Perbandingan Efektivitas Madu Hutan dan Madu Ternak Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Puasa Pada Mencit Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Oleh Aloksan.

(1)

iv

ABSTRAK

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MADU HUTAN DAN MADU TERNAK TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI OLEH

ALOKSAN

Albert Christopher Ryanto, 2014. Pembimbing I: Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kelainan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Sekitar 8,5 juta penduduk Indonesia mengidap penyakit DM dan akan meningkat menjadi 14,1 juta dalam waktu 20 tahun, sehingga DM merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir ini telah banyak dilakukan penelititan terhadap madu murni, dimana salah satunya adalah pengaruh madu terhadap gula darah. Penelitian ini ditujukan untuk menemukan jenis madu dan dosis yang optimal dalam menurunkan gula darah puasa.

Penelitian ini bersifat eksperimental semu dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan 42 hewan coba mencit jantan galur Swiss Webster yang diinduksi dengan aloksan untuk menjadi hiperglikemia. Mencit yang telah diinduksi lalu dibagi menjadi 14 kelompok yang diberi madu dari lebah Apis cerana, Apis mellifera, dan Apis dorsata dengan masing-masing dosis sebesar 0,014 g/hari, 0,028 g/hari, 0,042 g/hari, dan 0,056 g/hari, metformin sebagai kontrol positif, dan air bening sebagai kontrol negatif. Percobaan lalu dijalankan selama tiga minggu. Setelah percobaan, data dianalisis dengan menggunakan uji

Multiple Analisis of Variace (MANOVA) dilanjutkan dengan uji Analisis Varian

(ANAVA) Satu Arah yang dilanjutkan dengan uji Post hoc LSD (Least Significant Difference) dengan tingkat signifikansi α = 0,05.

Hasil percobaan menunjukan bahwa semua madu dari berbagai jenis lebah dapat menurunkan gula darah puasa(p = 0,012), terutama pada minggu ketiga (p = 0,032), namun tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara madu dari berbagai jenis lebah dan dosis yang digunakan dalam menurunkan gula darah puasa. Uji statistik menunjukan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol positif dengan kontrol negatif (p > 0,05), namun tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan maupun antar kontrol positif dengan perlakuan (p < 0,05).

Kesimpulan dari percobaan ini adalah tidak ada perbedaan penggunaan madu dari berbagai jenis lebah maupun dosis dalam menurunkan kadar gula darah puasa.

Kata kunci: madu dari Apiscerana, madu dari Apismellifera, madu dari Apis dorsata, gula darah puasa.


(2)

v ABSTRACT

COMPARISON OF THE EFFECTIVITY BETWEEN FOREST HONEY AND FARM HONEY IN REDUCING FASTING BLOOD GLUCOSE ON MALE SWISS WEBSTER STRAIN MICE AFTER INDUCTION WITH ALLOXAN

Albert Christopher Ryanto, 2014. 1st Tutor : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. 2nd Tutor : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK. Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder with the characteristic of hyperglycemia caused by a dysfunction in insulin secretion, insulin activity, or both. Approximately 8.5 million Indonesians have DM and the number will

increase to 14.1 million in 20 years, which makes DM one of Indonesia’s health

problems.

In recent years, there is a lot of research about pure honey, one of which is the effect of honey on fasting blood glucose. This research aims to find the optimal type of honey and dosage in reducing fasting blood glucose.

This research is a quasi experiment with a Completely Randomized Design (CRD), using 42 male Swiss Webster strain mice that have been induced with alloxan until hyperglycemic. The induced mice is then divided into 14 groups, which is then given honey from the bees Apis cerana, Apis mellifera, and Apis dorsata with doses of 0,014 g/day, 0,028 g/day, 0,042 g/day, and 0,056 g/day, metformin for the positive control group, and water for the negative control group. The experiment is then conducted for three weeks. After the experiment, the data is then analyzed by Multiple Analisis of Variance (MANOVA) followed by One Way Analysis of Variance (ANOVA) test continued by Post hoc LSD (Least Significant Difference) test with a significance level of α = 0,05.

The result of the experiment shows that all honey from different kinds of honeybees is capable of reducing fasting blood glucose (p = 0,012), especially after three weeks (p = 0,032), but no significant differences has been found between honey from different kinds of honeybees and the dosage used in reducing fasting blood glucose. Statistical tests shows that there is a significant difference between the treatment group and the positive control group with the negative control (p > 0,05), but no significant difference between the treatments nor between the treatments and the positive control group (p < 0,05).

In conclusion, there is no difference in the usage of honey from different kinds of honeybees nor dosage in reducing fasting blood glucose.

Key Words: honey from Apis cerana, honey from Apis mellifera, honey from Apis dorsata, fasting blood glucose.


(3)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 3

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2Manfaat Praktis ... 3

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Karbohidrat ... 6

2.2Glikolisis ... 6


(4)

vii

2.4Glikogenesis dan Glikogenolisis ... 10

2.5Insulin ... 13

2.6Obat Antidiabetik ... 14

2.7Madu ... 15

2.8Taksonomi ... 17

2.9Diabetes ... 18

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 20

3.1Alat dan Bahan ... 20

3.1.1 Alat ... 20

3.1.2 Bahan ... 20

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.3Hewan Coba ... 21

3.4Penentuan Besar Sampel ... 21

3.5Metode Penelitian ... 21

3.5.1 Desain Penelitian ... 21

3.5.2 Variabel Penelitian ... 22

3.5.3 Prosedur Penelitian ... 22

3.6Definisi Operasional ... 23

3.7Metode Analisis... 24

3.8Hipotesis Statistik ... 24

3.9Kriteria Uji ... 24

3.10Aspek Etik Penelitian ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1Hasil Penelitian ... 26

4.2Pembahasan ... 33

4.3Uji Hipotesis ... 34

4.3.1 Hipotesis Penelitian ... 34

4.3.2 Hal-hal yang Mendukung ... 34

4.3.3 Hal-hal yang Tidak Mendukung ... 34


(5)

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1Simpulan ... 36

5.1.1 Simpulan Utama ... 36

5.1.2 Simpulan Tambahan ... 36

5.2Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 39


(6)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Rerata Gula Darah Puasa Setelah Perlakuan ... 25 Tabel 4.2 Perbandingan Gula Darah Puasa Mencit Antar Kelompok Setelah

Perlakuan Berdasarkan Uji Statistik Multiple Analisis of Variance (MANOVA)... 26 Tabel 4.3 Perbandingan Gula Darah Puasa Mencit Antar Kelompok Setelah

Perlakuan Berdasarkan Uji Statistik Analisis Varian Satu Arah (ANAVA) ... 27 Tabel 4.4 Perbadningan Gula Darah Mencit Antar Kelompok Setelah

Perlakuan (Minggu 1) Berdasarkan Uji LSD ... 28 Tabel 4.5 Perbadningan Gula Darah Mencit Antar Kelompok Setelah

Perlakuan (Minggu 2) Berdasarkan Uji LSD ... 29 Tabel 4.6 Perbadningan Gula Darah Mencit Antar Kelompok Setelah


(7)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jalur Glikolisis... 7

Gambar 2.2 Siklus Asam Sitrat (Siklus Krebs) ... 9

Gambar 2.3 Jalur Glikogenesis dan Glikogenolisis ... 10

Gambar 2.4 Mekanisme dari BranchingEnzyme ... 11

Gambar 2.5 Langkah-langkah Glikogenolisis ... 12

Gambar 2.6 Apis cerana, Apis mellifera, dan Apis dorsata ... 16

Lampiran 1.1 Peralatan yang digunakan saat percobaan ... 72

Lampiran 1.2 Mencit yang diinduksi oleh aloksan ... 72

Lampiran 1.3 Pemberian perlakuan menggunakan sonde oral... 72

Lampiran 1.4 Pengambilan darah pada vena ekor mencit ... 73


(8)

xi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Perbandingan Rerata Penurunan Gula Darah Puasa Mencit pada Perlakuan Berbagai Jenis Madu ... 31


(9)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran Perhitungan Dosis Madu, Aloksan, dan Metformin ... 35

Lampiran Hasil Statistik ... 36

Lampiran Dokumentasi Percobaan ... 70


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kelainan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (Perkeni, 2011). DM diklasifikasikan menjadi tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 diakibatkan oleh kekurangan insulin absolut. DM tipe 2 adalah kelompok kelainan yang heterogen yang ditandai oleh derajat resitensi insulin yang bervariasi (Powers, 2011). Keadaan DM ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sedentary lifestyle, pola makan yang tidak teratur, kegiatan jasmani yang diprediksi kurang memadai, dan merokok yang dapat berakibat pada obesitas (Perkeni, 2011). Sekitar 8,5 juta penduduk Indonesia mengidap penyakit DM, dengan angka pria 3,6 juta dan angka wanita 4,9 juta . Angka ini akan meningkat menjadi 14,1 juta dalam waktu 20 tahun (IDF, 2014).

Terapi DM meliputi terapi injeksi dengan insulin dan terapi oral. Terapi oral meliputi golongan sulfonylurea, meglitinide, biguanide, penghambat α-glikosidase, dan tiazolidinedione. Obat yang sering dipakai adalah golongan sulfonylurea dan golongan biguanide. Penggunaan obat-obat ini harus diwaspadai karena penggunaan pada waktu yang tidak tepat atau dengan dosis yang kurang tepat dapat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan (Suherman & Nafrialdi, 2007). Sindrom metabolik merupakan suatu faktor resiko multipleks yang timbul dari resistensi insulin yang menyertai penumpukan dan fungsi yang abnormal dari adiposa. Salah satu kriteria diagnosis dari sindrom metabolik adalah kadar gula darah puasa > 100 mg/dL atau sedang menjalani terapi hiperglikemia (Wang, 2014). Penulis ingin memerikasa efek madu terhadap penurunan kadar gula darah puasa karena kadar gula darah puasa adalah yang paling pertama terpengaruh pada keadaaan resistensi insulin.


(11)

2

Madu adalah sebuah substansi alamiah yang dihasilkan oleh lebah madu dari nektar. Penggunaan madu telah dicatat sejak 2100-2000 SM dimana penggunaanya hanyalah berdasarkan pengamatan tanpa bukti ilmiah yang jelas. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini telah banyak dilakukan penelititan terhadap madu murni dalam potensi keuntungannya secara kesehatan serta penggunaan dalam penanggulangan penyakit. Madu dapat bersifat kardioprotektif, hepatoprotektif, hipoglikemik, antioksidan, antihipertensi, antibakterial, fungal, viral, anti-inflamasi, serta anti-tumor. Komposisi dari madu dipengaruhi oleh keadaan geografis daerah dibentuknya, tanaman asal darimana nektar diambil, keadaan lingkungan cuaca, serta tekhnik pemrosesan (Erejuwa, Sulaiman, & Wahab, 2012).

Madu yang dibedakan dari keadaan lingkungannya dapat dibagi menjadi madu hutan dan madu ternak. Perbedaan madu hutan dan madu ternak meliputi jenis lebah, perbedaan perlakuan, dan perbedaan kandungannya. Madu ternak didapat dari lebah madu Apis cerana atau Apis mellifera sementara madu hutan dari lebah madu Apis

dorsata. Perbedaan perlakuan adalah bahwa lebah madu hutan tidak dapat

ditangkarkan sementara lebah madu ternak diapat ditangkarkan (Bima, 2013). Perbedaan isi madu dapat meliputi kadar invertase, proline, kadar oligosakarida, dan rasio fruktosa : glukosa. (Joshi, Pechhacker, William, & von der Ohe, 2000).

Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap madu dimana salah satunya adalah pengaruh madu terhadap gula darah. Pada penelitian oleh Erejuwa et al (2012) dikatakan bahwa madu dapat menurunkan kadar gula darah apabila diberikan secara berkala pada penderita diabetes maupun non-diabetes (Erejuwa, Sulaiman, & Wahab, 2012).

Oleh karena itu, peneliti ingin membandingkan jenis madu ternak dari Apis cerana

dan Apis mellifera dan madu hutan dari Apis dorsata dalam menurunkan kadar gula


(12)

3

1.2Identifikasi Masalah

 Jenis madu manakah yang dapat menurunkan kadar gula darah puasa paling efektif.

 Pada jenis madu ini, dosis berapakah yang dapat menurunkan kadar gula darah puasa paling efektif.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang efektivitas madu ternak Apis cerana dan Apis mellifera dan madu hutan Apis dorsata dalam menurunkan kadar gula darah puasa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan madu ternak Apis cerana dan Apis mellifera dan madu hutan Apis dorsata dan mencari dosis yang optimal dalam menurunkan kadar gula darah puasa.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik

Memberikan informasi pengetahuan di bidang kedokteran terutama dalam bidang endokrinologi dan metabolisme mengenai efek konsumsi berbagai jenis madu terhadap penurunan kadar gula darah puasa.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi khususnya dokter, tenaga kesehatan medis, dan umumnya pada masyarakat, tentang efek konsumsi berbagai jenis madu terhadap penurunan kadar gula darah puasa.


(13)

4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Peningkatan ambilan glukosa pada otot lurik dan jaringan adiposa meningkatkan produksi reactive oxygen species (ROS) dan stress oksidatif yang akan menganggu ambilan glukosa dan pembentukan glikogen. Stress oksidatif mengakibatkan resistensi insulin melalui gangguan dari jalur sinyal insulin seperti penghambatan dari resptor insulin substrat-1 dan protein kinase B/Akt (Erejuwa, Sulaiman, & Wahab, 2012). Selain itu, patogenesis dari kerusakan ini dapat melalui jalur polyol, pembentukan dari advanced glycation endproducts, jalur protein kinase C, jalur hexosamin, jalur polyADP ribose polymerase. Jalur-jalur tersebut meningkatkan penggunaan NADPH dan menghambat glucose 6-phosphate dehydrogenase (G6PD) yang meningkatkan ROS dalam sel (Erejuwa, Sulaiman, & Wahab, 2012).

Madu memiliki banyak zat yang bermanfaat bagi kesehatan seperti antioksidan (senyawa phenol, asam askorbat, dan enzim-enzim glucose oxidase, catalase, dan peroxidase) dan fruktosa dengan kadar yang cukup tinggi (National Honey Board, 2001). Fruktosa pada madu dapat menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan rasa kenyang sehingga asupan makanan berkurang, penurunan absorbsi glukosa pada usus, dan peningkatan fosforilasi glukosa di hepar. Sementara antioksidan pada madu dapat dapat menghambat penggunaan NADPH dan meningkatkan G6PD yang dapat meringankan komplikasi diabetes akibat stress oksidatif dan mengembalikan fungsi sel tubuh normal, terutama sel pada metabolisme glukosa (Erejuwa, Sulaiman, & Wahab, 2012). Selain itu madu juga memiliki enzim invertase yang dapat digunakan untuk menghidrolisis disakarida maltosa dan sukrosa yang dapat berperan pada tingginya kadar fruktosa dalam madu. Madu hutan yang dihasilkan oleh Apis dorsata memiliki kadar invertase, oligosakarida, dan rasio fruktosa : glukosa yang lebih tinggi dibanding dengan madu ternak oleh Apis cerana maupun Apis mellifera (Joshia, Pechhacker, Willam, & von der Ohe, 2000).


(14)

5

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Madu hutan Apis dorsata lebih baik dalam menurunkan kadar gula darah puasa dibandingkan madu ternak dari Apiscerana dan Apismellifera.


(15)

36

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Simpulan Utama

Tidak adanya perbedaan antara penggunaan madu ternak dari Apis cerana dan Apismellifera dan madu hutan dari Apis dorsata, pada dosis 0,014 g, 0,028 g, 0,042 g, dan 0,056 g dalam menurunkan kadar gula darah puasa.

5.1.2 Simpulan Tambahan

 Penggunaan madu ternak Apiscerana dan Apismellifera dan madu hutan Apis dorsata efektif setelah pemberian perlakuan setelah tiga minggu.

5.2 Saran

 Penelitian dengan jangka waktu lebih lama.

 Penelitian antara madu alami dengan madu olahan.

 Penggunaan madu sebagai terapi adjuvan diabetes guna mencegah komplikasi.


(16)

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MADU HUTAN DAN MADU TERNAK TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MENCIT

GALUR SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI OLEH ALOKSAN COMPARISON OF THE EFFECTIVITY BETWEEN FOREST HONEY AND

FARM HONEY IN REDUCING FASTING BLOOD GLUCOSE ON MALE SWISS WEBSTER STRAIN MICE AFTER INDUCTION WITH ALLOXAN

Heddy Herdiman1, Christine Sugiarto2, Albert Christopher Ryanto3 1Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 2Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,

3Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kelainan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Sekitar 8,5 juta penduduk Indonesia mengidap penyakit DM dan akan meningkat menjadi 14,1 juta dalam waktu 20 tahun, sehingga DM merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir ini telah banyak dilakukan penelititan terhadap madu murni, dimana salah satunya adalah pengaruh madu terhadap gula darah. Penelitian ini ditujukan untuk menemukan jenis madu dan dosis yang optimal dalam menurunkan gula darah puasa.

Penelitian ini bersifat eksperimental semu dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan 42 hewan coba mencit jantan galur Swiss Webster yang diinduksi dengan aloksan untuk menjadi hiperglikemia. Mencit yang telah diinduksi lalu dibagi menjadi 14 kelompok yang diberi madu dari lebah Apis cerana, Apis mellifera, dan Apis dorsata dengan masing-masing dosis sebesar 0,014 g/hari, 0,028 g/hari, 0,042 g/hari, dan 0,056 g/hari, metformin sebagai kontrol positif, dan air bening sebagai kontrol negatif. Percobaan lalu dijalankan selama tiga minggu. Setelah percobaan, data dianalisis dengan menggunakan uji Multiple Analisis of Variace (MANOVA) dilanjutkan dengan uji Analisis Varian (ANAVA) Satu Arah yang dilanjutkan dengan uji Post hoc LSD (Least Significant Difference) dengan tingkat signifikansi α = 0,05.

Hasil percobaan menunjukan bahwa semua madu dari berbagai jenis lebah dapat menurunkan gula darah puasa(p = 0,012), terutama pada minggu ketiga (p = 0,032), namun tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara madu dari berbagai jenis lebah dan dosis yang digunakan dalam menurunkan gula darah puasa. Uji statistik menunjukan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol positif dengan kontrol negatif (p > 0,05), namun tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan maupun antar kontrol positif dengan perlakuan (p < 0,05).

Kesimpulan dari percobaan ini adalah tidak ada perbedaan penggunaan madu dari berbagai jenis lebah maupun dosis dalam menurunkan kadar gula darah puasa.


(17)

Kata kunci: madu dari Apis cerana, madu dari Apis mellifera, madu dari Apis dorsata, gula darah puasa.

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder with the characteristic of hyperglycemia caused by a dysfunction in insulin secretion, insulin activity, or both. Approximately 8.5 million Indonesians have DM and the number will increase to 14.1 million in 20 years, which

makes DM one of Indonesia’s health problems.

In recent years, there is a lot of research about pure honey, one of which is the effect of honey on fasting blood glucose. This research aims to find the optimal type of honey and dosage in reducing fasting blood glucose.

This research is a quasi experiment with a Completely Randomized Design (CRD), using 42 male Swiss Webster strain mice that have been induced with alloxan until hyperglycemic. The induced mice is then divided into 14 groups, which is then given honey from the bees Apis cerana, Apis mellifera, and Apis dorsata with doses of 0,014 g/day, 0,028 g/day, 0,042 g/day, and 0,056 g/day, metformin for the positive control group, and water for the negative control group. The experiment is then conducted for three weeks. After the experiment, the data is then analyzed by Multiple Analisis of Variance (MANOVA) followed by One Way Analysis of Variance (ANOVA) test continued by Post hoc LSD (Least Significant Difference) test with a significance level of α = 0,05.

The result of the experiment shows that all honey from different kinds of honeybees is capable of reducing fasting blood glucose (p = 0,012), especially after three weeks (p = 0,032), but no significant differences has been found between honey from different kinds of honeybees and the dosage used in reducing fasting blood glucose. Statistical tests shows that there is a significant difference between the treatment group and the positive control group with the negative control (p > 0,05), but no significant difference between the treatments nor between the treatments and the positive control group (p < 0,05).

In conclusion, there is no difference in the usage of honey from different kinds of honeybees nor dosage in reducing fasting blood glucose.

Key Words: honey from Apis cerana, honey from Apis mellifera, honey from Apis dorsata, fasting blood glucose.

PENDAHULUAN

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kelainan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (1). DM diklasifikasikan menjadi tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 diakibatkan oleh kekurangan insulin absolut. DM tipe 2 adalah kelompok kelainan yang heterogen yang ditandai oleh derajat resitensi insulin yang bervariasi (2). Keadaan DM ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti sedentary lifestyle, pola makan yang tidak teratur, kegiatan jasmani yang diprediksi kurang memadai, dan merokok yang dapat berakibat pada obesitas (1). Sekitar 8,5 juta penduduk Indonesia mengidap penyakit DM, dengan angka pria 3,6 juta dan angka wanita 4,9 juta . Angka ini akan meningkat menjadi 14,1 juta dalam waktu 20 tahun (3). Terapi DM meliputi terapi injeksi dengan insulin dan terapi oral. Terapi oral

meliputi golongan sulfonylurea,


(18)

α-glikosidase, dan tiazolidinedione. Obat yang sering dipakai adalah golongan sulfonylurea dan golongan biguanide.

Penggunaan obat-obat ini harus

diwaspadai karena penggunaan pada waktu yang tidak tepat atau dengan dosis yang kurang tepat dapat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan (4).

Sindrom metabolik merupakan suatu faktor resiko multipleks yang timbul dari resistensi insulin yang menyertai penumpukan dan fungsi yang abnormal dari adiposa. Salah satu kriteria diagnosis dari sindrom metabolik adalah kadar gula darah puasa > 100 mg/dL atau sedang menjalani terapi hiperglikemia (5). Penulis ingin memerikasa efek madu terhadap penurunan kadar gula darah puasa karena kadar gula darah puasa adalah yang paling pertama terpengaruh pada keadaaan resistensi insulin.

Madu adalah sebuah substansi alamiah yang dihasilkan oleh lebah madu dari nektar. Penggunaan madu telah dicatat sejak 2100-2000 SM dimana penggunaanya hanyalah berdasarkan pengamatan tanpa bukti ilmiah yang jelas. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini telah banyak dilakukan penelititan terhadap madu murni dalam potensi keuntungannya secara kesehatan serta penggunaan dalam penanggulangan penyakit. Madu dapat bersifat kardioprotektif, hepatoprotektif, hipoglikemik, antioksidan, antihipertensi, antibakterial, fungal, viral, anti-inflamasi, serta anti-tumor. Komposisi dari madu dipengaruhi oleh keadaan geografis daerah dibentuknya, tanaman asal darimana nektar diambil, keadaan

lingkungan cuaca, serta tekhnik

pemrosesan (6).

Madu yang dibedakan dari keadaan lingkungannya dapat dibagi menjadi madu hutan dan madu ternak. Perbedaan madu hutan dan madu ternak meliputi jenis

lebah, perbedaan perlakuan, dan

perbedaan kandungannya. Madu ternak didapat dari lebah madu Apis cerana atau

Apis mellifera sementara madu hutan dari lebah madu Apis dorsata. Perbedaan perlakuan adalah bahwa lebah madu hutan tidak dapat ditangkarkan sementara lebah madu ternak diapat ditangkarkan (7). Perbedaan isi madu dapat meliputi kadar invertase, proline, kadar oligosakarida, dan rasio fruktosa : glukosa. (8).

Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap madu dimana salah satunya adalah pengaruh madu terhadap gula darah. Pada penelitian oleh Erejuwa et al (2012) dikatakan bahwa madu dapat menurunkan kadar gula darah apabila diberikan secara berkala pada penderita diabetes maupun non-diabetes (6).

Oleh karena itu, peneliti ingin membandingkan jenis madu ternak dari Apis cerana dan Apis mellifera dan madu

hutan dari Apis dorsata dalam

menurunkan kadar gula darah. BAHAN DAN CARA

Pertama, 42 mencit diinduksi menggunakan injeksi tunggal aloksan dengan dosis 3,5 mg per mencit selama 7 hari. Kadar gula darah puasa lalu diperiksa melalui pungsi vena ekor dari 42 mencit tersebut untuk memastikan mencit sudah dalam keadaan hiperglikemia (> 120 mg/dL). Mencit-mencit dipisah menjadi 14 kelompok dan diberikan perlakuan, untuk kontrol negatif hanya diberikan air bening, kontrol positif diberikan metformin 2,6 mg sebelum makan pagi selama 21 hari, perlakuan dengan madu hutan Apis dorsata 0,014 g, 0,028 g, 0,042 g, dan 0,056 g sebelum makan pagi selama 21 hari, perlakuan dengan madu ternak Apis cerana 0,014 g, 0,028 g, 0,042 g, dan 0,056 g sebelum makan pagi selama 21 hari, perlakuan dengan madu ternak Apis mellifera 0,014 g, 0,028 g, 0,042 g, dan 0,056 g sebelum makan pagi selama 21 hari. Kadar gula darah puasa lalu diperiksa pada 42 mencit tersebut melalui pungsi vena ekor setiap 7 hari sampai 21 hari.


(19)

ANALISIS DATA

Data dianalisis dengan mengguakan uji Multiple Analisis of Variance (MANOVA) menggunakan bantuan perangkat lunak komputer yang dilanjutkan dengan uji Analisis Varian (ANAVA) satu arah pada setiap minggunya yang dilanjutkan dengan uji Post hoc LSD (Least Significant Difference) dengan α = 0,05 dan dengan kemaknaan p < 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hasil uji MANOVA didapatkan hasil yang signifikan pada uji Roy's Largest Root, seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.1, hal ini menujukan bahwa pemberian madu dapat menurunkan kadar gula darah. Lalu dilanjutkan dengan uji ANAVA untuk melihat kelompok perlakuan mana yang memberikan hasil yang signifikan secara statistik. Didapatkan hasil yang signifikan pada pemberian madu selama 3 minggu. Untuk melihat pasangan perlakuan mana yang memberikan hasil yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata dengan metode LSD. Didapatkan bahwa pasangan perlakuan yang memberikan hasil yang signifikan secara statistik adalah kelompok perlakuan dan kontrol positif terhadap kontrol negatif. Pada Grafik 4.1 dapat dilihat adanya perbedaan penurunan gula darah puasa antar kelompok perlakuan. Namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik setelah diuji dengan metode LSD, seperti pada tabel 4.3. Adapun penurunan gula darah terendah pada madu Apis dorsata dibanding dengan madu Apis cerana dan Apis mellifera. Hal ini disebabkan karena madu Apis dorsata memiliki rasio fruktosa : glukosa lebih tinggi dibanding dengan madu Apis cerana maupun Apis mellifera (8). Kadar fruktosa yang lebih tinggi ini dapat meningkatkan rasa kenyang, mengurangi absorbsi glukosa oleh usus, dan meningkatkan fosforilasi glukosa di hepar (6). Peningkatan

fosforilasi di hepar ini terjadi karena adanya aktivasi dari glukokinase serta pengahmbatan glukoneogenesis karena penghambatan dari fosforilase. Efek tersebut serupa dengan mekanisme kerja dari metformin, oleh kareana itu peneliti menggunakan metformin sebagai kontrol positif.

Tabel 4.1 Perbandingan Gula Darah Puasa Mencit Antar Kelompok dengan uji Multiple Analisis of Variance (MANOVA)

Perlakuan Fhit Sig.

Pillai's Trace 0,902 0,645 Wilks' Lambda 0,925 0,609 Hotelling's Trace 0,942 0,584

Roy's Largest Root

3,568c 0,012

Perlakuan AD2 lebih baik dalam menurunkan gula darah puasa dibanding dengan AD3, hal ini didukung penelitian sebelumnya oleh Erejuwa et al yang menguji penurunan glukosa puasa pada tikus dengan dosis 1 g / kgBB / hari. Maka didapat dosis optimal penggunaan madu Apis dorsata adalah 0,028 g. Peningkatan dosis tidak selalu memiliki efek yang lebih baik. Penulis menduga hal ini terjadi karena adanya kadar invertase yang lebih tinggi pada perlakuan AD3. Invertase (α-glukosidase) merupakan enzim yang dapat menghidrolisis fruktosa dan maltosa (9). Kadar invertase yang lebih tinggi pada AD3 mengakibatkan sukrosa dan maltosa

diubah menjadi glukosa sehingga

penurunan kadar gula darah tidak sebaik AD2.


(20)

Tabel 4.2 Perbandingan Gula Darah Puasa Mencit Antar Kelompok Setelah Perlakuan Berdasarkan Uji Statistik Analisis Varian Satu Arah (ANAVA)

Kadar gula darah puasa pada kontrol negatif tidak mengalami penurunan, bahkan peningkatan. Hal ini dapat diakibatkan karena konsumsi makan yang meningkat. Pada keadaan hiperglikemia, tubuh dapat mengalami resistensi terhadap penggunaan insulin sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang. Penurunan masuknya gula darah kedalam sel mengakibatkan peningkatan rasa lapar sehingga terjadi peningkatan konsumsi makanan.

Tabel 4.3 Perbandingan Gula Darah Puasa Mencit Antar Kelompok Setelah Perlakuan Pada Minggu Ke-3 Berdasarkan Uji LSD

(I) Perlakuan (J) Perlakuan Sig.

Madu Apis cerana 0,014 g Madu Apis cerana 0,028 g .476

Madu Apis cerana 0,042 g .857

Madu Apis cerana 0,056 g .857

Madu Apis mellifera 0,014 g .952 Madu Apis mellifera 0,028 g 1.000 Madu Apis mellifera 0,042 g .905 Madu Apis mellifera 0,056 g .811 Madu Apis dorsata 0,014 g .676 Madu Apis dorsata 0,028 g .182 Madu Apis dorsata 0,042 g .375 Madu Apis dorsata 0,056 g .857

Metformin 2,6 g (+) .591

Air Bening (-) .002

Madu Apis cerana 0,028 g Madu Apis cerana 0,042 g .375

Madu Apis cerana 0,056 g .375

Madu Apis mellifera 0,014 g .513 Madu Apis mellifera 0,028 g .476 Madu Apis mellifera 0,042 g .551 Madu Apis mellifera 0,056 g .345 Madu Apis dorsata 0,014 g .765 Madu Apis dorsata 0,028 g .513 Madu Apis dorsata 0,042 g .857 Madu Apis dorsata 0,056 g .591

Metformin 2,6 g (+) .857

Air Bening (-) .000

Madu Apis cerana 0,042 g Madu Apis cerana 0,056 g 1.000

Madu Apis mellifera 0,014 g .811 Madu Apis mellifera 0,028 g .857 Madu Apis mellifera 0,042 g .765 Madu Apis mellifera 0,056 g .952 Madu Apis dorsata 0,014 g .551

Minggu F hitung Signifikansi

0 0,804 0,650

1 0,846 0,616

2 1,991 0,107


(21)

Madu Apis dorsata 0,028 g .135 Madu Apis dorsata 0,042 g .290 Madu Apis dorsata 0,056 g .720

Metformin 2,6 g (+) .476

Air Bening (-) .003

Madu Apis cerana 0,056 g Madu Apis mellifera 0,014 g .811

Madu Apis mellifera 0,028 g .857 Madu Apis mellifera 0,042 g .765 Madu Apis mellifera 0,056 g .952 Madu Apis dorsata 0,014 g .551 Madu Apis dorsata 0,028 g .135 Madu Apis dorsata 0,042 g .290 Madu Apis dorsata 0,056 g .720

Metformin 2,6 g (+) .476

Air Bening (-) .003

Madu Apis mellifera 0,014 g Madu Apis mellifera 0,028 g .952

Madu Apis mellifera 0,042 g .952 Madu Apis mellifera 0,056 g .765 Madu Apis dorsata 0,014 g .720 Madu Apis dorsata 0,028 g .201 Madu Apis dorsata 0,042 g .407 Madu Apis dorsata 0,056 g .905

Metformin 2,6 g (+) .633

Air Bening (-) .002

Madu Apis mellifera 0,028 g Madu Apis mellifera 0,042 g .905

Madu Apis mellifera 0,056 g .811 Madu Apis dorsata 0,014 g .676 Madu Apis dorsata 0,028 g .182 Madu Apis dorsata 0,042 g .375 Madu Apis dorsata 0,056 g .857

Metformin 2,6 g (+) .591

Air Bening (-) .002

Madu Apis mellifera 0,042 g Madu Apis mellifera 0,056 g .720

Madu Apis dorsata 0,014 g .765 Madu Apis dorsata 0,028 g .221 Madu Apis dorsata 0,042 g .441 Madu Apis dorsata 0,056 g .952

Metformin 2,6 g (+) .676

Air Bening (-) .002

Madu Apis mellifera 0,056 g Madu Apis dorsata 0,014 g .513

Madu Apis dorsata 0,028 g .122 Madu Apis dorsata 0,042 g .265 Madu Apis dorsata 0,056 g .676

Metformin 2,6 g (+) .441

Air Bening (-) .003

Madu Apis dorsata 0,014 g Madu Apis dorsata 0,028 g .345

Madu Apis dorsata 0,042 g .633 Madu Apis dorsata 0,056 g .811


(22)

Metformin 2,6 g (+) .905

Air Bening (-) .001

Madu Apis dorsata 0,028 g Madu Apis dorsata 0,042 g .633

Madu Apis dorsata 0,056 g .242

Metformin 2,6 g (+) .407

Air Bening (-) .000

Madu Apis dorsata 0,042 g Madu Apis dorsata 0,056 g .476

Metformin 2,6 g (+) .720

Air Bening (-) .000

Madu Apis dorsata 0,056 g Metformin 2,6 g (+) .720

Air Bening (-) .001

Metformin 2,6 g (+) Air Bening (-) .001

SIMPULAN

Tidak adanya perbedaan antara penggunaan madu ternak dari Apis cerana dan Apis mellifera dan madu hutan dari Apis dorsata, pada dosis 0,014 g, 0,028 g, 0,042 g, dan 0,056 g dalam menurunkan kadar gula darah puasa.

DAFTAR PUSTAKA

1 .

Perkeni. Konsensus Penelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. In ; 2011; Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. p. 4, 36-37.

2 .

Powers AC. Harrison's Principles of Internal Medicine 18th edition. In Longo D, Fauci A, Kasper D, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J. Harrison's Principles of Internal Medicine 18th edition.: McGraw - Hill; 2011.

3 .

IDF. International Diabetes Federation. [Online].; 2014 [cited 2014 Agustus 11.

Available from:

http://www.idf.org/atlasmap/atlasmap. 4

.

Suherman SK, Nafrialdi. Insulin dan Antidiabetik Oral. In Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas

Kedokteran - Universitas Indonesia; 2007. p. 481-495.

5 .

Wang SS. Medscape. [Online].; 2014 [cited 2015 Januari 14. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1 65124-overview.

6 .

Erejuwa OO, Sulaiman SA, Wahab MSA. Honey - A Novel Antidiabetic Agent. International Journal of Biological Sciences. 2012.

7 .

Bima. Bubblews. [Online].; 2013 [cited 2014 Febuary 19. Available from: http://www.bubblews.com/news/667951 -what-is-the-difference-forest-honey-and-honey-farm.

8 .

Joshi SR, Pechhacker H, William A, von

der Ohe W. Physico-chemical

characteristics of Apis dorsata,A. cerana and A. mellifera honey. HAL. 2000;: p. 5-9.

9 .

Vorlova L, Pridal A. Invertase and Diastase Activity in Honeys of Czech

Proveniece. Acta Universitatis

Agriculturae et Silviculturae Medelianae Brunesis. 2002;: p. 57-58.


(23)

37

DAFTAR PUSTAKA

Bima. (2013). What Is The Difference Forest Honey And Honey Farm. Retrieved Febuary 19, 2014, from Bubblews: http://www.bubblews.com/news/667951-what-is-the-difference-forest-honey-and-honey-farm

Cariaso, M. L., Santiago, J. R., & Ciriaco, F. D. (2010). The Effect of Brown Rice in Lowering Blood Glucose Level for Non-Insulin Dependent Diabetis mellitus.

Department of Science and Technology .

Dinas Kesehatan Yogyakarta. (2012). Obesitas, Faktor Resiko Berbagai Penyakit.

Anda Obesitas? Awas Bahaya Mengancam! Retrieved Januari 2014, from Dinas

Kesehatan Yogyakarta: http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/549-obesitas-faktor-resiko-berbagai-penyakit-anda-awas-bahaya-mengancam Erejuwa, O. O., Sulaiman, S. A., & Wahab, M. S. (2012). Honey - A Novel

Antidiabetic Agent. International Journal of Biological Sciences .

IDF. (2014). IDF Diabetes Atlas. Retrieved Agustus 11, 2014, from International Diabetes Federation: http://www.idf.org/atlasmap/atlasmap

Joshi, S. R., Pechhacker, H., William, A., & von der Ohe, W. (2000). Physico-chemical characteristics of Apis dorsata,A. cerana and A. mellifera honey. HAL , 5-9.

Khardori, R. (2014, Juli 14). Type 1 Diabetes Mellitus. Retrieved Agustus 12, 2014, from Medscape:

http://emedicine.medscape.com/article/117739-overview#aw2aab6b2b3aa

Khardori, R. (2014, Agustus 8). Type 2 Diabetes Mellitus. Retrieved Agustus 12, 2014, from Medscape:

http://emedicine.medscape.com/article/117853-overview#aw2aab6b2b4

Mosby. (2013). Mosby's Medical Dictionary 9th ed. Canada: Elsevier.

Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2006). Harper's Illustrated

Biochemistry, Twenty-Seventh Edition. United States of America: The


(24)

38

National Honey Board. (2001, June 27). Honey's Antioxidant Properties. Retrieved January 2014, from Food Navigator.com:

http://www.foodnavigator.com/Science-Nutrition/Honey-s-antioxidant-properties Perkeni. (2011). Konsensus Penelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia. (pp. 4, 36-37). Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Powers, A. C. (2011). Harrison's Principles of Internal Medicine 18th edition. In D.

Longo, A. Fauci, D. Kasper, S. Hauser, J. Jameson, & J. Loscalzo, Harrison's Principles of Internal Medicine 18th edition. McGraw - Hill.

Sherwood, L. (2010). Human Physiology: From Cells to Systems, Seventh Edition. USA: Brooks/Cole.

Suherman, S. K., & Nafrialdi. (2007). Insulin dan Antidiabetik Oral. In S. G. Gunawan, R. S. Nafrialdi, & Elysabeth, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5 (pp. 481-495). Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran - Universitas Indonesia.

Vorlova, L., & Pridal, A. (2002). Invertase and Diastase Activity in Honeys of Czech Proveniece. Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Medelianae Brunesis , 57-58.

Walker, K. (2011, 10 21). Asiatic Honeybee. Retrieved 11 24, 2014, from PaDIL: http://www.padil.gov.au/pests-and-diseases/pest/main/135533/66

Wang, S. S. (2014, November 3). Metabolic Syndrome. Retrieved Januari 14, 2015, from Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/165124-overview WHO. (2013). Diabetes. Retrieved Agustus 11, 2014, from World Health

Organization: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/

Writer, S. (2014, Januari 21). Honey Bee - Apis mellifera. Retrieved Januari 10, 2015, from Insect Identification.org:


(1)

ANALISIS DATA

Data dianalisis dengan mengguakan uji

Multiple Analisis of Variance (MANOVA) menggunakan bantuan perangkat lunak komputer yang dilanjutkan dengan uji Analisis Varian (ANAVA) satu arah pada setiap minggunya yang dilanjutkan dengan uji Post hoc LSD (Least Significant Difference) dengan α = 0,05 dan dengan

kemaknaan p < 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hasil uji MANOVA didapatkan hasil yang signifikan pada uji Roy's Largest Root, seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.1, hal ini menujukan bahwa pemberian madu dapat menurunkan kadar gula darah. Lalu dilanjutkan dengan uji ANAVA untuk melihat kelompok perlakuan mana yang memberikan hasil yang signifikan secara statistik. Didapatkan hasil yang signifikan pada pemberian madu selama 3 minggu. Untuk melihat pasangan perlakuan mana yang memberikan hasil yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji beda rata-rata dengan metode LSD. Didapatkan bahwa pasangan perlakuan yang memberikan hasil yang signifikan secara statistik adalah kelompok perlakuan dan kontrol positif terhadap kontrol negatif. Pada Grafik 4.1 dapat dilihat adanya perbedaan penurunan gula darah puasa antar kelompok perlakuan. Namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik setelah diuji dengan metode LSD, seperti pada tabel 4.3. Adapun penurunan gula darah terendah pada madu Apisdorsata dibanding dengan madu Apiscerana dan Apismellifera. Hal ini disebabkan karena madu Apis dorsata

memiliki rasio fruktosa : glukosa lebih tinggi dibanding dengan madu Apiscerana

maupun Apismellifera (8). Kadar fruktosa yang lebih tinggi ini dapat meningkatkan rasa kenyang, mengurangi absorbsi glukosa oleh usus, dan meningkatkan fosforilasi glukosa di hepar (6). Peningkatan

fosforilasi di hepar ini terjadi karena adanya aktivasi dari glukokinase serta pengahmbatan glukoneogenesis karena penghambatan dari fosforilase. Efek tersebut serupa dengan mekanisme kerja dari metformin, oleh kareana itu peneliti menggunakan metformin sebagai kontrol positif.

Tabel 4.1 Perbandingan Gula Darah Puasa Mencit Antar Kelompok dengan uji Multiple Analisis of Variance (MANOVA)

Perlakuan Fhit Sig.

Pillai's Trace 0,902 0,645 Wilks' Lambda 0,925 0,609

Hotelling's Trace 0,942 0,584 Roy's Largest

Root

3,568c 0,012

Perlakuan AD2 lebih baik dalam menurunkan gula darah puasa dibanding dengan AD3, hal ini didukung penelitian sebelumnya oleh Erejuwa et al yang menguji penurunan glukosa puasa pada tikus dengan dosis 1 g / kgBB / hari. Maka didapat dosis optimal penggunaan madu Apis dorsata adalah 0,028 g. Peningkatan dosis tidak selalu memiliki efek yang lebih baik. Penulis menduga hal ini terjadi karena adanya kadar invertase yang lebih tinggi pada perlakuan AD3. Invertase (α -glukosidase) merupakan enzim yang dapat menghidrolisis fruktosa dan maltosa (9). Kadar invertase yang lebih tinggi pada AD3 mengakibatkan sukrosa dan maltosa diubah menjadi glukosa sehingga penurunan kadar gula darah tidak sebaik AD2.


(2)

Tabel 4.2 Perbandingan Gula Darah Puasa Mencit Antar Kelompok Setelah Perlakuan Berdasarkan Uji Statistik Analisis Varian Satu Arah (ANAVA)

Kadar gula darah puasa pada kontrol negatif tidak mengalami penurunan, bahkan peningkatan. Hal ini dapat diakibatkan karena konsumsi makan yang meningkat. Pada keadaan hiperglikemia, tubuh dapat mengalami resistensi terhadap penggunaan insulin sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang. Penurunan masuknya gula darah kedalam sel mengakibatkan peningkatan rasa lapar sehingga terjadi peningkatan konsumsi makanan.

Tabel 4.3 Perbandingan Gula Darah Puasa Mencit Antar Kelompok Setelah Perlakuan Pada Minggu Ke-3 Berdasarkan Uji LSD

(I)

Perlakuan (J) Perlakuan Sig.

Madu Apiscerana 0,014 g Madu Apiscerana 0,028 g .476 Madu Apiscerana 0,042 g .857 Madu Apiscerana 0,056 g .857 Madu Apismellifera 0,014 g .952 Madu Apismellifera 0,028 g 1.000 Madu Apismellifera 0,042 g .905 Madu Apismellifera 0,056 g .811 Madu Apisdorsata 0,014 g .676 Madu Apisdorsata 0,028 g .182 Madu Apisdorsata 0,042 g .375 Madu Apisdorsata 0,056 g .857 Metformin 2,6 g (+) .591

Air Bening (-) .002

Madu Apis cerana 0,028 g Madu Apiscerana 0,042 g .375 Madu Apiscerana 0,056 g .375 Madu Apismellifera 0,014 g .513 Madu Apismellifera 0,028 g .476 Madu Apismellifera 0,042 g .551 Madu Apismellifera 0,056 g .345 Madu Apisdorsata 0,014 g .765 Madu Apisdorsata 0,028 g .513 Madu Apisdorsata 0,042 g .857 Madu Apisdorsata 0,056 g .591 Metformin 2,6 g (+) .857

Air Bening (-) .000

Madu Apis cerana 0,042 g Madu Apiscerana 0,056 g 1.000 Madu Apismellifera 0,014 g .811 Madu Apismellifera 0,028 g .857 Madu Apismellifera 0,042 g .765 Madu Apismellifera 0,056 g .952 Madu Apisdorsata 0,014 g .551 Minggu F hitung Signifikansi

0 0,804 0,650

1 0,846 0,616

2 1,991 0,107


(3)

Madu Apisdorsata 0,028 g .135 Madu Apisdorsata 0,042 g .290 Madu Apisdorsata 0,056 g .720 Metformin 2,6 g (+) .476

Air Bening (-) .003

Madu Apis cerana 0,056 g Madu Apismellifera 0,014 g .811 Madu Apismellifera 0,028 g .857 Madu Apismellifera 0,042 g .765 Madu Apismellifera 0,056 g .952 Madu Apisdorsata 0,014 g .551 Madu Apisdorsata 0,028 g .135 Madu Apisdorsata 0,042 g .290 Madu Apisdorsata 0,056 g .720 Metformin 2,6 g (+) .476

Air Bening (-) .003

Madu Apismellifera 0,014 g Madu Apismellifera 0,028 g .952 Madu Apismellifera 0,042 g .952 Madu Apismellifera 0,056 g .765 Madu Apisdorsata 0,014 g .720 Madu Apisdorsata 0,028 g .201 Madu Apisdorsata 0,042 g .407 Madu Apisdorsata 0,056 g .905 Metformin 2,6 g (+) .633

Air Bening (-) .002

Madu Apismellifera 0,028 g Madu Apismellifera 0,042 g .905 Madu Apismellifera 0,056 g .811 Madu Apisdorsata 0,014 g .676 Madu Apisdorsata 0,028 g .182 Madu Apisdorsata 0,042 g .375 Madu Apisdorsata 0,056 g .857 Metformin 2,6 g (+) .591

Air Bening (-) .002

Madu Apismellifera 0,042 g Madu Apismellifera 0,056 g .720 Madu Apisdorsata 0,014 g .765 Madu Apisdorsata 0,028 g .221 Madu Apisdorsata 0,042 g .441 Madu Apisdorsata 0,056 g .952 Metformin 2,6 g (+) .676

Air Bening (-) .002

Madu Apismellifera 0,056 g Madu Apisdorsata 0,014 g .513 Madu Apisdorsata 0,028 g .122 Madu Apisdorsata 0,042 g .265 Madu Apisdorsata 0,056 g .676 Metformin 2,6 g (+) .441

Air Bening (-) .003

Madu Apisdorsata 0,014 g Madu Apisdorsata 0,028 g .345 Madu Apisdorsata 0,042 g .633 Madu Apisdorsata 0,056 g .811


(4)

Metformin 2,6 g (+) .905

Air Bening (-) .001

Madu Apisdorsata 0,028 g Madu Apisdorsata 0,042 g .633 Madu Apisdorsata 0,056 g .242 Metformin 2,6 g (+) .407

Air Bening (-) .000

Madu Apisdorsata 0,042 g Madu Apisdorsata 0,056 g .476 Metformin 2,6 g (+) .720

Air Bening (-) .000

Madu Apisdorsata 0,056 g Metformin 2,6 g (+) .720

Air Bening (-) .001

Metformin 2,6 g (+) Air Bening (-) .001

SIMPULAN

Tidak adanya perbedaan antara penggunaan madu ternak dari Apiscerana

dan Apis mellifera dan madu hutan dari

Apis dorsata, pada dosis 0,014 g, 0,028 g, 0,042 g, dan 0,056 g dalam menurunkan kadar gula darah puasa.

DAFTAR PUSTAKA

1 .

Perkeni. Konsensus Penelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. In ; 2011; Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. p. 4, 36-37.

2 .

Powers AC. Harrison's Principles of Internal Medicine 18th edition. In Longo D, Fauci A, Kasper D, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J. Harrison's Principles of Internal Medicine 18th edition.: McGraw - Hill; 2011.

3 .

IDF. International Diabetes Federation. [Online].; 2014 [cited 2014 Agustus 11.

Available from:

http://www.idf.org/atlasmap/atlasmap.

4 .

Suherman SK, Nafrialdi. Insulin dan Antidiabetik Oral. In Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas

Kedokteran - Universitas Indonesia; 2007. p. 481-495.

5 .

Wang SS. Medscape. [Online].; 2014 [cited 2015 Januari 14. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1

65124-overview.

6 .

Erejuwa OO, Sulaiman SA, Wahab MSA. Honey - A Novel Antidiabetic Agent. International Journal of Biological Sciences. 2012.

7 .

Bima. Bubblews. [Online].; 2013 [cited 2014 Febuary 19. Available from:

http://www.bubblews.com/news/667951

-what-is-the-difference-forest-honey-and-honey-farm.

8 .

Joshi SR, Pechhacker H, William A, von der Ohe W. Physico-chemical characteristics of Apis dorsata,A. cerana and A. mellifera honey. HAL. 2000;: p. 5-9.

9 .

Vorlova L, Pridal A. Invertase and Diastase Activity in Honeys of Czech Proveniece. Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Medelianae Brunesis. 2002;: p. 57-58.


(5)

37

DAFTAR PUSTAKA

Bima. (2013). What Is The Difference Forest Honey And Honey Farm. Retrieved

Febuary 19, 2014, from Bubblews:

http://www.bubblews.com/news/667951-what-is-the-difference-forest-honey-and-honey-farm

Cariaso, M. L., Santiago, J. R., & Ciriaco, F. D. (2010). The Effect of Brown Rice in

Lowering Blood Glucose Level for Non-Insulin Dependent Diabetis mellitus.

Department of Science and Technology .

Dinas Kesehatan Yogyakarta. (2012). Obesitas, Faktor Resiko Berbagai Penyakit.

Anda Obesitas? Awas Bahaya Mengancam! Retrieved Januari 2014, from Dinas

Kesehatan Yogyakarta:

http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/549-obesitas-faktor-resiko-berbagai-penyakit-anda-awas-bahaya-mengancam

Erejuwa, O. O., Sulaiman, S. A., & Wahab, M. S. (2012). Honey - A Novel

Antidiabetic Agent. International Journal of Biological Sciences .

IDF. (2014). IDF Diabetes Atlas. Retrieved Agustus 11, 2014, from International

Diabetes Federation: http://www.idf.org/atlasmap/atlasmap

Joshi, S. R., Pechhacker, H., William, A., & von der Ohe, W. (2000).

Physico-chemical characteristics of Apis dorsata,A. cerana and A. mellifera honey. HAL ,

5-9.

Khardori, R. (2014, Juli 14). Type 1 Diabetes Mellitus. Retrieved Agustus 12, 2014,

from Medscape:

http://emedicine.medscape.com/article/117739-overview#aw2aab6b2b3aa

Khardori, R. (2014, Agustus 8). Type 2 Diabetes Mellitus. Retrieved Agustus 12,

2014, from Medscape:

http://emedicine.medscape.com/article/117853-overview#aw2aab6b2b4

Mosby. (2013). Mosby's Medical Dictionary 9th ed. Canada: Elsevier.

Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2006). Harper's Illustrated

Biochemistry, Twenty-Seventh Edition. United States of America: The

McGraw-Hill Companies.


(6)

38

National Honey Board. (2001, June 27). Honey's Antioxidant Properties. Retrieved

January 2014, from Food Navigator.com:

http://www.foodnavigator.com/Science-Nutrition/Honey-s-antioxidant-properties

Perkeni. (2011). Konsensus Penelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia. (pp. 4, 36-37). Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Powers, A. C. (2011). Harrison's Principles of Internal Medicine 18th edition. In D.

Longo, A. Fauci, D. Kasper, S. Hauser, J. Jameson, & J. Loscalzo, Harrison's

Principles of Internal Medicine 18th edition. McGraw - Hill.

Sherwood, L. (2010). Human Physiology: From Cells to Systems, Seventh Edition.

USA: Brooks/Cole.

Suherman, S. K., & Nafrialdi. (2007). Insulin dan Antidiabetik Oral. In S. G.

Gunawan, R. S. Nafrialdi, & Elysabeth, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5 (pp.

481-495). Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran

- Universitas Indonesia.

Vorlova, L., & Pridal, A. (2002). Invertase and Diastase Activity in Honeys of Czech

Proveniece. Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Medelianae Brunesis

, 57-58.

Walker, K. (2011, 10 21). Asiatic Honeybee. Retrieved 11 24, 2014, from PaDIL:

http://www.padil.gov.au/pests-and-diseases/pest/main/135533/66

Wang, S. S. (2014, November 3). Metabolic Syndrome. Retrieved Januari 14, 2015,

from Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/165124-overview

WHO. (2013). Diabetes. Retrieved Agustus 11, 2014, from World Health

Organization: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/

Writer, S. (2014, Januari 21). Honey Bee - Apis mellifera. Retrieved Januari 10, 2015,

from Insect Identification.org:


Dokumen yang terkait

Efek Ramuan Herbal Yang Mengandung Kulit Kayu Pulai Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan.

0 0 26

Perbandingan Antara Efek Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordicae Fructus) Dengan Jamu 'D' Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan.

0 2 26

Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan.

4 8 30

Efek Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea Semen) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Betina Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan.

0 1 28

Pengaruh Madu Terhadap Waktu Penutupan Luka Pada Mencit Betina Galur Swiss Webster.

0 1 26

Efek Virgin Coconut Oil (VCO) Dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan.

0 1 30

Pengaruh Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus Altilis,Park,Fsb.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit Galur Swiss-Webster Yang Diinduksi Aloksan.

0 0 26

Efek Infusa Buah Mahkota Dewa (Phaleria Papuana) Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan Galur Swiss-Webster Yang Diinduksi Aloksan.

0 4 25

Efek Infusa Gel Lidah Buaya (Aloe Vera L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan.

0 0 28

Pengaruh Infusa Teh Hijau (Camellia Sinensis) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan.

0 2 28