Efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI hubungan dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI i Ciputat Tengerang Selatan

(1)

EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI PADA

PEMBELAJARAN PAI HUBUNGANNYA DENGAN

MOTIVASI BELAJAR SISWA

DI SMP PGRI 1 CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Skripsi:

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Istiharoh

107011003515

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI PADA

PEMBELAJARAN PAI HUBUNGANNYA DENGAN

MOTIVASI BELAJAR SISWA

DI SMP PGRI 1 CIPUTAT TABGERANG SELATAN

Skripsi:

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

ISTIHAROH NIM: 107011003515

Dibawah Bimbingan:

Dr. Muhammad Dahlan, S.Ag., M.Hum. NIP. 150294450

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

Skripsi berjudul “Efektivitas Metode Demonstrasi pada Pembelajaran PAI

Hubungannya dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat

Tangerang Selatan”, disusun oleh ISTIHAROH, Nomor Induk Mahasiswa

107011003515,Jurusan Pendidikan Agama Islam, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada 16 Maret 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 16 Maret 2011

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Bahrissalim, M.Ag. ………. ………

NIP. 19680307 199803 1 002

Sekretaris Panitia (Sekretaris Jurusan)

Drs. Sapiudin Shiddiq, M.Ag. ………. ………

NIP. 19670308 200003 1 001

Penguji I

Bahrissalim, M.Ag. ……….. ………

NIP. 19680307 199803 1 002

Penguji II

Ahmad Irfan Mufid, MA. ……….. ………

NIP. 19740318 2003112 1 002

Mengetahui: Dekan,


(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Istiharoh

Tempat/ Tgl. Lahir : Tangerang, 26 Juni 1988

NIM : 107011003515

Judul Skripsi : Efektivitas Metode Demonstrasi pada Pembelajaran PAI Hubungannya dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat.

Pembimbing : Dr. Muhammad Dahlan, S.Ag., M.Hum.

NIP : 150294450

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Starata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Maret 2011 Mahasiswa Ybs.


(5)

ABSTRAK

ISTIHAROH, 2011. “EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN PAI HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP PGRI 1 CIPUTAT TANGERANG SELATAN”.

Dibawah bimbingan Muhammad Dahlan.

Kata kunci:penggunaan metode demonstrasi dengan motivasi belajar siswa. Fokus studi ini adalah penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI hubungannya dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan. Studi ini bermaksud mendeskripsikan secara rinci bagaimana penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran PAI hubungannya dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan dengan menggunakan populasi terjangkau, yaitu dengan mengambil responden seluruh kelas IX pada semester ganjil yang berjumlah 335 siswa.

Metode demonstrasi pada pembelajaran PAI hubungannya dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat bukan merupakan satu metode yang harus digunakan dalam proses pembelajaran, karena motivasi siswa tidak hanya dapat ditingkatkan melalui metode demonstrasi saja melainkan dengan metode yang lain, seperti metode diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, sosio drama dan lain sebagainya.

Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan. Jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi deskriptif korelatif melalui acak sederhana. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data yang bersifat kuantitatif, yaitu dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada siswa yang berupa angket. Populasi penelitian adalah siswa-siswi SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan dengan jumlah 335 siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan rumus

Product Moment, peneliti memperoleh hasil “

r

hit” sebesar 0,397 dan dibulatkan menjadi 0,40 dengan df = 45 pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,288 dan pada taraf signifikansi 1% diperoleh “

r

tab” sebesar 0,372. Hal itu menunjukkan bahwa

r

hit >

r

tab,yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa terdapat korelasi positif yang lemah atau rendah antara efektifitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI dengan motivasi belajar siswa.


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Pertama-tama puja beserta puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Ghafur, yang telah memberikan nikmat iman, Islam dan ihsan serta kesehatan jasmani maupun rohani sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sampai tuntas. Shalawat beserta salam semoga selalu dilimpah curahkan kepada Nabi akhir zaman yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang, beliau adalah Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan banyak halangan dan hambatan dalam penyelesaiannya, namun dengan pertolongan Allah SWT dan usaha yang gigih serta pemberian motivasi yang tiada henti-hentinya dari orang terdekat akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan segala ketulusan hati serta rasa syukur yang tiada henti, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku dosen Seminar Proposal Skripsi yang telah membimbing penulis dalam penulisan proposal Skripsi.

2. Bapak Dr. Muhammad Dahlan, S.Ag., M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Kepala dan sekretaris jurusan PAI beserta staf-stafnya yang telah banyak membantu.

4. Ibu Dra. Nur’aini Ahmad, M.Hum. selaku dosen penasehat akademik yang

telah bersedia untuk memberikan nasehat-nasehatnya kepada penulis mengenai perkuliahan.

5. Bapak Bahrissalim, M.Ag. dan Bapak Ahmad Irfan Mufid, MA. selaku dosen penguji skripsi (Ujian Munaqasah) yang telah memberikan masukan


(7)

serta nasihat-nasihnya kepada penulis untuk lebih memperbaiki penulisan skripsi ini.

6. Bapak M. Syarifuddin, S.Pd.I, salah seorang guru PAI di SMP PGRI 1 Ciputat yang telah meluangkan waktunya ketika penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut, terima kasih atas bantuannya selama ini. 7. Bapak dan ibu penulis, H. Miming Ismail, Hj. Nurjannah serta ummi

Ayumi yang selalu memberikan motivasi baik berupa materi maupun immateri, selalu memberikan apa saja yang penulis inginkan, memberikan doa serta nasihat-nasihat yang selalu penulis harapkan dan memberikan kasih sayang yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

8. Kakak-kakak penulis yang penulis sayangi; kak Hadili, teh Eli, teh Yayah, teh Sri serta teh Yanti, yang selalu menjadi inspirasi bagi penulis untuk menjalani hidup ke depan serta penulis akan terus belajar dari pengalaman-pengalaman mereka yang telah mereka alami.

9. Teman-teman penulis yang selalu mencurahkan semangatnya untuk penulis agar cepat menyelesaikan skripsi ini, sehingga dapat penulis jadikan sebagai motivasi untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini; kak Ina Sakinah, Ade Farhatul Ummah, Tuti Aliyah, Tsuroyya Jamilah, Evinka, Fardilla Putri serta Safinah dan untuk seseorang

berinisial “IN”.

Jakarta, 12 Februari 2011 Penulis

ISTIHAROH NIM. 107011003515


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORI 1. Efektivitas Metode Demonstrasi ... 7

a. Pengertian Efektivitas ... 7

b. Pengertian Metode ... 7

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pembuatan Metode Pendidikan Islam ... 8

d. Pengertian Metode Demonstrasi ... 8

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi.. 9

f. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi ... 10

g. Indikator yang Diharapkan Dapat Dicapai Oleh Siswa dalam Pembelajaran Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi ... 11


(9)

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 12

a. Pengertian Belajar dan Mengajar ... 12

b. Pendidikan Agama Islam ... 16

1) Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 16

2) Dasar-dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam... 18

3. Motivasi Belajar ... 27

a. Pengertian Motivasi ... 27

b. Macam-macam Motivasi... 28

c. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 29

B. KERANGKA BERFIKIR ... 31

C. PENGAJUAN HIPOTESIS ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Metode Penelitian... 33

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Variabel Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data... 41

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan ... 47

1. Profil Sekolah... 47

2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah... 48

3. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan... 51

4. Sarana dan Prasarana... 55

5. Pembelajaran PAI dan Pengguanaan Metode Demonstrasi di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan... 60


(10)

B. Deskripsi Data... 61

C. Pengolahan Data... 61

D. Korelasi Data... 78

E. Interpretasi Data ... 85

F. Keterbatasan Penelitian... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data siswa kelas IX SMP PGRI 1 Ciputat yang akan diteliti .. 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrument tentang efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI (variabel X) ... 39

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrument tentang motivasi belajar siswa (variabel Y)... 40

Tabel 3.4 Skor penelitian tentang efektivitas metode demonstrasi hubungannya dengan motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI ... 43

Tabel 3.5 Indeks korelasiProduct Moment... 44

Tabel 4.1 Identitas SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan... 47

Tabel 4.2 Keadaan siswa tahun ajaran 2003-2010 ... 51

Tabel 4.3 Data Kepala Sekolah SMP PGRI 1 Ciputat ... 52

Tabel 4.4 Kualifikasi pendidikan, status, jenis kelamin dan jumlah ... 52

Tabel 4.5 Jumlah guru dan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan (keahlian) ... 53

Tabel 4.6 Pengembangan kompetensi profesionalisme guru ... 54

Tabel 4.7 Tenaga kependidikan atau tenaga pendukung... 54

Tabel 4.8 Keadaan ruang kelas... 55

Tabel 4.9 Data ruang lain ... 55

Tabel 4.10 Data ruang kantor ... 56

Tabel 4.11 Data ruang penunjang... 56

Tabel 4.12 Lapangan olah raga... 57

Tabel 4.13 Perabotan ruang kelas pembelajaran ... 57

Tabel 4.14 Perabotan ruang belajar lainnya ... 57

Tabel 4.15 Perabotan ruang kantor... 58

Tabel 4.16 Perabotan ruang penunjang ... 59

Tabel 4.17 Koleksi buku perpustakaan... 59

Tabel 4.18 Data jawaban responden no. 1 variabel X ... 62

Tabel 4.19 Data jawaban responden no. 2 variabel X ... 62

Tabel 4.20 Data jawaban responden no. 3 variabel X ... 63


(12)

Tabel 4.22 Data jawaban responden no. 5 variabel X ... 64

Tabel 4.23 Data jawaban responden no. 6 variabel X ... 64

Tabel 4.24 Data jawaban responden no. 7 variabel X ... 65

Tabel 4.25 Data jawaban responden no. 8 variabel X ... 65

Tabel 4.26 Data jawaban responden no. 9 variabel X ... 66

Tabel 4.27 Data jawaban responden no. 10 variabel X ... 67

Tabel 4.28 Data jawaban responden no. 11 variabel X ... 67

Tabel 4.29 Data jawaban responden no. 12 variabel X ... 68

Tabel 4.30 Data jawaban responden no. 13 variabel X ... 68

Tabel 4.31 Data jawaban responden no. 14 variabel X ... 69

Tabel 4.32 Data jawaban responden no. 15 variabel X ... 69

Tabel 4.33 Data jawaban responden no. 16 variabel Y ... 70

Tabel 4.34 Data jawaban responden no. 17 variabel Y ... 71

Tabel 4.35 Data jawaban responden no. 18 variabel Y ... 71

Tabel 4.36 Data jawaban responden no. 19 variabel Y ... 72

Tabel 4.37 Data jawaban responden no. 20 variabel Y ... 72

Tabel 4.38 Data jawaban responden no. 21 variabel Y ... 73

Tabel 4.39 Data jawaban responden no. 22 variabel Y ... 73

Tabel 4.40 Data jawaban responden no. 23 variabel Y ... 74

Tabel 4.41 Data jawaban responden no. 24 variabel Y ... 74

Tabel 4.42 Data jawaban responden no. 25 variabel Y ... 75

Tabel 4.43 Data jawaban responden no. 26 variabel Y ... 76

Tabel 4.44 Data jawaban responden no. 27 variabel Y ... 76

Tabel 4.45 Data jawaban responden no. 28 variabel Y ... 77

Tabel 4.46 Data jawaban responden no. 29 variabel Y ... 77

Tabel 4.47 Data jawaban responden no. 30 variabel Y ... 78

Tabel 4.48 Tabulasi skor angket tentang efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI (variabel X) ... 78

Tabel 4.49 Tabulasi skor angket tentang motivasi belajar siswa (variabel Y)... 80

Tabel 4.50 Tabulasi koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y ... 82


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang amat dibutuhkan oleh manusia di dalam menjalankan kehidupannya. Pendidikan merupakan suatu upaya agar manusia dapat mengetahui dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Baik dan buruknya seseorang, maju dan tidaknya suatu bangsa juga amat ditentukan oleh pendidikan. Di Indonesia semua orang berhak untuk mengenyam pendidikan, hal tersebut terlihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.1

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilandasi dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab dalam rangka membina dan membentuk suatu kepribadian(personality), kecerdasan dan keterampilan anak didik, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Muhibbin Syah dalam bukuPsikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui pengajaran.2

1

Undang-Undang Sistem Pendidikan Naional No.20 tahun 2003, hlm. 14. 2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), cet 1, hlm. 1.


(14)

Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 2 Penidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, berdirilah lembaga-lembaga pendidikan. Jalur pendidikan terbagi kepada jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah secara formal seperti SD, SMP, dan seterusnya. Jalur pendidikan luar sekolah yaitu non-formal dan innon-formal seperti pendidikan di rumah (keluarga), kursus dan lain-lain.

Jenis pendidikan sekolah terbagi kepada pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, khusus, akademik serta pendidikan profesi dan vokasi. Pendidikan kegamaan menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 30 ayat 2. berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli agama.4

Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa yang diharapkan dari pendidikan keagamaan adalah agar peseta didik dapat mengetahui, menguasai pengetahuan keagamaan serta dapat menjalankan perintah agamanya. Jadi tidak hanya sekedar mengetahui saja akan tetapi diharapkan agar menguasainya dengan benar serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan keagamaan yang dibicarakan dalam pembahasan ini adalah pendidikan Islam. Untuk itu diperlukan pemahaman terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan Islam merupakan

3

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional…hlm. 12. 4


(15)

jalan bagi usaha untuk mengarahkan pertumbuhan anak didik ke arah ajaran Islam melalui pembelajaran agama Islam sebagaimana diungkapkan oleh Prof. H. M. Arifin, M.Ed, bahwa hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian memberi makna (apvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapat kepuasan rohaniah, juga diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia.5

Mengenai keutamaan pendidikan ini, Allah SWT menggambarkan dalam al-Qur’an:























“Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah: 11)6

Mengenai tujuan pendidikan agama Islam menurut Ahmad D. Marimba ada dua macam yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara yaitu tercapainya berbagai kemamapuan seperti kecakapan jasmani, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani dan rohani.7 Sedangkan tujuan akhir pendidikan Islam disebutkan oleh H.M. Arifin bahwa tujuan akhir pendidikan Islam itu terletak

5

M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. 3, hlm. 32. 6

Al-Hakim,Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Asy-Syifa, 1998), hlm. 434. 7

Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT.Al-Maarif, 1980), hlm. 6.


(16)

dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat maupun umat manusia secara keseluruhannya.8

Dalam menyampaikan suatu ilmu dalam pembelajaran kepada peserta didik seorang guru dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan pembelajaran tersebut supaya peserta didik tidak merasa bosan ketika melakukan proses pembelajaran dan diharapkan dengan guru yang kreatif pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Begitu juga dengan pembelajaran PAI, seorang guru keberadaannya sangat berpengaruh dalam pembelajaran tersebut, dari bagaimana metode atau cara yang dilakukan untuk menyampaikan materi pembelajaran tersebut supaya dapat menarik perhatian dan minat peserta didik agar tertuju pada materi yang akan disampaikan.

Salah satu di antara metode-metode pembelajaran adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan ketika seorang guru akan mempraktekkan suatu materi pelajaran yang ia sampaikan. Dengan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru, karena siswa dapat mengetahui pengamalan suatu teori atau materi yang ia pelajari secara langsung.

Selain memberikan metode yang bagus dalam mengajar, seorang guru juga seharusnya memberikan motivasi yang besar dan kuat agar tumbuh minat dalam diri seorang anak untuk dapat membiasakan dirinya dalam mengamalkan pelajaran yang telah diterimanya di sekolah. Karena motivasi merupakan salah satu faktor penentu terhadap keberhasilan seorang anak didik dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan atau yang ingin dicapai dalam sebuah pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan terjadinya kegiatan pembelajaran, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan pembelajaran dan yang memberikan arah kepada kegiatan pembelajaran. Sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai dengan baik. Motivasi

8


(17)

belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, hasil belajar itu akan menjadi optimal jika ada motivasi yang tepat.9

Oleh karena itu, di sini penulis tertarik untuk meneliti masalah dengan

judul “EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI PADA

PEMBELAJARAN PAI HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP PGRI 1 CIPUTAT TANGERANG

SELATAN”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti adalah:

1. Guru kurang mengembangkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran PAI.

2. Suasana belajar yang kurang kondusif.

3. Rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI. 4. Rendahnya prestasi belajar peserta didik.

5. Kurangnya sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Guru kurang mengembangkan metode demonstrasi dalam pembelajaran PAI.

2. Rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI.

9

Sardiman AM,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 10, hlm. 75.


(18)

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimanakah efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan?

2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan?

E.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah antara efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI terdapat hubungan yang signifikan dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan jadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas dan mutu sekolah.

2. Bagi guru, sebagai informasi atau masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dan menambah ilmu yang amat berharga mengenai penggunaan metode mengajar yang lebih efektif dalam pembelajaran PAI. 3. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan sehingga dapat

mengembangkan pikiran dan pemahaman yang berupa gagasan atau pendapat yang nantinya dapat disampaikan melalui penelitian ini.


(19)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Metode Demonstrasi a. Pengertian Efektivitas

Menurut Ensiklopedi Indonesia, efektivitas adalah menunjukkan tahap tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha tersebut mencapai tujuannya.10

b. Pengertian Metode

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Methodos”yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.11

10

Hasan Shadily,Ensiklopedi Indonesia,(Jakarta: Ichtiar Baru Van-Hoeve), jilid ke-2. 11


(20)

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pembuatan Metode Pendidikan Islam

1) Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan, perbedaan individu lainnya.

2) Tujuan yang hendak dicapai.

3) Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas dan situasi lingkungan.

4) Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan.

5) Kemampuan pengajar/guru, mencakup kemampuan fisik maupun keahlian.

6) Sifat bahan pengajaran.12

d. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih kongkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran

ekspositori daninkuiri.13 Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.14 Sedangkan

12

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 10, hlm. 33-34.

13

Wina sanjaya, Strategi pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), cet. 1, hlm. 150.

14


(21)

strategi pembelajaraninkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.15

Manfaat psikologis dari metode demonstrasi yaitu di antaranya perhatian siswa dapat lebih dipusatkan, proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.16

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Adapun kelebihan dan kekuragan metode demonstrasi adalah: 1) Kelebihan metode demonstrasi yaitu:

a) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses dan kerja suatu benda.

b) Memudahkan berbagai jenis penjelasan.

c) Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh kongkret dengan menghadirkan obyek sebenarnya.

2) Kelemahan metode demonstrasi yaitu:

a) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukan.

b) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

c) Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.17

15

Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran…, hlm. 196. 16

http://one.indoskripsi.com/node/2091, 18-04-2008. 17

(http://nilaieka.blogspot.com/2009/04/macam-macam-metode-pembelajaran.html), 25-04-2009


(22)

f. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi

1) Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan: a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses

demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.

b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.

c) Lakuan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.

2) Tahap Pelaksanaan a) Langkah pembukaan

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya adalah:

(1) Aturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan (2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa

(3) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.

b) Langkah pelaksanaan demonstrasi

(1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi (2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari

suasana yang menegangkan

(3) Yakinkah bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa


(23)

(4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

c) Langkah mengakhiri demonstrsai

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.18

g. Indikator yang Diharapkan Dapat Dicapai Oleh Siswa dalam Pembelajaran Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi

1. Aspek Pengetahuan

Dengan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran siswa mampu memahami materi pelajaran dengan maksimal, karena dalam pengguanaan metode demonstrasi siswa tidak hanya mengetahui teorinya saja, akan tetapi siswa juga mengetahui praktiknya atau pengamalam materi tersebut.

Selain itu, dengan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran siswa juga mampu membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran suatu materi pelajaran tersebut.19

2. Aspek Sikap

Dengan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran, diharapkan siswa mampu menerapkan atau mengamalkan ilmu yang ia

18

Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran…hlm. 151-152. 19


(24)

peroleh dalam kehidupannya sehari-hari sebagai hasil dari pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.

3. Aspek Keterampilan

Dengan penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran, diharapkan siswa mampu membuat suatu keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupannya maupun kehidupan di sekitarnya.

2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. Pengertian belajar dan Mengajar

1) Belajar

Belajar adalah proses perubahan berkat pengalaman dan latihan, baik yang menyangkut pengetahuan keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

Belajar menurut Roestiyah, NK di dalam bukunya Masalah-Masalah Ilmu Keguruan adalah “Perubahan-perubahan diri seseorang dan belajar pada hakekatnya adalah mendapatkan hal-hal yang baru”.20

Pengertian belajar menurut Oemar Hamalik di dalam bukunya

Media Pendidikan yaitu:

a) Belajar menurut pandangan tradisional, siswa harus mempelajari sejumlah mata pelajaran dengan bahan bacaan menjadi sumber pengetahuan yang utama sehingga dapat ditafsirkan bahwa belajar berarti mempelajari buku bacaan.

b) Belajar menurut pandangan modern adalah proses interaksi individu dengan lingkungan yang dapat membawa perubahan tingkah laku tersebut. Perubahan terjadi merupakan hasil pengalaman dan latihan yang dialami oleh individu tersebut.21

20

Roestiyah NK,Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1992), hlm. 149.

21


(25)

Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.22

Sedangkan menurut Alisuf Sabri “Belajar adalah proses

perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan akibat tingkah laku itu dapat berupa memperoleh prilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan prilaku yang sudah ada, dapat berupa prilaku yang baik (positif) atau prilaku yang buruk (negatif).23

Dari pendapat para pakar pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan atau dialami oleh individu akibat dari pengalaman yang ia peroleh dari lingkungannya baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.

Ciri-ciri kegiatan yang disebut dengan belajar adalah:

a) Belajar menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri orang yang baik secara aktual maupun potensial.

b) Perubahan itu merupakan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif menetap.

c) Perubahan itu terjadi karena usaha.

22

Slameto,Belajar dan Faktor-faktor Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 2.

23

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm.55.


(26)

2) Mengajar

Adapun megajar pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Mengajar adalah proses memberikan bimbingan bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar.

Mengajar merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu anak didik, mengajar merupakan proses pengaturan yang dilakukan oleh guru.24

Kata pembelajaran dipakai sebagai padanan kata dari “intruction”. Kata intruction tidak sama artinya dengan pengajaran, kata pengajaran terdapat dalam konteks guru dan murid di dalam kelas, sedangkan pembelajaran atauintructionmencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh guru secara fisik. Dalam pembelajaran yang ditekankan adalah proses belajar. Oleh karena itu usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa disebut pembelajaran.25

Kegiatan belajar mengajar adalah yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakan guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar murid yang belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar anak didik adalah sebagai subyek dan sebagai obyek dari kegiatan pengajaran. Inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Pengajaran ialah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif, afektif, psikomotorik.

24

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1991), cet. III, hlm. 29.

25

Arif S. Sadiman,dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), cet. 1, hlm. 7.


(27)

Sebagai suatu sistem tentu saja kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen-komponen. Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarohadalah sebagai berikut:

a) Tujuan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan, suatu cita-cita yang bernilai normatif, tujuan tedapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Tjuan mempunyai jenjang dari luas dan umum sampai kepada yang sempit atau khusus.

b) Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar, tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan.

c) Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam mendidik. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan inti melibatkan semua komponen pengajaran dan akan menentukan sejauhmana tujuan yang ditetapkan akan dicapai.

d) Metode

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode.

e) Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat mempunyai fungsi sebagai perlengkapan, pembantu, mempermudah usaha mencapai tujuan dan alat sebagai tujuan. Alat dapat dibagi menjadi dua macam yaitu alat dan alat bantu pengajaran, yang dimaksud alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sedangkan alat bantu


(28)

pengajaran berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide video dan lain-lain.

Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat audio visual mempunyai sifat sebagai berikut:

1) Kemampuan untuk meningkatkan persepsi. 2) Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.

3) Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar. 4) Kemampuan untuk memberikan penguatan(reinforcement).

5) Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan). f) Sumber Pembelajaran

Sumber-sumber bahan pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Sumber belajar merupakan bahan/ materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.

g) Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan suatu atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi merupakan kegiatan menyimpulkan data seluas-luasnya. Sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebagai akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.

Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk. Evaluasi proses adalah suatu proses yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan.


(29)

Evaluasi produk adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa dan penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran.26

b. Pendidikan Agama Islam

1) Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan agama Islam, penulis akan terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan

education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.27 Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.28

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.29

26

Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm.48.

27

Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kalam Mulia, 2004), cet. 4, hlm. 1. 28

Ahmad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung: PT. Al-Maarif, 1981), cet. 5, hlm. 19.

29

Hasbullah,Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet. 4, hlm. 4.


(30)

Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insane kamil.

Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan agama Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam. Untuk memperoleh gambaran mengenai pendidikan agama Islam, berikut ini beberapa definisi mengenai pendidikan agama Islam.

Menurut Ahmad Marimba, pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.30

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjdikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.31

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.

30

Ahmad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan islam…, hlm. 23. 31

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), cet. 2, hlm. 86.


(31)

2) Dasar-dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a) Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon dasar itu adalah akarnya. Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan berdirinya pohon itu. Demikian fungsi dari bangunan itu.

Fungsinya ialah menjamin sehingga “bangunan” pendidikan itu teguh dalam berdirinya. Agar usaha-usaha yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber keteguhan, suatu sumber keyakinan agar jalan menuju tujuan dapat tegas dan terlihat, tidak mudah disampingkan oleh pengaruh-pengaruh luar. Singkat dan tegas dasar pendidikan agama Islam adalah Firman Tuhan dan sunnah Rasulullah SAW.32 Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi Al-Qur’an dan Haditslah yang menjadi fundamen.

Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu;

(1) Dasar Religius

MenurutZuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam Al-Qur’an maupun al-Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.33

32

Ahmad D. Marimba,Metodik Khusus Islam, (Bandung: PT. Al-Maarif, 1981), cet. 5, hlm. 41.

33

Zuhairini, dkk,Metodik khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang), cet. 8, hlm. 23.


(32)

(2) Dasar Yuridis Formal

Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat djadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, di sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.

(3) Dasar Ideal

Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari falsafah Negara: Pancasila, di mana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama.34

(4) Dasar Konstitusional/ Struktural

Yang dimaksud dengan dasar konstitusional adalah dasar UUD Tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai

berikut; “Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa.

Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan

kepercayaannya”.35

Bunyi dari UUD diatas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka diperlukan adanya pendidikan agama Islam.

34

Zuhairini, dkk,Metodik Khusus Pendidikan Agama…,hlm. 22. 35


(33)

(5) Dasar Operasional

Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia.

Menurut Tap MPR Nomor IV/ MPR/ 1973. Tap MPR Nomor IV/ MPR/ 1978 dan Tap MPR Nomor II/ MPR/ 1983 tentang GBHN, yang pada pokoknya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Universitas Negeri.36

Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hukum serta peraturan perundang-undangan yang ada.

(6) Dasar Psikologis

Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.37

Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk berlindung, memohon dan tempat mereka memohon pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha

36

Zuhairini, dkk,Metodik Khusus Pendidikan Agama…,hlm. 23. 37

Abdul Majid, Dian andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 1, hlm. 133.


(34)

Kuasa. Dari uraian di atas maka jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.

b) Tujuan Pendidikan Agama Islam

Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana peserta didik akan dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis.

Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukkan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (kurikulum PAI: 2002).38

MenurutZakiah Daradjat tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian

38

Abdul Majid, Dian Andayani,PendidikanAgama Islam Berbasis Kompetensi…,hlm. 135.


(35)

seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT.39

Sedangkan Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang Muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.40

Sedangkan Imam al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.41

Adapun Muhammad Athiyah al-Abrasy merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa

fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.42

39

Zakiah Daradjat, dkk,Ilmu Pendidikan Islam…,hlm. 29 40

Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), hlm. 13.

41

Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 71-72. 42

Muhammad Athiyyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Agama islam, Bustami Abdul Ghani dan Djohar Bahry, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987), cet. 5, hlm. 1.


(36)

Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.

Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam ada empat macam, yaitu:

(1) Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti; sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa kepada Allah harus tergambar dalam pribadi seseorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah sesuai dengan tingkah-tingkah tersebut.

(2) Tujuan Akhir

Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola taqwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan , memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.


(37)

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah SWT:



















“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”(Q.S. Ali Imran: 102).

(3) Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus (TIU dan TIK).

(4) Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi TIU dan TIK. Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran.43

Hasil rumusan tentang tujuan pendidikan Islam menurut Kongres Pendidikan Islam se Dunia di tahun 1980, menunjukkan bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita (idealitas) Islam yang mencakup pengembangan kepribadian

43

Nur Uhbiyati,Ilmu Pendidikan Islam,(Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), cet. 2, hlm. 41-44.


(38)

Muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologis dan fisiologis (jasmaniah) manusia yang mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara berkeseimbangan sehingga terbentuklah manusia Muslim yang paripurna yang berjiwa tawakkal (menyerahkan diri) secara total kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah yang menyatakan:













“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan

matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S. Al-An’am:

162).44

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah bimbingan dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imanny, taat beribadah dan berakhlak terpuji. Jadi, tujuan pendidikan agama Islam adalah berkisar kepada pembinaan pribadi Muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Atau lebih jelas lagi, ia berkisar kepada pembinaan warga Negara Muslim yang baik, yang percaya kepada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani.

Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama Islam baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam

44

Nur Uhbiyati,Ilmu Pendidikan Islam,(Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), cet. 1, hlm. 59.


(39)

rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah)

di akhirat kelak.

Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan pengamalan nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi Muslim melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian Islami yangberiman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan.

3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Motif (motive) bersal dari bahasa Latin “movere” yang kemudian menjadi “motion” yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motif merupakan daya dorong, daya gerak, atau penyebab seseorang melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuan tertentu.45

Adapun motivasi yang tercantum dalam kamus besar bahasa Indonesia kontemporer adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang, baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu.46

Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh

Woodworth dan Marquis dalam bukunya Psikologi, yaitu “a motive is a

set predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals” (motif adalah suatu set (kesiapan) yang menjadikan individu cenderung untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu).47

45

Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), cet. 4, hlm. 114.

46

Peter Salim dan Yenny Salim,Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991).

47

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, IAIN FITK (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. 1, hlm. 80


(40)

Menurut Atkinson “Motivation refers to the fctors that energize and direct behavior” (Motivasi mengacu pada faktor-faktor yang menggerakkan danmengarahkan tingkah laku). Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dan menurut Silverstone motif merupakan tahap awal dari proses motivasi.48

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi (Motivation) adalah pemberian atau penumbuhan motif atau hal yang menjadi motif. Tegasnya motivasi adalah motif atau hal yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan terasa sangat mendesak. Motivasi merupkan segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku.

b. Macam-macam Motivasi

Banyak pendapat para ahli tentang klasifikasi motivasi, pembagian itu dibuat berdasarkan sudut pandang bidang yang digelutinya.

Menurut Sartain, motif itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu Physiological Drive (dorongan-dorongan yang bersifat fisik) dan

Social Motives (dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan orang/manusia yang lain).49

Berdasarkan penjelasan di atas, maka motif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh suatu pengetahuan, ingin memperoleh kemampuan dan lain sebagainya.

48

Alisuf Sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), cet. 1, hlm. 129.

49


(41)

Atau dengan kata lain motivasi intrinsik adalah hal atau keadaan yang berasal dar dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik diantaranya adalah: a) Adanya kebutuhan

b) Adanya pengetahuan sebagai kemajuan dirinya c) Adanya cita-cita atau aspirasi.50

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar diri individu atau motivasi ini tidak ada kaitannya dengan tujuan belajar, seperti belajar karena takut kepada guru, atau karena ingin lulus, ingin memperoleh nilai yang tinggi yang semuanya tak berkaitan langsung dengan tujuan belajar yang dilaksanakan.51

Pada dasarnya perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sehari-hari banyak yang didorong oleh motif ekstrinsik, tetapi banyak pula yang didorong oleh motif intrinsik. Kedua motif tersebut sama-sama mendorong dalam perbuatan kita sehari-hari. Seperti halnya dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang optimal, siswa banyak terpengaruh oleh motif-motif yang berasal dari luar dirinya maupun yang berasal dari dalam dirinya, atau mungkuin dapat berpengaruh secara bersamaan sesuai dengan situasi yang terjadi dalam kehidupan siswa tersebut.

Meskipun terdapat motivasi ekstrinsik yang kerap mempengaruhi kondisi dan hasil belajarnya, namun yang paling pertama yang harus dimiliki oleh siswa tersebut adalah motivasi yang berasal dari dalam dirinya (motivasi intrinsik). Dengan motivasi yang

50

Akhyas Azhari,Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama Semarang, 1996), cet. 1, hlm. 75.

51

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan kurikulum Nasional, IAIN FITK…,


(42)

ada dalam dirinya tersebut maka siswa tidak akan goyah dan rapuh jika terdapat gangguan dan hambatan dalam mencapai hasil belajar yang baik, di samping itu dengan motivasi yang kuat siswa akan berusaha sungguh-sungguh dalam belajar untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan.

c. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dan bergairah dalam proses belajar dan dengan motivasi itu kualitas hasil belajar siswa juga kemungkinannya dapat terujud. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut: 1) Pendorong orang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tuuan

2) Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai

3) Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.52

Berdasarkan arti dan fungsi motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga penentu hasil perbuatan. Motivasi akan mendorong untuk bekerja atau melakukan sesuatu perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya akan menentukan pula hasil pekerjaannya.

Menurut Cecco ada empat fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1) Fungsi membangkitkan (Arousal Function), dalam pendidikan arousal diartikan sebagai kesiapan atau perhatian umum siswa yang diusahakan oleh guru untuk mengikutsertakan siswa dalam belajar. Fungsi ini menyangkut tanggung jawab yang terus menerus untuk mengatur

52


(43)

tingkat yang membangkitkan guna menghindarkan siswa dari tidur dan luapan emosional.

2) Fungsi harapan (Expectancy Function) fungsi ini menghendaki agar guru-guru memelihara atau mengubah harapan keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mencapai tujuan intruksional dan menghendaki agar guru menguraikan secara kongkret kepada siswa apa yang harus dilakukan setelah pelajaran berakhir. Disamping itu pula guru harus menghubungkan antara harapan-harapan dengan tujuan siswa yang dekat dan yang jauh seraya mengikutsertakan usaha siswa sepenuhnya dalam belajar.

3) Fungsi insentif (Incentive Function), fungsi ini menghendaki agar guru memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi dengan cara seperti mendorong usaha lebih lanjut dalam mengejar tujuan intruksional. 4) Fungsi disiplin (Disciplinary Function), fungsi ini menghendaki agar

guru mengontrol tingkah laku yang menyimpang dengan menggunakan hukuman dan hadiah.53

Di samping itu motivasi sebagai suatu proses mengantarkan murid kepada pengalaman yang memungkinkan dapat belajar, dan proses motivasi tersebut memiliki beberapa fungsi yaitu pertama, memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga. Ke dua, memusatkan perhatian anak pada tugas tertentu untuk mencapai pembelajaran. Ke tiga, membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka panjang dan jangka pendek.54

53

Abdurrahman Abror,Psikologi Pendidikan…, hlm. 115-116. 54

Ramayulis,Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), cet. 1, hlm. 86-87.


(44)

B. Kerangka Berfikir

Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk membentuk kualitas siswa secara menyeluruh, baik intelektualnya (ilmu pengetahuan) maupun empirisnya (pengalamannya). Secara akademik, lembaga pendidikan seperti sekolah memang berfungsi untuk mencetak manusia yang mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang selalu berubah cepat dan penuh dengan kompetisi.

Di dalam suatu pembelajaran, seorang guru harus memakai metode untuk menyampaikan materi pelajaran yang akan ia sampaikan, seorang guru harus tepat memilih metode sesuai dengan jenis materi yang akan ia sampaikan atau ajarkan kepada siswa. Dalam pembelajarn PAI, salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode demonstrasi, karena dalam pembelajaran PAI ada sebagian materi pelajaran yang menuntut harus dipraktekkan supaya pemahaman siswa menjadi lebih maksimal karena siswa tidak hanya mengetahui tentang teorinya saja, akan tetapi siswa pun tahu bagaimana cara pengamalannya atau prakteknya.

Dengan penggunaan metode yang bagus dalam pembelajaran, maka akan timbul motivasi yang bagus pula dalam diri siswa untuk mengikuti dan memahami pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, seorang guru dituntut untuk selalu kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Karena apabila minat dan motivasi siswa itu baik terhadap pelajaran yang ia pelajari, maka kemungkinan besar hasilnya (prestasinya) pun akan baik pula sehingga memudahkan guru untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.

Dengan demikian diduga terdapat hubungan yang signifikan antara efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan.


(45)

C.

Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka pertanyaan yang muncul

dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan yang signifikan

antara efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan. Dengan demikian hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah:

“Bila semakin efektif metode demonstrasi pada pembelajaran PAI

maka akan semakin tinggi motivasi belajar siswa untuk mengikuti proses pembelajaran PAI sehingga hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak, dengan arti terdapat hubungan yang signifikan antara efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI dengan motivasi belajar siswa di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dipilih untuk dijadikan objek penelitian adalah SMP PGRI 1 Ciputat. Alasan penulis memilih sekolah ini karena penulis telah mengenal keadaan sekolah, keadaan siswa dan ada tenaga pengajar di sekolah tersebut yang penulis kenal, disisi lain sekolah tersebut pernah menjadi tempat penulis melakukan PPKT (Praktik Profesi Keguruan Terpadu). Sehingga memudahkan penulis dalam melakukan penelitian.

Pelaksanaan pengumpulan data penelitian dilakukan pada semester ganjil, tepatnya pada tanggal 8 November 2010 sampai dengan tanggal 6 Desember 2010.

B. Metode Penelitian

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan juga dalam pelaksanaan penelitian.55 ia merupakan landasan berpijak, serta dapat pula dijadikan dasar penelitian baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain terhadap kegiatan penelitian. Dengan demikian rancangan penelitian bertujuan untuk memberi pertanggungjawaban terhadap semua langkah yang akan diambil.56

55

Muhammad Nasir,Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 99. 56

S. Margono,Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. 4, hlm. 100.


(47)

Penelitian ini dirancang dengan mengguanakan metode penelitian deskriptif korelatif. Metode ini penulis maksudkan untuk menggambarkan hubungan antara efektifitas metode demonstrasi dengan motivasi belajar siswa pada pembelajaran PAI, dan di sini penulis mengumpulkan data dengan mengajukan kuesioner berupa agket.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai, maupun hal-hal yang terjadi.57

Dalam penelitian ini populasi targetnya adalah seluruh siswa SMP PGRI 1 Ciputat dari kelas VII sampai kelas IX yang berjumlah 1000 siswa. Adapun populasi terjangkaunya adalah adalah siswa kelas IX pada semester ganjil yang berjumlah 335 siswa. Penulis memilih kelas IX sebagai populasi terjangkau dalam penelitian ini karena guru yang mengajar PAI di kelas IX itu adalah guru yang sama dalam setiap kelasnya dan kelas IX lebih lama mengenal guru PAI tersebut, sehingga memudahkan penulis untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Kelas IX pada semester ganjil belum mengalami kesibukan menghadapi ujian seperti pada semester genap, sehingga kelas IX tersebut bisa dijadikan target penelitian.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.58Untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, maka penulis mengambil teknik pengambilan sampel dengan mengacu kepada pendapat Suharsimi

57

Ine I. Amirman Yousda,Penelitian dan Statistik Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), cet. 1, hlm. 127.

58

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. 13, hlm. 132.


(48)

Arikunto, yaitu apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik subyeknya diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar maka dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih.59

Dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil 15% saja dari jumlah populasi yang ada, yang penentuannya dilakukan secara acak (random sampling) dalam bentuk ordinal atau nomor urutan. Dalam random sampling ini semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai responden. Yang menjadi sampelnya adalah siswa kelas IX yang berjumlah 335 siswa. 15% dari 335 siswa maka didapat hasilnya yaitu 50,25. Berdasarka perhitungan tersebut, penulis membulatkannya menjadi 50 siswa. Di mana setiap kelas terdiri dari kelas IX-1 sebanyak 6 siswa, kelas IX-2 sebanyak 6 siswa, kelas IX-3 sebanyak 6 siswa, kelas IX-4 sebanyak 6 siswa, kelas IX-5 sebanyak 6 siswa, kelas IX-6 sebanyak 6 siswa, kelas IX-7 sebanyak 6 siswa, kelas IX-8 sebanyak 8 siswa. Jadi jumlah keseluruhan siswa yang diteliti adalah 50 siswa.

Berikut adalah nama-nama siswa yang diteliti:

Tabel 3.1

Data Siswa Kelas IX SMP PGRI 1 Ciputat yang Diteliti

No. Nama Siswa Jenis Kelamin Kelas

1 Teguh I. S. Laki-laki IX-1

2 Denny Wijaya Laki-laki IX-1

3 Bayu Firmansyah Laki-laki IX-1

4 Ala Rohmani Perempuan IX-1

5 Isnania Perempuan IX-1

6 Dewi Mutia Perempuan IX-1

7 Suhadi Laki-laki IX-2

8 Nurul Imam Laki-laki IX-2

9 Ramdhani Tri N. Laki-laki IX-2

10 Dhea Pharamitha Perempuan IX-2

11 Windy Puspita Sari Perempuan IX-2

12 Halimah T. S. Perempuan IX-2

13 M. Ade Naboya Laki-laki IX-3

59


(49)

14 Taufik Hidayat Laki-laki IX-3

15 Deni Ramayanto Laki-laki IX-3

16 Zaza Amalina Perempuan IX-3

17 Gita Permata Perempuan IX-3

18 Afni Rahmiyanti Perempuan IX-3

19 Wiliam Anjasmara Laki-laki IX-4

20 Putri Marini Perempuan IX-4

21 Vika Putri Septiyani Perempuan IX-4

22 Ismi Hanifah Perempuan IX-4

23 Janwar R. Laki-laki IX-4

24 Rizky R. Laki-laki IX-4

25 Rina Anggraini Perempuan IX-5

26 Kurnia Fitaloka Perempuan IX-5

27 Ristika Fitri A. S. Perempuan IX-5

28 Wega Mukti P. Perempuan IX-5

29 Tegar Ahmad I. Laki-laki IX-5

30 M. Fajri Laki-laki IX-5

31 Farida Nurlaila Perempuan IX-6

32 Desy Safitri Perempuan IX-6

33 Rini Agustina Perempuan IX-6

34 Ahmad Santoso Laki-laki IX-6

35 Fajar P. B. Laki-laki IX-6

36 Ade Wahyu Laki-laki IX-6

37 Putri Sarwanti Perempuan IX-7

38 Yeni Septiani Perempuan IX-7

39 Syauqi Laki-laki IX-7

40 D. Joko S. Laki-laki IX-7

41 Muhamad Hafidz Laki-laki IX-7

42 Andhika Ramadhan Laki-laki IX-7

43 Dita Wulandari Perempuan IX-8

44 Sefia N. K. Perempuan IX-8

45 Salni Fahreza Laki-laki IX-8

46 Dian tryse Laki-laki IX-8

47 Dicky Prasetya Laki-laki IX-8

48 Nico T. Laki-laki IX-8

49 Jeremia Sanders K. Laki-laki IX-8


(50)

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Pada penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu:

1. Variabel bebas atau independent (X), yaitu: Efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI.

2. Variabel terikat atau dependent (Y), yaitu: Motivasi belajar siswa.

Berikut ini penjelasan mengenai definisi konseptual, definisi operasional, dan kisi-kisi instrumen pada variabel X dan variabel Y:

1) Variabel Metode Demonstrasi (X) a. Definisi Konseptual

Secara konseptual yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah cara penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik dengan cara mempraktikan atau mencontohkan materi yang sedang diajarkan agar peserta didik memiliki kompetensi tertentu yang dapat dikerjakan baik di lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat ataupun dimana saja. b. Definisi Operasional

Secara operasional yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah skor yang diperoleh dari responden dalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada angket.

c. Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen dibuat untuk mempermudah proses penelitian serta kejelasan dalam membuat soal-soal angket tentang metode demonstrasi (variabel X). Berikut ini tabel mengenai kisi-kisi instrumen variabel X:


(51)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen tentang Efektivitas Metode Demonstrasi pada Pembelajaran PAI (Variabel X)

Butir Soal

No. Variabel Dimensi Indikator Positif

(+)

Negatif (–)

Kejelasan materi dan pendemonstrasian materi.

1, 2, 3,

4, 6 5,6

Persediaan waktu untuk pendemonstrasian materi.

8, 9

Pemahaman siswa

terhadap materi. 10, 11

Pengaplikasian materi oleh siswa yang telah diajarkan oleh guru.

12, 13 1 Efektifitas

Metode Demonstrasi pada

Pembelajaran PAI

Metode Demonstrasi

Penilaian guru terhadap

hasil belajar siswa. 14, 15

Jumlah 11 4

2) Variabel Motivasi Belajar (Y) a. Definisi Konseptual

Secara konseptual yang dimaksud dengan motivasi belajar siswa yaitu keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa atau minat yang menimbulkan keinginan dan arahan untuk kegiatan belajar.

b. Definisi Operasional

Secara operasional, motivasi belajar siswa adalah skor yang diperoleh dari responden dalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada angket.


(52)

c. Kisi-kisi Instrumen Variabel Y

Kisi-kisi instrumen dibuat untuk mempermudah proses penelitian serta kejelasan dalam membuat soal-soal angket tentang metode demonstrasi (variabel X). Berikut ini adalah tabel mengenai kisi-kisi instrumen variabel Y:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen tentang Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y) Butir Soal No. Variabel Dimensi Indikator Positif

(+)

Negatif (–)

Motivasi siswa untuk mengikuti

pembelajaran PAI dengan penggunaan metode demonstrasi.

16, 17,

18, 19 21

Motivasi siswa untuk mendemonstrasikan kembali materi.

22 20

Ketekunan dan

pemahaman siswa

terhadap tugas dari guru.

23, 24 25

2 Motivasi

Belajar Siswa

Motiivasi Belajar Siswa

Evaluasi diri terhadap hasil tugas.

27, 28,

29, 30 26


(53)

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data sebagai bahan penelitian, penulis menggunakan:

1. Observasi

Yang dimaksud observasi di sini ialah penulis mengadakan pengamatan langsung dalam rangka memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan, kemudian dilakukan pencatatan secara sistematis. Objek observasi adalah SMP PGRI 1 Ciputat dan sasarannya adalah para siswa serta guru Pendidikan Agama Islam.

2. Angket

Angket adalah sebuah daftar pernyataan yang harus diisi oleh responden. Angket ini berisi berupa beberapa item pertanyaan mengenai efektivitas metode demonstrasi pada pembelajaran PAI serta hubungannya dengan motivasi belajar siswa yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai keefektivitasan metode demonstrasi yang digunakan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran dan mengukur sejauh mana motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut dengan menggunakan metode demonstrasi.

3. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi langsung.60 Wawancara ini dilakukan dengan guru PAI SMP PGRI 1 Ciputat untuk memperoleh informasi tentang pandangan beliau mengenai keefektivitasan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran serta hubungannya dengan motivasi belajar siswa.

4. Studi Dokumentasi

Data-data yang dikumpulkan adalah data-data yang berbentuk teoritis yang bersumber dari buku, majalah, internet, koran dan lain sebagainya. Tujuan dari teknik studi kepustakaan adalah untuk memudahkan penulis dalam mencari data-data (bersifat teoritis) yang berkaitan dengan penelitian.

60


(54)

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pada umumnya data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah data yang masih mentah, sehingga akan memperoleh kesulitan dalam menarik suatu gambaran yang berarti dari hasil penelitian tersebut. Agar sedikit memudahkan dalam penelitian, penulis membuat teknik-teknik dalam pengolahan data, yaitu:

a) Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang berhasil dikumpulkan.

b) Scoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket. Dalam hal ini terdapat empat kategori jawaban angket, yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD) dan Tidak Pernah (TP). Item-item diberi skor berdasarkan jawaban yang dipilih oleh responden. Setiap jawaban mempunyai angket tersendiri untuk menghitung data tentang penelitian ini dengan menggunakan angket. Teknik pengukuran dari angket ini menggunakan skala persentase dengan bobot nilai setiap jawaban sebagai berikut:

1) Untuk pernyataan yang mengandung nilai positif, skornya adalah; Selalu (SL) mendapat point 4, Sering (SR) mendapat point 3, Kadang-kadang (KD) mendapat point 2 dan Tidak Pernah (TP) mendapat point 1.

2) Untuk pernyataan yang mengandung nilai negatif, skornya adalah; Selalu (SL) mendapat point 1, Sering (SR) mendapat point 2, Kadang-kadang (KD) mendapat point 3 dan Tidak Pernah mendapat point 4.


(1)

7. T: Apakah Bapak meminta siswa untuk mengulang atau mempraktekkan kembali apa yang telah Bapak ajarkan dan contohkan?

J: Jelas, saya akan meminta siswa untuk mempraktekkan kembali apa yang telah saya praktekkan. Biasanya siswa akan saya bagi dalam beberapa kelompok, nah ketika saya mempraktekkan terlebih dahulu maka siswa siswi pun harus juga mempraktekkan apa yang telah saya jelaskan dan saya praktekkan dihadapan siswa, biasanya praktek itu dilakukan dengan cara bergantian sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

8. T: Menurut Bapak, apakah dengan penggunaan metode demonstrasi ini dapat pula berpengaruh terhadap hasil belajar siswa? Lalu bagaimanakah cara mengukur keberhasilan belajar mereka?

J: Untuk mengukur keberhasilan nilai PAI yang saya sampaikan, kalau nilai itu berhubungan dengan materi yang menggunakan metode demonstrasi itu sangat mungkin bisa diukur. Satu, saya bisa ukur sendiri dari kenyataan yang ada dan saya berikan kesempatan kepada mereka untuk mempraktekkan apa yang telah saya sampaikan, maka secra otomatis saya sudah bisa langsung melihat hasil yang dicapai oleh siswa-siswi yang saya ajar ketika merekapun mempraktekkan kembali apa yang telah saya praktekkan dalam proses pembelajaran PAI.

9. T: Hambatan apa sajakah yang ditemui dalam melaksanakan metode demonstrasi dalam pembelajaran PAI?


(2)

99

yang berada dalam tingkatan SMP, biasanya mereka akan malu maju ke depan untuk mempraktekkan kembali apa yang telah saya praktekkan, sehingga dengan proses tidak lancarnya praktek tersebut karena malu untuk maju ke depan biasanya metode demonstrasi ini agak sedikit terhambat karena dipengaruhi oleh ketidak siapan siswa siswi atau rasa malunya terhadap siswa-siswi yang lain ketika akan mempraktekkan materi dalam proses pembelajaran PAI yang saya sampaikan.

10. T: Bagaimanakah cara Bapak menghadapi hambatan-hambatan tersebut? J: Biasanya, saya sebagai guru memberikan motivasi, memberikan satu

bentuk arahan, memeberikan satu bentuk rangsangan kepada siswa untuk selalu berani dan jangan takut salah untuk melakukan sesuatu yang dianggap benar. Karena memang kelemahan siswa-siswi SMP itu adalah mereka takut untuk maju ke depan, mempraktekkan dan takut untuk sama-sama menunjukkan kalau mereka itu sebenarnya bias. Kendala dari tidak bias itu karena mereka tidak biasa. Makanya ketika kita menghadapi hambatan tersebut maka saya akan berikan motivasi, semangat dan rangsangan kepada mereka dan diharapkan mereka mampu mengerti dan mau membiasakan diri. sehingga ada ungkapan dari orang tua kita bahwa orang bisa itu karena biasa.

Keterangan:

T = Tanya J = Jawab


(3)

(4)

(5)

(6)