek kognitif ... 24

G. Hubungan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, hasil belajar aspek kognitif, dan Kemampuan Interpretasi Grafik ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30

B. Desain Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

D. Prosedur dan Alur Penelitian ... 31


(7)

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 36

H. Hasil Uji Coba Instrumen ... 40

I. Teknik Pengolahan Data Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 45

B. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 46

C. Hasil Penelitian ... 50

D. Pembahasan ... 55

E. Rasionalisasi Hasil Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(8)

ix Evira Agustina, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel

2. 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

2. 2 Konversi Skor Perkembangan Poin Kemajuan ... 13

2. 3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 13

2. 4 Aspek dan Indikator Keterampikan Proses Sains ... 16

2. 5 Kaitan Antara Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Kemampuan Menginterpretasi Grafik Siswa dalam Penelitian ... 28

3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 38

3.3 Klasifikasi Daya Pembeda ... 39

3.4 Klasifikasi Tingkat Kemudahan Butir Soal ... 40

3.5 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Interpretasi Grafik ... 40

3.6 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Hasil belajar aspek kognitif ... 41

3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model ... 43

3.8 Kriteria Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi ... 44

4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 47

4.2 Rekapitulasi Skor Gain yang dinormalisasi Kemampuan Interpretasi Grafik Siswa Secara Keseluruhan ... 50

4.3 Rekapitulasi Skor Gain yang dinormalisasi Hasil belajar aspek kognitif Siswa Secara Keseluruhan ... 51

4.4 Rata-rata Skor Tes Hasil belajar aspek kognitif pada Aspek Hafalan (C1) ... 52

4.5 Rata-rata Skor Tes Hasil belajar aspek kognitif pada Aspek Memahami (C2) ... 52


(9)

4.6 Rata-rata Skor Tes Hasil belajar aspek kognitif pada Aspek

Menerapkan (C3) ... 53

4.7 Rata-rata Skor Tes Hasil belajar aspek kognitif pada Aspek


(10)

xi Evira Agustina, 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Alur Penelitian ... 34

4.1 Diagram Persentase Keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 47

4.2 Diagram Peningkatan Kemampuan Interpretasi Grafik Siswa... 50

4.3 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 52


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Perangkat Pembelajaran ... 65

A.1. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 66

b. LKSPertemuan 1 ... 73

A.2. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 75

b. LKSPertemuan 2 ... 82

A.3. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 86

b. LKSPertemuan 3 ... 93

A.4. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 ... 97

b. LKSPertemuan 4 ... 104

B. Instrumen Penelitian ... 108

B.1. a. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif ... 109

b. Soal Tes Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif ... 121

B.2. a. Kisi-kisi Tes Kemampuan Interpretasi ... 127

b. Soal Tes Kemampuan Interpretasi Grafik ... 146

B.3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 156

C. Analisis Uji Coba Instrumen ... 164

C.1. Hasil Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Aspek Kognitif ... 165

C.2. Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Interpretasi Grafik ... 168

D. Analisis Hasil Penelitian ... 171

D.1. a. Distribusi Skor Pretest Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 172

b. Distribusi Skor Posttest Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 174

D.2. a. Distribusi Skor Pretest Kemampuan Interpretasi Grafik ... 176


(12)

xiii Evira Agustina, 2014

D.3. Hasil Pengolahan Data Skor Gain Hasil Belajar Siswa pada Aspek

Kognitif Siswa ... 180

D.4. Hasil Pengolahan Data Skor Gain Tes Kemampuan Interpretasi Grafik ... 186

D.5. Pengolahan Data Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Aktivitas Guru dan Siswa ... 187

E. Dokumentasi Penelitian ... 188

E.1. Data Studi Pendahuluan ... 189

E.2. Foto-Foto Penelitian ... 198


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA di Indonesia. Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Menurut Depdiknas (2006) salah satu tujuan mata pelajaran fisika merupakan sarana:

“Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang, dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis”

Berdasarkan pernyataan di atas maka setelah mempelajari fisika siswa diharapkan mampu memiliki keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains sangatlah penting dimiliki oleh siswa karena dengan memiliki keterampilan proses sains siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat lebih memahami apa yang dia pelajari. Salah satu keterampilan proses yang perlu dikembangkan adalah keterampilan menginterpretasi data.

Keterampilan menginterpretasi merupakan keterampilan menafsirkan data berdasarkan hasil observasi atau percobaan. Keterampilan menginterpretasi sangat penting untuk dikuasai karena data yang diperoleh siswa saat melakukan percobaan atau penelitian tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan (interpretasi). Belajar sains adalah membangun pengertian pada pengalaman yang nyata, dimulai dari pengamatan benda atau gejala nyata kemudian diteruskan ke sajian dalam bentuk verbal. Misalnya, dari pengukuran jarak dan waktu pada benda yang


(14)

2

Evira Agustina, 2014

bergerak lalu diteruskan ke dalam menulis angka, membuat tabel dan menggambarkan dalam bentuk grafik. Kemampuan menginterpretasi menjadi sangat penting dalam era pengetahuan dan teknologi saat ini karena berbagai informasi yang berhubungan dengan sains sering disajikan kuantitatif dalam bentuk grafik, sehingga diperlukan kemampuan interpretasi grafik untuk menafsirkan informasi tersebut. Berdasarkan studi dokumentasi yang ditemukan :

“If graphs are to be a valuable tool for students, then we must know the level of the students' graphing ability. Studies have identified difficulties with such graphing abilities. Students have difficulties making connections among graphs of different variables, physical concepts and the real world, and they often perceive graphs as just a picture “(Linn, Layman, & Nachmias, 1987; McDermott, Rosenquist, & van Zee, 1987).

Berdasarkan pernyataan di atas siswa mengalami kesulitan untuk menghubungan grafik dengan beberapa variabel. Dengan kata lain kemampuan siswa dalam membaca atau menginterpretasikan grafik sangat rendah. Padahal tuntutan pembelajaran diharapkan siswa dapat menginterpretasikan data dengan menggunakan grafik. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang dapat memunculkan dan melatihkan kemampuan interpretasi grafik. Akan tetapi pada kenyataannya proses pembelajaran di sekolah tidak menuntut siswa untuk bisa melatih kemampuan interpretasi (penafsiran).

Selain itu berdasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan yang telah dilakukan di salah satu SMP negeri di kota bandung, ditemukan bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam menafsirkan grafik masih tergolong rendah yaitu dengan persentase 26,29%. Selain itu ditemukan pula bahwa proses pembelajaran yang menekankan kepada proses mengingat/menghapal serta penerapan rumus sedangkan pada materi tersebut terdapat bagian-bagian yang dapat menuntut siswa untuk menginterpretasikan grafik. Proses pembelajaran yang sering terjadi di dalam kelas yaitu proses penyampaian pengetahuan dari guru kepada siswa. Sedangkan tuntutan dari tujuan pembelajaran fisika adalah kemampuan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Menurut Rustaman et al (2005) bahwa:


(15)

3

Guru sebaiknya membantu siswa mengembangkan keterampilan interpretasi dengan meminta mereka menunjukan pola dari sejumlah data yang sudah dikumpulkan, dengan mengajak mereka mengartikan maksud atau maknanya dengan menarik kesimpulan.

Selain itu ditemukan pula hasil belajar siswa yang masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari nilai siswa yang masih tergolong dibawah rata-rata ketuntasan belajar.

Untuk menyelesaikan permasalahan rendahnya hasil belajar yang dihasilkan oleh siswa diperlukan model pembelajaran yang lebih inovatif. Sedangkan untuk pembentukan kemampuan menginterpretasi grafik siswa diperlukan beberapa pengembangan kemampuan pendukung. Kemampuan ini yaitu kemampuan berpikir, menghitung serta kemampuan membuat tabel serta grafik. Sehingga diperlukan model pembelajaran yang inovatif serta dapat merangkum semua kegiatan tersebut. Slavin pada Yuriwsa (2010) mengemukakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain.

Terdapat berbagai jenis atau tipe pembelajaraan kooperatif yang telah dikembangkan, antara lain : (1) Tipe STAD (Student Teams-Achievment Divisions), (2) Tipe TGT (Teams-Games-Tournament), (3) Tipe Learning together, (4) Tipe Group investigation, (5) Tipe Jigsaw, (6) Tipe Team-assisted individualized learning, (7) Tipe CIRC (Cooperatif integrated reading and composition). (Slavin, 2010:11)

Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran sehingga terjadinya pencapaian prestasi yang maksimal. Dalam pembelajaraan kooperatif tipe STAD mula-mula guru mempresentasikan pelajaran melalui metode ceramah, demonstrasi atau membahas buku teks, kemudian siswa bekerja dalam kelompok dengan tugas


(16)

4

Evira Agustina, 2014

anggota kelompok harus saling membantu satu sama lain melalui tutor sebaya, diskusi atau tanya jawab diantara satu siswa dengan siswa lainnya. Dalam fase ini kemampuan interpretasi grafik siswa dimunculkan, yaitu siswa dilatih untuk melakukan percobaan yang mengharuskan siswa untuk mengumpulkan data, menuliskan dan menganalisis hasil percobaan tersebut dalam bentuk tabel lalu dibuat ke dalam grafik tabel. Selanjutnya masing-masing siswa diberi kuis tentang materi itu dengan ketentuan mereka tidak boleh saling membantu kemudian dihitung peningkatan skornya. Peningkatan skor tiap anggota tim dijumlah untuk mendapatkan skor tim dan tim yang mendapatkan skor tertinggi diberi penghargaan.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lilis Supyati (2010) dan Riski Muliyani (2011) yang membahas tentang pengaruh pembelajaran Kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan paparan di atas maka penulis berusaha mengangkat judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar aspek kognitif dan kemampuan interpretasi grafik siswa SMP”. Penerapan pembelajaran dilakukan pada salah satu pokok bahasan IPA, yakni Gerak Lurus.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian studi pendahuluan pada latar belakang, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Rendahnya hasil belajar aspek kognitif pada siswa SMP b. Kurangnya kemampuan menginterpretasi grafik siswa

c. Proses pembelajaran yang tidak memunculkan kemampuan interpretasi grafik 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan hasil belajar aspek kognitif dan


(17)

5

kemampuan menginterpretasi grafik siswa sebagai impak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran materi gerak lurus?”

Untuk memperjelas rumusan masalah maka permasalahan penelitian diatas dapat dijabarkan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa SMP sebagai impak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

b. Bagaimana peningkatan kemampuan menginterpretasi grafik siswa SMP sebagai impak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

3. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini tidak terlalu luas maka diberikan batasan permasalahan sebagai berikut.

a. Hasil belajar aspek kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada ranah kognitif yaitu: Menghapal (C1), Memahami (C2),

Mengaplikasikan (C3), dan Menganalisis (C4). Peningkatan hasil belajar

aspek kognitif dilihat dari skor pre-test dan post-test dinyatakan dalam bentuk skor dengan menggunakan gain ternormalisasi dengan kategori Hake.

b. Keterampilan interpretasikan grafik yang diteliti adalah menyimpulkan informasi yang ada di dalam grafik yang diukur melalui tes pilihan ganda yang dinyatakan dalam skor pretest dan posttest. Peningkatan kemampuan interpretasi grafik dilihat dari skor pre-test dan post-test dinyatakan dalam bentuk skor dengan menggunakan gain ternormalisasi dengan kategori Hake.

4. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variable, yaitu: a. Variabel bebas berupa model pembelajaran.

b. Variabel terikat berupa hasil belajar aspek kognitif dan kemampuan menginterpretasi grafik.


(18)

6

Evira Agustina, 2014

5. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dilakukan pendefinisian secara operasional sebagai berikut : a. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, didefinisikan pendekatan

Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran sehingga terjadinya pencapaian prestasi yang maksimal. Tahapan

pertama pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu penyampaian tujuan dan memotivasi siswa. Kedua, Penyajian informasi dan materi kepada siswa. Ketiga, Mengkoordinasi siswa ke dalam kelompok belajar. Keempat, Membimbing kelompok bekerja dan belajar dengan cara demonstrasi atau percobaan. Pada tahap ini siswa dikelompokkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga setiap kelompok terdapat siswa yang berhasil tinggi, sedang dan rendah. Kelima, evaluasi dengan memberikan tes individu. Dan tahapan terakhir yaitu memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. Untuk mengukur keterlaksanaan tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran yang dilakukan, maka digunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang indikator-indikatornya dirumuskan berdasarkan masing-masing tahapan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut.

b. Hasil belajar aspek kognitif didefinisikan sebagai kemampuan berpikir yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Kemampuan ini terdiri dari aspek kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom, yaitu C1

(pengetahuan/hapalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5

(sintesis), dan C6 (evaluasi). Peningkatan hasil belajar siswa diukur melalui

penyelenggaraan tes hasil belajar berupa soal pilihan ganda.

c. Kemampuan Interpretasi grafik merupakan kemampuan menafsirkan grafik, serta hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, atau standar tertentu untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan. Kemampuan interpretasi ini adalah salah satu dari keterampilan sains yang dimiliki siswa. Kemampuan


(19)

7

ini diukur menggunakan tes keterampilan menginterpretasikan grafik dalam bentuk tes pilihan ganda.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan peningkatan kemampuan menginterpretasi grafik pada pembelajaran fisika sebagai impak diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran peningkatan hasil belajar siswa pada materi kinematika gerak lurus sebagai impak diterapkannya pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Mendapatkan gambaran peningkatan kemampuan menginterpretasi grafik yang dimiliki siswa pada materi kinematika gerak lurus sebagai impak diterapkannya pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

D. Manfaat Penelitian

Data-data hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti tentang potensi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa aspek kognitif dan kemampuan interpretasi grafik siswa.Penelitian ini juga dapat memperkaya hasil-hasil penelitian sejenis terkait penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran fisika yang nantinya dapat dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti guru-guru fisika, mahasiswa-mahasiswa di LPTK, para peneliti dalam bidang pendidikan IPA/Fisika, tenaga-tenaga kependidikan dalam bidang IPA/Fisika dan lain-lain.


(20)

8

Evira Agustina, 2014

E. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dari penulisan skripsi yaitu:

1. Bab I merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II berisi kajian pustaka dan kerangka berpikir penelitian. 3. Bab III tentang metode penelitian.

4. Bab IV menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan. 5. Bab V menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design. Disebut demikian karena metode ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap hasil yang ingin dicapai. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel bebas itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen, hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah peningkatan hasil belajar aspek kognitif dan kemampuan interpretasi grafik siswa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah One Group pre-tes post-test Design, yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja, yang dinamakan kelompok eksperimen tanpa ada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Sebelum diberi perlakuan, sampel penelitian dites yang disebut pretes. Begitupun setelah diberi perlakuan sampel penelitian dites lagi dan disebut dengan postes. Tes yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan ditujukan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada aspek kognitif dan kemampuan interpretasi grafik. Perbedaan antara hasil pengukuran awal dengan hasil pengukuran akhir adalah merupakan pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Skema desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Pretest Treatment Posttest


(22)

31

Evira Agustina, 2014

O1 = test hasil belajar aspek kognitif siswa

O2 = test kemampuan interpretasi grafik siswa

X = Treatment di kelas eksperimen berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang dibatasi oleh suatu kriteria atau pembatasan tertentu, atau populasi adalah suatu kelompok manusia atau objek yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu penelitian atau suatu wadah penyimpulan dalam suatu penelitian (Panggabean, 1996). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP di kota Bandung.

Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi (Nana Sudjana, 1975) atau sampel itu adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasi itu (Panggabean, 1996). Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik Cluster Random Sampling yaitu teknik penentuan sampel dari kelompok-kelompok unit yang kecil secara acak tanpa didasari oleh pertimbangan tertentu. Sampel penelitian yang digunakan adalah satu kelas dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa.

D. Prosedur dan Alur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap tersebut dijelaskan sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

Untuk tahap ini dilakukan beberapa persiapan yaitu :

1. Melakukan studi pendahuluan melalui telaah pustaka dan studi lapangan


(23)

32

3. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan.

4. Observasi awal, meliputi pengamatan langsung pembelajaran di kelas, wawancara dengan guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas, kondisi siswa dan pembelajaran yang biasa dilaksanakan.

5. Perumusan masalah penelitian

6. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian mengenai model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

7. Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penelitian

8. Melakukan penilaian instrumen (test) kepada dua orang dosen ahli untuk menguji validitas dari setiap soal. Instrumen ini digunakan untuk tes awal dan tes akhir.

9. Merevisi/memperbaiki instrumen.

10. Melakukan uji coba instrumen pada sampel yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian.

11. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas sehingga layak dipakai untuk tes awal dan tes akhir.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Memberikan pretest dengan soal yang telah diuji cobakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

2. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai adanya observer selama pembelajaran

3. Memberikan posttest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran


(24)

33

Evira Agustina, 2014

kooperatif tipe STAD serta pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar serta kemampuan menginterpretasi grafik pada siswa. 4. Mengolah data hasil pretest dan posttest dan hasil observasi . c. Tahap Akhir

1. Mengolah data hasil tes awal, tes akhir serta instrumen lainnya. 2. Menganalisis dan membahas hasil penelitian.

3. Menarik kesimpulan.

4. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang memadai.

Tahapan-tahapan penelitian ini dapat digambarkan dengan menggunakan alur penelitian pada Gambar 3.1


(25)

34

Gambar 3.1 Alur penelitian

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PENELITIAN PENGOLAHAN DATA

DAN PELAPORAN PERENCANAAN

DAN PENYUSUNAN INSTRUMEN

Pengolahan Data: Hasil pre-test dan post-test Tes kemampuan interpretasi grafik Hasil pre-test dan post-test tes hasil belajar aspek kognitif Lembar Observasi aktifitas guru dan siswa

Menghitung Persentase Kemampuan interpretasi grafik Menghitung gain ternormalisasi pada aspek kognitif Menghitung

keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran Pembelajaran Pertemuan 2

Pre-test Treatment Post-test

Pembelajaran Pertemuan 1

Pre-test Treatment Post-test

Pembelajaran Pertemuan 3

Pre-test Treatment Post-test

Pembelajaran Pertemuan 4

Pre-test Treatment Post-test Studi Pustaka: Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Kemampuan interpretasi grafik Kurikulum Fisika SMP kelas VII Studi pendahuluan:

Wawancara Observasi kelas untuk mengetahui proses

pembelajaran siswa

Tes kemampuan interpretasi grafik Hasil belajar siswa

Penentuan Sampel Penelitian

Pembuatan Instrumen Penelitian:

Instrumen kemampuan interpretasi grafik Instrumen tes hasil belajar aspek kognitif

RPP dan Skenario Pembelajaran

Uji Coba instrumen kemampuan interpretasi grafik Uji coba Instrumen Tes Hasil belajar aspek kognitif

Analisis Tes terhadap Hasil Uji Coba


(26)

35

Evira Agustina, 2014

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalan penelitian ini yaitu Tes dan Non Tes, tes berisi Tes Kemampuan menginterpretasi grafik dan Tes Hasil Belajar Aspek Kognitif, sedangkan non tes berisi lembar observasi yang terdiri dari Lembar Aktivitas Guru dan Lembar Aktivitas Siswa.

1.Tes

a. Tes Kemampuan Interpretasi grafik

Tes kemampuan interpretasi grafik yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam penelitian ini mengacu pada instrumen TUGK (Test of Understanding Graphs Kinematics).

b. Tes Hasil Belajar Aspek Kognitif

Tes hasil belajar yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan. Dalam penelitian ini aspek kognitif yang diukur meliputi C1 (mengingat), C2

(memahami), C3 (penerapan), dan C4 (analisis) yang disesuaikan dengan

tuntutan Kompetensi Dasar yang diteliti.

2. Non-Tes

Instrumen non-tes yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas antara guru dengan siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi ini berfungsi untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan dan dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu: wawancara, penyebaran angket, tes hasil belajar dan observasi terhadap keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun penjelasan mengenai teknik pengumpulan data terdapat pada Tabel 3.1


(27)

36

Tabel 3.1

Teknik Pengumpulan Data

Jenis Data Teknik pengumpulan Instrumen

Hasil Belajar Aspek Kognitif

Data diperoleh dari hasil tes Tes hasil belajar aspek kognitif Kemampuan

Interpretasi Grafik

Data diperoleh dari hasil tes Tes Kemampuan Interpretasi Grafik Keterlaksanaan

proses pembelajaran

Observasi keterlaksanaan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Lembar observasi aktivitas guru dan siswa

G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Kualitas instrumen sebagai alat pengambil data harus teruji kelayakannya dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya.

1. Validitas

Validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Tes yang valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Validitas item soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Pengujian validitas soal dilakukan secara validitas konstruk dan isi dengan cara meminta pertimbangan (judgement) kepada tim ahli, dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun sudah emngukur apa yang hendak diukur. Para ahli diminta memberikan tanggapan serta masukan tentang instrumen yang telah disusun. Jumlah tenaga ahli yang digunakan dalam validitas soal ini berjumlah dua orang. Pengujian validitas ini dilakukan dengan melihat kesesuaian antara soal, indikator soal dan kesesuaian dengan materi yang diajarkan (SK dan KD).


(28)

37

Evira Agustina, 2014

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliable. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan dalam menentukan reliabilitas yaitu teknik test-retest.

Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas adalah teknik korelasi “Pearson’s Product Moment” yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu:

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy        

(Arikunto, 2009) Keterangan :

rxy= koefesien korelasi

N = jumlah peserta tes

X = Skor siswa menjawab benar pada tes pertama

Y = Skor siswa yang menjawab pada tes kedua

Untuk menginterpretasikan derajat reabilitas alat ukur dapat menggunakan tolak ukur yaitu seperti tertera pada Tabel 3.2


(29)

38

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

rxy Interpretasi

0,80 - 1,00 Sangat tinggi

0,60 - 0,79 Tinggi

0,40 - 0,59 Sedang

0,20 - 0,39 Rendah

< 0,2 Sangat rendah

(Arikunto, 2007)

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminatif:

dengan

D : daya pembeda

BA: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut

dengan benar

BB: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut

dengan benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok atas

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Daya pembeda diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan yang dipaparkan pada Tabel 3.3


(30)

39

Evira Agustina, 2014

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda Klasifikasi

0,00 – 0,19 jelek (poor)

0,20 – 0,39 cukup (satisfactory)

0,40 – 0,69 baik (good)

0,70 – 1,00 baik sekali (excellent) (Arikunto, 2009)

D = 0 berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda

D = 1 berarti bahwa butir soal hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi D = - … (negatif) berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi.

4. Tingkat Kemudahan

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan mudah dan sukarnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kemudahan soal. Soal dengan indeks kemudahan 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:

dengan

P : indeks kemudahan

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tingkat kemudahan diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan seperti yang dipaparkan pada Tabel 3.4


(31)

40

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kemudahan Butir Soal

Nilai tingkat kemudahan Klasifikasi

0,00 – 0,25 Sukar

0,26 – 0,75 Sedang

0,76 - 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009 H. Hasil Uji coba Instrumen

Untuk mendapatkan instrumen tes yang baik harus dilakukan uji coba instrumen terlebih dahulu kepada siswa yang memiliki karakter yang setingkat dengan siswa yang akan dijadikan sampel penelitian. Dalam penelitian ini, uji coba dilakukan terhadap siswa SMP kelas VIII di sekolah yang sama. Setelah dilakukan uji coba maka dilakukan analisis uji instrumen yang meliputi validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Sehingga dapat diperoleh instrumen tes yang baik dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Instrumen tes dalam penelitian ini terdiri dari dua perangkat tes yaitu tes kemampuan interpretasi grafik dan tes hasil belajar siswa.

Hasil coba instrumen tes kemampuan interpretasi grafik dapat dilihat dari Tabel 3.5

Tabel 3.5

Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Interpretasi Grafik Nomor

Soal

Daya Pembeda Tingkat kemudahan

Keputusan

Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,6 Baik 0,389 Sedang Digunakan

2 0,5 Baik 0,611 Sedang Digunakan

3 0,6 Baik 0,563 Sedang Digunakan

4 0,8 Baik Sekali 0,778 Mudah Digunakan

5 0,3 Cukup 0,667 Sedang Digunakan

6 0,4 Baik 0,664 Mudah Digunakan

7 1 Baik Sekali 0,722 Mudah Digunakan

8 0,4 Baik 0,806 Mudah Digunakan

9 0,4 Cukup 0,806 Mudah Digunakan

10 0,8 Baik Sekali 0,563 Sedang Digunakan

11 0,7 Baik Sekali 0,639 Sedang Digunakan

12 0,3 Cukup 0,778 Mudah Digunakan


(32)

41

Evira Agustina, 2014 Nomor

Soal

Daya Pembeda Tingkat kemudahan

Keputusan

Nilai Kategori Nilai Kategori

14 0,6 Baik 0,311 Sedang Digunakan

15 0,8 Baik Sekali 0,611 Sedang Digunakan

16 0,3 Cukup 0,861 Mudah Digunakan

17 0,7 Baik Sekali 0,389 Sedang Digunakan

18 0,2 Cukup 0,832 Mudah Digunakan

19 0,3 Cukup 0,832 Mudah Digunakan

20 0,3 Cukup 0,528 Sedang Digunakan

21 0,4 Baik 0,667 Sedang Digunakan

22 0,3 Cukup 0,889 Mudah Digunakan

23 0,7 Baik Sekali 0,389 Sedang Digunakan

24 0,4 Baik 0,278 Sedang Digunakan

Adapun hasil uji coba reliabilitas diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,904 yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Artinya instrumen ini sudah menghasilkan skor yang ajeg yaitu dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten atau relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis soal, dari terdapat 24 soal yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian.

Sedangkan hasil uji coba instrumen tes hasil belajar aspek kognitif dapat dilihat pada Tabel 3.6

Tabel 3.6

Hasil Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Aspek Kognitif Nomor

Soal

Daya Pembeda Tingkat kemudahan

Keputusan

Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,3 Cukup 0,889 Mudah Digunakan

2 0,5 Baik 0,806 Mudah Digunakan

3 0,6 Baik 0,611 Mudah Digunakan

4 0,6 Baik 0,611 Sedang Digunakan

5 0,4 Baik 0,722 Mudah Digunakan

6 0,2 Cukup 0,806 Mudah Digunakan

7 0,4 Baik 0,583 Sedang Digunakan

8 0,5 Baik 0,528 Sedang Digunakan

9 0,4 Baik 0,361 Sedang Digunakan


(33)

42

Nomor Soal

Daya Pembeda Tingkat kemudahan

Keputusan

Nilai Kategori Nilai Kategori

11 0,4 Baik 0,778 Mudah Digunakan

12 0,1 Jelek 0,972 Mudah Dibuang

13 0,3 Cukup 0,333 Sedang Digunakan

14 0,7 Baik Sekali 0,472 Sedang Digunakan

15 0,4 Baik 0,75 Mudah Digunakan

16 0,4 Baik 0,806 Mudah Digunakan

17 0,9 Baik Sekali 0,528 Sedang Digunakan

18 0,5 Baik 0,75 Mudah Digunakan

19 0,6 Baik 0,444 Sedang Digunakan

20 0 Jelek 0,861 Mudah Dibuang

21 0,5 Baik 0,611 Sedang Digunakan

22 0,5 Baik 0,472 Sedang Digunakan

23 0,2 Cukup 0,944 Mudah Digunakan

24 0,7 Baik Sekali 0,556 Sedang Digunakan

25 0,5 Baik 0,667 Sedang Digunakan

26 0,8 Baik Sekali 0,472 Sedang Digunakan

27 0,5 Baik 0,639 Sedang Digunakan

Berdasarkan analisis hasil uji coba instrumen tes hasil belajar dapat diperoleh nilai koefisien reliabilitasnya sebesar 0,965. Nilai koefisien ini termasuk kedalam kategori sangat tinggi. Dari 27 soal yang telah diujicobakan hanya 25 soal yang digunakan dalam penelitian ini. Soal yang memiliki daya pembeda dengan kategori jelek tidak digunakan.

I. Teknik Pengolahan Data Penelitian a) Jenis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Data kualitatif dalam penelitian diperoleh melalui pengisian lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan model. Pengisian lembar observasi keterlaksanaan model dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung.


(34)

43

Evira Agustina, 2014

2. Data kuantitatif dalam penelitian diperoleh melalui tes untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. Tes ini dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

b) Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan terhadap data skor pretest dan posttest dari hasil tes dan lembar observasi keterlaksanaan model. Teknik pengolahan data instrumen adalah dengan menggunakan analisis dengan langkah sebagai berikut:

1) Analisis Keterlaksanaan Model dalam Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan model menggunakan pengisian lembar observasi. Pengisian lembar observasi ini dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Format observasi ini berbentuk rating Scale dan membuat kolom ya/tidak. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung dengan persamaan berikut (Sugiono,2012)

Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pembelajaran pada setiap pertemuan, maka data hasil observasi diolah menjadi dalam bentuk persentase dengan interpretasi yang tercantum dalam Tabel 3.7

Tabel 3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model

No.

% Kategori KM (Keterlaksanaan Model)

Pembelajaran

Interpretasi

1. KM = 0 Tak satu kegiatan pun

2. 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan 3. 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan

4. KM = 50 Setengah kegiatan

5. 50 < KM <75 Sebagian besar kegiatan 6. 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan


(35)

44

2) Analisis Tes Hasil Belajar dan kemampuan Interpretasi grafik

Peningkatan hasil belajar siswa dan kemampuan interpretasi grafik setelah diberi tes dengan menghitung gain yang dinormalisasikan yaitu perbandingan dari skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa dari selisih skor tes awal dan skor tes akhir sedangkan skor gain maksimum adalah skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

a. Menghitung gain yang dinormalisasi untuk setiap siswa.

Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dan dirumuskan sebagai berikut.

pre maks pre post S S S S g    Keterangan:

Spost = skor tes akhir

Spre = skor tes awal

Smaks = skor maksimum ideal

b. Menentukan nilai rata-rata gain ternormalisasi untuk seluruh siswa.

c. Menentukan kriteria rata-rata skor gain ternormalisasi yang tercantum pada Tabel 3.8

Tabel 3.8 Kriteria Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi

<g> Kriteria

7 , 0

 Tinggi

0,7

3 ,

0  g   Sedang

3 , 0

 Rendah


(36)

61 Evira Agustina, 2014

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, dan pembahasan terhadap data hasil penelitian setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dilihat dari skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang didapat sebesar 0,57. Hal ini menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar aspek kognitif siswa dengan kategori sedang. 2. Peningkatan kemampuan interpretasi grafik siswa dilihat dari skor rata-rata

nilai gain yang dinormalisasi adalah sebesar 0,60. Hal ini menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan interpretasi grafik siswa dengan kategori sedang.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat diajukan, antara lain:

1. Untuk meningkatkan kemampuan interpretasi grafik siswa memerlukan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu siswa perlu dilatihkan proses kemampuan menafsirkan grafik dalam pembelajaran fisika yaitu dengan membiasakan siswa dalam proses menganalisis data percobaan.

2. Perlu diadakan penelitian lanjutan terkait penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kelas kontrol untuk melihat efektivitasnya dibandingkan dengan model pembelajaran lain.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran (edisi revisi).

Jakarta : PT Bumi aksara

Arikunto. Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 22 Taun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Fathony, Musyafa. (2007). Cooperative Learning. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/11540191/pembelajaran-kooperatif . [4 Maret 2013]

Fida Rachmadiarti. (2001). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University

Hake, R. (1999). “ Analyzing Change/Gain Score”. Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.

Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon.

[Online]. Tersedia:

http://ajp.aapt.org/resource/1/ajpias/v66/i1/p64_s1?isAuthorized=no [5 Januaru 2013]

Karlina, I. (2008). Pembelajaran kooperatif “cooperatif learning” sebagai salah


(38)

63

Evira Agustina, 2014

Karuru, Pedry. (2007). STAD Untuk pembelajaran IPA. [Online]. Tersedia : http://asuro-awielampung.blogspot.com/2008/03/stad-untuk-pembelajaran-ipa.html [10 Januari 2013]

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia

Marzuki, S.Pd. (2012). MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE DISKUSI KELOMPOK. [Online]. Tersedia :

http://q-belajar.blogspot.com/2012/09/makalah-ptk-meningkatkan-hasil.html [11 Agustus 2013]

Munawar, Indra. (2009). Pengertian Hasil Belajar. [Online]. Tersedia : http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html [18 November 2013]

Nur, Muhammad. (2005). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Ridwan. (2008). Ketercapaian Hasil Belajar. Dalam Dunia ilmu rumah pengetahuan indonesia [Online], Tersedia: http://ridwan202.wordpress. Com/2008/05/03/ketercapaian-hasil-belajar/ [24 Juli 2013]

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka CiptaA

Slavin, Robert E. (2010). Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media

Sudrajat, Akhmad. (2010). Taksonomi Bloom. [Online], Tersedia: http://lentera-rakyat.sos4um.com/t1136-taksonomi-bloom [15 Maret 2013]

Supyati, Lilis (2010) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Salah Satu SMP Negeri di Lembang). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan

Svec,Ph, D. Michael. Improving Graphing Interpretation Skills AndUnderstanding Of Motion Using Micro-computer Based Laboratories . [Online]. Tersedia :


(39)

64

http://www.southwestern.edu/academics/ejse/original%20site/manuscript s/v3n4/articles/art01_svec/svec.html [12 September 2013]

Yuriwsa. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. [Online]. Tersedia :

http://yuriwsa.files.wordpress.com/2010/01/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.ppt [12 Maret 2013]

Zaifbio. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). [Online]. Tersedia : http://zaifbio.wordpress.com/2012/10/01/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-student-teams-achievement-divisions-stad/ [10 Januari 2013]


(1)

43

2. Data kuantitatif dalam penelitian diperoleh melalui tes untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. Tes ini dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

b) Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan terhadap data skor pretest dan posttest dari hasil tes dan lembar observasi keterlaksanaan model. Teknik pengolahan data instrumen adalah dengan menggunakan analisis dengan langkah sebagai berikut:

1) Analisis Keterlaksanaan Model dalam Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan model menggunakan pengisian lembar observasi. Pengisian lembar observasi ini dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung. Format observasi ini berbentuk rating Scale dan membuat kolom ya/tidak. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung dengan persamaan berikut (Sugiono,2012)

Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pembelajaran pada setiap pertemuan, maka data hasil observasi diolah menjadi dalam bentuk persentase dengan interpretasi yang tercantum dalam Tabel 3.7

Tabel 3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model

No.

% Kategori KM (Keterlaksanaan Model)

Pembelajaran

Interpretasi

1. KM = 0 Tak satu kegiatan pun

2. 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan 3. 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan

4. KM = 50 Setengah kegiatan

5. 50 < KM <75 Sebagian besar kegiatan 6. 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan


(2)

44

2) Analisis Tes Hasil Belajar dan kemampuan Interpretasi grafik

Peningkatan hasil belajar siswa dan kemampuan interpretasi grafik setelah diberi tes dengan menghitung gain yang dinormalisasikan yaitu perbandingan dari skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa dari selisih skor tes awal dan skor tes akhir sedangkan skor gain maksimum adalah skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

a. Menghitung gain yang dinormalisasi untuk setiap siswa.

Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dan dirumuskan sebagai berikut.

pre maks pre post S S S S g    Keterangan:

Spost = skor tes akhir Spre = skor tes awal

Smaks = skor maksimum ideal

b. Menentukan nilai rata-rata gain ternormalisasi untuk seluruh siswa.

c. Menentukan kriteria rata-rata skor gain ternormalisasi yang tercantum pada Tabel 3.8

Tabel 3.8 Kriteria Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> Kriteria

7 , 0

 Tinggi

0,7 3

,

0  g   Sedang

3 , 0

 Rendah


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, dan pembahasan terhadap data hasil penelitian setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dilihat dari skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang didapat sebesar 0,57. Hal ini menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar aspek kognitif siswa dengan kategori sedang. 2. Peningkatan kemampuan interpretasi grafik siswa dilihat dari skor rata-rata

nilai gain yang dinormalisasi adalah sebesar 0,60. Hal ini menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan interpretasi grafik siswa dengan kategori sedang.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat diajukan, antara lain:

1. Untuk meningkatkan kemampuan interpretasi grafik siswa memerlukan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu siswa perlu dilatihkan proses kemampuan menafsirkan grafik dalam pembelajaran fisika yaitu dengan membiasakan siswa dalam proses menganalisis data percobaan.

2. Perlu diadakan penelitian lanjutan terkait penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kelas kontrol untuk melihat


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran (edisi revisi). Jakarta : PT Bumi aksara

Arikunto. Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Taun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Fathony, Musyafa. (2007). Cooperative Learning. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/11540191/pembelajaran-kooperatif . [4 Maret 2013]

Fida Rachmadiarti. (2001). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University

Hake, R. (1999). “ Analyzing Change/Gain Score”. Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.

Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon.

[Online]. Tersedia:

http://ajp.aapt.org/resource/1/ajpias/v66/i1/p64_s1?isAuthorized=no [5 Januaru 2013]

Karlina, I. (2008). Pembelajaran kooperatif “cooperatif learning” sebagai salah satu strategi membangun pengetahuan siswa. Bandung


(5)

63

Karuru, Pedry. (2007). STAD Untuk pembelajaran IPA. [Online]. Tersedia : http://asuro-awielampung.blogspot.com/2008/03/stad-untuk-pembelajaran-ipa.html [10 Januari 2013]

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia

Marzuki, S.Pd. (2012). MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE DISKUSI KELOMPOK. [Online]. Tersedia :

http://q-belajar.blogspot.com/2012/09/makalah-ptk-meningkatkan-hasil.html [11 Agustus 2013]

Munawar, Indra. (2009). Pengertian Hasil Belajar. [Online]. Tersedia : http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html [18 November 2013]

Nur, Muhammad. (2005). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Ridwan. (2008). Ketercapaian Hasil Belajar. Dalam Dunia ilmu rumah pengetahuan indonesia [Online], Tersedia: http://ridwan202.wordpress. Com/2008/05/03/ketercapaian-hasil-belajar/ [24 Juli 2013]

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka CiptaA

Slavin, Robert E. (2010). Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media

Sudrajat, Akhmad. (2010). Taksonomi Bloom. [Online], Tersedia: http://lentera-rakyat.sos4um.com/t1136-taksonomi-bloom [15 Maret 2013]

Supyati, Lilis (2010) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Salah Satu SMP Negeri di Lembang). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan

Svec,Ph, D. Michael. Improving Graphing Interpretation Skills AndUnderstanding Of Motion Using Micro-computer Based


(6)

64

http://www.southwestern.edu/academics/ejse/original%20site/manuscript s/v3n4/articles/art01_svec/svec.html [12 September 2013]

Yuriwsa. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. [Online]. Tersedia :

http://yuriwsa.files.wordpress.com/2010/01/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.ppt [12 Maret 2013]

Zaifbio. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). [Online]. Tersedia : http://zaifbio.wordpress.com/2012/10/01/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-student-teams-achievement-divisions-stad/ [10 Januari 2013]


Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

0 4 87

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD PADA PEMBELAJARAN IPS.

1 2 24

PENERAPAN MEDIA VISUALISASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA SMP.

1 2 54

PENERAPAN MEDIA VISUALISASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA SMP.

0 2 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

0 2 28