UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

( Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran IPA Materi Sifat Benda di Kelas III SD Islam Pondok Duta Cimanggis Depok )

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

ENITA SUGIHARTI NIM 1008444

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

Upaya Meningkatkan Motivasi

Belajar Siswa Melalui Penggunaan

Metode Demonstrasi

Oleh Enita Sugiharti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas ilmu Pendidikan

© Enita Sugiharti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

( Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran IPA Materi Sifat Benda di Kelas III SD Islam Pondok Duta Cimanggis Depok )

ENITA SUGIHARTI NIM: 1008444

ABSTRAK

Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa. Oleh karena itu, sangat perlu menciptakan kondisi atau proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Peran gurulah yang dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakan motivasi siswa untuk melakukan sesuatu atau melakukan sesuatu. Oleh karena itu, diperlukan metode yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Metode tersebut adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang asli maupun tiruan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam kegiatan penelitian di lapangan, peneliti membuat angket motivasi siswa, lembar observasi guru dan siswa serta lembar evaluasi. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan motivasi siswa dari siklus I ke siklus II. Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bahwa pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat dijadikan alternatif pengajaran dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.


(5)

EFFORTS TO IMPROVE STUDENT’S MOTIVATION THROUGH THE USE OF DEMONSTRATION METHOD

(Classroom Action Research on the Nature of Materials Science Subjects Objects in Class III SD Islam cottage Ambassador Cimanggis Depok)

Enita Sugiharti NIM: 1008444

ABSTRACT

Learning is a daily activity for students. Therefore, it is necessary to create the conditions or processes that lead students to perform learning activities. The teacher’s role that can grow and provide motivation to their student’s learning activities very well. To motivate a student, means moving students to do something or to do something. To support students' motivation in learning, methods are needed to support the success of the process of learning in class. One method used by the author is the method of demonstration. The method used in this research: Classroom Action Research (CAR). In this study research, researchers developed questionnaires student motivation, observation sheets for students and teachers evaluation sheet. The result showed there was increasing at student’s motivation from cycle I to cycle II. Researchers expect the use of the method can be used as a method demonstration learning alternatives in an effort to improve student’s motivation.


(6)

Enita Sigiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Hipotesis Tindakan ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Metode Penelitian ... 11

1. Hakikat Metode Demonstrasi ... 11

2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi ... 13

3. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi ... 15

B. Motivasi ... 18


(7)

2. Jenis-jenis Motivasi ... 20

3. Aspek-aspek Motivasi ... 21

4. Cara Menumbuhkan Motivasi Dalam Kegiatan Pembelajaran ... 22

C. Hakikat IPA ... 25

D. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Metode dan Alur Penelitian ... 30

1. Metode Penelitian ... 30

2. Model PTK Yang Dikembangkan ... 32

B. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

1. Subjek Penelitian ... 33

2. Lokasi Penelitian ... 34

3. Waktu Penelitian ... 34

C. Instrumen Penelitian ... 34

D. Pengolahan dan Analisis Data ... 35

1. Data Hasil Observasi ... ... 35

2. Motivasi Belajar Siswa ... .. 36

3. Hasil Belajar Siswa ... . 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... ... 39


(8)

Enita Sigiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

a. Perencanaan ... . 39

b. Pelaksanaan ... 41

c. Analisis Observasi ... 48

d. Refleksi ... 51

2. Tindakan Siklus II ... 52

a. Perencanaan ... 52

b. Pelaksanaan ... 53

c. Analisis Observasi ... . 60

d. Refleksi ... 62

B. Pembahasan Penelitian ... 63

1. Tindakan Yang Efektif Untuk Meningkatkan Motivasi ... ... 63

2. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ... IPA Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi ... 64

3. Tingkat Motivasi siswa ... 66

4. Hasil evaluasi Belajar Siswa Selama Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi ... 67

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 70

A. Simpulan ... 70

B. Rekomendasi ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... ... 74

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam interaksi belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Guru bertindak membelajarkan siswa, sedangkan siswa mengalami pembelajaran. Namun, dalam kenyataannya di dalam kelas ditemukan hal-hal yang dapat mempengaruhi proses belajar dan mengajar. Diantaranya: pertama ada siswa yang enggan belajar, karena tidak mengetahui kegunaan mata pelajaran di sekolah, sehingga hasil belajar yang diperoleh menjadi rendah. Kedua, ada siswa yang belajar setengah hati untuk belajar , karena terpengaruh pergaulan dengan teman di sekolahnya dan ada masalah di keluarganya, sehingga hasil belajar menurun. Ketiga, ada juga siswa yang rajin belajar, dan hasil belajarnya tinggi. Padahal siswa tersebut juga mengalami gangguan konsentrasi belajar. Siswa ini mampu mengatasi gangguan dan hambatan belajar. Ia menggunakan kesempatan belajar dengan baik, diantaranya belajar di perpustakaan, berdiskusi dengan teman jika ada materi pelajaran yang belum dimengerti, dan sumber belajar lainnya. Maka hasil belajarnya sangat baik, karena siswa tersebut mempunyai semangat belajar tinggi.

Dari kejadian pertama tersebut, guru sudah memberikan informasi tentang kegunaan mata pelajaran, kemudian siswa mengubah perilaku belajarnya. Siswa tampak rajin belajar baik di sekolah maupun di rumah,


(10)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

dan memusatkan perhatian pada pelajaran, sehingga pada akhir pembelajaran hasil belajarnya tergolong baik. Sedangkan, pada kejadian kedua, guru menghubungi keluarga dan teman sekolahnya, lalu siswa tersebut mengubah perilaku belajarnya. Kemudian siswa tersebut belajar dengan penuh semangat, sehingga hasil belajar sangat baik. Ketiga, siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi walaupun guru tidak membantu siswa, tetapi siswa mampu mengatasi gangguan belajarnya.

Ketiga peristiwa tersebut menunjukkan peranan siswa dan guru dalam kegiatan belajar. Peristiwa yang pertama, siswa segan belajar, karena tidak mengetahui kegunaan mata pelajaran di sekolah. Siswa ini mempunyai motivasi belajar yang rendah, karena kurangnya informasi yang ia peroleh dari guru dan sekolah. Peristiwa yang kedua, motivasi belajar menurun karena pengaruh dari teman di sekolah dan dari keluarganya. Pada kedua peristiwa tersebut, motivasi belajar siswa menjadi lebih baik, setelah guru mengubah kondisi belajar siswa. Karena siswa belajar didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita.

Sejalan dengan hal tersebut, maka hendaknya guru sangat perlu mengetahui keadaan siswa, baik fisik maupun mentalnya serta pemberian motivasi atau dorongan dalam upaya peningkatan motivasi belajar siswa akan pentingnya tujuan belajar yang bermakna bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan.


(11)

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Seperti yang diungkapkan ( Koeswara 1989 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 80 ) “ Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar „. Pendapat tersebut menyatakan bahwa pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan mental berasal dari berbagai sumber, diantaranya, motivasi yang rendah, informasi yang kurang, peranan guru maupun lingkungan sekitar yang sangat berpengaruh pada sukses tidaknya kondisi belajar siswa.

Sedangkan menurut Thomas F. Staton (dalam Sardiman : 2010:40) “ Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi “. Masih menurut Staton, motivasi meliputi dua hal, yaitu : (1) mengetahui apa yang akan dipelajari, (2) memahami mengapa hal itu patut dipelajari. Mengacu dari dua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi siswa tersebut tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajari. Jadi tanpamotivasi, kegiatan belajar tidak mungkin berhasil.

Berdasarkan hasil observasi awal di SD Islam Pondok Duta Kecamatan Cimanggis Depok, maka ditemukan beberapa fakta, kurangnya motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Hal tersebut terjadi saat


(12)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

pembelajaran IPA sedang berlangsung. Pembelajaran IPA di kelas tersebut menggunakan pendekatan kontekstual dan LKS, yang pada awalnya menarik perhatian siswa dan mengaktifkan siswa untuk belajar konsep. Meskipun beberapa pertanyaan dalam LKS dapat dijawab dengan baik, tapi ada beberapa siswa yang mendapat nilai kecil. Hal ini terbukti dari soal-soal yang diberikan guru ketika pembelajaran berlangsung.

Dengan kondisi seperti itu dipandang perlu diadakan perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran untuk meningkatkan motivas belajar siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat. Setelah peneliti renungkan dan berdasarkan kajian teori-teori pengolaan kelas, diantaranya penggunaan metode demonstrasi, maka peneliti menemukan solusi untuk perbaikan pembelajaran tersebut.

Metode yang dipakai dalam pendidikan dan pengajaran dalam konteks didaktik metodik umum adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan teknik penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada anak didik mengenai suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang sesungguhnya maupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan secara lisan (Asep H. Hernawan, 2007:96).”

Jadi, metode demonstrasi akan sangat membantu pemahaman anak didik terhadap bahan pengajaran karena disertai dengan peragaan sehingga menghindari terjadinya verbalisme, disamping untuk menumbuhkan sikap


(13)

penghayatan terhadap materi pengajaran karena materi langsung diperagakan. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas III SD Islam Pondok Duta, maka tepatlah kiranya apabila peneliti merumuskan judul penelitian :

” Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penggunaan

Pendekatan Demonstrasi pada Murid Kelas III SD Islam Pondok Duta

Kecamatan Cimanggis Depok ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diuraikan beberapa masalah yang timbul, yaitu :

1. Rendahnya motivasi siswa tentang kegunaan belajar.

2. Kurangnya pemahaman guru terhadap metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat ditarik rumusan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perencanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA di kelas III di SD Islam Pondok Duta?

2. Bagaimanakah pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA di SD Islam Pondok Duta?

3. Bagaimanakah peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui metode demonstrasi pembelajaran di SD Islam Pondok Duta?


(14)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

D. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan yang dapat penulis rumuskan adalah sebagi berikut:

“ Terdapat peningkatan motivasi belajar IPA dengan menggunakan metode Demonstrasi pada siswa kelas III SD Islam Pondok Duta”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian di atas adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran mengenai perencanaan pembelajaran IPA melalui pendekatan demonstrasi.

2. Untuk memperoleh gambaran mengenai aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan demonstrasi .

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA setelah diterapkan pendekatan demonstrasi.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu : 1. Bagi Guru

a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat memberikan pengalaman baru bagi guru, serta dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya IPA .

b. Dapat mendesain sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan dalam mata pembelajaran lain.


(15)

c. Dapat dijadikan media motivasi untuk dapat dilaksanakan di sekolah di tempat bekerja yaitu di SD Islam Pondok Duta, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Bagi Siswa

a. Penelitian ini dapat memberikan kesan bahwa belajar IPA itu mudah dan menyenangkan serta dapat memberikan wawasan materi pembelajaran.

b. Dengan penelitian ini, siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran sehingga mengurangi kebosanan dalam belajar. c. Kemampuan awal siswa dapat digali secara optimal agar siswa

belajar lebih mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka akan mengkaitkan dengan pelajaran baru melalui penelitian ini. 3. Bagi Sekolah

a. Dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah .

b. Menciptakan SDM guru yang professional. G. Definisi Operasional

Untuk memperjelas permasalahan yang digunakan dalam penulisan judul, maka secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Motivasi Belajar

Menurut Mc.Donald (dalam Sardiman 2010:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap


(16)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

adanya tujuan. Apabila siswa, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, maka siswa tersebut tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Singkatnya, siswa itu perlu diberikan motivasi. Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi yang tinggi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Semakin tinggi motivasi yang dimilki siswa, maka makin tinggi pula prestasi hasil belajar yang diperoleh.

Oleh karena itu ada beberapa aspek yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk mencapai pencapaian prestasi belajar. (Namece8081.2008.Tersedia:worldpress.com/category/pendidikan/mo tivasi-belajar). Aspek-aspek motivasi belajar itu berupa:

a. Perhatian terhadap materi pelajaran. b. Kepuasan, ketekunan, keuletan.

c. Keinginan membantu teman, kelompok belajar.

d. Kemauan bertanya terhadap materi yang belum dikuasai. e. Keinginan menyelesaikan tugas dan masalah

Dari kelima aspek tersebut, keseluruhannya merupakan bagian yang sangat penting dalam menentukan motivasi siswa. Aspek tersebut dapat mengukur sejauh mana proses belajar dapat diikuti siswa dengan penuh semangat pada setiap proses pembelajaran.


(17)

Sehingga hasil belajar akan optimal jika didukung dengan motivasi yang tinggi yang berasal dari siswa itu sendiri.

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan ( Asep H. Herniawan, 2007: 96 ).

Dengan penggunaan metode demonstrasi ini, sangatlah menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas. Sehingga penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Selain itu, ingatan mereka tentang materi pelajaran juga akan membekas dan melekat lebih lama. Kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi dengan melalui pengamatan dan benda konkrit. Metode ini juga merangsang siswa untuk aktif mengamati, dan dapat mencoba melakukannya sendiri. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid,

Metode ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa. Sehingga, siswa memperoleh persepsi yang jelas dari hasil pengamatannya (JJ. Hasibuan&Mudjiono, 1995:30).


(18)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

Jadi, dengan menggunakan metode demonstrasi, kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat proses pembelajaran dapat dikurangi bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru. Oleh karena itu, tepatlah kiranya apabila metode ini digunakan untuk mempertunjukkan atau meragakan suatu proses atau benda agar anak dapat memahami materi pelajaran dengan baik.


(19)

Enita Sugiharti, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Alur Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Kemmis dan Mc.Taggart ( Kunandar, 2010 : 46 ), Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu bentuk self inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi di mana praktik itu dilakukan.

Sedangkan menurut Hopkin ( Kunandar, 2010 : 46 ) pengertian Penilitian Tindakan Kelas adalah :

“ a form of self-reflective inquiry undertaken in a social ( including education ) situation in order to improve to rationality and justice of : (a) their own social or educational practice; (b) their understanding of these practice; and (c) the situation in which practices and carried out “.

Penelitian tindakan yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam situasi kependidikan untuk rasionalitas dan keadilan tentang (a) praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik- praktik tersebut, dan (c) situasi dimana praktik – praktik tersebut dilaksanakan.


(20)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan menurut McNiff ( Kusuma, 2010 :8 ) memandang hakikat PTK adalah sebagai reflektif yang dilakukan guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar. PTK merupakan penelitian tentang , untuk, dan oleh mayarakat/kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaboratif antara peneliti dan kelompok sasaran.

Adapun alasan penggunaan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: (1) merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar trial and error; (2) menggarap masalah faktual yang dihadapi guru dan permasalahannya dalam pembelajaran; (3) tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yaitu mengajar; (4) mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru; (5) dilaksanakan dengan tujuan perbaikan; (6) manfaat jelas dan langsung (Kusnandar, 2010:51)

Selain itu, tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini diantaranya: membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran, meningkatkan profesionalisme guru, meningkatkan rasa percaya diri guru dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.


(21)

Enita Sugiharti, 2013

2. Model PTK yang Dikembangkan

Metode penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dirancang untuk dapat menyelesaikan satu materi pokok yang akan dilaksanakan secara berlanjut dengan berlanjut dengan menggunakan dua siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Perubahan yang diinginkan akan tergambar pada pertanyaan pada pertanyaan penelitiannya. Untuk dapat melihat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sebagai observasi awal dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Menurut Kemmis dan MC.Taggart (dalam Sudarsono, 1997:16) tahap penelitian tindakan kelas terdiri atas ( 1 ) perencanaan atau planning, ( 2 ) pelaksanaan tindakan (action), ( 3 ) observasi (observation) dan ( 4 ) refleksi (reflection) dalam setiap siklus dengan acuan pada refleksi awal. Tindakan atau siklus penelitian tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut ini :


(22)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar : 3.1

Model PTK Kemmis dan Mc. Taggart

B. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Subjek Penelitian

Yang akan menjadi subjek dalam penelitian adalah siswa kelas III SD Islam Pondok Duta dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Perencanaan

Pengamatan

Perencanaan

Hasil Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi


(23)

Enita Sugiharti, 2013

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SD Islam Pondok Duta yang berlokasi di Jalan Duta Plaza No. 1 Cimanggis – Depok..

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai arti alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu atau saran penelitian. Instrumen penelitian berkaitan dengan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes

Tes adalah alat yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur suatu dalam suasana atau cara tertentu. Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa.

a. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Digunakan untuk mengetahui perkembangan prestasi belajar siswa dan keaktifan siswa dalam kelompok.

b. Lembar Soal

Lembar soal yang digunakan adalah bentuk pilihan ganda. Digunakan sebagai alat ukur hubungan materi pembelajaran yang telah diberikan dengan prestasi belajar siswa.


(24)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Non tes

a. Angket atau Kuisioner

Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam penelitian ini bentuk angket atau kuisioner yang dipakai adalah bentuk check list, rating-scale (skala bertingkat) untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah alat atau pedoman yang diisi oleh observator yang melakukan observasi. Dalam penelitian ini, lembar observasi digunakan untuk mengamati keaktifan guru dan siswa dalam pembelajaran.

D. Pengolahan dan Analisis Data 1. Data Hasil Observasi

Data dari hasil observasi dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menganalisis data dan mendeskripsikan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dalam meningkatan motivasi belajar IPA.

b. Menganalisis data dan mendeskripsikan langkah-langkah guru dalam menerapkan metode demonstrasi dalam meningkatan motivasi belajar siswa.


(25)

Enita Sugiharti, 2013

2. Motivasi Belajar Siswa

Data tentang motivasi belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatan motivasi dalam bentuk kuisioner dianalisis secara deskriftif kualitatif dengan menggunakan skala 1-5, antara lain: 5 = Sangat Setuju (SS), 4 = Setuju (S), 3 = Ragu-ragu (RR), 2 = Kurang Setuju (KS), 1 = Tidak Setuju (TS). Menurut Acep Yoni (2010: 176-177), selanjutnya kriteria motivasi belajar siswa ditentukan berdasarkan pedoman skor ideal (kriterium) untuk seluruh item.

Hasil data observasi ini dianalisis dengan pedoman sebagai berikut: Tabel 3.1: Kualifikasi Prosentase Motivasi Siswa

PROSENTASE KRITERIA

75% - 100% Sangat tinggi

50 % - 74,99 % Tinggi

25 % - 49,99 % Sedang

0 % - 24,99 % Rendah

Cara menghitung prosentase motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

Tingkat motivasi yang diperoleh = 100%

SkorIdeal JumlahSkor


(26)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Hasil Belajar

Setelah memperoleh data tes, maka data tersebut dianalisis secara deskripsi kuantitatif dengan mencari ketuntasan belajar siswa digunakan kriteria sebagai berikut:

a. Ketuntasan Individu

Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 75 dipilih karena sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA siswa SD Islam Pondok Duta. b. Ketuntasan Klasikal

Dalam tes hasil belajar dalam proses pembelajaran dianalisis dengan menggunakan analisis ketuntasan hasil belajar secara klasikal minimal 85% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas dengan rumus ketuntasan belajar klasikal adalah:

Keterangan:

KK : Ketuntasan klasikal

X : Jumlah siswa yang memperoleh nilai  70 Z : Jumlah siswa

Ketuntasan belajar klasikal tercapai jika  85% siswa memperoleh skor minimal 75 yang akan dilihat pada hasil evaluasi tiap-tiap siklus.

Z X


(27)

Enita Sugiharti, 2013

Kriteria yang menjadi panduan untuk menguji keberhasilan belajar siswa menggunakan pedoman criteria penguasaan dari Hernawan (2007:27), yaitu:

Tabel 3.2 Pedoman Krtiteria Penguasaan

Proporsi Prosentase Kriteria Penguasaan

90-100% Baik sekali

80-89% Baik

70-79% Cukup


(28)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI


(29)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat benda di kelas III melalui penggunaan metode demonstrasi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi sangat baik dilaksanakan dalam pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPA pada materi sifat benda. Hal ini terbukti efektif dalam menanamkan pemahaman konsep, karena anak langsung melihat benda yang konkret dan menghindari kesalahan verbal yang biasa terjadi pada proses pembelajaran karena guru menjelaskan materi pelajaran dengan ceramah. Perencanaan harus dibuat terlebih dahulu, yaitu dengan membuat RPP, LKS, angket motivasi siswa, lembar observasi bagi siswa dan guru serta lembar evaluasi untuk akhir pembelajaran. Tahap pelaksanaan metode demonstrasi yaitu : Tahap pertama : persiapan demonstrasi, yaitu guru menyiapkan benda-benda yang akan digunakan pada saat demonstrasi. Tahap kedua : pelaksanaan demonstrasi, guru melaksanakan demonstrasi dan siswa mengerjakan LKS serta membahas hasil demonstrasi dan tahap ketiga yaitu mengakhiri demonstrasi, siswa membuat kesimpulan dari hasil demonstrasi.


(30)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

2. Hasil motivasi belajar siswa dilakukan analisis untuk motivasi melalui angket (Check List) yang diberikan kepada masing-masing siswa. Pada siklus I ini tergolong bahwa aspek perhatian dengan kriteria tingkat motivasi tinggi (67,6%), aspek ketekunan dengan kriteria tingkat motivasi tinggi (59,2%), aspek keinginan membantu teman dengan kriteria tingkat motivasi sedang (49,2%), aspek keinginan menyelesaikan tugas dengan kriteria tingkat motivasi sedang (48%) dan aspek kemauan bertanya dengan kriteria tingkat motivasi tinggi (58%). Sedangkan pada siklus II hasil angket untuk aspek motivasi siswa ini meningkat, yaitu : didapatkan bahwa aspek perhatian dengan kriteria tingkat motivasi sangat tinggi (77,2%), aspek ketekunan dengan kriteria tingkat motivasi sangat tinggi (78,4%), aspek keinginan membantu teman dengan kriteria tingkat motivasi sangat tinggi (72,4%), aspek keinginan menyelesaikan tugas dengan kriteria tingkat motivasi tinggi (75,6%) dan aspek kemauan bertanyadengan kriteria tingkat motivasi sangat tinggi (80,8%).

3. Hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat benda pada siklus I menggunakan metode demonstrasi menunjukkan masih adanya kekurangan. Nilai siswa pada pengamatan pertama yang tuntas atau yang mendapatkan nilai diatas KKM terdiri dari 17 siswa dan yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 8 siswa. Berdasarkan data tersebut ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh masuk dalam kriteria penguasaan cukup (68%). Ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal


(31)

belum tercapai karena masih dibawah 85%. Sedangkan pada tindakan siklus kedua nilai evaluasi sudah mencapai KKM (75). Nilai siswa pada siklus kedua ini yang tuntas atau yang mendapatkan nilai diatas KKM terdiri dari 20 siswa dan yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 5 siswa. Berdasarkan data tersebut ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh masuk dalam kriteria penguasaan baik (80%).

B. Rekomendasi

Dalam upaya meningkatkan dan menyempurnakan pebelajaran IPA di SD, berikut dikemukakan beberapa rekomendasi:

1. Bagi Guru SD

a. Penggunaan metode demonstrasi dapat dijadikan metode pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar, karena siswa tidak hanya mendengarkan ceramah yang biasa dilakukan guru, tetapi dengan nyata melihat benda-benda yang memang sangat perlu untuk didemonstrasikan.

b. Sebelum menggunakan metode demonstrasi, sebaiknya guru mengkaji tentang pendekatan lebih mendalam, agar tahap-tahap dalam metode demonstrasi dapat tersampaikan dan dipahami oleh siswa dengan baik. Dalam merencanakan pembelajaran harus dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, yaitu dengan membuat RPP, LKS, angket motivasi siswa, lembar observasi bagi siswa dan guru serta lembar evaluasi untuk akhir pembelajaran


(32)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

2. Bagi Kepala Sekolah

a. Hasil penelitian ini semoga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui hasil belajar dan tingkat motivasi siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

b. Hasil penilitian ini juga diharapkan dapat ditiru dan dilaksanakan oleh guru-guru yang lain dalam penggunaan metode pembelajaran di kelas.

c. Sebagai penilaian diri untuk kemajuan siswa, guru dan sekolah, sehingga guru dituntut juga untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan masalah, metode dan siswa di kelas masing-masing. 3. Bagi Pengawas SD

a. Dengan adanya hasil penelitian ini semoga dapat memacu pengawas SD untuk membimbing sekolah-sekolah yang menjadi binaannya agar dapat memulai melakukan penelitian sebagai ciri guru yang professional, sehingga pembelajaran yang konvensional sedikit demi sedikit dapat berkurang.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati & Moedjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Ekawarna. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Gaung Persada Press. Jakarta.

Hamalik, Oemar, 2010. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hasibuan, J.J. 1995. Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya

Offset. Bandung.

Hernawan, H. Asep, dkk. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Upi Press. Bandung.

M. Sukardjo, Ukim Komaruddin. 2007. Landasan Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Kunandar, 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. PT. Rajawali Press. Jakarta.

Kusuma , Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT. Indeks. Jakarta.

Mulyasa, E. 2008. KTSP. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Namce 8081. 2008. Motivasi Belajar. Tersedia:

wordpress.com/category/pendidikan/motivasi belajar.

Tim Penyusun UPI, 2010. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.


(34)

Enita Sugiharti, 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

Sardiman, 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Yoni, Acep, S.S.dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas.Familia. Sleman Yogyakarta.

Yousnelly, Puty, dkk. 2010. IPA SD Kelas III. Jakarta. Yudhistira.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat benda di kelas III melalui penggunaan metode demonstrasi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi sangat baik dilaksanakan dalam pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPA pada materi sifat benda. Hal ini terbukti efektif dalam menanamkan pemahaman konsep, karena anak langsung melihat benda yang konkret dan menghindari kesalahan verbal yang biasa terjadi pada proses pembelajaran karena guru menjelaskan materi pelajaran dengan ceramah. Perencanaan harus dibuat terlebih dahulu, yaitu dengan membuat RPP, LKS, angket motivasi siswa, lembar observasi bagi siswa dan guru serta lembar evaluasi untuk akhir pembelajaran. Tahap pelaksanaan metode demonstrasi yaitu : Tahap pertama : persiapan demonstrasi, yaitu guru menyiapkan benda-benda yang akan digunakan pada saat demonstrasi. Tahap kedua : pelaksanaan demonstrasi, guru melaksanakan demonstrasi dan siswa mengerjakan LKS serta membahas hasil demonstrasi dan tahap ketiga yaitu mengakhiri demonstrasi, siswa membuat kesimpulan dari hasil demonstrasi.


(2)

2. Hasil motivasi belajar siswa dilakukan analisis untuk motivasi melalui angket (Check List) yang diberikan kepada masing-masing siswa. Pada siklus I ini tergolong bahwa aspek perhatian dengan kriteria tingkat motivasi tinggi (67,6%), aspek ketekunan dengan kriteria tingkat motivasi tinggi (59,2%), aspek keinginan membantu teman dengan kriteria tingkat motivasi sedang (49,2%), aspek keinginan

menyelesaikan tugas dengan kriteria tingkat motivasi sedang (48%) dan

aspek kemauan bertanya dengan kriteria tingkat motivasi tinggi (58%).

Sedangkan pada siklus II hasil angket untuk aspek motivasi siswa ini meningkat, yaitu : didapatkan bahwa aspek perhatian dengan kriteria tingkat motivasi sangat tinggi (77,2%), aspek ketekunan dengan kriteria tingkat motivasi sangat tinggi (78,4%), aspek keinginan membantu teman dengan kriteria tingkat motivasi sangat tinggi (72,4%), aspek

keinginan menyelesaikan tugas dengan kriteria tingkat motivasi tinggi

(75,6%) dan aspek kemauan bertanyadengan kriteria tingkat motivasi sangat tinggi (80,8%).

3. Hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat benda pada siklus I menggunakan metode demonstrasi menunjukkan masih adanya kekurangan. Nilai siswa pada pengamatan pertama yang tuntas atau yang mendapatkan nilai diatas KKM terdiri dari 17 siswa dan yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 8 siswa. Berdasarkan data tersebut ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh masuk dalam kriteria penguasaan cukup (68%). Ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal


(3)

belum tercapai karena masih dibawah 85%. Sedangkan pada tindakan siklus kedua nilai evaluasi sudah mencapai KKM (75). Nilai siswa pada siklus kedua ini yang tuntas atau yang mendapatkan nilai diatas KKM terdiri dari 20 siswa dan yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 5 siswa. Berdasarkan data tersebut ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh masuk dalam kriteria penguasaan baik (80%).

B. Rekomendasi

Dalam upaya meningkatkan dan menyempurnakan pebelajaran IPA di SD, berikut dikemukakan beberapa rekomendasi:

1. Bagi Guru SD

a. Penggunaan metode demonstrasi dapat dijadikan metode pembelajaran alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar, karena siswa tidak hanya mendengarkan ceramah yang biasa dilakukan guru, tetapi dengan nyata melihat benda-benda yang memang sangat perlu untuk didemonstrasikan.

b. Sebelum menggunakan metode demonstrasi, sebaiknya guru mengkaji tentang pendekatan lebih mendalam, agar tahap-tahap dalam metode demonstrasi dapat tersampaikan dan dipahami oleh siswa dengan baik. Dalam merencanakan pembelajaran harus dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, yaitu dengan membuat RPP, LKS, angket motivasi siswa, lembar observasi bagi siswa dan guru serta lembar evaluasi untuk akhir pembelajaran


(4)

2. Bagi Kepala Sekolah

a. Hasil penelitian ini semoga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui hasil belajar dan tingkat motivasi siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

b. Hasil penilitian ini juga diharapkan dapat ditiru dan dilaksanakan oleh guru-guru yang lain dalam penggunaan metode pembelajaran di kelas.

c. Sebagai penilaian diri untuk kemajuan siswa, guru dan sekolah, sehingga guru dituntut juga untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan masalah, metode dan siswa di kelas masing-masing. 3. Bagi Pengawas SD

a. Dengan adanya hasil penelitian ini semoga dapat memacu pengawas SD untuk membimbing sekolah-sekolah yang menjadi binaannya agar dapat memulai melakukan penelitian sebagai ciri guru yang professional, sehingga pembelajaran yang konvensional sedikit demi sedikit dapat berkurang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati & Moedjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Ekawarna. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Gaung Persada Press. Jakarta.

Hamalik, Oemar, 2010. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hasibuan, J.J. 1995. Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya

Offset. Bandung.

Hernawan, H. Asep, dkk. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Upi Press. Bandung.

M. Sukardjo, Ukim Komaruddin. 2007. Landasan Pendidikan, Konsep

dan Aplikasinya. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Kunandar, 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. PT. Rajawali Press. Jakarta.

Kusuma , Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian

Tindakan Kelas. PT. Indeks. Jakarta.

Mulyasa, E. 2008. KTSP. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Namce 8081. 2008. Motivasi Belajar. Tersedia:

wordpress.com/category/pendidikan/motivasi belajar.

Tim Penyusun UPI, 2010. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

Sardiman, 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Yoni, Acep, S.S.dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas.Familia. Sleman Yogyakarta.

Yousnelly, Puty, dkk. 2010. IPA SD Kelas III. Jakarta. Yudhistira.